• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III METODE PENELITIAN"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

31 BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Desain penelitian yang digunakan bersifat analitik yang bertujuan untuk melihat hubungan antara dua variabel yaitu variabel independen dan variabel dependen. Dengan menggunakan desain studi cross-sectional yaitu mencari faktor-faktor yang berhubungan dengan variabel dependen (Stress Kerja) dalam waktu yang bersamaan.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di GRHA Trac Medan. Waktu penelitian dilaksanakan pada Januari 2017 sampai April 2017.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi yang diambil dari penelitian ini adalah seluruh pengemudi mobil GRHA Trac Medan yang bekerja sebagai Sopir di Bank Permata Medan yang berjumlah 33 orang.

3.3.2 Sampel

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah Total Populasi, yaitu seluruh populasi yang berjumlah 33 orang.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data menggunakan sumber data primer dan data sekunder, yaitu:

(2)

3.4.1 Data Primer

Data primer dalam penelitian ini diperoleh secara langsung dari pengemudi GRHA Trac yang bekerja di Bank Permata Medan dengan menggunakan alat ukur berupa kuesioner yang disebarkan dan diisi oleh para pekerja.

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari literatur ilmiah dan penelitian-penelitian terdahulu yang berkaitan dengan stress kerja dan dokumen-dokumen yang diperlukan yang diperoleh dari GRHA Trac Medan.

3.5 Variabel dan Definisi Operasional 3.5.1 Variabel Penelitian

1. Variabel independen

Variabel independen dalam penelitian ini adalah faktor risiko stress yaitu umur pengemudi, masa kerja, lama kerja, dan hubungan interpersonal. 2. Variabel dependen

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Stress Kerja. 3.5.2 Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini adalah:

1. Stress kerja adalah Kondisi yang dipersepsikan oleh Pengemudi dimana faktor-faktor dalam pekerjaan berinteraksi dengan pengemudi , menimbulkan tekanan pada pengemudi, sehingga dapat mengganggu keseimbangan emosi, fisiologis, perilaku kognitif, yang ditandai dengan 3 indikator; perilaku, emosi dan fisik.

(3)

33

2. Umur adalah lamanya pengemudi hidup yang dihitung dalam tahun sejak lahir sampai penelitian ini berlangsung.

3. Masa kerja adalah lamanya pengemudi bekerja terhitung sejak awal bekerja sebagai pengemudi mobil di GRHA Trac sampai penelitian ini dilaksanakan.

4. Lama kerja adalah Jumlah jam kerja pengemudi dalam satu hari.

5. Hubungan Interpesonal adalah persepsi pengemudi mengenai hubungannya dengan pengemudi mobil GRHA Trac lainnya.

3.6 Metode Pengukuran

3.6.1 Pengukuran Variabel Dependen (Tingkat Stress Kerja)

Variabel dependen (stres kerja) diukur dengan indikator yang telah ditetapkan sesuai dengan metode self report measure yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat stres. Metode self report measure menggunakan sejumlah pertanyaan yang berhubungan dengan adanya perubahan fisiologis, psikologi, dan perilaku. Salah satunya adalah dengan menggunakan kuesioner dari HSE (2003), dapat dilakukan dengan penilaian stres secara subjektf melalui pengisisan kuesioner dengan 5 skala likert dari 35 pertanyaan, dimana terdapat 23 pertanyaan bersifat positif yang terdapat pada nomor; 1, 2, 4, 7, 8, 10, 11, 13, 15, 17, 19, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 35 dan 12 pertanyaan bersifat negatif yang terdapat pada nomor; 3, 5, 6, 9, 12, 14, 16, 18, 20, 21, 22, 34 .

