• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

6 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Dalam bab II ini tentang kajian pustaka, akan dibahas yaitu pengertian hasil belajar, pembelajaran melaui peta konsep dan langkah-langkahnya serta, teori kreativitas dan penelitian yang relevan dan hipotesis penelitian.

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial

Peristiwa belajar dan pembelajaran merupakan kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia. Kegiatan belajar yang disertai dengan proses pembelajaran akan lebih terarah dan sistematik daripada belajar yang hanya semata-mata dan pengalaman dalam kehidupan sosial di masyarakat. Pembelajaran merupakan upaya penataan lingkungan yang memberi nuansa agar program belajar tumbuh dan berkembang secara optimal (Suherman, 2003: 7). Pembelajaran perlu memberdayakan potensi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang diharapkan. (Sanjaya, 2010: 103). Pembelajaran adalah cara guru memberikan kesempatan kepada si belajar untuk berfikir agar memahami apa yang dipelajari (Sugandi, 2006:9). Peristiwa pembelajaran merupakan proses interaksi mempengaruhi si belajar sehingga memperoleh kemudahan dalam berinteraksi dengan lingkungan.

Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Daryanto, 2009: 26).

Pembelajaran merupakan interaksi dua arah dari seorang guru dan peserta didik, dimana antara keduanya terjadi komunikasi (transfer) yang intens dan terarah menuju pada suatu target yang telah diterapkan sebelumnya (Trianto, 2010:17). Menurut isjoni (2010:11), pembelajaran adalah sasuatu yang dilakukan oleh siswa, bukan dibuat untuk siswa. Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya pendidik untuk membantu peserta didik melakuan kegiatan belajar.

(2)

Dari uraian di atas bahwa pembelajaran itu menunjukan pada usaha siswa mempelajari bahan pelajaran sebagai akibat perlakuan guru. Proses pembelajaran yang dilakukan siswa tidak mungkin terjadi tanpa perlakuan guru. Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu usaha guru menciptakan kondisi yang memudahkan siswa untuk belajar dan memperdayakan potensinya sehingga menguasai kompetensi secara optimal.

Nasution (1975) dalam Tri (2009:1) Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan suatu program pendidikan yang merupakan suatu keseluruhan, yang pada pokoknya mempersoalkan manusia dalam lingkungan fisik maupun dalam lingkungan sosial, dan bahannya diambil dari berbagai ilmu – ilmu sosial : geografi, sejarah, ekonomi, antropologi, politik, dan psikologi sosial.

IPS lahir dari keinginan para pakar pendidikan untuk “membekali” para peserta didik supaya nantinya mereka mampu menghadapi dan menangani komplesitas dimasyarakat yang seringkali berkembang secara tidak terduga.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional tentang pelaksanaan peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah dimana terdapat salah satu tujuan yaitu agar siswa memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial.

Adapun tujuan mempelajari IPS menurut Tri (2009:4) adalah:

a. Supaya peserta didik dapat mensistematisasikan bahan, informasi, dan atau kemampuan yang telah dimiliki tentang manusia dan lingkungannya menjadi lebih bermakna.

b. Supaya peserta didik dapat lebih peka dan tanggap terhadap berbagai masalah sosial secara rasional dan bertanggungjawab. c. Supaya para peserta didik dapat mempertinggi rasa toleransi dan

(3)

2.1.1.1Hakekat Pembelajaran IPS

Banyak ahli ilmu sosial berpendapat bahwa sifat-sifat kemanusiaan itu dipelajari. Dengan berpusat pada pembahasan tentang manusia IPS memperkenalkan kepada peserta didik bahwa manusia dalam hidup bersama dituntut rasa tanggng jawab sosial.

Ruang lingkup pembelajaran IPS meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

a. Manusia, tempat, dan lingkungan b. Waktu, keberlanjutan, dan perubahan c. Sistem sosial dan budaya

d. Perilaku ekonomi dan kesejahteraan

Peranan pengajaran IPS begitu unik karena harus mendidik dan mempersiapkan para murid agar dapat hidup di dunianya dan memahami dunianya dimana di perlukan kualitas personal dan kualitas sosial yang merupakan hal penting ,menurut A.K. Ellis (1991), bahwa alasan diajarkannya mata pelajaran IPS di sekolah adalah sebagai berikut :

a. IPS memberikan tempat abgi siswa untuk belajar dan mempraktekkan demokrasi

b. IPS dirancang untuk membantu siswa memahami "dunianya" c. IPS adalah sarana untuk mengembangkan diri siswa secara positif d. IPS membantu siswa untuk memperoleh pengetahuan mendasar

tentang sejarah, geographi, dan ilmu-ilmu sosial lainnya e. IPS meningkatkan kepekaan sosial siswa terhadap

masalah-masalah sosial.

Dengan demikian, IPS bukan ilmu sosial dan pembelajaran IPS yang dilaksanakan baik pada pendidikan dasar maupun pada pendidikan tinggi tidak menekankan pada aspek teoritis keilmuannya, tetapi aspek praktis dalam mempelajari, menelaah, mengkaji gejala, dan masalah sosial masyarakat, yang bobot dan keluasannya disesuaikan dengan jenjang pendidikan masingmasing.

