• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PEMENUHAN SYARAT LABEL MINUMAN SARI BUAH (KEMASAN SIAP MINUM) DI BEBERAPA PASAR SWALAYAN KOTA BOGOR SKRIPSI VIRZA MARADHIKA F

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAJIAN PEMENUHAN SYARAT LABEL MINUMAN SARI BUAH (KEMASAN SIAP MINUM) DI BEBERAPA PASAR SWALAYAN KOTA BOGOR SKRIPSI VIRZA MARADHIKA F"

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

BOGOR

SKRIPSI

VIRZA MARADHIKA

F24080030

DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)

THE ASSESSMENT OF COMPLIANCE WITH MANDATORY LABELLING

FOR JUICE BEVERAGES (READY-TO-DRINK PRODUCT) IN SEVERAL

SUPERMARKETS

IN THE CITY OF BOGOR

Virza Maradhika and Arif Hartoyo

Department of Food Science and Technology, Faculty of Agricultural Technology, Bogor Agricultural University, IPB Dramaga Campus, PO BOX 220, Bogor, West Java, Indonesia

Phone: +6285279211818, E-mail: virza.maradhika@yahoo.com

ABSTRACT

Food labeling regulation in Indonesia is stipulated by the government through Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 about Food Labeling and Ad. This research consists of main and additional research that was conducted by survey method that included to descriptive method. The main objective of this research is to determine the compliance with mandatory labeling for juice beverage producer especially for the ready-to-drink products. The label substances required were assessed in main research through Legal Analysis Research. Analysis of 68 total ready-to-drink fruit juice labels showed five major substances level of compliance: minimum information on label (94.70%), technical writing on label (88.24%),inclusion technique (66.18%), prohibited information that put on label (90.68%), and other information on label (99.41%). Furthermore, community survey was conducted in the additional one to find out public awareness of ready-to-drink fruit juice label with 112 respondents who are Bogor society between the ages of 15 to 60 years. The result indicated that 71.43% respondents claimed to pay attention to the ready-to-drink fruit juice label with the expired date and composition are two substances that paid the most.

(3)

RINGKASAN

 

Penelitian dengan judul Kajian Pemenuhan Syarat Label Minuman Sari Buah (Kemasan Siap Minum) di Beberapa Pasar Swalayan Kota Bogor dilakuan dengan tujuan untuk mengetahui tingkat pemenuhan syarat label minuman sari buah kemasan siap minum yang beredar di pasar swalayan kota Bogor berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan. Penelitian ini terdiri dua bagian yaitu penelitian utama dan penelitian tambahan yang sama-sama menggunakan metode deskriptif serta data primer. Pada penelitian utama dilakukan analisis isi dengan membandingkan hasil pengamatan label minuman sari buah kemasan siap minum dengan Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 sebagai peraturan yang mengatur mengenai cara pelabelan pangan yang berlaku sampai saat ini.

Data yang dianalisis pada penelitian utama berupa label minuman sari buah kemasan siap minum yang didapatkan dari peredaran produk tersebut di pasar swalayan kota Bogor dengan rincian dua hypermarket (Giant dan Hypermart), empat supermarket (Foodmart, Ramayana, Superindo, danYogya), dan empat minimarket (Alfamart, Al Amin, Circle K, dan Indomaret). Contoh minuman sari buah kemasan siap minum yang dikumpulkan sebanyak 68 merek yang dihasilkan oleh 51 produsen. Analisis label pada 68 merek yang didapatkan menunjukkan hasil tingkat pemenuhan syarat kelompok unsur keterangan minimum label (94.70%),tulisan pada label (88.24%),teknis pencantuman label (66.18%), keterangan yang dilarang untuk dicantumkan pada label (90.68%), dan keterangan lain label (99.41%). Sebanyak 55 merek dari total 68 merek minuman yang dianalisis (80.88%) memenuhi ketentuan keterangan minimumyang harus dicantumkan pada label. Hanya sepuluh merek (14.70%) yang telah memenuhi seluruh syarat pemenuhan unsur label minuman sari buah.

Pada penelitian tambahan dilakukan survei kemasyarakatan berupa pemberian kuisoner yang diberikan kepada total 112 responden yang merupakan penduduk kota Bogor dengan usia antara 15 sampai 60 Tahun. Hasil kuisioner menunjukkan bahwa tingkat kepedulian dan kesadaran konsumen cukup tinggi yaitu sebesar 71.43% dari total responden mengaku memperhatikan label minuman sari buah kemasan siap minum dan tanggal kadaluarsa dan komposisi merupakan dua hal dalam label minuman sari buah kemasan siap minum yang paling banyak diperhatikan konsumen. Sebanyak 78.52% responden ternyata tidak mengetahui adanya peraturan pelabelan pangan.

Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 sebagai peraturan yang masih berlaku sampai saat ini harus terus disosialisasikan dan ditingkatkan efektivitas penerapannya agar pemenuhan syarat label dapat dipenuhi oleh para produsen sehingga konsumen dapat memperoleh keterangan yang benar terkait produk yang mereka konsumsi. Perbedaan-perbedaan dan kerancuan masih terdapat pada peraturan-peraturan yang terkait dengan pelabelan pangan sehingga memungkinkan produsen mengikuti peraturan yang berbeda.

(4)

KAJIAN PEMENUHANSYARAT LABEL MINUMAN SARI BUAH

(KEMASAN SIAP MINUM) DI BEBERAPA PASAR SWALAYAN KOTA

BOGOR

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

Pada Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan,

Fakultas Teknologi Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh

VIRZA MARADHIKA

F24080030

DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(5)

Nama

: Virza Maradhika

NIM

: F24080030

Menyetujui,

Dosen Pembimbing,

(Dr.Arif Hartoyo, S.TP, MP.)

NIP. 19700430.199712.1.001

Mengetahui :

Ketua Departemen,

(Dr. Ir. Feri Kusnandar, M.Sc.)

NIP. 19680526.199303.1.004

(6)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi dengan judul Kajian Pemenuhan Syarat Label Minuman Sari Buah (Kemasan Siap Minum) Di Beberapa Pasar Swalayan Kota Bogor adalah hasil karya saya sendiri dengan arahan Dosen Pembimbing Akademik, dan belum diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Juli2012

Yang membuat pernyataan

Virza Maradhika

F24080030

(7)

© Hak cipta milik Virza Maradhika, Tahun 2012

Hak cipta dilindungi

Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulius dari

Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun, baik

cetak,

(8)

BIODATA PENULIS

 

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 23 Agustus 1990 dari pasangan Ahmad Patimura dan Indrawaty Pakpahan. Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan taman kanak-kanak di TK Xaverius Tanjung Karang pada Tahun 1996, sekolah dasar pada Tahun 2002 di SD Fransiskus I Bandar Lampung. Selanjutya penulis melanjutkan pendidikan sekolah menengah pertama di SMP Fransiskus Bandar Lampung hingga tahun 2005 dan menamatkan pendidikan sekolah menengah atas di SMA Negeri 9 Bandar Lampung pada tahun 2008. Setelah tamat pendidikan menengah atas, penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB).

Selama menjalani studi di Institut Pertanian Bogor, penulis aktif sebagai pengurus IAAS (International Association of Agriculture and Related Sciences) LC IPB pada Tahun 2009-2011 dan Himpunan Mahasiswa Ilmu dan Teknologi Pangan (Himitepa) periode Tahun 2009-2010. Di dalam kepengurusan IAAS LC IPB, penulis menduduki jabatan sebagai Head of Human Resources Department pada tahun 2010 dan dalam kepengurusan Himitepa, penulis menduduki jabatan sebagai anggota Divisi Profesi membawahi Food Chat Club. Beberapa penghargaan yang diraih penulis selama masa kuliah antara lain yaitu Juara I Cultural Quiz Fotranusa Tahun 2008, Juara I Debate ATTENTION Tahun 2009, Juara I LOFE Tahun 2010, Juara I Debate FALCON Tahun 2011, dan semifinalis Battle of Brain 16th ALSA UI E-COMP Tahun 2012. Sebagai tugas akhir, penulis melakukan penelitian dengan judul “Kajian Pemenuhan Syarat Label Minuman Sari Buah (Kemasan Siap Minum) Di Beberapa Pasar Swalayan Kota Bogor ” di bawah arahan dan bimbingan Bapak Dr. Arif Hartoyo STP MP.

(9)

Puji dan syukur dipanjatkan kepada Allah SWT dan karunia-Nya sehinga skripsi ini berhasil diselesaikan. Penelitian dengan judul Kajian Pemenuhan Syarat Label Minuman Sari Buah (Kemasan Siap Minum) Di Beberapa Pasar Swalayan Kota Bogor”yang dilaksanakan di Kota Bogor sejak bulan April hingga Juni 2012.

Skripsi ini tidak akan dapat diselesaikan tanpa bantuan, dukungan, dan doa berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. Arif Hartoyo STP MP sebagai dosen pembimbing skripsi dan juga pembimbing akademik yang telah membimbing dan selalu memberikan arahan serta motivasi.

2. Ir. Darwin Kadarisman, MS atas bimbingan, saran, dan bantuannya selama rangkaian kegiatan penelitian dan penyusunan skripsi ini yang juga telah bersedia menguji pada sidang. 3. Dr. Ir. Yadi Haryadi, MSc. yang telah bersedia menjadi dosen penguji pada sidang tugas

akhir saya dan telah memberikan masukan yang membangun pada saat sidang.

4. Papa dan mama yang selalu memberi doa, dukungan, dan semangat dalam menyelesaikan kuliah hingga tugas akhir.

5. Kakak Meta Palendra dan abang Gunawan yang telah membantu dan terus memberikan semangat dan doanya.

6. Keluarga besar Pakpahan dan Senali atas doa dan dukungannya selama ini.

7. Seluruh sahabat-sahabathebat di ITP 45 tanpa terkecuali atas dukungan dan kebersamaannya.

8. Keluarga IAAS LC IPB pada umumnya dan HRD pada khususnya: Septiannisa, Genadi, Leli, Jasmine, Solihin, Ardy, Fajar, Dewi, Aldith, Yandra, Vincenia, dan Cynthiarindi atas kerjasama dan ikatan kekeluargaan yang tak akan terlupakan.