Penempatan skor tergantung dari setiap pertanyaan yang diajukan. Dimana jawaban skoring dimulai dari tidak pernah, jarang, agak sering, sering, dan selalu. Untuk pertanyaan yang bersifat positif dengan kategori tidak pernah diberi skor 1,

(4)

jarang diberi skor 2, agak sering diberi skor 3, sering diberi skor 4, dan selalu diberi skor 5. Pertanyaan yang bersifat negatif dengan kategori tidak pernah diberi skor 5, jarang diberi skor 4, agak sering diberi skor 3, sering diberi skor 2, dan selalu diberi skor 1.

Selanjutnya stelah selesai melakukan pengisian kuesioner, maka langkah berikutnya adalah menghitung jumlah skor pada masing-masing kolom dari 35 pertanyaan yang diajukan dan menjumlahkannya menjadi total skor individu. Berdasarkan desain penelitian stres dengan menggunakan 5 skala likert ini, akan diperoleh skor individu terendah adalah sebesar 35 (tingkat risiko stres sangat tinggi) dan skor individu tertinggi adalah 175 (tingkat stres rendah atau tidak ada indikasi stres).

Skor kuesioner mulai dari Tidak Pernah, Jarang, Agak Sering, Sering, dan Selalu dijelaskan menggunakan nominal atau menunjukkan frekuensi per minggu mulai dari 0 (nol) sampai dengan 7 untuk menjelaskan tingkat perbedaan dari skor tersebut. Tidak pernah (0), Jarang (1 – 2 kali dalam seminggu), Agak Sering (3 – 4 kali dalam seminggu), Sering (5 – 6 kali dalam seminggu), dan Selalu (7 kali dalam seminggu).

Tabel 3.1 Klasifikasi Tingkat Risiko Stres Akibat Kerja Berdasarkan Total Skor Individu

Total Skor stres individu

Tingkat risiko stres Kategori Stres

140-175 0 rendah

105-139 1 sedang

70-104 2 tinggi

35-69 3 Sangat tinggi

Tarwaka,2013

(5)

35

NO Variabel Cara ukur Alat ukur Hasil ukur Skala 1 Umur wawancara Kuesioner 0 ≥ 38 tahun

1 < 38 tahun (Nilai Median)

Ordinal

2 Masa kerja wawancara Kuesioner 0 ≥ 5 tahun 1 < 5 tahun (Nilai Median)

Ordinal

3 Lama kerja wawancara Kuesioner 0 ≥ 8 jam 1 < 8 jam

Ordinal 4 Hubungan

interpersonal

wawancara Kuesioner 1 Akrab 2 Biasa

Ordinal

3.7 Metode Analisa data 3.7.1 Pengolahan data

Data yang diperoleh kemudian dikumpulkan, diolah sesuai dengan tujuan dan kerangka konsep penelitian. Setelah data terkumpul, kemudian dilakukan tahap-tahap sebagai berikut (Soekidjo Notoatmodjo, 2010) :

1. Editing, kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian formulir atau kuesioner tersebut. Apakah lengkap, apakah jawaban jelas, relevan dan konsisten dengan pertanyaan. Apabila ada jawaban-jawaban yang belum lengkap, jika memungkinkan perlu dilakukan pengambilan data ulang untuk melengkapi jawaban-jawaban tersebut. Tetapi apabila tidak memungkinkan, maka pertanyaan yang jawabannya tidak lengkap tersebut tidak diolah atau dimasukkan dalam pengolahan „data missing’.

2. Coding, mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan. Koding atau pemberian kode sangat berguna dalam memasukkan data (data entry).

(6)

3. Entry Data, Data yaitu jawaban-jawaban dari masing-massing responden yang dalam bentuk „kode (angka atau huruf) dimasukkan kedalam program atau „software‟ komputer untuk dianalisis.

4. Cleaning (Pembersihan data), merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah di entry apakah ada kesalahan atau tidak. Kesalahan tersebut dimungkinkan terjadi pada saat meng-entry data ke komputer. 3.7.2 Analisa Data

1. Analisis Univariat, bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase dari tiap variabel. Presentase ini disajikan dalam bentuk tabel untuk menggambarkan tiap masing-masing variabel. Variabelnya adalah umur, masa kerja, lama kerja, dan hubungan interpersonal.

