No.Daftar /FPEB/ 414/UN.40.FPEB.I.PL/2012
Friska Kharunia Fauziah, 2013
Analisis Fungsi Produksi Penggunaan Faktor-faktor Produksi Pada Industri Tahu Cibuntu Kota
ANALISIS FUNGSI PRODUKSI PENGGUNAAN
FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADA INDUSTRI
TAHU CIBUNTU KOTA BANDUNG
(Survey pada sentra industri tahu di Cibuntu Kecamatan
Bandung Kulon Kota Bandung)
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Pendidikan Ekonomi
Oleh
FRISKA KHARUNIA FAUZIAH 0801064
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS
Friska Kharunia Fauziah, 2013
Analisis Fungsi Produksi Penggunaan Faktor-faktor Produksi Pada Industri Tahu Cibuntu Kota Bandung (Survey pada LEMBAR PENGESAHAN
ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADA INDUSTRI TAHU CIBUNTU KOTA BANDUNG
(Studi kasus pada sentra industri tahu di Cibuntu Kecamatan Bandung Kulon Kota Bandung)
Skripsi ini disetujui oleh:
Bandung, Februari 2013
Pembimbing I Pembimbing II
Prof.Dr.H.Eeng Ahman, MS Yana Rohmana, S.Pd., MSi
NIP. 19600122 198403 1 003 NIP. 19790625 2005011002
Mengetahui,
Ketua Program Pendidikan Ekonomi
Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis UPI Bandung
Dr. Ikaputera Waspada, MM.
Friska Kharunia Fauziah, 2013
Analisis Fungsi Produksi Penggunaan Faktor-faktor Produksi Pada Industri Tahu Cibuntu Kota Bandung (Survey pada
ANALISIS FUNGSI PRODUKSI PENGGUNAAN
FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADA INDUSTRI TAHU CIBUNTU KOTA
BANDUNG
(Survey pada sentra industri tahu di Cibuntu Kecamatan Bandung Kulon
Kota Bandung)
Oleh
Friska Kharunia Fauziah
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis
© Friska Kharunia Fauziah 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Maret 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Friska Kharunia Fauziah, 2013
Analisis Fungsi Produksi Penggunaan Faktor-faktor Produksi Pada Industri Tahu Cibuntu Kota Bandung (Survey pada
Friska Kharunia Fauziah, 2013
ABSTRAK
“ Analisis Fungsi Produksi Penggunaan Faktor-faktor Produksi Pada Industri Tahu Cibuntu Kota Bandung (Survey pada sentra industri tahu di Cibuntu
Kecamatan Bandung Kulon Kota Bandung)”
di bawah bimbingan Prof.Dr.H.Eeng Ahman, MS dan Yana Rohmana, S.Pd.,M.Si.
oleh
Friska Kharunia Fauziah 0801064
Permasalahan dalam penelitian ini didasari pada hasil produksi industri tahu di Cibuntu Kecamatan Bandung Kulon Kota Bandung dalam tiga bulan produksi terakhir di Tahun 2012 berada dalam kondisi berfluktuatif bahkan cenderung mengalami penurunan. Hal ini diduga penggunaan faktor-faktor produksi yang ada belum efisien.
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui apakah penggunaan faktor-faktor produksi pada proses produksi tahu di Cibuntu Kecamatan Bandung Kulon Kota Bandung telah mencapai efisiensi optimum dan untuk mengetahui bagaimana tingkat skala produksi (Returns to Scale) pada proses produksi tahu di Cibuntu Kecamatan Bandung Kulon Kota Bandung. Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh pengusaha industri tahu Cibuntu yang berjumlah sebanyak 170 pengusaha dan dilakukan dengan pengambilan sampel sebanyak 63 orang pengusaha. Adapun metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif analitik dengan teknis analisis data menggunakan model fungsi Cobb-Douglas.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa penggunaan faktor produksi kedelai, kunyit, garam, tenaga kerja dan bahan bakar tidak mencapai efisiensi optimum. Maka untuk mencapai efisiensi optimum pengusaha perlu melakukan strategi pengurangan atau penambahan dalam penggunaan faktor-faktor produksi sehingga hasil produksi tahu dapat meningkat dan dengan tingkat penggunaan faktor produksi yang optimum. Berdasarkan hasil penelitian, skala produksi pada industri tahu berada pada tahap Decreasing returns to scale. Ini menunjukkan bahwa proporsi penambahan masukan produksi melebihi proporsi penambahan produksi.
Friska Kharunia Fauziah, 2013
ABSTRACT
"Production Function Analysis of the Factors of Production Use In Industrial Cibuntu Bandung Know (Survey on industrial centers know Cibuntu Kulon Bandung Bandung District)" under the guidance of Prof.Dr.H.Eeng Ahman, MS
and Yana Rohmana, S.Pd., M.Sc.
by
Friska Kharunia Fauziah 0801064
Problems in this study based on the results of industrial production know Cibuntu Kulon Bandung Bandung district in the last three months of production in 2012 was in a state of fluctuation and even tend to decrease. It is thought the use of factors of production that is not efficient.
The purpose of this study is to determine whether the use of factors of production in the production process know Cibuntu Kulon Bandung Bandung District has achieved optimum efficiency and to find out how the rate of production scale (Returns to Scale) in the production process know Cibuntu Bandung District Kulon City Bandung. The population in this study are all entrepreneurs know Cibuntu industry, amounting to some 170 entrepreneurs and is done by taking a sample of 63 people entrepreneurs. The research method used is descriptive analytical research methods with technical analysis of the data using the model of Cobb-Douglas function.
These results indicate that the use of production factors soy, turmeric, salt, labor and fuel does not reach optimum efficiency. So to achieve optimum efficiency employers need to make strategic reduction or increase in the use of factors of production so that production can be increased and know the level of optimum utilization of production factors. Based on this research, the scale of production in the industry knows is at the stage Decreasing returns to scale. This shows that the proportion of proportion of production inputs increase production additions.
Friska Kharunia Fauziah, 2013
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... Error! Bookmark not defined.
KATA PENGANTAR ... Error! Bookmark not defined.
