• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PEMBAHASAN Sejarah Singkat Kepolisisan Negara Republik Indonesia (POLRI)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III PEMBAHASAN Sejarah Singkat Kepolisisan Negara Republik Indonesia (POLRI)"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

22

PEMBAHASAN

3.1. Tinjauan Perusahaan

3.1.1. Sejarah Singkat Kepolisisan Negara Republik Indonesia (POLRI) Pada awalnya kepolisian berada dalam lingkungan Kementerian Dalam Negeri dengan nama Djawatan Kepolisian Negara yang hanya bertanggung jawab masalah administrasi, sedangkan masalah operasional bertanggung jawab kepada Jaksa Agung.

Kemudian mulai tanggal 1 Juli 1946 dengan Penetapan Pemerintah tahun 1946 No. 11/S.D. Djawatan Kepolisian Negara yang bertanggung jawab langsung kepada Perdana Menteri. Tanggal 1 Juli inilah yang setiap tahun diperingati sebagai Hari Bhayangkara hingga saat ini.

Sebagai bangsa dan negara yang berjuang mempertahankan kemerdekaan maka Polri di samping bertugas sebagai penegak hukum juga ikut bertempur di seluruh wilayah RI. Polri menyatakan dirinya “combatant” yang tidak tunduk pada Konvensi Jenewa. Polisi Istimewa diganti menjadi Mobile Brigade, sebagai kesatuan khusus untuk perjuangan bersenjata, seperti dikenal dalam pertempuran 10 November di Surabaya, di front Sumatera Utara, Sumatera Barat, penumpasan pemberontakan PKI di Madiun, dan lain-lain.

(2)

Pada masa kabinet presidential, pada tanggal 4 Februari 1948 dikeluarkan Tap Pemerintah No. 1/1948 yang menetapkan bahwa Polri dipimpin langsung oleh presiden/wakil presiden dalam kedudukan sebagai perdana menteri/wakil perdana menteri.

Dengan Keppres RIS No. 22/1950 dinyatakan bahwa Jawatan Kepolisian RIS dalam kebijaksanaan politik polisional berada di bawah perdana menteri dengan perantaraan jaksa agung, sedangkan dalam hal administrasi pembinaan, dipertanggungjawabkan pada menteri dalam negeri.

Umur RIS hanya beberapa bulan. Sebelum dibentuk Negara Kesatuan RI pada tanggal 17 Agustus 1950, pada tanggal 7 Juni 1950 dengan Tap Presiden RIS No. 150, organisasi-organisasi kepolisian negara-negara bagian disatukan dalam Jawatan Kepolisian Indonesia. Dalam peleburan tersebut disadari adanya kepolisian negara yang dipimpin secara sentral, baik di bidang kebijaksanaan siasat kepolisian maupun administratif, organisatoris.

Waktu Presiden Soekarno menyatakan akan membentuk ABRI yang terdiri dari Angkatan Perang dan Angkatan Kepolisian, R.S. Soekanto menyampaikan keberatannya dengan alasan untuk menjaga profesionalisme kepolisian. Pada tanggal 15 Desember 1959 R.S. Soekanto mengundurkan diri setelah menjabat Kapolri/Menteri Muda Kepolisian, sehingga berakhirlah karier Bapak Kepolisian RI tersebut sejak 29 September 1945 hingga 15 Desember 1959.

Dengan Tap MPRS No. II dan III/1960 dinyatakan bahwa ABRI terdiri atas Angkatan Perang dan Polisi Negara. Berdasarkan Keppres No. 21/1960

(3)

sebutan Menteri Muda Kepolisian ditiadakan dan selanjutnya disebut Menteri Kepolisian Negara bersama Angkatan Perang lainnya dan dimasukkan dalam bidang keamanan nasional.

Tanggal 19 Juni 1961, DPR-GR mengesahkan UU Pokok kepolisian No. 13/1961. Dalam UU ini dinyatakan bahwa kedudukan Polri sebagai salah satu unsur ABRI yang sama sederajat dengan TNI AD, AL, dan AU.

Berdasarkan Keppres No. 155/1965 tanggal 6 Juli 1965, pendidikan AKABRI disamakan bagi Angkatan Perang dan Polri selama satu tahun di Magelang. Sementara pada tahun 1964 dan 1965, pengaruh PKI bertambah besar karena politik NASAKOM Presiden Soekarno, dan PKI mulai menyusupi memengaruhi sebagian anggota ABRI dari keempat angkatan.