2.1.2 Peta Konsep

2.1.2.1Pengertian Peta Konsep

Konsep dapat didefenisikan dengan bermacam-macam rumusan. Salah satunya adalah defenisi yang dikemukakan Carrol dalam Kardi

(4)

(1997:2) bahwa konsep merupakan suatu abstraksi dari serangkaian pengalaman yang didefinisikan sebagai suatu kelompok obyek atau kejadian. Abstraksi berarti suatu proses pemusatan perhatian seseorang pada situasi tertentu dan mengambil elemen-elemen tertentu, serta mengabaikan elemen yang lain.

Doran, dkk:Iskandar: 2004 (dalam Haris:12) peta konsep adalah diagram yang dibentuk atau disusun untuk menunjukkan pemahaman seseorang tentang suatu konsep atau gagasan yang mempunyai struktur berjenjang dari yang bersifat umum menuju yang bersifat khusus dilengkapi dengan garis-garis penghubung yang sesuai. Peta konsep merupakan cara yang dinamik untuk menangkap butir-butir pokok informasi dalam bentuk proposisi melalui proses belajar alamiah dan berfikir.

George Posner dan Alan Rudnitsky (dalam Nur 2001b:36) menyatakan bahwa peta konsep mirip peta jalan, namun peta konsep menaruh perhatian pada hubungan antar ide-ide, bukan hubungan antar tempat. Peta konsep bukan hanya meggambarkan konsep-konsep yang penting melainkan juga menghubungkan antara konsep-konsep itu. Dalam menghubungkan konsep-konsep itu dapat digunakan dua prinsip, yaitu diferensiasi progresif dan penyesuaian integratif. Menurut Ausubel dalam Sutowijoyo (2002:26) diferensiasi progresif adalah suatu prinsip penyajian materi dari materi yang sulit dipahami.

Untuk membuat suatu peta konsep, siswa dilatih untuk mengidentifikasi ide-ide kunci yang berhubungan dengan suatu topik dan menyusun ide-ide tersebut dalam suatu pola logis. Kadang-kadang peta konsep merupakan diagram hirarki, kadang peta konsep itu memfokus pada hubungan sebab akibat. Agar pemahaman terhadap peta konsep lebih jelas, maka Dahar (1988:153) mengemukakan ciri-ciri peta konsep sebagai berikut:

1. Peta konsep (pemetaan konsep) adalah suatu cara untuk memperlihatkan konsep-konsep dan proposisi-proposisi suatu bidang studi, apakah itu bidang studi fisika, kimia,

(5)

biologi, matematika dan lain-lain. Dengan membuat sendiri peta konsep siswa “melihat” bidang studi itu lebih jelas, dan mempelajari bidang studi itu lebih bermakna.

2. Suatu peta konsep merupakan suatu gambar dua dimensi dari suatu bidang studi atau suatu bagian dari bidang studi. Ciri inilah yang memperlihatkan hubungan-hubungan proposisional antara konsep-konsep. Hal inilah yang membedakan belajar bermakna dari belajar dengan cara mencatat pelajaran tanpa memperlihatkan hubungan antara konsep-konsep.

3. Ciri yang ketiga adalah mengenai cara menyatakan hubungan antara konsep-konsep. Tidak semua konsep memiliki bobot yang sama. Ini berarti bahwa ada beberapa konsep yang lebih inklusif dari pada konsep-konsep lain. 4. Ciri keempat adalah hirarki. Bila dua atau lebih konsep

digambarkan di bawah suatu konsep yang lebih inklusif, terbentuklah suatu hirarki pada peta konsep tersebut.

Menurut Dahar (1988:154) peta konsep memegang peranan penting dalam belajar bermakna. Oleh karena itu siswa hendaknya pandai menyusun peta konsep untuk meyakinkan bahwa siswa telah belajar bermakna.

Langkah-langkah berikut ini dapat diikuti untuk menciptakan suatu peta konsep:

1. mengidentifikasi ide pokok atau prinsip yang melingkupi sejumlah konsep;

2. mengidentifikasi ide-ide atau konsep-konsep sekunder yang menunjang ide utama;

3. menempatkan ide utama di tengah atau di puncak peta tersebut;

4. mengelompokkan ide-ide sekunder di sekeliling ide utama yang secara visual menunjukan hubungan ide-ide tersebut dengan ide utama.

Hasil belajar yang optimal dapat tercapai bila ada sesuatu yang diingat dan dipahami yang diperlukan untuk proses belajar selanjutnya. Dari beberapa definisi diatas bahwa Peta konsep merupakan suatu cara penyajian konsep atau gagasan pokok yang disusun secara berjenjang dari yang bersifat umum menuju khusus dan dilengkapi dengan garis-garis penghubung yang sesuai. Dalam peta konsep dapat ditempatkan suatu susunan yang nyata, dengan cara menghubungan konsep-konsep yang ada. Peta konsep yang lengkap harus menyajikan konsep atau gagasan pokok

(6)

dengan hubungan yang sesuai dan mengungkapkan pola pandang tunggal yang mempunyai hubungan timbal balik. Diharapkan dengan peta konsep daya ingat siswa dapat ditingkatkan. Penggunaan peta konsep dalam proses belajar mengajar lebih menuntun peran aktif para siswa.