9. Sahabat-sahabat Dpicasso yang selalu mendoakan dan menyemangati.

10. Seluruh sahabat (Ryanda, Ivan, Misran, Edo, Fahrul, Anggi, Inessya, Shanty, Mudita) yang selalu memberikan bantuan dan keceriaan.

11. Dosen-dosen ITP yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat.

12. Seluruh karyawan Unit Pelayanan Terpadu ITP: Ibu Novi Susilorini dan Mbak Silviani. Akhirnya penulis berharap semoga tulisan ini bermanfaat dan memberikan kontribusi yang nyata terhadap perkembangan ilmu pengetahuan di bidang ilmu pangan.

Bogor, Juli 2012 Virza Maradhika

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

I.PENDAHULUAN ... 1

1.1. LATAR BELAKANG ... 1

1.2. TUJUAN PENELITIAN ... 2

1.3. MANFAAT PENELITIAN ... 2

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1. SARI BUAH ... 4

2.2. PELABELAN PANGAN ... 5

III. METODE PENELITIAN ... 8

3.1. METODE PENELITIAN ... 8

3.2. PENGUMPULAN DATA ... 8

3.3. PENGAMATAN DAN ANALISIS DATA ... 9

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 11

4.1. SEBARAN CONTOH MINUMAN SARI BUAH KEMASAN SIAP MINUM YANG DITELITI ... 11

4.2. KETERANGAN MINIMUM LABEL ... 13

4.3. TULISAN PADA LABEL ... 14

4.4. TEKNIS PENCANTUMAN LABEL ... 15

4.5. KETERANGAN YANG DILARANG (TIDAK BOLEH DICANTUMKAN) ... 15

4.6. KETERANGAN LAIN PADA LABEL ... 17

4.7 HASIL KUISIONER ... 19

4.8 PEMBAHASAN UMUM ... 20

V. SIMPULAN DAN SARAN ... 25

5.1. SIMPULAN ... 25

5.2. SARAN ... 25

DAFTAR PUSTAKA ... 26

LAMPIRAN ... 28  

(11)

Halaman  

Tabel 1. Rincian Bab II Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label Pangan ... 6  Tabel 2. Perbedaan keterangan minimum pada beberapa peraturan pelabelan (Gunanta 2007) ... 6  Tabel 3. Tempat dan lokasi pengambilan contoh minuman sari buah ... 8  Tabel 4. Unsur yang diamati pada minuman sari buah kemasan siap minum berdasarkan PP No 69 Tahun 1999 ... 10  Tabel 5. Jumlah merek contoh minuman sari buah kemasan siap minum yang didapat pada setiap pasar swalayan ... 11  Tabel 6. Jumlah merek yang memenuhi syarat unsur keterangan minimum label ... 13  Tabel 7. Jumlah merek yang memenuhi syarat unsur keterangan yang dilarang total 68 merek) .. 16  Tabel 8. Jumlah merek yang memenuhi syarat unsur keterangan lain label (total 68 merek) ... 18  Tabel 9. Pertanyaan dan hasil jawaban kuisioner (total 112 responden ) ... 19  Tabel 10. Jumlah merek minuman sari buah kemasan siap minum yang memenuhi syarat unsur label... 21  Tabel 11. Sebaran merek minuman sari buah kemasan siap minum berdasarkan pemenuhan syarat unsur label ( total 68 merek) ... 21  Tabel 12. Perbedaan unsur keterangan minimum label ... 24                             

(12)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Jumlah merek berdasarkan jenis nama produk pangan (total 68 merek) ... 12  Gambar 2. Jumlah merek yang diteliti berdasarkan jenis kode pendaftarannya (total 68 merek) ... 13  Gambar 3. Presentase kesalahan untuk unsur keterangan yang menyesatkan berdasarkan jenis produk pangan (total 68 merek) ... 17  Gambar 4. Persentase rata-rata jumlah unsur yang dipenuhi oleh kelompok contoh berdasarkan jenis kode pendaftarannya (total 23 unsur) ... 22 

(13)

Lampiran 1. Kriteria pemenuhan syarat unsur label berdasarkan PP No 69 Tahun 1999 ... 29 

Lampiran 2. Sebaran contoh minuman sari buah kemasan siap minum yang diteliti ... 33 

Lampiran 3 . Produsen minuman sari bauh kemasan siap minum dan merek yang dihasilkan ... 36 

Lampiran 4.Tingkat pemenuhan syarat unsur atau kelompok unsur label (total 68 merek) ... 39 

Lampiran 5.Pemenuhan syarat teknis pencantuman, penulisan pada label, dan keterangan minimum label setiap merek minuman sari buah ... 40 

Lampiran 6.Klasifikasi merek minuman contoh yang diteliti berdasarkan nama produk pangannya ... 43 

Lampiran 7. Pemenuhan syarat unsur kelompok keterangan lain pada label ... 44 

Lampiran 9. Pemenuhan syarat keterangan yang dilarang (tidak boleh dicantumkan) ... 48 

Lampiran 10. Jumlah unsur yang dipenuhi oleh setiap merek ... 51 

Lampiran 12. Contoh analisis label untuk merek dengan kode pendaftaran ML ... 55 

Lampiran 13. Contoh analisis label untuk merek dengan kode pendaftaran P-IRT ... 57 

Lampiran 14. Contoh lembar kuisioner yang telah diisi responden... 59 

(14)
(15)

 

1.1. LATAR BELAKANG

Pada sebagian besar masyarakat perkotaan yang mempunyai banyak aktivitas serta waktu yang sedikit menyebabkan perubahan pola konsumsi produk minuman yang praktis menjadi suatu keharusan, selain untuk kepraktisan juga untuk mendapatkan manfaat yang diberikan dari suatu produk pangan termasuk minuman. Saat ini, kecenderungan makanan dan minuman kesehatan semakinberkembang seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akanpentingnya pola hidup sehat. Perkembangan teknologi khususnya teknologi pangan membuat buah tidak hanya dikonsumsi secara segar tetapi dapat juga dikonsumsi dalam bentuk sari buah.

Produk-produk minuman sari buah dalam kemasan siap minum tersebut dapat diperoleh dengan mudah di pasar terutama di pasar swalayan dengan berbagai pilihan. Survei Nielsen Retail Etablishment (2010) menyebutkan, jumlah pasar swalayan pada tahun 2010 terus bertambah karena konsumen merasa lebih nyaman berbelanja di pasar modern tersebut. Survei yang mengambil sampel 300 ribu toko itu menyimpulkan bahwa promosi harga besar-besaran yang dilakukan toko modern melalui media cetak dan elektronik memikat masyarakat untuk berbelanja.Survei Nielsen menunjukkan, jumlah minimarket tahun 2010 mencapai 16.922, tumbuh 42% dibanding pada tahun 2009 sebanyak 11.927 gerai. Pertumbuhan minimarket diikuti oleh pertumbuhan hipermarket yang jumlahnya pada tahun 2010 mencapai 154 toko, naik 23% dibanding pada tahun 2009. Sebaliknya, jumlah pasar tradisional pada 2010 sebanyak 2,4 juta, turun 1,5% dibanding tahun 2009. Selama tahun 2010, industri hipermarket non-makanan menguasai pasar sebesar Rp 35 triliun atau 35% dan sisanya sebesar 65% merupakan belanja makanan. Proyeksi pertumbuhan ini pun membuat peritel moderen terus menambah gerai pada setiap tahunnya (Rubiyantoro 2011).

Produk minuman sari buah kemasan siap minum sebagian besar memberikan klaim manfaat kesehatan yang dapat menyamai buah aslinya bahkan dengan cara menonjolkan adanya penambahan kandungan vitamin. Masyarakat berpeluang untuk lebih menyukai produk tersebut dibandingkan dengan buah segar. Hal ini yang menjadi salah satu penyebab konsumsi sari buah kemasan siap minum terus meningkat.Pemilihan minuman sari buah kemasan siap minum terkait dengan pengetahuan yang dimiliki konsumen. Menurut Sumarwan (2003), pengetahuan konsumen adalah semua informasi yang dimiliki konsumen mengenai berbagai macam produk dan jasa, serta pengetahuan lainnya yang terkait dengan produk dan jasa tersebut dan informasi yang berhubungan dengan fungsinya sebagai konsumen. Adanya pengetahuan konsumen dapat mempengaruhi keputusan pembelian sari buah kemasan (Sumarwan 2003), salah satu pengetahuan konsumen adalah pengetahuan produk. Selain pengetahuan produk, pengetahuan gizi juga mempengaruhi konsumen dalam mengambil keputusan. Hal lain yang dapat mempengaruhi keputusan pembelian adalah kebiasaan (Sutisna 2002).

Pengetahuan konsumen mengenai produk pangan seperti sari buah utamanya bersumber dari label produk tersebut. Fungsi label pangan ini adalah sebagai sumber informasi dari produsen ke konsumen, mengikat transaksi (jadi apabila ada yang tidak sesuai dengan yang dicantumkan, produsennya dapat dituntut), serta sebagai bahan pertimbangan bagi konsumen untuk menentukan pilihan. Label pangan adalah keterangan mengenai pangan yang berbentuk tulisan, gambar,

(16)

   

maupun kombinasi keduanya yang disertakan pada pangan, dimasukkan ke dalam, ditempelkan, dicetak atau merupakan bagian dari kemasan (Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999). Labelisasi dapat diartikan bahwa label yang terdapat pada kemasan harus mencantumkan isi atau kandungan yang sebenarnya dari produk yang diperdagangkan.

Pencantuman gambar buah pada label merupakan daya tarik tersendiri bagi konsumen, sehingga tidak jarang konsumen memilih suatu produk berdasarkan disain gambar yang ada pada label. Pencantuman gambar buah tidak dapat dilakukan jika buah tersebut ditambahkan sebagai perisa. Gambar buah hanya dapat dicantumkan oleh produk yang tergolong minuman buah jenis sari buah (Anggraini dan Dewi 2008). Ada tiga macam minuman buah yang telah ditetapkan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (2006), yang dapat dibedakan dari total kandungan sari buahnya yaitu sari buah (100%), minuman sari buah (minimal 35%), dan minuman rasa buah (minimal 10%). Hingga saat ini, implementasi label pangan pada produk minuman sari buah kemasan siap minum masih belum efektif. Hampir semua jenis produk minuman sari buah yang beredar mencantumkan gambar buah tanpa memberikan keterangan maupun informasi yang menjelaskan berapa persentase kandungan sari buah yang ada di dalamnya. Label yang ada lebih ditujukan sebagai sarana promosi bahwa pengkonsumsian miuman sari buah kemasan siap minum akan memberikan manfaat kesehatan yang sama seperti buah aslinya.

