• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Ekstraksi Daun Jati Muda Dengan Variasi Jenis Pelarut Dan Lama Penyimpanan Terhadap Stabilitas Kertas Indikator Asam Basa Alternatif

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengaruh Ekstraksi Daun Jati Muda Dengan Variasi Jenis Pelarut Dan Lama Penyimpanan Terhadap Stabilitas Kertas Indikator Asam Basa Alternatif"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH EKSTRAKSI DAUN JATI MUDA DENGAN VARIASI JENIS PELARUT DAN LAMA PENYIMPANAN TERHADAP STABILITAS KERTAS INDIKATOR

ASAM BASA ALTERNATIF

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Oleh:

Vina Noviasanti Putri Wibowo A420130031

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2017

(2)
(3)
(4)
(5)

1

PENGARUH EKSTRAKSI DAUN JATI MUDA DENGAN VARIASI JENIS PELARUT DAN LAMA PENYIMPANAN TERHADAP STABILITAS KERTAS INDIKATOR ASAM

BASA ALTERNATIF ABSTRAK

Indikator asam basa merupakan zat yang dapat menunjukkan sifat asam, basa, dan netral pada suatu larutan. Daun jati terutama yang masih muda memiliki pigmen warna merah yang berasal dari antosianin sehingga berpotensi sebagai indikator asam basa alternatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jenis pelarut terhadap perubahan warna kertas indikator asam basa dan pengaruh lama penyimpanan kertas terhadap stabilitas warna yang dihasilkan kertas indikator asam basa dari ekstrak daun jati muda setelah diuji. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) menggunakan dua faktor perlakuan yaitu jenis pelarut dan lama penyimpanan kertas. Jenis pelarut yang digunakan adalah Etanol 96% dan Etanol 96%+HCl 1% dengan variasi lama penyimpanan kertas 0, 5, 10 dan 15 hari. Parameter dalam penelitian ini adalah perubahan warna kertas indikator asam basa dari ekstrak daun jati muda setelah dicelupkan pada larutan asam basa serta stabilitas warna kertas indikator terhadap lama penyimpanan yang berbeda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variasi jenis pelarut mempengaruhi perubahan warna dari kertas indikator, pelarut etanol 96% + HCl 1% menghasilkan warna yang lebih kontras dalam membedakan larutan asam maupun basa yaitu merah pada larutan asam dan hijau tentara-hijau lumut pada larutan basa. Lama penyimpanan kertas memberikan pengaruh terhadap stabilitas warna setelah diuji. Perubahan warna lebih stabil pada pelarut etanol 96%+HCl 1% , setelah penyimpanan hingga15 hari warna semakin memudar, tetapi masih dapat membedakan antara sifat asam dengan basa.

Kata Kunci :Antosianin, Daun jati muda,Indikatorasambasa, Jenis pelarut, Lama penyimpanan kertas

ABSTRACT

Acid-base indicator is a substance that can indicate the nature of the acid, alkaline and neutral solution. Teak leaf especially the young ones have a red pigment derived from anthocyanins and thus potentially as an alternative to acid-base indicator. This study aimed to determine the effect of solvent type on the color change ph indicator paper and paper storage time influence the color stability of the resulting paper ph indicator of young teak leaf extract after being tested. This study used an experimental method with a completely randomized design (CRD) using two factors, namely the type of solvent treatment and storage of paper. The type of solvent used is Ethanol 96% and Ethanol 96% + HCl 1% with a variation of the paper storage time of 0, 5, 10 and 15 days. The parameters in this study is the change in color of paper ph indicator of young teak leaf extract after dipped in a solution of acid-base indicator paper and color stability against storage time is different. The results showed that the variation of solvent type affect the color change of the indicator paper, ethanol 96% + HCl 1% produce more contrast colors distinguish the acidic or alkaline solution that is red in acidic solution and army-green moss green in alkaline solution. Old paper storage to give effect to the color stability after being tested. The color change is more stable in 96% ethanol + HCl 1%, after storage for up to 15 days of color fading, but still be able to distinguish between the nature of the acid with a base.

