• Tidak ada hasil yang ditemukan

Desain Dan Simulasi Pengontrolan Daya Aktif Dan Reaktif Inverter 3 Fasa Menggunakan PQ Controller Pada Sistem Pembangkit Tersebar Multiple

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Desain Dan Simulasi Pengontrolan Daya Aktif Dan Reaktif Inverter 3 Fasa Menggunakan PQ Controller Pada Sistem Pembangkit Tersebar Multiple"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Abstrak—Perkembangan teknologi yang berkaitan dengan sistem pembangkit tersebar kini menjadi topik utama sebagai energi alternatif. Salah satu jenis dari pembangkitan tersebar adalah Multiple Proton Exchange Membrane Fuel Cell (PEMFC). Pada Tugas Akhir ini, terdapat delapan fuelcell jenis PEMFC tersusun paralel dan seri yang kemudian akan dihubungkan dengan boost DC/DC converter yang memiliki tegangan keluaran 690 Volt untuk menyuplai tegangan three phase inverter agar memiliki tegangan RMS (road mean square) sebesar 380 volt. Hasil keluaran inverter yang masih berupa sinyal kotak akan dihaluskan menjadi sinyal sinusoidal dengan menggunakan LC filter. Besaran daya aktif dan reaktif pada inverter akan dikontrol PQ controller yang besarannya ditentukan oleh Pref dan Qref yang diisi sesuai dengan yang diharapkan oleh pengguna. Dengan pengaturan Pref sebesar 36 KW dan Qref sebesar 12 KVAR. Sistem pembangkitan ini menyuplai daya aktif pada range 33 KW hingga 42 KW dan daya reaktif 9 KVAR hingga 15 KVAR untuk disuplai pada utility grid.

Kata KunciFuelcell, Boost Converter, Three Phase Inverter, PQ controller, Utility Grid.

I. PENDAHULUAN

eiring perkembangan teknologi yang semakin pesat dan naiknya gaya hidup manusia menyebabkan peningkatan yang signifikan dalam penggunaan energi terutama energi listrik. Sumber energi di dunia yang tersedia saat ini masih didominasi oleh energi fosil, seperti minyak bumi dan batubara, yang persediannya semakin menipis. Cadangan energi fosil yang semakin menipis dan munculnya krisis energi menjadikan manusia berlomba untuk mencari sumber energi alternatif. Dalam aplikasinya pada sistem tenaga listrik, energi alternatif tersebut telah banyak digunakan dalam sistem pembangkit tersebar (Distributed Generation System). Sistem pembangkit tersebar telah banyak dikembangkan dengan menggunakan berbagai macam sumber energi alternatif baru seperti wind turbine, photovoltaic, micro-hidro, biomassa dan

fuelcell. Salah satu energi alternatif ramah lingkungan adalah sel bahan bakar atau yang lebih dikenal dengan fuelcell.

Fuelcell adalah sebuah peralatan yang mengubah energi kimia

menjadi energi listrik melalui proses elektrokimia.

Fuelcell memiliki karakteristik output tegangan yang rendah dan arus yang tinggi, sehingga dibutuhkan sebuah sistem pengaturan tertentu untuk memperbaiki karakteristik

sistem tersebut, baik yang diatur mengenai keluaran daya pada konverter maupun tambahan suplai daya menuju inverter. Hasil keluaran dari fuelcell akan dihubungkan pada sebuah sebuah boost DC-DC converter yang digunakan untuk menaikkan tegangan fuelcell yang rendah dan sebuah inverter yang digunakan untuk mengubah tegangan DC menjadi tegangan AC agar dapat dihubungkan dalam suatu jaringan sistem tenaga listrik.

Disisi lain, terkadang hasil keluaran dari sistem pembangkitan tersebar yang membantu menyuplai listrik masih belum dapat menyuplai daya aktif dan daya reaktif sesuai dengan yang diharapkan, maka dari itu diterapkanlah suatu cara dimana untuk menyesuaikan besaran daya keluaran inverter dengan menggunakan sistem closeloop yang menerapkan prinsip kerja PQ controller. PQ controller dapat mengatur besaran keluaran daya aktif dan daya reaktif dari sistem pembangkitan tersebar fuelcell.