2. Analisis Bivariat, dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi. Analisis ini untuk mengetahui hubungan antara variabel dependen dengan independen secara satu persatu dengan menggunakan uji statistik Chi-Square. Derajat kepecayaan yang digunakan adalah 95% (α=0,05). Jika ρ-value lebih kecil dari α (ρ<0,05), artinya terdapat hubungan yang bermakna (signifikan) dari kedua variabel yang diteliti. Bila ρ–value lebih besar dari α (ρ>0,05), artinya tidak terdapat hubungan bermakna antara kedua variabel yang diteliti.

(7)

37 BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Subyek Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada pengemudi mobil GRHA Trac Medan yang bekerja sebagai driver di Bank Permata Medan dengan jumlah responden sebanyak 33 pengemudi. GRHA Trac Medan berkantor di Jl. Gatot Subroto, Sei Sikambing B, Medan Sunggal, Kota Medan. Sedangkan alamat Bank permata adalah Jl.Kh. Zainul Arifin, Madras Hulu, Medan.

4.2 Gambaran Umum GRHA Trac Medan

GRHA TRAC-Astra Rent a Car adalah anak perusahaan dari PT Serasi Autoraya dan bagian dari PT Astra Internasional Tbk yang menyediakan layanan solusi transportasi di Indonesia selama lebih dari 28 tahun pengalaman. GRHA TRAC sudah memiliki lebih dari 33.000 Unit dengan berbagai jenis kendaraan yang telah beroperasi di lebih dari 5.600 perusahaan pelanggan dan didukung oleh lebih dari 9.000 driver profesional. GRHA TRAC melayani berbagai industri baik di daerah perkotaan sampai ke daerah terpencil, melalui 34 kantor cabang, 35 service point, 69 outlet yang tersebar di seluruh Indonesia dan salah satunya ada di Kota Medan.

4.2.1 Visi dan Misi GRHA Trac Medan

Visi: Untuk menjadi perusahaan yang sangat inovatif dan terkemuka melalui pertumbuhan berkelanjutan, pengembangan sumber daya manusia, pengembangan produk, etika dan budaya keselamatan.

(8)

Misi: Untuk Mencapai tingkat superior kepuasaan pelanggan dengan membeikan solusi terbaik dalam transportasi.

4.3 Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan terhadap setiap variabel penelitian. Analisis univariat dalam penelitian ini meliputi distribusi dan persentase dari setiap variabel data yang berhubungan dengan kejadian stres kerja pada pengemudi mobil GRHA Trac Medan tahun 2017.

4.3.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

Karakteristik responden bila dilihat dari umur dalam peneltian ini di sajikan pada tabel berikut:

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur.

No Umur f % 1. 2. ≥ 38 Tahun < 38 Tahun 14 19 42,4 57,6 Jumlah 33 100

Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa dari 33 responden yang di ambil, terdapat responden yang berada pada umur dibawah 38 tahun memiliki jumlah yang paling banyak yaitu 57,6%.

4.3.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja

Dari data penelitian diperoleh informasi mengenai masa kerja responden seperti disajikan pada tabel berikut:

(9)

39

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Masa Kerja

No Masa Kerja f % 1. 2. ≥ 5 Tahun < 5 Tahun 20 13 60,6 39,4 Jumlah 33 100

Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa dari 33 responden, pengemudi dengan masa kerja ≥ 5 tahun memiliki jumlah yang paling besar, yaitu sebesar 60,6%.

4.3.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Kerja

Dari data penelitian diperoleh informasi mengenai lama kerja responden seperti disajikan pada tabel berikut.

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Lama Kerja.

No Lama Kerja f % 1. 2. ≥ 8 jam < 8 jam 18 15 54,5 45,5 Jumlah 33 100

Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa dari 33 responden, pengemudi dengan lama kerja ≥ 8 jam memiliki jumlah yang paling besar, yaitu sebesar 54,5%.

