LABA
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Kelulusan Program Diploma IV pada Program Studi Akuntansl Manajerial Jurusan Manajemen Bisnis
Politeknik Negeri Batam
Ketua Penguji, Oleh: DEWI FATtMAH 4111111023 Batam, 25 Agustus 2015 Pembimbing,
Nanik Lestari, S.E., M.SAk.
NIK 106040
Anggota P
Sinarti, S.E., M. Sc.,Akt.
NIP 197810112012122001
Dovl Septiari, S.E., M.Sc.,Ak.
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya menyatakan bahwa skripsi dengan
judul:
Pengaruh Board D/Vers/tyTerhadap Manajemen Laba
Yang di ajukan untukdiuji pada tanggal 25 Agustus 2015, adaiah basil karya saya. Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin, atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang menunjukkan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari penulis lain, yang saya akui seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri, dan atau tidak terdapat bagian atau keseluruhan tulisan yang saya salin, tiru, atau yang saya ambil dari tulisan orang lain tanpa memberikan pengakuan pada penulis aslinya.
Apabila saya melakukan hal tersebut di atas, balk sengaja atau tidak, dengan ini saya menyatakan menarik skripsi yang saya ajukan sebagai basil tulisan saya sendiri. Bila kemudian terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri, berartl geiar dan ijasah yang telah diberlkan batal saya terima.
Batam, 25 Agustus 2015 Vang memberl pernyataan
Saksi 1, sebagai pemblmbing
Nanik Lestari, S.E., M.SAk.
Sa 2, sebag^i|pengujl skripsi
Ill
Dewi Fatimah 4111111023
Saksi 3, sebagai p li^ujl skripsi
Penelitian ini menguji pengaruh board diversity terhadap manajemen laba. Sampel yang digunakan adalah perusahaan non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010 sampai 2013. Metode pengumpulan data menggunakan metode purposive sampling dan data yang digunakan adalah data panel. Regresi yang dipakai adalah regresi ordinary least square (OLS) dengan pendekatan fix effect model dan random effect model. Hasil penelitian menunjukkan bahwa board diversity yang diproksikan dengan gender, age, education dan tenure tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba, sedangkan board diversity yang diproksikan dengan tenure berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Manajemen laba menggunakan proksi akruai diskresioner dan untuk board diversity menggunakan proksi gender, age, education minority dan tenure.
Kata Kunci: Board diversity, data panel, regresi ordinary least square (OLS), Manajemen Laba.
The used samples are non-financial companies listed on the Indonesia Stock Exchange in 2010 to 2013. The data collection method using purposive sampling method and data used are panel data. The regression used is ordinary least squares regression (OLS) with fixed effect model approach and random effect model. The results showed that board diversity proxied by gender, age, education and tenure no significant effect on earnings management, whereas the diversity proxy board with tenure significant effect on earnings management. Earnings management using discretionary accruals proxy and use proxy for board gender diversity, age, minority education and tenure.
Keywords: Board diversity, panel data, regression ordinary least square (OLS),
Puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
berkah dan rahmat-NYA kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul: "PENGARUH BOARD DIVERSITY JERHADAP MANAJEMEN
LABA". Penelitian ini dilakukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
pendidikan program Diploma IV (D-4) untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Terapan pada Jurusan Manajemen Bisnis Prodi Akuntansi Manajerial Politeknik
Negeri Batam.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat berbagai kekurangan, oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun akan penulis terima dengan senang hati demi perbaikan dimasa yang akan datang. Penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan berkat peran dari berbagai pihak sehingga penulis dapat menyelesaikannya tepat waktu. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Allah SWTyang telah memberikan Rahmat dan Karunia-NVA kepada penulis. 2. Kedua orang tua penulis, Bapak dan Ibu terima kasih atas do'a dan kasih
sayangnya.
3. Ibu Nanik Lestari, selaku dosen pembimbing penulis terima kasih atas bimbingan, saran, dan kritiknya selama proses penyusunan yang sangat membantu dalam penyelesalan skripsi.
5. Seluruh dosen Akuntansi Manjerial, terima kasih atas ilmu yang sudah diberikan kepada penulis dan semoga bermanfaat dimasa mendatang. 6. Teman-teman satu bimbingan penulis Mas Istanto, Ria, Septa, Mbak Santi
dan Rani, dan semua teman kelas AMB Smart kita akan wisuda
bersama-sama.
7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan dukungan dan bantuannya hingga terselesaikannya skripsi ini.
Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat digunakan sebagai tambahan informasi dan wacana bagi semua pihak yang membutuhkan.
VII
Batam, 25 August 2015
PENELITI
Dewi Fatimah 4111111023
Halaman Sampul
Halaman Muka
Halaman Pengesahan i
Pernyataan Keaslian Karya Tulis ii
Abstrak (dalam bahasa Indonesia) iv
Abstract (dalam bahasa Inggris) v
Kata Pengantar vi
Daftar Isi viii
DaftarGambar x
Daftar label xi
Daftar Lampiran xil
Bab I Pendahuluan 1 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Perumusan Masalah 5 1.3 Tujuan Penelitian 5 1.4 Manfaat Penelitian 5 1.5 Batasan Maslah 6
Bab II Kajian Teorl dan LIteratur 7
2.1 Landasan teorl 7
2.1.1 Teorl Keagenan (Agency Theori) 7
2.1.2 Teorl AkuntansI Posltif (Positive Accounting Theory) 8
2.1.3 Keberagaman Dewan (Board Diversity) 10
2.1.4 Teorl HIpotesIs Pasar Eflslen ( Efficient Market Hyphotsis) 11
2.1.5 Manajemen Laba 12
2.2 Kajian LIteratur 13
2.3 Kerangka Penelitian 14
2.4 HIpotesIs 16
Bab III Metode Penelitian 21
3.1 Instrument Penelitian 21
3.2 LokasI dan Obyek Penelitian 24
3.3 Teknik Penetapan Jumlah Sampel 25
3.4Teknlk Penarlkan Sampel 25
3.5 Teknik Pengumpulan Data 26
3.6 Teknik Pengolahan Data 26
3.7 Teknik Anallsis Data 28
4.3 Evaluasi Model dan Analisis Data 35
4.4 Has!! Pengujian Hipotesis 41
4.5 Pembahasan 48
Bab V Penutup 52
5.1 Penutup 52
5.2 Keterbatasan 53
5.3 Implikasi dan Saran 53
Daftar Pustaka 54
Lamplran 57
label 3.1 Variabel dan Pengukuran 21 Tabel 4.1 Has label 4.2 Has Tabel 4.3 Tabel 4.4 Tabel 4.5 Tabel 4.6 Tabel 4.7 Tabel 4.8 Tabel 4.9 Tabel 4.10 Tabel 4.11 Has Has Has Has Has Has Has Has Has I Penentuan Sampel 32
I Analisis Statistik Deskriptif 33
I Uji Chow 35
I Uji Hausmann 38
I Uji Multikoliniaritas 39
I Uji Heterokedastisitas 40
I Uji Regresi Pengaruh gender terhadap Manajemen Laba 42 I Uji Regresi Pengaruh age terhadap Manajemen Laba 43
I Uji Regresi Pengaruh education terhadap Manajemen Laba 44 I Uji Regresi Pengaruh m/nor/tyterhadap Manajemen Laba.... 46 I Uji Regresi Pengaruh tenure terhadap Manajemen Laba 47
Lampiran 1 Daftar Perusahaan Sampel 57
Lampiran 2 Laporan Magang 59
1.1 Latar Belakang
Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuanganjaporan keuangan terdiri atas neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan, catatan serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan (SAK, 2012). Tujuan dari laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu entitas yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi (SAK, 2012). Berdasarkan tujuan tersebut, diharapkan para pengguna laporan keuangan dapat menggunakan informasi yang disajikan sebagai dasar membuat keputusan ekonomi (Kieso, Weygandt, & Warfield, 2011).
Manajemen diberi kepercayaan oleh pemilik perusahaan atau stakeholder untuk mengoperasikan perusahaan dan melaporkan pertanggung Jawabanya kepada stakeholder dalam bentuk laporan keuangan (Permana, 2012). Laporan utama untuk mengukur kinerja dalam suatu perusahaan adalah laporan laba rugi, laporan laba rugi adalah laporan yang mengukur keberhasilan operasi perusahaan selama periode waktu tertentu, menyediakan informasi yang diperlukan oleh para investor dan kreditor untuk memprediksikan jumlah, penetapan waktu, dan ketidakpastian dari arus kas masa depan (Kieso,
tanggung jawabnya yang tidak mempunyai hubungan dengan kenalkan atau penurunan profitabilitas perusahaan dalam jangka panjang (Fischer & Rosenzweig, 1995) tindakan ini disebut manajemen laba.
Manajemen laba dibagi menjadi dua macam yaitu: pertama, akrual diskresioner adalah Akrual yang digunakan untuk mengurangi atau memperbesar laba yang dilaporkan dengan cara memilih kebijakan akuntansi oleh manajemen yang bersifat subjektif dalam rangka menurunkan atau menaikkan laba (Scott, 2009). Kedua, adalah manajemen laba melalui aktifitas riil yaitu penyimpangan dari aktifitas operasi normal perusahaan yang muncul akibat keinginan manajemen untuk memberikan pemahaman yang salah kepada stakeholder bahwa tujuan pelaporan keuangan tertentu telah dicapai melalui aktivitas operasi perusahaan (Roychowdhury, 2006).