II. DESAINDANPEMODELANPEMBANGKIT TERSEBARMENGGUNAKANSELBAHANBAKAR Secara umum pada pembahasan Tugas Akhir ini akan mendesain pemodelan sistem pembangkitan tersebar menggunakan fuelcell dengan jenis proton exchange membrane fuelcell yang memiliki kapasitas daya sebesar 48 KW. Sistem pembangkitan tersebar ini akan terhubung grid

pada grid 20 KV seperti yang ditunjukkan pada blok diagram gambar 1.

Gambar 1. Blok diagram sistem Multiple Proton Exchange Membrane Fuelcell 48 KW yang terhubung pada grid 20 KV

A. Pemodelan Multiple Proton Exchange Membrane Fuelcell

Tahap awal dalam pemodelan sistem yaitu menerapkan

fuelcell yang telah tersedia pada simulink lybrary browser

pada matlab (simulink) dengan jenis Proton Exchange

Membrane Fuelcell yang memiliki karakteristik sesuai yang

Desain Dan Simulasi Pengontrolan Daya Aktif Dan

Reaktif Inverter 3 Fasa Menggunakan

PQ Controller

Pada Sistem Pembangkit Tersebar

Multiple

Proton

Exchange Membrane Fuel Cell (PEMFC)

Septian E.H. Wicaksono, Arief Mustofa, dan Mochammad Ashari

Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111

E-mail: ashari@ee.its.ac.id

S

PQ Controller P and Q referens i Fuel cell Boost Conve rter Inver

ter filter Transformer

Grid / 20 KV Loa

(2)

dijelaskan pada tabel 1

Tabel 1. Karakteristik PEMFC6 KW

No Simbol Nilai Keterangan 1 P 6 W Kapasitas maksimum photovoltaic,

dimisalkan Parray pada perumusan (3.2) 2 Vo 65 V Tegangan keluaran untuk I = 0A 3 Vo 63 V Tegangan keluaran untuk I = 1A 4 Io 225 A Arus keluaran untuk daya maksimum 5 Vo 37 V Tegangan keluaran untuk daya

maksimum 6 Inom 133.3 A Saat beban

7 Vnom 45 V Tegangan rangkaian terbuka ), dimisalkan VFC,cell pada perumusan (3.1)

8 R 0.3375 Ω Tahanan modul fuelcell

9 Cell 65 banyaknya cell dalam satu modul

fuelcell

10 Η 55 %

Penentuan banyaknya fuelcell yang digunakan dalam satu modul fuelcell (array) dapat ditentukan apabila telah ditentukan besarnya tingkat kebutuhan daya dan tegangan pada sistem tersebut. Dengan kebutuhan suplai daya sebesar 48 KW (Psistem) dan besarnya tegangan maksimal 216 volt (VFC), maka cara menentukan banyaknya fuelcell dapat dilakukan dengan model perumusan (1)

cell FC FC P

V

V

N

,

, fuelcell tersusun paralel (1) Kemudian menentukan rangkaian fuelcell untuk menyediakan kebutuhan daya 48 KW, dapat dilakukan dengan cara

array P sistem S

N

xP

P

N

, fuelcell tersusun seri (2)

Gambar 2. Pemodelan fuelcell array dalam simulink

B. Pemodelan Boost Converter

Secara umum, boost converter mempunyai dua komponen penting yaitu sebuah induktor dan sebuah kapasitor, agar

boost converter bekerja secara continuous conduction mode

(CCM), maka induktani L harus dihitung dengan persamaan (3) dimana L harus lebih besar atau sama dengan Lb [1].

Parameter ke dua C digunakan sebagai filter. Semakin besar nilai C semakin kecil riple yang dihasilkan. Untuk memenuhi

f DR D Lb 2 1 2  (3) riple tegangan maksimum sebesar Vr nilai C harus lebih besar atau sama dengan nilai Cmin pada persamaan(4).