Keywords: Anthocyanins, young teakleaves, acid-base indicators, solvent type, duration of paper storage

(6)

2

1. PENDAHULUAN

Indikator asam basa adalah zat yang warnanya bergantung pada pH larutan atau zat yang dapat menunjukkan sifat asam, basa, dan netral pada suatu larutan (Salirawati, 2005). Indikator asam basa dapat memberikan warna berbeda pada larutan asam dan larutan basa. Dengan adanya perbedaan warna tersebut, suatu larutan dapat diketahui sifat asam atau basanya dengan menggunakan indikator asam basa tersebut.

Pada pembelajaran IPA di sekolah menengah khususnya materi klasifikasi zat, indikator asam basa ini sangat penting keberadaannya bagi siswa saat praktikum untuk menguji derajat keasaman ataupun kebasaan suatu zat. Oleh karena itu, setiap sekolah seharusnya menyediakan indikator sintetis tersebut. Akan tetapi, pada kenyataannya masih banyak sekolah yang belum mampu menyediakan indikator sintetis karena harganya yang mahal.

Dari permasalahan diatas diperlukan adanya alternatif indikator asam basa dari bahan alami sebagai pengganti indikator asam basa sintetis. Wadkar et al. (2008), telah menguji tanaman Careya arboreayang mengalami perubahan warna kuning pada keadaan asam kuat dan warna cokelat pada basa kuat. Penelitian oleh Indira (2015), hasilnya bahwa larutan indikator buah karamunting memberikan warna merah pada suasana asam dan ungu sampai biru pada suasana basa. Mulyani (2017), menggunakan bunga Malvaviscus penduliflorus

sebagai indikator kertas asam basa dan terjadi perubahan warna pink kekuningan (peach) jika dicelupkan pada larutan asam dan hijau pada larutan basa.

Indikator alami dari beberapa penelitian masih banyak dalam bentuk cair yang tidak tahan lama dan tidak praktik. Mengatasi hal di atas, perlu adanya penelitian mengenai pembuatan indikator alami dalam bentuk kertas, supaya dapat disimpan dalam waktu lama. Potensi suatu tanaman dapat dijadikan sebagai indikator asam basa karena kandungan antosianinnya yang berasal dari pigmen warna merah-ungu. Antosianin adalah pigmen larut dalam air yang secara alami dapat ditemukan pada berbagai jenis tumbuhan (Suardi, 2005). Berkaitan hal tersebut, daun jati memiliki potensi sebagai bahan pembuatan indikator asam basa karena memiliki kandungan antosianin.

Pratama (2013), telah melakukan penelitian mengenai indikator cair titrasi asam-basa dari ekstrak daun jati yang diindikasi memiliki pigmen pelargonidin yang merupakan salah satu dari kelompok antosianin. Pada asam akan berwarna orange pada larutannya dan pada basa warnaakan berubah menjadi hijau.Menurut Ati (2006), bahwa pada daun jati khususnya yang masih muda mengandung pigmen pheophiptin, β-karoten, pelargonidin, klorofil serta beberapa turunan antosianin. Kembaren, dkk (2013), menyatakan bahwa penggunaan pucuk daun jati

(7)

3

muda lebih merah jika dibandingkan dengan daun jati tua karena kandungan antosianin yang lebih tinggi.

Kandungan senyawa antosianin dalam daun jati dapat diperoleh dengan proses ekstraksi. Salah satu metode ekstraksi yang mudah dilakukan adalah maserasi. Penelitian Pratama (2013), metode ekstraksi untuk pembuatan titrasi asam basa dari ekstrak daun jati adalah maserasi.Jenis pelarut dalam ekstraksi untuk mendapatkan antosianin mempengaruhi hasil ekstraksi sebagai bahan pembuatan kertas indikator. Pelarut yang bersifat polar mudah melarutkan antosianin dengan baik, karena antosianin merupakan senyawa polar (Saraswati dan Suci, 2008). Penelitian mengenai variasi jenis pelarut dilakukan oleh Siregar (2011),menyatakan bahwa ekstraksi antosianin bunga kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis

L) dan bunga rosela (Hibiscus sabdariffa L) dengan pelarut etanol 96% menunjukkan hasil lebih baik daripada etanol 75%. Diperkuat Putri (2015), bahwa ekstraksi kulit buah naga super merah menggunakan pelarut etanol 96% dan penambahan HCl 1% menghasilkanekstrak kental etanol berwarna merah pekat.