Beberapa contoh penyimpangan terhadap PP Nomor 69 Tahun 1999 yang banyak ditemui pada label pangan yang ada di pasaran sekarang ini adalah penggunaan label tidak berbahasa Indonesia dan tidak menggunakan huruf latin, terutama produk impor, label yang ditempel tidak menyatu dengan kemasan, tidak mencantumkan waktu kadaluarsa, tidak mencantumkan keterangan komposisi dan berat bersih, tidak ada kode barang MD, ML atau P-IRT dan acuan kecukupan gizi yang tidak konsisten, tidak mencantumkan alamat produsen/importir bagi produknya (BPKN 2009).

Untuk produk pangan, sebenarnya telah ada Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan pangan yang mengatur persyaratan label yang berlaku di Indonesia. Secara umum, salah satu tujuan penting pengaturan, pembinaan, dan pengawasan pangan adalah menciptakan perdagangan pangan yang jujur dan bertanggungjawab. Oleh karena itu, perlu diketahui sejauh mana produsen minuman sari buah kemasan siap minum telah memenuhi syarat label pangan untuk mengetahui efektivitas penerapan peraturan pemerintah tersebut serta untuk perbaikan di masa mendatang.

1.2. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pemenuhan syarat label minuman sari buah kemasan siap minum yang beredar di pasar swaalayan kota Bogor berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan.

1.3. MANFAAT PENELITIAN

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan untuk:

1. Mengetahui tingkat pemenuhan syarat setiap unsur label dari produsen minuman sari buah kemasan siap minum.

2. Mengetahui dan meningkatkan efektivitas penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan untuk para produsen dan pedagang minuman sari buah kemasan siap minum.

(17)

3. Mengetahui tingkat kesadaran masyarakat terhadap label pangan terutama label minuman sari buah kemasan siap minum.

4. Memberikan informasi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap label pangan.

5. Memberikan masukan untuk perbaikan (revisi) dari peraturan pelabelan pangan, baik dalam penerapan maupun sosialisasinya kepada produsen dan konsumen.

(18)

II.TINJAUAN PUSTAKA

2.1. SARI BUAH

Pengertian produk minuman sari buah (fruit juice) menurut SNI 01-3719-1995 adalah minuman ringan yang dibuat dari sari buah dan air minum dengan atau tanpa penambahan gula dan bahan tambahan makanan yang diizinkan. Definisi sari buah menurut Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor HK. No. HK.00.05.52.4040 Tahun 2006 tentang Kategori Pangan mengatur definisi dan karakteristik dasar sari buah, terkait ketentuan bahan baku, proses pengolahan dan produk jadi, adalah cairan yang diperoleh dari bagian buah yang dapat dimakan yang dicuci, dihancurkan, dijernihkan (jika dibutuhkan), dengan atau tanpa pasteurisasi dan dikemas untuk dapat dikonsumsi langsung. Sari buah dapat berisi hancuran buah serta berpenampakan keruh atau jernih. Produk sari buah dapat dibuat dari satu atau campuran berbagai jenis buah. Pada sari buah hanya dapat ditambahkan konsentrat jika berasal dari jenis buah yang sama.

Sari buah merupakan hasil pengepresan atau ekstraksi buah yang sudah disaring. Pembuatan sari buah terutama ditujukan untuk meningkatkan ketahanan simpan serta daya guna buah-buahan. Pembuatan sari buah dari tiap-tiap jenis buah meskipun ada sedikit perbedaan, tetapi prinsipnya sama (Kemenristek RI 2010). Sari buah dibuat dengan cara menghancurkan daging buah dan kemudian ditekan agar diperoleh sarinya. Gula ditambahkan untuk mendapatkan rasa manis. Pengawet dapat ditambahkan untuk memperpanjang daya simpan. Selanjutnya cairan disaring, dibotolkan, kemudian di pasteurisasi agar tahan lama. Pemurnian sari buah bertujuan untuk menghilangkan sisa serat-serat dari buah dengan cara penyaringan, pengendapan atau sentrifugasi dengan kecepatan tinggi yang dapat memisahkan sari buahdari serat-serat berdasarkan perbedaan kerapatannya. Sari buah yang tidak dimurnikan akan berakibat terjadinya pengendapan di dasar botol. Hal tersebut tidak diinginkan karena akan menurunkan penerimaan konsumen (Muchtadi 1977).

Ada tiga macam minuman buah yang telah ditetapkan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (2006), yang dapat dibedakan dari kandungan buahnya: a) sari buah, yaitu cairan yang diperoleh dari buah, baik buah tunggal atau campuran dari beberapa buah. Total kandungan sari buahnya 100 persen yang diperoleh dari proses pengempaan, penghancuran, atau penggilingan buah, b) minuman sari buah, adalah sari buah yang telah diencerkan dengan air. Kandungan total sari buahnya minimal harus berjumlah 35 persen dengan atau tanpa penambahan gula, c) minuman rasa buah yaitu sari buah yang telah diencerkan dengan air namun dengan total kandungan sari buah minimal 10 persen. Di dalam minuman ini umumnya ditambahkan bahan-bahan lain (bisa diketahui dari label kemasannya).

Pencantuman persentase kandungan sari buah adalah untuk memberikan kesan kepada konsumen bahwa produk tersebut mengandung sari buah. Sari buah dapat digunakan sebagai salah satu ingridien atau sebagai perisa pada produk minuman. Produk yang mengandung sari buah sebagai ingredien dapat mencantumkan persentase sari buah pada label. Jika sari buah ditambahkan pada produk sebagai perisa, maka tidak perlu mencantumkan persentase sari buah pada labelnya. Pencantuman persentase sari buah dimaksudkan sebagai informasi kepada konsumen perihal kadar sari buah pada masing-masing produk. Persentase sari buah pada label sebaiknya dicantumkan pada bagian yang mudah dilihat, dengan jenis cetakan yang menyolok dan

(19)

ukuran huruf yang cukup besar sehingga mudah untuk dibaca. Contoh pernyataan mengenai % sari buah adalah “90 % sari buah” dan “90% sari buah apel” (Anggraini dan Dewi 2008).

2.2. PELABELAN PANGAN

Label pada kemasan pangan mempunyai fungsi untuk menjamin kesehatan dan keselamatan konsumen serta menciptakan perdagangan pangan yang adil dan jujur (Codex 1985). Label pangan adalah keterangan mengenai pangan yang berbentuk tulisan, gambar, maupun kombinasi keduanya yang disertakan pada pangan, dimasukkan ke dalam , ditempelkan, dicetak atau merupakan bagian dari kemasan (PP Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan). Menurut Wijaya (1997), label adalah tulisan, tag, gambar,atau deskripsi lain yang tertulis, dicetak, distensil, diukir, dihias, atau dicantumkan dengan jalan apapun sehingga memberi kesan melekat pada kemasan atau wadah . Selain itu label juga berfungsi untuk memberikan informasi tentang identitas produk sehingga konsumen dapat mengetahui isi produk tanpa harus membuka kemasan terlebih dahulu, untuk menarik minat konsumen dan sebagai sarana promosi, serta sebagai sarana komunikasi antara produsen dan konsumen.

Label pangan merupakan bagian penting perdagangan pangan. Tanggung jawab mengenai label pangan melibatkan beberapa pihak, antara lain konsumen, produsen, serta pemerintah sebagai badan pembuat peraturan yang mengatur tata cara pelabelan. Menurut Blanchfield (2000), mayoritas konsumen tidak mempunyai tuntutan khusus pada label pangan, tetapi konsumen mengharapkan label pangan dapat menyediakan informasi yang menjadi bahan pertimbangan konsumen dalam memilih produk.

Produsen bertanggung jawab dalam menentukan desain dan isi label, dalam hal ini produsen berupaya untuk membuat label yang dapat memberikan informasi kepada konsumen sekaligus sebagai media iklan sehingga produknya dapat bersaing dengan kompetitornya dan pada akhirnya memenangkan kompetisi tersebut saat konsumen memutuskan untuk membeli produk tersebut. Di sisi lain, produsen tidak luput dari kewajiban dan tanggung jawabnya untuk memenuhi peraturan pelabelan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Dalam hal ini, pihak yang berwajib menentukan keterangan minimum label, serta keterangan lain yang boleh dan tidak boleh dicantumkan pada label.Persyaratan label berhubungan dengan aspek produk dan bagaimana produk dapat memenuhi kepuasan konsumen. Syarat ini dapat dipenuhi dengan cara memberikan informasi yang tepat dengan kebutuhan konsumen dan membuat label sedemikian rupa sehingga jelas dan mudah dibaca (Blanchfield 2000).

Pangan yang aman serta bergizi merupakan kebutuhan utama konsumen. Oleh karena itu, informasi yang terdapat pada label pangan akan membantu konsumen dalam memilih pangan yang sesuai dengan kebutuhannya serta mendukung gaya hidup dan filosofi yang dianutnya (Blanchfield 2000). Informasi dasar yang merupakan kebutuhan utama konsumen adalah informasi yang menyatakan deskripsi produk (bahan yang terkandung dan jumlahnya), pengaruh produk pada kesehatan, metode produksi serta cara penyimpanan dan penyiapan.

Semakin lama kompetisi akan luas ruang label yang terbatas akan semakin meningkat. Hal ini disebabkan karena semakin kreatif dan inovatifnya kompetitor dalam merancang label, adanya peraturan pelabelan yang terus diperbaharui, trend penjualan yang terus berubah, serta keinginan konsumen yang terus meningkat akan informasi yang bersifat wajib maupun sukarela. Selain itu, meningkatnya perdagangan internasional mendorong produsen untuk menggunakan multi-lingual label.