Rf

V

DV

C

r o

min (4) Setelah ditemukan nilai L b dan Cmin sesuai perumusan di atas, langkah selanjutnya adalah mencoba secara “random”

nilai dari L dan C hingga mencapai nilai tegangan keluaran yang steady state pada titik 690 volt. Hingga pada akhirnya ditentukan nilai L= 5 .10-5 H dan C= 1,4 . 10-3 F.

Dalam menjaga nilai kestabilan tegangan keluaran dari

boost converter digunakan sistem pengontrolan PI,

pengontrollan tersebut memanfaatkan nilai keluaran sementara

boost converter yang dibatasi dengan nilai konstan, nilai konstan diisi dengan nilai keluaran boost converter yang diharapkan yaitu sebesar 690 volt

C. Pemodelan DC Link

DC link (capacitor) diterapkan pada Tugas Akhir ini karena jenis inverter yang digunakan adalah jenis VSI (voltage

source inverter), dimana sumber inverter menggunakan

tegangan DC [2]. Penerapan DC link (capacitor) digunakan untuk membantu suplai tegangan DC yang masuk ke inverter tetap konstan sesuai yang diharapkan.

dt

I

C

V

dc

1

dc

(5)

D. Pemodelan Three Phase Inverter

Dalam mencari nilai tegangan keluaran boost (Vout_boost), perlu ditentukan dulu indek modulasi yang akan digunakan. Jika dimisalkan nilai dari indeks modulasi adalah 0,9 (m = 0,9), maka boost out inv rms

mx

xV

V

2

2

3

(6) Seperti yang dilakukan pada Tugas Akhir ini, perbandingan amplitudo antara sinyal sinusoidal dengan sinyal segitiga berbanding sebesar 0,9 (m = 0,9), didapatkan nilai indek modulasi sebasar 0,9 akan lebih dikaji pada perumusan (6). Untuk amplitudo sinyal segitiga diatur sebesar 10, sedangkan untuk sinyal sinusoidal diatur amplitudonya sebesar 9

E. Pemodelan LC Filter

LC filter difungsikan sebagai penghilang harmonisa dari sinyal kotak keluaran inverter yang diharapkan dengan adanya

LC filter ini dapat menghasilkan sinyal sinusoidal yang dapat disuplaikan pada grid. Perlu diketahui bahwa sinyal keluaran inverter masihlah dalam bentuk sinyal kotak sehingga untuk menghasilkan sinyal AC yang diharapkan perlu dilakukan penghilangan harmonisa.Untuk mengetahui orde dari harmonisa dapat dilakukan dengan cara sama dengan proses pencarian Vrms-inv pada inverter [1]. Dengan mengubah beberapa parameter yang ditampilkan, maka dapat diketahui

orde harmonisa terjadi pada orde ke-2. dilakukan setelah mengetahui orde harmonisa yaitu penentuan. Proses

(3)

f

f

w

L

C

2

1

(7)

F. Pemodelan PQ Controller

Berdasarkan pada gambar 3.15 yang mengilustrasikan mengenai PQ controller yang digunakan dalam sistem pembangkitan tersebar. Dalam memahami bagaimana cara kerja dan proses controller yang digunakan dalam sistem PQ controller tersebut, maka di bawah ini akan dijelaskan alur berpikir proses controller tersebut;

a. Tahap pertama, memberikan nilai Pref dan Q ref

Nilai Pref dan Q ref ditentukan oleh pengguna sesuai daya aktif dan reaktif yang diinginkan. Kemudian nilai tersebut akan dibagi oleh KVAbase yang memiliki nilai sebesar 48000 VA. Selanjutnya berdasarkan perumusan (8) dan (9)

q q d d ref

V

xI

V

xI

P

(8) q d d q ref

V

xI

V

xI

Q

(9) (3.12)

b. Tahap kedua, mengubah tegangan dan arus (Vabc dan Iabc) pada sistem menjadi Vdq0 dan Idq0.