4.3.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Hubungan Interpersonal Responden

Dari data penelitian diperoleh informasi mengenai hubungan interpersonal responden seperti disajikan pada tabel berikut.

(10)

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Hubungan Interpersonal No Hubungan Kerja f % 1. 2 Akrab Biasa 19 14 57,6 42,4 Jumlah 33 100

Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa dari 33 responden, pengemudi yang menjalin hubungan kerja akrab memiliki jumlah kerja yang paling besar, yaitu sebesar 57,6%.

4.3.5 Karakteristik Responden berdasarkan Tingkat Stres

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Stres Kerja

No Tingkat Stres f % 1. 2. 3 Rendah Sedang Tinggi 14 8 11 42,4 24,2 33,3 Jumlah 33 100

Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui bahwa dari 33 responden, pengemudi dengan tingkat stres kerja rendah memiliki jumlah yang paling besar, yaitu sebesar 42,4%.

4.4 Analisis Bivariat

Analisis bivariat ini digunakan untuk menguji adakah hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Dalam penelitian ini variabael bebas terdiri dari: Umur, masa kerja, lama kerja, dan hubungan interpersonal. Variabel terikatnya adalah stres kerja. Analisis bivariat ini menggunakan uji chi square.

(11)

41

4.4.1 Hubungan antara Umur dengan Stres Kerja Tabel 4.6 Hubungan antara umur dengan stres kerja.

Umur Stres Kerja Total P

Rendah Sedang Tinggi

f % f % f % f % ≥ 38 tahun 9 27,3 4 12,1 1 3,0 14 42,4 < 38 tahun 5 15,2 4 12,1 10 30,3 19 57,6 0.023 Jumlah 14 42,4 8 24,2 11 33,3 33 100

Berdasarkan tabel 4.6 hasil analisis statistik uji Chi-square diperoleh nilai

p value 0,023 (p value < 0,05) maka H0 ditolak Ha diterima, yang menyatakan ada

hubungan yang bermakna antara umur dengan stres kerja pada pengemudi mobil GRHA Trac Medan. Pengemudi mobil yang berumur kurang dari 38 tahun memiliki peluang lebih tinggi untuk mengalami stres bila dibandingkan dengan pengemudi mobil yang berumur 38 tahun atau lebih. Sebanyak 30,3% pengemudi mobil yang berumur di bawah 38 tahun mengalami stres tinggi. Sebanyak 3,0% pengemudi mobil yang berumur 38 tahun atau lebih mengalami stres tinggi. 4.4.2 Hubungan antara Masa kerja dengan Stres Kerja

Tabel 4.7 Hubungan Antara Masa Kerja Dengan Stres Kerja Masa

kerja

Stres Kerja

Total P

Rendah Sedang Tinggi

f % f % f % f % ≥ 5 tahun 5 15,2 5 15,2 10 30,3 20 60,6 < 5 tahun 9 27,3 3 9,1 1 3,0 13 39,4 0.018 Jumlah 14 42,4 8 24,2 11 33,3 33 100

Berdasarkan tabel 4.7 hasil analisis statistik uji Chi-square diperoleh nilai

(12)

hubungan yang bermakna antara masa kerja dengan stres kerja pada pengemudi mobil GRHA Trac Medan. Pengemudi mobil dengan masa kerja 5 tahun atau lebih memiliki peluang lebih tinggi untuk mengalami stres bila dibandingkan dengan pengemudi yang memiliki masa kerja kurang dari 5 tahun. Sebanyak 30,3% pengemudi mobil dengan masa kerja 5 tahun atau lebih mengalami stres kerja tinggi. Sebanyak 3,0% pengemudi mobil dengan masa kerja kurang dari 5 tahun mengalami stres kerja tinggi.