2.1.2.2Keunggulan-keunggulan dan Kelemahan Peta Konsep

Menurut michael michalk, dalam buku terlarisnya Cracking

Creativity, dalam Tony (2005:6) bahwa Peta konsep atau Mind Map

akan:

a. Mengaktifkan seluruh otak

b. Membereskan akal dari kesusutan akal

c. Memungkinkan kita berfokus pada pokok bahasan

d. Membantu menunjukkan hubungan antara bagian-bagian informasi yang saling terpisah

e. Memberi gambaran yang jelas pada keseluruhan perincian

f. Memungkinkan kita mengelompokkan konsep, membantu kita membandingkannya

g. Menyasratkan kita untuk memusatkan perhatian pada pokok bahasan yang membantu mengalihkan informasi tentangnya dari ingatan jangka pendek ke ingatan jangka panjang

2.1.2.3Kelemahan-kelemahan peta konsep

a. Kurang menanamkan sifat kerjasama antar siswa. b. Lebih menonjolkan kerja secara mandiri.

c. Tidak semua pokok bahasan dapat disajikan dengan peta konsep.

2.1.2.4Sintaks Peta Konsep dalam Pembelajaran

Vivin Findriani(2009) Rencana pembelajaran berisi komponen-komponen yang sama dengan pembelajaran yang biasa digunakan disekolah, yang biasa disebut rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) tetapi memiliki spesifikasi untuk mengajarkan IPS yang menekankan ketrampilan berfikir. Enam komponen dari rencana pembelajaran tersebut adalah:

(7)

1. Tema/ topik , berisi nama tema/ topik yang akan diajarkan. Tema/topik tersebut diambil dari kurikulum (silabus) IPS pada semester yang sesuai bagi pembelajaran peta konsep. 2. Tujuan pembelajaran, merupakan sasaran yang akan

dicapai. Yang berisi kompetensi yang diharapkan oleh siswa.

3. Materi pembelajaran, merupakan isi atau subtansi bahan yang akan diajarkan, yang menunjang komperensi yang menjadi tujuan pembelajaran. Materi pembelajaran ini hanya memuat garis-garis besar bahan ajaran yang erupakan rincian dari topik pembelajaran

4. Media dan sumber pembelajaran berisi tentang media atau alat bantu pembelajaran yang digunakan untuk membantu, memperjelas atau mempermudah penguasaan materi atau kompetensi yang ingin dicapai.

5. Evaluasi pemebelajaran, kegiatan untuk mengukur dan menilai pencapaian tujuan yang telah dirumuskan.

Dari langkah-langkah pembelajaran dengan metode Peta Konsep dimulai guru membuat suatu topik pembelajaran setelah itu menyampaikan tujuan pelajaran, menyajikan informasi materi pembelajaran, memberikan media yang digunakan untuk membantu, memperjelas atau mempermudah penguasaan materi atau kompetensi yang ingin dicapa setelah itu guru mengevaluasi pembelajaran, yaitu kegiatan untuk mengukur dan menilai pencapaian tujuan yang telah dirumuskan . Penguasaan siswa dalam kompetensi dan materi yang

Berdasarkan uraian diatas bahwa pembelajaran dimulai dengan pembuatan RPP dengan membuat topik pembelajaran serelah itu menyampaikan tujuan tahap ke dua yaitu menyajikan media sesuai dengan metode yang digunakn disini adalah metode peta konsep, tahap terakhir yaitu evaluasi untuk mengukur dan menila pencapaian tujuan yang telah dirumuskan dan menyimpulkan apa yang telah di ajarkan.

2.1.2.5Penerapan Metode Peta Konsep Dalam Pembelajaran

Secara aplikatif, penerapan peta konsep dalam upaya meningkatkan hasil belajar dan kreativitas anak, pembelajaran merupakan implementasi dari RPP. Pelaksanaanpembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup.