Lama penyimpan kertas indikator akan mempengaruhi perubahan dan kestabilan warna pada kertas setelah diuji. Muflihah (2014), melakukan penelitian terhadap uji stabilitas beberapa bunga sebagai indikator larutan asam basa. Kestabilan indikator dari bunga mawar merah hanya mampu bertahan < 1 hari, sedangkan pada bunga karamunting dan bunga nusa indah merah bertahan selama 2 hari.

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti berinisiatif mengembangkan daun jati muda sebagai bahan alternatif pembuatan kertas indikator asam basa dengan variasi perlakuan yaitu pengaruh jenis pelarut dalam ekstraksi daun jati muda dengan lama penyimpanan kertas terhadap perubahan dan stabilitas warna dari kertas indikator asam basa setelah diuji dan disimpan selama variasi lama penyimpanan.

2. METODE

Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh jenis pelarut terhadap perubahan warna dan lama penyimpanan kertas terhadap stabilitas warna yang dihasilkan oleh kertas indikator asam basa dari ekstrak daun jati muda setelah diuji.Rancangan percobaan pada penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan menggunakan dua faktor perlakuan yaitu jenis pelarut (A), yaitu Etanol 96% (A1) dan Etanol 96%+HCl 1% (A2), serta lama penyimpanan kertas indikator (B), yaitu 0 hari sebagai kontrol (B0), 5 hari (B1), 10 hari (B2) dan 15 hari (B3).

(8)

4

Prosedur penelitian dimulai dengan memilih pucuk ke-1 daun jati muda, sebelum dimaserasi daun dicuci. Memperkecil ukuran daun dengan merajang-rajang dan menimbang sebanyak 10 g. Maserasi menggunakan dua jenis pelarut yaitu etanol 96% (A) dan etanol 96%+HCl 1% (B) dengan perbandingan 1:5 (bahan:pelarut), sehingga 10 g daun jati dibutuhkan 50 ml pelarut etanol 96% dan 50 ml campuran antar etanol 96%+HCl 1% (1:5), 25 ml etanol 96% dan 25 ml untuk HCl 1%. Maserasi selama 24 jam di tempat gelap. Menyaring hasil maserasi setelah sehari untuk mendapatkan ekstraknya. Memotong kertas saring dengan ukuran ± 4 x 1 cm, kemudian memasukkannya kedalam gelas beker yang berisi hasil maserasi. Perendaman selama 60 menit. Kertas didiamkan hingga kering. Uji keberhasilan pembuatan kertas indikator asam basa dilakukan dengan menggunakan larutan basa kuat dan asam-basa lemah dengan mencelupkan kertas indikator ke dalam larutan tersebut sampai terjadi perubahan warna. Pengujian kertas dilakukan pada hari ke 0 (tanpa penyimpanan) sebagai kontrol sampai perlakuan penyimpanan kertas selama 5, 10 dan 15 hari.

Analisis data yang digunakan adalah analisis data deskriptif kualitatif.Kertas indikator asam basa dikatakan masih stabil apabila masih dapat membedakan warna setelah diuji pada larutan asam dan basa sebelum maupun setelah penyimpanan. Penentuan warna yang dihasilkan oleh kertas indikator asam basa dari ekstrak daun jati muda setelah diuji pada larutan asam-basa dan asam-basa lemah.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil pengujian 96 kertas indikator asam basa dari ekstrak daun jati muda dan kertas lakmus menggunakan larutan asam kuat, asam lemah, basa kuat dan basa lemah hasilnya pada tabel 1 dan 2. Variasi lama penyimpanan mempengaruhi perubahan dan kestabilan warna yang dihasilkan oleh kertas indikator dari kedua pelarut setelah diuji pada larutan asam basa.

Perubahan warna yang dihasilkan oleh kertas indikator dengan pelarut etanol 96% pada interval waktu (0, 5, 10 dan 15 hari) terdapat pada tabel 1.

