i
EFEK PEMBERIAN UMBI BUNGA DAHLIA SEBAGAI
SUMBER INULIN TERHADAP pH DAN LAJU
DIGESTA BROILER
SKRIPSI
OLEH:
NUR KAMAL AKBAR I111 12 265
FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR 2016
ii
EFEK PEMBERIAN UMBI BUNGA DAHLIA SEBAGAI
SUMBER INULIN TERHADAP pH DAN LAJU
DIGESTA BROILER
SKRIPSI OLEH :
NUR KAMAL AKBAR I 111 12 265
Skripsi sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin
FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR 2016
v
KATA PENGANTAR
Assalamu alaikum wr.wb
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala, shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada rasulullah Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam beserta keluarganya, sahabat, dan orang-orang
yang mengikuti beliau hingga hari akhir, yang senantiasa melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan judul “Efek Pemberian Umbi Bunga Dahlia Sebagai Sumber Inulin
terhadap pH dan Laju Digesta Broiler”. Sebagai salah satu syarat dalam
menyelesaikan studi di Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin.
Limpahan rasa hormat, kasih sayang, cinta dan terima kasih yang tulus
kepada kedua orang tua saya Ayahanda H. Abd Halim dan Ibunda Hj. Masita serta saudara saudariku yang selama ini banyak memberikan doa, semangat, kasih
sayang, saran dan dorongan kepada penulis.
Pada kesempatan ini dengan segala keikhlasan dan kerendahan hati
penulis juga menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan
yang setinggi-tingginya kepada :
1. Ucapan terima kasih disampaikan dengan hormat kepada Prof. Dr. Ir. Laily
Agustina, MS. selaku pembimbing utama dan Jamilah, S.Pt., M.Si selaku
pembimbing anggota yang penuh ketulusan dan keikhlasan meluangkan
waktunya untuk memberikan bimbingan, nasehat, arahan, serta koreksi dalam
vi
2. Dengan penuh rasa hormat penulis mengucapkan terima kasih banyak Kepada
Pembimbing Akademik Dr. Ir. Syamsuddin Nompo, MP. yang terus
memberikan arahan, nasihat dan motivasi selama ini.
3. Keluarga Besar “SOLKARS”, “FLOCK MENTALITY”, “HUMANIKA”,
kalian merupakan teman, sahabat bahkan saudara, terima kasih atas indahnya
perjuangan dan kebersamaan yang telah dibingkai dikampus ini.
4. Teruntuk teman penelitian Nesmawati, Rita massolo, Wahyu Arianto, Dewi
yuliana dan waliyana syaggaf yang selama ini bersama-sama berjuang untung
meraih sebuah gelar.
5. Terkhusus buat Ibrahim, Rahmat Burhan, Kurniawan Akbar, Kurniati, Agus
maulana, Ibnuhady ramadhan, Nur ichwan Husain, A. Sukma indah, Abdan
syukur, Nesmawati, Suraeni, dan Ayu anggareny semangat serta bantuan yang
kalian berikan sangat berati dan penulis mengucapkan banyak terima kasih.
6. Teman KKN Gel. 90, Kab. Pangkajenne, Kec. Segeri, terima kasih atas
semangat dan doanya kalian teman seperantauan yang hebat.
Penulis menyadari meskipun dalam penyelesaian tulisan skripsi ini masih perlu masukan dan saran dari berbagai pihak yang sifatnya membangun agar penulisan berikutnya senantiasa lebih baik lagi. Akhir kata penulis ucapkan banyak terima kasih dan menitip harapan semoga tugas akhir ini bermanfaat bagi kita semua. Amin ya robbal alamin.
Makassar, Agustus 2016
vii
ABSTRAK
NUR KAMAL AKBAR ( I111 12 265 ) Efek Pemberian Umbi Bunga Dahlia sebagai sumber Inulin terhadap pH dan Laju Digesta pada Broiler. (Dibawah Bimbingan LAILY AGUSTINA sebagai Pembimbing Utama dan JAMILAH
sebagai Pembimbing Anggota)
Umbi bunga dahlia memiliki kandungan inulin yang tinggi dan bermanfaat bagi kesehatan. Penggunaan inulin sebagai prebiotik diharapkan mampu merangsang BAL dalam usus sehingga populasi BAL meningkat yang berdampak pada penurunan pH dan memperlambat laju digesta broiler. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan umbi bunga dahlia (Dahlia variabillis) sebagai sumber inulin terhadap pH dan laju digesta broiler. Materi yang digunakan adalah ayam ras pedaging Day Old Chick (DOC) MB 202 Strain New Lohmann sebanyak 160 ekor unsexed, umbi dahlia, pakan basal, vaksin gumboro, ND B1, vaksin ND lasota, AI dan Fe2O3. Penelitian dirancang berdasarkan
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 5 ulangan. P0: pakan
basal, P1: pakan basal + 10,0 g/kg pakan tepung umbi bunga dahlia (0,8% inulin),
P2: pakan basal + 12,5 g/kg pakan tepung umbi bunga dahlia (1% inulin), P3:
pakan basal + 15,0 g/kg pakan tepung umbi bunga dahlia (1,2% inulin). Hasil penelitian menunjukkan penggunaan tepung umbi bunga dahlia dalam pakan tidak berpengaruh nyata terhadap pH dan laju digesta. Rata-rata nilai pH yang diperoleh adalah P0 4,95±0,46; P1 5,06±0,36; P2 5,20±0,83; P3 4,89±0,54. Nilai laju digesta
yang diperoleh yaitu P0 191±0,27; P1 224±0,43; P2 197±0,28; P3 218±0,31.
Disimpulkan bahwa pemberian inulin tepung umbi bunga dahlia (Dahlia variabillis) hingga level 15 g/kg pakan (1,2% inulin) belum mampu mempengaruhi nilai pH dan memperlambat laju digesta broiler.
viii
ABSTRACT
NUR KAMAL AKBAR. I111 12 265. The Effect of Dahlia Tuber Suplementation as Inulin Source to pH and Rate of Digesta in Broiler. Supervised by LAILY AGUSTINA and JAMILAH.
Dahlia tuber contain high inulin and beneficial to health. The use of inulin as a prebiotic was expected to stimulate lactic acid bacterial (LAB) in intestine so the population of LAB increased and affected to reduce the potensial hidrogen and slows the rate of digesta in broiler. The objective of the study was to determine the effects of dahlia tubers (Dahlia variabillis) as a source of inulin to pH and the rate of digesta in broiler. A total of 160 unsexed day old chick (DOC) broilers strain 202 MB New Lohmann reared intensively until the age of 35 days, and arranged as a Completely Randomized Design of 4 treatments with 5 replications. The treatments were the addition of various level of dahlia tuber powder to basal feed; P0: basal feed, P1: basal feed + 10.0 g/kg dahlia tuber powder (0.8% inulin), P2: basal feed + 12.5 g/kg dahlia tuber powder (1% inulin), P3: basal feed + 15.0 g/kg dahlia tuber powder (1.2% inulin). The results indicated that the use of dahlia tuber powder in feed were not significantly (P>0,05) affect to pH and the rate of digesta. The average of pH value obtained was 4.95 ± 0.46 P0; P1 5.06 ± 0.36; P2 5.20 ± 0.83; P3 4.89 ± 0.54. The rate of digesta value obtained was P0 191 ± 0.27; P1 224 ± 0.43; P2 197 ± 0.28; P3 218 ± 0.31. It can be concluded that dahlia tuber (Dahlia variabilis) suplementation to the level of 15g/kg (1.2% inulin) were not been able to affect the pH value and slows the rate of digesta in broiler.