(8)

Dalam kegiatan pendahuluan, guru:

a. menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran;

b. mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari;

c. menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai;

d. memtivasi peserta didik 2. Kegiatan Inti

Pelaksanaan kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

Kegiatan inti menggunakan metode yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran yaitu dengan metode Peta Konsep, sesuai dengan Permendiknas No 41 Tahun 2007 kegiatan inti dapat meliput i proses eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi.

a. Eksplorasi

Dalam kegiatan eksplorasi, guru:

1. melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik/tema materi IPS tentang perjuangan melawan penjajah yaitu Belanda dan Jepang;

2. menggunakan metode Peta Konsep, dengan menggunakan Gambar Peta konsep tentang perjuangan melawan penjajah Belanda dan Jepang dengan memanfaatkan buku paket

3. mencari ide pokok dalam pembuatan peta konsep

4. mencari ide – ide sekunder yang berhubungan dengan ide pokok dan meletakkannya di sekeliling ide pokok

(9)

b. Elaborasi

Dalam kegiatan elaborasi, guru:

1. Meminta siswa melengkapi Peta Konsep yang belum lengkap c. Konfirmasi

Dalam kegiatan konfirmasi, guru:

1. Memberikan penguatan kepada siswa atas pekerjaan yang sudah mereka kerjakan,

2. Kembali menerangkan tentang materi dengan peta konsep yang sudah dikerjakan oleh siswa,

3. Meminta siswa untuk menuliskan apa yang sudah mereka dapatkan dalam pembelajaran hari ini,

4. memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang bermakna dalam mencapai kompetensi dasar:

a. meminta siswa untuk bertanya mengenai materi yang belum dimengerti;

b. membantu menyelesaikan masalah dari siswa yang merasa kesulitan dalam pembelajaran dengan peta konsep;

c. memita siswa melakukan pengecekan terhadap pekerjaaan atau tugas yang sudah dikerjakan;

d. memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum berpartisipasi aktif.

3. Kegiatan Penutup

Dalam kegiatan penutup, guru:

a. bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat rangkuman/simpulan pelajaran;

b. melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram;

c. memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran;

d. merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi,

(10)

e. memberikan pekerjaan rumah kepada siswa

f. menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya g. bersama dengan siswa menutup pembelajaran.

2.1.3 Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan uraian untuk menjawab pertanyaan “Apa yang harus digali, dipahami, dan dikerjakan oleh siswa?” Hasil belajar ini merefleksikan keleluasaan, kedalaman, dan kompleksitas (secara bergradasi) dan digambarkan secara jelas serta dapat diukur dengan teknik-teknik penilaian tertentu. Perbedaan tentang kompetensi dan hasil belajar terdapat pada batasan dan patokan-patokan kinerja siswa yang dapat diukur (Sugandi, 2006: 63).

Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar (Anni, 2006:5). Sedangkan menurut Hamalik (2002: 155) hasil belajar tampak terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang dapat diamati,diukur dalam perubahan pengetahuan, sikap, dan ketrampilan. Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah menerima pengalaman belajar (Sudjana,2002: 22). Hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku yang baru setelah melalui proses belajar. Perolehan aspek-aspek perubahan perilaku tersebut tegatung pada apa yang dipelajari oleh pembelajar.

Menurut Dimyanti (2002: 20), hasil belajar peserta didik merupakan suatu puncak proses pembelajaran. Hasil belajar tersebut terjadi terutama berkat evaluasi guru. Nana sudjana (2006: 22) menyatakan bahwa proses penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi kepada guru tetang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan belajarnya melalui kegiatan belajar. Oleh karena itu penilaian hasil belajar mempunyai peranan yang penting dalam proses belajar.

Dari uraian diatas hasil belajar semua memgacu terhadap perubahan siswa setelah melakuan proses kegiatan belajar. Hasil belajar diperoleh setelah siswa mengalami berbagai kegiatan belajar yang menyebabkan perubahan dalam dirinya. Hasil belajar siswa dapat diukur dengan criteria

(11)

atau patokan-patokan tertentu. Dalam pengukuran hasil belajar siswa dapat menggunakan teknik tes.

Dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku atau kemampuan siswa setelah menerima pengalaman belajar yang dapat diukur. Perubahan dalam hal ini adalah perubahan menjadi lebih baik. Jadi yang dimaksud hasil belajar disini adalah nilai tes IPS yang diberikan guru sebagai hasil belajar siswa.

Bloom dalam sudjana (2011: 22-23) bahwa tingka kemampuan atau penugasan yang dikuasai oleh siswa mencakup tiga aspek yaitu:

a. Kemampuan kognitif (cognitive domain) adalah kawasan yang berkaitan dengan aspek-aspek intelektual atau secara logis yang biasa diukur dengan pikiran atau nalar. Kawasan ini terdiri dari :

1. Pengetahuan (Knowledge), mencakup ingatan akan hal-hal yang pernah dipelajari dan disimpan dalam ingatan.

2. Pemahaman (Comprehension), mengacu pada kemampuan memahami makna materi.

3. Penerapan (Application), mengacu pada kemampuan menggunakan atau menerapkan materi yang sudah dipelajari pada situasi yang baru dan menyangkut penggunaan aturan dan prinsip.

4. Analisis (Analysis), mengacu pada kemampuan menguraikan materi ke dalam komponen-komponen atau faktor penyebabnya, dan mampu memahami hubungan di antara bagian yang satu dengan lainnya sehingga struktur dan aturannya dapat lebih dimengerti.

5. Sintesis (synthesis), mengacu pada kemampuan memadukan konsep atau komponen-komponen sehingga membentuk suatu pola struktur atau bentuk baru.

