• Tidak ada hasil yang ditemukan

Elis Tambaru, Samuel A. Paembonan, Djamal Sanusi, dan Anwar Umar Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin Makassar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Elis Tambaru, Samuel A. Paembonan, Djamal Sanusi, dan Anwar Umar Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin Makassar"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

KARAKTER MORFOLOGI DAN TIPE STOMATA DAUN BEBERAPA JENIS POHON PENGHIJAUAN HUTAN KOTA DI KOTA MAKASSAR

Morphology of Character Leaf, Types of Stomatal at some Species of Trees on Urban Forest in Makassar City

Elis Tambaru, Samuel A. Paembonan, Djamal Sanusi, dan Anwar Umar Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin Makassar

Email: eli.tambaru@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis karakter morfologi daun dan anatomi tipe stomata daun pada beberapa jenis pohon Hutan Kota di Kota Makassar. Penelitian ini dilakukan pada awal Juli-Oktober 2011 di Lokasi Jalan A. P. Pettarani, Kawasan PT. KIMA dan Kampus UNHAS Tamalanrea Makassar. Metode yang digunakan adalah identifikasi berdasarkan morfologi daun, sedangkan untuk stomata daun digunakan metode pengolesan aceton pada permukaan daun dan diidentifikasi karakter stomata dan dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa karakter daun yang baik menjerap debu yaitu permukaan daun licin, mengkilap, berambut, tepi daun bergelombang. Tipe stomata yang diperoleh adalah parasitik (Pterocarpus indicus Willd., Swietenia macrophylla King., Filicium decipiens (Waight&Arn) Thwaities dan Polyalthia longifolia Bent.&Hook var. pendula) dan anisositik (Mimusops elengi L., dengan. Wodyetia bifurcata Irvine dan Bambus vulgaris Schrad var. vitata A&C Riviere. Kerapatan stomata daun tertinggi pada Swietenia macrophylla King., yaitu 802 stomata/mm2 di lokasi Kampus UNHAS Tamalanrea. Sedangkan terendah pada Wodyetia bifurcata Irvine sebanyak 218 stomata/mm2 di lokasi Kawasan PT. KIMA.

Kata Kunci: Karakter Morfologi Daun, Anatomi Stomata Daun, Pohon, dan Hutan Kota.

ABSTRACT

This study aims to analyze Morphology of Character Leaf, Types of Stomatal at some Species of Trees on Urban Forest in Makassar City, was done from July to October 2011 in three locations: A.P. Pettarani street, PT. KIMA, Makassar Industrial Estate and Campus Hasanuddin University Tamalanrea Makassar. The method used is based on leaf morphology identification. Analyze of stomatal surface of the leaf. The results showed that the leaf characters are good at absorbing dust the surface of leaf smooth, shiny, blond, wavy leaf edges. Stomata type obtained is parasitic (Pterocarpus indicus Willd., Swietenia macrophylla King., Filicium decipiens (Waight & Arn) Twaities and Polyalthia longifolia Bent. & Hook var. pendula) and anisositik (Mimusops elengi L.,). Longitudinal arrangement of stomatal on Wodyetia bifurcata Irvine dan Bambus vulgaris Schrad var. vitata A&C Riviere. The highest density of stomatal on the leaf Swietenia macrophylla of 802 stomatal/mm2 on the location Campus

(2)

on the leaf Wodyetia bifurcata Irvine of 218 stomatal/mm2 on the location PT.

KIMA, Makassar Industrial Estate.

Keywords: Morphology of Character Leaf, Anatomy of Stomatal Leaf, Trees, and Urban Forest

PENDAHULUAN

Pembangunan di Kota Makassar yang perkembangannya semakin pesat serta dibarengi dengan pertumbuhan jumlah kendaraan, menyebabkan menurunnya kualitas udara Kota Makassar secara keseluruhan. Kualitas udara ditentukan oleh beberapa faktor antara lain: sumber bergerak yaitu kendaraan bermotor dan sumber tidak bergerak seperti: cerobong pabrik dan pembakaran sampah oleh masyarakat (DPLHK, 2009). Pencemar lainnya di udara dalam bentuk debu atau Total Suspended Partikulat (TSP) dari kendaraan bermotor sekitar 44,1%, rumah tangga 33%, industri 14,6%, dan pembakaran sampah 8,6% (Martono (2007) dalam Junaidi, 2009). Tingginya tingkat pembangunan di daerah perkotaan, seringkali mengabaikan unsur-unsur alami seperti vegetasi. Padahal dalam beberapa penelitian ditemukan, bahwa vegetasi memiliki manfaat untuk mempertahankan tingkat kenyamanan udara (Samsoedin dan Subiandono, 2006).