ix DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL ... i
HALAMAN JUDUL ... ii
PERNYATAAN KEASLIAN ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv KATA PENGANTAR ... v ABSTRAK ... vii DAFTAR ISI ... ix DAFTAR TABEL ... x DAFTAR LAMPIRAN ... xi PENDAHULUAN... 1 TINJAUAN PUSTAKA Ayam ras pedaging dan kebutuhan nutriennya ... 4
Tanaman Bunga dahlia (Dahlia variabillis) ... 5
Inulin sebagai Prebiotik ... 7
pH digesta ... 8
Laju digesta ... 11
Hipotesis ... 12
METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat ... 13
Materi Penelitian ... 13
Metode Peneltian ... 16
x HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil rataan pH dan Laju digesta broiler yang diberi tepung umbi
bunga dahlia ... 21
KESIMPULAN DAN SARAN ... 25
DAFTAR PUSTAKA ... 26
LAMPIRAN……. ... 31
xi
DAFTAR TABEL
No Halaman
Teks
1. kebutuhan zat nutrien broiler ... .... 5
2. kandungan nutrisi umbi dahlia ... 6
3. Komposisi Bahan Pakan Fase Starter... .... 14
4. Komposisi Bahan Pakan Fase Finisher ... 15
5. Hasil rata rata pH dan laju Digesta broiler yang diberi tepung umbi bunga dahlia pada umur 35 hari. ... .... 21
xii
DAFTAR LAMPIRAN
No Halaman
Teks
1. Perhitungan persentase inulin ... 31
2. Hasil Analisis Ragam pH dan Laju digesta... 32
1 PENDAHULUAN
Ayam broiler merupakan jenis ayam yang memiliki laju pertumbuhan
cepat dan memerlukan nutrisi dalam jumlah besar yang diserap dari pakan.
Penyerapan nutrisi pakan memerlukan fungsi saluran pencernaan yang baik agar
mengoptimalkan proses pencernaan. keberadaan bakteri patogen dalam saluran
pencernaan akan mengganggu proses pencernaan. Bakteri patogen dapat ditekan
dengan meningkatnya jumlah bakteri non patogen. Salah satu upaya untuk
meningkatkan populasi bakteri non patogen adalah pemberian prebiotik pada
pakan.
Prebiotik adalah karbohidrat kompleks yang tidak dapat dicerna oleh saluran
pencernaan dan dapat menstimulasi pertumbuhan bakteri menguntungkan dalam
usus manusia maupun hewan. Penambahan prebiotik pada pakan dapat membantu
meningkatkan kemampuan hidup bakteri probiotik dalam sistem pencernaan
(Inggrid, 2002). Salah satu jenis prebiotik yang dapat digunakan pada ternak
unggas adalah inulin yang terkandung dalam tanaman. Tanaman umbi bunga
dahlia (Dahlia variabillis) mengandung inulin yang bermanfaat bagi kesehatan. Kadar inulinn umbi bunga dahlia yaitu 69,50 sampai 75,48% (Saryono dkk,1998).
Inulin merupakan polimer dari unit-unit fruktosa. Inulin bersifat larut di dalam air,
tidak dapat dicerna oleh enzim-enzim pencernaan, tetapi difermentasi mikroflora
usus untuk dijadikan sebagai sumber makanan bagi bakteri menguntungkan
didalam usus sehingga meningkatkan kesehatan usus serta sekresi enzim
pencernaan meningkat yang pada akhirnya kecernaan nutrien menjadi lebih baik
2
Pemberian inulin mampu memperbaiki mikroflora pada saluran
pencernaan terutama Bakteri Asam Laktat (BAL) dan menekan bakteri patogen
yang sifatnya merugikan. BAL akan menghasilkan asam didalam usus untuk
menciptakan kondisi lingkungan hidup yang sesuai salah satunya Potensial
Hidrogen (pH). Penelitian Hardiningsih dkk. (2006) menyatakan bahwa bakteri
asam laktat dapat tumbuh pada rentang pH 2-6,5 dan sebaliknya bakteri patogen
tidak mampu hidup dalam kondisi pH rendah atau asam. Inulin meningkatkan
populasi bakteri asam laktat sehingga BAL dapat menurunkan kandungan serat
kasar pakan dengan cara fermentasi didalam usus sehingga mudah dicerna.
Menurut Murwani (2010) bahwa kondisi digesta yang asam memungkinkan
terjadinya perkembangan mikroba atau fermentasi pada kecernaan serat. sehingga
akan mempengaruhi laju digesta. Tingkat kecernaan yang meningkat pada pakan
akan memperlambat laju digesta untuk memaksimalkan penyerapan nutrisi pada
pakan.
Kondisi fisiologis pencernaan yang dapat diperbaiki dengan penggunaan
inulin asal umbi bunga dahlia yang dicampurkan pada pakan sangat berhubungan
dengan perubahan mikrobia di dalam usus yang dapat mempengaruhi pH dan laju
digesta. sehingga hal inilah yang akan dikaji lebih lanjut untuk mengetahui
seberapa besar pengaruh pemberian inulin umbi bunga dahlia terhadap pH dan
3
Penelitian dilakukan untuk mengetahui pengaruh penambahan inulin asal
umbi bunga dahlia (Dahlia variabillis) terhadap pH dan laju digesta broiler dan diharapkan dapat menjadi sumber informasi ilmiah mengenai pemanfaatan inulin
4 TINJAUAN PUSTAKA
Ayam Ras Pedaging (Broiler) dan Kebutuhan Nutriennya
Ayam ras pedaging disebut juga broiler, yang merupakan jenis ras
unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya
produktivitas tinggi, terutama dalam memproduksi daging ayam. ayam broiler
baru populer di Indonesia sejak tahun 1980-an dimana pemegang kekuasaan
mencanangkan panggalakan konsumsi daging ruminansia yang pada saat itu
semakin sulit keberadaannya. Hingga kini ayam broiler telah dikenal masyarakat
Indonesia dengan berbagai kelebihannya. Hanya 5-6 minggu dapat dipanen,
waktu pemeliharaan yang relatif singkat dan menguntungkan, menyebabkan
banyak peternak baru serta peternak musiman yang bermunculan diberbagai
wilayah Indonesia (Bambang, 1995)
Ayam ras pedaging merupakan ternak yang cukup responsif terhadap
berbagai perlakuan. Ayam ras pedaging memiliki performance yang sangat baik diantaranya kemampuan untuk tumbuh dengan cepat, memiliki sifat yang tenang,
konversi pakan yang rendah dan waktu pemeliharaan yang relatif singkat, serta
dapat menghasilkan daging yang berkualitas baik. Menurut Kartasudjana dan
Suprijatna (2006) ayam ras pedaging umumnya dipanen pada umur sekitar 4-5
minggu dengan bobot badan antara 1,2-1,9 kg/ekor. Pertumbuhan ayam ras
pedaging yang sangat cepat dipengaruhi oleh genetik maupun faktor lingkungan
termasuk pakan dan nutrisi. Kebutuhan nutrien ayam broiler dapat dilihat pada
5
Tabel 1. Kebutuhan Zat Nutrien Broiler
Parameter SNI (2006) NRC (1994)
Starter Finisher Starter Finisher
Kadar air (%) Maks. 14,00 Maks. 14,00 - -
Protein kasar (%) Min. 19,00 Min. 18,00 23,00 20,00
Lemak kasar (%) Maks. 7,40 Maks. 8,00 - -
Serat kasar (%) Maks. 6,00 Maks. 6,00 - -
Abu (%) Maks. 8,00 Maks. 8,00 - -
Kalsium (Ca) (%) 0,90 – 1,20 0,90 – 1,20 1,00 0,90
Fosfor (P) total (%) 0,60 – 1,00 0,60 – 1,00 0,45 0,35
Energi Metabolisme (EM)
(Kkal/Kg) Min. 2900 Min. 2900 3200 3200
Ayam ras pedaging memiliki beberapa kelebihan yakni dagingnya empuk,
ukuran badan besar, bentuk dada lebar, padat dan berisi, efisiensi terhadap pakan
cukup tinggi, sebagian besar dari pakan diubah menjadi daging dan pertambahan
berat badan sangat cepat. Namun demikian, memerlukan pemeliharaan secara
intensif dan cermat, relatif lebih peka terhadap suatu infeksi penyakit, dan sulit
beradaptasi (Rahmanto, 2012).