(20)

   

Pelabelan pangan telah diatur tersendiri pada setiap negara. Di Indonesia peraturan pelabelan diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan. Dalam peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tersebut, ketentuan pelabelan tercantum pada bab II yang terdiri dari 15 bagian dan 42 pasal (2-43). Definisi label pangan tercantum pada pasal 1 ayat 3, sedangkan pengawasan dan tindakan administratif masing-masing tercantum pada bab III dan IV. Rincian bab II tentang Label Pangan dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Rincian Bab II Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label Pangan

Bagian Perihal Jumlah pasal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Umum

Bagian Utama Label Tulisan pada Label Nama Produk Pangan

Keterangan tentang Bahan yang digunakan Keterangan tentang Berat Bersih atau Isi Bersih Keterangan tentang Nama dan Alamat

Tanggal Kadaluwarsa Nomor Pendaftaran Pangan

Keterangan tentang Kode Produksi Pangan Keterangan tentang Kandungan Gizi

Keterangan tentang Iradiasi Pangan dan Rekayasa Genetika Keterangan tentang Bahan Pangan yang Dibuat dari Bahan Baku Alami

Keterangan Lain pada Label tentang Pangan Olahan Tertentu

Keterangan tentang Bahan Tambahan Pangan

10 (pasal 2-11) 3 (pasal 12-14) 2 (pasal 15-16) 2 (pasal 17-18) 4 (pasal 19-22) 3 (pasal 23-25) 1 (pasal 26) 3 (pasal 27-29) 1 (pasal 26) 1 (pasal 31) 2 (pasal 32-33) 2 (pasal 34-35) 2 (pasal 36-37) 5 (pasal 38-42) 1 (pasal 43) Jumlah 42 Pasal

Beberapa contoh peraturan pelabelan yang berlaku di negara lain antara lain Food Labeling Guide (FDA) yang berlaku di Amerika Serikat, Labeling of Packaged Food yang berlaku di Australia, serta Euro Council 2000/13/EC yang berlaku di Uni Eropa dan merupakan revisi dari Euro Council 79/112/EC. Selain itu, terdapat pula peraturan pelabelan yang dikeluarkan oleh Codex Allimentarius Commission (Codex Stan 1-1985). Perbedaan keterangan minimum label pada beberapa contoh peraturan pelabelan yang berlaku sekarang ini dapat dilihat padaTabel 2. Tabel 2. Perbedaan keterangan minimum pada beberapa peraturan pelabelan (Gunanta 2007)

Keterangan minimal label PP No.

69/1999 (codex CAC stan 1-1985) EC 2000/13 ‘Food FDA Labeling guide’ Australia ‘Labeling of Packaged Food’ Nama produk Berat bersih

Nama dan alamat produsen Daftar bahan Tanggal kadaluwarsa Informasi gizi Kode produksi Asal produk Informasi allergen Cara penyimpanan Petunjuk penggunaan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ Jumlah 5 9 8 5 10

(21)

Tabel 2 menunjukkan bahwa setiap negara dari benua yang berbeda memiliki peraturan pelabelan tersendiri dan berbeda satu sama lainnya. Australia merupakan negara yang memiliki pengaturan terbanyak mengenai keterangan minimum label. Peraturan pelabelan pangan di Singapura ditetapkan pemerintah melalui Agri-Food and Veterinary Authority (AVA). Peraturan tersebut tercantum dalam A Guide To Food Labeling and Advertisement yang dikeluarkan AVA pada tahun 2011. Peraturan tersebut terbagi menjadi empat unsur utama yaitu persyaratan umum label, persyaratan tambahan label, klaim yang dilarang, dan klaim kandungan kesehatan (AVA 2011). Persyaratan umum yang diatur yaitu keterangan mengenai nama produk pangan, bahan baku, pernyataan mengenai bahaya kesehatan yang dapat diakibatkan, pernyataan berat bersih, nama dan alamat produsen, dan asal negara produsen. Seluruh keterangan yang dicetak pada label harus menggunakan bahasa Inggris.

Sementara itu, peraturan pelabelan pangan di Malaysia ditetapkan oleh pemerintah melalui Kementerian Kesihatan Malaysia. Peraturan tersebut terdapat dalam Peraturan-peraturan Makanan 1985 pada bahagian IV mengenai Garis Panduan Am Pelabelan Makanan. Peraturan pelabelan pangan di Malaysia tidak seperti peraturan negara lain pada umumnya. Pemerintah mewajibkan produsen memenuhi semua unsur yang ditetapkan yaitu sebanyak 20 unsur. Peraturan tersebut dengan jelas mengatur semua unsur dengan memberikan contoh-contoh pencantuman yang benar meskipun ditetapkan pada tahun 1985. Hal ini sangat berbeda dari PP Nomor 69 Tahun 1999 yang ada di Indonesia. Bahasa yang diperbolehkan dalam pencantuman label pangan di Malaysia adalah bahasa Inggris dan bahasa Malaysia (Melayu).

Pelanggaran pelabelan pangan di Singapura akan mendapat hukuman berupa denda sebesar lima ribu hingga sepuluh ribu dollar Singapura dan atau kurungan penjara selama tiga bulan. Hukuman yang diberikan bagi pelanggaran pelabelan di Malaysia adalah denda dan atau penjara selama tiga tahun. Pelanggaran pelabelan pangan di Indonesia sendiri, akan dikenakan tindakan administratif. Tindakan administratif yang akan dikenakan tercantum dalam pasal 61 PP Nomor 69 Tahun 1999. Tindakan tersebut berupa peringatan secara tertulis, larangan peredaran produk untuk sementara waktu maupun penarikan produk, pemusnahan pangan jika terbukti membahayakan kesehatan dan jiwa manusia, penghentian produksi, pengenaan denda (paling tinggi lima puluh juta rupiah), dan pencabutan izin produksi atau usaha.

(22)

   

III.METODE PENELITIAN

3.1. METODE PENELITIAN

Penelitian ini terdiri dari penelitian utama serta penelitian tambahan dan dilakukan dengan metode survei yang termasuk dalam metode deskriptif (Zulnaidi 2007). Metode survei adalah penyelidikan yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan-keterangan secara faktual, baik tentang institusi sosial, ekonomi, atau politik dari suatu kelompok ataupun suatu daerah. Metode survei membedah dan menguliti serta mengenal masalah-masalah serta mendapatkan pembenaran terhadap keadaan dan praktik-praktik yang sedang berlangsung (Nasir 1985).

Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan keadaan objek dalam penelitian dapat berupa orang, lembaga, masyarakat dan yang lainnya yang pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau apa adanya. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antarfenomena yang diselidiki. Selain itu, dapat dikemukakan secara sistematis dan cermat fakta atau karakteristik populasi atau bidang tertentu (Isane dan Michael 1981).

Pada penelitian utama dilakukan analisis isi (content analysis) terhadap syarat unsur label pada minuman sari buah kemasan siap minum. Untuk penelitian tambahan akan dilakukan survei kemasyarakatan (community survey) berupa kuisioner untuk mengetahui tingkat kepedulian dan kesadaran masyarakat terhadap label minuman sari buah kemasan siap minum.

3.2. PENGUMPULAN DATA

Data yang digunakan pada penelitian utama adalah data primer. Data primer adalah data yang dikumpulkan untuk maksud tertentu atau untuk suatu proyek riset tertentu (Supranto 1991). Data label kemasan minuman sari buah dikumpulkan masing-masing dari minimarket (empat buah), supermarket (empat buah), dan hipermarket (dua buah) yang berada di kota Bogor.Tempat dan lokasi pengambilan sampel dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Tempat dan lokasi pengambilan contoh minuman sari buah

Jenis tempat Tempat pengambilan contoh Lokasi

Hypermarket Giant Botani Square

Hypermart Bellanova Sentul Supermarket Foodmart Plaza Ekalokasari

Super Indo Jembatan Merah

Yogya Bogor Junction Ramayana Bogor Trade Mall Minimarket Alfamart Bogor Barat

Indomaret Bogor Selatan Circle K Bogor Timur

(23)

Pada prinsipnya, seluruh merek minuman sari buah kemasan siap minum yang terdapat pada hypermarket, supermarket, dan minimarket yang dipilih akan diamati. Berbagai jenis pasar yang dipilih (hypermarket, supermarket, dan minimarket) bersifat saling melengkapi.

Untuk penelitian tambahan, kuisioner diberikan pada penduduk kota Bogor yang berusia produktif yaitu 15-60 tahun yang mengkonsumsi minuman sari buah kemasan siap minum sebanyak minimum 100 responden yang diambil secara acak. Jumlah ini ditetapkan dengan alasan besarnya populasi, biaya penelitian, dan keleluasaan serta kemudahan dalam memperoleh data. Jumlah kuisioner yang disebarkan sebanyak 112 buah untuk mengantisipasi terjadinya kekurangan contoh. Penetapan responden dilakukan dengan metode non probability sampling yaitu quota samplingyang termasuk dalam jenis purposive sampling (Babbie 2010). Istilah purposive sampling berarti mengambil orang-orang oleh peneliti menurut ciri-ciri spesifik yang dimiliki sampel itu (Engel dan Schutt 2010). Pertimbangan dalam memilih responden adalah mereka yang memiliki usia di rentang antara 15-60 tahun dan merupakan konsumen minuman sari buah.Quota Sampling adalah pencarian sejumlahunsur dengan memilih unsur (responden) yang paling mudah diperoleh peneliti dan unsur yang memiliki karakteristik yang sesuai dengan keinginannya (Black 1999).

3.3. PENGAMATAN DAN ANALISIS DATA

Analisis data hasil pengamatan informasi label minuman sari buah kemasan siap minum dilakukan dengan content analysis (analisis isi). Analisis isi yang membandingkan kesesuaian hasil informasi yang didapat dari data pengamatan (observasi) dengan ketentuan (pasal-pasal) dari produk hukum yang berlaku sekarang, dikenal dengan nama Legal Analysis Research (Whitney 1951).