Dalam mengatasi masalah agensi dan perilaku manajemen dalam melakukan kebijakan menaikkan atau menurunkan laba dalam laporan keuangan, maka diperlukan adanya tata kelola perusahaan yang baik dengan menerapkan konsep Good Corporate Governance sehingga dapat mengawasi kinerja pengelola perusahaan. Salah satu isu yang berkaitan dengan corporate governance yang memberikan pengaruh terhadap perusahaan yaitu adanya keberagaman dewan (Board Diversity). Board Diversity diukur dengan dua cara.
ras, etnis dan usia; sementara non-observable atau atribut yang mendasari meliputi karakteristik kognitif seperti pendidikan, kepemiiikan, latar belakang profesional, dan nilai pribadi (Milliken & Martins, 1996).
Penelitian terkait pengaruh board diversity terhadap manajemen laba di Amerika serikat dilakukan oleh Peni dan Vahaama (2010) tentang gender diversity terhadap manajemen laba dalam konteks perusahaan yang tergabung
dalam S&P 500 tahun 2003 - 2007, menunjukkan bahwa CFO wanita memberikan pengaruh yang signifikan terhadap manajemen laba akrual, sedangkan CEO wanita tidak memberikan pengaruh yang signifikan. Penelitian lain dilakukan oleh Gavious, Segev, & Yosef (2012) tentang pengaruh female direktur terhadap manajemen laba di perusahaan Israel yang terdaftar di Bursa efek Amerika tahun 2002-2009 menunjukkan bahwa keberadaan salah satu dari CEO wanita ataupun CFO wanita berhubungan negatif terhadap manajemen laba.
Penelitian tentang pengaruh board diversity juga dilakukan di Indonesia yaitu oleh Darmadi (2011) untuk perusahaan yang terdaftar di BEI tahun 2007 menunjukkan bahwa gender dan nationality yang merupakan proxy dari diversity berhubungan negatif terhadap kinerja perusahaan sedangkan keberadaan eksekutif muda akan meningkatan kinerja perusahaan. Berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan Kusumastuti, Supatmi, & Sastra (2007) untuk
Dari berbagai penelitian yang dilakukan sebelumnya penulis ingin mengembangkan penelitian dari Gavious, Segev, & Yosef (2012), (Darmadi, 2011) dan Kusumastuti, Supatmi, & Sastra (2007) tentang pengaruh board diversity terhadap manajemen laba dengan menggunakan sampel pada perusahaan di Indonesia. Adapun perbedaan penelitian ini dengan sebelumnya yang dilakukan oleh Gavious, Segev, & Yosef (2012), Darmadi (2011) dan Kusumastuti, Supatmi, & Sastra (2007) sebagai berikut: pertama, penelitian Gavious, Segev, & Yosef (2012) mengembangkan penelitian untuk mengetahui board diversity berbasis gender terhadap manajemen laba, maka penulis akan mengembangkan lima proxy yaitu pengaruh gender, age, education, tenure dan minority terhadap manajemen laba. Kedua, sistem corporate governance yang digunakan oleh Gavious, Segev, & Yosef (2012) adalah one-tier system, oleh karena itu penulis
menggunakan corporate governance dengan two-tier system pada perusahaan di
Indonesia. Ketiga, penelitian mengembangkan gap riset dari penelitian Darmadi
(2011) board diversity terhadap kinerja perusahaan dan Kusumastuti ( 2007) boorc/of/vers/ty terhadap nilai perusahaan, maka penulis meneliti pengaruh board
diversity terhadap manajemen laba. Keempat, sampel yang digunakan pada
penelitian Gavious, Segev, & Yosef (2012) adalah perusahaan israel yang listing
di Amerika, maka penulis menguji sampel pada perusahaan yang terdaftar di BEI
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan gap riset yang diungkapkan dalam iatar beiakang tersebut, maka perumusan masalah yang akan diteliti adaiah: bagaimana pengaruh board diversity terhadap manajemen laba.
1.3 Tujuan Peneiitian
Sesuai dengan Iatar beiakang dan rumusan masalah yang dijabarkan sebelumnya, tujuan darl peneiitian Inl adaiah untuk mengetahul pengaruh board diversity terhadap manajemen laba.
1.4 Manfaat Peneiitian
Peneiitian Inl diharapkan akan memberlkan manfaat yaltu: pertama, manfaat secara teorltis yaltu memberlkan referensi tambahan dl bidang akuntansi dalam pengembangan peneiitian terkalt dengan manajemen laba dl Indonesia dan memberlkan gambaran tentang pengaruh board diversity barbasis gender, age, education, tenure dan minority terhadap manjemen laba. Kedua, bagi para Investor Peneiitian Inl diharapkan dapat memberlkan tambahan InformasI yang berkaltan board diversity terhadap manlpulasi data laporan keuangan, untuk perusahaan yaltu memberlkan masukan dalam mencermati
acuan, terutama penelitian yang berkaitan dengan pengaruh diverslfikasi dewan direksi terhadap praktik maanjemen laba.
1.5 Batasan Masalah
Penelitian ini meneliti pengaruh board diversity terhadap manajemen laba pada perusahaan nonkeuangan yang terdaftar di BEI tahun 2010 - 2013.
Proxy yang digunakan pada board diversity adalah gender , age, education,
tenure, dan minority dan mengukur manajemen laba menggunakan akrual
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Teori keagenan (Agency Theory)
Teori keagenan pertama kali dinyatakan oleh Jensen & Meckling (1976).
Dalam penelitian Jensen & Meckling (1976) Teori keagenan merupakan suatu
kontrak antara manajer (agent) dan pemilik (principal) yaitu pemilik (principal)
mendelegasikan sebagian kewenangan kepada manajer (agent) untuk meiaksanakan kegiatan perusahaan dan kewenangan untuk mengambil
keputusan. Berperan sebagai agen, manajemen suatu perusahaan diberi wewenang oleh pemilik (principal) untuk mengambil keputusan dan menjalankan serta mengurus jalannya perusahaan. Oleh karena itu manajemen sebagai
pengelola perusahaan lebih banyak mengetahui informasi-informasi dan prospek
perusahaan di masa yang akan datang dibandingkan pemilik perusahaan. Adanya
pemisahaan fungsi antara pemilik dengan manajemen sebagai pengelola
perusahaan dapat menimbulkan konflik. Konflik yang timbul antara pemilik
(principal) dengan manajemen perusahaan (agen) disebut dengan masalah
Teori akuntansi positif berupaya menjelaskan sebuah proses, yang menggunakan kemampuan, pemahaman, dan pengetahuan akuntansi serta penggunaan kebijakan akuntansi yang paling sesuai untuk menghadapi kondisi tertentu dimasa mendatang. Perkembangan teori positif tidak dapat dilepaskan dari ketidakpuasan terhadap teori normatif (Watts dan Zimmerman, 1990).
Selanjutnya dinyatakan bahwa dasar pemikiran untuk menganalisa teori akuntansi dalam pendekatan normatif terialu sederhana dan tidak memberikan dasar teoritis yang kuat. Untuk mengurangi kesenjangan dalam pendekatan normatif. Watt & Zimmerman (1990) mengembangkan pendekatan positif yang lebih berorientasi pada penelitian empirik dan menjustifikasi berbagai teknik atau metode akuntansi yang sekarang digunakan atau mencari model baru untuk pengembangan teori akuntansi dikemudian hari.
Menurut Watts & Zimmerman (1990) ada tiga hipotesis dalam teori akuntansi positif yang digunakan untuk menguji perilaku etis seseorang dalam mencatat transaksi dan menyusun laporan keuangan yaitu:
1. Hipotesis Rencana Bonus
Dalam hipotesis ini, para manajer perusahaan dengan rencana bonus cenderung untuk memilih prosedur akuntansi dengan perubahan laba yang dilaporkan dari periode masa depan ke periode masa kini.
Salah satu cara untuk melakukan ini adalah dengan memilih kebijakan akuntansi yang meningkatkan laba yang dilaporkan pada periode tersebut.
masa yang akan datang, dengan taktor-faktor lain tetap sama. Namun nilai masa kin! (present value) dari kegunaan manajer dari lini bonus masa depan yang dimilikinya akan meningkat dengan memberikan perubahan menuju
masa kini.
2. Hipotesis Kontrak Hutang
Dalam hipotesis ini makin dekat suatu perusahaan terhadap pelanggaran pada akuntansi yang didasarkan pada kesepakatan utang, maka kecenderungannya adalah semakin besar kemungkinan manajer perusahaan memilih prosedur akuntansi dengan perubahan laba yang dilaporkan dari periode masa depan ke periode masa kini. Alasannya adalah laba yang dilaporkan yang makin meningkat akan menurunkan kelalaian teknis.
Sebagian besar dari perjanjian hutang berisi kesepakatan bahwa pemberi pinjaman harus bertemu selama masa perjanjian. Sebagai contoh, perusahaan yang mendapat pinjaman boleh sepakat memelihara level tertentu dari hutang terhadap harta, laporan bunga, modal kerja, dan harta pemilik saham. Jika kesepakatan semacam itu dikhianati, perjanjian hutang tersebut bisa mengeluarkan penaiti, seperti pembatasan dividen atau tambahan pinjaman.
3. Hipotesis Biaya Politik
Dalam hipotesis ini semua hal lain dalam keadaan tetap, makin besar biaya politik yang mesti ditanggung oleh perusahaan, manajer cenderung lebih memilih prosedur akuntansi yang menyerah pada laba yang dilaporkan dari masa sekarang menuju masa depan. Hipotesis biaya politik memperkenalkan suatu dimensi politik pada pemilihan kebijakan akuntansi.