4.4.3 Hubungan antara Lama Kerja dengan Stres Kerja Tabel 4.8 Hubungan Antara Lama Kerja Dengan Stres Kerja

Lama kerja

Stres Kerja

Total P

Rendah Sedang Tinggi

f % f % f % f %

≥ 8jam 4 12,1 5 15,2 9 27,3 18 54,5

< 8jam 10 30,3 3 9,1 2 6,1 15 45,4 0.027

Jumlah 14 42,4 8 24,2 11 33,3 33 100

Berdasarkan tabel 4.8 hasil analisis statistik uji Chi-square diperoleh nilai

p value 0,027 (p value < 0,05) maka H0 ditolak Ha diterima, yang menyatakan ada

hubungan yang bermakna antara lama kerja dengan stres kerja pada pengemudi mobil GRHA Trac Medan. Pengemudi dengan jam kerja 8 jam atau lebih memiliki peluang lebih tinggi mengalami stres kerja bila dibandingkan dengan pengemudi yang memiliki jam kerja kurang dari 8 jam. Sebanyak 27,3% pengemudi mobil dengan jam kerja 8 jam atau lebih mengalami stres kerja tinggi. Sebanyak 6,1% pengemudi mobil dengan jam kerja kurang dari 8 jam mengalami stres tinggi.

(13)

43

4.4.4 Hubungan antara Hubungan Interpersonal dengan Stres Kerja Tabel 4.9 Hubungan Antara Hubungan Interpersonal Dengan Stres Kerja

Hub. interpersonal

Stres Kerja

Total P

Rendah Sedang Tinggi

f % f % f % f %

akrab 6 18,2 6 18,2 7 21,2 19 57,6

biasa 8 24,2 2 6,1 4 12,1 14 42,4 0,366

Jumlah 14 42,4 8 24,2 11 33,3 33 100

Berdasarkan tabel 4.9 hasil analisis statistik uji Chi-square diperoleh nilai p value 0,366 (p value > 0,05) maka H0 diterima Ha ditolak, yang menyatakan tidak ada hubungan antara hubungan interpersonal dengan stres kerja pada pengemudi mobil GRHA Trac Medan. Stres tinggi lebih banyak terjadi pada pengemudi mobil yang memiliki hubungan akrab (21,2%) daripada yang hanya memiliki hubungan biasa saja (12,1%).

(14)

BAB V PEMBAHASAN

5.1 Hubungan antara Karakteristik Individu dan Stres Kerja 5.1.1 Hubungan Antara Umur dengan Stres Kerja.

Uji statistik yang dilakukan antara umur dan stres kerja menggunakan uji Chi square menunjukkan p-value yang diperoleh sebesar 0,023 (<0,05) yang berarti ada hubungan bermakna antara umur dengan stres kerja. Pengemudi mobil yang memiliki umur lebih muda lebih rentan untuk mengalami stres kerja.

Penelitian mengenai hubungan umur dengan stres kerja membuktikan bahwa semakin tua umur pekerja maka akan semakin rendah kemungkinan menderita stres kerja. Pekerja dengan umur yang lebih tua cenderung mempunyai kondisi kesehatan mental yang lebih baik dibanding pekerja dengan usia yang lebih muda.

Umur berhubungan dengan maturitas atau tingkat kedewasaan, secara teknis maupun psikologis semakin bertambahnya umur seseorang maka akan meningkat kedewasaan, kematangan jiwa, dan kemampuaannya dalam menjalankan tugasnya (Siagian, 2001). Bertambahnya umur maka akan meningkat pula kemampuan membuat keputusan, berpikir rasional, semakin bijaksana, maupun mengendalikan emosi, lebih toleran dan terbuka dengan pandangan atau pendapat orang lain. Hal tersebut akan terlihat saat individu sedang dalam tekanan atau ketika beban kerja meningkat, yang bisa memicu terjadinya stres kerja. Pekerja yang lebih tua dan yang lebih berpengalaman memiliki tingkat stres kerja

(15)

45

yang rendah dibandingkan dengan pekerja yang lebih muda (Erns, Franco, Gonzales, 2004).