UCAPAN TERIMA KASIH ... iii
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... xi
BAB IPENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 7
1.3 Tujuan Penelitian ... 8
1.4 Manfaat Penelitian ... 8
BAB IIKAJIANPUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka ... 10
2.1.1 Pengertian UMKM ... 10
2.1.2 Pengertian dan Karakteristik Industri Kecil... 11
2.1.3 Konsep Produksi ... 13
2.1.3.1 Teori Produksi ... 13
2.1.3.2 Fungsi Produksi ... 16
2.1.3.3 Law Of Diminishing Return ... 18
2.1.3.4 Fungsi Produksi Satu Input Variabel ... 20
2.1.3.5 Fungsi Produksi Satu Output Dua Input ... 22
2.1.4 Fungsi Produksi Cobb-Douglas ... 27
2.1.4.1 Penggunaan Fungsi Produksi Cobb-Douglas Jangka Pendek ... 29
2.1.4.2 Penggunaan Fungsi Produksi Cobb-Douglas Jangka Panjang ... 30
2.1.5 Efisiensi Produksi ... 33
2.1.5.1 Efisensi Teknis ... 34
Friska Kharunia Fauziah, 2013
2.1.5.3 Efisiensi Ekonomis ... 37
2.1.6 Return to Schale ... 39
2.1.7 Hasil Penelitian Sebelumnya ... 41
2.2 Kerangka Pemikiran ... 43
2.3 Hipotesis ... 51
BAB IIIMETODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian ... 52
3.2 Metode Penelitian ... 52
3.3 Populasi dan Sampel ... 53
3.3.1 Populasi ... 53
3.3.2 Sampel ... 53
3.4 Operasional Variabel ... 54
3.5 Sumber Data ... 56
3.6 Teknik Pengumpulan Data ... 56
3.7 Teknik Analisis Data ... 56
3.7.1 Menghitung Koefisien Regresi ... 58
3.7.2 Menghitung Efisiensi Produksi ... 59
3.7.2.1 Efisiensi Teknik ... 59
3.7.2.2 Efisiensi Harga ... 60
3.7.2.3 Efisiensi Ekonomi ... 61
3.7.3 Menghitung Skala Produksi ... 62
3.8 Uji Asumsi Klasik ... 63
3.8.1 Uji Multikolinearitas ... 64
3.8.2 Heteroskedastisitas... 65
3.8.3 Autokorelasi ... 67
BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 70
4.1.1 Sejarah Perkembangan Tahu Cibuntu... 70
4.1.2 Deskripsi Objek Penelitian ... 70
4.1.2.1 Gambaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin... 73
Friska Kharunia Fauziah, 2013
4.1.2.3 Gambaran Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Terakhir 74
4.1.2.4 Gambaran Responden Berdasarkan Pengalaman Usaha ... 75
4.1.3 Karakteristik Variabel Penelitian ... 76
4.1.3.1 Produksi ... 76
4.1.3.2 Bahan Baku ... 77
4.1.3.2.2 Kunyit ... 78
4.1.3.2.3 Garam ... 79
4.1.3.3 Tenaga kerja ... 79
4.1.3.4 Bahan Bakar ... 80
4.1.4 Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 81
4.1.5 Analisis Efisiensi Produksi ... 83
4.1.5.1 Efisiensi Teknis ... 83
4.1.5.2 Efisiensi Harga ... 84
4.1.5.3 Efisiensi Ekonomi ... 86
4.1.6 Skala Hasil (Returns to Scale) ... 89
4.1.7 Model Fungsi Cobb-Douglas ... 90
4.1.7 Pengujian Hipotesis ... 92
4.1.5 Uji Asumsi Klasik ... 93
4.1.5.1 Uji Multikolinearitas ... 93
4.1.5.2 Uji Heterokedastisitas ... 94
4.1.5.3 Uji Autokorelasi ... 95
4.2 Pembahasan ... 96
4.3 Implikasi Pendidikan ... 104
BAB VKESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 106
5.2 Saran ... 106
Friska Kharunia Fauziah, 2013
DAFTAR TABEL
Tabel 1. 1 Perkembangan Skala Usaha UMKM di Indonesia Tahun 2006-2011 . 2 Tabel 1. 2 Perkembangan Produksi dan Efisiensi Tahu di Cibuntu
Kecamatan Bandung Kulon Kota Bandung bulan Februari-Mei 2012 4
Tabel 2. 1 Kriteria UMKM ... 9
Tabel 2. 2 Pengelompokan Kegiatan Usaha Ditinjau Dari Jumlah Pekerja ... 10
Tabel 2. 3 Hasil Penelitian Sebelumnya ... 40
Tabel 3.1 Operasional Variabel... 53
Tabel 4. 1 Responden Berdasarkan Kelamin ... 72
Tabel 4. 2 Responden Berdasarkan Usia... 73
Tabel 4. 3 Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 74
Tabel 4. 4 Responden Berdasarkan Pengalaman Usaha ... 75
Tabel 4. 5 Hasil Produksi Tahu Cibuntu Kecamatan Bandung Kulon Kota Bandung bulan September 2012 ... 76
Tabel 4. 6 Penggunaan Kedelai Produksi Tahu di Cibuntu Kecamatan Bandung Kulon September 2012 ... 77
Tabel 4. 7 Penggunaan Kunyit Produksi Tahu di Cibuntu Kecamatan Bandung Kulon Kota Bandung September 2012 ... 77
Tabel 4. 8 Penggunaan Garam Produksi Tahu di Cibuntu Kecamatan Bandung Kulon Kota Bandung September 2012 ... 78
Tabel 4. 9 Penggunaan Tenaga Kerja Produksi Tahu di Cibuntu Kecamatan Bandung Kulon Kota Bandung September 2012 ... 79
Tabel 4. 10 Penggunaan Bahan Bakar Produksi Tahu di Cibuntu Kecamatan Bandung Kulon Kota Bandung September 2012 ... 80
Tabel 4. 11 Hasil Regresi ... 81
Tabel 4. 12 Efisiensi Teknik Produksi Tahu Cibuntu ... 83
Tabel 4. 13 Efisiensi Harga Produksi Tahu Cibuntu... 84
Tabel 4. 14 Efisiensi Ekonomi Produksi Tahu Cibuntu ... 85
Friska Kharunia Fauziah, 2013
Friska Kharunia Fauziah, 2013
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Kurva Produksi Total, Produksi rata-rata dan Produksi Marginal ..18 Gambar 2. 2 Fungsi Produksi Input Variabel ...20 Gambar 2. 3 Kurva Isoquant ...22 Gambar 2. 4 Kurva Isocost ...24 Gambar 2. 5 Persinggungan Kurva Isoquant dan Isocost
Friska Kharunia Fauziah, 2013
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Dalam perekonomian Indonesia, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
(UMKM) merupakan kelompok usaha yang memiliki jumlah paling besar. Selain
itu kelompok ini terbukti tahan terhadap berbagai macam goncangan krisis
ekonomi. Maka sudah menjadi keharusan penguatan kelompok usaha mikro, kecil
dan menengah yang melibatkan banyak kelompok.