Perusahaan-pemsahaan yang ukurannya sangat besar mungkin dikenakan standar kinerja yang lebih tinggi, dengan penghargaan terhadap tanggung jawab lingkungan, hanya karena mereka merasa bahwa mereka besar dan berkuasa. Jika perusahaan besar juga memiliki kemampuan meraih profit yangtinggi, maka biaya politik bisa diperbesar.
2.1.3 Keberagaman Dewan (Board Diversity)
Good corporate governance (GCG) secara definitif merupakan sistem yang
mengatur dan mengendalikan perusahaan yang menciptakan nilai tambah untuk
semua stakeholder (Monks & Minow, 2003). Ada dua hal yang ditekankan dalam
konsep ini, pertama, pentingnya hak pemegang saham untuk memperoleh
informasi dengan benar dan tepat pada waktunya dan, kedua, kewajiban
perusahaan untuk melakukan pengungkapan (disclosure) secara akurat, tepat
waktu, transparan terhadap semua informasi kinerja perusahaan, kepemilikan,
Salah satu aspek penting dalam Corporate Governance adalah adanya keberagaman dewan pengurus dalam sebuah perusahaan {Board Diversity). Board Diversity (persebaran dewan) diukur dengan dua cara, yaitu demografi dan kognitif (Milliken & Martins^ 1996). Atribut yang diamati atau mudah-terdeteksi meliputi karakteristik demografi seperti jenis kelamin, ras, etnis dan usia; sementara non-observable atau atribut yang mendasari meliputi karakteristik kognitif seperti pendidikan, kepemilikan, latar belakang profesional, dan nilai pribadi (Milliken & Martins, 1996).
2.1.4 Teori Hopotesis pasar efisien (Efficient Market Hyphothesis)
Konsep pasar efisien pertama kali dikemukakan oleh (Fama, 1970) yaitu pasar dalam konteks pasar modal {capital market) dan pasar uang. Suatu pasar dikatakan efisien apabila tidak seorangpun, baik investor individu maupun investor institusi, akan mampu memperoleh return tidak normal {abnormal return), setelah disesuaikan dengan risiko, dengan menggunakan strategi perdagangan. Artinya, harga-harga yang terbentuk atau terjadi di pasar merupakan cerminan dari informasi yang ada atau "stock prices reflect all
avaiiable information". Penyebutan lain adalah bahwa dalam pasar yang efisien
harga-harga asset atau sekuritas secara cepat dan utuh mencerminkan informasi yang tersedia tentang aset atau sekuritas tersebut.
Gumanti & Utami (2002) menyebutkan bahwa harga sekarang suatu saham
diketahui dan informasi yang masih memerlukan dugaan. Informasi yang sudah diketahui meliputi dua macam, yaitu informasi masa lalu (misalnya laba tahun atau kuartal yang lalu) dan informasi saat ini {current information) selain juga kejadian atau peristiwa yang telah diumumkan tetapi masih akan terjadi (misalnya rencana pemisahan saham). Contoh untuk informasi yang masih membutuhkan dugaan adalah jika banyak investor percaya bahwa suku bunga akan segera turun, harga-harga akan mencerminkan kepercayaan ini sebelum penurunan sebenarnya terjadi.
2.1.5 Manajemen Laba
Ada perspektif yang dapat digunakan untuk menjelaskan mengapa
manajemen laba dilakukan oleh manajer (Sulistyanto, 2008) yaitu perspektif
informasi dan oportunis. Perspektif informasi merupakan pandangan yang
menyatakan bahwa manajemen laba merupakan kebijakan manajerial untuk mengungkapkan harapan pribadi manajer tentang arus kas perusahaan dimasa depan. Manajemen laba dalam perspektif oportunis adalah upaya seseorang
untuk mempengaruhi informasi yang disajikannya dengan memanfaatkan
ketidaktahuan orang lain mengenai informasi yang sebenarnya (Sulistyanto,
2008). Kedua perspektif mempunyai hubungan sebab-akibat yang mendorong
terjadinya manajemen laba.
Oleh sebab itu, manajemen laba dapat dikatakan sebagai permainan
mempermainkan besar kecilnya angka-angka komponen laporan keuangan yang dilakukan ketika mencatat dan menyusun informasi itu. Ada dua alasan yang dapat menjelaskan mengapa laporan keuangan rawan untuk dipermalnkan oleh penyusun laporan keuangan yaitu: pertama, hanya dengan memahami dan menguasai konsep-konsep akuntansi dan keuangan seseorang dapat mempermainkan informasi keuangan dengan tujuan yang ingin dicapainya. Kedua, kebebasan daiam memilih dan menggunakan metode dan prosedur akuntansi secara tidak langsung membuat standar akuntansi seakan-akan mengakomodasi atau memfasilitasi aktivitas manajerial.
2.2 Kajlan Literatur
Penelitian empiris terdahulu yang terkait dengan pengaruh Gender Diversity
terhadap manajemen laba menemukan basil yang cukup beragam. Penelitian yang dilakukan oleh Peni dan Vahaama (2010) tentang Gender diversity terhadap Manajemen laba, menunjukkan bahwa eksekutif wanita terutama CFO wanita
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap manajemen laba akrual, sedangkan CEO wanita tidak memberikan pengaruh yang signifikan. Penelitian lainnya dilakukan oleh Gavious, Segev, & Yosef (2012) menunjukkan bahwa
keberadaan saiah satu dari CEO wanita atau CFO wanita berhubungan secara
signifikan pada tingkat manajemen laba. Penelitian tersebut juga menunjukkan
tata kelola perusahaannya atau pada jajaran top manajemen akan memiliki kualitas laba yang lebih tinggi. Dalam Penelitian Gavious, Segev, & Yosef (2012) menunjukkan bahwa wanita cenderung lebih beretika dalam membuat pertimbangan dan perilakunya dibanding pria. Berdasarkan penemuan tersebut dalam penelitian ini keberadaan wanita dalam jajaran top manajemen termasuk dalam dewan komisaris dan komite audit akan memberi hambatan pada praktik manipulasi laba karena adanya keterbatan isu etika dan moral di dalamnya.
Di Indonesia, penelitian tentang Board diversity terhadap kinerja
perusahaan (Darmadi, 2011) menemukan bahwa nasioriality diversity tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan, Proporsi jumlah dewan direksi dengan keberadaan dewan dengan umur masih muda berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan dan berhubungan dengan meningkatkan kinerja
perusahaan. Penelitian lainya tentang pengaruh board diversity terhadap nilai
perusahaan dalam perspektif corporate governance (Kusumastuti, Supatmi, &
Sastra, 2007) hasil penelitian menemukan adanya pengaruh terhadap nilai
perusahaan.
2.3 Kerangka Pemikiran
Dalam penelitian ini penulis menggunakan manajemen laba sebagai
variabel dependen, yang diproksikan dengan discretionary acruai (DA) sebagai
ukuran manajemen laba akrual. Kemudian untuk variable independen adalah
gender, age, tenure, education dan minority (etnis). Untuk memperkuat model penelitian, penulis menggunakan beberapa variabel kontroi yaitu ROA, dan leverage.
Hubungan antar variabel-variabel yang digunakan dalam peneiitian ini dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut:
Variabel Independen Variabel Dependen
Board Diversity Age Gender Manajemen Laba Tenure Education Minoritas
2.4 Hipotesis
2.4.1 Pengaruh gender terhadap manajemen laba
Literatur akuntansi yang ada menunjukkan bahwa kualitas pelaporan keuangan tergantung pada motif dan insentif manajerial dan perilaku
oportunistik dari para eksekutif di perusahaan mempengaruhi manajemen laba.
Oleh karena itu, karakteristik manajerial diakui sebagai penentu penting dari kualitas laba. Selanjutnya, literatur akuntansi perusahaan baru-baru ini
menunjukkan bahwa jenis kelamin pada eksekutif dan direksi mempengaruhi tata kelola perusahaan dan kinerja keuangan perusahaan. penemuan ini
menunjukkan bahwa gender pada dewan eksekutif dapat mempengaruhi
perilaku manajerial.
Adanya
pandangan yang berbeda tentang penyebab
kesuksesan
menyebabkan masih sedikitnya wanita yang ditempatkan di posisi puncak.
Kesuksesan yang diperoleh pria dianggap karena kemampuan yang tinggi,sedangkan
kesuksesan
wanita
dianggap
lebih
disebabkan
oleh faktor
keberuntungan Crawford (2006). Hal ini menyebabkan proporsi wanita dalam
jabatan top manajemen masih sedikit karena kemampuan pria dianggap lebih
tinggi daripada wanita.
Namun di sisi lain wanita cenderung lebih beretika dalam membuat
pertimbangan dan perilakunya dibanding pria. Berdasarkan penemuan tersebut
dalam dewan komisaris dan komite audit akan memberi hambatan pada praktik manipulasi laba karena adanya keterbatan isu etika dan moral di dalamnya (Gavious, Segev, & Yosef, 2012). Dalam penelitian ini, keberadaan keragaman berbasis gender mungkin memiliki impllkasi penting untuk manajemen laba. Dengan demikian hipotesis yang akan di uji adalah:
HI: Semakin banyak proporsi wanita pada dewan direksi/dewan komisaris akan berpengaruh negatif terhadap manajemen laba.