Tabel 1 Rata-Rata Hasil Uji Kertas Indikator Asam Basa dari Ekstrak Daun Jati Muda dengan Pelarut Etanol 96%.

Perlakuan Perubahan warna

HCl CH3OOH NaOH NH4OH

A1B0 Jingga Jingga Hijau tentara Hijau lumut

A1B1 Jingga Jingga Hijau tentara Hijau pupus

A1B2 Jingga Jingga Hijau lumut Hijau teh

A1B3 Jingga Jingga Hijau lumut

Putih

(tidak berubah warna)

Lakmus merah Merah Merah Biru Biru

(9)

5 Keterangan:

A1B0 : Ekstrak daun jati muda dengan pelarut etanol 96%, lama penyimpanan 0 hari A1B1 : Esktrak daun jati muda dengan pelarut etanol 96%, lama penyimpanan 5 hari A1B2 : Ekstrak daun jati muda dengan pelarut etanol 96%, lama penyimpanan 10 hari A1B3 : Ekstrak daun jati muda dengan pelarut etanol 96%, lama penyimpanan 15 hari

Kertas indikator dengan pelarut etanol 96% setelah diuji pada larutan asam dan basa mengalami perubahan warna. Pada perlakuan kontrol (penyimpanan 0 hari) saat diuji pada asam menghasilkan warna jingga, sedangkan pada basa kuat dan lemah berubah menjadi hijau lumut sampai hijau tentara. Pada interval waktu penyimpanan 5, 10 dan 15 hari kertas indikator menunjukkan perubahan warna yang bervariasi. Pada kondisi asam warna yang dihasilkan masih tetap stabil yaitu jingga, tetapi pada kondisi basa menghasilkanvariasi perubahan warnayang berbeda setelah disimpan pada interval waktu tersebut. Pada basa kuat warna yang semula hijau tentara berubah menjadi hijau lumut, sedangkan pada basa lemah dari warna hijau lumut setelah disimpan berubah menjadi hijau pupus, hijau teh sampai berwarna putih yang berarti kertas indikator tersebut sudah tidak dapat berubah warna pada hari ke-15.

Perubahan warna kertas indikator dengan pelarut etanol 96%+HCl 1% setelah diuji pada larutan asam dan basa menunjukkan warna yang berbeda dengan pelarut etanol 96% (Tabel 2). Tabel 2 Rata-Rata Hasil Uji Kertas Indikator Asam Basa dari Ekstrak Daun Jati Muda dengan Pelarut Etanol

96%+HCl 1%.

Perlakuan Perubahan warna

HCl CH3OOH NaOH NH4OH

A2B0 Merah Merah Hijau tentara Hijau lumut

A2B1 Merah Merah Hijau tentara Hijau kumala

A2B2 Merah muda (pink)

Merah muda

(pink) Hijau tentara Hijau zamrud A2B3 Merah muda (pink)

Merah muda

(pink) Hijau lumut Hijau zamrud

Lakmus merah Merah Merah Biru Biru

Lakmus biru Merah Merah Biru Biru

Keterangan:

A2B0 : Ekstraksi daun jati muda dengan pelarut etanol 96%+HCl 1%, lama penyimpanan 0 hari A2B1 : Ekstraksi daun jati muda dengan pelarut etanol 96%+HCl 1%, lama penyimpanan 5 hari A2B2 : Ekstraksi daun jati muda dengan pelarut etanol 96%+HCl 1%, lama penyimpanan 10 hari A2B3 : Ekstraksi daun jati muda dengan pelarut etanol 96%+HCl 1%, lama penyimpanan 15 hari

Kertas indikator dengan pelarut etanol 96%+HCl 1% juga mengalami perubahan warna setelah diuji pada larutan asam dan basa. Pada perlakuan kontrol (penyimpanan 0 hari) saat diuji pada asam berubah menjadi warna merah, sedangkan pada basa berubah menjadi warna hijau lumut sampai hijau tentara. Pada interval waktu penyimpanan, kertas indikator sudah mulai menunjukkan perubahan warna. Pada kondisi asam warnakertas yang semula merah berubah menjadi merah muda (pink), sedangkan pada kondisi basa menghasilkanperubahan warnayang lebih bervariasi setelah disimpan pada interval waktu tersebut. Pada basa kuat