Tegangan dan arus dari keluaran LC filter akan diukur oleh alat ukur (measurement) yang dalam pengukurannya menggunakan sistem PU. Dimana nilai KVAbase = 48000 VA. KVbase = 380 volt, sehingga nilai ;

base base base

xKV

KVA

I

3

(10)

c. Tahap ketiga, mendapatkan nilai Idqref

Pada tahap ketiga ini merupakan penggabungan hasil yang didapatkan pada tahap pertama dan kedua. Hasil Vdref dan

Vqref yang didapatkan pada tahap pertama dan hasil Vd, Vq, Id, dan Iq yang didapatkan pada proses kedua. Hasil

Vdref dan Vqref ditindaklanjuti dengan proses mux (penggabunggan) sehingga menjadi nilai Vdqref. Kemudian nilai dari Vdqref dijadikan sebagai tolok ukur dari nilai Vdq sistem dan dari proses tersebut akan dihasilkan nilai Idqref yang dibandingkan pula dengan nilai Idq sistem sebagai tolok ukurnya. Proses ini akan terus berlanjut hingga nilai dari keduanya adalah sama.

d. Tahap keempat, pengontrolan dan pengubahan sinyal dq0 ke abc

Setelah didapatkan nilai Idqref pada tahap sebelumnya, digunakan pengontrollan PI (proportional integral) mempercepat respon agar mudah dalam pencapaian steady state-nya. Kemudian diberi masukan I0 yang bernilai nol untuk memberikan nilai input pada pengubah Idq0 menjadi

Iabc, I0 sebenarnya memiliki nilai yang mendekati nol. Pengubah Idq0 menjadi Iabc ini memanfaatkan sinyal PLL (phase looked loop) yang menggunakan sinyal Iabc sebagai sinyal referensinya. Penjelasan konsep ini dapat dilihat pada gambar 3.19. Selanjutnya, sinyal Iabc akan dijadikan sinyal referensi sinusoidal pulse width modulation

(SPWM) sebagai sinyal referensi yang dibandingkan dengan sinyal segitiga, untuk lebih lengkapnya akan dijelaskan pada tahapan kelima

e. Tahap kelima, sinyal masukan pada SPWM

Hasil keluaran sinyal yang terjadi pada tahap keempat akan diambil nilai RMS-nya yang terhitung rata-rata dari ketiga sinyal memiliki nilai RMS-ya sama dengan 0.998, kemudian akan dilanjutkan menjadi sinyal masukan referensi pada sinusoidal pulse width modulation

(SPWM). Sinyal tersebut akan dikalikan dengan sinyal sinusoidal yang menjadi sumber sinusoidal SPWM. Setelah itu, hasil kali sinyal tersebut akan dibandingkan dengan repeating sequences, atau sinyal segitiga. Dan dibagian akhir dari sistem PQ controller, sinyal referensi tersebut akan dijadikan sebagai pengatur switch pada three phase inverter[3].

G. Penggunaan Three Phase Transformer (Step Up)

Three Phase Transformer digunakan untuk menaikkan

tegangan sistem pembangkit tersebar dari nilai Vrms(line to line) =

Vrms-inv sebesar 380 volt menjadi Vrms(line to line) grid senilai 20 V.

H. Penggunaan Grid

Sistem pembangkitan tersebar menggunakan fuelcell

dengan jenis proton exchange membrane fuelcell yang memiliki kapasitas daya sebesar 48 KW ini akan di interkoneksikan dengan grid yang memiliki kapasitas tegangan sebesar 20 KV

III. HASILSIMULASIDANANALISIS

Sistem pembangkitan tersebar yang terdiri atas fuelcell, boost converter, DC link, three phase inverter, LC filter, PQ controller, three phase transformer, coupling inductor, load,

dan three phase sources (grid) yang dirangkai sedemikian rupa sehingga antara komponen satu dengan yang lainnya dapat terhubung dengan baik sesuai dengan kaedah kelistrikan di Indonesia.

Gambar 3. Konfigurasi sistem fuelcell pembangkitan tersebar yang terhubung grid

A. Karakteristik Fuelcell 6 KW

Konfigurasi sistem memanfaatkan sumber fuelcell untuk menyuplai kebutuhan daya, jenis fuelcell yang digunakan

proton exchange membrane fuelcell dengan kapasitas 6 KW.