2.4.2 Pengaruh age terhadap manajemen laba
Menurut Hurlock (1999) dalam Kusumastuti (2007), masa dewasa seseorang dapat dibagi menjadi tiga tahap, yaitu masa dewasa dini (dewasa awal) yang dimulai dari usia 18-40 tahun, dewasa madya (dewasa tengah) yang
dimulai pada usia 40-60 tahun, dan dewasa lanjut (dewasa akhir) yang dimulai
pada usia 60 hingga saat kematian. Pada usia 40 - 45 tahun seseorang telah menapaki jenjang karir sejauh yang mereka mampu dan telah mencapai tempat
yang stabil dalam karirnya ada usia 40 tahun. Usia dapat mempengaruhi kinerja seseorang dalam perusahaan yang kemudian dapat mempenaruhi nilai perusahaan dalam membuat laporan keuangan. Penelitian lain (Hambrick dan Mason, 1984) menunjukkan bahwa manajer muda cenderung melakukan strategi
yang berisiko, dan mengalami kenaikan pertumbuhan dibandingkan dengan para
manajer yang lebuh tua. Berdasarkan uaraian diatas maka hipotesis yang
H3 : Semakin banyak proporsi anggota dewan komisaris/direksi yang berusia 40-45 akan berpengaruh negatif terhadap manajemen laba.
2.4.3 Pengaruh education Terhadap manajemen laba
Nurudin (2004) dalam kususmastuti (2007), menyebutkan bahwa penelitian dari Harvard University di Amerika Serikat mengungkapkan bahwa kesuksesan tidak semata-mata ditentukan oleh pengetahuan dan keterampilan teknis (hard skiii), tetapi oleh keterampilan mengelola diri dan orang lain (soft skiii). Penelitian ini mengungkapkan, kesuksesan hanya ditentukan sekitar 20% dengan hard skiii dan sisanya 80% dengan soft skiii. Penelitian lain berpendapat bahwa dengan memiliki pengetahuan bisnis dan ekonomi yang ada, setidaknya anggota dewan memiliki kemampuan lebih baik untuk mengelola bisnis dan mengambil keputusan bisnis daripada tidak memiliki pengetahuan bisnis dan ekonomi
(Kusumastuti, Supatmi, & Sastra, 2007. Berdasarkan uraian tersebut, maka
hipotesis alternatif yang diajukan dalam penelitian adalah:
H2 : Semakin banyak proporsi anggota dewan direksi/komisaris berlatar belakang
pendidikan ekonomi dan bisnis akan berpengaruh negatif terhadap
manajemen laba.
2.4.4 Pengaruh minority Terhadap manajemen laba
Minoritas pada board diversity yang dimaksud adalah Keberadaan Etnis
Indonesia memberikan pengaruh dalam dunia bisnis. Menurut kusumastuti (2007) tidak ada teori yang cukup sahib yang bisa menunjukkan dengan pasti apa yang membuat etnis Tionghoa sukses dalam bisnis. Ada pendapat mengatakan, sukses mereka didorong etos kerja tinggi, khas semangat kaum minoritas, sikap hemat, dan disiplin yang merupakan inti dari filosofi bisnis juga menjadi ciri khas kehidupan warga keturunan Tionghoa.
Karakteristik budaya Tionghoa menurut Setyawan (2005) antara lain kekuasaan dan otokrasi (Power and Autocracy), kekeluargaan (Familism), jaringan relasi (Guanxi), harga diri dan wibawa (Face and Prestige), serta fleksibel dan bertahan hidup {Flexibility and Endurance). Dengan karakteristik inilah dianggap etnis Tionghoa di Indonesia memiliki pengaruh terhadap dunia
perekonomian, terutama sektor bisnis. Berdasarkan uraian tersebut, maka
hipotesis alternatif yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah:
H4: Semakin banyak proporsi minority (etnis tionghoa) dalam dewan komisaris/direksi akan berpengaruh negatif terhadap manajemen laba.
2.4.5 Pengaruh tenure Terhadap manajemen laba
Penelitian Pfeffer (1983) menyarankan bahwa adanya komposisi
demografi pada kelompok dewan bisa menjadi penentu penting dari proses dan kinerja suatu perusahaan. Tim pada top manajemen yang beragam menyebabkan kenaikan kreativitas dan meningkatkan kemampuan beradaptasi
Tim manajemen puncak dengan keragaman pada usia, masa jabatan, pendidikan atau latar belakang fungsional dapat memiliki beragam nilai-nilal, pengaiaman, dan keyakinan (Tihanyi et al, 2000).
Secara umum buktl kuat tentang pengaruh tenure diversity terhadap rendahnya tingkat integrasi sosial, rendahnya komunikasi dalam suatu perusahaan (Williams & O'Reilly, 1998), Alasan mengenai diversifikasi umur juga berlaku untuk diversifikasi kepemilikan pada tim manajemen puncak, Lawrence (1997) menyebutkan bahwa persepsi eksekutif dalam kaitanya dengan umur keterlibatan dalam suatu perusahann mempengaruhi proses pengambilan keputusan. Seorang dewan direksi baru membutuhkan waktu berkisar antara tiga dan lima tahun untuk memperoleh pemahaman yang memadai mengenai
perusahaan (Kesner, 1988). Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis
alternatif yangdirumuskan dalam penelitian ini adalah:
H5 : Masa jabatan anggota dewan komisaris/direksi akan berpengaruh negatif
3.1 Instrumen Penelitian
Pada penelitian ini, peneliti tidak menggunakan instrument penelitian karena penelitian dilakukan dengan metode pendekatan kuantitatif.
3.1.1 Model Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode pendekatan kuantitatif. Metode pendekatan kuantitatif ini dipilih untuk mengembangkan model penelitian, teori atau hipotesis yang berkaitan dengan variabel yang akan diteliti. Model analisa dalam penelitian ini yaitu regresi ordinary least square (OLS) untuk menguji hipotesis, model penelitian adalah sebagai berikut:
ML = a + Pi GENit + Pz AGEit + p3 EDUit + p4 TENit + Ps MINOit +P6 ROAit + P?
LEVit + eit (3.1)
Tabel 3.1 Variabel dan Pengukuran
variabel keterangan Kriteria pengukuran
ML Manajemen laba Diskresioner total akrual model Jones
(1991) yang di modifikasi
GEN
Gender dalam hal ini adalah wanita dari dewan
direksi/komisaris
% Zdireksi(komisaris) wanita/Zdireksi
(komisaris)
AGE Umur dari dewan direksi/komisaris
% Zdireksi(komisaris) dengan umur 40 -45/Zdireksi(komisaris)
variabel keterangan Kriteria pengukuran
EDU Latar belakang pendidikan dari dewan direksi/komisaris
% Idlreksi(komisaris)dengan
pendidikan bisnis/Zdireksi(komisaris) TEN Tenure (masa jabatan) dari
dewan direksi/komisaris
% Idirek$i(komisaris) dengan masa jabatan 5 tahun /Idireksi(komisaris) MINO Minority (etnis) % Zdireksi(komisaris) etnis
tionghoa/Zdireksi(komisaris) ROA Return on Asset Laba setelah pajak/Total Aset
LEV Leverage Hutang/total Aset
a konstanta
P koefisien regresi
1 nama perusahaan
t waktu
£ e r r o r
Variabel-variabel yang terdapat pada penelitian ini meliputi:
3.1.2 Variabel dependen
Variabel dependen pada penelitian ini adalah manajemen laba.
Manejemen laba menggunakan proxy akrual diskresioneri yang menggunakan model Jones (1991) yang dimodifikasi. Model ini dianggap memberikan basil yang paling baik dan kuat dalam mendeteksi adanya manajemen laba (Dechow,
Sloan, & Sweeney, 1995).
1. Menghitung akrual diskrisioneri:
(3.2) Keterangan :
DACt = Akrual diskrioner perusahaan pada periode t TACt = Akrual diskrioner total perusahaan dalam periode t
TAt-i = Aset total perusahaan pada akhir periode t-1
NDAt = Non discreonary accruals perusahaan pada perode t
2. Menghitung akrual diskrioner menggunakan persamaan Ordinary least
square (OLS):
= alH 1- a2 1-ct3 + e j
TAt-l TAC-l TAt-1 TAC-1 Keterangan :
cti, 02, aa = koefislen regresi
AREV = perubahan pendapatan perusahaan antara periode t-1 dan t pPEt = Aset tetap perusahaan {gross property, plant, and equipment)
pada periode t
e = koefisen eror
3. Menghitung nilai non discreonary accruals :
^ . 1 . ^ ^
NDAt = al + 7+ a2 —— +
a3——-TAt-l TAt-l TAt-1 (3.4)
Keterangan :
ARECt = perubahan pada piutang perusahaan antara periode M
dan t
4. Menghitung total akrual:
TACt =Nlt-CFOt (3.5)
Keterangan :
Nit = laba bersih setelah pajak perusahaan dalam periode t CFOt = arus kas operasi perusahaan dalam periode t
Berdasarkan rumusan tersebut, jika nilai positif menunjukkan manajemen laba dilakukan dengan pola penaikan laba (income-increasing) dan nilai negatif
menunjukkan adanya manajemen iaba dengan pola penurunan laba {income-decreasing)
3.1.3 Variabel independen
Variabel independen pada penelitian in! adalah board diversity. Dalam penelitlan In! board diversity diukur dengan lima diversity yaitu gender, age, education, minority (etnik) dan tenure (masa perikatan) dewan.
