• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jenis Laba-laba (Araneae) di Desa Data, Kecamatan Duampanua, Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jenis Laba-laba (Araneae) di Desa Data, Kecamatan Duampanua, Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

JENIS LABA-LABA (Araneae) DI DESA DATA, KECAMATANDUAMPANUA, KABUPATEN PINRANG SULAWESI SELATAN

Spider Types (Araneae) in Data Village of Duampanua Subdistrict of Pinrang Regency of South Sulawesi Asriani 1) Eddy Soekendari2) Syahribulan 3) Ambeng 4)

Departement Biologi FMIPA Universitas Hasanuddin, Kampus Tamalanrea, Laboratorium Zoologi, UNHAS.

Asrianiskoci94@gmail.com

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian tentang Jenis Laba-laba Araneae di Desa Data Kecamatan Duampanua Kabupaten Pinrang Sulawesi Selatan. Penelitian bertujuan untuk mengetahui keragaman jenis laba-laba yang terdapat pada persawahan, perkebunan kakao, tambak dan pemukiman warga, di desa Data, kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan. Penelitian bersifat kualitatif meliputi observasi lapangan dan pengambilan sampel. Pengumpulan data kualitatif dilakukan dengan metode Cruise Method. Pengambilan sampel Laba-laba pada 4 ekosistem yaitu persawahan, tambak, kebun dan pemukiman dilakukan dengan menggunakan jaring penangkap laba-laba secara langsung. Hasil penelitian diperoleh sebanyak 11 jenis laba-laba dari 6 familia. Jenis laba-laba yang ditemukan sebanyak 11 jenis, diantaranya Argiope appensa 16, Argiope keyserlingi 15, Argiope aurantia 21, Argiope catenulata 48, Gasteracantha cancriformis 12, Opadometa fastigata 21, Tetragnatha montana 41, Menemerus bivittatus 41, Pholcus phalangioides 22, Latrodectus hesperus 9 dan Loxosceles reclusa 9 individu. Familia Araneidae sebanyak 64%, Siicaridae sebanyak 18%, Pholcidae sebanyak 8%, Gasteracantha sebanyak 7%, Salticidae 2 % dan familia Theridiidae 1%.

Kata Kunci : Kata kunci: Jenis, Laba-laba, Tambak, Kebun, Sawah, Pemukiman.

ABSTRACT

The Study about Araneae Spider Types have been carried out in the Village of Duampanua Subdistrict of Pinrang Regency of South Sulawesi. The purpose of this research is to know the diversity of spider species found in rice field, cocoa plantation, fishpond and residential area, in Data village, Pinrang district, South Sulawesi. Qualitative research includes field observation and sampling. Qualitative data collection is done by Cruise Method method. Spider sampling in 4 ecosystems ie rice fields, ponds, gardens and settlements is done by using a net catcher spider directly. The results obtained as many as 11 types of spiders from 6 families. Spider species found as many as 11 species, including Argiope appensa 16, Argiope keyserlingi 15, Argiope aurantia 21, Argiope catenulata 48, Gasteracantha cancriformis 12, Opadometa fastigata 21, Tetragnatha montana 41, menemerus bivittatus 41, Pholcus phalangioides 22, Latrodectus hesperus 9 And Loxosceles reclusa 9 individuals. Familia Araneidae as much as 64%, Siicaridae as much as 18%, Pholcidae as much as 8%, Gasteracantha as much as 7%, 2% Salticidae and Theridiidae 1% family.

(2)

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan salah satu negara yang dikenal dengan negara Mega Biodiversitiy. Negara ini memiliki pulau dengan jumlah sebanyak 17.000 pulau dan 47 ekosistem alami yang berbeda yang kaya akan tumbuhan dan hewan dan sejumlah besar pulau endemik, dengan total spesies sekitar 1,46 juta (FAO, 2010).

Keanekaragaman hayati sangat bervariasi seperti salah satu hewan yang paling banyak ditemukan di Indonesia adalah atrhopoda. Sebagian besar laba-laba Indonesia juga tidak ditemukan di tempat lain, dan sebagian genus berada terbatas pada puncak-puncak pengunungan tertentu.

Keanaekaragaman arthropoda menentukan kestabilan ekosistem pada persawahan. Pada persawahan kehadiran arthropoda sebagai salah satu agens hayati, tidak lepas dari peranannya sebagai bagian rantai makanan organisme yang memiliki peranan penting bagi kehidupan manusia. Salah satu arthropoda yang berguna dan penting adalah sebagai predator serangga hama (Untung 2006).

Laba-laba ditemukan hampir di seluruh permukaan bumi dari daerah kutub hingga daerah padang pasir yang kering. Laba-laba terutama berlimpah di tempat yang banyak vegetasi. Sampai saat ini sekitar 37.000 spesies laba-laba telah diberi nama, diyakini jumlah itu baru seperempat dari jumlah laba-laba yang ada di dunia (Suana, 2005).