Pada tahun 1969 dengan Keppres No. 52/1969 sebutan Panglima Angkatan Kepolisian diganti kembali sesuai UU No. 13/1961 menjadi Kepala Kepolisian Negara RI, namun singkatannya tidak lagi KKN tetapi Kapolri. Pergantian sebutan ini diresmikan pada tanggal 1 Juli tahun 1969 sampai dengan saat ini.

3.1.2. Visi Dan Misi Polri 1. Visi

Terwujudnya pelayanan keamanan dan ketertiban masyarakat yang prima, tegaknya hukum dan keamanan dalam negeri yang mantap serta terjalinnya sinergi polisional yang proaktif.

(4)

2. Misi

a. Melaksanakan deteksi dini dan peringatan dini melalui kegiatan/operasi penyelidikan, pengamanan dan penggalangan; b. Memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan secara

mudah, responsif dan tidak diskriminatif;

c. Menjaga keamanan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas untuk menjamin keselamatan dan kelancaran arus orang dan barang; d. Menjamin keberhasilan penanggulangan gangguan keamanan

dalam negeri;

e. Mengembangkan perpolisian masyarakat yang berbasis pada masyarakat patuh hukum;

f. Menegakkan hukum secara profesional, objektif, proporsional, transparan dan akuntabel untuk menjamin kepastian hukum dan rasa keadilan;

g. Mengelola secara profesional, transparan, akuntabel dan modern seluruh sumber daya Polri guna mendukung operasional tugas Polri;

h. Membangun sistem sinergi polisional interdepartemen dan lembaga internasional maupun komponen masyarakat dalam rangka membangun kemitraan dan jejaring kerja (partnership building/networking).

(5)

3.1.3. Lambang Polri

Sumber : www.polri.go.id

Gambar 3.1.3. Lambang Polri 3.1.4. Arti Lambang Polri

Lambang Polisi bernama Rastra Sewakottama yang berarti "Polri adalah Abdi Utama dari pada Nusa dan Bangsa." Sebutan itu adalah Brata pertama dari Tri Brata yang diikrarkan sebagai pedoman hidup Polri sejak 1 Juli 1954.

Polri yang tumbuh dan berkembang dari rakyat, untuk rakyat, memang harus berinisiatif dan bertindak sebagai abdi sekaligus pelindung dan pengayom rakyat. Harus jauh dari tindak dan sikap sebagai "penguasa". Ternyata prinsip ini sejalan dengan paham kepolisian di semua Negara yang disebut new modern police philosophy, "Vigilant Quiescant" (kami berjaga sepanjang waktu agar masyarakat tentram).

Prinsip itu diwujudkan dalam bentuk logo dengan rincian makna sbb: a) Perisai bermakna pelindung rakyat dan negara.

b) Tiang dan nyala obor bermakna penegasan tugas Polri, disamping memberi sesuluh atau penerangan juga bermakna penyadaran hati nurani

(6)

masyarakat agar selalu sadar akan perlunya kondisi kamtibmas yang mantap.

c) Pancaran obor yang berjumlah 17 dengan 8 sudut pancar berlapis 4 tiang dan 5 penyangga bermakna 17 Agustus 1945, hari Proklamasi Kemerdekaaan yang berarti Polri berperan langsung pada proses kemerdekaan dan sekaligus pernyataan bahwa Polri tak pernah lepas dari perjuangan bangsa dan negara.

d) Tangkai padi dan kapas menggambarkan cita-cita bangsa menuju kehidupan adil dan makmur, sedangkan 29 daun kapas dengan 9 putik dan 45 butir padi merupakan suatu pernyataan tanggal pelantikan Kapolri pertama 29 September 1945 yang dijabat oleh Jenderal Polisi Raden Said Soekanto Tjokrodiatmodjo.

e) Tiga Bintang di atas logo bermakna Tri Brata adalah pedoman hidup Polri. Sedangkan warna hitam dan kuning adalah warna legendaris Polri.

f) Warna hitam adalah lambang keabadian dan sikap tenang mantap yang bermakna harapan agar Polri selalu tidak goyah dalam situasi dan kondisi apapun; tenang, memiliki stabilitas nasional yang tinggi dan prima agar dapat selalu berpikir jernih, bersih, dan tepat dalam mengambil keputusan.