6. Evaluasi (Evaluation), mengacu pada kemampuan memberikan pertimbangan terhadap nilai-nilai materi untuk tujuan tertentu. b. Kemampuan afektif (The affective domain) adalah kawasan yang

berkaitan dengan aspek-aspek emosional, seperti perasaan, minat, sikap, kepatuhan terhadap moral dan sebagainya. Kawasan ini terdiri dari:

1. Kemampuan menerima (Receiving), mengacu pada kesukarelaan dan kemampuan memperhatikan respon terhadap stimulasi yang tepat.

2. Sambutan (Responding), merupakan sikap mahasiswa dalam memberikan respon aktif terhadap stimulus yang datang dari luar, mencakup kerelaan untuk memperhatikan secara aktif dan perpartisipasi dalam suatu kegiatan.

3. Penghargaan (Valueving), mengacu pada penilaian atau pentingnya kita mengaitkan diri pada objek atau kejadian tertentu dengan reaksi-reaksi seperti menerima, menolak, atau tidak

(12)

memperhitungkan. Tujuan-tujuan tersebut dapat diklasifikasikan menjadi sikap yang apresiasi.

4. Pengorganisasian (Organizing), mengacu pada penyatuan nilai sebagai pedoman dan pegangan dalam kehidupan.

5. Karakteristik nilai (Characterization by value), mencakup kemampuan untuk menghayati nilai-nilai kehidupan sedemikian rupa, sehingga menjadi milik pribadi (internalisasi) dan menjadi pegangan nyata dan jelas dalam mengatur kehidupannya.

c. Kemampuan psikomotor (The psychomotor domain) adalah kawasan yang berkaitan dengan aspek-aspek keterampilan yang melibatkan fungsi sistem syaraf dan otot (neuronmuscular system) dan fungsi psikis. Kawasan ini terdiri dari:

1. Persepsi (Perseption), mencakup kemampuan untuk mengadakan diskriminasi yang tepat antara dua perangsang atau lebih, berdasarkan perbedaan antara ciri-ciri fisik yang khas pada masing-masing rangsangan.

2. Kesiapan (Ready), mencakup kemampuan untuk menempatkan dirinya dalam keadaan akan memulai sesuatu gerakan atau rangkaian gerakan.

3. Gerakan terbimbing (Guidance response), mencakup kemampuan untuk melakukan suatu rangkaian gerak-gerik, sesuai dengan contoh yang diberikan (imitasi)

4. Gerakan yang terbiasa (Mechanical response), mencakup kemampuan untuk melakukan sesuatu rangkaian gerak-gerik dengan lancar, karena sudah dilatih secukupnya, tanpa memperhatikan lagi contoh yang diberikan.

5. Gerakan kompleks (Complexs response), mencakup kemampuan untuk melaksanakan suatu keterampilan, yang terdiri atas beberapa komponen,dengan lancar, tepat, dan efisien.

6. Penyesuaian pola gerak (Adjusment), mencakup kemampuan untuk mengadakan perubahan dan penyesuaian pola gerak-gerik dengan kondisi setempat atau dengan menunjukkan suatu taraf keterampilan yang telah mencapai kemahiran.

7. Kreatifitas (Creativity), mencakup kemampuan untuk melahirkan aneka pola gerak-gerik yang baru, seluruhnya atas dasar prakarsa dan sendiri

Dari ketiga kemampuan diatas adalah yang nantinya sebagai dasar penilaian hasil belajar yang dibatasi yaitu dari ranah kognitif pada aspek penegetahuan, pemahaman yang dinilai melalui evaluasi yang diberikan guru kepada siswa dalam bentuk tes pilihan ganda.

Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dan hasil belajar sebagai berikut:

(13)

Faktor kesiapan ini meliputi kesiapan fisik dan psikologis. Usaha yang dapat dilakukan guru adalah dengan memberikan perhatian penuh pada siswa sehingga mampu menciptakan suasana kelas yang menyenangkan. Hal ini merupakan implikasi dari prinsip kesiapan.

b. Motivasi

Motivasi adalah motif yang sudah menjadi aktif saat seorang melakukan aktivitas. Sedangkan motif adalah kekuatan yang terdapat pada diri seseorang yang mendorong orang melakukan kegiatan tertentu untuk mencapai tujuannya.

c. Keaktifan siswa

Keaktifan siswa dapat dilihat dari suasana belajar yang tercipta dalam pembelajaran yang berlangsung, siswa terlihat aktif berperan atau tidak. d. Mengalami sendiri

Dengan mengalami sendiri akan memberikan hasil belajar yang lebih baik dan pemahaman yang lebih mendalam terhadap materi yang disajikan.

e. Pengulangan

Adanya latihan yang berulang-ulang akan lebih berarti bagi siswa untuk meningkatkan kemampuan dan pemahaman terhadap materi pelajaran. d. Balikan dan penguatan

Masukan yang sangat penting bagi siswa maupun guru.