Tanaman Bunga Dahlia (Dahlia variabillis)
Dahlia didatangkan ke Jawa Barat dari negeri Belanda pada masa
penjajahan di abad ke 19, saat ini dahlia menjadi komoditi bunga potong/bunga
pot yang penting di berbagai belahan dunia. Tanaman dahlia merupakan tanaman
yang banyak ditemukan di dataran tinggi Indonesia sebagai tanaman hias.
Tanaman Dahlia yang dibudidayakan terdiri atas Dahlia pohon yang tingginya
bisa mencapai beberapa meter dan berupa tanaman perdu (tanaman berkayu
namun tetap rendah). Bunga dahlia memiliki warna : putih, kuning, jingga, violet,
6
yang terbesar sekitar 30 cm. Spesies dahlia yang ada saat ini adalah Dahlia pinnata, Dahlia variabilis, Dahlia coccinea, Dahlia Juarezii (Prihatman, 2000).
Klasifikasi tanaman Dahlia variabilis adalah sebagai berikut (Saryono, 1999) :
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta Sub Divisio : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Ordo : Liliales
Famili : Compositae / Asteraceae Genus : Dahlia
Spesies : Dahlia variabilis
Bunga dahlia dimanfaatkan sebagai bunga potong sedangkan umbinya
yang masih memiliki batang digunakan sebagai bibit dan umbi yang tidak
memiliki batang merupakan limbah. Umbi dahlia menjadi sumber karbohidrat
berupa inulin yang menjadi potensi besar untuk dieksplorasi, khususnya bagi
ternak unggas. Kandungan inulin umbi dahlia kering sebesar 65-75% (Haryani
dkk., 2013).
Tabel.2 Kandungan Nutrisi Umbi Bunga Dahlia
Parameter Nilai Air (%) 79,90 Karbohidrat (%) 80,80 Protein (%) 5,92 Lemak (%) 1,39 Abu (%) 3, 83 Serat Kasar (%) Inulin (%) 8, 06 80,09 Sumber : Mangunwidjaja dkk., 2014
Umbi bunga dahlia memiliki kandungan Inulin cukup tinggi (Tabel 2),
7
karbohidrat alamiah yang merupakan polimer dari unit-unit fruktosa. Inulin sangat
luas penggunaannya, baik di Eropa, USA maupun Canada. Penggunaan inulin
tersebut sebagai pengganti gula dan lemak yang menghasilkan kalori lebih rendah.
Konsumsi inulin dapat meningkatkan secara nyata bakteri yang bermanfaat yaitu
Bifidobakteria (Silva, 1996).
Inulin sebagai Prebiotik
Prebiotik merupakan substrat atau food ingredient yang tidak dapat dicerna oleh induk semang tetapi difermentasi selektif oleh beberapa mikroflora
kolon, ia menstimulasi pertumbuhan dan aktivitas bakteri yang bermanfaat untuk
kesehatan induk semang. ( scholz et.al. 2001). Konsep prebiotik dikembangkan pada tahun 1995 (Gibson and Roberfroid, 1995) .
Senyawa-senyawa yang termasuk kelompok prebiotik antara lain inulin,
fructo oligosaccharides (FOS), Isomalto oligosaccharides, lactulose pyro-dextrins,
soyoligosaccharides,trans galactooligosaccharides,xylo oligosaccharides ( Amaro
wiz, 1999). Tetapi pada tahun 2007 hanya dua food ingredient yang dapat memenuhi kriteria prebiotik yaitu inulin dan trans-galactooligosaccharides (TOS)
(Roberfroid, 2007). Inulin merupakan prebiotik yang paling banyak diteliti
(Gibson et al, 2004). Inulin sebagai prebiotik telah banyak menarik perhatian peneliti pada tiga dekade ini. Hal ini karena inulin mempunyai efek prebiotik yang
paling baik (Roberfroid, 2001).
Inulin (serat yang tidak dicerna) adalah prebiotik yang membantu
pertumbuhan dari bakteri yang baik di dalam usus. Manfaat inulin adalah sebagai
8
larut di dalam air, tidak dapat dicerna oleh enzim-enzim pencernaan sehingga
mencapai usus tanpa mengalami perubahan struktur. Meskipun demikian, inulin
dapat mengalami fermentasi akibat aktivitas mikroflora yang terdapat di dalam
usus sehingga berimplikasi positif terhadap kesehatan tubuh (Widowati, 2008).
Sifat fungsional inulin sebagai serat makanan dapat larut ( soluble dietary fiber ) sangat bermanfaat bagi pencernaan dan kesehatan tubuh (Sardesai, 2003). Sifat penting lain dari inulin adalah sebagai serat makanan. Sifat ini berpengaruh
pada fungsi usus dan perbaikan parameter lemak dalam darah. Menurut Klessen
et al. (2003) peran inulin menstimulasi Bakteri Asam Laktat (BAL) menyebabkan kondisi saluran pencernaan yang sehat ditandai perubahan morfologi usus,
bersama dengan ini permukaan penyerapan meluas, usus sehat akan menghasilkan
kapasitas penyerapan yang lebih tinggi
Pemberian inulin sebagai salah satu prebiotik akan meningkatkan kinerja
probiotik didalam usus. Menurut Villa et al. (2010) tujuan utama probiotik pada ternak adalah untuk mengontrol ekosistem di saluran pencernaan serta menjaga
kesehatan usus agar proses penyerapan nutrient berlangsung dengan baik.
Probiotik telah terbukti mampu menekan bakteri patogen seperti Salmonella sp dan Camphylobacter sp.
pH digesta
Potensial Hidrogen (pH) digesta merupakan derajat keasaman yang
digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman didalam saluran pencernaan.
Menurut Zhang et al. (2003), Lactobacillus dan Bifidobacteria memproduksi asam organik (asam laktat dan asetat) yang menyebabkan penurunan pH. semakin
9
rendah pH dalam sekum dapat menghambat pertumbuhan bakteri patogen seperti
Escherichia coli. Tiap organ pada saluran pencernaan memiliki pH yang berbeda yang dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Saluran pencernaan unggas (Gauthier, R. 2002)
Inulin sebagai prebiotik dapat menghasilkan short chain fatty acids (SCFA) yang meliputi propionat, butirat, asetat, dan laktat. Asam laktat dapat
membuat pH usus menjadi asam, hal ini dikarenakan pemberian inulin akan
meningkatkan populasi BAL dan bakteri non patogen lainnya yang akan
menghasilkan asam organik sehingga membuat kondisi dalam usus menjadi asam
dan menurunkan pH dalam caecum (Roberfroid, 2007). Nabizadeh (2012),
menyatakan bahwa penambahan inulin dalam pakan ayam broiler mampu
meningkatkan populasi Bifidobakteria dan Lactobacillus yang mampu menurunkan pH digesta dalam caecum sehingga keberadaan Escherichia coli menurun. Penambahan inulin sampai taraf yang meningkat berpengaruh
meningkatkan populasi BAL. Penambahan inulin sampai taraf 1% dapat
10
didukung penelitian sebelumnya bahwa penambahan inulin sebesar 8 g/kg (Biggs
et al., 2007) dan 10 g/kg (Rehman et al., 2008) menunjukkan efek positif terhadap perkembangan Bifidobacteria dan lactobacillus serta menghambat bakteri patogen pada ayam broiler.
Peningkatan BAL menghasilkan produksi asam laktat dan short chain fatty acid (SCFA). Senyawa metabolit yang dihasilkan BAL seperti asam organik, hidrogen peroksida dan karbondioksida (CO2). Asam organik (asam laktat)
dihasilkan oleh Lactobacillus dan Bifidobacteria. Bila populasi BAL meningkat menghasilkan lebih banyak asam lemak rantai pendek, asam laktat dan zat
antimikrobia yang bersifat antagonis terhadap pertumbuhan bakteri patogen dan
memperbaiki bakteri menguntungkan dalam usus halus (Azhar, 2009).