Diawali saat krisis di Indonesia tahun 1998 dimana pertumbuhan ekonomi
Indonesia mengalami kontraksi sebesar 13.3% dan inflasi meningkat hingga
sampai 77%. Hal ini diakibatkan jatuhnya nilai mata uang bath Thailand pada
bulan Juli 1997 dan berakibat langsung terhadap nilai rupiah yang terdepresiasi
secara eksponensial dari Rp2.400 per dollar menjadi Rp16.500 perdollar. Oleh
karena itu banyak usaha besar mengalami kebangkrutan. Bahan baku impor
meningkat secara drastis dan biaya cicilan utang meningkat sebagai akibat dari
nilai tukar rupiah terhadap dolar yang menurun dan berfluktuasi. Padahal usaha
besar dan menengah memiliki peranan strategis untuk menjaga dinamika dan
keseimbangan struktur perekonomian nasional. Kontribusi usaha besar terhadap
Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 1997-1998 juga mengalami penurunan
sebesar 10%. (Mohammad Hanif, 2012:1)
Ketika usaha besar dan usaha menengah relatif menurun, tahun 1997-1998
kontribusi Usaha Kecil terhadap perekonomian nasional tetap meningkat
2
Friska Kharunia Fauziah, 2013
mendapatkan modal dari bank. Implikasinya keterpurukan sektor perbankan dan
naiknya suku bunga tidak banyak mempengaruhi di sektor ini. Berbeda dengan
sektor perbankan yang bermasalah, maka usaha skala besar ikut terganggu dalam
kegiatan usahanya. Ini membuktikan bahwa UMKM khususnya usaha kecil
memiliki tingkat kompetisi yang lebih baik daripada usaha besar. UMKM telah
menunjukkan kemampuannya dalam menopang pertumbuhan ekonomi nasional
saat itu bahkan menjadi dinamisator dan stabilisator bagi pemulihan ekonomi
karena kemampuannya memberikan sumbangan yang cukup signifikan pada PDB
Nasional maupun penyerapan tenaga kerja. Sehingga banyak dari mereka
akhirnya beralih profesi menjadi tenaga kerja di sektor usaha kecil.
Selama tahun 1998-2011 jumlah unit usaha UMKM terus mengalami
peningkatan dengan rata-rata tumbuh sebesar 3.19% setiap tahunnya. Pada tahun
2011, jumlah unit usaha UMKM mencapai 55.21 Juta atau 99.99% dari
keseluruhan pelaku bisnis di Indonesia. Jumlah ini meningkat 12.62% dalam lima
tahun terakhir yaitu 2006-2011. Adapun perkembangan UMKM di Indonesia dari
tahun 2006 sampai 2011 dapat dilihat pada tabel 1.1 sebagai berikut :
Tabel 1. 1
Perkembangan Skala Usaha UMKM di Indonesia Tahun 2006 – 2011 (dalam ribu unit usaha)
Unit Usaha 2006 2007 2008 2009 2010 2011 % rata-rata
pertumbuhan Usaha Mikro 48,512.44 49,608.95 50,847.77 52,176.80 53,179.80 54,559.97 2.38% Usaha Kecil 472.60 498.57 522.12 546.68 573.39 602.20 4.97% Usaha
Menengah 36.76 38.28 39.72 41.13 42.62 44.28 3.79%
UMKM 49,021.80 50,145.80 51,409.61 52,764.60 53,795.89 55,206.44 2.38%
3
Friska Kharunia Fauziah, 2013
Dari tabel 1.1, selama tahun 2006 sampai 2011 usaha kecil memiliki
tingkat pertumbuhan yang tinggi sebesar 4,97 %. Keadaan tersebut tingkat
pertumbuhannya lebih besar jika dibandingkan dengan usaha mikro dan usaha
menengah. Walaupun terlihat bahwa usaha mikro lebih mendominasi skala unit
usahanya. Secara keseluruhan perkembangan unit usaha UMKM di Indonesia dari
tahun 2006 terus meningkat sampai tahun 2011 dengan pertumbuhan rata-rata
2,38%. Ini menunjukkan bahwa peran UMKM dalam pembangunan ekonomi
terus meningkat secara signifikan dan menjadi penopang pembangunan karena
besarnya pelaku bisnis di sektor ini.
Oleh sebab itu, tidak heran jika kebijakan pengembangan usaha mikro
kecil menengah (UMKM) selain untuk memperkuat struktur perekonomian,
kegiatan ini juga dapat mengurangi jumlah pengangguran, memerangi
kemiskinan, menciptakan kesempatan kerja, pemerataan pendapatan daerah dan
juga kesadaran masyarakat usaha kecil di Indonesia sering dianggap secara tidak
langsung sebagai kebijakan penciptaan kesempatan kerja atau kebijakan anti
kemiskinan. (Tulus Tambunan, 2009:16)
Perkembangan UMKM yang sangat pesat dapat membantu pembangunan
ekonomi daerah. Pembangunan ekonomi ini ditunjang dengan pembangunan
industri baik industri manufaktur, industri pertambangan dan migas, industri jasa
transportasi, industri perdagangan, dan berbagai industri lain sesuai dengan
potensi daerah masing-masing. Begitu pula di Kota Bandung, Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) berasal dari sektor jasa yang disusul oleh sektor industri
4
Friska Kharunia Fauziah, 2013
Beberapa industri kecil yang saat ini berkembang di kota Bandung
diantaranya yaitu, sentra industri perdagangan sepatu Cibaduyut, sentra industri
kaos Suci, sentra industri rajut Binongjati, sentra industri tekstil Cigondewah,
sentra industri tahu Cibuntu, sentra boneka Sukajadi dan sentra industri
perdagangan jeans Cihampelas. Ketujuh kawasan ini sudah banyak dikenal oleh
masyarakat luas baik lokal maupun mancanegara. Namun yang lebih
mendapatkan perhatian bagi penulis dalam penulisan ini adalah sentra industri
tahu Cibuntu yang terletak di Kecamatan Bandung Kulon Kota Bandung.
Dilihat dari kondisi harga bahan baku yang semakin terus meningkat,
banyak pengusaha tahu di Cibuntu Kota Bandung mengalami kerugian dan tidak
dapat berproduksi lagi. Bahkan tidak sedikit dari mereka yang hanya sekedar
menyewakan lahan produksinya untuk pengusaha tahu lain. Selain itu, persaingan
antara produsen tahu di Cibuntu ikut menurunkan jumlah produksi yang
dihasilkan oleh setiap produsen bagi produsen yang tidak mampu bersaing.