3.1.4 Variabel kontroi
Variabel control pada penelitian ini meliputi ROA dan leverage. ROA adalah salah satu bentuk dari rasio profitabilitas untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba. ROA yang positif menunjukan bahwa dari
total aktiva yang dipergunakan untuk operasi perusahaan mampu memberikan laba bagi perusahaan, sebaliknya jika ROA negative menunjukan total aktiva yang dipergunakan tidak memberikan keuntungan. Leverage adalah kemampuan perusahaan atas penggunaan utang untuk membiayai investasi.
3.2 Lokasi dan Obyek Penelitian
Obyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di bursa efek Indonesia (BEI) pada tahun 2010 —2013. Data tersebut dapat diperoleh dari situs resmi BEI yaitu fwww.idx.co.id) dan BEI cabang batam.
3.3 Teknik Penetapan Jumlah Sampel
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi seluruh perusahaan non keuangan yang listing di bursa efek Indonesia tahun 2010-2103 dengan kriteria yang telah ditetapkan.
3.4 Teknik Penarikan Sampel
Penelitian sampel perusahaan dilakukan dengan metode purposive
sampling, yaitu dengan menetapkan kriteria spesifik yang teiah ditetapkan.
Kriteria sampel tersebut adalah:
1. Perusahaan yang listing di BEI selain perusahaan sektor keuangan/
pembiayaan dari tahun 2010-2013. Pemilihan semua perusahaan
non-keuangan karena perusahaan non-keuangan memiliki karakteristik yang berbeda dibandingkan perusahaan jenis lainnya dan adanya perbedaan kebijakan
pada pph pasal 23 terhadap perusahaan keuangan.
2. Perusahaan yang periode pencatatan laporan keuangannya dari 1 Januari sampai 31 Desember.
3. Perusahaan yang dalam laporan keuangannya menggunakan mata uang rupiah karena perhitungan pajak menggunakan mata uang rupiah
4. Perusahaan yang tidak dalam corporate control action contohnya perusahaan
5. Perusahaan yang tidak dalam initial public offering (IPO) selama periode
2010-2013.
6. Perusahaan yang dalam periode penelitian yaitu tahun 2010-2013 tidak mengalami kerugian.
7. Perusahaan yang memiliki data lengkap {annuai report) yang dibutuhkan untuk penelitian.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Data yang dipakai adalah data sekunder dan diperoleh melalui metode dokumentasi. Metode dokumentasi dilakukan dengan mengumpulkan data laporan keuangan dan laporan tahunan dan juga data-data lain seperti studi pustaka dan jurnal serta literatur yang berkaitan dengan penelitian dari laporan publikasi perusahaan dari tahun 2010-2013.
3.6 Teknik Pengolahan Data
Pengolahan data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
pengujian asumsi klasik dan pengujian hipotesis dengan alat uji regresi data panel. Menurut Nachrowi dan Usman (2006) untuk mengestimasi model regresi data panel dapat menggunakan tiga pendekatan, yaitu:
1. Pooied Least Square Model
Teknik ini seperti membuat regresi dengan data cross section atau time
menggabungkan data cross section dengan data time series {pooi data). Kemudian data gabungan ini diperiakukan sebagai satu kesatuan pengamatan yang digunakan untuk mengestimasi model dengan metode ordinary least square (OLS).
2. Fixed Effect Model
Adanya variabel-variabel yang tidak semuanya masuk dalam persamaan model memungkinkan adanya intercept yang tidak konstan. Oleh karena itu diperlukan suatu model yang dapat menunjukkan perbedaan konstanta antar obyek, mesklpun dengan koefisien regressor yang sama. Hal tersebut yang melatar belakangi pembentukan//x effect model. Fix effect disini maksudnya
bahwa satu obyek memiliki konstanta yang tetap besarnya untuk berbagai
periode waktu. Begitu juga dengan koefisien regresinya, besarnya tetap dari
waktu kewaktu (time invariant). Untuk membedakan satu obyek dengan
obyek lainnya digunakan variabel dummy. Model ini sering disebut Least
Squares Dummy Variables (L5DV). 3. Random Effect Model
Selain metode fix effect model untuk menganalisa data pooi dapat
menggunakan random effect model. Dimana cerminan perbedaan antar
individu dan waktu menggunakan error, sedangkan pada fix effect model
menggunakan intercept, karena ada dua kontribusi pembentukan error maka
perlu diurai menjadi error komponen individu, error komponen waktu, dan error gabungan. Teknik ini memperhitungkan bahwa error mungkin
berkorelasi sepanjang time series dan cross section, Selain itu metode ini dapat menghemat pemakaian derajat kebebasan (degree of freedom), sehingga parameter basil estimasi menjadi lebih eflslen.
3.7 Teknik Anallsis Data
3.7.1 Uji Metode
Untuk memilih model regresi data panel terbaik yang dipakai yaitu pooied ieast square model, fixed effect model, dan random effect model pada penelitian
Ini dilakukan dengan uji statistik yaitu:
a. Chow test
Chow test merupakan uji untuk memilih apakah pendekatan model yang
digunakan pooled least square model atau fixed effect model untuk
mengolah data panel. Hal ini dikarenakan asumsi bahwa setiap unit cross section memiliki perilaku yang sama cenderung tidak realistis mengingat tiap unit cross section memiliki perilaku yang berbeda. Pengujian ini dilakukan dengan hipotesis:
Ho : Metode Pooled Square Model
Hi: Metode Fixed Effect Model
Apabila pengolahan menggunakan Eviews, untuk menentukan dasar pemilihan model dengan melihat signifikansi nilai F dan Chi-square. Jika
model yang dipakai/zxec/ effect model. Dan jika nilai p-valuenys > a, maka pooled square model yang digunakan.
b. Hausmann test
Metode fixed effect model tidak mengasumsikan bahwa indivldu (unit cross section) tidak berkorelasi dengan regressor yang lain, dimana hal ini diasumsikan dalam metode random effect model. Kondisi ini dapat dimungkinkan dengan menguji ortogonalitas. Uji hausmann merupakan
pengujian statistik untuk memilih metode/zxed effect model atau random
effect model dalam mengolah data panel. Pengujian ini dilakukan dengan
hipotesis sebagai berikut:
Ho : Metode Random Effect Model
Hi: Metode Fixed Effect Model
Dasar penolakan Hq dengan melihat signifikansi p-value. Jika nilai p-value
basil uji hausmann signifikan atau lebih kecil dari a maka Hq ditolak,
dimana model yang lebih baik digunakan adalah/zxeof e^ectmode/.
3.7.2 Uji Asumsi Klasik
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel independen
dan variabel dependen dengan menggunakan data panel. Pengolahan
menggunakan
data panel tidak memerlukan
pengujian normalitas dan
dan Usman, 2006). Untuk itu asumsi yang harus dipenuhi dalam model data panel yaltu:
1. Uji multlkolinlerltas
Uji multikollnieritas bertujuan untuk menguji apakah didalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas {independen). Model regresi yang balk seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Mulitikolinieritas di dalam model regresi dapat dilihat dengan menganalisis tolerance value dan VIF (Variance inflation factor) jika nilai tolerance value
>0.10 dan VIF < 10 maka tidak terjadi multikolinieritas. 2. Uji heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah model regresi terjadi
ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas.
Model regresi yang baik adalah jika penelitian tidak mengalami heteroskedastisitas. Uji statistik yang digunakan untuk mendeteksi ada atau
tidaknya heteroskedastisitas adalah uji white. Hasil uji white heterokedastisitas dengan melihat nilai Obs*R-Squared, jika nilai p-vo/uenya
lebih kecil dari 0,05 maka disimpulkan bahwa data tersebut bersifat
3.7.3 Pengujian Hipotesis
Penelitian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan alat uji regresi data panel. Pengujian hipotesis ini adalah kombinasi antara data silang {cross section) dengan runtut waktu (time series). Metode yang digunakan dalam mengistimasi model regresi data panel yaitu Ordinary least square. Pengujian hipotesis ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh board diversity (yang terdiri dari age, gender, tenure, education dan minority) terhadap manajemen laba. Apabila hasil koefisien regresi 1, koefisien regresi2; koefisien regresiS, koefisien regresi 4, dan koefisien regresi 5 tidak sama dengan 0 Ha diterima,
artinya terdapat pengaruh board diversityterhadap manajemen iaba, sebaliknya Apabila hasil koefisien regresi 1, koefisien regresi2, koefisien regresiS, koefisien regresi 4, dan koefisien regresi 5 sama dengan 0 maka Ha ditolak, artinya tidak terdapat pengaruh board diversity terhadap manajemen laba.
BAB IV
HASH DAN PEMBAHASAN
4.1 Karakteristik Sampel
Penelltian ini menggunakan data sekunder berupa annual report tahun 2010-2013. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2010-2013. Kriteria sampel telah diuraikan dalam bab 3, jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 96 perusahaan pertahun sehingga total sampel sebanyak 384 observasi (firm-year). Penentuan kriteria sampel dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut:
Tabel 4.1 Hasil penentuan sampel
Kriteria Jumiah
Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010 -2013 507 Perusahaan yang bergerak dalam industri keuangan (87) Perusahaan yang tidak lengkap laporan tahunannya (72) Perusahaan yang penacatatan laporan keuanganya selain 1 Januari - . . 31 Desember
Perusahaan yang melakukan merger (105)
perusahaan yang menggunakan mata uang selain rupiah (42) (69) Perusahaan yang tidak lengkap laporan struktur Board Diversitynya (34)
Jumiah Sampel 96
Sumber: data yang diolah
Perusahaan yang pada tahun penelitian 2010 - 2013 mengalami
Dari tabel 4.1 diatas dapat diiihat bahwa dari 507 populasi perusahaan
terdaftar di BEI, 96 diantaranya mempublikasikan annual report tahun 2010-2013
dan memiiki data-data yang dibutuhkan dalam penelitlan ini. Data-data tersebut
berupa penjelasan mengenai struktur dewan direksi dan komisaris yang ada
dalam perusahaan berupa profil dan foto, serta kelengkapan laporan keuangan tahun bersangkutan untuk mengetahui dan menghltung maajemen laba.