(7)

3.1.5. Struktur Organisasi Polsek

Sumber : Polsek Cikarang Selatan

Gambar 3.1.5. Struktur Organisasi Polsek 3.1.6. Jobdesk Divisi Humas (SIHUMAS) Polsek

SIHUMAS merupakan unsur pelayanan dan pembantu pimpinan yang berada di bawah Kapolsek. SIHUMAS bertugas mengumpulkan, mengolah data dan menyajikan informasi serta dokumentasi yang berkaitan dengan tugas Polsek Dalam melaksanakan tugas SIHUMAS menyelenggarakan fungsi :

1. Pengumpulan dan pengolahan data serta peliputan dan Dokumentasi kegiatan yang berkaitan dengan pelaksanan tugas Polsek

(8)

2. Pengelolaan dan penyajian Informasi sebagai bahan publikasi kegiatan Polsek.

SIHUMAS dipimpin oleh Kasi HUMAS yang bertanggung jawab kepada Kapolsek dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari di bawah kendali Waka Polsek. SIHUMAS dalam melaksanakan tugas dibantu oleh :

1. Sub Seksi dokumentasi dan Peliputan (Subsidokliput) yang bertugas mendokumetasikan dan meliput informasi yang berkaitan dengan tugas Polsek.

2. Sub Seksi Publikasi (Subsipublikasi) yang bertugas melaksanakan pengelolaan informasi dan mempublikasikan informasi kegiatan yang berkaitan dengan penyampaian berita di lingkungan Polsek.

3.2. Proses Kerja Program PR

Dimulai Januari tahun 2018, Divisi Humas Polsek Cikarang Selatan melakukan perubahan dalam hal pelayanan publik. Divisi Humas Polsek Cikarang Selatan menyampaikan informasi dari pimpinan ke masyarakat terutama untuk masalah keamanan lingkungan dan perubahan biaya pengurusan SKCK di Polri.

Pada hasil wawancara yang dilakukan dengan Kanit Humas Polsek Cikarang Selatan Aiptu Namin dan Iptu H. Sugeng Mulyadi selaku Kanit Bimas Polsek Cikarang Selatan diperoleh data-data guna mendukung pembahasan. Langkah-langkah tersebut meliputi:

(9)

3.2.1 Perencanaan 1. Analisis Situasi

Melihat masih banyak masyarakat yang kurang informasi mengenai transparansi biaya yang dikenakan oleh Polri dalam mengurus keperluan administrasi masyarakat maka Polsek Cikarang Selatan melakukan perubahan.

Tabel 3.2.1 SWOT

ANALISIS SWOT PELAYANAN PUBLIK POLSEK CIKARANG SELATAN STRENGHT

1. Program-program yang dilaksanakan Polsek Cikarang Selatan merupakan program unggulan Polri.

2. Polsek Cikarang Selatan memberikan perluasan manfaat pelayanan publik bagi masyarakat.

WEAKNESS

1. Kurangnya personil yang harusnya berjumlah 120 sedangkan saat ini hanya berjumlah 73 personil. 2. Minimnya informasi (belum

meluas) mengenai transparansi biaya pembuatan SKCK.

OPPORTUNITY

Terwujudnya pelayanan, keamanan dan ketertiban masyarakat yang prima.

THREATH

Divisi Humas bersinergi dengan publik, menyebabkan banyakanya kegiatan sehingga kurang fokus.

(10)

2. Tujuan

Pada dasarnya semua kegiatan atau program yang dibuat memiliki tujuan. Begitu pula dengan apa yang dilakukan oleh Divisi Humas Polsek Cikarang Selatan. Tujuan utamanya adalah untuk memberikan informasi kepada masyarakat.

SIHUMAS merupakan unsur pelayanan yang bertugas mengumpulkan, mengolah data dan menyajikan informasi serta dokumentasi yang berkaitan dengan peraturan Polri kepada masyarakat dan melakukan program-program unggulan Polri.

3. Target Audience atau Khalayak

Sama halnya dengan media massa lainnya yang mempunyai target audience atau khalayak, maka target primer pada usia minimal 18 tahun, jenis kelamin Laki-laki dan Perempuan di wilayah Cikarang Selatan yang hendak mengurus SKCK.

4. Pesan

Saat melakukan wawancara dengan Kanit Humas yaitu Aiptu Namin, terdapat beberapa pesan yang hendak disampaikan dan diinformasikan kepada masyarakat bahwa ada kenaikan biaya untuk pengurusan SKCK, transparansi biaya yang berkaitan dengan pelayanan di Polsek Cikarang Selatan.

5. Strategi dan Taktik 1) Strategi

Salah satu strategi Divisi Humas Polsek Cikarang Selatan dalam meningkatkan pelayanan publik adalah dengan menempelkan pamflet di depan pintu masuk ruang pengurusan SKCK. Hal ini

(11)

dilakukan untuk menginformasikan mengenai besarnya biaya yang harus dibayarkan ketika mengurus SKCK.