Ruang Terbuka Hijau (RTH) merupakan suatu bentuk pemanfaatan lahan di perkotaan yang diperuntukan bagi penghijauan kota (Abril, 2009). Vegetasi harus memiliki sifat dan karateristik tertentu yang dapat membantu mengatasi masalah-masalah berhubungan dengan lingkungan. Vegetasi perkotaan berfungsi memberi estetika, penyatu ruang, meminimalkan pencemaran udara dan menghasilkan oksigen dan ameliorasi iklim mikro (Grey dan Deneke, 1978; Lovelli et al. 2010; Zhao et al. 2010).

Hutan Kota harus memenuhi kriteria, merupakan RTH yang didominasi oleh pepohonan, mempunyai luas paling sedikit 0,25 hektar. Persentase luas Hutan Kota paling sedikit 10 % dari wilayah perkotaan atau disesuaikan dengan kondisi setempat. Pembangunan Hutan Kota dimaksudkan untuk dapat menjaga kelestarian, keserasian, dan keseimbangan ekosistem perkotaan yang meliputi unsur lingkungan dan sosial budaya.

Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukan penelitian sejauh mana karakter morfologi dan tipe stomata daun beberapa jenis pohon penghijauan

(3)

dapat digunakan sebagai indikator pemilihan pohon yang tepat untuk mengatasi polusi udara di kota Makassar.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan pada awal Juli sampai Oktober 2011. Lokasi pengambilan sampel jenis-jenis pohon penghijauan di Kota Makassar dilakukan pada 3 (tiga) lokasi yaitu Jalan A.P. Pettarani terletak pada 05o 09’ 06.5” Lintang Selatan dan 119o 26’ 14.1” Bujur Timur, terpolusi kendaraan bermotor dan debu jalanan, Kawasan Industri Makassar (KIMA) terletak pada 050 06’ 24.2” Lintang Selatan dan 1190 30’ 08.0” Bujur Timur, terpolusi asap dan bau pabrik. Kampus Universitas Hasanuddin (UNHAS) terletak pada 050 08’ 05.3” Lintang Selatan dan 1190 29’ 25.1” Bujur Timur, kurang terpolusi. Bahan yang digunakan adalah jenis daun pohon sampel, aceton, dan gliserin. Alat yang digunakan isolasi bening, meteran, gunting, kamera, loupe, gelas objek, mikroskop binokuler, mikroskop kamera, kantong sampel, label, dan alat tulis menulis.

Daun dari tujuh jenis pohon penghijauan diidentifikasi karakter morfologi daun untuk mengetahui sifat-sifat daun (Tjitrosoepomo, 1990; Dasuki, 1991). Metode yang digunakan pada pengamatan karakter stomata (BP2KM, 2011) pada daun sampel pohon di olesi dengan aceton selama 3 menit. Tarik isolasi lalu dilekatkan pada objek glass. Diamati di bawah mikroskop dan difoto dengan kamera mikroskop.Identifikasi karakter anatomi stomata digunakan referensi Pandey dan Chandha, 1993; Mulyani, 2006; Nugroho, dkk., 2006; Agustini (1999) dan Kurnia (2005) dalam Hidayat, 2009; dan Sunarti, dkk., 2008).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Identifikasi jenis pohon penghijauan yang berasal dari Jalan A.P. Pettarani, PT. KIMA dan Kampus Universitas Hasanuddin Tamalanrea Makassar. Karakter morfologi daun disajikan pada Tabel 1-3.

(4)

Tabel 1. Karakter Morfologi Daun Jenis Pohon Penghijauan di Jalan A.P. Pettarani Makassar

Karakter Daun

Majemuk Angsana Mahoni Filicium Palem Ekor Tupai

Bentuk anak daun

Permukaan anak daun

Warna anak daun

Panjang ibu tangkai daun

Jumlah anak daun Panjang anak daun Lebar anak daun Tebal anak daun Panjang tangkai anak daun

Tipe penyinaran daun

Bulat telur

Atas: licin mengkilat Bawah: licin Atas: hijau tua Bawah: hijau muda 16 - 29 cm 5 - 11 Lembar 7 - 15 cm 4,5 - 7,5 cm 1,95 mm 0,85 - 1,2 cm Dorsiventral Bulat telur, bulat memanjang Atas:licin mengkilat Bawah: licin Atas: hijau tua Bawah: hijau muda 19 - 27 cm 10 Lembar 7,3 - 13 cm 3,5 - 4,8 cm 1,75 mm 6 mm Dorsiventral Lanset