Pada penelitian ini, contoh label minuman sari buah kemasan siap minum akan dibandingkan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan. Unsur-unsur label sari buah kemasan siap minum yang diamati dapat dilihat pada Tabel 4 Sedangkan kriteria pemenuhan syarat unsur label secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 1. Tingkat pemenuhan persyaratan label rata-rata untuk setiap unsur atau kelompok unsur dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Gunanta 2007) :

TPP %

100 %

Keterangan :

TPP = tingkat pemenuhan kriteria rata-rata unsur atau kelompok unsur Ui = jumlah merek yang memenuhi persyaratan unsur label ke-i m = jumlah seluruh merek minuman sari buah

n = jumlah unsur label

Disamping itu, dilakukan juga analisis sebaran tingkat pemenuhan persyaratan unsur label dengan menggunakan histogram. Tingkat kesadaran dan kepedulian masyarakat kota Bogor terhadap label minuman sari buah kemasan siap minum akan dihitung dalam bentuk persentase berdasarkan jawaban yang diberikan pada kuisioner.

(24)

   

Tabel4. Unsur yang diamati pada minuman sari buah kemasan siap minum berdasarkan PP No 69 Tahun 1999

Unsur Label Pasal dan ayat A

B C

D

E

Teknis pencantuman label Tulisan pada label

Keterangan Minimum Label 1. Nama produk pangan 2. Daftar bahan

3. Berat bersih atau Isi bersih 4. Nama dan alamat produsen 5. Tanggal kadaluwarsa Keterangan lain

1. Manfaat pangan bagi kesehatan 2. Penyataan tentang halal 3. Nomor pendaftaran pangan 4. Kode produksi

5. Keterangan tentang kandungan gizi 6. Keterangan tentang iradiasi pangan

7. Keterangan tentang pangan rekayasa genetika 8. Keterangan tentang pangan sintesis yang dibuat

dari bahan baku alamiah

9. Keterangan tentang pangan olahan tertentu 10. Keterangan tentang bahan tambahan pangan Keterangan yang dilarang (tidak boleh dicantumkan)

1. Keterangan yang tidak benar dan menyesatkan 2. Pangan dapat berfungsi sebagai obat

3. Mencantumkan nama dan lembaga yang menganalisis produk pangan

4. Keterangan bahwa pangan mengandung zat gizi lebih unggul dari produk pangan lain

5. Keterangan pangan terbuat dari bahan baku alamiah apabila pangan dibuat tanpa menggunakan bahan baku alamiah atau hanya sebagian

menggunakan bahan baku alamiah

6. Keterangan pangan terbuat dari bahan segar apabila pangan terbuat dari bahan setengah jadi atau bahan jadi 2, 27 (1), 29 (a,b) 13 (1,2), 15, 16 3 17, 18 19, 20 23, 24, 25 26 27, 28, 29 6, 21, 33 (1) 10, 11 30 31 32 34 35 36, 37 38, 39, 40, 41 22, 43 5 7 8 33 (2) 37 41

(25)

4.1. SEBARAN CONTOH MINUMAN SARI BUAH KEMASAN SIAP

MINUM YANG DITELITI

Total merek minuman sari buah kemasan siap minum yang diperoleh dai hasil pengumpulan contoh pada penelitian ini adalah 68 merek yang berasal dari dua hypermarket (Giant dan Hypermart), empat supermarket (Foodmart, Superindo, Yogya, dan Ramayana), dan empat minimarket (Alfamart, Indomaret, Al Amin, dan Circle K) yang semuanya berlokasi di kota Bogor, Jawa Barat. Minuman sari buah kemasan siap minum yang diteliti adalah semua jenis minuman sari buah dengan berbagai rasa, kemasan, dan ukuran. Rasa minuman sari buah yang umum ditemui di pasaran adalah jeruk, jambu, mangga, anggur, sirsak, dan leci. Kemasan yang juga sebagai tempat utama label yang ditemui pada produk minuman sari buah kemasan siap minum adalah botol plastik, karton tetrapack, botol kaca, cup plastik, dan kemasan pouch (alumunium foil) dengan ukuran bervariasi seperti 240 ml, 500 ml, 1 liter, dan 2 liter. Sebaran merek contoh minuman sari buah kemasan siap minum yang diteliti beserta tempat pengambilannya dapat dilihat secara lengkap pada Lampiran 2dan jumlah merek contoh minuman sari buah kemasan siap minum yang ditemui di pasar swalayan kota Bogor dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Jumlah merek contoh minuman sari buah kemasan siap minum yang didapat pada setiap pasar swalayan

Tempat Pengambilan Contoh Jumlah merek yang didapat

Giant 45 Hypermart 29 Superindo 23 Yogya 30 Foodmart 33 Ramayana 18 Alfamart 13 Indomaret 11 Al Amin 6 Circle K 11

Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa minuman sari buah kemasan siap minum terbanyak dijual di Giant yaitu sebanyak 45 merek dan paling sedikit dijual di Al Amin yaitu sebanyak 6 merek. Setiap pasar swalayan memiliki minuman sari buah kemasan siap minum berbeda-beda untuk dijual. Sesuai dengan ukuran dan jenisnya, maka pada umumnya minuman sari buah kemasan siap minum akan dijumpai lebih banyak pada pasar moderen jenis hipermarket. Hal ini juga terkait dengan penetrasi produk impor yang lebih banyak diarahkan pada jenis pasar moderen yang lebih besar. Pengambilan contoh minuman sari buah di berbagai pasar swalayan adalah secara cacah lengkap, artinya seluruh merek minuman sari buah yang ditemui di semua tempatpengambilan contoh diambil tanpa terkecuali. Pengambilan contoh ini bersifat saling melengkapi, artinya semua merek yang didapat akan diamati. Apabila di tempat pengambilan contoh selanjutnya terdapat merek yang telah diamati di tempat sebelumnya, maka contoh label tersebut tidak diamati kembali.

(26)

   

Merek minuman sari buah kemasan siap minum beserta produsen yang membuat dapat dilihat pada Lampiran 3. Semua minuman sari buah kemasan siap minum yang ditemui telah mencantumkan produsen yang memproduksinya, baik sebagai produsen yang langsung menjual produknya maupun produsen yang memproduksi minuman sari buah kemasan siap minumnya untuk produsen lain seperti PT. Buana Tirta Utama yang memproduksi nutrisariuntuk PT. Nutrifood Indonesia.

Dari Lampiran 3 diketahui bahwa pada umumnya produsen minuman sari buah kemasan siap minum memproduksi satu merek dan beberapa produsen memproduksi dua merek yaitu PT. Heinz ABC Indonesia, PT. Makmur Sejati Internusa, PT. Buana Tirta Utama, PT. Sinar Sosro, Del Monte Foods (EPSL) U.S.A, PT. Diamond Cold Storage, PT. Pepsi-Cola Indobeverages, Vitalon Food Thailand, LD&D Australia Pty Ltd, PT. ABC President Indonesia, PT. Pancaran Mulia Sejati. Terdapat pula produsen yang memproduksi tiga merek yaitu PT. Berri Indosari, Rauch Fruchtsafte Gesmbh & Co Austria, dan PT. Ciracasindo Perdana. Banyaknya merek yang diproduksi oleh produsen terkait dengan perluasan segmentasi pasar dan variasi produk di pasaran. Produk minuman sari buah kemasan siap minum yang ditemui di pasar Indonesia terutama kota Bogor ternyata tidak hanya buatan dalam negeri, tetapi juga berasal dari berbagai macam negara seperti Afrika Selatan, Amerika Serikat, Australia, Austria, Filipina,India, Korea Selatan, Malaysia, Singapura, Thailand, dan Turki.

Klasifikasi merek yang diteliti berdasarkan jenis nama produk pangannya dapat dilihat pada Lampiran 6. Jumlah masing-masing merek berdasarkan nama produk pangannya dapat dilihat pada gambar 1. Terlihat bahwa contoh yang diteliti terdiri dari 30 merek sari buah, 19 merek minuman sari buah, dan 19 merek minuman rasa buah.Sementara itu jumlah merek yang diteliti berdasarkan jenis kode pendaftarannya dapat dilihat pada Gambar 2. Jumlah merek dengan kode pendafataran MD adalah 36 merek, kode ML adalah 30 merek, dan kode PIRT adalah 2 merek.

Gambar 1. Jumlah merek berdasarkan jenis nama produk pangan (total 68 merek) 30

19 19

sari buah

minuman sari buah minuman rasa buah

(27)

Gambar 2. Jumlah merek yang diteliti berdasarkan jenis kode pendaftarannya (total 68 merek)

4.2. KETERANGAN MINIMUM LABEL

Pemenuhan syarat unsur keterangan minimum label oleh setiap merek dapat dilihat pada Lampiran 5. Pada Tabel 6 dapat dilihat jumlah merek yang memenuhi syarat unsur keterangan minimum label.

Tabel 6. Jumlah merek yang memenuhi syarat unsur keterangan minimum label

Unsur label Jumlah merek yang memenuhi Presentase (%) Nama produk pangan 65 95.58 Daftar bahan 67 98.53 Berat bersih/ isi bersih 67 98.53 Nama dan alamat produsen 66 97.06 Tanggal kadaluarsa 57 83.82

Rata-rata 94.70 Tabel 6 menunjukkan bahwa rata-rata tingkat pemenuhan syarat kelompok unsur

keterangan minimum label adalah 94,70%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar produk minuman sari buah kemasan siap minum telah memenuhi syarat unsur minimum pada label. Unsur keterangan minimum label yang mempunyai tingkat pemenuhan syarat unsur tertinggi terdapat pada daftar bahan dan berat bersih yaitu sebanyak 67 merek. Lalu diikuti oleh nama dan alamat produsen dengan 66 merek, nama produk pangan 65 merek, dan yang memiliki tingkat pemenuhan terrendah yaitu tanggal kadaluarsa sebanyak 57 merek.

Pencantuman nama produk pangan pada label minuman sari buah kemasan siap minum cukup tinggi dimana hanya tiga merek yang belum memenuhi. Ketiga merek tersebut adalah calista, chez’s, dan fitactive. Pada merek calista, terdapat dua jenis nama produk pangan yang dicantumkan yaitu jus dan minuman sari buah yang dapat membingungkan konsumen. Semntara itu pada merek chez’sdan fitactive tidak ditemukan pencantuman nama produk pangan.