(10)

6

warna yang semula hijau tentara berubah menjadi hijau lumut, sedangkan pada basa lemah warna hijau yang dihasilkan lebih bervariasi dari warna hijau lumut setelah disimpan berubah menjadi hijau kumala sampai hijau zamrud dan pada hari ke-15 kertas indikator masih dapat berubah warna menjadi hijau zamrud berbeda dengan etanol 96% yang sudah tidak dapat berubah warna.Perubahan warna kertas indikator tersebut sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Lestari (2016), bahwa Indikator kertas Averrhoa bilimbi berwarna merah (asam), sedangkan memberi variasi warna biru hijau (basa).

Variasi jenis pelarutpada saat proses ekstraksi daun jati muda menyebabkan perbedaan warna larutan. Daun yang diekstrak dengan pelarut etanol 96% menghasilkan larutan berwarna coklat pekat, sedangkan pelarut etanol 96%+HCl 1% berwarna merah pekat(Tabel 3).

Tabel 3 Warna larutan dengan pelarut etanol 96% dan etanol 96+HCl 1%.

No. Perlakuan Warna larutan/ekstrak

yang diperoleh Keterangan 1.

Daun jati muda yang diekstrak

dengan pelarut etanol 96% Coklat pekat

Warna lebih jelas/terang pada larutan yang diekstrak dengan

etanol 96%+HCl 1% 2.

Daun jati muda yang diekstrak dengan pelarut etanol 96%+HCl

1% Merah pekat

Selain larutan, warna yang dihasilkan oleh kertas indikator asam basa dari ekstrak daun jati muda dengan pelarut etanol 96% dan etanol 96%+HCl 1% jugamenghasilkan warna yang berbeda (Tabel 4).

Tabel 4 Warna kertas dengan pelarut etanol 96% dan etanol 96+HCl 1%.

No. Perlakuan Warna kertas indikator

yang diperoleh Keterangan 1.

Daun jati muda yang diekstrak

dengan pelarut etanol 96% Peach

Warna kertas yang dihasilkan lebih tajam pada pelarut etanol 96% dengan penambahan HCl 1% 2.

Daun jati muda yang diekstrak dengan pelarut etanol 96%+HCl 1%

Merah muda (pink)

Selain larutan, daun jati muda yang diekstrak dengan pelarut etanol 96% menghasilkan kertas berwarna peach, sedangkan pada pelarut etanol 96%+HCl 1% menghasilkan kertas dengan warna merah muda (pink) (Tabel 4).

Hasil ekstraksi dari masing-masing jenis pelarut digunakan untuk merendam kertas saring selama 60 menit. Warna kertas yang dihasilkan lebih tajam pada saat perendaman dengan pelarut etanol 96% dengan penambahan HCl 1% (Gambar 1). Putri, dkk (2015), menyatakan bahwa penambahanpelarut HCl 1%bertujuan untuk memberikansuasana asam pada

(11)

7

saat proses maserasi, karenasenyawa antosianin bersifat lebih stabil dalamsuasana yang asam, sehingga antosianin akan terekstrak dengan maksimal pada suasana tersebut.

Gambar 1. Hasil perendaman kertas dengan etanol 96%+HCl 1% (A) dan etanol 96% (B).

Kedua jenis pelarut tersebut mampu mengekstrak zat kimia yang terkandung di dalamnya. Saraswati dan Suci (2008), menyatakan bahwa pelarut polar mudah melarutkan antosianin dengan baik, karena antosianin merupakan senyawa polar. Semakin tinggi konsentrasi dari pelarut etanol dapat mengoptimalkan kemampuan pelarut dalam mengekstraksi antosianin.

Kertas indikator asam basa dari ekstrak daun jati muda yang diekstraksi menggunakan pelarut etanol 96% menghasilkan warna yang berbeda dengan kertas yang diekstraksi menggunakan pelarut etanol 96%+HCl 1% setelah diuji menggunakan larutan asam-basa kuat dan asam-basa. Pelarut etanol 96% dengan penambahan HCl 1% memberikan perubahan warna yang lebih tajam setelah diuji (gambar 2).