Peningkatan SCFA dan asam laktat diikuti menurunnya pH digesta. pH
digesta dalam caecum semakin menurun akibat semakin meningkatnya taraf
penambahan inulin baik tepung maupun ekstrak. Menurut Krismiyanto (2015),
semakin meningkat populasi BAL dalam melakukan proses fermentasi, maka nilai
pH hasil fermentasi menurun. Peningkatan populasi BAL menghasilkan lebih
banyak enzim untuk mendegradasi senyawa polisakarida menjadi bentuk
monomer yang lebih sederhana. Selama proses fermentasi inulin didalam usus
halus, proses depolimerisasi senyawa inulin menghasilkan molekul hidrogen.
Hidrogen bebas berikatan satu sama lain dan akumulasi molekul hidrogen
memberikan kontribusi langsung pada nilai pH. Semakin baik proses fermentasi
substrat inulin berlangsung, molekul hidrogen yang dihasilkan semakin banyak
11
Pemberian inulin berhubungan erat dengan penurunan pH usus sehingga
pertumbuhan mikroba yang tidak tahan dengan pH rendah (patogen) terhambat,
dan sebaliknya, mikroba non patogen dapat hidup lebih nyaman dengan kondisi
pH yang sesuai. Mikroba non patogen dapat bertahan pada pH 4,4 dan tidak dapat
bertahan pada pH 9,6 dan sebaliknya bakteri patogen tidak mampu hidup pada pH
rendah atau kondisi asam (Axelsson, 1998). Perkembangan mikroba non patogen
yang lebih dominan dapat memberikan kontribusi terhadap kinerja dan fungsi
enzim pencernaan inang (ayam) sehingga dapat meningkatkan penyerapan
nutrien dan persaingan penggunaan nutrien antara mikroba patogen dan inang
(ayam) juga dapat diminimalkan.
Laju digesta
Digesta adalah proses penghancuran zat makanan dari bentuk makro
molekul menjadi zat yang terlarut (mikro molekul) sehingga zat makanan tersebut
mudah diserap dan kemudian digunakan dalam proses metabolisme. Proses
digesta memerlukan waktu untuk mencerna makanannya yang disebut dengan laju
digesta. Komposisi pakan terutama kandungan serat kasar berpengaruh terhadap
laju digesta. semakin tinggi kandungan serat kasar akan mempercepat laju digesta,
semakin cepat laju digesta maka semakin singkat proses pencernaan dalam
saluran pencernaan (Amerah et al., 2007).
Laju pakan terlalu singkat mengakibatkan kurangnya waktu tersedia bagi
enzim pencernaan untuk mendegradasi nutrisi secara menyeluruh, sehingga
menyebabkan kecernaan protein menurun (Tillman et al., 1998). Lama pakan berada dalam saluran pencernaan ternak unggas berlangsung ± 4 jam (Agus,
12
2007). Laju digesta pada unggas relatif lebih cepat karena saluran pencernaan
unggas pendek (Anggorodi, 1994).
Laju digesta dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain jenis ternak,
umur ternak, temperatur lingkungan dan serat kasar pakan (Iskandar dkk., 2002).
Serat kasar memiliki pengaruh negatif terhadap kecernaan dan absorpsi nutrien
yang disebabkan oleh peningkatan viskositas digesta (pakan dalam saturan
pencernaan) dan mempengaruhi kondisi fisiologis serta ekosistem saluran
pencernaan Pengaruh tersebut dapat mempercepat waktu transit digesta sehingga
mengakibatkan laju digesta semakin cepat dan penyerapan nutrien tidak maksimal
(Agus, 2007).
Inulin meningkatkan populasi bakteri asam laktat sehingga BAL dapat
menurunkan kandungan serat kasar pakan dengan cara fermentasi didalam usus
sehingga mudah dicerna. Menurut Murwani, (2010) bahwa kondisi digesta yang
asam memungkinkan terjadinya perkembangan mikroba atau fermentasi yang
disebut pencernaan alloenzim pada kecernaan serat. sehingga akan mempengaruhi
laju digesta. Tingkat kecernaan yang meningkat pada pakan akan memperlambat
laju digesta untuk memaksimalkan penyerapan nutrisi pada pakan.
Hipotesis
Diduga bahwa dengan pemberian umbi bunga dahlia (Dahlia variabillis) sebagai sumber inulin dapat menurunkan pH digesta dan memperlambat laju
13 METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret – Mei 2016 di kandang Produksi
Ternak Unggas Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar
Materi Penelitian
Bahan yang digunakan adalah ayam ras pedaging (Broiler) Day Old Chick (DOC) MB 202 Strain New Lohmann sebanyak 160 ekor dengan jenis kelamin campuran ( Unsexed ), umbi dahlia yang telah ditepungkan, pakan basal, vaksin
gumboro (tetes mulut), vaksin ND B1 (tetes mata), vaksin ND lasota, vaksin AI
(suntik) dan Ferri Oksida (Fe2O3) sebagai indikator warna pada uji laju digesta,
aquades, larutan buffer pH 4, desinfektan, koran (surat kabar), Bahan untuk pakan
basal terdiri dari : jagung, dedak, bungkil kedelai, bungkil kelapa, tepung ikan,
meat and bone meal (MBM), CaCO3 dan mineral mix. Penyusunan pakan
dilakukan dengan menggunakan standar komposisi nutrien berdasarkan SNI
(2006) dan NRC (1994) yang komposisi bahan pakan dan nutrien dapat dilihat
pada Tabel 3 dan 4.
Alat yang digunakan adalah kandang litter yang terbuat dari bambu yang
beralaskan sekam yang disekat menjadi 20 petak dan tiap petak berukuran
panjang 1 m x lebar 1 meter dan tinggi 50 cm, tiap petak dilengkapi dengan
tempat makan, tempat minum, lampu pijar 60 watt di setiap petak sebagai
14
mesin penggiling, timbangan ukuran 0,1 g dan 12 kg, gunting bedah, stopwatch, pH meterdan alat tulis.
Komposisi dan kandungan nutrien pakan basal Fase Starter (umur 1- 14 hari) dapat dilihat pada Tabel. 3 sebagai berikut :
Tabel 3. Komposisi Bahan Pakan Fase Starter (1−14 Hari)
Jenis Pakan Perlakuan Pakan
P0 P1 P2 P3 Jagung (%) 58,0 58,0 58,0 58,0 Pollard (%) 5,50 5,50 5,50 5,50 Bungkil Kedelai (%) 13,0 13,0 13,0 13,0 Kedelai (%) 9,10 9,10 9,10 9,10 Tepung Ikan (%) 5,00 5,00 5,00 5,00 MBM (%) 9,00 9,00 9,00 9,00 DCP (%) 0,10 0,10 0,10 0,10 Mineral mix (%)* 0,10 0,10 0,10 0,10 Lysin (%) 0,10 0,10 0,10 0,10 Methionin (%) Total (%) 0,10 100 0,10 100 0,10 100 0,10 100
Tepung Umbi bunga
Dahlia (g/kg pakan) 0,00 10,00 12,50 15.00
Kandungan Nutrisi Pakan **
Energi Metabolis (ME)
(kkal/kg) 3004,11 3004,11 3004,11 3004,11 Protein kasar (%) 22,28 22,28 22,28 22,28 Serat kasar (%) 2,88 2,88 2,88 2,88 Lemak kasar (%) 5,94 5,94 5,94 5,94 Lysine (L) (%) 1,31 1,31 1,31 1,31 Methionine (DL) (%) 0,50 0,50 0,50 0,50 Ca (%) 1,23 1,23 1,23 1,23 P (%) 0,67 0,67 0,67 0,67
Keterangan: *Komposisi Mineralmix Per Kilogram; Vitamin A; 1.250.000 UI, Vitamin D; 250.000 UI, Vitamin E; 750 IU, Vitamin K; 200 mg, Vitamin C. 5000 mg,Vitamin B; 250 mg, Vitamin B2; 400 mg, Vitamin B6; 100 mg, Vitamin
B12; 1,2 mg,Biotin; 20 mg, Folic Acaid; 50 mg, Nicotinic Acaid; 3.000 mg,
Calcium-D-Pantothenate; 400 Mg, Choline Chloride; 1.500 mg, Copper; 500 Mg,Iron; 2.500 mg, Iodine; 20 mg, Manganese; 6.000 mg, Selenium; 20 mg, Methionine; 5.000 mg, Threonine; 4.000 mg, dan Antioksidan; 800 mg.