Berikut perkembangan produksi tahu Cibuntu :
Tabel 1. 2
Perkembangan Produksi dan Efisiensi Tahu di Cibuntu Kecamatan Bandung Kulon Kota Bandung bulan Februari-Mei 2012
5
Friska Kharunia Fauziah, 2013
Tabel 1.2 merupakan data pra penelitian perkembangan hasil produksi
yang diperoleh penulis dari sentra industri tahu di Cibuntu pada bulan Februari
sampai Mei, Dilihat dalam tabel tersebut, perkembangan hasil produksi pada
bulan Februari sampai Maret cenderung menurun yaitu sebesar 0,59%.Walaupun
ada kenaikan kembali pada bulan April tetapi kenaikan tersebut hanya sebesar
0.59% dan menurun lagi pada bulan Mei sebesar 10,15%. Penurunan
perkembangan hasil produksi ini disebabkan karena penggunaan jumlah input
produksi yang semakin sedikit akibat dari kelangkaan faktor produksi.
Kelangkaan faktor produksi bahan baku kedelai menyebabkan biaya input
produksi semakin tinggi. Sehingga output yang dihasilkan pada industri tahu
menurun.
Efisiensi memiliki hubungan erat dengan output produksi atau hasil
produksi ketika produksinya mengalami penurunan dan kecenderungan biaya
produksi meningkat maka efisiensi optimum tidak tercapai sebaliknya ketika
output produksi terus meningkat seiring penambahan biaya yang proposional
maka tingkat efisiensi optimum tercapai. Sehingga tingkat penuruan hasil
produksi mencerminkan ketidakefisienan penggunaan faktor produksi. Maka
seharusnya produksi tahu yang diproduksi oleh setiap pemilik usaha tahu terus
mengalami peningkatan dari waktu ke waktu.
Ada beberapa hal yang menjadi penyebab masalah UMKM tidak ekonomis dan
6
Friska Kharunia Fauziah, 2013
1. Terbatasnya penguasaan dan pemilikan aset produksi terutama
permodalan. Sebagian besar pelaku usaha di sektor ini termasuk dalam
kelompok keluarga miskin, berpenghasilan rendah, bergerak di sektor
informal (tidak memiliki izin usaha), dan umumnya belum mengenal
perbankan dan lebih sering berhubungan dengan rentenir/tengkulak.
2. Rendahnya kemampuan SDM. Kebanyakan SDM UMKM
berpendidikan rendah dengan keahlian teknis, kompetensi,
kewirausahaan dan manajemen yang seadanya.
3. Terbatasnya ketersediaan bahan baku produksi. Ketergantungan pada
bahan baku impor menyebabkan biaya produksi meningkat.
4. Masalah kurangnya pengetahuan pemasaran dan sempitnya daerah
pemasaran. Hal ini berkaitan dengan kurangnya informasi tentang pasar,
yang terkait langsung dengan barang-barang yang diproduksi oleh
UMKM.
5. Masalah teknis dan teknologi meliputi pengetahuan produksi, kualitas,
pengembangan dan peragaman produk.
(Noer soetrisno, Humas Pemprov Sumbar)
Permasalahan efisiensi yang dihadapi pengusaha tahu harus segera diatasi
karena akan berdampak pada kesejahteraan pengusaha dalam memenuhi setiap
kebutuhan hidupnya. Apabila tidak diselesaikan maka pengusaha tahu di Cibuntu
akan mengalami kerugian dan tidak mampu memenuhi kebutuhan pangan,
7
Friska Kharunia Fauziah, 2013
pada profesi pengolahan tahu. Kemiskinan dan pengangguran akan terus
meningkat dan tingkat pertumbuhan ekonomi Kota Bandung akan menurun
mengingat pengusaha tahu Cibuntu merupakan salah satu sentra UMKM Kota
Bandung.
Salah satu cara untuk mengatasi masalah ketidakefisienan produksi tahu
Cibuntu adalah dengan mengoptimalkan faktor-faktor produksi. Dalam
pelaksanaan usaha tahu, ada beberapa kendala untuk mengoptimalkan
faktor-faktor produksi diantaranya kelangkaan sumber daya bahan baku kedelai impor
dan garam yang setiap waktu mengalami kenaikan harga. Kelangkaan bahan baku
menjadi masalah paling sentral karena ketika tidak ada bahan baku yang sesuai
dengan permintaan konsumen maka kegiatan produksi tidak akan berjalan. Oleh
karena itu masalah efisiensi produksi di sentra industri tahu di Cibuntu Kecamatan
Bandung Kulon Kota Bandung sangat penting untuk diteliti.
Berdasarkan pemaparan diatas maka penulis tertarik mengambil judul
“Analisis Fungsi Produksi Penggunaan Faktor-faktor Produksi pada Industri Tahu Cibuntu Kota Bandung (Survey pada sentra industri tahu di Cibuntu Kecamatan Bandung Kulon Kota Bandung) “
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis menuliskan beberapa rumusan
masalah ke dalam beberapa pertanyaan sebagai berikut :
1. Bagaimana penggunaan faktor-faktor produksi pada Industri Tahu di Cibuntu
8
Friska Kharunia Fauziah, 2013
2. Bagaimana tingkat skala ekonomi pada Industri Tahu di Cibuntu Kota Bandung
berada pada tahap constant returns to scale, increasing returnss to scale atau
decreasing returns to scale?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui :
1. Tingkat efisiensi dalam penggunaan faktor-faktor produksi pada Industri Tahu
di Cibuntu Kecamatan Bandung Kulon Kota Bandung sudah mencapai efisiensi
optimum
2. Tingkat skala ekonomi pada Industri Tahu di Cibuntu Kecamatan Bandung
Kulon Kota Bandung berada pada tahap constant returns to scale, increasing
returnssto scale atau decreasing returns to scale
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah :
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan memperdalam ilmu
pengetahuan serta dapat digunakan sebagai pembanding bagi pembaca yang ingin
melaksanakan penelitian di bidang ekonomi produksi.
2. Manfaat Praktis
a. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber informasi mengenai
pencapaian produksi yang optimal serta faktor produksi yang efisien yang
berpengaruh pada hasil produk tahu di Cibuntu Kecamatan Bandung
9
Friska Kharunia Fauziah, 2013
b. Bagi pemerintah penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk melakukan dan
memberikan berbagai kebijakan dalam meningkatkan kesejahteraan
produsen di sentra industri tahu di Cibuntu Kecamatan Bandung Kulon
Friska Kharunia Fauziah, 2013
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian
Objek penelitian merupakan salah satu faktor yang tidak dapat dipisahkan
dari suatu penelitian. Objek penelitian adalah variabel penelitian atau apa yang
menjadi titik perhatian suatu penelitian. Dalam penelitian ini objek penelitian
yang digunakan terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat. Dimana hasil
produksi tahu menjadi variabel terikat, sedangkan kedelai, kunyit, garam, tenaga
kerja dan bahan bakar menjadi variabel bebas. Subjek penelitiannya adalah para
produsen atau pengusaha tahu di Cibuntu Kecamatan Bandung Kulon Kota
Bandung.