Dalam penelitian ini, umur dibagi ke dalam 2 kategori, yaitu usia ≥ 38 tahun, dan < 38 tahun. Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa kategori usia < 38 tahun memiliki persentase terbesar untuk terkena stres tingkat tinggi. Sedangkan untuk kategori umur yang memiliki persentase terbesar yang mengalami stres tingkat rendah adalah usia ≥ 38 tahun. Hal ini disebabkan pada pekerja dengan usia yang lebih muda perkembangan emosi seseorang masih labil bila dibandingkan dengan usia lanjut . Sedangkan pada usia lanjut biasanya daya tahan tubuh seseorang mulai berkurang sehingga sangat berpotensi mengalami stres.

Umur merupakan faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya stres kerja. Pekerja dengan umur yang lebih tua akan mempunyai pengalaman yang tidak dimiliki oleh pekerja dengan umur yang relatif lebih muda. Pengalaman ini sangat berguna terutama dalam menangani stressor yang terjadi di lingkungan kerja. Sebagian besar penelitian mengenai hubungan umur dengan stres kerja membuktikan bahwa semakin tua umur seorang pekerja maka akan semakin rendah kemungkinan mengalami stres kerja. Pekerja dengan umur yang lebih tua cenderung mempunyai kondisi kesehatan mental yang lebih baik dibanding pekerja dengan usia yang lebih muda.

5.1.2 Hubungan antara Masa Kerja dengan Stres Kerja

Hubungan antara masa kerja dengan stres kerja diuji menggunakan uji Chi square dan diperoleh p-value sebesar 0,018 (<0,05) yang berarti H0 ditolak dan Ha di terima, sehingga dapat disimpulkam ada hubungan yang bermakna antara masa

(16)

kerja dengan dengan stres kerja. Masa kerja memiliki pengaruh penting dalam memicu munculnya stres kerja.

Hasil penelitian menyatakan bahwa masa kerja mempunyai hubungan dengan stres kerja, hal ini dikarenakan rutinitas yang sama setiap harinya dapat memicu kejenuhan. Hasil penelitian ini sejalan dengan teori Cooper yang mengatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi stres kerja adalah masa kerja. Masa kerja yang lama akan mmberikan pengalaman kerja yang luas pada pekerja dan apabila pengalaman tersebut berupa hal yang negatif maka dapat mempengaruhi munculnya stres kerja individu. Pada individu dengan masa kerja yang terlalu lama, juga dapat mengalami ketegangan yang lebih disebabkan oleh kebosanan (kejenuhan) dan beban kerja yang berat baik fisik maupun mental.

Dalam penelitian ini dapat diketahui pekerja yang telah bekerja 5 tahun atau lebih paling banyak mengalami stres kerja tingkat tinggi. Pekerja yang telah bekerja di atas 5 tahun biasanya memiliki tingkat kejenuhan yang lebih tinggi daripada pekerja yang baru bekerja, sehingga dengan adanya tingkat kejenuhan tersebut dapat menyebabkan stres dalam bekerja (Munandar, 2008).

Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa semakin lama masa kerja seseorang semakin besar peluang orang tersebut untuk mengalami stres. Hal ini sesuai dengan analisis penelitian Dara (2015) yang menyatakan bahwa semakin lama masa kerja seseorang maka semakin stres didalam pekerjaannya. Hal ini dapat terjadi karena pekerja yang sudah mempunyai masa kerja yang lama dapat menimbulkan kebosanan dalam bekerja atau merasakan kerja yang monoton dalam waktu yang lama.

(17)

47

5.1.3 Hubungan antara Lama Kerja dengan Stres Kerja

Berdasarkan hasil uji hubungan antara lama kerja dengan stres kerja menggunakan uji Chi Square diperoleh p-value sebesar 0,027 (<0,05) yang berarti ada hubungan yang bermakna antara lama kerja dengan stres kerja. Semakin lama waktu kerja seseorang maka akan meningkatkan kemungkinan untuk mengalami stres kerja.