Atas: licin mengkilat Bawah: licin Atas: hijau tua Bawah: hijau muda 21 - 35,5 cm 9 - 20 Lembar 11 - 16,5 cm 1,5 - 2 cm 0,575 mm - Dorsiventral Bangun Pita

Atas: licin mengkilat Bawah:licin Atas: hijau tua Bawah: hijau tua 150 - 250 cm 130 - 176 Lembar 29,5 - 50,5 cm 1,5 - 5,5 cm 1,85 mm - Isobilateral Karakter Daun

Tunggal Tanjung Glodokan Tiang Bambu Hias Jepang

Bentuk daun Permukaan daun

Warna daun

Panjang tangkai daun Panjang daun Lebar daun Tebal daun

Tipe penyinaran daun

Bulat telur Atas: licin mengkilat Bawah: licin Atas: hijau tua Bawah: hijau muda 1,5 - 2,5 cm 8,5 - 12,5 cm 4 - 6,9 cm 1,2 mm Dorsiventral Lasat memanjang Atas: licin mengkilat Bawah: licin Atas: hijau tua Bawah: hijau muda 7 mm

14,5 - 26 cm 2,5 - 4,5 cm 1,95 mm Dorsiventral

Bulat memanjang, lanset Atas: berbulu kasar Bawah: licin Atas: hijau Bawah: hijau 2 mm 7,3 - 11,7 cm 0,6 - 1,2 cm

Panjang pelepah daun 1,8 - 3 cm Isobilateral

(5)

Tabel 2. Karakter Morfologi Daun Jenis Pohon Penghijauan di Kawasan PT. KIMA Makassar

Karakter Daun

Majemuk Angsana Mahoni Filicium Palem Ekor Tupai

Bentuk anak daun

Permukaan anak daun

Warna anak daun

Panjang ibu tangkai daun

Jumlah anak daun Panjang anak daun Lebar anak daun Tebal anak daun Panjang tangkai anak daun

Tipe penyinaran daun

Bulat telur

Atas; licin mengkilat Bawah: licin Atas: hijau tua Bawah: hijau muda 15,4 - 18 cm 9 lembar 6,8 - 11,2 cm 3,8 - 4,9 cm 1,85 mm 6 mm Dorsiventral Bulat telur, bulat memanjang Atas: licin mengkilat Bawah: licin Atas: hijau tua Bawah: hijau muda 19,8 - 32,2 cm 10 lembar 7 - 17,5 cm 3,2 - 6,8 cm 1,95 mm 6 mm Dorsiventral Lanset

Atas: licin mengkilat Bawah: licin Atas: hijau tua Bawah: hijau muda 23,2 - 46 cm 11 - 26 lembar 8,0 - 14,6 cm 1,6 - 2,1 cm 0,575 mm - Dorsiventral Bangun Pita

Atas: licin mengkilat Bawah: licin Atas: hijau tua Bawah: hijau tua 276 - 322 cm 152 - 176 lembar 22,8 - 44,8 cm 0,9 - 2,8 cm 1,85 mm - Isobilateral Karakter Daun

Tunggal Tanjung Glodokan Tiang Bambu Hias Jepang

Bentuk daun Permukaan daun

Warna daun

Panjang tangkai daun Panjang daun Lebar daun Tebal daun

Tipe penyinaran daun

Bulat telur Atas: licin mengkilat Bawah: licin Atas: hijau tua Bawah: hijau muda 2 - 3 cm 9,8 - 12,6 cm 3,5 - 5,2 cm 0,575 mm Dorsiventral Lanset memanjang Atas: licin mengkilat Bawah: licin Atas: hijau tua Bawah: hijau muda 0,8 - 1,1 cm 14,4 - 27,6 cm 2,6 - 5,4 cm 1,95 mm Dorsiventral

Bulat memanjang, lanset Atas: berbulu kasar Bawah: licin Atas: hijau Bawah: hijau 2 mm 7,6 - 16,4 cm 0,5 - 1 cm

Panjang pelepah daun 1 - 2,7 cm Isobilateral

(6)

Tabel 3. Karakter Morfologi Daun Jenis Pohon Penghijauan di Kampus UNHAS Tamalanrea Makassar.