15
Komposisi dan kandungan nutrien pakan Fase Finisher (umur 15-35 hari) dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Komposisi Bahan Pakan Fase Finisher (15-35 Hari).
Jenis Pakan Perlakuan Pakan
P0 P1 P2 P3 Jagung (%) 57,0 57,0 57,0 57,0 Pollard (%) 12,5 12,5 12,5 12,5 Bungkil Kedelai (%) 14,0 14,0 14,0 14,0 Kedelai (%) 5,00 5,00 5,00 5,00 Tepung Ikan (%) 3,00 3,00 3,00 3,00 MBM (%) 8,00 8,00 8,00 8,00 DCP (%) 0,10 0,10 0,10 0,10 Mineral mix (%)* 0,10 0,10 0,10 0,10 Lysin (%) 0,10 0,10 0,10 0,10 Methionin (%) Total (%) 0,20 100 0,20 100 0,20 100 0,20 100
Tepung Umbi bunga
Dahlia (g/kg pakan) 0,00 10,00 12,50 15.00
Kandungan Nutrisi Pakan **
Energi Metabolis (ME) (kkal/kg) 2994,90 2994,90 2994,90 2994,90 Protein kasar (%) 20,48 20,48 20,48 20,48 Serat kasar (%) 3,17 3,17 3,17 3,17 Lemak kasar (%) 5,25 5,25 5,25 5,25 Lysine (L) (%) 1,15 1,15 1,15 1,15 Methionine (DL) (%) 0,56 0,56 0,56 0,56 Ca (%) 1,05 1,05 1,05 1,05 P (%) 0,59 0,59 0,59 0,59
Keterangan: *Komposisi Mineralmix Per Kilogram; Vitamin A; 1.250.000 UI, Vitamin D; 250.000 UI, Vitamin E; 750 IU, Vitamin K; 200 mg, Vitamin C. 5000 mg,Vitamin B; 250 mg, Vitamin B2; 400 mg, Vitamin B6; 100 mg, Vitamin
B12; 1,2 mg,Biotin; 20 mg, Folic Acaid; 50 mg, Nicotinic Acaid; 3.000 mg,
Calcium-D-Pantothenate; 400 Mg, Choline Chloride; 1.500 mg, Copper; 500 Mg,Iron; 2.500 mg, Iodine; 20 mg, Manganese; 6.000 mg, Selenium; 20 mg, Methionine; 5.000 mg, Threonine; 4.000 mg, dan Antioksidan; 800 mg.
16
Inulin yang digunakan adalah inulin dari umbi bunga dahlia yang berasal
dari Malino Kabupaten Gowa yang telah dijadikan tepung dan dianalisa
kandungan inulinnya untuk menentukan dosis pemberiannya.
Metode Penelitian
Penelitian terdiri atas 3 tahapan pelaksanaan yaitu :
1. Tahap Persiapan
Pembuatan Tepung Umbi Dahlia
Pembuatan tepung umbi dahlia dengan cara umbi dahlia dicuci bersih,
kulitnya dikupas dan diiris tipis –tipis, dikeringkan dibawah sinar matahari
atau diovenkan pada suhu ± 60oC. Setelah kering umbi dahlia digiling hingga
menjadi tepung menggunakan mesin penggiling bahan pakan. Tepung umbi
dahlia siap dicampurkan dalam pakan untuk diberikan pada broiler.
Penyusun pakan dicampur sesuai dengan komposisi pakan pada
Tabel. 3 dan 4. Pakan basal disusun sesuai dengan kebutuhan nutrisi fase starter dan finisher. Penyusunan pakan basal ditahap awal dilakukan untuk pakan starter dan penyusunan pakan basal fase finisher dilakukan pada minggu ke 2 menjelang fase finisher.
Persiapan kandang
Persiapan kandang dilakukan dengan menyiapkan kandang litter yang
terbuat dari bambu yang telah dialasi dengan sekam. Persiapan lain yang
dilakukan yaitu terlebih dahulu kandang disterilisasi menggunakan formalin
yang dicampurkan dengan air bersih dengan perbandingan 25 ml formalin :
17
kandang. Setelah kering, dilakukan pengapuran secara merata pada dinding
dan lantai kandang. Peralatan kandang tempat makan dan air minum
sebelumnya dicuci menggunakan sabun, kemudian dibilas menggunakan air
desinfektan. koran ditambahkan diatas litter sekam, dan disekeliling kandang
ditutup penuh dengan tirai plastik sebagai pelindung udara dingin,
pemasangan tempat pakan dan tempat air minum serta pemasangan alat
pemanas di tiap petak untuk mengatur suhu kandang. Pemanas yang
digunakan yaitu lampu pijar 60 watt (umur 1-7 hari) sebagai pengganti
indukan, dan pada umur 8-35 hari suhu diturunkan dengan mengurangi
jumlah lampu untuk mengoptimalkan suhu pada kandang.
2. Tahap Perlakuan
Tahap perlakuan, broiler ditimbang untuk mendapatkan berat
homogen dengan berat awal ± 40 g. Setiap petak kandang litter diisi dengan 8
ekor ayam dengan penempatan perlakuan dilakukan secara acak. Pemberian
air minum pada hari pertama, DOC diberikan air dengan campuran gula pasir, hal ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan energi yang hilang selama
perjalanan, setelah 4 jam air larutan gula diganti dengan air biasa yang
diberikan secara ad-libitum.Vaksinasi ND dengan vaksin NDB1 melalui tetes mata pada umur 4 hari. Vaksinasi gumboro pada umur 14 hari melalui tetes
mulut dan vaksin ND lasota dan AI pada umur 21 hari melalui injeksi (suntik).
Pemeliharaan broiler melalui dua tahap pemeliharaan, yaitu fase starter pada umur 1-14 hari dan fase finisher umur 15 – 35 hari. Pemberian pakan perlakuan yang telah dicampurkan tepung umbi bunga dahlia (P1, P2,
18
P3), diberikan pada pagi dan sore hari. Sedangkan untuk (P0) sebagai kontrol
dilakukan pemberian pakan basal tanpa campuran tepung umbi bunga dahlia
pada pagi dan sore hari.
3. Parameter Pengamatan
Parameter yang diamati dalam percobaan ini adalah pH dan laju digesta
broiler.
1. pH digesta
Potensial Hidrogen (pH) digesta merupakan derajat keasaman yang
digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman didalam saluran pencernaan.
pH digesta diukur pada saat ayam berumur 35 hari, broiler diambil 1 ekor per
unit percobaan, broiler dipotong dan organ dalam dipisahkan melalui
pembedahan kemudian cairan sekum dikeluarkan dan mengukur pH
menggunakan pH meter.
2. Laju digesta
Digesta adalah proses penghancuran zat makanan dari bentuk makro
molekul menjadi zat yang terlarut (mikro molekul) sehingga zat makanan
tersebut mudah diserap dan kemudian digunakan dalam proses metabolisme.