Laba-laba terdapat melimpah dialam dan dapat beradaptasi diberbagai habitat. Umumnya laba-laba tidak berbahaya bagi manusia, hanya beberapa jenis saja yang dianggap merugikan karena racun yang dikeluarkannya. Laba-laba termasuk binatang karnivora yang mempunyai sifat kanibal, yaitu sering memangsa laba-laba yang lain yang lebih lemah.disamping itu ternyata laba-laba dapat bertindak sebagai predator hama yang cukup efektif , khususnya bagi hama wereng, hama padi dan tanaman pangan lainnya. Kehadiran laba-laba disuatu ekosistem mempunyai hubungan yang erat dengan populasi hama dan keadaan ekologi ekosistem tersebut (Laba, 2001).

Salah satu habitat dari laba-laba persawahan. Persawahan lahan pertanian yang berpetak – petak dan dibatasi oleh pematang (galengan). Lahan sawah adalah lahan yang dikelola sedemikian rupa untuk budidaya tanaman padi sawah dan perlu adanya penggenangan pada masa pertumbuhan padi. Fungsi laba-laba sendiri sebagai predator serangga hama.

Lahan perkebunan adalah lahan usaha pertanian yang luas, biasanya terletak di daerah tropis atau subtropis, yang digunakan untuk menghasilkan komoditas perdagangan (pertanian) dalam skala besar dan dipasarkan ke tempat yang jauh, bukan untuk konsumsi lokal. Perkebunan dapat ditanami oleh tanaman industri seperti kakao, kelapa, dan teh (Dirjen Perkebunan, 2007).

Kabupaten Pinrang merupakan wilayah provinsi Sulawesi Selatan yang secara geografis terletak pada koordinat antara 3º19’13” sampai 4º10’30” Lintang Selatan dan 119º26’30” sampai 119º47’20”Bujur Timur. Daerah ini berada pada ketinggian 0-2.600 meter dari permukaan laut. Kabupaten Pinrang berada ± 180 Km dari Kota Makassar, dengan memiliki luas ±1.961,77 Km2, terdiri dari tiga dimensi kewilayahan meliputi dataran rendah, laut dan dataran tinggi (BAPPEDA dan PM Kab. Pinrang, 2011).

Kabupaten Pinrang khususnya desa Data memiliki daerah yang didominasi oleh areal persawahan dan perkebunan serta areal tambak pada dataran rendah, perbukitan, bahkan di daerah pegunungan. Kondisi alamnya menjadikan Kabupaten Pinrang sebagai daerah pertanian dan perkebunan yang potensial, sehingga perekonomiannya banyak bertumpu di sektor pertanian (BAPPEDA dan PM Kab. Pinrang, 2011).

Berdasarkan hasil uraian diatas, maka perlu dilakukan penelitian tentang keberadaan jenis laba-laba Araneae di Desa Data Kecamatan Duampanua Kabupaten Pinrang Sulawesi Selatan selama bulan Septeber 2016 sampai bulan Januari 2017.

BAHAN DAN METODE

Bahan yang digunakan adalah untuk mengawetkan sampel, alkohol 70% untuk membius sampel, kertas label untuk memberi nama pada sampel, dan sampel jenis laba-laba. Alat yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu mikroskop untuk melihat morfologi dari laba-laba, botol sampel untuk menyimpan sampel, plastik sampel untuk menyimpan sampel, swipping net (jaring) untuk penangkap laba-laba, alat tulis menuli, sarung tangan untuk melindungi tangan dan kamera untuk mengambil gambar dari sampel.

Tahapan kerja penelitian

Jenis penelitian ini observasi yang bersifat deskriptip (survey). Menurut Nasir (1999), metode deskriptif (survey) merupakan suatu penelitian untuk memperoleh fakta dari gejala yang ada dan mencari keterangan faktual dari suatu kelompok atau daerah yang dilakukan terhadap sejumlah individu atau unit, baik secara sensus maupun dengan menggunakan sampel. Penelitian ini terbagi dalam bebrapa tahapan sebagai berikut:

Observasi Lapangan

Observasi lapangan dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh gambaran umum dari lokasi penelitian dan kegiatan pengumpulan data kualitatif pendukung dilapangan yang dibutuhkan nantinya, yang dilakukan dengan metode jelajah (Cruise Method). Menurut Fachrul (2007), penelitian yang tepat digunakan dalam penelitian semi kualitatif yaitu, pada tahap awal berupa observasi, yang kemudian dilanjutkan dengan mengidentifikasi jenis dari sampel laba-laba tersebut.

Jenis Data Sampel

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini dalam bentuk data kualitatif, data primer yang diteliti meliputi jenis dari laba-laba dan nama ilmiahnya. Data primer dikumpulkan secara selektif dengan menjelajahi daerah penelitian dengan metode jelajah (Cruise Method) (Lucas at al, 2006). Pengambilan sampel laba-laba pada daerah persawahan, perkebunan coklat, areal tambak dan pemukiman warga setempat.

Pengambilan sampel

Pengembilan sampel ini dilakukan dengan mengelilingi area tempat penelitian dengan metode jelajah (Cruise Method) menggunakan swipping net (jaring) untuk menangkap laba-laba tersebut, kemudian sampel yang sudah diambil diberi alkohol untuk membius sampel.