Hasil penelitian menunjukkan, bahwa di Jalan A.P. Pettarani dan Kawasan PT. KIMA, bentuk morfologi daun dari pohon penghijauan lebih tebal dan berukuran lebih kecil, jika dibandingkan daun dari pohon sejenis yang tumbuh di Kampus UNHAS Tamalanrea berukuran lebih lebar dan tipis. Luas daun dan morfologi daun sangat dipengaruhi oleh tempat tumbuh dan faktor lingkungan. daun terkena cahaya dengan intensitas tinggi dan panas selama

Karakter Daun

Majemuk Angsana Mahoni Filicium Palem Ekor Tupai

Bentuk anak daun

Permukaan anak daun

Warna anak daun

Panjang ibu tangkai daun

Jumlah anak daun Panjang anak daun Lebar anak daun Tebal anak daun Panjang tangkai anak daun

Tipe penyinaran daun

Bulat telur

Atas: licin mengkilat Bawah: licin Atas: hijau tua Bawah: hijau muda 17,5 - 28 cm 6 - 10 lembar 10 - 12,6 cm 5 - 7 cm 0,555 mm 0,8 - 1 cm Dorsiventral Bulat telur, bulat memanjang Atas: licin mengkilat Bawah: licin Atas: hijau tua Bawah: hijau muda 22 - 41 cm 8 - 10 lembar 9 - 19,5 cm 4,5 - 8,5 cm 0,555 mm 0,8 – 1 cm Dorsiventral Lanset

Atas: licin mengkilat Bawah: licin Atas: hijau tua Bawah: hijau muda 31 - 33,4 cm 15 - 21 lembar 7 - 13,1 cm 1,6 - 2,3 cm 0,564 mm - Dorsiventral Bangun Pita

Atas: licin menglkilat Bawah: licin Atas: hijau tua Bawah: hijau tua 183 - 226 cm 142 - 152 lembar 33 - 49,5 cm 1,2 - 2,4 cm 1,85 mm - Isobilateral Karakter Daun

Tunggal Tanjung Glodokan Tiang Bambu Hias Jepang

Bentuk daun Permukaan daun

Warna daun

Panjang tangkai daun Panjang daun Lebar daun Tebal daun

Tipe penyinaran daun

Bulat telur Atas: licin mengkilat Bawah; licin Atas: hijau tua Bawah: hijau muda 2,4 cm 10,4 - 16,6 cm 4,3 - 8,6 cm 0,555 mm Dorsiventral Lanset memanjang Atas: licin mengkilat Bawah: licin Atas: hijau tua Bawah: hijau muda 7 mm

15 - 23,4 cm 2,4 - 4,6 cm 1,95 mm

Dorsiventral

Bulat memanjang, lanset Atas: berbulu kasar Bawah: licin Atas: hijau Bawah: hijau 2 mm 7 - 19 cm 0,8 - 1,3 cm 0,525 - 0,555 mm

Panjang pelepah daun 1,2 - 4 cm Isobilateral

(7)

perkembangannya dapat mempengaruhi luas permukaan daun yaitu berukuran lebih kecil dan lebih tebal (Salisbury dan Ross, 1992; Fitter dan Hay, 1981).

(8)

Tabel 4. Karakter Anatomi Penampang Membujur dari Jenis Pohon Penghijauan di Jalan A.P. Pettarani Makassar

Karakter Angsana Mahoni Filicium Palem Ekor Tupai

Letak stomata Tipe stomata Panjang stomata Lebar stomata Indeks stomata Tipe sel epidermis atas Tipe sel epidermis bawah Dinding sel epidermis atas Dinding sel epidermis bawah Bentuk sel penutup stomata Letak trikomata

Pembukaan stomata Penyebaran stomata Tipe penyebaran stomata

Adaxial (atas), Abaxial (bawah) Parasitik 16,8 – 21,6 µm 9,6 – 14,4 µm 14,50 – 20,27 % Tidak beraturan Tidak beraturan Berlekuk dangkal Berlekuk dalam Berbentuk ginjal Epidermis bawah 2,4 – 48 µm Tidak beraturan

Tipe potato (amfistomatik)

Adaxial (atas), Abaxial (bawah) Parasitik 16,8 – 21,6 µm 14,4 – 19,2 µm 19,16 – 22,57 % Beraturan Beraturan Tidak Beraturan Berlekuk dangkal - lurus Berlekuk dangkal - lurus Berbentuk ginjal Epidermis bawah 7,2 – 9,6 µm Tidak beraturan

Tipe potato (amfistomatik)

Adaxial (atas), Abaxial (bawah) Parasitik 16,8 µm 14,4 – 16,8 µm 24,16 – 25,41 % Tidak beraturan Tidak beraturan Lurus

Agak berlekuk- lurus Berbentuk ginjal Epidermis bawah 2,4 – 4,8 µm Tidak beraturan

Tipe potato (amfistomatik)