Pada pencantuman daftar bahan hanya terdapat satu merek (rauch) yang tidak memenuhi syarat dikarenakan tidak mencantumkan daftar bahan pada labelnya. Jumlah yang sama juga didapatkan pada merek yang belum memenuhi syarat pencantuman berat bersih. Seluruh merek telah mencantumkan berat bersih pada bagian utama label dengan didahului “isi bersih” dan

36 30 2 MD ML PIRT

(28)

   

dicantumkan pada satuan metrik ml atau liter kecuali untuk merek cooler. Dalam PP Nomor 69 Tahun 1999 pasal 23 telah dijelaskan bahwa produk makanan cair, ukuran dinyatakan dengan ukuran isi (didahului isi bersih).

Pencantuman nama dan alamat produsen memiliki tingkat pemenuhan yang tinggi yaitu sebesar 97.06% dimana masih terdapat dua merek yang belum memenuhi. Untuk produk impor, maka nama dan alamat pihak yang mengedarkan wajib pula dicantumkan sesuai dengan ketentuan pasal 26 ayat 2 dan 3. Kedua merek tersebut adalah cooler dan s&w del monte dimana nama dan alamat produsen tidak disebutkan dengan jelas. Tatacara pencantuman informasi alamat produsen sendiri tidak dijelaskan rinci pada PP Nomor 69 Tahun 1999 sehingga diperlukan penjelasan lebih lanjut mengenai hal tersebut.

Seluruh merek sebenarnya telah mencantumkan unsur tanggal kadaluarsa pada label. Namun, hanya 57 merek yang telah memenuhi syarat pemenuhan unsur yaitu dengan mencantumkan tanggal kadaluarsa didahului keterangan “baik digunakan sebelum”. Sebelas merek lainnya yang seluruhnya merupakan produk impor yaitu bravo, ceres, del monte, dimes, florida natural, happy day, martinellis, rauch, realemon, s&w del monte, dan sunsweet prune masih mencantumkan tanggal kadaluarsa dengan istilah asing seperti “expire date” dan “best before” sehingga dianggap belum memenuhi.Hal ini terkait dengan ketentuan mengenai penulisan pada label yang menharuskan penggunaan bahasa Indonesia. Secara umum, hanya 80.88% (55 merek) minuman buah dari total 68merek yang berhasil memenuhi ketentuan pencantuman keterangan minimum label. Jumlah merek yang belum memenuhi adalah sebanyak 13 merek yang terdiri dari 11 merek dengan kode ML, 1 merek dengan kode MD, dan 1 merek dengan kode PIRT.

4.3. TULISAN PADA LABEL

Dari Lampiran 4 dapat terlihat bahwa tingkat pemenuhan syarat kelompok unsur tulisan pada label minuman sari buah kemasan siap minum yang diteliti yaitu sebesar 88.24%. Terdapat delapan merek masih belum memenuhi syarat tulisan pada label karena menggunakan bahasa asing dan huruf selain huruf latin. Penggunaan bahasa asing tersebut terutama ditemukan pada produk impor. Ketentuan mengenai tulisan pada label ini berlaku mengikat tidak hanya terhadap pangan yang diproduksi dalam negeri, namun berlaku juga terhadap pangan yang dimasukkan dalam wilayah Indonesia untuk diperdagangkan. Tujuan pengaturan ini dimaksudkan agar informasi tentang pangan dapat dipahami oleh seluruh lapisan masyarakat. Pada merek pokka yang merupakan produk Singapura misalnya, sebagian besar keterangan disajikan dalam bahasa Inggris dan terdapat huruf kanji. Produk dengan merek mama roz yang merupakan produk Indonesia dan terdaftar dalam kode P-IRT juga menggunakan bahasa Inggris pada seluruh keterangannya.

Pada produk-produk impor, bahasa Indonesia hanya ditemui terbatas pada label berupa stiker yang ditempelkan pada kemasan yang dicetak oleh perusahaan importirnya saja. Pencantuman tulisan dengan bahasa Indonesia terbatas pada nama produk, perusahaan yang mendatangkan, dan komposisi. Sementara keterangan-keterangan lain pada umumnya masih dalam bahasa asing sesuai dengan negara asal produsen produk tersebut. Hal ini menyebabkan konsumen yang tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentang bahasa tersebut juga akan terbatas pengetahuannya akan produk minuman sari buah impor yang dijumpai. Semua label minuman sari buah kemasan siap minum yang diamati pada umumnya telah menggunakan tulisan dengan ukuran yang cukup untuk dilihat dan dibaca. Pemenuhan syarat unsur tulisan pada label secara lengkap untuk setiap merek dapat dilihat pada Lampiran 5.

(29)

4.4. TEKNIS PENCANTUMAN LABEL

Label pada minuman sari buah biasanya terdapat langsung pada kemasannya. Pada jenis kemasan botol plastik atau kaca, label ditempelkan di luar botol. Sedangkan pada kemasan karton tetrapack, label langsung dicetak pada karton. Hasil pengamatan terhadap label minuman sari buah pada Lampiran 4 menunjukkan bahwa tingkat pemenuhan syarat kelompok unsur teknis pencantuman label adalah 66.18%. Sebanyak 45 merek telah memenuhi syarat teknis pencantuman label. Hal ini menunjukkan bawa sebagian besar produsen minuman sari buah kemasan siap minum telah menaati dan memiliki kesadaran akan pentingnya pencantuman lebal dengan teknis yang baik sesuai dengan peraturan yang ditetapkan.

Sedangkan sebanyak 23 merek dari 68 merek yang diteliti belum memenuhi syarat teknis pencantuman label. Secara umum penyebabnya adalah label yang dicantumkan berupa stiker yang ditempelkan pada kemasan mudah lepas, rusak ataupun luntur. Hal ini semakin besar kemungkinanannya terjadi mengingat minuman sari buah pada umumnya dikonsumsi pada keadaan dingin dimana label menjadi basah karena sebelumnya produk disimpan pada lemari pendingin. Sebagian besar label yang ditempel merupakan label berupa stiker yang dicetak oleh perusahaan pengimpor minuman sari buah kemasan siap minum produksi luar negeri. Ukuran stiker label yang sangat kecil serta penempatan label pada kemasan menyebabkan label tidak mudah dibaca. Pada merek rauch misalnya, stiker label berwarna transparan sehingga saat ditempel pada kemasan cenderung tidak terbaca karena tersamarkan oleh latar belakang kemasan. Sementara itu, pada merek cooler, label yang dicetak langsung pada kemasan berupa cup plastik sebagian telah luntur saat diamati. Label yang dicetak juga berlawanan arah saat dibaca dengan saat diminum sehingga menyulitkan konsumen untuk membaca. Pemenuhan syarat unsur teknis pencantuman label secara lengkap untuk setiap merek dapat dilihat pada Lampiran 5.

4.5. KETERANGAN YANG DILARANG (TIDAK BOLEH

DICANTUMKAN)

Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 juga menjelaskan beberapa keterangan yang dilarang untuk dicantumkan pada label pangan. Keterangan-keterangan beserta tingkat pemenuhannya oleh merek-merek yang diteliti dapat dilihat pada Tabel 7. Dapat dilihat bahwa dari seluruh keterangan yang dilarang (tidak boleh dicantumkan) hanya keterangan yang tidak benar yang tidak dipenuhi 100%. Pemenuhan keterangan lain selain keterangan yang tidak benar dan menyesatkan mempunyai tingkat pemenuhan unsur sebesar 100% karena semua merek yang diteliti tidak mencantumkan keterangan-keterangan tersebut.

(30)

   

Tabel 7. Jumlah merek yang memenuhi syarat unsur keterangan yang dilarang ( total 68 merek) Unsur label Jumlah merek yang

memenuhi Presentase (%) Keterangan yang tidak benar dan

menyesatkan 30 45.58 Pangan dapat berfungsi sebagai obat 68 100

Mencantumkan nama dan lembaga yang

menganalisis produk pangan 68 100 Keterangan bahwa pangan mengandung zat

gizi lebih unggul dari produk pangan lain 68 100 Keterangan pangan terbuat dengan tanpa

(sebagian) bahan baku alamiah 68 100 Keterangan pangan terbuat dari bahan segar

apabila terbuat dari bahan setengah jadi/jadi 68 100

Rata-rata 90.68 Dalam penjelasan pada PP Nomor 69 Tahun 1999 pasal 5 mengenai keterangan yang tidak

benar dan menyesatkan, keterangan tidak benar yang dimaksud merupakan suatu keterangan yang isinya bertentangan dengan kenyataan yang sebenarnya atau tidak memuat keterangan yang diperlukan agar keterangan tersebut dapat memberikan gambaran atau kesan yang sebenarnya tentang pangan. Keterangan yang menyesatkan adalah pernyataan yang berkaitan dengan hal-hal seperti sifat, harga, bahan, mutu, dan komposisi. Manfaat atau keamanan pangan yang meskipun benar dapat menimbulkan gambaran yang menyesatkan pemahaman mengenai pangan yang bersangkutan. Dari Tabel 7 terlihat bahwa tingkat pemenuhan syarat unsur keterangan yang tidak benar dan menyesatkan adalah 45.58%.Artinya, hanya 31 merek yang memenuhi syarat dan sebanyak 37 merek masih belum memenuhi syarat. Seluruh kesalahan ini diakibatkan oleh pencantuman gambar buah terutama buah asli dan segar yang dicetak pada label minuman sari buah dan minuman rasa buah. Pencantuman gambar buah tidak dapat dilakukan jika buah tersebut ditambahkan sebagai perisa. Anggraini dan Dewi (2008) telah manjelaskan bahwa gambar buah hanya dapat dicantumkan oleh produk yang tergolong minuman buah jenis sari buah. sementara itu untuk jenis minuman sari buah dan minuman rasa buah tidak dapat dilakukan pencantuman gambar buah seperti yang dimaksud.

