• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN SIKAP KEPEMIMPINAN MELALUI PENINGKATAN MOTIVASI BAGI CALON PENGURUS OSIS Di SMP Lia Yuliana, S.Pd Staff Pengajar UNY

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENINGKATAN SIKAP KEPEMIMPINAN MELALUI PENINGKATAN MOTIVASI BAGI CALON PENGURUS OSIS Di SMP Lia Yuliana, S.Pd Staff Pengajar UNY"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN SIKAP KEPEMIMPINAN MELALUI

PENINGKATAN MOTIVASI BAGI CALON PENGURUS OSIS

Di SMP

Lia Yuliana, S.Pd

Staff Pengajar UNY

A. Analisis Situasi

Kepemimpinan merupakan bagian inti dari manajemen. Sebagai seni mempengaruhi orang lain, maka kepemimpinan merupakan mesin yang kuat atau lemahnya memberikan akibat langsung terhadap sukses atau tidaknya manajemen yang dilakukan pada lembaga. Tidak terkecuali dalam lembaga pendidikan, isu – isu mengenai kepemimpinan semakin mengemuka belakangan ini seiring dengan munculnya pola baru manajemen sekolah di Indonesia, yang dikenal sebagai manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah (MPMBS). Pelaksanaan MPMBS itu sendiri telah dilakukan semenjak tahun 1999 hingga sekarang.

Esensi MPMBS adalah otonomi, fleksibilitas, dan pengambilan keputusan secara partisipatif. Dengan demikian, Kepala Sekolah selaku pemimpin atau manajer hendaknya memperkokoh dirinya dengan kemampuan kepemimpinan yang kuat. Sayangnya, tuntutan ini belum terjawab sepenuhnya. Tidak hanya itu, sebagian besar kepala sekolah ternyata juga masih memiliki kesadaran yang rendah dalam hal menciptakan iklim sekolah yang sehat. Ini berpengaruh terhadap Kepimpinan bagi calon pengurus OSIS, oleh karena itu kepala sekolah membantu membangun motivasi para siswa khususnya pengurus OSIS yang kan membawa keberhasilan pada prestasi sekolah yang akan di raih.

1. Kepemimpinan dan Perannya dalam Pendidikan

Kepemimpinan sangat beragam didefinisikan oleh para ahli. Namun secara garis besarnya pengertian kepemimpinan dapat ditinjau dari berbagai aspek, ada yang menganggap kepemimpinan sebagai suatu seni (art), proses (process), kepribadian (personality, maupun kekuasaan (power).

Pertama, kepemimpinan sebagai seni sebagaimana dikemukakan oleh John Pfifner yang dikutip Handayaningrat (1996:64)bahwa: “Leadership is the art of

(2)

(Kepemimpinan adalah seni untuk mengkoordinasi dan memberikan dorongan terhadap individu atau kelompok untuk mencapai tujuan yang diinginkan).

Kedua, kepemimpinan sebagai suatu proses seperti yang dikatakn oleh Stoner yang dikutip oleh Handoko (1997:294) bahwa kepemimpinan sebagai suatu proses pengarahan dan pemberian pengaruh pada kegiatan-kegiatan dari sekelompok anggota yang saling berhubungan tugasnya.

Ketiga, kepemimpinan sebagai kepribadian (personality). Dalam hal ini Purwanto (1987:28) menyatakan bahwa kepemimpinan dapat dirumuskan sebagai suatu kepribadian (personality) seseorang yang mendatangkan keinginan pada kelompok orang-orang untuk mencontohnya atau mengikutinya, atau yang memancarkan suatu pengaruh yang tertentu, suatu kekuatan atau wibawa, yang demuikian rupa sehingga membuat sekelompok orang-orang mau melakukan apa yang dikehendakinya.

Keempat, kepemimpinan sebagai kekuasan (power) senada dengan pendapat Amitai Etzioni seperti yang dikutip Purwanto (1987:29) bahwa kepemimpinan adalah kekuatan (power) yang didasarkan atas tabiat/ watak seseorang yang memiliki kekuasan lebih, biasanya bersifat normatif.

Berdasarkan beberapa definisi tersebut diatas, maka penulis dapat simpulkan bahwa ada tiga intisari dari kepemimpinan. Pertama, kepemimpinan menyangkut orang lain—bawahan atau pengikut; Kedua, kepemimpinan menyangkut suatu pembagian

kekuasaan yang tidak seimbang diantara pemimpin dan anggota kelompok; Ketiga,

selain dapat memberikan pengarahan kepada para bawahan atau pengikut, pemimpin dapat juga mempergunakan pengaruh.