Adaxial (atas), Abaxial (bawah) Stomata di damping 2 sel tetangga 24 – 36 µm 12 - 24 µm 15,25 – 20,75 % Memanjang segi 4-5 Beraturan Beraturan Lurus Berbentuk ginjal Epidermis bawah 4,8 – 7,2 µm Beraturan

Tipe potato (amfistomatik)

Karakter Tanjung Glodokan Tiang Bambu Hias Jepang

Letak stomata Tipe stomata Panjang stomata Lebar stomata Indeks stomata Tipe sel epidermis atas Tipe sel epidermis bawah Dinding sel epidermis atas Dinding sel epidermis bawah Bentuk sel penutup stomata Letak trikomata

Pembukaan stomata Penyebaran stomata Tipe penyebaran stomata

Adaxial (atas), Abaxial (bawah) Anisositik 14,4 – 24 µm 9,6 – 14,4 µm 4,65 – 12,79 % Segi 6 beraturan Tidak beraturan Berlekuk dangkal Berlekuk dangkal Berbentuk ginjal Epidermis bawah 2,4 µm Tidak beraturan

Tipe potato (amfistomatik)

Adaxial (atas), Abaxial (bawah) Parasitik 24 – 26,4 µm 19,2 – 21,6 µm 14,49 – 16,94 % Tidak beraturan Tidak beraturan Berlekuk dangkal Berlekuk dangkal Berbentuk ginjal Epidermis bawah 4,8 – 7,2 µm Tidak beraturan

Tipe potato (amfistomatik)

Adaxial (atas), Abaxial (bawah) Longitudinal

14,4 – 16,8 µm 9,6 – 12 µm 12,63 – 15,5 %

Beraturan ada sel panjang dan pendek Beraturan ada sel panjang dan pendek Berlekuk dalam Lurus Berbentuk halter Epidermis atas 2,4 µm Beraturan

(9)

Tabel 5. Karakter Anatomi Penampang Membujur daun Jenis Pohon Penghijauan di Kawasan PT. KIMA Makassar

Karakter Angsana Mahoni Filicium Palem Ekor Tupai

Letak stomata Tipe stomata Panjang stomata Lebar stomata Indeks stomata Tipe sel epidermis atas Tipe sel epidermis bawah Dinding sel epidermis atas Dinding sel epidermis bawah Bentuk sel penutup stomata Letak trikomata

Pembukaan stomata Penyebaran stomata Tipe penyebaran stomata

Adaxial (atas), Abaxial (bawah) Parasitik 19,2 – 24 µm 12 – 14,4 µm 7,29 – 9,53% Tidak beraturan Tidak beraturan Berlekuk dangkal Berlekuk dalam Berbentuk ginjal Epidermis bawah 4,8 µm Tidak beraturan

Tipe potato (amfistomatik)

Adaxial (atas), Abaxial (bawah) Parasitik 19,2 µm 16,8 – 19,2 µm 19,32 – 21,36 % Beraturan Beraturan

Berlekuk dangkal - lurus Berlekuk dangkal – lurus Berbentuk ginjal Epidermis bawah 4,8 - 7,2 µm Tidak beraturan

Tipe potato (amfistomatik)

Adaxial (atas), Abaxial (bawah) Parasitik 14,4 – 19,2 µm 14,4 – 16,8 µm 16,32 – 20,54 % Tidak beraturan Tidak beraturan Lurus

Agak berlekuk- lurus Berbentuk ginjal Epidermis bawah 2,4 – 4,8 µm Tidak beraturan

Tipe potato (amfistomatik)

Abaxial (atas), Abaxial (bawah) Stomata di damping 2 sel tetangga 26,4 – 36 µm 14,4 – 19,2 µm 30,50 – 42,98 % Memanjang segi 4-5 Beraturan Lurus Lurus Berbentuk ginjal Epidermis bawah 2,4 – 7,2 µm Beraturan

Tipe potato (amfistomatik)

Karakter Tanjung Glodokan Tiang Bambu Hias Jepang

Letak stomata Tipe stomata Panjang stomata Lebar stomata Indeks stomata Tipe Sel epidermis atas Tipe sel epidermis bawah Dinding sel epidermis atas Dinding sel epidermis bawah Bentuk sel penutup stomata Letak trikomata

Pembukaan stomata Penyebaran stomata Tipe penyebaran stomata

Adaxial (atas), Abaxial (bawah) Anisositik 16,8 – 24 µm 12 – 26,4 µm 25,96 – 35,92% Segi 6 beraturan Tidak beraturan Berlekuk dangkal Berlekuk dangkal Berbentuk ginjal Epidermis bawah 4,8 – 7,2 µm Tidak beraturan

Tipe potato (amfistomatik)