4.2 Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif dalam penelitian ini berisi profil subjek penelitian dan karakteristik data yang digunakan. Hasil pengujian statistik deskriptif disajikan
dalam tabel 4.2 di bawah ini.
Tabel 4.2 Hasll Anallsis Statistik Deskriptif
Nama Varlabel Observations Mean Maximum Minimum Std. Dev.
EM 384 0.012 0.582 -1.215 0.138 GEND 384 0.120 0.538 0.000 0.134 AGE 384 0.095 1.000 0.000 0.142 EDU 384 0.486 1.000 0.000 0.193 MINO 384 0.439 1.000 0.000 0.283 TENU 384 0.463 1.000 0.000 0.310 ROA 384 0.082 0.410 0.000 0.066 LEV 384 0.433 1.049 0.037 0.192
Keterangan: Tabel ini merupakan hasll ujlstatistik deskriptif. Varlabel dependen berupa Manajemen Laba,sedangkan variabel independennya yaitu GENDER, AGE, EDUCATION, MINORITY dan TENURE. Penjelasan dari varlabel tersebut adalah EM(Earning Management) =Akrual diskresioner dengan model Jones (1991) yang dimodiflkasi,GEND = presentase Jumlah direksl/komlsaris wanita/jumlah dewan direksl/komlsaris, AGE = presentase jumlah direksi/komisaris dengan umur 40-45tahun/juml3h dewan
direksi/komisaris, EDU = presentase jumlah direksi/komisaris dengan pendidikan ekonoml(bisnis)/jumlah dewan direksi/komisaris, MINO = presentase jumlah direksi/komisarisdengan etnistionghoa/jumlah dewan direksi/komisaris, TENU = presentase jumlah
direksi/komisaris dengan masa jabatan lebih dari 5 tahun/jumlah dewan direksi/komisaris, ROA = laba setelah pajak/total aset, LEV = Piutang jangka panjang/total aset.
Berdasarkan hasil pengujian statistik deskriptif pada tabel 4.2 di atas dapat diketahui bahwa variabel dependen berupa manajemen laba diperoleh nilai rata-rata tingkat perusahaan melakukan income-Increasing 1.20% dari laba. Perusahaan melakukan income-decreasing dengan presentase maksimum
sebesar 100,21% dari laba, sedangkan maksimum income-increasing dilakukan
sebesar 58,20% dari laba dengan menggunakan sampel observasi 384
perusahaan.
Dari tabel 4.2 diatas variabel independen yaitu board diversity dideskripsikan sebagai berikut: keberadaan wanita pada perusahaan menunjukkan bahwa keberadaan wanita di jajaran dewan masih tergolong rendah, ditunjukkan dengan adanya nilai rata-rata sebesar 12% saja. Keberadaan dewan dengan umur 40-45 tahun menunjukkan rata-rata sebesar 9,5% dari dewan direksi/komisaris, hal ini menunjukkan bahwa keberadaan dewan dengan umur 40-45 Juga tergolong rendah.
Nilai rata-rata dewan dengan latar belakang pedidikan ekonomi dan bisnis sebesar 48,6% dari dewan direksi/komisaris, Ini menunjukkan bahwa latar belakang pendidikan sangat tinggi. Keberadaan etnis tionghoa dijajaran direksi/komisaris ditunjukkan dengan nilai rata-rata etnis tionghoa sebesar 43,9% dari keberadaan dewan. Keberadaan dewan dengan masa Jabatan lebih dari 5tahun ditunjukkan dengan nilai rata-rata 46,3% dewan direksi/ komisaris, ini menunjukkan bahwa dewan dengan pengalaman menjabat lebih dari 5tahun
Variabel kontrol penelitian ini ada 2 yaitu ROA dan leverage. Berdasarkan
tabel 4.2 diatas ROA memlliki nilai rata-rata tingkat pengembalian aset 8,2%
sedangkan nilai rata-rata leverage adalah 0,433 ini menunjukkan pengembalian
hutang terhadap total aset perusahaan adalah 43,3%.
4.3 Evaluasi Model dan Anaifsis Data
4.3.1 Chow Test
Chow test merupakan uji untuk memilih apakah pendekatan model yang digunakan pooled least square atau fixed effect Berdasarkan basil uji chow disajikan dalam tabel 4.3 di bawah ini. Untuk model hipotesis 1,2,3,4 dan 5 dengan tingkat keyakinan 95% nilai p-value dari F statisticnya untuk variabel dependen manajemen laba adalah nol (0<0,05), berarti menolak Hq. Sehingga model yang lebih baik digunakan adalah//xec/e^ecf mode/.
Tabel 4.3 Hasil Uji Chow
Hasi! uji Chow Test
Redundant Fixed Effects Tests Pool: REGRESI
Test cross-section fixed effects
Model Regresi 1 EM
Effects Test Statistic d.f. Prob.
Cross-section F 3.999923 -95,285 0
Hasil uji Chow Test
Redundant Fixed Effects Tests Pool: REGRESI
Test cross-section fixed effects
Model Regresi 2 EM
Effects Test Statistic d.f. Prob.
Cross-section F 4.027883 -95,285 0
Cross-section Chi-square 326.8889 95 0
Model Regresi 3 EM
Effects Test Statistic d.f. Prob.
Cross-section F 4.041967 -95,285 0
Cross-section Chi-square 327.6577 95 0
Model Regresi 4 EM
Effects Test Statistic d.f. Prob.
Cross-section F 4.025693 -95,285 0
Cross-section Chi-square 326.7692 95 0
Model Regresi 5 EM
Effects Test Statistic d.f. Prob.
Cross-section F 4.116421 -95,285 0
Cross-section Chi-square 331.6964 95 0
Sumber: data diolah menggunakan eviews 7
4.3.2 Hausman Test
Setelah melakukan uji chow yang hasiinya adalah fixed effect model, seianjutnya dilakukan uji hausmann. Uji hausmann untuk memilih antara fixed effect model dan random effect model. Berdasarkan hasil uji hausmann untuk
model hipotesis 1 dengan tingkat keyakinan 95% nilai p-value untuk variabel
dependen manajemen laba adalah 0,0002 nilai tersebut lebih kecil dari a berarti
menolak Ho, sehingga model yang terbaik digunakan adalah fixed effect model. Model hipotesis 2 dengan tingkat keyakinan yang sama nilai p-valuenya
0,0000 untuk variabel dependen yaitu manajemen laba nilai lebih kecil dari a
berarti menolak Hq. Sehingga model yang digunakan adalah fixed effect model.
Model hipotesis 3 dengan tingkat keyakinan 95% nilai p-value yang diperoleh
sebesar 0,0001 nilai tersebut lebih kecil dari a sehingga menolak Hq. Berarti model yang terbaik digunakan adalah//xecfe^ect mode/.
Model hipotesis 4 dengan tingkat keyakinan 95% nilai p-value yang diperoleh sebesar 0,0000 nilai tersebut lebih kecil dari a sehingga menolak Hq. Berarti model yang terbaik digunakan adalah//xede^ect mode/. Model hipotesis 5 dengan tingkat keyakinan 95% nilai p-value yang diperoleh sebesar 0,0000 nilai tersebut lebih kecil dari a sehingga menolak Hq. Berarti model yang terbaik digunakan adalah fixed effect model
Model hipotesis 1,2,3,4 dan 5 setelah dilakukan pengujian hasilnya menunjukkan//xede#ect mode/adalah model terbaik. Hasil uji Hausmann dapat
Tabel 4.4 Hasil Uji Hausmann
Hasil Hausmann Test
Correlated Random Effects - Hausman Test
Pool: REGRESI
Test cross-section random effects
Model Regresi 1 EM
Effects Test Statistic d.f. Prob.
Cross-section random 19.29607 3 0.0002
Model Regresi 2 EM
Effects Test Statistic d.f. Prob.
Cross-section random 24.8122 3 0
Model Regresi 3 EM
Effects Test Statistic d.f. Prob.
Cross-section random 21.86994 3 0.0001
Model Regresi 4 EM
Effects Test Statistic d.f. Prob.
Cross-section random 23.08917 3 0
Model Regresi 5 EM
Effects Test Statistic d.f. Prob.
Cross-section random 24.3588 3 0
Sumber: data diolah menggunakan eviews 7 4.3.1 Uji Multikollnearitas
Uji multikoiinieritas bertujuan untuk menguji apakah di dalam model
regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel Independen.
Mulitikolinierltas di dalam model regresi dapat dilihat dengan menganalisis
tolerance value dan VIF {Variance inflation factor) jika nilai tolerance value >0.10 dan VIF < 10 maka tidak terjadi multikolinieritas.
Hasil uji multikolinearitas disajikan pada tabel uji 4.5 basil pengujian multikolinearitas tidak terdapat multikolinearitas dengan melihat nilai tolerance
yang lebih besar dari 0,10 dan VIF lebih kecil dari 10.