(3)

Identifikasi dan pengamatan sampel

Sampel jenis hewan yang telah difoto kemudian diawetkan menggunakan formalin, selanjutnya di identifikasi dengan mengamati karakteristik morfologi berdasarkan referensi levi (1990). Identifikasi telah dilaksanakan di Laboratorium Zoologi, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universtas Hasanuddin.

Analisis data

Data jenis laba-laba yang diperoleh melalui hasil penelitian diolah secara deskriptif dengan cara dikelompokkan, dan disajikan dalam bentuk diagram Pie. Selanjutnya data dianalisis untuk mendapatkan gambaran mengenai jenis laba-laba yang hidup didaerah persawahan, perkebunan coklat, areal tambak dan pemukiman warga letaknya di desa Data, kecamatan Duampanua, kabupaten Pinrang.

Hasil

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan desa Data, Kecamatan Duampanua, Kabupaten Pinrang ditemukan sebanyak 11 jenis laba-laba yang tergolong kedalam 6 familia yang disajikan pada Tabel 1 sebagai berikut:

Keragaman Laba-Laba berdasarkan Familia

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan desa Data, Kecamatan Duampanua, Kabupaten Pinrang ditemukan sebanyak 6 familia laba-laba yang disajikan dalam bentuk diagram Pie sebagai berikut:

Gambar 1. Keragaman Laba-Laba berdasarkan Familia

Object 3

Tabel 1. Jenis Laba-laba Araneae yang ditemukan di Desa Data Kec. Duampanua, Kab. Pinrang pada bulan

September 2016-Januari 2017.

No. Familia Jenis Lokasi

K S T P

1.

Araneidae

Argiope appensa Walckenaer, 1841 9 - 7

-2. Argiope keyserlingi Karsch, 1878 6 - 9

-3. Argiope aurantia Scopoli, 1772 - 2 19

-4. Argiope catenulata Doleschall, 1857 7 9 32

-5. Gasteracantha cancriformis Linnaeus, 1758 12 - -

-Jumlah 34 11 67 0

6. Tetragnathidae Opadometa fastigata Simon, 1877 21 - -

-7. Tetragnatha montana Simon, 1874 9 19 12

-Jumlah 30 19 12 0

8. Salticidae Menemerus bivittatus Dufour, 1831 - - - 2

Jumlah 0 0 0 2

9. Pholcidae Pholcus phalangioides Fussli, 1775 - - - 22

Jumlah 0 0 0 22

10. Theridiidae Latrodectus hesperus Chamberlin, 1935 - - - 9

Jumlah 0 0 0 9

11. Sicariidae Loxosceles reclusa Gertsch, 1940 1 - - 6

Jumlah 1 0 0 6

(4)

Pembahasan

Tabel 1 menunjukkan bahwa dari ke 4 lokasi sampling jumlah individu terbanyak 79 individu dari lokasi tambak dan terbanyak kedua 65 individu dilokasi kebun, sedangkan jumlah laba-laba terendah terdapat dilokasi persawahan dengan jumlah 30 individu dan lokasi pemukiman 39 individu.

Tabel 1 menunjukkan pula bahwa jumlah jenis laba-laba yang paling dominan yaitu pada areal kebun jumlahnya sebanyak 7 jenis, areal tambak 5 jenis, areal persawahan sebanyak 3 jenis dan pemukiman sebanyak 4 jenis laba-laba. Menurut Levi (1990), Tetragnathidae, Pholcidae, Theridiidae dan Aranedae merupakan jenis laba-laba pejaring.

Gambar 1. menunjukkan bahwa familia dengan jumlah ndividu terbanyak ditunjukkan pada familia Araneidae sebanyak (53%), terbanyak kedua dari familia Tetragnathidae sebanyak (29%), terbanyak ketiga dari familia Pholcidae sebanyak (10%), terbanyak keempat dari familia Theridiidae sebanyak (4%) kemudian Sicariidae sebanyak (3%) dan persntase paling sedikit dari familia Salticidae sebanyak (1%).

Menurut Kartohadjono (2011), bahwa keberadaan jenis laba-laba pada beberapa ekosistem disebabkan karena pada masing-masing lokasi merupakan tempat yang baik atau mampu beradaptasi dengan lingkungannya bagi laba-laba untuk meneruskan perkembangan hidupnya karena banyak menyediakan sumber makanan, dan tempat untuk berlindung, kawin dan bertelur. Disamping itu faktor suhu dan kelembapan di empat lokasi tersebut pasti berbeda-beda sehingga mempengaruhi jenis laba-laba yang akan hudup pada ekosistem tersebut.

Jenis laba-laba yang hidup di lingkungan terbuka Menurut Sauna (2005), bahwa jenis Argiope catenulata yang paling banyak hidup diareal tambak karena sesuai dengan linkungannya atau tempat dia beradaptasi dan jenis dari laba-laba tersebut banyak yang hidup dipematang tambak dan ada juga yang diatas air.