Adaxial (atas), Abaxial (bawah) Parasitik 19,2 – 21,6 µm 14,4 – 16,8 µm 19,69 – 23,04 % Tidak beraturan Tidak beraturan Berlekuk dangkal Berlekuk dangkal Berbentuk ginjal Epidermis bawah 4,8 – 7,2 µm Tidak beraturan

Tipe potato (amfistomatik)

Adaxial (atas), Abaxial (bawah) Longitudinal

9,6 – 16,8 µm 7,2 – 12 µm 12,76 – 20,02 %

Beraturan ada sel panjang dan pendek Beraturan ada sel panjang dan pendek Berlekuk dalam Lurus Berbentuk halter Epidermis atas 2,4 µm Beraturan

(10)

Tabel 6. Karakter Anatomi Penampang Membujur Jenis Pohon Penghijauan di Kampus UNHAS Tamalanrea Makassar

Karakter Angsana Mahoni Filicium Palem Ekor Tupai

Letak stomata Tipe stomata Panjang stomata Lebar stomata Indeks stomata Tipe sel atas

Tipe sel epidermis bawah Dinding sel epidermis atas Dinding sel epidermis bawah Bentuk sel penutup stomata Letak trikomata

Pembukaan stomata Penyebaran stomata Tipe penyebaran stomata

Adaxial (atas), Abaxial (bawah) Parasitik 21,6 – 24 µm 12 - 14,4 µm 7,51 – 9,27 % Tidak beraturan Tidak beraturan Berlekuk dangkal Berlekuk dalam Berbentuk ginjal Epidermis bawah 4,8 – 7,2 µm Tidak beraturan

Tipe potato( amfistomatik)

Adaxial (atas), Abaxial (bawah) Parasitik 14,4 – 19,2 µm 12 – 16,8 µm 26,82 – 40,38 % Beraturan Beraturan

Berlekuk dangkal - lurus Berlekuk dangkal - lurus Berbentuk ginjal Epidermis bawah 7,2 µm

Tidak beraturan

Tipe potato (amfistomatik)

Adaxial (atas), Abaxial (bawah) Parasitik 12 – 16,8 µm 9,6 – 14,4 µm 25,90 – 28,44% Tidak beraturan Tidak beraturan Lurus

Agak berlekuk- lurus Berbentuk ginjal Epidermis bawah 2,4 – 4,8 µm Tidak beraturan

Tipe potato (amfistomatik)

Adaxial (atas), Abaxial (bawah) Stomata di damping 2 sel tetangga 26,4 – 33,6 µm 16,8 – 19,2 µm 18,59 – 26,65 % Memanjang segi 4-5 Beraturan Lurus Lurus Berbentuk ginjal Epidermis bawah 4,8 – 9,6 µm Beraturan

Tipe potato (amfistomatik)

Karakter Tanjung Glodokan Tiang Bambu Hias Jepang

Letak stomata Tipe stomata Panjang stomata Lebar stomata Indeks stomata Tipe sel epidermis atas Tipe sel epidermis bawah Dinding sel epidermis atas Dinding sel epidermis bawah Bentuk sel penutup stomata Letak trikomata

Pembukaan stomata Penyebaran stomata Tipe penyebaran stomata

Adaxial (atas), Abaxial (bawah) Anisositik 16,8 – 21,6 µm 9,6 – 14,4 µm 11,07 – 44,26 % Segi 6 Beraturan Tidak beraturan Berlekuk dangkal Berlekuk dangkal Berbentuk ginjal Epidermis bawah 2,4 µm Tidak beraturan

Tipe potato (amfistomatik)

Adaxial (atas), Abaxial (bawah) Parasitik 19,2 – 26,4 µm 16,8 – 21,6 µm 18,87 – 26,28 % Tidak beraturan Tidak beraturan Berlekuk dangkal Berlekuk dangkal Berbentuk ginjal Epidermis bawah 7,2 – 9,6 µm Tidak beraturan

Tipe potato (amfistomatik)

Adaxial (atas), Abaxial (bawah) Longitudinal

14,4 – 16,8 µm 9,6 – 12 µm 18,74 – 22,49 %

Beraturan ada sel panjang dan pendek Beraturan ada sel panjang dan pendek Berlekuk dalam Lurus Berbentuk halter Epidermis atas 2,4 µm Beraturan

(11)

Hasil penelitian pada ketiga lokasi penelitian menunjukkan, bahwa daun yang diamati secara membujur dijumpai ada stomata pada kedua sisi permukaan daunnya, dikelompokkan tipe potato. Jumlah stomata yang lebih banyak pada permukaan bawah merupakan suatu mekanisme adaptasi pohon terhadap lingkungan darat (Campbell et al. 2003), sehingga mengurangi transpirasi (Larcher,1995; Taiz dan Zeiger, 2002).