Proses digesta memerlukan waktu untuk mencerna makanannya yang disebut
dengan laju digesta. Pengukuran laju digesta dilakukan pada saat ayam
berumur 35 hari, dengan menggunakan indikator Fe2O3. broiler diambil 1
ekor per unit percobaan, kemudian dimasukkan dalam kandang battery dan di berikan pakan perlakuan yang sudah dicampur dengan indikator Fe2O3
19
ekskreta serta untuk mengukur laju digesta. Mengamati laju digesta yakni
dengan melihat ekskreta yang berwarna merah pertama kali keluar sesuai
warna indikator dan mencatat waktunya. Nilai laju digesta adalah selisih
waktu saat ransum berindikator diberikan dengan saat ekskreta berindikator
pertama kali keluar kemudian dihitung rata-ratanya (Fitriyah dkk. 2013)
Rancangan Percobaan
Penelitian dilakukan secara eksperimen dengan menggunakan Rancangan
Acak Lengkap (RAL) 4 perlakuan dan 5 ulangan sehingga terdapat 20 unit
percobaan yang terdiri dari 8 ekor per unit percobaan. Perlakuan yang akan
diterapkan adalah 4 jenis pemberian pakan yang berbeda yaitu:
P0 : Pakan basal
P1 : Pakan basal + 10,0 g/kg pakan tepung umbi bunga dahlia (0,8% Inulin)
P2 : Pakan basal + 12,5 g/kg pakan tepung umbi bunga dahlia (1,0% Inulin)
P3 : Pakan basal + 15,0 g/kg pakan tepung umbi bunga dahlia (1,2% Inulin)
Akhir penelitian (35 hari) dilakukan pengambilan sampel secara acak
sebanyak 1 ekor dari masing-masing unit percobaan.
Analisis Data
Data yang diperoleh diolah dengan analisis ragam untuk mengetahui
pengaruh perlakuan terhadap peubah yang diukur. Apabila berpengaruh nyata
dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan (Steel dan Torrie, 1991).
Adapun model linear untuk menjelaskan tiap nilai pengamatan yaitu:
20 Keterangan
Yij = Hasil pengamatan dari perlakuan ke- i dengan ulangan ke-j
µ = Rata-rata pengamatan
τi = Pengaruh perlakuan ke – i (i = 1,2,3, dan 4)
εij = Pengaruh Galat percobaan dari galat perlakuan ke–i pada
pengamatan ulangan ke – j (j = 1,2,3, dan 5), dimana: i = Banyaknya perlakuan
21 HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil rataan pH dan Laju digesta broiler yang diberi tepung umbi bunga
dahlia dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Hasil rata rata pH dan laju Digesta broiler yang diberi tepung umbi bunga dahlia pada umur 35 hari.
Perlakuan pH Digesta Laju Digesta (menit)
P0 4.95 ± 0.46 191 ± 0.27
P1 5.06 ± 0.36 224 ± 0.43
P2 5.20 ± 0.83 197 ± 0.28
P3 4.89 ± 0.54 218 ± 0.31
ket : P0.Pakan Basal (0% inulin); P1. 10 g/kg pakan tepung umbi bunga dahlia ( 0,8% inulin); P2. 12,5 g/kg pakan tepung umbi bunga dahlia ( 1% inulin); P3 15 g/kg pakan tepung umbi bunga dahlia (1,2% inulin)
pH Digesta
Hasil analisis ragam menunjukkan, penggunaan tepung umbi bunga dahlia
dalam pakan tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap Potensial Hidrogen (pH) Digesta broiler. Rata-rata pH digesta dalam penelitian masih termasuk dalam
kisaran normal yaitu berkisaran 4.89 sampai 5.20. Hal ini sesuai dengan pendapat
Sun dkk, (2004) bahwa nilai pH pada saluran pencernaan unggas pada sekum
berkisaran 5.70. Hasil pH digesta yang diperoleh lebih rendah dibandingkan
dengan hasil penelitian Mirzaie et al. (2012) dan Mabelebele et al. (2013) bahwa pH sekum masing masing mencapai 6.09 dan 6.20.
Penggunaan tepung umbi bunga dahlia 15 g/kg pakan tidak berpengaruh
nyata terhadap pH digesta broiler kemungkinan disebabkan pengaruh lingkungan
yang mengakibatkan perubahan pH didalam saluran pencernaan. Menurut Fardias,
(1992) pertumbuhan bakteri asam laktat pada saluran pencernaan ayam broiler
22
untuk hidup BAL meliputi suhu, potensial hidrogen (pH) dan kandungan nutrisi
pakan. Suhu yang terlalu tinggi akan merusak protein penyokong hidup bakteri.
Kerusakan ini akan mengakibatkan bakteri mati. Suhu yang terlalu rendah akan
berakibat BAL dorman dan tidak tumbuh. Bakteri asam laktat memiliki rentang
suhu optimal 37⁰C – 42⁰C (Husmaini et al., 2011) dan dapat hidup pada pH 2 - 6,5 (Hardiningsih et al., 2006).
Penggunaan inulin sebagai prebiotik pada ayam broiler meningkatkan
populasi bakteri non patogen seperti Bakteri asam laktat dan menekan
pertumbuhan bakteri patogen. Menurut Axelsson (1998) bahwa pemberian inulin
berhubungan erat dengan penurunan pH usus sehingga pertumbuhan mikroba
yang tidak tahan dengan pH rendah (patogen) terhambat, dan sebaliknya, mikroba
non patogen dapat hidup lebih nyaman dengan kondisi pH yang sesuai. Mikroba
non patogen dapat bertahan pada pH 4,4 dan tidak dapat bertahan pada pH 9,6 dan
sebaliknya bakteri patogen tidak mampu hidup pada pH rendah atau kondisi asam.
Menurut Azhar, (2009) bahwa peningkatan BAL menghasilkan produksi asam
laktat dan short chain fatty acid (SCFA). Senyawa metabolit yang dihasilkan BAL seperti asam organik, hidrogen peroksida dan karbondioksida (CO2). Peningkatan
SCFA dan asam laktat diikuti menurunnya pH digesta. pH digesta dalam sekum
semakin menurun akibat semakin meningkatnya taraf penambahan inulin baik
tepung maupun ekstrak. Menurut Krismiyanto (2015), semakin meningkat
populasi BAL dalam melakukan proses fermentasi, maka nilai pH hasil fermentasi
23 Laju Digesta
Hasil analisis ragam menunjukkan, penggunaan tepung umbi bunga dahlia
sebanyak 15 g/kg pakan tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap laju digesta
broiler. Hasil rata-rata Laju digesta broiler yang dihasilkan dalam penelitian
(Tabel 5) berkisaran 191 ̶ 224 menit. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa
laju digesta yang diperoleh lebih cepat dibandingkan dengan normalnya. Menurut
Leeson dan Summers (1991) bahwa laju digesta normal unggas yaitu ± 240 menit.
Penggunaan inulin tepung umbi bunga dahlia secara statistik menunjukkan
hasil yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan kontrol terhadap laju digesta.
Hal ini disebabkan karena kandungan umbi bunga dahlia tidak hanya inulin.
Agustina (2016) menyatakan bahwa kandungan tepung umbi dahlia terdiri dari
inulin (79,58 %), air (11, 99 %), abu (7,16), serat kasar (13,22%), lemak kasar
(0,19%) dan protein kasar (11,99%). Hal ini didukung dengan hasil penelitian
Nesmawati (2016) (Data pribadi) yang menunjukkan bahwa penggunaan inulin
tepung umbi bunga dahlia tidak mempengaruhi nilai daya cerna protein pada
broiler. Menurut Tillman et al., (1998) bahwa laju pakan terlalu singkat mengakibatkan kurangnya waktu tersedia bagi enzim pencernaan untuk
mendegradasi nutrisi secara menyeluruh.
Kandungan serat kasar dalam pakan penelitian pada fase starter dan finisher sebanyak 6% (Tabel 3 dan 4) ditambah dengan tepung umbi dahlia yang serat
kasarnya berkisar 13,22% (Agustina, 2016) menyumbang serat kasar yang lebih
banyak dalam pakan. Hal ini sesuai dengan pendapat Agus (2007) bahwa serat
24
disebabkan oleh peningkatan viskositas digesta dan mempengaruhi kondisi
fisiologis serta ekosistem saluran pencernaan. pengaruh tersebut dapat
mempercepat waktu transit digesta sehingga mengakibatkan laju digesta semakin
25 KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Pemberian inulin tepung umbi bunga dahlia (dahlia variabillis) hingga level 15 g/kg pakan (1,2% inulin) belum mampu mempengaruhi nilai pH dan
memperlambat laju digesta broiler.