3.2 Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan langkah dan prosedur yang akan dilakukan
untuk mengumpulkan data dalam rangka memecahkan masalah atau menguji
hipotesis. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskritif
analitik. Metode deskriptif menurut M. Nazir (2005: 54) adalah “suatu metode
dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu
sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Metode
deskriptif analitik yaitu metode penelitian yang menggambakan dan membahas
objek yang diteliti kemudian berdasarkan faktor yang ada, kegiatannya meliputi
53
Friska Kharunia Fauziah, 2013 3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Suharsimi Arikunto (2010:173) menyatakan bahwa “populasi adalah
seluruh subjek penelitian”. Populasi dalam penelitian ini adalah para pengusaha
tahu di Cibuntu Kecamatan Bandung Kulon Kota Bandung.
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil survei di Cibuntu Kecamatan
Bandung Kulon diketahui bahwa jumlah pengusaha yang bergerak di industri tahu
berjumlah 170 orang pengusaha.
3.3.2 Sampel
Menurut Suharsimi Arikunto (2010:174). Sampel adalah sebagian atau
wakil populasi yang diteliti. Sedangkan sampling yaitu suatu cara pengumpulan
data yang sifatnya tidak menyeluruh, artinya tidak mencakup seluruh objek akan
tetapi hanya sebagian dari populasi saja, yaitu hanya mencakup sampel yang
diambil dari populasi tersebut. Dalam penelitian ini, penentuan ukuran sampel
dapat dilakukan menggunakan cara Harun Al-rasyid (1993:44) sebagai berikut:
Jumlah pengusaha yang merupakan ukuran populasi (N) berjumlah 170
pengusaha. Dengan resiko kekeliruan yang mungkin terjadi (α) sebesar 0,05, dan
bound of error( ) sebesar 0,10 sampel (n) yang diambil adalah;
54
Friska Kharunia Fauziah, 2013
Keterangan:
n = Ukuran sampel keseluruhan N = Ukuran populasi keseluruhan
2
z = Nilai distribusi normal baku (tabel-Z) pada α tertentu
α = Resiko kekeliruan yang mungkin terjadi = Bound of Error
diambil sebesar 63 pengusaha. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara
simple random sampling. Dengan cara ini pengambilan sampel dilakukan secara
acak sederhana. Peneliti memilih sembarang produsen yang akan dijadikan
sampel penelitian.
3.4 Operasional Variabel
Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel
Konsep Variabel Definisi Operasional Sumber Data
55
Friska Kharunia Fauziah, 2013
Bahan baku
- Jumlah kedelai dalam satuan kg pada bulan September 2012
- Jumlah kunyit dalam satuan kg pada bulan September 2012
- Jumlah garam dalam satuan kg pada bulan September 2012 dalam maupun di luar hubungan kerja, guna
- Jumlah gas elpiji dalam satuan kilogram pada proses produksi bulan September 2012
56
Friska Kharunia Fauziah, 2013 3.5 Sumber Data
Sumber data dalam penelitian yaitu sumber data primer yang diperoleh
melalui penyebaran angket kepada produsen yang menjadi sampel dalam
penelitian. Sedangkan sumber data sekunder diperoleh dari laporan Badan Pusat
Statistik (BPS), Dinas Perindustrian dan Perdagangan (DESPERINDAG), dan
artikel dalam internet.
3.6 Teknik Pengumpulan Data
Adapun pengumpulan data dalam penelitian dilakukan dengan cara:
1. Angket, yaitu pengumpulan data melalui penyebaran seperangkat
pertanyaan maupun pernyataan tertulis kepada responden yang menjadi
sampel dalam penelitian.
2. Studi observasi, yaitu dengan cara meneliti secara langsung produsen tahu
yang berada di Cibuntu Kecamatan Bandung Kulon Kota Bandung.
3. Wawancara, dilakukan untuk memperoleh informasi secara langsung
dengan tanya jawab lisan kepada para responden yang digunakan sebagai
pelengkap data.
4. Studi literatur, yaitu teknik pengumpulan data dengan memperoleh data-data
dari buku-buku, laporan ilmiah, media cetak dan lain-lain yang berhubungan
dengan masalah yang diteliti.
3.7 Teknik Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan Analisis Regresi Linear
Berganda (multiple regression) melalui fungsi Cobb-Douglas. Alat bantu analisis
57
Friska Kharunia Fauziah, 2013
Views (EViews) versi 7.1. Tujuan Analisis Regresi Linier Berganda adalah untuk
mempelajari bagaimana eratnya pengaruh antara satu atau beberapa variabel bebas
dengan satu variabel terikat.
Berikut adalah proses alur analisis data dalam penelitian dan dapat dilihat
pada gambar 3.1.
Gambar 3. 1 Alur Analisa Data
ANGKET PENELITIAN
DATA VARIABEL PENELITIAN
UJI HIPOTESIS DESKRIPSI VARIABEL
PENELITIAN
UJI ASUMSI KLASIK
MENGHITUNG EFISIENSI DAN SKALA PRODUKSI LAMPIRAN 1
LAMPIRAN 3
LAMPIRAN 4
PEMBAHASAN DAN HASIL LAMPIRAN 5
58
Friska Kharunia Fauziah, 2013
3.7.1 Menghitung Koefisien Regresi
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan
melalui fungsi produksi Cobb-Douglass. Jika memasukan variabel dalam
penelitian maka diperoleh model persamaan sebagai berikut:
Y = f(X1, X2, X3, X4, X5)
Maka model Cobb-Douglas dalam penelitian ini adalah:
Y = A X1b1 X2b2 X3b3 X4b4 X5b5 e
Untuk memudahkan persamaan di atas, maka persamaan tersebut diubah
menjadi bentuk linier berganda dengan cara menglogaritmakan persamaan
tersebut. Pendugaan parameter dapat dilakukan dengan menggunakan analisis dan
metode kuadrat terkecil (OLS: Ordinary Least Square) yang diperoleh melalui
frekuensi logaritma fungsi asal sebagai berikut:
log Y = log a + b1 logX1 + b2 logX2 + b3 logX3 + b4 logX4 + b5 logX5
Dimana:
a = konstanta yang pada X1, X2, X3, X4, X5 sama dengan nol bi = elastisitas produksi masing-masing faktor
59
Friska Kharunia Fauziah, 2013
Persamaan di atas dapat dengan mudah diselesaikan dengan cara regresi
berganda pada persamaan tersebut terlihat bahwa nilai b1, b2, b3, b4, dan b5 adalah
tetap walaupun variabel yang terlihat telah dilogaritmakan. Hal ini dapat
dimengerti karena b1, b2, b3, b4, danb5 pada fungsi Cobb-Douglas adalah sekaligus
menunjukan elastisitas X terhadap Y, sehingga ada tiga kemungkinan fase yang
akan terjadi:
b = 1 constant returnss to scale
b < 1 decreasing returnss to scale
b > 1 increasing returnss to scale
3.7.2 Menghitung Efisiensi Produksi 3.7.2.1 Efisiensi Teknik
Secara matematis, efisiensi teknik dapat diketahui melalui elastisitas
produksinya (Ep) :
atau
Karena ΔY/ΔX adalah Marginal Psysical Product (MPP) dan Y/X adalah
Average Psysical ProductI (APP).