Dengan memperhatikan faktor-faktor diatas dapat dijadikan acuan ketika memlaksanakan proses belajar mengajar. Belajar mengajar akan lebih berhasil ketika siswa dapat memahami tentang apa yang dipelajarinya. Pembelajaran dikatakan berhasil dengan tercapainya tujuan pembelajaran dan siswa mendapat hasil belajar yang baik

2.1.4 Kreativitas

Ada beberapa definisi yang membatasi maksud yang terkandung dalam pengertian kreativitas. Tidak dapat dipungkiri bahwa pengertian ini telah menyebar luas dan banyak digunakan melalui individu-individu yang memiliki

(14)

keahlian yang berbeda dan peradaban yang vareatif, yang secara otomatis hal ini menyebabkan munculnya sejumlah difinisi antara lain yaitu:

2.1.4.1Kreativitas Sebagai Gaya Hidup

Kreativitas yang dimaksud dalam hal ini mencakup banyak definisi yang terbentuk dalam ungkapan umum yang mencakup beberapa fenomena aktivitas seseorang individu. Definisi yang diberikan Hobkenz dalam malik (1937:12) kreativitas adalah diri yang merespon ketika dipengaruhi secara mendalam dan enerjik. Artinya sikap yang diambil seseorang individu itu, memberikan dampak yang sangat dengan cara mempengaruhi dalam diri individu tersebut secara mendalam, kemudian meresponnya dengan segenap aspek dan dengan cara yang elegan.

Heart dalam malik (1950:13) mengungkapkan bahwa kreativitas adalah suatu kekuatan yang tersimpan dibalik kesempurnaan manusia. Kekuatan ini didasarkan pada asas cinta dan kebebasan dalam berekspresi dari hasrat dan dorongan yang ditemukan dalam diri manusia, hingga meskipun itu merupakan hasrat untuk memusuhi.

Anderos dalam malik (1961:13) meyetujui definisi yang diberikan oleh Hobkaenz bahwa kreativitas adalah proses yang dilalui oleh seorang ondividu di tengah-tengah penglamannya, dan yang menyebabkannya untuk memperbaiki dan mengembangkan dirinya. Definisi Anderos ini dapat disebut sebagai perwujudan kemandirian seseorang.

Frome dalam Malik (1959:14) membagi kreativitas ini dalam dua makna yaitu:

Pertama, kreativitas adalah salah satu gaya khusus dari beragam gaya dalam kehidupan ini, yaitu dengan cara seseorang melihat hal-hal itu sebagai sesuatu yang baru, menerima kehidaupan dengan berbagai sikap yang berbeda sebagaimana ia mendengar berita untuk pertama kalinya.

Kedua, menghasilkan sesuatau yang baru yang dapat didengar dan dapat dilihat oleh orang lain.

Dapat disimpulkan bahwa frome menggunakan kreatifitas dalam dua makna yaitu kreativitas sebagai salah sau gaya dalam hidup dan kreativitas yang menghasilkan sesuatu yang diketahui exsistensinya oleh orang lain.

(15)

Definisi umum yang sering digunakan untuk menjelaskan pengertian tentang kreativitas yang mencakup seluruh aspek kehidupan individu, yang mana kreativitas ini menjadi petunjuk kepada jenis tertentu atau gaya tertentu dalam hidup, baik yang didefinisikan sebagai suatu kekuatan yang mendorong seorang individu untuk menyempurnakan diri dan mengembangkannya, atau bahkan pendapat yang mensinyalir bahwa kreativitas dan realisasi atas sesuatu antara dua hal yang tidak dapat dipisahkan.

2.1.4.2Kreativitas Sebagai Proses Rasionalisasi

Guilford dalam Malik (1957:25) dinilai sebagai pioner atas definisi ini. Ia berpendapat bahwa kreativitas adalah sistem dari kemampuan nalar yang sederhana dan sistem-sistem ini berbeda satu sama lain dikarenakan perbedaan bidang kreativitas tersebut.

Guilford menyebutkan diantara kemampuan-kemampuan yang dimaksud diatas adalah:

1. Kelancaran berbicara 2. Kecepatan berfikir 3. Keluwesan spontanitas 4. Orisinalitas

2.1.4.3Kreativitas Pada Anak

Adapun contoh yang dapat mendefinisikan kreativitas pada anak adlah melakukan interaksi yang luar biasa atau realistis, menghadirkan pengetahuan-pengetahuan masa lampau yang tidak terkait pada prinsip masa sekarang, menggunakan pengetahuan dan wawasan dengan cara yang baru dan sesuai kondisi yang baru pula.

Kreativitas sebagaimana yang di definisikan williams memiliki beberapa aspek mendasar yang menyusunnya, yaitu:

a. Ketangkasan; yaitu kemampuan untuk menghasilkan pemikiran atau pertanyaan dalam jumlah yang banyak.

b. Fleksibilitas; yaitu kemampuan untuk menghasilkan banyak macam pemikiran, dan mudah berpindah dari jenis pemikiran lainnya

c. Orisinalitas; yaitu kemampuan untuk berfikir dengan cara yang baru yang unik, dan kemampuan untuk menghasilkan pemikiran-pemikiran

(16)

jenius yang lebih banyak daripada pemikiran yanag telah menyebar atau telah jelas diketahui.

d. Elaborasi yaitu kemampuan untuk menambah hal-hal yang detail dan baru atas pemikiran-pemikiran atau suatu hasil tertentu.