Saran
Diharapkan pada penelitian selanjutnya penggunaan pakan dengan
penambahan tepung umbi dahlia sebaiknya diberikan dalam bentuk pellet (Butiran). Hal ini dikarenakan jumlah inulin yang digunakan sedikit sehingga
26 DAFTAR PUSTAKA
Agus, A. 2007. Membuat Pakan Ternak Secara Mandiri. PT Aji Parama. Yogyakarta.
Agustina, L. 2016. Kajian Manfaat Umbi Bunga Dahlia (Dahlia pinnata) Sumber Inulin sebagai Prebiotik pada Unggas. Laporan Penelitian Mandiri. Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin. Makassar.
Amarowicz, R. 1999. Nutritional importance of oligosaccharides. J. Nutr 50 : 89-95.
Amerah, A. M., V. Ravindran, R. G., Lentle and D. G. Thomas. 2007. Feed particle size : implication on the digestion and performance of Poultry. J. World Poult. Sci. 63: 439-453.
Anggorodi, R. 1994. Ilmu Makanan Ternak Umum. Gramedia. Jakarta.
Axelsson, L. 1998. Lactic Acid Bacteria: Classification and Physiology. in S. Salminen and A Von Wright (Ed). Lactic Acid Bacteria Microbiology and Functional Aspects. 2ndEd: Revised and Expanded. Marcell Dekker. Inc. New York.
Azhar, M. 2009. Inulin sebagai prebiotik. Sainstek 12 (1):1-8.
Biggs, P., C. M. Parsons and G. C. Fahey. 2007. Effect of several oligosaccharides on growth performance, nutrient digestibilities and caecal microbial populations in young chicken. Poult. Sci. 86:2327-2336.
Bambang.1995. Cara Meningkatkan Budidaya Ayam Ras Pedaging (Broiler). Penerbit Pustaka Nusatama.Yogyakarta.
Fardias, S. 1992. Fisiologi Fermentasi. Pusat Antar Institut Pertanian Bogor. Bogor
Fitriyah A. R., Tristiarti dan I. Mangisah. 2013. Pengaruh penambahan jeruk nipis (citrus aurantifolia) dalam ransum terhadap laju digesta dan kecernaan serat kasar pada itik magelang. J. Anim. Agric. 2 (1): 309-318
Gauthier, R. 2002. Intestinal Health. The Key to Productivity (The Case of Organic Acid). XXVII Convencion ANECA-WPDC. Puerto Vallarta
27
Gibson, G. R., and M. B. Roberfroid, 1995. Dietary modulation of the human colonic microbiota: Introducing the concept of prebiotics. J. Nutr. 125 : 1401–1412.
Gibson, G. R., H. M. Probert, J. A. E. Van Loo and M. B. Roberfroid. 2004. Dietary modulation of the human colonic microbiota: updating the concept of prebiotics. Nutr. Res. Rev.17:257-263.
Gulfi, M., Arrigoni and R. E. Armando. 2004. Influence of structure on in vitro fermentability of comercial pectin and partially hydrolised pectin preparation. J. Charbohydrate Polimers. 56:247-255.
Hardiningsih, R., R. N. R. Napitupulu, dan T. Yulinery. 2006. Isolasi dan uji resistensi beberapa isolat Lactobacillus pada pH rendah. Biodiversitas 7(1): 15-17.
Hartadi, H., S. Reksohadiprodjo, dan A.D. Tilman. 2005. Tabel Komposisi Pakan Untuk Indonesia Ed. 5. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Haryani, Y., S. Muthmainah dan S. Sikumbang. 2013. Uji parameter non spesifik dan aktivitas antibakteri ekstrak methanol dari umbi tanaman dahlia (Dahlia variabilis). J. Penelitian Farmasi Indo. 1(2):43-46.
Husmaini, M., H. Abbas, E. Purwati and A. Yuniza. 2011. Effect of supplementation of lactic acid bacteria were isolated from by-product of VCO on the performance of broilers. Proceeding Seminar International Union of Microbiological Societies Congresses, Sapporo, Japan. 6-10 September 2011.
Inggrid, S. 2002. Efek probiotik, prebiotik dan simbiotik bagi kesehatan. Buletin food and beverage industry. Ed. 4. Jakarta.
Iskandar, S., P. Handayani, dan D. Sudrajat. 2002. Retensi Energi, Nitrogen dan Laju Percernaan Ayam Silangan Pelung Kampung Pada Pola Pemberian Pakan Dengan Protein Berbeda. hlm. 596-604. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner, Bogor, 17-18 September 2001. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Bogor.
Kartasudjana, R. dan E. Suprijatna. 2006. Manajemen Ternak Unggas. Penebar Swadaya. Jakarta.
Kleessen, B., L. Hartmann, and M. Blaut. 2003. Fructans in the diet causealterations of intestinal mucosal architecture, released mucins and mucosa-associated bifido bacteria in gnotobiotic rats. Br. J. Nutr. 89 (5): 597–606.
28
Krismiyanto, L. 2015. Penambahan Inulin dari Umbi Dahlia (Dahlia Variabilis) Terhadap Perkembangan Bakteri Usus Halus dan Produktivitas Ayam Kampung Persilangan. Tesis. Magister Ilmu – Ternak. Fakultas Peternakan dan Pertanian. Universitas Diponegoro. Semarang.
Leeson. S and J.D. Summers. 1991. Comercial Poultry Nutrition. University Books. Canada.
Mabelebele. M., O.J. Alabi, J.W. Ng’ambi, D. Norris, and M.M.Ginindza. 2013. Comparison of gastrointestinal tracts and pH value od digestive organs of ross 308 broiler and indigenous venda chickens fed the same diet. Asian journal of animal and veterinary advance. 9 (1) : 71-76.
Mahfudz, L. D., W. Sarengat dan B. Srigandono. 2000. Penggunaan ampas tahu sebagai bahan penyususn ransum broiler. Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Peternakan Lokal, Universitas Jendral Sudirman. Purwokerto.
Mangunwidjaja. D., M. Rahayuningsih, dan R. Suparwati. 2014.Pengaruh konsentrasi enzim dan waktu hidrolisis enzimatis terhadap mutu frukto-oligosakarida dari inulin umbi dahlia (Dahlia pinnata). Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. ISSN 3 (1): 2252 – 3324.
Mirzaie, S., M. Zaghari, S. Aminzadeh, M. Shivazad, and G.G, Mateos. 2012. Effect of wheat inclusion and xylanase supplementation of the diet on productive performance, nutrient retention and endogenous intestinal enzyme activity of laying hens. Poult. Sci. 91:413-425.
Molenaar, R. 2012. The importance of the brooding period. Word Poult Congress. 24:1-6.
Murwani, R. 2010. Broiler Modern. Widya Karya. Semarang.
Nabizadeh, A. 2012. The effect of inulin on broiler chicken intestinal microflora, gut morphology and performance. J. Anim. Feed Sci. 21:725-734.
National Research Council. 1984. Nutrient Requirement of Poultry. 8th Ed. National Academy of Science.
Nesmawati. 2016. Prebiotik inulin umbi bunga dahlia (Dahlia variabillis) sebagai feed additive terhadap komsumsi protein, daya cerna dan retensi nitrogen broiler. Data pribadi.
29
Prihatman, K. 2000. Bunga Dahlia (Dahlia variabilis). Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan. Bappenas. Jakarta.
Rahmanto, R. 2012. Struktur Histologik Usus Halus dan Efisiensi Pakan Ayam Kampung dan Ayam Broiler. Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta.