Peranan kepemimpinan dalam pendidikan memegang peranan kunci dalam manajemen. Oleh karena itu melalui kepemimpinan, fungsi-fungsi manajemen dapat berjalan sesuai dengan mekanisme yang telah disepakati untuk mencapai tujuan pendidikan. Dalam hal ini Purwanto (1987:71) menjelaskan 13 macam peran seorang pemimpin sebagai berikut:

(3)

2. Sebagai perencana (planner) 3. Sebagai seorang ahli (expert)

4. Mewakili kelompok dalam tindakannya keluar (external group representative)

5. Mengawasi hubungan antara anggota kelompok ( controller of internal relationship).

6. Bertindak sebagai pemberi ganjaran/ pujian dan hukuman (purveyor of rewards and punishment).

7. Bertindak sebagai wasit dan penengah (arbitrator and mediator) 8. Merupakan bagian dari kelompok (exemplar)

9. Merupakan lambang kelompok (symbol of the group)

10. Pemegang tanggung jawab para anggota dan kelompoknya (surrogate for individual responsibility)/

11. Sebagai pencipta/ memiliki cita-cita (ideologist) 12. Bertindak sebagai seorang ayah (father figure) 13. Sebagai “kambing hitam” (Scape Goat).

Apabila kita analisis secara mendalam peranan pemimpin dalam pendidikan tersebut diatas, menurut penulis ini sejalanm dengan apa yang dikemukakan oleh bapak pendidikan kita, Ki Hajar Dewantara, bahwa pemimpin yang baik haruslah menjalankan peranan sebagai “Ing ngarso sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso, Tutu Wuri Handayani.”

a. Teori dan Jenis Kepemimpinan

Banyak para ahli yang mengemukakan teori tentang kepemimpinan, Menurut Fakry dan Rosmiati (2003:168) munculnya pemimpin dikemukakan dalam beberapa teori:

1. Teori genetis: bahwa seseorang akan menjadi pemimpin karena ia memang dilahirkan untuk menjadi pemimpin; dengan kata lain ia mempunyai bakat dan pembawaan untuk menjadi pemimpin.

(4)

2. Teori sosial: bahwa seseorang akan menjadi pemimpin kalau lingkungan, waktu atau keadaan memungkinkan ia menjadi pemimpin.

3. Teori ekologis: merupakan gabungan teori pertama dengan teori kedua, ialah untuk menjadi seorang pemimpin perlu bakat dan bakat itu perlu dibina supaya berkembang. 4. Teori situasi: setiap orang bisa menjadi pemimpin, tetapi dalam situasi tertentu saja,

karena ia memiliki kelebihan-kelebihan yang diperlukan dalam situasi itu.

Berbeda dengan Handayaningrat (1996:62) yang mengemukakan bahwa ada tiga teori yang penting dalam kepemimpinan, yaitu :

1. Teori Keturunan, teori ini berpangkal pada suatu ajaran bahwa bakat kepemimpinan itu telah ada sejak ia dilahirkan.

2. Teori Kejiwaan, teori ini berpangkal tolak dari suatu ajaran bahwa bakat kepemimpinan seseorang itu dapat dibentuk sesuai dengan jiwa seseorang.

3. Teori lingkungan, teori lingkungan ini berpangkal dari suatu pendapat bahwa pemimpin adalah hasil dari lingkungannya.

Dengan menguasai teori-teori kepemimpinan, pemimpin akan dapat menentukan gaya kepemimpinan secara tepat sesuai tuntutan situasi dan kondisi bawahannya. Dengan demikian seorang pemimpin yang ingin meningkatkan kemampuan dan kecakapannya dalam memimpin, perlu mengetahui ruang lingkup gaya kepemimpinan yang efektif. Para ahli di bidang kepemimpinan telah meneliti dan mengembangkan gaya kepemimpinan yang berbeda-beda sesuai dengan evolusi teori kepemimpinan. Menurut Handoko (1997:295) ada tiga pendekatan kepemimpinan:

1. Pendekatan kesifatan, memandang kepemimpinan sebagai suatu kombinasisifat-sifat (traits) yang tampak.

2. Pendekatan perilaku, mengidentifikasikan perilaku-perilaku (behaviors) pribadi yang berhubungan dengan kepemimpinan efektif.