Dudek menambahkan bahwa kreativitas merupakan sifat yang yang komplikatif antara seluruh anak-anak, dimna seorang anak itu mampu berkreasi dengan spontan.

Pemikiran yang kreatif itu merupakan perwujudan dari kemampuan akal yang dihasilkan melalui empat fase:

1. Fase persiapan: yakni menyiakan suatu kehidupan yang kreatif untuk dapat menghasilkan suatu kreasi

2. Fase pengasuhan; yaitu fase pertengahan antara kesiapandan inspirasi untuk berfikir

3. Fase inspirasi; fase ini diimplementasikan dengan munculnya solusi yang kreatif dengan cara spontan

4. Fase realisasi; dalam fase ini diupayakan adanya penjelasan mengenai kebenaran apa yang di realisasikan dari kreasi atu inovasinya dengan cara meletakkannya untuk diujucobakan demi memperoleh keterangan mengenai kebenarannya

Menurut Sund dalam Slameto (1974:147) juga mengemukakan ciri-ciri kreativitas sebagai berikut:

1. Hasrat keingin tahuan yang cukup besar 2. Bersikap terbuka terhadap pengalaman baru 3. Panjang akal

4. Keinginan untuk menemukan dan meneliti

5. Cenderung lebih menyukai tugas yang berat dan sulit 6. Cenderung mencari jawaban yang luas dan memuaskan

7. Memiliki dedikasi bergairah serta aktif dalam melaksanakan tugas 8. Berfikir fleksibel

9. Menanggapi pertanyaan yang diajukan serta cenderung memberi jawaban lebih banyak

(17)

11. Memiliki semangat bertanya serta meneliti 12. Memiliki daya abstraksi yang cukup baik.

13. Memiliki latar belakang membaca yang cukup luas

Anak kreatif dan cerdas tidak terbentuk dengan sendirinya melainkan perlu pengarahan salah satunya dengan memberi kegiatan yang dapat mengembangkan kreativitas anak. Pada ciri-ciri kreativitas diatas yaitu hasrat keingintahuan besar, bersikap terbuka terhadap pengalaman baru, panjang akal, memiliki semangat bertanya dan meneliti, menanggapi pertanyaan yang diajuakan serta memberi jawaban lebih banyak. Dari ciri-ciri tersebut nantinya akan menjadi dasar penilaian kreativitas.

Dapat disimpulkan kreativitas adalah proses menemukan cara atau gaya baru pada siswa ditengah-tengan pengalamanya dalam pembelajaran menggunakan peta konsep yang menyebabkannya untuk memperbaiki dan mengembangkan diri pada setiap siswa.

Dari pernyataan diatas bahwa dengan metode peta konsep siswa dapat membuat rancangan atau pemikiran atau cara belajar baru yang kreatif yang dapat membatu siswa dalam mempelajari materi yang diberikan oleh guru.

2.2 Penelitian yang Relevan

Penelitian tentang penggunaan peta konsep untuk meningkatkan hasil belajar siswa yang pernah dilakukan oleh Isnining (2011) dalam upaya merancang peta konsep dalam pembelajaran untuk meningkatka hasil belajar IPS pada materi sumberdaya alam kelas IV SD Dringo Todanan Blora semester I 2010/2011.

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa rancangan peta konsep dalam pembelajaran IPS khususnya pada materi sumberdaya alam dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV semester I di SD Negeri Dringo Kecamatan Todanan Kabupaten Blora tahun pelajaran 2010/2011. Hal ini dapat ditunjukkan dari peningkatan ketuntasan belajar pada kondisi awal/ pembelajaran yang tidak menggunakan rancangan peta konsep dengan penggunaan rancangan peta konsep pada siklus I; penggunaan rancangan peta konsep siklus II adalah: 35% ; 70% ; 95%. Peningkatan nilai rata-rata kelas pada kondisi awal/pembelajaran yang

(18)

tidak menggunakan rancangan peta konsep; dengan penggunaan rancangan peta konsep siklus I; penggunaan rancangan peta konsep siklus II adalah; 59,25; 72,25; 80,15. Dan terjadi kenaikan angka skor maksimal dari kondisi awal ; siklus I ; siklus II adalah: 80 ; 88 ; 95, dan terjadi kenaikan angka skor minimal dari kondisi awal, siklus I, dan siklus II yaitu dari: 40 ; 55 ; 68.