Rehman, H., P, D. Hellweg, Taras and J. Zentek. 2008. Effect of dietary inulin on the intestinal short chain fatty acid and microbial ecology in broiler chickens as revealed by denaturing gradient gel electrophoresis. Poult. Sci. 87:783-789.
Roberfroid, M. B. 2001. Prebiotics : prefenstial substrates special germs. American J. Nutr. 73 (2) 406s-409s
Roberfroid, M. B. 2007. Prebiotics the conceptrevisited. J. Nutr. 137:830-837
Sardesai, V. M. 2003. Introduction to Clinical Nutrition. 2nd Ed. USA: Marcel Dekker. Inc on: Herb Panduan Hunters.
Saryono, A., M, D.S. Chainulfiffah, H.S. Silvera, Monalisa dan Dasli. 1998. Pemanfaatan umbi dahlia (Dahlia variabilis) untuk Produksi Sirup Fruktosa (HFS) dan Fruktooligosakarida. ProsidingSeminar Nasional PBBMI XIV. Bandung.
Saryono, P. 1999. Identifikasi jamur pendegradasi inulin pada umbi dahlia (Dahlia variabilis). Jurnal Natur Indonesia 11 (1): 22-27.
Scholz. A., K. Schaafsma, G. Heuvel, and Schrezenmeir. 2001. Effect of prebiotics on mineral metabolisme. American J. Nutr. 73 (2) 459-464.
Silva, R. F.1996. Use of inulin as a natural texture modifier. Cereal Foods World. 41 (10):792-795.
SNI. 2006. Standar Pakan SNI (Standar Nasional Indonesia). http://agritekno. Tripod.com. Tanggal akses 10 Januari 2016
Steel R.G.D, dan J.H. Torrie. 1991. Prinsip dan Prosedur Statistika. Gramedia. Jakarta.
Sun, Y.Z., H.L. Yang, R.L. Ma & W.Y. Lin. 2004. Probiotic applications of two dominant gut Bacillus strains with antagonistic activity improved the growth performance and immune responses of grouper Epinephelus coioides. Fish and Shellfish Immunology. 29: 803-809.
30
Tillman, A. D., H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo, S. Prawirokusumo dan S. Lebdosoekojo. 1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Villa, B. E., E. Garcia, and J. Brufau. 2010. Probiotic microorganism : 100 years of innovation and efficacy ; modes of action. World. Poult. Sci. 65 : 369-380.
Widowati, S, 2008. Ekstraksi, Karakterisasi dan Kajian Potensi Inulin dari Umbi Dahlia (Dahlia pinnata L.). Makalah Seminar Rutin Puslitbang Tanaman Pangan. Bogor.
Zhang, W. F., D. F. Li, W. Q. Lu and G. F. Yi. 2003. Effects of is oligosaccharides on broiler performance and in microflora. Poult. Sci. 82:657-663.
31
Lampiran 1. Perhitungan persentase inulin.
100 gram Tepung Umbi Bunga Dahlia (TUBD) mengandung 79,58% (79,58 g) inulin.
Tepung Umbi Bunga Dahlia (TUBD)
1. TUBD = 79,58 𝑔𝑟 100 𝑔𝑟 × 0,8 g = 1 g 1 g/100 g pakan (10 g/kg pakan) 2. TUBD = 79,58 𝑔𝑟 100 𝑔𝑟 × 1 g = 1,25 g 1,25 g/100 g pakan (12,5 g/kg pakan) 3. TUBD = 79,58 𝑔𝑟 100 𝑔𝑟 × 1,2 g = 1,5 g 1,5 g/100 g pakan (15 g/kg pakan) Inulin TUBD
1. Inulin TUBD = 79,58 𝑔𝑟100 𝑔𝑟 × 1 g = 0,8 g 1⁄ g TUBD
Artinya, setiap 0,8 g inulin terkandung dalam 1 g TUBD atau 0,8 % (0,8/100×100 = 0,8%) inulin setara dengan 1% (1/100×100 = 1%) TUBD
2. Inulin TUBD = = 79,58 𝑔𝑟100 𝑔𝑟 × 1,25 g = 1 g 1⁄ g TUBD
Artinya, setiap 1 g inulin terkandung dalam 1,25 g TUBD atau 1% (1/100×100 = 1%) inulin setara dengan 1,25% (1,25/100×100 = 1,25%) TUBD
3. Inulin TUBD = 79,58 𝑔𝑟100 𝑔𝑟 × 1,5 g = 1,2 g 1⁄ g TUBD
Artinya, setiap 1,2 g inulin terkandung dalam 1,5 g TUBD atau 1,2% (1,2/100×100 = 1,2%) inulin setara dengan 1,5% (1/100×100 = 1,5%) TUBD
32
Lampiran 2. Hasil Analisis Ragam pH dan Laju digesta
Test of Homogeneity of Variances
Hasil_pH_Potensial_Hidrogen
Levene Statistic df1 df2 Sig.
.496 3 16 .690
ANOVA
Hasil_pH_Potensial_Hidrogen
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups .292 3 .097 .290 .832 Within Groups 5.376 16 .336 Total 5.668 19 Homogeneous Subsets sekum Perlakuan N Subset 1 Duncana P3 ( 1,2 TUD) 5 4.8900 P0 (Kontrol) 5 4.9560 P1(0,8TUD) 5 5.0620 P2(1,0 TUD) 5 5.2080 Sig. .437 Hasil_pH_Potensial_Hidrogen
N Mean Std. Deviation Std. Error
95% Confidence Interval for Mean
Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound
P0 5 4.9520 .46219 .20670 4.3781 5.5259 4.49 5.65
P1 0,8% 5 5.0620 .36458 .16305 4.6093 5.5147 4.56 5.50
P2 1% 5 5.2080 .83616 .37394 4.1698 6.2462 4.17 6.50
P3 1,2% 5 4.8900 .54626 .24429 4.2117 5.5683 4.35 5.58
33 Means for groups in homogeneous subsets are
displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = .336. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5.000.
Test of Homogeneity of Variances
Hasil_LAJU_DIGESTA
Levene Statistic df1 df2 Sig.
.538 3 16 .663
ANOVA
Hasil_LAJU_DIGESTA
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 3793.350 3 1264.450 1.126 .368 Within Groups 17962.400 16 1122.650 Total 21755.750 19 Homogeneous Subsets Hasil_LAJU_DIGESTA Perlakuan N
Subset for alpha = 0.05 1 Duncana p0 5 191.6000 p2 1% 5 197.0000 p3 1,2% 5 218.0000 p1 0,8% 5 224.4000 Sig. .173
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5,000.
Descriptives
Hasil_LAJU_DIGESTA
N Mean Std. Deviation Std. Error
95% Confidence Interval for Mean
Minimum Maximum
Lower Bound Upper Bound
p0 5 1.9160E2 27.70018 12.38790 157.2057 225.9943 164.00 221.00
p1 0,8% 5 2.2440E2 43.44307 19.42833 170.4583 278.3417 161.00 267.00
p2 1% 5 1.9700E2 28.50439 12.74755 161.6071 232.3929 167.00 235.00
p3 1,2% 5 2.1800E2 31.99219 14.30734 178.2765 257.7235 171.00 247.00
34
Lampiran 3. Dokumentasi Penelitian
Pembuatan Tepung Umbi Dahlia
35 RIWAYAT HIDUP
NUR KAMAL AKBAR, lahir di Bone pada tanggal 10 maret 1994, sebagai anak Ketujuh dari
pasangan bapak H. Abd Halim dan Hj. Masita. Jenjang
pendidikan formal yang pernah ditempuh adalah SD Inpres
12/79 Nagauleng. lulus tahun 2006, kemudian melanjutkan di SMP Negeri 1
Cenrana, lulus tahun 2009 dan melanjutkan di SMA Negeri 12 Makassar.
lulus pada tahun 2012. Setelah menyelesaikan Tingkat SMA, penulis diterima
di Perguruan Tinggi Negeri (PTN) melalui jalur Seleksi Nasional Masuk
Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) di Fakultas Peternakan Universitas