(5)

3. Pendekatan situasional (Kontingensi), menganggap bahwa kondisi yang menentukan efektifitas kepemimpinan bervariasi dengan situasi—tugas-tugas yang dilakukan, keterampilan dan pengharapan bawahan, lingkungan organisasi, pengalaman masa lalu pemimpin dan bawahan, dan sebagainya.

Sedangkan jenis kepemimpinan dalam suatu organisasi kita namakan ‘pemimpin’. Pemimpin banyak jenis dan namanya. Menurut Nawawi (1981:77), secara garis besarnya ada dua macam, yaitu pemimpin formal dan informal. Pemimpin formal yaitu pemimpin yang dipilih oleh personal di lingkungan lembaga yang kenmudian dikukuhkan menjadi kepala dengan surat keputusan dari lembaga yang lebih tinggi, sedangkan pemimpin informal yaitu seseorang diterima semua personal yang ada, dihormati, dipatuhi dan dituruti saran dan perintahnya oleh lingkungan sekitarnya. Secara singkat Fattah (2003:88) mengemukakan bahwa pemimpin formal karena pemimpin bersandar pada wewenang formal. Adapun

pemimpin informal tanpa wewenang formal berhasil mempengaruhi orang lain.

Berbeda dengan pendapat Handayaningrat (1987:63) meskipun intinya sama dengan pendapat diatas yang membedakan pemimpin berdasarkan formal dan informal, bahwa jenis kepemimpinan dapat dibedakan berdasarkan tiga hal: Pemimpin berdasarkan atas keturunan, pemimpin berdasarkan pemilihan, pemimpin berdasarkan penunjukkan.

b. Fungsi, Syarat, Sifat, Asas, Prinsip dan Tipe Kepemimpinan

Fungsi kepemimpinan menurut Katz yang dikutip oleh Hanadayaningrat (1996:64-67) berdasarkan tiga kecakapan khusus, yaitu

2. Kecakapan konsepsional (conceptual Skill), ialah kemampuan mengetahui kebijaksanan organisasi secara keseluruhan. Sekalipun adanya fungsi yang berdiri sendiri tetapi kenyataan bahwa perubahan pada setiap bagian akan mempengaruhi terhadap keseluruhan.

(6)

3. Kecakapan Kemanusiaan (Human Skill), ialah kemampuan untuk bekerja di dalam kelompok atau dengan kelompok. Hal ini dimaksudkan untuk membangun suatu usaha koordinasi di dalm suatu tim, dimana ia bertindak sebagai pemimpin.

4. Kecakapan Teknis (Technical Skill), kecakapan teknis ini penting bagi pimpinan tingkat menengah (Middle management level) dan pimpinan tingkat bawah (Supervisory or lower management level) dimana hubungan antara pemimpin dan bawahan sangat dekat.

Selanjutnya, fungsi dan kecakapan kepemimpinan dapat diuraikan antara lain sebagai berikut:

1. Mengetahui bidang tugasnya.

2. Peka atau tanggap terhadap keadaan lingkungannya.

3. Melakukan hubungan antar manusia (human relation) dengan baik.

4. Mampu melakukan hubungan kerja/ komunikasi dengan baik ke dalam maupun keluar.

5. Mampu melakukan koordinasi

6. Mampu mengambil keputusan secara cepat dan tepat.

7. Mampu mengadakan hubungan masyarakat.

Untuk memangku jabatan pemimpin pendidikan yang dapat melaksankan tugas-tugasnya dan memainkan perannnya sebagai pemimpin yang baik dan sukses, maka dituntut beberapa persyaratan jasmani, rohani, dan moralitas yang baik, bahkan persyaratan sosial ekonomis yang layak. Dalam hal ini Fakry dan Rosmiati (2003:165) mengemukakan persyaratan-persyaratan, seperti: 1) Rendah hati, 2) Bersifat suka menolong, 3) Sabar dan memiliki kestabilan emosi, 4) Percaya kepada diri sendiri, 5) Jujur, adil dan dapat dipercaya, 6) Keahlian dalam jabatan.