Jam kerja merupakan bagian dari empat faktor organisasi yang merupakan sumber potensial dari stres para karyawan di tempat kerja (Robbins, 2006). Harrington (2001) juga menyatakan bahwa lamanya jam kerja berlebih dapat meningkatkan human error atau kesalahan kerja karena kelelahan yang meningkat dan jam tidur yang berkurang. Hal ini dapat menjadi pemicu timbulnya stres kerja pada pekerja yang bekerja lebih dari sama dengan 8 jam dalam satu hari kerja.

Menurut Sumakmur (2009), memperpanjang waktu kerja lebih dari kemampuan lama kerja (8jam perhari) tersebut biasanya tidak disertai dengan efisiensi, efektivitas dan produktivitas kerja yang optimal, bahkan biasanya terlihat penurunan kualitas dan hasil kerja serta bekerja dengan waktu yang berkepanjangan timbul kecenderungan terjadinya kelelahan, gangguan kesehatan, penyakit dan kecelakaan serta ketidakpuasan.

Penambahan jam kerja diluar standar (8jam perhari) yang melebihi batas kemampuannya dapat meningkatkan risiko pengemudi mengalami kelelahan yang dapat menimbulkan stres kerja. Menurut beberapa penelitian, jam kerja yang berlebihan ternyata tidak hanya mengurangi kuantitas dan kualitas hasil kerja,

(18)

juga seringkali meningkatkan kuantitas absen dengan alasan sakit atau kecelakaan kerja (Harrianto, 2005).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada pengemudi mobil di GRHA Trac Medan, jam kerja yang melebihi dari 8 jam sering membuat mereka merasa kelelahan dalam menjalankan pekerjaannya. Mereka juga sering mengeluh mengenai kualitas istirahat yang kurang dan absen karena sakit. Selain itu stres dalam hal ini dapat berdampak positif (eustres), karena para pekerja jadi memiliki kemampuan adaptasi terhadap jam kerjanya mengenai stres yang dialaminya, namun juga mengalami disstres dengan adanya absenteisme dan sakit karena kelelahan.

5.1.4 Hubungan antara Hubungan interpersonal dengan stres kerja

Berdasarkan hasil uji hubungan antara hubungan interpersonal dengan stres kerja menggunakan uji Chi square, diperoleh p-value sebesar 0,366 (>0,05) yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara hubungan interpersonal dengan stres kerja. Hubungan yang baik antar anggota dari satu kelompok kerja dianggap sebagai faktor utama dalam kesehatan individu dan organisasi.

Dalam penelitian ini hubungan interpersonal yang dimaksud adalah hubungan pengemudi dengan teman kerja (pengemudi lain). Tidak adanya hubungan yang bermakna antara hubungan interpersonal dengan stres kerja atau hubungan interpersonal bukanlah termasuk faktor yang mempengaruhi stres kerja, hal ini disebabkan karena berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa sebagai pengemudi mobil dalam kesehariannya mereka bekerja secara individual dimana mereka tidak membutuhkan kerja sama tim dalam bekerja, hal inilah yang

(19)

49

menyebabkan antar pengemudi jarang berinteraksi saat bekerja sehingga hubungan interpersonal tidak mempengaruhi terjadinya stres kerja pada pengemudi. Hal ini juga dipengaruhi oleh target yang berbeda dalam bekerja karena masing-masing pengemudi memiliki jarak tempuh yang tidak sama ketika mengemudikan mobil, dan waktu selesainya bekerja yang tidak sama membuat kesempatan untuk bersosialisasi berkurang. Namun dalam hal bekerja, pengemudi mobil tetap membutuhkan social support atau bantuan dan dukungan dari teman kerja dan pihak manajemen untuk mengurangi dampak negatif yang merugikan dari stres kerja (Tulus Winarsunu, 2008).

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tidak adanya hubungan yang bermakna antara hubungan interpersonal dengan stres kerja pada pengemudi mobil disebabkan karena pengemudi bekerja secara individual yang tidak membutuhkan kerja sama tim dalam bekerja sehingga tidak ada persaingan yang tidak sehat maupun konflik yang terjadi saat bekerja.