Pada kondisi seperti yang ditunjukkan pada gambar 3 dapat mengilustrasikan proses distribusi listrik dari fuelcell menuju

grid. Terdapat kondisi dimana fuelcell akan mendapatkan perubahan pembebanan yang cukup signifikan sehingga menyebabkan terjadinya perubahan suplai daya yang dihasilkan oleh fuelcell. Sehingga sebelum menguji fuelcell

pada sistem, perlu diketahui terlebih dahulu karakteristik dari

(4)

Pada gambar 4 menunjukkan bahwa nilai karakteristik fuel cell yang membandingkan arus dan tegangan adalah berbanding

terbalik. Namun terdapat titik maksimal pada arus 242 A, dimana pascaarus 242 A nilai tegangan langsung merosot tajam.

Gambar 4. Kurva karakteristik arus dan tegangan fuelcell 6 KW

Gambar 5. Kurva karakteristik daya dan arus fuelcell 6 KW

Pada gambar 5 menunjukkan bahwa nilai karakteristik

fuelcell yang membandingkan daya dan arus adalah

berbanding lurus. Semakin besarnya nilai arus maka akan semakin besar pula daya yang dihasilkan oleh fuelcell.

Namun, pada titik tertentu daya akan turun secara drastis hingga mendekati titik nol. Dilihat dari kurva karakteristiknya, daya maksimal berada pada titik 8080 (P = 8080 W) dengan nilai beban 0,15 Ω (R = 0,15 Ω).

B. Karakteristik Fuelcell 48 KW

Gambar 6. Kurva karakteristik arus dan tegangan fuelcell 48 KW Pada gambar 6 menunjukkan bahwa nilai karakteristik

fuelcell 48 KW yang membandingkan arus dan tegangan

adalah berbanding terbalik. Semakin besarnya nilai arus maka akan semakin kecil tegangan yang dihasilkan oleh fuelcell.

Sehingga dapat dipastikan bahwa untuk Kurva karakteristik perbandingan arus dan tegangan pada fuelcell 48 KW adalah sama persis dengan kurva karakteristik perbandingan arus dan tegangan pada fuelcell 6 KW.

Gambar 7. Kurva karakteristik daya dan arus fuelcell 48 KW Pada gambar 7 menunjukkan bahwa nilai karakteristik

fuelcell 48 KW yang membandingkan daya dan arus adalah berbanding lurus. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penyusunan rangkaian 8 fuelcell yang masing-masing berkapasitas 6 KW untuk menghasilkan daya sebesar 48 KW tidak mengubah karakteristik dari fuelcell. Prinsip utama yang dijaga dalam penyusunan fuelcell adalah setiap penyusunan

fuelcell akan menambah daya yang dihasilkan. Dengan syarat

apabila tersusun secara paralel maka akan menambah suplai tegangan dan apabila terpasang secara seri akan menambah suplai arus.

C. Hasil Simulasi Boost Converter

Untuk mengetahui kecepatan respon dan kemampuan boost converter menuju titik steady state tegangan 690 volt maka nilai beban (R) sementara pada boost converter akan diubah-ubah secara random. Hasil dari simulasi tersebut dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Hasil simulasi boost converter dengan merubah nilai beban R (Ohm) V (Volt) I (Ampere) P (Watt) Waktu pencapaian

steady state (s) 9,63 690 80,97 63160 0,034 9,91 690 78,64 61340 0,036 10,20 690 76,41 59600 0,024 11,71 690 66,56 51920 0,05 12,67 690 61,54 48000 0,025 13,33 690 58,5 45630 0,022 15,05 690 51,82 40420 0,019 16,87 690 46,22 36050 0,016 18,80 690 41,48 32360 0,025

D. Pemberian Nilai Referensi P dan Q

PQ controller difungsikan untuk mengatur besaran daya aktif dan daya reaktif yang disuntikkan oleh sistem pembangkit tersebar dengan menggunakan proton exchange membrane fuelcell kepada grid dan beban. Sistem akan diberi daya aktif referensi (Pref) dan daya reaktif referensi (Qref) yang sesuai kebutuhan berapa daya yang dibutuhkan agar sistem dari fuelcell ini dapat menyuplai daya pada grid dan

(5)

Gambar 8. Daya aktif (P) yang keluar dari filter

Gambar 9. Daya reaktif (Q) yang keluar dari filter

Berdasarkan pada gambar 8 nilai steady state dari daya aktif berkisar pada nilai 33 KW – 43 KW, sedangkan pada gambar 9 nilai steady state dari daya reaktif hasil keluaran filter berkisar antara 9 KVAR – 15 KVAR. Jikalau membandingkan nilai Pref dan Qref dengan hasil keluaran filter maka hasil keluaran filter masih berada di range nilai referensinya.