A. Indikatorpadalarutanasamkuat (HCl)

B. Indikator pada larutan asam lemah (CH3COOH)

C. Indikator pada larutan basa kuat (NaOH)

D. Indikator pada larutan basa lemah (NH4OH)

Gambar 2. Perubahan warna yang dihasilkan kertas indikator asam basa dari ekstrak daun jati muda setelah diuji pada larutan asam basa dengan pelarut etanol 96% (A) dan pelarut etanol 96%+HCl 1% (B). A B A B A B A A B B

(12)

8

Hal tersebut dikarenakan pelarut dengan penambahan HCl 1% lebih optimal dalam mengkestraksi daun jati muda, karena sifat antosianin yang lebih stabil pada kondisi asam.Menurut Fathinatullabibah, dkk (2014), bahwa HCl yang dicampur dengan pelarut etanol akan mendenaturasi membran sel tanaman kemudian melarutkan pigmen antosianin keluar dari sel tanaman tersebut, sehingga antosianin terekstrak dengan optimal.

Variasi lama penyimpanan kertas indikator asam basa dari ektrak daun jati muda yaitu 0 hari (kontrol), 5, 10 dan 15 hari.

A. Indikatorpadalarutanasamkuat (HCl)

B. Indikator pada larutan asam lemah (CH3COOH)

C. Indikator pada larutan basa kuat (NaOH)

D. Indikator pada larutan basa lemah (NH4OH)

Gambar 3. Perbandingan hasil uji kertas indikator asam basa dari ekstrak daun jati muda pada larutan asam kuat (HCl), asam lemah (CH3COOH), basa kuat (NaOH) dan basa lemah (NH4OH) terhadap

interval lama penyimpanan 0 hari (A), 5 hari (B), 10 hari (C) dan 15 hari (D).

Muflihah (2014), menyatakan bahwa uji stabilitas indikator larutan dari bunga mawar merah hanya mampu bertahan < 1 hari, sedangkan bunga karamunting dan bunga nusa indah merah bertahan 2 hari. Hal tersebut berbeda dengan kertas indikator asam basa dari ekstrak daun jati muda masih menunjukkan kestabilannya pada interval lama penyimpanan tersebut. Warna yang dihasilkan masih kontras dan tajam sampai hari ke-15. Tetapi, pada pengujian di larutan basa lemah warna hijau yang dihasilkan setalah perlakuan kontrol (0 hari) sudah mulai memudar (gambar 3). Hal tersebut sesuai dengan penelitian Nazar (2015), bahwa indikator mengalami penurunan fungsi jika semakin lama disimpan, karena sifat antosianin yang sangat mudah menguap dan semakin lama penyimpanan kadar antosianin yang dimampatkan ke dalam kertas semakin kecil bahkan bisa hilang. Stabilitas warna antosianin dipengaruhi oleh pH,

A A A A B B B B C C C C D D D D

(13)

9

pelarut, suhu, konsentrasi antosianin, struktur antosianin, oksigen, cahaya, enzim dan zat lain yang menyertainya (Rein, 2005).

Hasil pengujian kertas indikator asam basa dari ekstrak daun jati muda memiliki kelebihan dibandingkan dengan kertas lakmus merah dan lakmus biru.Kertas lakmus hanya mampu membedakan suatu larutan bersifat asam atau basa saja, sedangkan kertas indikator tersebut mampu menghasilkan gradasi warna hijau yang berebeda setelah diuji pada larutan basa (gambar 4).

A. Pengujian kertas indikator dari ekstrak daun jati muda

B. Pengujian kertas lakmus merah

C. Pengujian kertas lakmus biru

Gambar 4. Perbandingan hasil pengujian kertas indikator asam basa dari ekstrak daun jati muda dengan kertas lakmus merah dan biru; (A) larutan asam kuat (HCl), (B) larutan asam lemah (CH3COOH), (C)

larutan basa kuat (NaOH) dan (D) larutan basa lemah (NH4OH)

Antosianin berada dalam beberapa bentuktergantung pada kondisi pH. Ketika pH asam (pH 1-2), bentuk dominan antosianin adalah kation flaviliumdalam kondisi paling stabil dan berwarna. Saat pH meningkat di atas 4 antosianin yang terbentuk berwarna kuning (bentuk kalkon), senyawa berwarna biru (bentuk quinoid) atau senyawa yang tidak berwarna (basa karbinol) (Seafast Center, 2012).