Tabel 4.5 Hasil Uji Multikollearitas
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients Collinearity Statistics
Model B
Std.
Error Beta t Sig. Tolerance VIF
1 (Constant) -.022 .033 -.662 .508 GEND .121 .057 .117 2.132 .034 .836 1.196 AGE .065 .051 .066 1.278 .202 .941 1.063 EDU .047 .036 .065 1.278 .202 .982 1.018 MINO -.056 .026 -.114 -2.156 .032 .899 1.113 TENU .035 .024 .079 1.468 .143 .883 1.133 ROA .273 .118 .131 2.309 .021 .791 1.264 LEV -.054 .040 -.074 -1.335 .183 .815 1.227 Sumber: data diolah menggunakan spss 16
4.3.2 Uji Heterokedastisltas
Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka
disebut homoskedastisltas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model
regresi yang baik adalah jika peneiitian tidak mengalami heteroskedastisitas. Uji
statistik yang digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas
adalah uji white. Hasil uji white heterokedastisitas dengan melihat nilai Obs*R-Squared, jika nilai p-valuenya lebih kecil dari 0,05 maka disimpulkan bahwa data
tersebut bersifat heterokedastisitas.
Tabel 4.6 Hasil Uji Heterokedastisitas
Hasil uji Heterokedastisitas
Heteroskedasticity Test: White
Model Regresi 1 EM
F-statistic 1.81262 Prob. F(3,380) 0.1443
Obs*R-squared 5.41758 Prob. Chi-Square(3) 0.1437
Scaled explained SS 79.72088 Prob. Chi-Square(3) 0.0000
Model Regresi 2 EM
F-statistic 1.5193 Prob. F(3,380) 0.2090
Obs*R-squared 4.5512 Prob. Chi-Square(3) 0.2078
Scaled explained SS 67.9815 Prob. Chi-Square(3) 0.0000
Model Regresi 3 EM
F-statistic 1.5193 Prob. F(3,380) 0.1975
Obs*R-squared 4.5512 Prob. Chi-Square(3) 0.1963
Scaled explained SS 67.9815 Prob. Chi-Square{3) 0.0000
Model Regresi 4 EM
F-statistic 2.5798 Prob. F{3,380) 0.0533
Obs*R-squared 7.6647 Prob. Chi-Square(3) 0.0535
Scaled explained SS 111.7880 Prob. Chi-Square(3) 0.0000
Model Regresi 5 EM
F-statistic 1.6343 Prob. F(3,380) 0.1810
Obs*R-squared 4.8914 Prob. Chi-Square(3) 0.1799
Scaled explained SS 74.3239 Prob. Chi-Square{3) 0.0000 Sumber: data diolah menggunakan eviews 7
Hasil pengujian heterokedastisitas pada tabel 4.6 di atas, yaitu nilai
Obs*R-Squared model hipotesis 1 adalah 0,1437. Hasil tersebut lebih besar dari
0,05 sehingga dapat disimpulkan model hipotesis 1 varians residualnya
homokedastisitas. Hasil pengujian heterokedastisitas model hipotesis 2 untuk variabel dependen yaitu 0,2078, hasil tersebut menunjukkan bahwa model
hipotesis 2 bebas heterokedastisitas.
Hasil pengujian heterokedastisitas model hipotesis 3 untuk variabel
dependen yaitu 0,1963, hasil tersebut menunjukkan bahwa model hipotesis 3
bebas heterokedastisitas. Hasil pengujian heterokedastisitas model hipotesis 4
untuk variabel dependen yaitu 0,0535, hasil tersebut menunjukkan bahwa model hipotesis 4 bebas dari heterokedastisitas. Hasil pengujian heterokedastisitas model hipotesis 5 untuk variabel dependen yaitu 0,1799, hasil tersebut menunjukkan bahwa model hipotesis 5 tidak terdapat heterokestisitas.
4.4 Hasil Pengujian Hipotesis
4.4.1 Pengaruh genc/er terhadap manajemen iaba
Hipotesis 1 (Hi) mengajukan bahwa Semakin banyak proporsi wanita pada
dewan direksi/dewan komisaris akan berpengaruh negatif terhadap manajemen
label 4.7 Hasll Regresi Pengaruh gender terhadap Manajemen Laba ML= a + Pi GENit + P2 ROAit ekspek tanda Variabel Dependen + p3 LEVIt + eit
Variable Independen Koefisien t-StatistIc p-value
GEND (HI) - 0.10902 0.87468 0.19125 ROA ± 1.00334 6.55347 JJPNPPPP LEV ± -0.02180 -0.33420 0.36925 Constanta -0.07332 -2.04676 0.02080 N 384 R-squared 0.58340 Adjusted R-squared 0.44015 F-statistic 4.07253 Prob(F-statistic) ***0.0000
Hasil Uji Hausmann Test Fixed
sゥァョゥヲゥォ。ョ pada level 1%.sゥァョゥヲゥォ。ョ pada Level 5%.sゥァョゥヲゥォ。ョ pada level 10%
Keterangan:Tabel ini merupakan hasll uji regresi Hi Pengaruh pencTer Terhadap Manajemen Laba.Dengan metode fix effect setelah diiakukan uji Hausmann. Variabel dependen yaitu Manajemen Laba, sedangkan variabel independennya yaitu gender dan variabel kontrol nya ROA dan leverage. Penjelasan dari variabel tersebut adalah Manajemen laba = akruai diskresioner jones 1991 yang di modifikasi, GEND = presentase jumiah direksi/komisaris wanita/jumiah dewan direksi/komisaris, ROA = laba setelah pajak/total aset, LEV = Piutangjangka panjang/total aset.
Sumber: data diolah menggunakan eviewsl
Berdasarkan hasil uji regresi pada tabei 4.7 hipotesis pertama Hi tidak dapat didukung. Hai ini dilihat dari nilai p-value ^Hi) sebesar 0.19125. Hal ini menunjukkan bahwa gender tidak berpengaruh terhadap adanya manajemen laba. Jadi perusahaan melakukan manajemen laba tidak tergantung pada ada atau tidaknya wanita dalam dewan direksi atau komisaris. Variabel kontrol ROA menunjukkan pengaruh yang signifikan antara gender terhadap manajemen laba, ini berarti bahwa semakin tinggi ROA maka perusahaan melakukan income-increasing. Sedangkan leverage tidak berpengaruh signifikan.
4.4.2 Pengaruh oge Terhadap manajemen laba
Hipotesis 2 (H2) mengajukan bahwa semakin banyak proporsi anggota dewan komisaris/direksi yang berusia 40-45 akan berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. Hasll pengujian disajikan dalam tabel 4.8 adalah sebagai
behkut:
Tabel 4.8 Hasil Regresi Pengaruh age terhadap Manajemen Laba ML = a + 3iAGEit + p2 ekspekspektasi Variabel Dependen
ROAit + P3 LEVit + eit tanda
Variable Independen Koefisien
t-Statistic p-value AGE (H2) - -0.05550 -0.70862 0.23955 ROA + 0.99830 6.52365 JJPNPPPP LEV + -0.02005 -0.30757 0.37930 Constanta -0.05528 -1.60596 0.05470 N 384 R-squared 0.58302 Adjusted R-squared 0.43963 F-statistic 4.06610 Prob(F-statistic) ***0.0000
Hasil Uji Hausmann Test Fixed
***Signlfikan pada level 1%. **Signiflkan pada Level 5%. *Signifikan pada level 10%
Keterangan;Tabel ini merupakan hasil uji regresi H2Pengaruh age Terhadap Manajemen Laba. Dengan metode fixeffect setelah dilakukan uji Hausmann. Variabel dependen yaitu Manajemen Laba, sedangkan variabel independennya yaitu age dan variabel kontrol nya ROA dan leverage. Penjelasan dari variabel tersebut adalah Manajemen laba = akrual diskresioner jones 1991 yang di modifikasi, AGE = presentase jumlah direksi/komisaris dengan umur 40-45 th/jumlah dewan direksi/komisaris, ROA = laba setelah pajak/total aset, LEV = Piutang jangka panjang/total aset.
Sumber: data diolah menggunakan eviews 7
Berdasarkan basil uji regresi pada tabel 4.8 hipotesis kedua (H2) tidak dapat didukung ditunjukkan dengan nilai p-value sebesar 0.23955. Hal ini menunjukkan bahwa age tidak berpengaruh terhadap adanya manajemen laba. Jadi perusahaan melakukan manajemen laba tidak tergantung pada ada atau tidaknya dewan direksi/komisaris dengan umur 40-45 tahun. Hasil ini
mengindikasikan bahwa tidak ada hubungan antara keberadaan dewan dengan
umur 40- 45 tahun dengan adanya perilaku menaikkan laba pada laporan
keuangan. Variabel kontrol ROA menunjukkan pengaruh yang signifikan antara
age terhadap manajemen laba, in! berarti bahwa semakin tinggi ROA maka perusahaan melakukan Income-increasing. Leverage menunjukkan nilai tidak berpengaruh signifikan.