(31)

Gambar 3. Presentase kesalahan untuk unsur keterangan yang menyesatkan berdasarkan jenis produk pangan (total 68 merek)

Gambar 3 menunjukkan bahwa pelanggaran ini sebagian besar dilakukan pada merek dengan jenis minuman sari buah (100%) dan minuman rasa buah (94.73%). Sebanyak 19 merek dari total 19 merek minuman sari buah serta 18 dari total 19 minuman rasa buah mencantumkan gambar buah pada label mereka. Hanya satu merek minuman rasa buah (happy jus) yang telah memenuhi syarat tersebut karena tidak memasang gambar buah pada labelnya. Pada label happy jus, gambar buah diganti menjadi tokoh karikatur dari rasa buah yang dikandung minuman tersebut yaitu stroberi dan jeruk. Pelarangan pencantuman gambar buah ini terkait dengan komposisi yang terkandung oleh jenis minuman sari buah dan minuman rasa buah yang masing-masing hanya mengandung minimal 35% dan 10%. Kandungan gizi yang terkandung jelas akan jauh berbeda dengan buah asli dan juga sari buah karena jumlah kandungan sari buah dalam minuman yang kecil tersebut. Pencantuman gambar buah pada label minuman akan meberikan kesan kepada konsumen bahwa minuman seolah-olah berasal dari buah asli seluruhnya. Pemenuhan syarat unsur keterangan yang dilarang (tidak boleh dicantumkan) pada label secara lengkap untuk setiap merek dapat dilihat pada Lampiran 9.

4.6. KETERANGAN LAIN PADA LABEL

Berdasarkan Tabel 8 dapat disimpulkan bahwa secara umum pemenuhan syarat unsur keterangan lain pada label sangat baikdimana rata-ratanya mencapai 99.41%. Hanya dua unsur yang tidak dapat dipenuhi oleh masing-masing dua merek yaitu untuk unsur pencantuman kode produksi dan keterangan kandungan gizi. Pada penelitian ini, untuk unsur keterangan lain dengan kondisi tertentu yang dicantumkan dan memenuhi syarat pemenuhan unsur maupun yang tidak dicantumkan dianggap telah memenuhi syarat unsur label. Sedangkan, unsur yang dicantumkan namun tidak memenuhi syarat pemenuhan unsur dianggap belum memeuhi syarat unsur label. Pemenuhan syarat unsur keterangan lain pada label secara lengkap untuk setiap merek dapat dilihat pada Lampiran 7.

0 100 94,73 0 20 40 60 80 100 120

sari buah minuman sari buah minuman rasa buah

Pe rs en ta se ke sa la h an ( % ) Jenis minuman

(32)

   

Tabel 8. Jumlah merek yang memenuhi syarat unsur keterangan lain label (total 68 merek) Unsur label Jumlah merek yang

memenuhi Presentase (%) Manfaat pangan bagi kesehatan 68 100 Pernyataan tentang halal 68 100 Nomor pendaftaran pangan 68 100 Kode produksi 66 97.06 Keterangan kandungan gizi 66 97.06 Keterangan iradiasi pangan 68 100 Keterangan tentang pangan rekayasa genetika 68 100 Keterangan tentang pangan sintesis 68 100 Keterangan tentang tentang pangan olahan tertentu 68 100 Keterangan tentang bahan tambahan pangan 68 100

Rata-rata 99.41 Keterangan lain yang biasa dicantumkan pada label pangan juga dapat dilihat pada Tabel 8.

Klaim manfaat pangan bagi kesehatan membutuhkan pembuktian berupa dokumen dan hasil pemeriksaan yang dapat membuktikan kebenaran akan keterangan yang dicantumkan. Untuk minuman sari buah, pada umumnya menonjolkan manfaat kandungan vitamin terutama vitamin C yang dapat berperan sebagai antioksidan. Sebanyak 11 merek mencantumkan klaim tersebut, yaitu buavita, calamansi, country choice, frutang, fruitamin, mama roz, minute maid pulpy, mr jussie, nutrisari, pokka, dan sunglo. Seluruhnya dianggap telah memenuhi syarat karena seluruh merek tersebut telah memiliki nomor pendaftaran pangan karena untuk mendapatkan nomor pendaftaran pangan dibutuhkan dokumen dan hasil pemeriksaan yang dapat membuktikan kebenaran akan keterangan yang dicantumkan.ketentuan pencantuman ini sesuai dengan penjelasan dalam PP Nomor 69 Tahun 1999 masih memerlukan penjelasan lanjut dari Menteri Kesehatan. Namun, sampai saat ini tidak terdapat standar yang dikeluarkan secara jelas mengenai pengaturan lebih lanjut tersebut. Mengingat banyaknya klaim kesehatan yang semakin meningkat pada produk pangan pada umumnya untuk promosi, ketentuan ini harus segera diatur oleh Menteri Kesehatan.

Masyarakat Islam merupakan jumlah terbesar dari penduduk Indonesia yang secara khusus dan non diskriminatif perlu dilindungi melalui pengaturan halal. Namun, pencantuman tentang halal masih belum diwajibkan. Di Indonesia, lambang halal yang digunakan masih sangat bervariasi. LPPOM-MUI yang dipercaya sebagai lembaga pengkaji halal untuk peredaran pangan di Indonesia sebenarnya telah mengeluarkan lambang halal, namun dalam prakteknya banyak lambang halal lain yang dicantumkan. Pada contoh yang diteliti misalnya, produk impor masih menggunakan lambang halal yang dikeluarkan oleh lembaga yang bersangkutan di negara asal masing-masing. Karena belum wajibnya pencantuman kode halal ini, maka semua merek baik yang telah mencantumkan maupun yang belum mencantumkan lambang halal pada label dianggap telah memenuhi pemenuhan syarat unsur.

Nomor pendaftaran pangan adalah nomor yang diberikan untuk satu jenis bahan pangan yang diproduksi di perusahaan yang sama. Bagi perusahaan yang masih dalam skala rumah tangga, Nomor pendaftaran pangan dikeluarkan oleh dinas kesehatan tingkat kabupaten berupa P-IRT. Sedangkan berdasarkan Keputusan Kepala BPOM Nomor 00/05.1.2569 tentang Kriteria dan Tatalaksana Penilaian Produk Pangan, perusahaan dengan modal besar mencantumkan nomor pendaftaran pangan yang dikeluarkan oleh BPOM, yaitu MD untuk makanan dalam negeri dan ML untuk produk impor dimana nomor pendaftaran diurus oleh perusahaan yang mengimpor. Seluruh merek yang diteliti telah memiliki nomor pendaftaran pangan dan secara rinci klasifikasi contoh yang diteliti berdasarkan jenis kode pendaftaran pangannya dapat dilihat pada Lampiran 8.

(33)

Sebanyak dua merek (cooler dan juice united) belum memenuhi syarat kode produksi karena tidak mencantumkan kode produksi pada labelnya. Jumlah yang sama juga terdapat pada merek yang belum memenuhi syarat pemenuhan unsur kandungan gizi. Dua merek yaitu happy day dan ocean spray belum memenuhi karena dalam labelnya mencantumkan pernyataan bahwa mengandung vitamin c namun tidak mencantumkan keterangan kandungan gizi sesuai dengan urutan yang dipersyaratkan sesuai dengan pasal 32 pada PP Nomor 69 Tahun 1999.

4.7 HASIL KUISIONER

Pada penelitian tambahan dalam penelitian ini, dilakukan pemberian kuisioner kepada responden untuk mengetahui tingkat kesadaran konsumen terhadap label minuman sari buah kemasan siap minum. Responden pada penelitian ini merupakan penduduk kota Bogor yang berusia 15-60 tahun yang dipilih secara acak dengan metode non probability sampling yaitu quota sampling. Quota Sampling adalah pencarian sejumlahunsur dengan memilih unsur (responden) yang paling mudah diperoleh peneliti dan unsur yang memiliki karakteristik yang sesuai dengan keinginannya (Black 1999). Pemilihan rentang usia tersebut disebabkan karena usia tersebut dinilai merupakan usia yang masih produktif. Didapatkan total 112 responden pada pengisian kuisoner penelitian. Contoh lembar kuisioner yang telah diisi responden dapat dilihat pada Lampiran 14 dan 15. Daftar pertanyaan serta hasil jawaban kuisoner secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Pertanyaan dan hasil jawaban kuisioner ( total 112 responden)

No Pertanyaan Jawaban 1 Apakah Anda pernah mengkonsumsi

minuman sari buah komersial atau sejenisnya?

Ya (100%) Tidak (0%)

2 Seberapa seringkah Anda mengkonsumsi minuman sari buah tersebut (per minggu)?

0-1 kali (54.46%) 2-4 kali (35.71%) 5-7 kali (9.83%) 3 Apakah alasan Anda mengkonsumsi

minuman sari buah? Kesehatan (15.18%) Kesegaran (52.67%) Kesukaan (32.15%) 4 Apakah Anda pernah memperhatikan label

minuman sari buah? Ya (71.43%) Tidak (28.57%) 5 Apakah yang Anda perhatikan pada label

minuman sari buah? (boleh lebih dari satu) Komposisi (58.03%) Tanggal kadaluarsa (71.43%)

Lainnya (17.85%) 6 Apakah Anda mengetahui tentang Peraturan

Pelabelan Pangan? Ya (21.43%) Tidak (78.57%) 7 Apakah gambar buah pada kemasan

minuman sari buah menarik minat Anda untuk mengkonsumsinya?

Ya

(82.14%) Tidak (17.86%) 8 Menurut Anda apakah dengan meminum

minuman sari buah akan memberikan efek kesehatan yang sama dengan

mengkonsumsi buah asli?

Ya

(34)

   

Dari Tabel 9 diketahui bahwa seluruh responden yang berjumlah 112 orang merupakan konsumen minuman sari buah kemasan siap minum komersial yang mengkonsumsi minuman sari buah kemasan siap minum minimal satu kali setiap minggunya, bahkan sebanyak 9.83% dari total responden mengkonsumsi lima sampai tujuh kali dalam setiap minggunya. Survei dari Frontier Consulting Group Research pada awal Tahun 2012 menunjukkan bahwa penetrasi minuman sari buah kemasan siap minum ke konsumen di kota-kota besar yaitu Jabodetabek, Bandung, dan Surabaya sebesar 80.9%. Jumlah tersebut berarti bahwa sebanyak delapan dari sepuluh orang yang disurvei mengkonsumsi minuman sari buah kemasan siap minum dengan rutin setiap bulannya. Sebanyak 59 orang responden mengkonsumsi minuman sari buah kemasan siap minum karena alasan kesegaran yang diperoleh setelah pengkonsumsian.