Penelitian yang dilakukan oleh Sahrir (2008) dalam thesisnya yang berjudul Penerapan Peta Konsep Untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa Pada Pokok Bahasan Bangun Ruang Sisi Lengkung kelas VIII SMP N 2 Kartasura yaitu proses pembelajaran dimulai dengan memberikan peta konsep pada setiap siswa. Kemudian guru menjelaskan hubungan konsep-konsep dan dilanjutkan dengan cara menggunakan peta konsep. 2) Kreativitas siswa yang terdiri atas kelancaran mencapai 35% sebelum penelitian, 42,5 % pada putaran I, 50,5% pada putaran II, 75 % pada putaran III dan keluwesan mencapai 30% sebelum penelitian, 35 % pada putaran I, 40% pada putaran II, 55% pada putaran III dan keaslian mencapai 30% sebelum penelitian, 45% pada putaran I, 50% pada putaran II, 62,5% pada putaran III dan kerincian 25% sebelum penelitian, 30 % pada putaran I, 47,5% pada putaran II, 67,5% pada putaran III. Selain itu terdapat peningkatan hasil belajar siswa yaitu kemampuan menguasai konsep mencapai 35% sebelum penelitian, 42,5% pada putaran I, 50,5% pada putaran II dan 75% pada putaran III. Sedangkan kemampuan mengerjakan soal mencapai 30% sebelum penelitian, 37,5% pada putaran I, 60% pada putaran II dan 70% pada putaran III. Dari data hasil penelitian disimpulkan bahwa penerapan peta konsep pada pembelajaran matematika dapat meningkatkan kreativitas dan hasil belajar siswa

Pada dasarnya semua anak kreatif, orang tua dan guru hanaya perlu menyediakan lingkungan yang benar untuk membebaskan seluruh potensi kreatifnya didalam pendidikan anak. Orangtua dan guru diharapkan memberikan stimulasi pada anak, sehingga terjadi pembelajaran yang terpusat pada anak. Membiarkana anaka bebas menemukan dengan caranya sendiri, memegang, menggambar, membentuk ataupun membuat dengan caranya sendiri dari keduakajian diatas peta konsep adalah suatu metode yang terpusat pada anak,

(19)

dari itu anak menjadi faham tentang apa yang mereka pelajari sehingga kreativitas dan hasil belajar meningkat.

Dari kedua penelitian diatas dapat dilihat bahwa metode peta konsep dapat meningkatkan hasil belajar dan kreativitas siswa dimana seperti yang ditunjukkan pada penelitian yang pertama ada peningkatan hasil belajar sesudah adanya tindakan. dan penelitian kedua di dalam penelitian tersebut terdapat kenaikan kreativitas siswa setelah adanya tindakan dari guru.

2.3 Kerangka Berfikir

Mengapa metode peta konsep dijadikan salah satu metode pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan hasil belajar dan kreativitas siswan karena metode ini dinyakini dapat membuat siswa mudah memahami materi dengan konsep-konsep yang tersusun dan berkesinambungan. Ketika siswa paham maka hasil belajar siswa pun menjadi lebih baik. Dan dengan metode ini sisa dapat membuat skema atau rancangan cara belajar yang baru menurut masing-masing individu menurut kreativitasnya masing-masing.

2.4 Hipotesis

Berdasarkan landasan teori dan kerangka berfikir di atas, maka hipotesis penelitian tindakan kelas dirumuskan sebagai berikut: “Diduga, apabila dalam kegiatan pembelajaran guru dapat menggunakan metode Peta Konsep sebagai pendukung pembelajaran, maka dapat meningkatkan hasil belajar dan kreativitas siswa khususnya pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial pada materi “Perjuangan Para Pejuang Pada Masa Penjajahan Belanda Dan Jepang.” Pada kelas V SDN Tuntang II Kec. Tuntang Kab. Semarang.

Referensi

Dokumen terkait

Dengan memperhatikan peta penurunan luas sawah, dapat diketahui bahwa daerah Kecamatan Somba Opu adalah daerah yang paling tinggi perubahan alih fungsi lahan sawah ke non sawah. Hal

Membantu pemerintah daerah dalam melaksanakan pengelolaan keuangan daerah (Penganggaran, Pelaksanaan, Penatausahaan, Pertanggungjawaban). Menyusun Laporan Keuangan Lebih

Selain itu, pada hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh peneliti lain yang ternyata hal tersebut sejalan dengan penelitian dari Teguh Supriyadi,

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut berupa evaluasi stabilitas kimia selama masa penyimpanan sediaan mikroemulsi kombinasi ekstrak daun mangkokan (Nothopanax

Alhamdulillahirobbil’ alamin puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat,rahmat dan hidayah-Nya yang senatiasa dilimpahkan kepada penulis, sehingga bisa menyelesaikan sampai

Sehubungan hal tersebut sesuai dengan Keputusan Badan Musyawarah DPRD Kabupaten Grobogan Nomor 8 Tahun 2021 tentang rencana jadwal kegiatan DPRD Kabupaten Grobogan untuk

Peranan CSFs dalam perencanaan strategis adalah sebagai penghubung antara strategi bisnis organisasi dengan strategi sistem informasi yang dimiliki, memfokuskan

Fungsi tabungan adalah fungsi yang menghubungkan tingkat tabungan rumah tangga dalam perekonomian dengan pendapatan nasional (atau pendapatan disposebel) perekonomian