Menurut Pito Didakus (2009), bahwa jenis laba-laba yang hidup diruangan terbuka seperti kebun memiliki jenis laba-laba yang sangat bervariasi memiliki udara yang cukup sejuk adanya tumbuhan yang tumbuh daerah terbuka banyak jenisnya sehingga hewan lain banyak yang hidup, jika dibandingkan dengan teori sudah sesuai dimana pada penelitian ini yang paling banyak jenis laba-laba terdapat di areal kebun.

Laba-laba yang mampu beradaptasi dengan lingkungannya, Menurut Tulung (2000), bahwa jika udara yang panas salah satunya sawah akan sangat kurang jenis laba-laba yang hidup karena ada beberapa jenis saja yang mampu beradaptasi, jika dibandingkan dengan penelitian ini sudah berbanding lurus. Karena kita ketahui laba-laba yang hidup diruangan terbuka memiliki jenis laba-laba yang sedikit hanya jenis Tetragnata montana yang mampu beradaptasi diareal sawah, karena kita ketahui cahaya matahari yang ada pada persawahan sangat panas tidak ada penghalang, sehingga hanya laba-laba tertentu yang mampu beradaptasi dengan

keadaan lingkungan disekitarnya.

Jenis laba-laba yang hidup di lingkungan

perumahan memiliki jenis yang berbeda dengan

lingkungan luar perumahan karena mampu beradaptasi

dengan lingkungan sekitrnya. Jika dibandingkan dengan

lingkungan terbuka menurut Sauna (2005), bahwa areal

tertutup hanya sedikit jenis laba-laba yang hidup, karena

peluang untuk mencari makan juga sedikit sehingga jenis

laba-laba yang hidup pun sedikit karena hanya memangsa

sesama jenisnya sendiri. Jenis laba-laba yang hidup

dipemukiman laba-laba pejaring karena laba-laba

pembuat jaring berada dibagian atas rumah sehingga

kadang sulit untuk dijangkau oleh manusia.

Menurut Sauna (2005), bahwa jenis laba-laba ini membuat jaring dan menetap diujung jaring untuk menagkap mangsanya berupa serangga atau hewan lain yang tertangkap pada jaringnya. Salticidae dan Sicariidae merupakan jenis laba-laba yang tidak membuat jaring, tetapi hanya membuat benang-benang untuk melindungi telurnya dari predator lain. Laba-laba jenis ini merupakan laba-laba pemburu didaun-daun yang ada dikebun maupun daun yang ada ditempat lain dan juga menjadi pemburu ditanah. Biasanya laba-laba ini tinggal digulungan atau lipatan daun biasanya juga hidup ditempat yang tidak terjangkau oleh manusia sambil menunggu mangsanya.

Rendahnya presentase jenis laba-laba ini yang tertangkap, kemungkinan disebabkan karena faktor cuaca yang kurang menguntungkan karena pada saat cuaca panas khususnya dipagi hari banyak terdapat laba-laba, sedangkan pada saat cuaca mendung dan banyak angin apalagi diwaktu sore hari kurang laba-laba, atau karena adanya pemangsa lain sehingga tidak banyak yang hidup jenis lain serta dipengaruhi pula oleh waktu pengambilan yang dilakukan selama 2 hari. Deskripsi Jenis Laba-laba yang diperoleh di Desa Data, Kab.

Pinrang 1. Argiope appensa Walckenaer, 1841

Argiope appensa memiliki ciri bagian kepala hitam putih seperti batik, bagian dorsal berwarna kuning terang dan memiliki empat titik hitam, sedangkan pada bagian ventral khususnya abdomen berwarna kuning membentuk U terbalik. Kaki warna hitam ada belang-belang putih disetiap ruas/ segmen.

Deskripsi:

Argiope appensa adalah sejenis laba-laba yang terdapat di beberapa pulau di Samudera Pasifik Barat. Telah diperkenalkan ke Hawaii, dan ditemukan di Taiwan dan New Guinea. Laba-laba ini mendia hidup diberbagai habitat, dimulai dari pantai sampai ke hutan. Laba-laba betina mencapai panjang tubuh hingga 6 cm dan berwarna hitam dan kuning, sedangkan laba-laba yang jantan warnanya coklat, sekitar 2 cm. Di Hawaii ini disebut laba-laba kebun. Argipoe appensa dapat dijumpai di berbagai negara seperti indonesia. Penduduk setempat ada yang menyebutnya sebagai laba-laba pisang (Edwards, 1984).

3

2

(5)

2. Argiope keyserlingi Karsch, 1878.

Argiope keyserlingi ini adalah laba-laba yang hidup ditempat terbuka seperti kebun, dan memiliki ciri-ciri bagian kepala bercorak seperti batik berwarna hitam-putih. Bagian dorsal berwarna hitam dan terdapat 2 garis kuning memanjang. Sedangkan bagian ventral bagian perut berwarna kuning berbentuk huruf U terbalik tetapi bagian tengah warna kuning terputus. Kaki berwarna hitam ada belang-belang putih disetiap ruas/ segmen dan berbulu.