E. Aliran Daya Sistem

Jikalau melihat pada gambar 10 mengenai perbandingan antara arus yang lagging terhadap tegangan yang terjadi di filter tersebut menampilkan beda sudut fasa sekitar 30○ tinggi

Vmax = 530 V (dengan Vrms = 380 V) dan tinggi arus 40 A, maka dengan berbanding lurusnya sinyal arus dan tegangan (sinyal arus dan tegangan tidak berkebalikan) membuktikan bahwa sistem pembangkit tersebar menyuplai daya menuju grid, sedangkan pada grid ditunjukkan pula nilai P dan Q yang bernilai positif

Gambar 10. Perbandingan tegangan dan arus pada keluaran filter

F. Pengujian Performansi Sistem

Dalam membuktikan pengujian daya aktif dan reaktif keluaran filter yang terpengaruh pada nilai referensi dari PQ controller maka dapat diuji cobakan perubahan referensi pada

saat sistem dijalankan. Pada gambar 11 dan gambar 12 telah disajikan hasil simulasi program yang mana nilai awal mula

Pref = 36000 W dan Qref = 12000 VAR, pada titik 0.15 detik diubah menjadi nilai Pref = 30000 W dan Qref = 18000 VAR. Dapat dilihat bahwa terjadi sedikit pergeseran nilai daya aktif yang lebih menggeser ke range di bawahnya, sedangkan pada daya reaktif dapat pula dilihat pergeseran range nilai daya reaktif di atas rata-rata nilai sebelumnya. Sehingga perubahan nilai referensi dapat mempengaruhi nilai keluaran dari daya aktif dan reaktif dari sistem pembangkitan tersebar ini.

Gambar 11. Perubahan nilai daya aktif berdasarkan Pref

Gambar 12. Perubahan nilai daya reaktif berdasarkan Qref

G. Pemberian Beban pada Bagian Grid

Dalam menguji sistem pada berbagai kondisi, maka dilakukanlah pemberian beban pada bagian grid guna membuktikanbahwa walaupun pada bagian grid diberi beban, sistem pembangkit tersebar tetap tidak terpengaruh dengan adanya beban tersebut diatur memiliki nilai resistif sebesar 24 KW. Pada kasus ini Pref disetting 36000 W dan Qref = 12000 VAR nilai daya aktif yang dikeluarkan oleh sistem pembangkitan tersebar, atau dapat dikatakan juga keluaran filter berkisar pada nilai 32000 Watt, hal ini dapat dilihat pada gambar 13.

Gambar 13. Daya aktif yang dikeluarkan oleh sistem pembangkit tersebar (filter)

(6)

Sedangkan nilai daya reaktifnya yang bernilai kurang lebih 10000 VAR, yang membedakan kurva pengontrollan saat diberi beban ataukah tidak adalah pada ripple nya.

Gambar 14. Daya reaktif yang dikeluarkan oleh sistem pembangkit tersebar (filter)

Gambar 15. Perbandingan daya yang dihasilkan dan daya yang digunakan dari sistem

Pada gambar 15 menunjukkan perbandingan nilai daya keluar dan masuk dari sistem, nilai daya yang dihasilkan ditunjukkan oleh daya filter yang memiliki nilai berkisar 32000 Watt, sedangkan nilai daya yang digunakan ditunjukkan oleh daya yang menuju beban dengan daya berkisar 22000 Watt dan daya yang menuju grid dengan nilai daya berkisar 10000 Watt.