Pengetahuan konsumen mengenai produk pangan seperti sari buah utamanya bersumber dari label produk tersebut. Fungsi label pangan ini adalah sebagai sumber informasi dari produsen ke konsumen, mengikat transaksi (jadi apabila ada yang tidak sesuai dengan yang dicantumkan, produsennya dapat dituntut), serta sebagai bahan pertimbangan bagi konsumen untuk menentukan pilihan. Label minuman sari buah kemasan siap minum diperhatikan sebanyak 71.43% dari total responden. Hal ini mengindikasikan bahwa konsumen saat ini telah memiliki kesadaran yang cukup tinggi akan informasi mengenai minuman sari buah kemasan siap minum yang diperoleh melalui pembacaan pada label produk.

Sebanyak 82.14% responden mengakui bahwa gambar buah pada kemasan sari buah kemasan siap minum menarik minat mereka untuk mengkonsumsinya. Di sisi lain, 78.57% responden ternyata tidak mengetahui adanya peraturan yang mengatur mengenai pelabelan pangan. Hal ini membuat transaksi dalam pangan pada umumnya dan minuman sari buah kemasan siap minum pada khususnya tidak dapat terikat. Konsumen tidak dapat menuntut karena tidak memiliki pengetahuan yang cukup mengenai peraturan pelabelan pangan.

Dalam penjelasan UU Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen disebutkan bahwa tingkat pengetahuan konsumen yang rendah mengakibatkan kedudukan pelaku usaha (produsen) menjadi tidak seimbang dan konsumen berada pada posisi yang lemah. Konsumen menjadi objek aktivitas bisnis untuk meraup keuntungan yang sebesar-besarnya melalui promosi. Pencantuman gambar buah pada jenis minuman sari buah dan minuman rasa buah merupakan salah satu hal yang dapat meningkatkan daya tarik konsumen untuk membeli produk minuman sari buah kemasan siap minum, meskipun tidak dibenarkan.

Tanggal kadaluarsa dan komposisi merupakan dua hal yang diperhatikan paling banyak oleh responden yaitu masing-masing 71.43% dan 58.03%. Sebanyak 58.93% responden berasumsi bahwa dengan meminum minuman sari buah akan memberikan efek kesehatan yang sama jika dibandingkan dengan mengkonsumsi buah asli. Artinya mereka beranggapan bahwa seluruh jenis minuman sari buah memiliki kandungan gizi yang sama dengan gizi yang terkandung oleh buah-buahan asli. Komposisi pada minuman sari buah kemasan siap minum pada umumnya berisi daftar bahan penyusun minuman tersebut seperti air, gula, dan kandungan sari buah. Sayangnya, tidak ada satu merek pun yang mencantumkan persentase kandungan sari buah yang dikandung secara jelas. Hal ini membuat konsumen tidak mengetahui secara pasti mengenai kandungan sari buah pada produk yang biasa mereka minum.

4.8 PEMBAHASAN UMUM

Sebaran rata-rata tingkat pemenuhan syarat unsur dan kelompok unsur secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 10. Terlihat bahwa tingkat pemenuhan syarat unsur dari yang tertinggi ke

(35)

terendah yaitu unsur keterangan lain (99.41%), keterangan minimum label (94.70%), keterangan yang dilarang (90.68%), tulisan pada label (88.24%), dan teknis pencantuman label (66.18%). Sementara itu, rata-rata tingkat pemenuhan unsur atau kelompok unsur rata-rata label minuman sari buah kemasan siap minum yang diamati adalah 87.84%.

Tabel 10. Jumlah merek minuman sari buah kemasan siap minum yang memenuhi syarat unsur label

Kelompok unsur Jumlah unsur label Jumlah merek yang memenuhi syarat label (%) Keterangan minimum label 5 94.70

Tulisan pada label 1 88.24 Teknis pencantuman label 1 66.18 Keterangan yang dilarang

(tidak boleh dicantumkan) 6 90.68 Keterangan lain 10 99.41

Rata-rata 87.84 Jumlah unsur label yang dipenuhi oleh setiap merek minuman sari buah secara lengkap

dapat dilihat pada Lampiran 10. Sedangkan sebaran merek minuman sari buah kemasan siap minum berdasarkan pemenuhan syarat unsur label dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Sebaran merek minuman sari buah kemasan siap minum berdasarkan pemenuhan syarat unsur label ( total 68 merek)

Jumlah unsur yang dipenuhi Jumlah merek Presentase (%)

<18 0 0 18 1 1.47 19 2 2.94 20 5 7.35 21 14 20.59 22 36 52.94 23 10 14.70

Dapat diketahui bahwa umumnya merek yang diteliti memenuhi lebih dari 18 unsur. Sebanyak 10 unsur telah memenuhi selurut persyaratan pemenuhan unsur label atau kelompok unsur label. Kesepuluh merek tersebut adalah berri, calamansi, country choice, happy jus, nucleo, premium sunfresh, soursop, sunfresh, sunkist, dan yoa. Kesepuluh merek tersebut merupakan produk minuman sari buah produksi dalam negeri atau berkode pendaftaran MD. Sementara itu tidak ada satu pun merek berkode ML (produk luar negeri) dan P-IRT (produk industri rumah tangga) yang berhasil memenuhi seluruh persyaratan pemenuhan unsur atau kelompok unsur label. Sementara itu merek yang memiliki jumlah unsur yang terpenuhi paling sedikit adalah cooler yaitu sebanyak 18 unsur.

(36)

   

Gambar 4. Persentase rata-rata jumlah unsur yang dipenuhi oleh kelompok contoh berdasarkan jenis kode pendaftarannya (total 23 unsur)

Dari Gambar 4 terlihat bahwa memang produk-produk dengan kode pendaftaran MD (produk dalam negeri) rata-rata memenuhi jumlah unsur yang lebih banyak yaitu sebesar 96.39% (22.17 unsur). Sementara produk-produk dengan kode pendaftaran ML (produk luar negeri) rata-rata memenuhi 91.87% (21.13) jumlah unsur. Produk minuman sari buah produksi industri rumah tangga dengan kode pendaftaran P-IRT hanya memenuhi rata-rata 86.95% (20unsur). Contoh analisis label untuk setiap merek dengan kode pendaftaran MD, ML, dan P-IRT masing-masing dapat dilihat secara rinci pada Lampiran 11, Lampiran 12, dan Lampiran 13.

Keseluruh merek yang diteliti merupakan produk yang telah mendapatkan kode dan nomor pendaftaran pangan yaitu ML dan MD dari BPOM RI serta P-IRT dari Dinas Kesehatan setempat. Label yang akan beredar wajib dicantumkan saat pendaftaran dan permohonan dalam mendapatkan nomor pendaftaran pangan. Seharusnya, nomor pendaftaran hanya diberikan kepada produsen yang memproduksi produk dengan label yang telah memenuhi syarat label sesuai perundangan. Pada praktiknya, ternyata 85.29% merek minuman sari buah yang beredar di pasar swalayan kota Bogor masih belum memenuhi seluruh syarat pemenuhan unsur atau kelompok unsur label namun sudah mendapatkan nomor pendaftaran pangan.

Label pangan sebagai sumber informasi memiliki peranan sangat penting dalam perdagangan pangan. Tanggung jawab mengenai label pangan ini melibatkan konsumen, produsen, serta pemerintah. Hasil kuisioner menunjukkan bahwa sebenarnya konsumen telah memiliki kesadaran yang cukup tinggi akan informasi mengenai produk pangan yang akan mereka konsumsi melalui pembacaan label. Label minuman sari buah kemasan siap minum diperhatikan sebanyak 71.43% dari total 112 responden. Menurut Blanchfield (2000), mayoritas konsumen tidak mempunyai tuntutan khusus pada label pangan. Produsen bertanggung jawab dalam menentukan desain dan isi label sehingga label dapat memberikan informasi yang akurat kepada konsumen serta tidak luput dari kewajiban dan tanggung jawabnya dalam memenuhi peraturan pelabelan yang dietapkan pemerintah.

Pemerintah juga perlu meningkatkan sosialisasi label pangan terutama untuk ketentuan tulisan pada label dan keterangan minimum label. Pengawasan juga harus dilakukan terhadap label pangan yang telah beredar di pasaran. Pemberian sanksi yang tegas juga diperlukan kepada

96.39 91.87 86.95 82 84 86 88 90 92 94 96 98 MD ML PIRT Pe rsentase Peme nuhan (% ) Jenis kode pendaftaran

Gambar

Tabel 1. Rincian Bab II Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label Pangan
Tabel 3. Tempat dan lokasi pengambilan contoh minuman sari buah
Tabel 5. Jumlah merek contoh minuman sari buah kemasan siap minum yang didapat pada setiap  pasar swalayan
Gambar 2. Jumlah merek yang diteliti berdasarkan jenis kode pendaftarannya (total 68 merek)  4.2
+7

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

 Tujuan Pernyataan Standar Laporan arus kas adalah mengatur penyajian laporan arus kas yang memberikan informasi historis mengenai perubahan kas dan setara kas suatu

Landas kontinen ialah dasar laut yang secara geologis maupun morfologi merupakan lanjutan dari sebuah kontinen (benua). Kedalaman lautnya kurang dari 150 meter.

Sedangkan variabel selain PMDN mempunyai nilai z hit yang lebih besar dari nilai z tabel (1,96) artinya variabel PMA, TPAK, Ekspor, IPM dan PP telah berpengaruh

Uji Coba (Testing). Data-data kinerja Dual-Stack didapatkan dari aktivitas video streaming. Dalam hal ini penulis mencatat parameter throughput, packetloss dan delay

Guna mengetahui pengaruh kondisi ini, maka dilakukan penelitian dengan melakukan histerisis terhadap spesimen dari bahan baja karbon rendah, karena material ini yang sering digunakan

Penulisan artikel ini didasarkan pada penelitian dengan metode perbandingan hukum, yaitu memperbandingkan bentuk akuntabilitas individual anggota badan perwakilan daerah di

Indeks diversitas berdasarkan Shannon- Wiener pohon riparian di mata air dan saluran irigasi tersier menunjukkan nilai yang bervariasi dari 0-3,1 (Gambar 5). Indeks

Hasil penelitian ini diharapkan memberi bukti empiris yang menunjukkan adanya pengaruh iklim psikologis, kepuasan kerja dan keterlibatan kerja terhadap kinerja karyawan, yang