Pratama (2013), menyatakan bahwa ekstrak daun jati diindikasi memiliki pigmen pelargonidin kelompok dari antosianin. Pada suasana asam akan berwarna orange dan pada basa berubah menjadi hijau. Hal tersebut sesuai dengan hasil di atas, bahwa indikator kertas dari daun jati juga memberikan perubahan warna dari jingga sampai hijau jika diuji pada larutan asam dan basa.Berkaitan hal tersebut, ekstrak daun jati muda dapat berpotensi untuk dijadikan sebagai indikator asam basa alternatif, karena dapat menunjukkan perubahan warna.

4. PENUTUP

Ekstrak daun jati muda dengan variasi jenis pelarut mempengaruhi perubahan warna kertas indikator asam-basa. Pelarut etanol 96% + HCl 1% menghasilkan warna kertas indikator

A A A B B B C C C D D D

(14)

10

yang lebih kontras dalam membedakan larutan asam maupun basa. Lama penyimpanan memberikan pengaruh terhadap stabilitas warna dari kertas indikator. Stabilitas warna setelah diuji selama proses penyimpanan lebih stabil pada pelarut etanol 96% + HCl 1%, setelah penyimpanan hingga hari ke-15 warna semakin memudar, tetapi masih dapat membedakan antara sifat asam dengan basa.

PERSANTUNAN

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepadaIbu Triastuti Rahayu, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah membimbing dan meluangkan waktu sehingga penelitian ini dapat terselesaikan dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Ati, N.H., Puji R., Soenarto N. dan Leenawati L. (2006). The Composition and The content of Pigment some Dyeing Plant for Ikat Weaving in Timoresse Regency, East Nusa Tenggara.

Indo. J. Chem., Vol 6(3).

Fathinatullabibah, Kawiji dan Khasanah, Lia Umi. (2014). Stabilitas Antosianin Ekstrak Daun Jati

(Tectona grandis) Terhadap Perlakuan PH Dan Suhu. Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan. Vol 3(2).

Indira, Cita. (2015). Pembuatan Indikator Asam Basa Karamunting. Jurnal nline Kaunia. Vol. XI (1), April 2015/1436:1-10. ISSN 1829-5266 (print) ISSN 2301-8550 (online).

Kembaren, dkk,. (2013). Ekstraksi dan Karakterisasi Serbuk Nano Pigmen dari Daun Tanaman Jati (Tectona grandis linn. F). Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung.

Lestari, Puji. (2016). Kertas Indikator Bunga Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L) untuk Uji Larutan Asam Basa. Jurnal Pendidikan Madrasah, Vol 1(1). P-ISSN: 2527-4287 - E-ISSN: 2527-6794.

Muflihah. (2014). Pemanfaatan Ekstrak dan Uji Stabilitas Zat Warna dari Bunga Nusa Indah Merah

(Musaenda frondosa), Bunga Mawar Merah (Rosa), dan Bunga Karamunting (Melastoma malabathricum) sebagai Indikator Asam-Basa Alami. Prosiding Seminar Nasional Kimia

2014 HKI-Kaltim. ISBN: 978-602-19421-0-9.

Mulyani, Sri. (2017). Lama Perendaman dan Jenis Kertas dalam Ekstrak Mahkota Bunga Malvaviscus penduliflorus sebagai Indikator Asam Basa Alternatif.Skripsi Pendidikan Biologi UMS.