4.4.3 Pengaruh education Terhadap manajemen laba
Hipotesis 3 (H3) bahwa Semakin banyak proporsi anggota dewan direksi/komisaris berlatar belakang pendidikan ekonomi dan bisnis akan berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. Hasil pengujian disajikan dalam
tabel 4.9 adalah sebagai berikut:
label 4.9 Hasil RegresI Pengaruh education terhadap Manajemen Laba ML= a + pi EDUit + p2 ROAit ekspek Variabel Dependen
+ p3 LEVit + eit tanda
Variable Independen Koefisien t-Statistic p-value
EDU (MB) - -0.01010 -0.09808 0.46095 ROA ± 0.99956 6.46332 ***0.0000 LEV + -0.01736 -0.26654 0.39500 Constanta -0.05692 -0.97723 0.16465 N 384 R-squared 0.58230 Adjusted R-squared 0.43866 F-statistic 4.05407 Prob{F-statistic) ***0.0000
Hasil Uji Hausmann Test Fixed
***Signifikan pada level 1%.sゥァョゥヲゥォ。ョ pada Level 5%. *Signifikan pada level 10%
Keterangan: Tabel in! merupakan hasil uji regresi H3 Pengaruh education Terhadap Manajemen Laba. Dengan metode fix effect setelah dilakukan uji Hausmann. Variabel dependen yaitu Manajemen Laba, sedangkan variabel independennya yaltu age dan variabel kontrol nya ROA dan leverage. Penjelasan dari variabel tersebut adalah Manajemen laba = akrual diskresionerJones 1991 yangdi modifikasi. Education = presentase jumlah direksi/komisaris dengan latar belakang ekonomi bisnis/jumlah dewan direksi/komisaris, ROA = laba setelah pajak/total aset, LEV = Piutang jangka panjang/total
aset.
Berdasarkan hasil uji regresi pada tabel 4.9 hipotesis ketlga (H3) tidak dapat didukung ditunjukkan dengan nilai p-value sebesar 0.46095. Hal inl menunjukkan bahwa education tidak berpengaruh terhadap adanya manajemen laba. Perusahaan melakukan manajemen laba tidak tergantung pada ada atau tidaknya dewan direksi/komisaris dengan latar belakang pendidikan ekonomi dan bisnis. Hasil ini mengindikasikan bahwa tidak ada hubungan antara keberadaan dewan dengan latar belakang pendidikan ekonomi dan bisnis dengan adanya perilaku manajemen laba pada laporan keuangan. Untuk variabel kontrol ROA menunjukkan pengaruh yang signifikan antara education terhadap manajemen laba, ini berarti bahwa semakin tinggi ROA maka perusahaan melakukan income-increasing, dan untuk leverage tidak berpengaruh signifikan.
4.4.4 Pengaruh m/nor/ty Terhadap manajemen laba
Hipotesis 4 {H4) bahwa Semakin banyak proporsi minority (etnis tionghoa) dalam dewan komisaris/direksi akan berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. Hasil pengujian disajikan dalam tabel 4.10 sebagai berikut:
Tabel 4.10 Hasil Regresi Pengaruh m/nor/ty terhadap Manajemen Laba ML= a + Pi MINOit + P2 ROAit + ekspek Variabel Dependen
p3 LEVit + £it tanda
Variable Independen Koefisien t-Statistic p-value
MING (MS) - 0.06638 0.60521 0.27275 ROA + 0.98958 6.44204 ***0.0000 LEV + -0.01922 -0.29505 0.38410 Constanta -0.08931 -1.57857 -0.04466 N 384 R-squared 0.58282 Adjusted R-squared 0.43936 F-statistic 4.06279 Prob(F-statistic) ***0.0000
Hasil Uji Hausmann Test Fixed
***Signifikan pada level 1%. **Signifikan pada Level 5%. *Signifikan pada level 10%
Keterangan; Tabel in! merupakan hasil uji regresi H4 Pengaruh minority Terhadap Manajemen Laba. Dengan metode fix effect setelah dilakukan uji Hausmann. Variabel dependen yaltu Manajemen Laba, sedangkan variabel independennya yaltu age dan variabel kontrol nya ROA dan leverage. Penjelasan dari variabel tersebut adalah Manajemen laba = akrual diskresioner jones 1991 yang di modifikasi, Minority = presentase jumlah direksi/komisaris dengan etnis tionghoa/jumlah dewan direksi/komisaris, ROA = laba setelah pajak/total aset, LEV = Piutang jangka panjang/total aset.
Sumber; data diolah menggunakan eviews 7
Berdasarkan hasil uji regresi pada tabel 4.10 hipotesis keempat (H4) tidak dapat didukung ditunjukkan dengan nilai p-value sebesar 0.27275. Hal ini menunjukkan bahwa minority tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Perusahaan melakukan manajemen laba tidak tergantung pada ada atau tidaknya dewan direksi atau komisaris dengan etnis tionghoa. Sedangkan variabel kontrol ROA menunjukkan pengaruh yang signifikan antara dewan direksi dengan latar belakang etnis tionghoa terhadap manajemen laba, ini berarti bahwa semakin tinggi ROA maka terjadi income-increasing. Untuk hasil leverage menunjukkan nilai tidak berpengaruh signifikan.
4.4.5 Pengaruh Tenure Terhadap manajemen laba
Hipotesis 5 (H5) bahwa masa jabatan anggota dewan komisaris / direksi akan berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. Hasil pengujian disajikan daiam tabel 4.11 sebagai berikut:
Tabel 4.11 Hasil Regresi Pengaruh tenure terhadap Manajemen Laba ML= a + PiTENUit + P2 ekspektasi Variabel Dependen
R0Ait + P3 LEVit + eit tanda
Variable Independen Koefisien t-statistic p-value
TENU (HS) - -0.06490 -1.51771 **0.0651 ROA ± 0.99702 6.53599 ***0.0000 LEV ± -0.02079 -0.32039 0.37445 Constanta -0.03009 -0.76928 0.22120 N 384 R-squared 0.58563 Adjusted R-squared 0.44314 F-statistic 4.11011 Prob(F-statistic) ***0.0000
Hasil Uji Hausmann Test Fixed
***Signlfikan pada level 1%. **Signifikan pada Level 5%. *Signifikan pada level 10%
Keterangan: Tabel ini merupakan hasil uji regresi H5 Pengaruh tenure Terhadap Manajemen Laba. Dengan metode fix effect setelah dtlakukan uji Hausmann. Variabel dependen yaitu Manajemen Laba, sedangkan variabel independennya yaitu age dan variabel kontrol nya ROA dan leverage. Penjelasan dari variabel tersebut adalah Manajemen laba = akrual diskresioner jones 1991 yang di modifikasi, Tenure = presentase jumlah direksi/komisaris dengan masa jabatan lebih dari 5 th/jumlah dewan direksi/komisaris, ROA = iaba setelah pajak/total aset, LEV = Piutang jangka panjang/total aset.
Sumber; data diolah menggunakan eviews 7
Berdasarkan hasil ujl regresi pada tabel 4.11 hipotesis kelima (Hs) tidak dapat didukung ditunjukkan dengan nilai p-value sebesar 0.0651. Jadi semakin lama dewan direksi/komisaris menjabat maka perusahaan melakukan manajemen laba {income-increasing). Jadi perusahaan melakukan manajemen laba {income-increasing) tergantung pada lama atau tidaknya anggota dewan direksi/komisaris menjabat. Untuk variabel kontrol ROA menunjukkan pengaruh
yang signifikan antara dewan direksi dengan masa jabatan lebih dari 5 tahun terhadap manajemen laba, ini berarti bahwa semakin tinggi ROA maka terjadi income-increasing. Selain itu leverage tidak signifikan.
4.5 Pembahasan
4.5.1 Pengaruh gender terhadap manajemen laba
Berdasarkan basil pengolahan data dan pengujian statistik; bahwa pada Hi tidak terdapat pengaruh negatif antara gender terhadap manajemen laba. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Peni dan Vahaama (2010) bahwa CEO wanita tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Penelitian lain berkaitan dengan gender d/Vers/ty terhadap manajemen laba dilakukan oleh Gavious, Segev, & Yosef (2012) menunjukkan bahwa keberadaan CEO wanita atau CFO wanita tidak berpengaruh secara signifikan pada manajemen laba.
Keberadaan wanita sebagai pimpinan perusahaan (direksi/komisaris)
yang cenderung rendah, sehingga disimpulkan bahwa perusahaan melakukan
manajemen laba tidak tergantung pada pimpinan perusahaan (direksi) wanita
4.5.2 Pengaruh age terhadap manajemen laba
Dari uji hipotesis kedua (H2) menunjukkan bahwa age tidak berpengaruh negatif terhadap adanya manajemen laba. Penelitian Hurlock (1999)
sebagaimana dikutip oleh Kusumastuti, Supatmi, & Sastra (2007), ketika
memasuki usia 40-45 tahun, seseorang telah menapaki jenjang karir sesuai
kemampuannya dan telah mencapai tempat yang stabil dalam karirnya pada usia
40tahun.
Hasil uji hipotesis menunjukkan tidak ada pengaruh keberadaan dewan
dengan umur direksi yang muda, usia produktif (40-45) maupun lebih tua dengan
adanya praktik manajemen laba.
4.5.3 Pengaruh education terhadap manajemen laba
Dari uji hipotesis kedua (H3) menunjukkan bahwa education tidak
berpengaruh
negatif
terhadap
manajemen
laba.
Menurut
penelitian
Kusumastuti, Supatmi, & Sastra, (2007) tentang Board diversity terhadap nilai
perusahaan, menemukan bahwa dewan dengan memiliki pengetahuan bisnis
dan ekonomi yang ada, setidaknya anggota dewan memiliki kemampuan lebih
baik untuk mengelola bisnis dan mengambil keputusan bisnis daripada tidak
memiliki pengetahuan bisnis dan ekonomi.