Efisiensi teknis akan tercapai pada Ep = 1, yaitu :
60
Friska Kharunia Fauziah, 2013
Efisiensi teknis selain dapat diketahui dari tingkat elastisitas produksi juga
merupakan koefisien regresi dari fungsi Cobb-Douglas. Efisiensi teknis tercapai
pada saat koefisien regresi = 1 atau pada saat produksi rata-rata tertinggi (Ep / Σ bi
= 1 ). Untuk mengetahui efisiensi teknis faktor produksi dapat dilihat melalui
tingkat elastisitas (Σ bi), yaitu jika:
a) Σ bi=1, berarti keadaan usaha pada kondisi ”Constant Returnss to Scale”.
Dalam keadaan demikian penambahan faktor produksi akan proporsional
dengan penambahan produksi yang diperoleh.
b) Σ bi<1, berarti keadaan usaha pada kondisi ”Decreasing Returnss to Scale”.
Dalam keadaan demikian, dapat diartikan bahwa proporsi penambahan faktor
produksi melebihi proporsi penambahan produksi.
c) Σ bi>1, berarti keadaan usaha pada kondisi ”Increasing Returnss to Scale”.
Ini artinya bahwa proporsi penambahan faktor produksi akan menghasilkan
tambahan produksi yang proporsinya lebih besar.
Efisiensi secara teknis terjadi apabila Ep = b = 1. (Soekartawi, 1994:40)
3.7.2.2 Efisiensi Harga
Untuk menghitung efisiensi harga, dapat dianalisis dengan memenuhi
syarat kecukupan sebagai berikut :
Keterangan :
MP = Marginal Product masing-masing faktor produksi P = Harga masing – masing faktor produksi
61
Friska Kharunia Fauziah, 2013
X3 = garam X4 = tenaga kerja X5 = bahan bakar
Secara matematis ditulis dengan persamaan sebagai berikut :
Efisiensi Harga =
Produk Marginal (PM) = bi. (Mubyarto,1989: 76)
Keterangan:
MP = Tambahan hasil Produksi (Marginal Product)
bi = Elastisitas produksi/koefisien Y = Rata-rata hasil produksi Xi = Rata-rata faktor produksi Px = Harga Faktor Produksi
Efisiensi akan tercapai apabila perbandingan antara Produk Marginal (PM)
dengan Harga Faktor Produksi (Px) = 1.
3.7.2.3 Efisiensi Ekonomi
Efisiensi ekonomi merupakan perbandingan antara nilai marjinal dengan
harga faktor produksi, dari masing-masing faktor produksi yang digunakan.
Secara matemtis efisiensi ekonomi dapat dirumuskan sebagai berikut :
Keterangan :
MVP = Marginal Value Product
P = Harga masing-masing faktor produksi X1 = kedelai
62
Friska Kharunia Fauziah, 2013
Kemudian rumus dari efisiensi ekonomi adalah
(Mubyarto,1989:76)
Dimana bi merupakan koefisien regresi atau koefisien elastisitas. Untuk
mengetahui efisiensi faktor produksi dengan menggunakan rasio antara marginal
Value Product (MVP) dan nilai satu unit faktor produksi (Px), jika :
MVPx / Px > 1 artinya penggunaan input X belum mencapai efisiensi
optimum. Untuk mencapai efisien input X perlu ditambah.
MVPx / Px = 1 artinya penggunaan input X sudah mencapai efisiensi
optimum. Maka input X harus dipertahankan.
MVPx/ Px < 1 artinya penggunaan input X sudah melebihi titik optimum
(tidak efisien). Untuk mencapai efisien input X perlu dikurangi.
(Soekartawi, 1994:42)
3.7.3 Menghitung Skala Produksi
Untuk menguji skala kenaikan hasil sama dengan satu atau tidak sama
dengan satu yang dicapai dalam proses produksi maka digunakan jumlah
elastisitas produksi (α + β). Dari hasil penjumlahan tersebut ada tiga kemungkinan
yang terjadi, yaitu :
Jika α + β >1 berarti produksi berada dalam kondisi skala output yang
meningkat (increasing returnss to scale)
Jika α + β = 1 berarti produksi jangka panjang berada dalam kondisi skala
63
Friska Kharunia Fauziah, 2013
Jika α + β <1, berarti produksi jangka panjang berada dalam kondisi skala
ouput yang menurun (decreasing returns to scale)
(Vincent Gaspersz, 2011:292)
3.8 Uji Asumsi Klasik
3.8.1 Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas adalah kondisi adanya hubungan antarvariabel
independen karena melibatkan beberapa variabel independen, maka
multikolinearitas tidak akan terjadi pada persamaan regresi sederhana yang hanya
terdiri atas satu variabel dependen dan satu variabel independen (Yana Rohmana,
2010:140)
Konsekuensi sebuah model yang terkena multikolinearitas adalah
variannya akan terus naik dan membesar. Dengan varian yang semakin naik atau
membesar maka standar eror β1 dan β2 juga naik. Oleh karena itu, dampak adanya
multikolinearitas di dalam model regresi jika menggunakan teknik estimasi
dengan metode kuadrat terkecil (OLS) adalah :
1. Meskipun penaksir OLS mungkin bisa diperoleh dan masih dikatakan
BLUE, tetapi kesalahan standarnya cenderung semakin besar dengan
meningkatnya tingkat korelasi antara peningkatan variabel sehingga sulit
mendapatkan penaksir yang tepat.
2. Karena besarnya kesalahan standar, selang atau interval keyakinan untuk
parameter populasi yang relevan cenderung lebih besar dan nilai t hitung
64
Friska Kharunia Fauziah, 2013
3. Dalam kasus multikolinearitas yang tinggi data sampel mungkin sesuai
dengan sekelompok hipotesis yang berbeda-beda jadi probabilitas untuk
menerima hipotesis salah.