Pada bagian lain, Handayaningrat (1996:70) menjelaskan syarat-syarat pemimpin dan kepemimpinan, yang meliputi:

1. Syarat-syarat minimal yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin adalah: a. Watak yang baik (karakter, budi, moral)

(7)

b. Intelegensia yang tinggi c. Kesiapan lahir dan bathin

2. Syarat-syarat lainnya yang diperlukan: a. Sadar akan tanggung jawab

b. Memiliki Sifat-sifat kepemimpinan yang menonjol

c. Membimbing dirinya dengan asas-asas dan prinsip-prinsip kepemimpinan.

d. Melaksanakan kegiatan-kegiatan dan perintah-perintah dengan penuh tanggungjawab (correct) serta mampu membimbing anak buahnya dengan baik dan menggemblengnya menjadi suatu kesatuan yang efektif.

e. Mengenal anak buahnya, memahami sepenuhnya akan sifat dan tingkah laku masing-masing dalam segala macam keadaan, suasana dan pengaruh.

f. Paham akan cara bagaimana seharusnya mengukur dan menilai kepemimpinannya.

Sedangkan, sifat-sifat kepemimpinan menurut Nawawi (1983:91), Meliputi : 1. Pemimpin kharismatis, karena kepribadiannya yang berpengaruh dan dipercayai;

2. Pemimpin simbol, secara tradisional diakui sebagai simbol kebesaran kelompok/ organisasi;

3. Pemimpin Headmanship, ditempatkan sebagai kehormatan karena pengalaman dan posisinya dalam masyarakat;

4. Pemimpin ahli (expert), karena memiliki keahlian di bidang tertentu;

5. Pemimpin Organisatoris dan Administrator; karena kecakapannya dalam mengorganisasi;

6. Pemimpin agitator, memiliki kemampuan melakukan tekanan-tekanan

Adapun asas dan prinsip kepemimpinan dikemukakan oleh Handayaningrat (1996:72) sebagai berikut:

Asas-asas kepemimpinan:

(8)

3. ING MADYA MANGUN KARSA, ialah ikut bergiat serta menggugah semangat ditengah-tengah anak buah.

4. TUT WURI HANDAYANI, ialah mempengaruhi dan memberikan dorongan dari belakang kepada anak buah.

5. WASPADA PURBA WASESA, ialah selalu waspada mengawasi serta sanggup dan berani memberi koreksi kepada anak buah.

6. AMBREG PARAMA ARTA, ialah dapat memilih dengan tepat mana yang harus didahulukan.

7. PRASAJA, ialah tingkahlaku yang sederhana dan tidak berlebih-lebihan.

8. SATYA, ialah sikap loyal yang timbal balik, dari atasan terhadap bawahan, bawahan terhadap atasan dan kesamping.

9. GEMI NASTITI, ialah kesadaran dan kemampuan untuk membatasi penggunaan dan pengeluaran segala sesuatu kepada yang benar-benar diperlukan.

10. BELAKA, ialah kemauan, kerelaan dan keberanian untuk mempertanggung jawabkan. 11. LEGAWA, ialah kemauan, kerelaan dan keikhlasan untuk pada saatnya menyerahkan

tanggung jawab dan kedudukannya kepada generasi berikutnya. Prinsip-prinsip kepemimpinan, mencakup:

1. Mahir dalm soal-soal teknis dan taktis

2. Ketahui diri sendiri, cari dan usahakan selalu perbaikan-perbaikan. 3. Yakinkan diri, bahwa tugas-tugas dimengerti, diawasi dan dijalankan

4. Ketahui anggota-anggota bawahan dan juga serta pelihara kesejahteraan mereka. 5. Usahakan dan pelihara selalu, agar anggota mendapatkan keterangan-keterangan yang

diperlukan.

6. Berilah tauladan dan contoh yang baik

7. Tumbuhkan rasa tanggungjawab dikalangan para anggota 8. Latih anggota bawahan sebagai satu tim yang kompak. 9. Buat keputusan-keputusan yang tepat dan pada waktunya.

(9)

11. Bertanggung jawab terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan.

Dalam kepemimpinan ada tiga unsur yang saling berkaitan, yaitu unsur manusia, unsur sarana, dan unsur tujuan. Untuk dapat memperlakukan ketiga unsur tersebut secara seimbang , seorang pemimpin harus memiliki pengetahuan dan kecakapan dan keterampilan yang diperlukan dalam melaksanakan kepemimpinannya. Pengetahuan dan keterampuilan ini dapat diperoleh dari pengalaman belajar secara tyeori ataupun dari pengalamannya di dalam praktek selama menjadi pemimpin. Namun, secara tidak disadari seorang pemimpin dalam memperlakukan ketiga unsur tersebut dipengaruhi oleh pencerminan dari sifat-sifat kepribadian seorang pemimpin. Cara atau teknik seorang dalam menjalankan suatu kepemimpinan disebut tipe atau gaya kepemimpinan.