Tipe parasitik terdapat pada daun angsana, mahoni, filicium, dan glodokan tiang. Sedangkan pada daun tanjung tipe anisositik. Selanjutnya pada daun palem ekor tupai tipe stomatanya didampingi oleh dua sel tetangga yang tersusun sejajar, sedangkan tipe stomata bambu hias Jepang sel penutupnya berbentuk halter. Kedua jenis pohon tersebut stomata daunnya tersusun pada deret longitudinal/sejajar (Nugroho,dkk., 2006; Pandey dan Chandha, 1996).

Kerapatan stomata tertinggi pada ketiga lokasi penelitian yaitu: Jalan A.P.Pettarani; mahoni (743/mm2), filicium (933/mm2) dan bambu hias Jepang (885/mm2). Kawasan PT. KIMA; mahoni (877/mm2), filicium (574/mm2), bambu hias Jepang (683/mm2) dan Kampus UNHAS Tamalanrea; mahoni (787/mm2)., filicium (857/mm2), bambu hias Jepang (565/mm2), dan tanjung ( 525/mm2). Kerapatan stomata terendah pada lokasi Jalan A.P. Pettarani adalah stomata daun tanjung (137/mm2). Sesuai kriteria, bahwa stomata daun dikatakan rendah jika < 300/mm2, tinggi > 500/mm2. Stomata daun terpanjang dijumpai pada daun palem ekor tupai yang tumbuh di Kawasan PT. KIMA yaitu 31,2 µm dan terpendek juga pada lokasi yang sama terdapat pada daun bambu hias Jepang dengan ukuran 13,2 µm. Stomata dikatakan sangat panjang jika > 25 µm, panjang jika 20-25 µm dan kurang panjang jika < 20 µm (Agustini (1999) dan Kurnia (2005) dalam Hidayat, 2009).

KESIMPULAN

1. Karakter morfologi daun yang mampu menjerap debu yaitu permukaan daun licin, mengkilap, tepi daun bergelombang, dan berambut.

2. Tipe stomata berdasarkan susunan parasitik (Pterocarpus indicus Willd., Swietenia macrophylla King., Filicium decipiens (Wight&Arn.)Thwaites, dan Polyalthia longifolia Bent.&Hook var. pendula) dan Tipe anisositik Mimusops elengi L., Pada Wodyetia bifurcata Irvine dan Bambus vulgaris Schrad var. vitata A&C Riviere. Susunan stomata daunnya

(12)

sejajar/longitudinal. Kerapatan stomata daun tertinggi pada Swietenia macrophylla King., yaitu 802 stomata/mm2 di lokasi Kampus UNHAS Tamalanrea. Sedangkan terendah pada Wodyetia bifurcata Irvine sebanyak 218 stomata/mm2 di lokasi Kawasan PT. KIMA.

DAFTAR PUSTAKA

Abril, 2009. Penyediaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Di Kawasan Perkotaan. http/google web. Diakses 6/5/2009,5:33 pm.

[BP2KM] Balai Penelitian & Pengembangan Kehutanan Makassar, 2011. Cara mengamati Stomata dengan Metode Aceton, Makassar.

Baldocchi, D., 1997. Measuring and Modelling Carbon Dioxide and Water Vapour Exchange over a Temperate Broad-leaved Forest During The 1995 Summer Drought. Plant, Cell and Environment (1997) 20, 1108-1122. [DPLHK] Dinas Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Keindahan Kota Makassar,

2009. Laporan Uji Petik Gas Buang Kendaraan Bermotor Makassar , 2009. Dasuki, U.A., 1991. Sistematik Tumbuhan Tinggi. Pusat Antar Universitas Bidang

Ilmu Hayati Institut Teknologi Bandung. 272 halaman.

Fitter, A.H. and R.K.M. Hay, 1981. Environmental Physiology of Plants. Published by Arrangement with Academic Press, Inc.,(London) Ltd., 421 p.

Grey,G. and F. Deneke, 1978. Urban Forestry. Copy Editing was Supervised by Eugene Patty, 279 p.

Hidayat, S.R., 2009. Analisis Karakteristik Stomata, Kadar Klorofil dan Kandungan Logam Berat pada Daun Pohon Pelindung Jalan Kawasan Lumpur Porong Sidoarjo. Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Malang, halaman 35 dan 59.

Jain,V.K., 2004. Fundamentals of Plant Physiologi. S. Chand & Company LTD. Ram Nagar, New Delhi-110055, p170-227.