Nazar, Imran. (2015). Pembuatan Kertas Indikator Asam-Basa Dari Kulit Buah Sebagai Media Dalam Pembelajaran Kimia di Sma Banda Aceh. Skripsi FKIP Universitas Syiah Kuala. Pratama, Yosi. (2013). Pemanfaatan Ekstrak Daun Jati (Tectona grandis Linn. F.) sebagai Indikator

(15)

11

Putri, Ni Ketut Meidayanti, Gunawan., Gunawan, I Wayan Gede dan Suarsa, I Wayan. (2015). Aktivitas Antioksidan Antosianin dalam Ekstrak Etanol Kulit Buah Naga Super Merah (Hylocereus Costaricensis) dan Analisis Kadar Totalnya. Jurnal Kimia, Vol 9(2), 243-251. ISSN 1907-9850.

Rein, Maarit. (2005). Copigmentation reactions and color stability of berry anthocyanins. Disertasi Helsinki: University of Helsinki.

Salirawati, Das. (2005). Kontekstual Sains Kimia SMP. Jakarta: Erlangga.

Saraswati, Niken Dian dan Astutik, Suci Epri. (2011). Ekstraksi Zat Warna Alami Dari Kulit Manggis Serta Uji Stabilitasnya. Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, UNDIP.

Seafast Center. (2012). Merah-Ungu Antosianin. (Online diakses 8 Mei 2017 dari http://seafast.ipb.ac.id/tpc-project/wp-content/uploads/2013/03/06-merah-ungu-antosianin.pdf. Siregar, Yusraini Dian Inayanti dan Nurlela. (2011). Ekstraksi dan Uji Stabilitas Zat Warna Alami

dari Bunga Kembang Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L) dan Bunga Rosela (Hibiscus sabdariffa

L). Jurnal Valensi, Vol 2(3), 459-467. ISSN : 1978 – 8193.

Suardi, D. (2005). Potensi beras merah untuk peningkatan mutu pangan. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Indonesian Agricultural Research and Development Journal. Vol 24(3), 93-100.

Wadkar, KA., Magdum, CS., Kondawar, CS., (2008). Use of Careya arborea Roxb. Leaf Extract as an Indicator in Acid-Base Titrations. Research J. Pharm and Tech, Vol 1(4).

http://seafast.ipb.ac.id/tpc-project/wp-content/uploads/2013/03/06-merah-ungu-antosianin.pdf.

Gambar

Tabel  1  Rata-Rata  Hasil  Uji  Kertas  Indikator  Asam  Basa  dari  Ekstrak  Daun  Jati      Muda  dengan  Pelarut  Etanol  96%
Tabel  2  Rata-Rata  Hasil  Uji  Kertas  Indikator  Asam  Basa  dari  Ekstrak  Daun  Jati  Muda  dengan  Pelarut  Etanol  96%+HCl 1%
Tabel 4 Warna kertas dengan pelarut etanol 96% dan etanol 96+HCl 1%.
Gambar 1. Hasil perendaman kertas dengan etanol 96%+HCl 1% (A) dan etanol 96% (B).
+3

Referensi

Dokumen terkait

Selanjutnya, Kamaruddin mengemukakan dampak sosiologis dari perkawinan di bawah tangan atau nikah sirri, yang dilakukan tidak berdasarkan rukun dan syarat perkawinan menurut

Pada langkah pengolahan data, kegiatan yang penulis lakukan adalah: 1) Mengadakan pengecekan ulang terhadap angket untuk melihat kelengkapan jawaban siswa pada

Dari hasil penelitian, responden berjenis kelamin perempuan sebanyak (53%) yang rata-rata berjurusan IPA sebanyak (80%), rata-rata umur yang mengisi angket tersebut 16

3.4 Solusi dalam Menghadapi Kendala Implementasi Pembelajaran Tahfidz dalam Menanam Karakter Jawab Pada Kelas Atas di SDIT Al-Falaah Simo. Menghadapi kendala

Okul idarecileri, personelin sahip oldukları potansiyeli ve becerileri tam olarak ortaya koyabilmelerini ve üst düzeyde performans gösterebilmelerini teşvik etmelidir.

Bahagian pertama mengukur pengaruh kepemimpinan terhadap pembentukan visi, misi dan matlamat, manakala bahagian kedua mengukur elemen integriti, iaitu etika dan nilai yang

Tambahan lagi, tahap pendidikan yang tinggi dalam kalangan ibu bapa kelas menengah membolehkan anak-anak daripada kelas ini mempunyai lebih banyak peluang