4. Selama multikolinearitas tidak sempurna, penaksiran koefisien regresi
adalah mungkin tetapi taksiran kesalahan standarnya menjadi sangat
sensitif terhadap sedikit perubahan data.
5. Jika multikolinearitas tinggi, mungkin terjadi R2 yang tinggi tetapi tidak
satupun atau sangat sedikit koefisien yang ditaksir yang penting secara
statistik.
Ada beberapa cara untuk medeteksi keberadaan multikolinieritas dalam
model regresi OLS yaitu:
a. Mendeteksi nilai koefisien determinasi (R2) dan nilai thitung. Jika R2 tinggi
(biasanya berkisar 0,8 – 1,0) tetapi sangat sedikit koefisien regresi yang
signifikan secara statistik, maka kemungkinan ada gejala multikolinieritas.
b. Dengan menghitung koefisien korelasi antarvariabel independen. Apabila
koefisiennya rendah maka tidak terdapat multikolinearitas sebaliknya jika
koefisien antarvariabel independen koefisiennya tinggi (0,8 – 1,0) maka
diduga terdapat multikolinearitas.
c. Dengan melakukan regresi auxiliary, dapat digunakan untuk mengetahui
hubungan antar dua atau lebih variabel independen yang secara
bersama-sama.
d. Tolerance (TOL) dan Variance Inflation Factor (VIF)
65
Friska Kharunia Fauziah, 2013
Dalam penelitian ini penulis menggunakan cara korelasi parsial
antarvariabel independen untuk mendeteksi ada atau tidak adanya
multikolinearitas.
3.8.2 Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan varian atau residual satu pengamatan ke pengamatan
lainnya. Model yang dapat digunakan untuk menguji dengan gejala glejser. Untuk
mendeteksi gejala uji heteroskedastisitas, maka dibuat persamaan regresi dengan
asumsi tidak ada heteroskedastisitas kemudian menentukan nilai absolute residual,
selanjutnya meregresikan nilai absolut residual diperoleh sebagai variabel
dependen serta dilakukan regresi dari variabel independen. Nilai t hitung absolut
terletak diantara +t tabel dengan df (n-k-1) dan tingkat signifikan 0,05 maka
terjadi heteroskedastisitas.
Ada beberapa cara yang bisa ditempuh untuk mengetahui adanya
heteroskedastisitas ,yaitu sebagai berikut :
1. Metode informal (grafik). Metode ini merupakan cara yang paling mudah
dan cepat karena menampilkan grafik sebar dari variabel residual kuadrat
dan variabel independen. Kriterianya adalah :
a. Jika grafik mengikuti pola tertentu misal linier, kuadratik atau hubungan
lain berarti pada model tersebut terjadi heteroskedastisitas.
b. Jika pada grafik plot tidak mengikuti pola atau aturan tertentu maka pada
66
Friska Kharunia Fauziah, 2013
2. Uji Park (Park test), yakni menggunakan grafik yang menggambarkan
keterkaitan nilai-nilai variabel bebas (misalkan X1) dengan nilai-nilai
taksiran variabel pengganggu yang dikuadratkan (^u2).
3. Uji Glejser (Glejser test), yakni dengan cara meregres nilai taksiran
absolut variabel pengganggu terhadap variabel Xi dalam beberapa bentuk,
diantaranya:
4. Uji korelasi rank Spearman (Spearman’s rank correlation test.) Koefisien
korelasi rank spearman tersebut dapat digunakan untuk mendeteksi
heteroskedastisitas berdasarkan rumusan berikut :
d1 = perbedaan setiap pasangan rank n = jumlah pasangan rank
5. Metode Breusch-Pagan-Godfrey. Metode ini mengembangkan model yang
tidak memerlukan penghilangan data c dan pengurutan data sebagai
alternatif dari metode Golgfeld-Quandt.
6. Uji White (White Test). Pengujian terhadap gejala heteroskedastisitas
dapat dilakukan dengan melakukan White Test, yaitu dengan cara
meregresi residual kuadrat dengan variabel bebas, variabel bebas kuadrat
dan perkalian variabel bebas. Ini dilakukan dengan membandingkan χ2 hitung
dan χ2
67
Friska Kharunia Fauziah, 2013
terjadi heterokedasitas diterima, dan sebaliknya apabila χ2hitung < χ2tabel
maka hipotesis yang mengatakan bahwa terjadi heterokedasitas ditolak.
(Yana Rohmana, 2010 : 161-170
3.8.3 Autokorelasi
Menurut Yana Rohmana (2010:192) autokorelasi yaitu hubungan antara
residual satu observasi dengan resiual observasi lainnya. Dalam kaitannya dengan
asumsi metode OLS, autokorelasi merupakan korelasi antara satu residual dengan
residual yang lain. Sedangkan salah satu asumsi penting metode OLS berkaitan
dengan residual adalah tidak adanya hubungan antara residual satu dengan
residual yang lain, sehingga autokorelasi ini dapat menimbulkan akibat yaitu:
Akibat adanya autokorelasi antara lain adalah:
a) Varian sampel tidak dapat menggambarkan varian populasi.
b) Model regresi yang dihasilkan tidak dapat dipergunakan untuk menduga nilai
variabel terikat dari nilai variabel bebas tertentu.
c) Varian dari koefisiennya menjadi tidak minim lagi (tidak efisien), sehingga
koesisien estimasi yang diperoleh kurang akurat.
d) Uji t tidak berlaku lagi, jika uji t tetap digunakan maka kesimpulan yang
diperoleh salah.
Adapun cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi pada model
regresi, pada penelitian ini pengujian asumsi autokorelasi dapat diuji melalui
68
Friska Kharunia Fauziah, 2013
a) Uji Breusch-Godfrey
Breusch-Godfrey mengembangkan uji autokorelasi yang lebih umum dan
dikenal dengan uji Lagrange Multiplier (LM). Kriterianya adalah jika nilai
probabilitas lebih besar dari (>) = 5% berarti tidak terkena autokorelasi.
sebaliknya ketika nilai probabilitasnya lebih kecil atau sama dengan (<)
dari = 5% berarti terdapat autokorelasi.
b) UjiDurbin-Watson
Nilai Durbin-Watson menunjukkan ada tidaknya autokorelasi baik positif
maupun negatif, jika digambarkan akan terlihat seperti pada gambar
dibawah ini:
Gambar 3.1
Statistika d Durbin- Watson
Sumber: Yana Rohmana,2010:195
Keterangan: dL = Durbin Tabel Lower
dU = Durbin Tabel Up
69
Friska Kharunia Fauziah, 2013
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan uji LM test dengan bantuan
software Eviews 7.1. Yaitu dengan cara membandingkan nilai X2tabel
dengan X2hitung (Obs* R-squared). Kalau X2hitung < X2tabel maka dapat
disimpulkan model estimasi berada pada hipotesa nol atau tidak
Friska Kharunia Fauziah, 2013
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
1.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis yang telah diuraikan sebelumnya, maka pada
bagian akhir ini penulis dapat membuat beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi pada industri tahu di Cibuntu
Kecamatan Bandung Kulon Kota Bandung tidak mencapai efisiensi optimum.