Junaidi, 2009. Analisis Kadar Debu Jatuh ( Dush Fall) di Kota Banda Aceh. Tesis Sekolah Tinggi Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara, Medan.

Larcher, W., 1995. Physiological Plant Ecology Ecophysiology and Stress Physiology of Functional Groups. Thirdt Edition. Springer-Verlag Berlin Heidelberg. Printed in Berlin, 506 p.

Lovelli,A., M.Perniola, T. Tommaso, D. Ventrella, M. Moriondo,and M. Amato, 2010. Effects of Rising Atmospheric CO2 on Crop Evapotranspiration in a

Mediterranean Area. Agricultural Water Management 97: 1287-1292. Elsevier B.V. DOI: 10.1016/jagwat 2010.03.005.

(13)

Nugroho, L.H., Purnomo dan I. Sumardi, 2006. Struktur & Perkembangan Tumbuhan. Penerbit Peneber Swadaya. Jakarta, halaman 84-119.

Pandey, S.N. and A. Chandha,1996. A Texbook of Botany Plant Anatomy and Economic Botany Volume III. Vikas Publishing House PVT LTD New Delhi, p 96-103.

Peraturan Menteri Republik Indonesia, 2002. Nomor 63 Tahun 2002 Tentang Hutan Kota.

Samsoedin, I. dan E. Subiandono, 2006. Pembangunan dan Pengelolaan Hutan Kota. Makalah Utama pada Ekspose Hasil-hasil Penelitian : Konservasi dan Rehabilitasi Sumberdaya Hutan di Padang, 20 September 2006, halaman 13-22.

Salisbury, F.B. and C.W. Ross, 1992. Plant Physiology. Wardsworth Publishing Company Belmont California, 682 p.

Sunarti,S., Rugayah, E.F. Tihurun, 2008. Studi Anatomi Daun Jenis-jenis Averrhoa di Indonesia untuk Mempertegas Status Taksonominya. Berita Biologi 9(3): 253-257.

Taiz, L. and E. Zeiger, 2002. Plant Physiology. Third Edition. Sinauer Associates . Inc. Publishers, Sunderland, Massachusetts, p 111-192.

Tjitrosoepomo, G., 1990. Morfologi Tumbuhan. Gadjah Mada Universiy Press.Yogyakarta, 256 halaman.

Zhao, M.Z.K., F.J. Escobedo and J. Gao, 2009. Impacts of Urban Forests on Offsetting Carbon Emissions from Industrial Energy Use in Hangzhou, China. Elsevier Ltd. All rights reserved. Journal of Environmental Management 91:807-813.DOI: 10.1016/j.jenvman 2009.10.010.

Gambar

Tabel  1.  Karakter  Morfologi  Daun  Jenis  Pohon  Penghijauan  di  Jalan  A.P.
Tabel  2.  Karakter  Morfologi  Daun  Jenis  Pohon  Penghijauan  di  Kawasan  PT.
Tabel 3. Karakter Morfologi Daun Jenis Pohon Penghijauan di Kampus UNHAS  Tamalanrea Makassar
Tabel 4. Karakter Anatomi Penampang Membujur dari Jenis Pohon Penghijauan di Jalan A.P
+3

Referensi

Dokumen terkait

Jika dilihat dari segi kekuatan asosiasi mereknya 87% responden setuju dengan alasan mereka mengenali motor Yamaha Mio diiklan, mudah untuk memperoleh

Pengadilan Agama Tahuna sebagai lembaga di bawah Mahkamah Agung RI, dalam menetapkan kerangka regulasi mengacu pada realisasi program pemerintah dalam RPJM tahun

Dengan dernikian adanya konsep manajemen qalbu di MTs Nahdlatul Ulama Durungbedug Candi Sidoarjo sangat berperan pada guru dalam meningkatkan leadership sebagai seorang guru

Çünkü onlar daha saftır en duru taştan ve hayata yeni başlayan kör bir hayvan gibi, son derece saf ve son derece sana bağlı; hiçbir şey istemezler, yalnızca tek bir şeyi:

Dalam pengertian perguruan tinggi maka jasa yang bermutu harus dapat menghasilkan produk/lulusan yang bermutu, dalam arti bisa diterima pelanggan luar (external

Dalam PP nomor 28 tahun 1977 tentang perwakafan tanah milik dijelaskan bahwa wakaf adalah perbuatan hukum seseorang atau badan hukum yang memisahkan sebagian

Untuk menambah khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang rekayasa bioplastik maka penulis menyarankan untuk dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mendapatkan