(20)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian faktor-faktor yang berhubungan dengan stres kerja pada pengemudi mobil GRHA Trac Medan tahun 2017 dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Dari 33 responden sebanyak 11 orang (33,3%) mengalami stres kerja tingkat tinggi, 14 orang (42,4%) berumur ≥ 38 tahun, 20 orang (60,6%) mempunyai masa kerja ≥ 5 tahun, 18 orang (54,5%) mempunyai lama kerja ≥8 jam dalam satu hari, dan 19 orang (57,6% )memiliki hubungan interpersonal yang akrab.

2. Ada hubungan yang bermakna antara umur (p value=0,023), masa kerja (p value=0,018), dan lama kerja (p value=0,027) dengan stres kerja pada pengemudi mobil GRHA Trac Medan.

3. Tidak ada hubungan yang signifikan antara hubungan interpersonal (p value=0,0366) dengan stres kerja pada pengemudi mobil GRHA Trac Medan.

6.2 SARAN

Disarankan setiap pengemudi mempunyai kemauan secara pribadi dalam menghindari faktor-faktor yang dapat menyebabkan stres kerja misalnya;

1. Pengemudi sebaiknya tidak memaksakan diri untuk bekerja terlalu lama, hal ini juga perlu disesuaikan dengan umur pengemudi karena

(21)

51

kemampuan akan menurun sejalan dengan pertambahan umur dan masa kerja.

2. Pengemudi disarankan dapat membagi jadwal istirahat dengan jadwal kerja agar tidak terjadi kelelahan yang dapat memicu timbulnya stres kerja (jumlah jam kerja untuk mengemudi dalam sehari tidak lebih dari 8 jam).

3. Kepada perusahaan disarankan untuk melakukan identifikasi bahaya stres kerja pada pengemudi mobil dan mempertimbangkan bahaya-bahaya diluar pekerjaan yang dapat berkontribusi terhadap timbulnya stres kerja pada pengemudi.

Gambar

Tabel 3.1  Klasifikasi Tingkat Risiko Stres  Akibat  Kerja Berdasarkan Total Skor  Individu
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur.
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Masa Kerja
Tabel  4.4  Distribusi  Frekuensi  Responden  Berdasarkan  Hubungan  Interpersonal  No  Hubungan Kerja  f  %  1

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian, disimpulkan bahwa (a) Perbaikan sikap kerja dan penambahan penerangan lokal pada proses pembubutan dapat menurunkan keluhan muskuloskeletal

Manajer Investasi dapat membeli Efek yang diperdagangkan di Bursa Efek luar negeri yang informasinya dapat diakses dari Indonesia melalui media massa atau fasilitas internet

1. Perusahaan dapat mengharapkan kelangsungan hidup sebagai tujuan utamanya jika terjadi kelebihan kapasitasnya, persaingan yang sangat sengit atau keinginan konsumen

Bahwa yang dimaksud dengan waktu damai adalah saat atau waktu melakukan kegiatan meninggalkan kesatuan tersebut, Negara RI tidak dalam keadaan darurat perang sebagaimana

Inkubasi tabung mikrosentrifus kedua selama 10 menit pada temperatur ruang (bolak-balikkan tabung 2-3 kali selama masa inkubasi) untuk melisis sel-sel darah

Sistem informasi perpustakaan sekarang ini sangatlah penting untuk sekolah, instansi maupun pihak lainnya, dengan menggunakan sistem informasi perpustakaan, proses peminjaman,

Hal ini menunjukkan bahwa dari segi penyerapan tenaga kerja, sektor industri pengolahan Sulawesi Utara merupakan sektor basis yang lebih tinggi perbandingannya

Hasil pengujian hipotesis pertama menunjukkan bahwa komunikasi tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap keterlambatan penyusunan laporan keuangan Dinas