Menurut Nawawi (1983:91) tipe atau gaya kepemimpinan meliputi: 1) Otoriter,

menempatkan kekuasaan di tangan seseorang atau kelompok kecil orang yang disebut atasan sebagai penguasa. 2) Laissez faire, pada dasarnya tidak melaksanakan kegiatan dengan cara apapun, karena pemimpin berkedudukan sebagai simbol saja, 3) kepemimpinan. 3) Demokratis, hubungan antara pemimpin dan orang-orang yang dipimpin diwujudkan dalam bentuk Human Relationship.

Pada bagian lain, menurut Sondang Siagian yang dikutip oleh Purwanto (1987:56-57) mengemukakan lima gaya kepemimpinan beserta ciri dan sifatnya:

1. Otokratis

a. Menganggap organisasi yang dipimpinnya sebagai milik pribadi. b. Mengidentifikasikan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi c. Menganggap bawahan sebagai alat semata-mata

d. Tidak mau menerima pendapat , saran dn kritik dari anggotanya. e. Terlalu bergantung pada kekuasaan formalnya

f. Caranya menggerakkan bawahan dengan pendekatan paksaan dan bersifat mencari kesalahan/ menghukum.

(10)

a. Dalam menggerakkan bawhan sering menggunakan cara perintah

b. Dalam menggerakkan bawahn senang bergantung pada pangkat/ jabatannya. c. Senang kepada formalitas yang berlebih-lebihan

d. Menuntut disiplin yang tinggi dan kaku pad bwahan e. Sukar menerima kritikan atau saran dari bawahannya f. Menggemari upacara-upacara untuk berbagai keadan

3. Paternalistis

a. Menganggap bawahan sebagai mnusia yang tidak dewasa. b. Bersifat terlalu melindungi (overprotective)

c. Jrang memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengambil keputusan d. Hampir tidak pernah memberi kesempatan kepada bawahan untuk berinisiatif sendiri e. Jarang memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengembangkan kreasi

dan fantasinya

f. Sering bersikap maha tahu

4. Kharismatis

a. Mempunyai daya penarik yang sangat besar, karena itu umumnya mempunyai pengikut yang besar jumlahnya

b. Pengikutnya tidak dapat menjelaskan, mengapa mereka tertarik mengikuti dan menaati pemimpin itu.

c. Dia seolah-olah memiliki kekuatan gaib (supernatural power)

d. Kharisma ynag dimilikinya tidak bergantung pada umur, kekayaan, kesehatan, ataupun ketampanan si pemimpin.

5. Demokratis

a. Dalam menggerakkan bawahan bertitik tolak dari pendapat bahwa manusia itu makhluk yang termulia di dunia.

b. Selalu berusaha untuk menyinkronkan kepentingan dan tujuan pribadi bawahan c. Senang menerima saran, pendapat, dan kritik dari bawahn

(11)

e. Memberikan kebebasan seluas-luasnya kepada bawahan dan membimbingnya f. Mengusahakan agar bawahan dapat lebih sukses dari pada dirinya

Referensi

Dokumen terkait

Dari sisi produksi, kontraksi diakibatkan karena berkontraksinya Lapangan Usaha Penggalian sebesar 13,68 persen, Lapangan Usaha Administrasi Pemerintahan sebesar 13,40 persen

Merupakan bagian dari hukum privat material yang dalam Bahasa Inggris dinamakan “Private Law”, dalam Bahasa Belanda “Privaat Recht” atau “Burgerlijk Recht” atau

Hasil uji statistik dengan derajat kepercayaan 95% menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara skor awal GCS dengan outcome pasien pasca operasi darurat

Produksi kedelai Riau tahun 2009 pada Angka Sementara (ASEM) adalah sebesar 5.298 ton biji kering atau mengalami peningkatan yang cukup signifikan yaitu sebesar 12,99 persen (609

Berdasarkan beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan kesegaran jasmani adalah kemampuan atau daya tahan tubuh seseorang untuk melakukan

Menurut Dhari dan Haryono (1988) yang dimaksud dengan lembar kerja siswa adalah lembaran yang berisi pedoman bagi siswa untuk melakukan kegiatan yang terprogram. Setiap LKS

Padi merupakan salah satu hasil utama pertanian Negara Indonesia, musim saat ini yang tidak menentu mengakibatkan permasalahan dalam pengeringan padi/ gabah, walaupun saat ini

2. Sebuah prosedur langkah demi langkah yang pasti untuk menyelesaikan sebuah masalah disebut : a. Proses b. Program c. Algoritma d. Prosesor e.