Kemudian diterapkan dua pembebanan pada sistem. Dimana beban pertama seperti pada konsep yang telah dijelaskan sebelumnya, sedangkan beban kedua menggunakan beban 3 KW yang disetting on pada detik 0.3 dan off pada detik 0.5.

Gambar 16. Perbandingan daya yang dihasilkan dan daya yang digunakan dengan dua beban

Nilai keluaran filter naik sesuai kebutuhan beban, hal ini terjadi dengan kemungkinan adanya ripple di awal yang mengakibatkan titik 39000 W masih berada pada kisaran pengontrollan referensi 36000 W.

IV. KESIMPULAN/RINGKASAN

Dari analisis hasil simulasi serta pembahasan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :

1. Hasil pemodelan fuel cell 48 Kw yang dirangkai secara seriserta paralel diperoleh karakteristik V-I yang sama dengan karakteristik V-I fuel cell 6 KW.

2. Tegangan output dari boost converter bernilai 690 volt dengan harapan dapat memberikan suplai daya yang sesuai dengan kebutuhan three phase inverter.

3. Daya aktif dan daya reaktif yang dikeluarkan oleh sistem pembangkitan tersebar dapat diatur menggunakan PQ controller, dimana dengan pengaturan Pref = 36000 W dan Qref = 12000 W maka nilai daya aktif dan reaktif keluaran dari sistem pembangkitan tersebar tersebut pada range daya aktif 33000 W hingga 42000 W dan daya reaktif meiliki nilai range 9000 VAR hingga 15000 VAR.

4. Penambahan beban yang diberikan pada sistem pembangkit tersebar membuat nilai steady state daya aktif dan reaktif dari sistem semakin baik. Apabila nilai daya beban dibawah kapasitas daya pembangkit, maka beban akan mendapat suplai dari sistem pembangkit ini dan sisa daya akan disalurkan ke grid.

DAFTARPUSTAKA

[1] Jong-Soo Kim, Gyu-Yeong Choe, Byoung-Kuk Lee, Jae-Sun Shim, “Advanced Interchangeable Dynamic Simulation Model for the Optimal Design of a Fuel Cell Power Conditioning System”, Journal of Electrical Engineering & Technology Vol. 5, pp. 561-570, Korea, July, 2010

[2] Yong Wang, Xu Cai, “DC Link Voltage Optimized Control for Efficient Residential Fuel Cell Converter”, Elsevier Electrical Power and Energy Systems 32, pp. 1031–1036, China, February, 2010

[3] C. Wang, Student Member, M. H. Nehrir, Senior Member, and H. Gao, Member.” Control of PEM Fuel Cell Distributed Generation Systems” IEEE Transactions on Energy Conversion, vol. 21, no. 2, 2006

Referensi

Dokumen terkait

Terdapat peningkatan Aktivitas fisik dalam pembelajaran Matematika dengan menggunakan metode demonstrasi pada siswa kelas I A Sekolah Dasar Swasta Erna Sanggau, yaitu dari

Penelitian ini dimaksudkan untuk menetukan pengaruh tingkat kematangan mangga terhadap vitamin C yang terdapat pada berbagai varietas buah mangga yang beredar di daerah

(iii) On the spot: untuk menjaga agar nilai dan purchasing power ribawi item tidak naik atau turun karena telah berbedanya waktu (hari) yang berpotensi merubah harga barang

Mengungkapkan makna dalam bentuk teks tulis fungsional pendek (misalnya pengalaman yang dialami di sini dan saa tini.) dengan menggunakan ragam bahasa tulis secara

Menu Maintenance terdiri dari submenu Add User dan Change Password, dan menu About yang digunakan untuk menampilkan data tentang perancang aplikasi data warehouse ini...

Penelitian ini bertujuan untuk menguji ada atau tidaknya pengaruh kemampuan komunikasi matematika antara siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran kooperatif

n Dalam window New Project, beberapa tipe project ditampilkan berdasarkan berbagai kategori, kita dapat membuat Visual Basic. project, a Visual C# project, atau a Visual C++

tenaga kerja langsung adalah biaya tenaga kerja langsung (direct labour) adalah upah yang dibayarkan kepada para tenaga kerja yang secara langsung memproses bahan