2) Taktik

Kemudian Divisi Humas Polsek Cikarang Selatan mempunyai taktik sebagai berikut:

1. Menempelkan pamflet yang dicetak dengan menggunakan kertas glossy di depan pintu masuk ruang pengurusan SKCK

2. Menyebarkan informasi di pamflet. 6. Media

Polsek Cikarang Selatan menggunakan pamflet dan website sebagai media untuk menyampaikan kepada masyarakat mengenai informasi mengenai Polri serta besarnya biaya terbaru pengurusan SKCK di Polri. Jadi menurut Aiptu Namin pamflet tersebut sudah terpasang dan terpublikasi kepada masyarakat sejak Januari tahun 2018.

(12)

Sumber: Polsek Cikarang Selatan

Gambar 3.2.2 Pamflet Polsek Cikarang Selatan

7. Anggaran

Pada saat wawancara Divisi Humas Polsek Cikarang Selatan tidak bersedia untuk memberitahukan nominal berapa besarnya anggaran yang telah dikeluarkan untuk mencetak pamflet dan biaya pembuatan website tersebut. Divisi Humas Polsek Cikarang Selatan hanya memberikan penjelasan bahwa anggaran yang dikeluarkan untuk mencetak pamflet dan pembuatan website tersebut dikeluarkan dari anggaran yang disediakan oleh Polsek.

8. Kriteria Evaluasi

Tabel 3.2.2. Kriteria Evaluasi

Tujuan Strategi Indikator

Memberikan informasi kepada masyarakat

Menempelkan pamflet di depan

1. Tidak ada keluhan dari masyarakat yang ingin

(13)

mengenai besarnya

biaya terbaru

pengurusan SKCK.

pintu masuk ruang pengurusan SKCK.

mengurus SKCK.

2. Masyarakat merasa puas dengan pelayanan publik di Polsek Cikarang Selatan.

Sumber : Divisi Humas Polsek Cikarang Selatan 3.2.2. Pelaksanaan

Terhitung sejak Januari tahun 2017, Polri menetapkan besarnya biaya pengurusan SKCK yang baru sebesar Rp30.000. Sehubungan dengan hal tersebut, karena masih minimnya informasi mengenai besarnya biaya, maka Divisi Humas Polsek Cikarang Selatan melakukan perubahan, adapun perubahan yang dilakukan adalah dengan menerbitkan pamflet yang ditempel di depan pintu ruang pengurusan pembuatan SKCK.

Dimulai pada Januari tahun 2018 Polsek Cikarang Selatan menerbitkan pamflet. Dalam menerbitkan pamflet ini ada beberapa hal yang dilakukan oleh Divisi Humas Polsek Cikarang, salah satunya dengan mengadakan rapat terlebih dahulu. Divisi Humas Polsek Cikarang Selatan melakukan rapat dengan bagian Divisi Umum (SIUM).

Setelah melakukan rapat dengan Divisi Umum (SIUM), Divisi Humas Polsek Cikarang Selatan mengajukan kepada Kapolsek. Setelah itu proses selanjutnya adalah penulisan isi pamflet. Dimana isi dari pamflet tersebut berisi besarnya biaya pengurusan SKCK dan PP yang menaungi mengenai hal tersebut. Setelah itu baru dilakukan proses pencetakan yang kurang lebih sebanyak 3

(14)

lembar yang ditempel di depan pintu masuk ruang pengurusan SKCK dan di papan pengumuman di dalam Polsek Cikarang Selatan.

Adapun data masyarakat yang mengurus SKCK dari bulan Januari sampai dengan Maret tahun 2018 adalah sebagai berikut:

Pada Januari tahun 2018 saat pertama kali pamflet tersebut ditempel sudah sangat membantu untuk memberikan informasi kepada masyarakat, didasari pada tidak adanya keluhan atau pertanyaan yang ditanyakan oleh masyarakat yang hendak mengurus SKCK.

Pada Februari tahun 2018 tidak ada keluhan atau pertanyaan terkait biaya pembuatan SKCK dari masyarakat yang hendak mengurus.

Pada Maret tahun 2018 juga tidak ada keluhan atau pertanyaan dari masyarakat seputar biaya pembuatan SKCK di Polsek Cikarang Selatan.