Deskripsi:

Laba-laba Argiope keyserlingi ini menggantung ke bawah dengan kedua kakinya saling berpasangan. Perut berbentuk segi lima datar dengan garis melintang kuning. Bagian dada dan kepala bagian atas memiliki pola perak keabu-abuan dengan warna latar belakang hitam. Warna kaki didominasi warna hitam dengan beberapa warna lain kuning dan putih. Laba-laba ini berasal dari familia Araneidae di bawah genus Argiope (levi, 1991).

3. Argiope aurantia Scopoli, 1772

Argiope aurantia ini memiliki ciri-ciri yaitu dorsal bagian kepala berwarna putih silver. Bagian belakang berwarna putih dan terdapat dua garis berwarna coklat dan kuning berbentuk huruf U. Bagian ventral dibagian abdomen berwarna kuning dan terdapat titik putih pada bagian tengahnya. Bagian kakinya berwarna coklat muda belang hitam dan berbulu halus.

Deskripsi:

Seperti yang terjadi pada banyak jenis laba, laba-laba betina tumbuh jauh lebih besar daripada jantannya. Pada betina panjang tubuh dewasa berkisar antara 19 sampai 28 mm (3/4 sampai 1 1/8 inci), sedangkan jantannya hanya mencapai 5 sampai 9 mm (1/4 - 3/8 inci). Pada kedua jenis kelamin ini, memilki perut yang berbentuk cekung dan pada cekungangnya memiliki tanda kuning atau oranye yang mencolok. Bagian depan tubuh, cephalothorax, ditutupi dengan rambut pendek. Kaki sebagian besar hitam, dengan bagian merah atau kuning di dekat tubuh. Seperti penenun bola lainnya (keluarga Araneidae), spesies ini memiliki tiga cakar per kaki. Spesis ini menggunakan cakar ketiga ini untuk membantu menangani benang saat berputar.

4. Argiope catenulata Doleschall, 1857

Argiope catenulata ini memiliki ciri-ciri yaitu bagian dorsal dibagian kepala berwarna putih dan berbulu halus, bagian belakang berwarna putih silver dan terdapat corak hitam bercampur orange berbentuk huruf U. Sedangkan bagian ventral berwarna hitam dan bercorak kuning berbentuk love terbalik. Warna kaki belang-belang yaitu putih-hitam dan berbulu kasar.

Deskripsi:

Argiope catenulata adalah sejenis laba-laba yang berwarna-warni. Cephalothorax betina berwarna kuning dengan mata hitam. Perutnya melintang dengan pola dorsal berwarna kuning keputihan. Potongan coklat bentuk tidak beraturan terlihat pada bagian perut ke sisi posterior. Kaki-kakinya berwarna hitam dengan cincin putih tipis. Laba-lab jantan lebih kecil dari betinanya (Faulkner, 1999).

5. Menemerus bivittatus Dufour, 1831

Jenis laba-laba ini tidak membuat jaring dan hidup sebagai pemburu. Menemerus bivittatus memiliki ciri-ciri seluruh bagian kepala besar lebih besar dari abdomen. Permukaan tubuhnya berwarna coklat pucat dan berbulu halus. Memiliki ukuran kecil dan begitu juga kaki kecil sesuai dengan tubuh.

Deskripsi:

Laba-laba ini merupakan penjangkar dinding berwarna coklat, bagian doral dan ventra ditutupi dengan rambut lebat dan putih keabu-abuan. Ada jambul dari bulu coklat tua di dekat mata besar yang menghadap ke depan. Laba-laba panjangnya sekitar sembilan milimeter, jantannya sedikit lebih kecil dari betina. Pada jantan memiliki garis punggung longitudinal yang kehitam-hitaman dengan garis putih kecoklatan di kedua sisi perut. Karapas dan chelicerae juga hitam dan kakinya memiliki bulu dengan warna yang sama. Betina umumnya pucat dan lebih cokelat, dengan karapas dan perut lebih besar. Karapasnya beringsut dengan dua pita hitam dan garis putih tipis dan perutnya berhias garis-garis hitam lebar di setiap sisi yang bersatu di ujung posterior. Betina berwarna abu-abu dan mengeluarkan 25 sampai 40 telur dalam kasus sutra seperti kantung (Milne dan Milne, 1980).

(6)

6. Loxosceles reclusa Gertsch, 1940

Loxosceles reclusa ini ciri khas tidak membuat jaring, dorsal bagian kepala berwarna coklat pucat dan bagian punggungberwarna coklat pucat. Sedangkan ventral bagian abdomen coklat keruh dan seluruh permukaan tubuhnya dipenuhi oleh bulu-bulu halus serta kaki berwarna coklat.

Deskripsi:

Total hanya enam mata, disusun dalam tiga serangkai tiga pasang. Pengaturan mata ini adalah salah satu fitur diagnostik utama untuk semua spesies Loxosceles. Memiliki tubuh yang berwarna hitam pada bagian dorsal dan pada bagian ventral juga berwarna hitam. Pada baguan tubuhnya memiliki bulu-bulu halus. Kaki panjang dan ramping sebanding dengan tubuh, terutama pada jantan, dan berwarna coklat muda tanpa tanda. Pasangan kedua selalu terpanjang, sedangkan pasangan ketiga adalah yang terpendek. Postur kaki bisa agak mirip kepiting. Tarsi (ujung kaki) memiliki 2 cakar (Dewey, 1993).

7. Pholcus phalangioides Fussli, 1775

Pholcus phalangiodes memiliki ciri-ciri yaitu seluruh bagian tubuhnya transparan, bagian kepala bewarna coklat pucat, bagian dorsal berwarna coklat tua begitu. Sedangkan ventral bagian abdomen berwarna coklat dan terdapat corak batik. Kaki berwarna coklat ada belang-belang putih disetiap ruas/ segmen.

Deskripsi:

Pholcus phalangiodes dapat ditemukan di lokasi yang tidak terganggu dan rendah cahaya. Beberapa tempat yang mungkin ditemui laba-laba ini ada di ruang bawah tanah, di bawah batu, di bawah tepian, dan di gua. Orang yang paling sering mengasosiasikan laba-laba ini dengan hidup di langit-langit dan di sudut-sudut di rumah. Mereka membuat jaringnya besar, longgar, dan datar, tapi bisa membuat mereka dalam bentuk tidak beraturan agar sesuai dengan objek sekitarnya. Jaring mereka biasanya berorientasi horizontal. Pholcus phalangioides tergantung terbalik di jaring yang dibuatnya. Kawasan Habitat beriklim sedang tropis terrestrial biomes savana habitat Lainnya gua pertanian pinggiran kota . (Milne dan Milne, 1980).

8. Gasteracantha cancriformis Linnaeus, 1758

Gasteracantha cancriformis memiliki ciri-ciri bagian dorsal dibagian kepala berwarna hitam, bagian punggung berwarna kuning keputihan dan terdapat bintik-bintik hitam dan bagian durinya berwarna hitam kemerahan. Sedangkan pada bagian ventral berwarna hitam dan bercorak merah setengah. Bagian kaki berwarna hitam ada belang-belang putih setiap ruas. Ciri khasnya bentuk tubuh seperti kepiting dan memiliki duri.

Deskripsi:

Gasteracantha cancriformis ditemukan di banyak belahan dunia. Hal ini ditemukan di bagian selatan Amerika Serikat dari California ke Florida, serta di Amerika Tengah, Jamaika, dan Kuba. Penenun bola kepiting yang kurus kering, laba-laba ini tinggal di tepian hutan dan kebun-kebun semak belukar. Banyak penelitian tentang laba-laba ini telah terjadi di kebun jeruk di Florida. Mereka sering tinggal di pohon atau di sekitar pohon di semak belukar, Kawasan Habitat beriklim sedang tropis (Levi, 1978).

9. Tetragnatha montana Simon, 1874

Tetragnatha montana memiliki ciri-ciri yaitu dorsal bagian kepala berwarna hitam dan celicera besar, bagian punggung berwarna orange kecoklatan. Sedangkann bagian ventral berwarna hitam coklat dan memiliki abdomen yang panjang dorsal pada bagian abdomen berwarna orange kecoklatan, dan memiliki abdomen yang panjang serta kaki yang panjang berwarna hitam kecoklatan.

Deskripsi:

Tetragnatha montana pada laba-laba betina lebih besar dari jantan dengan panjang tubuh 7-13 mm dibandingkan dengan pria 6-8 mm. Laki-laki memiliki paracymbium dengan lateral berbentuk kait. Pada betina memiliki garis posterior lurus atau cembung. Memiliki chelicera kuning-coklat, dengan tuberkulum bulat kecil yang bersebelahan dengan gigi atas chelicerae pada jantan. Kaki berwarna kuning kecoklatan dan opisthosoma berwarna perak di permukaan dorsal dengan bentuk sepaerti daun perak putih yang memanjang yang bergaris emas (Blackledge dan Hayashi, 2006).

(7)

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan jumlah jenis laba-laba yang didapatkan pada empat ekosistem didesa Data Kecamatan Duampanua tersebut sebanyak 11 jenis diantaranya Argiope appensa 16, Argiope keyserlingi 15, Argiope aurantia 21, Argiope catenulata 48, Gasteracantha cancriformis 12, Opadometa fastigata 21, Tetragnatha montana 40, Menemerus bivittatus 2, Pholcus phalangioides 22, Latrodectus hesperus 9 dan Loxosceles reclusa 7 individu.

SARAN

Perlu dilaksanakan penelitian lebih lanjut tentang jenis laba-laba yang bisa dikembangkan menjadi agen pengendali hayati serangga hama pada persawahan.

DAFTAR PUSTAKA

BAPPEDA & PM Kab. Pinrang. 2011. Pinrang Dalam Angka 2010. Pemerintah Kabupaten Pinrang, Pinrang. Baenaedi, S, 1988, Laba-Laba pada habiat pertanaman adi di

Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, klasifikasidan perilaku pemangsa, Tesis, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

Blackledge, TA & Hayashi, CY, 2006, ‘Silken toolkits: biomechanics of silk fibers spun by the orb web spider Argiope argentata (Fabricius 1775)’, Experimental Zoology, vol. 209, hal. 2452–2461.