Dengan adanya Pamflet tersebut, masyarakat yang hendak mengurus SKCK sudah cukup merasa jelas dengan informasi yang tertera di Pamflet informasi yang diberikan tersebut dirasakan oleh masyarakat sangat membantu mereka ketika hendak mengurus SKCK. Petugas Polsek Cikarang Selatan juga sangat membantu masyarakat yang hendak mengurus SKCK dengan sigap dan penuh kesabaran.

Proses terakhir adalah melakukan evaluasi terkait pemasangan pamflet tersebut, pihak Divisi Humas Polsek Cikarang Selatan melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap langkah yang di ambil tersebut.

(15)

3.2.3. Evaluasi

Strategi yang dilakukan oleh Divisi Humas Polsek Cikarang Selatan sudah baik karena tidak ada keluhan, masyarakat yang mengurus SKCK di Polsek Cikarang juga merasa puas.

Penilaian sudah baik atau tidaknya penyampaian terkait biaya pembuatan SKCK yang baru dapat dilihat dari tidak adanya keluhan atau pertanyaan dari masyarakat yang hendak mengurus pembuatan SKCK di polsek Cikarang Selatan. Adapun respon dari masyarakat cukup positif karena masyarakat sudah merasa jelas dengan informasi yang diberikan sehingga petugas dilapangan tidak menemukan adanya pertanyaan mengenai biaya pembuatan SKCK yang baru.

Sementara menurut Informan I, pamflet yang dipasang sangat memberikan kemudahan bagi masyarakat yang hendak mengurus keperluan pembuatan SKCK di Polsek Cikarang Selatan. Tidak ditemukan keluhan dari masyarakat sehingga Polsek Cikarang Selatan menilai langkah ini cukup bagus.

Menurut informan II, strategi yang di ambil oleh Polsek Cikarang Selatan tersebut sangat bagus karena ada kejelasan mengenai biaya yang harus dibayarkan.

Sedangkan menurut informan III, dengan pemasangan pamflet tersebut sangat bagus karena bisa mengetahui dengan jelas mengenai biaya yang dibebankan dan sangat berguna bagi masyarakat di wilayah Cikarang Selatan yang hendak mengurus keperluan SKCK di Polsek Cikarang Selatan.

(16)

3.3 Kendala dan Pemecahan

3.3.1 Kendala

Kendala yang dihadapi oleh Divisi Humas Polsek Cikarang Selatan adalah kurangnya personil. Polsek Cikarang Selatan merupakan Polsek tipe A yang seharusnya memiliki 120 personil namun saat ini hanya berjumlah 73 personil. Divisi Humas dipimpin langsung oleh Kanit Humas namun tidak memiliki staff Humas karena kurangnya personil tersebut. Dimana semua urusan mengenai humas dikerjakan oleh Kanit.

3.3.2 Pemecahan

Pemecahan atau solusi dari kendala yang dihadapi oleh Divisi Humas Polsek Cikarang Selatan adalah penambahan jumlah personil agar Divisi Humas memiliki staff.

Gambar

Gambar 3.1.3. Lambang Polri  3.1.4.   Arti Lambang Polri
Gambar 3.1.5. Struktur Organisasi Polsek
Tabel 3.2.1  SWOT
Gambar 3.2.2  Pamflet Polsek Cikarang Selatan

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan yang ingin dipenuhi adalah untuk memperoleh keuntungan semaksimal mungkin dari penjualan 3 jenis makanan tradisional, sehingga koefisien fungsi tujuan

Pengaruh pemerintah pusat terhadap daerah berjalan melalui mekanisme perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah yaitu melalui dana perimbangan berupa transfer

Pada selang waktu 2013 sampai 2014 terjadi pengurangan luasan pada daerah memenuhi baku mutu (belum tercemar) dan tercemar ringan yang disebabkan karena penyusutan

Berdasarkan permasalahan yang diuraikan diatas serta inkonsistensi hasil dari penelitian-penelitian terdahulu, maka peneliti ingin melakukan penelitian dengan judul

Berdasarkan latar belakang masalah diatas peneliti tertarik melakukan penelitian dengan mencoba memberikan gaya mengajar melalui media Audiovisual dan gaya mengajar

Pada saluran tataniaga nol tingkat nilai efisiensi dapat dilihat pada perbandingan antara biaya tataniaga yang dikeluarkan dengan jumlah produksi yang dijual, maka

gangguan tidur (insomnia) pada lansia, serta Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi gangguan tidur (Insomnia) pada lansia di Panti Sosial Tresna Werda

Gambar 5 jumlah luas hutan di wilayah ini hanya 4,54 % dari total luas wilayah Kecamatan Sine, sehingga tidak dapat dipungkiri apabila wilayah ini termasuk dalam kelas