Bonev, B, Grieve, S, Herberstein, ME, Kishore, AI, Watts, A & Separovic, 2006, ‘Orientational order if australian spider silk and determinated by solid-state NMR’, Biopolymers, vol. 82, hal. 134-143.

Chamberlin RV, Ivie W. 1944. Spiders of the Georgia region of North America. Bulletin of the University of Utah 35: 1-267.

Dirjen Perkebunan, 2007. Statistik Perkebunan Indonesia. Direktorat Jenderal Perkebunan Indonesia. Jakarta. Edwards GB. 1984. Large Florida orb weavers of the genus

Neoscona (Araneae: Araneidae). Florida Department of Agriculture and Consumer Services, Division of Plant Industry Entomology Circular 266: 1-2.

Eisner T, Nowicki S. 1983. Spider web protection through visual advertisement: Role of the stabilimentum. Science 219: 185-187.

Fachrul MF. 2007. Metode Sampling Bioekologi. Bumi Aksara, Jakarta.

Herlinda S, Rauf A, Sosromarsono S, Kartosuwondo U, Siswadi, & Hidayat P. 2004. Artropoda musuh alami penghuni ekosistem persawahan di daerah Cianjur, Jawa Barat. J. Entomol. Indon. 1(1): 9–15.

Herlinda S, Waluyo, Estuningsih SP, & Irsan C. 2008. Perbandingan keanekaragaman spesies dan kelimpahan arthropoda predator penghuni tanah di 10. Latrodectus Hesperus Chamberlin, 1935

Latrodectus hesperus memiliki ciri-ciri yaitu dorsal bagian kepala berwarna hitam. Bagian punggung berwana hitam terdapat corak seperti batik berwarna coklat pucat dan berbulu halus. Sedangkan ventral bagian abdomen memiliki bulu-bulu halus dan terdapat 2 titik putih 2. Bagian kaki berwarna hitam ada belang-belang putih disetiap segmen/ruas.

Deskripsi:

Laba-laba janda betina biasanya berwarna coklat tua atau berwarna hitam mengkilap saat mereka tumbuh besar, biasanya menunjukkan corak putih keruh di permukaan ventral (bagian bawah) perut; Beberapa mungkin memiliki sepasang putih keabu-abuan atau tidak memiliki tanda sama sekali. Laba-laba janda jantan sering menunjukkan berbagai tanda merah atau merah dan putih di permukaan dorsal (sisi atas) perut, mulai dari satu garis sampai batang atau bintik. Betina dari beberapa spesies berwarna coklat pucat dan beberapa tidak memiliki tanda terang. Mayat laba-laba janda hitam berkisar dari 3 sampai 10 mm, beberapa wanita dapat mengukur 13 mm di tubuh mereka (Levi, 1983).

11.Opadometa fastigata Simon, 1877

Opadometa fastigata ciri khasnya terdapat bagian kepala berwarna orange bercorak hitam sedangkan bagian dorsal berwarna orange bercampur hitam. Sedangkan pada bagian ventral berwarna hitam dan terdapat 2 titik berwarna orange. Bagian kaki ke-4 terdapat bulu-bulu kasar hitam yang berkumpul. Kaki berwarna hitam belang orange dengan pangkalnya yang berwarna orange.

Deskripsi:

Laba-laba ini memiliki nama umum pirang berbentuk pir. Bahkan menggunakan kata Leucauge yang mengarahkan kita pada genus Leucauge, laba-laba ini tidak berada di bawah genus itu karena spesies ini dipisahkan dari laba-laba Leucauge lainnya oleh perut berbentuk pir dan kaki keempatnya yang unik. Ini berada di bawah genus Opadometa yang merupakan keluarga yang sama dengan Leucauge dalam keluarga Tetragnathidae (penenun oranye panjang). Warna perut berwarna hitam dengan tanda putih perak. Bentuk perut melebar ke arah posterior dan keyserlingi meluas ke anterior tumpang tindih dengan karapas yang membentuk bentuk seperti punuk. Kaki-kakinya berwarna hitam dengan beberapa pita kuning (Muma dan Stone, 1971; Muma, 1971).

(8)

Kartohardjono, A. 2011. Penggunaan Musuh Alami Sebagai Komponen Pengendalian Hama Padi Berbasis Ekologi. Pengembangan Inovasi Pertanian. 4(1): 36.

Kartohadjono, Arifin. 2011. Penggunaan Musuh Alami Sebagai Komponen Pengendalian Hama Padi Berbasis Ekologi. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Pengembangan Inovasi Pertanian 4(1): 29-46

Keanekaragaman Hayati Arthropoda pada Sistem Produksi Pertanian, Cipayung, 16-18 Oktober. 2001. Perhimpunan Entomologi Indonesia dan Keanekaragaman Hayati Indonesia.

Kaston BJ. 1978. How to Know the Spiders. 3rd ed. Wm. C. Brown Co., Dubuque, Iowa. 272 pp.

Khodijah, Herlinda S, Irsan C, Pujiastuti Y, & Thalib R. 2012. Artropoda predator penghuni ekosistem persawahan lebak dan pasang surut Sumatera Selatan. J. Lahan Suboptimal 1(1): 57–63.

Laba IW. 2001. Keaekaragaman Hayati Artropoda dan Peranan Musuh Alami Hama Utama Padi pada Ekosistem Sawah. Makalah Falsafah Sains (PPs 702) Program Pasca Sarjana / S3. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Levi HW. 1968. The spider genera Gea and Argiope in America

(Araneae: Araneidae). Bulletin of the Museum of Comparative Zoology 136: 319-352.

Levi HW. 1978. The American orb-weaver genera Colphepeira, Microtheno and Gasteracantha North of Mexico. Bulletin of the Museum of Comparative Zoology 148: 417-442.

Levi, L., HW. 1990. The spider genera Gea and Argiope in America (Araneae: Araneidae). Bulletin of the Museum of Comparative Zoology 136: 390-479.

Mulyani, L. 2010. Implementasi Sistem Pertanaman Kubis: Kajian Terhadap Keragaman Hama dan Musuh Alami. [Skripsi]. Universitas Sebelas Maret. Jakarta.

Muma MH. 1971. Biological and behavioral notes on Gasteracantha cancriformis (Arachnida: Araneidae). Florida Entomologist 54: 345-351.

Muma MH, Stone KJ. 1971. Predation of Gasteracantha cancriformis (Arachnida: Araneidae) eggs in Florida citrus groves by Phalacrotophora epeirae (Insecta: Phoridae) and Arachnophaga ferruginea (Insecta: Eupelmidae). Florida Entomologist 54: 305-310. Pradhana RA, Mudjiono IG, Sri K. 2014. Keanekaragaman

serangga dan laba-laba pada pertanaman padi organik dan konvensional. Jurnal HPT 2 (2): 58-66.

Rachmawati D. 2013. Karakteristik habitat dan keanekaragaman Arachnida family Araneidae di Cagar Alam Tukung Gede Serang Banten. Makalah dalam Proseding Semirata FMIPA Universitas Lampung. FMIPA Universitas Lampung. Lampung.

Rantung, J. CH. S. 2006. Keragaman Spesies Laba- Laba Di Seksi Konservasi Wilayah II Taman Nasional Bogani Nani Wartabone, Doloduo, Bolaang Mongondow. [Skripsi]. Universitas Sam Ratulangi. Manado.

Rohman F. 2008. Struktur komunitas tumbuhan liar dan artropoda sebagai komponen evaluasi agroekosistem di kebun the Wonosari Singosari Kabupaten Malang. [Disertasi] Program Pascasarjana Universitas Brawijaya. Malang.

Soeharyono. 2011. Dampak Implementasi Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT) Padi terhadap Penggunaan Pestisida. Agrovigor 4 (1): 28-33.

Suana, I. W. 2005. Bioekologi Laba-laba pada Bentang Alam Pertanian di Cianjur: Kasus Daerah Aliran Sungai (DAS) Cianjur, Sub-sub DAS Citarum, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. [Disertasi]. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Gambar

Tabel 1. Jenis Laba-laba Araneae yang ditemukan di Desa Data Kec. Duampanua, Kab. Pinrang  pada bulan
Tabel 1 menunjukkan bahwa dari ke 4 lokasi sampling jumlah   individu   terbanyak   79   individu   dari   lokasi   tambak   dan terbanyak kedua 65 individu dilokasi kebun, sedangkan jumlah laba-laba terendah terdapat dilokasi persawahan dengan jumlah 30 i

Referensi

Dokumen terkait

The observation result on the objects of study indicated several points related to application of eco-interior aspect involving room organization, material choices, lighting

objectives: the first is analyzing the movie based on its structural elements and the second is analyzing the movie based on the amazon feminism perspective. This research is

Pada tahap pengamatan ini dilaksanakan bersama dengan pelaksanaan tindakan. Selain itu dalam pengamatan dilakukan pula analisis, Peneliti akan melakukan analisis

Air asia sebagai maskapai pertama yang memperkenalkan layanan E-ticketing di Asia, Air Asia menawarkan cara baru yang nyaman dalam membeli kursi Air asia melalui website

Diagram P−V dari gas helium yang mengalami proses termodinamika ditunjukkan seperti Diagram P−V dari gas helium yang mengalami proses termodinamika ditunjukkan seperti gambar

Dengan demikian, untuk mengatasi kondisi hukum negara yang dinilai lemah dalam menghadapi kekerasan massa yang terjadi, kita memang harus melihatnya mulai dari upaya penataan

Disamping itu, tidak adanya hubungan protein dengan penyembuhan luka pasien disebabkan karena banyak faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka pada pasien bedah,

Kegiatan ini bertujuan untuk menerapkan atau mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh mahasiswa diperkuliahan sebagai calon pendidik dan memberi pengalaman mengajar