2. Tingkat skala produksi pada industri tahu di Cibuntu Kecamatan Bandung
Kulon Kota Bandung dalam kondisi skala usaha yang menurun (Decreasing
Returns to Scale), artinya apabila semua input atau faktor produksi
ditingkatkan penggunaannya maka akan meningkatkan output atau hasil
produksi yang lebih kecil daripada tambahan input atau faktor produksi
tersebut.
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat penulis rekomendasikan adalah sebagai berikut:
1. Untuk mencapai efisiensi optimum maka pengusaha tahu di Cibuntu
Kecamatan Bandung Kulon Kota Bandung perlu melakukan strategi dalam
penggunaan faktor produksi kedelai, kunyit, garam, tenaga kerja dan bahan
bakar agar mencapai efisiensi yang optimum. Dimana faktor produksi
kedelai (X1) dan faktor produksi tenaga kerja (X2) dengan nilai efisiensi
107
107
Friska Kharunia Fauziah, 2013
dan tenaga kerja sudah melebihi titik efisiensi optimum maka strategi yang
harus dilakukan untuk mencapai efisiensi optimum adalah pengusaha harus
mengurangi faktor produksi tersebut sampai pada titik produk marjinal
optimum dengan cara membatasi jumlah pembelian dan penggunaan jumlah
kedelai dan tenaga kerja agar input-input yang lain dapat memberikan hasil
yang maksimum. Sedangkan faktor produksi kunyit (X2), garam (X3) dan
bahan bakar (X5) nilai efisiensinya ekonominya lebih dari satu artinya
penggunaan faktor produksi kunyit, garam, dan bahan bakar belum
mencapai titik efisiensi optimum maka strategi yang harus dilakukan untuk
mencapai efisiensi optimum adalah pengusaha harus menambah faktor
produksi tersebut sampai pada titik produk marjinal optimum dengan cara
membeli dan menambah penggunaan kunyit, garam dan bahan bakar untuk
proses pembuatan tahu.
2. Untuk mencapai skala produksi yang meningkat maka perlu dilakukan
peningkatan kualitas dan kemampuan pengusaha untuk dapat mengatur
input faktor produksi secara optimal. Karena industri tahu di Cibuntu
Kecamatan Bandung Kulon Kota Bandung berada pada kondisi skala yang
menurun (Decreasing Returns to Scale). Oleh karena itu para pengusaha
seharusnya mengikuti beberapa pelatihan dan pendidikan non formal
mengenai aspek manajemen keuangan, kewirausahaan, pemasaran dan
pengorganisasian tenaga kerja agar faktor produksi bisa dialokatifkan secara
108
108
Friska Kharunia Fauziah, 2013
3. Mengoptimalkan kembali peran Koperasi yang selama ini fungsinya kurang
maksimal bahkan ada beberapa yang sudah tidak berfungsi, misalnya
dengan pengaktifan kembali kepengurusan dan melengkapi penyediaan
kebutuhan berptoduksi. Oleh karena itu seharusnya pemerintah khususnya
Departemen UMKM dan Desperindag ikut campur tangan mengaktifkan
kembali koperasi yang berada di Cibuntu dimana peran koperasi tersebut
sangat penting dalam menyediakan dan menentukan harga bahan baku
Friska Kharunia Fauziah, 2013
DAFTAR PUSTAKA
Bishop CE dan Toussaint WD.(1979).Pengantar Analisa Ekonomi Pertanian, Mutiara, Jakarta
Bruce R.Beatie-C.Robert Taylor.(1996). Ekonomi Produksi, Gajdah Mada, Yogyakarta
Eeng Ahman dan Yana Rohmana.(2009). Pengantar Teori Ekonomi Mikro. Bandung : Laboratorium Ekonomi dan Koperasi
Harun Al-Rasyid.(1993).Teknik Penarikan Sampel dan Penyusunan Skala.Bandung: Program Pasca Unpad
Henry Faizal Noor.(2007).Ekonomi Manajerial.Rajagrafindo Persada.Jakarta
Nurimansjah Hasibuan,.(1991).Ekonomi Industri Persaingan,Monopoli dan Regulasi. Bandung : LP3ES
Mudrajat Kuncoro.(2007). Ekonomika Industri Indonesia Menuju Negara Industri Baru 2030 ?. Yogyakarta : CV Andi Offset
Mubyarto.(1989).Pengantar Ekonomi Pertanian.Jakarta :LP3ES
Moh Nazir. (2005). Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia
Sadono Sukirno.(2005).Mikro Ekonomi Teori Pengantar, Rajagrafindo, Bandung
Samuelson, Paul.(2003).Ilmu Mikro Ekonomi.Media Global Edukasi,Jakarta
Salvatore, Dominick. (2005). Managerial Economics Ekonomi Manajerial dalam Perekonomian Global. Jakarta: Salemba Empat
Soekartawi. (1994). Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis Fungsi Cobb-Douglas. Rajawali Press, Jakarta.
Suharsimi Arikunto.(2010).Prosedur Penelitian.Rineka Cipta,Jakarta
Sunaryo.(2001).Ekonomi Manajerial.Gelora Aksara Pratama.Jakarta
Friska Kharunia Fauziah, 2013
Tulus Tambunan.(2009).UMKM di Indonesia.Ghalia Indonesia.Yogyakarta
Wilson Bangun(2010) Teori Ekonomi Mikro, Refika Aditama,Bandung
Vincent Gaspersz.(2011).Ekonomi Manajerial (Managerial Economics).Gramedia Pustaka,Bogor
Yana Rohmana.(2010). Ekonometrika (teori dan aplikasi dengan eviews).FPEB UPI.Bandung
JURNAL
Carolina B.D. Pakasi, L.Pangemanan(2011).Efisiensi Peggunaan Faktor Produksi pada Usahatani Jagung di Kecamatan Remboken Kabupaten Minahasa (Studi Perbandingan Peserta dan Bukan Peserta Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu). Jurnal ASE – Volume 7 Nomor 2, Mei 2011: 51 - 60
Dewi Ulfah W,dkk(2005). Efisiensi Produksi pada Industri Rumah Tangga Tahu (Studi Kasus di Kelurahan Margoagung Kecamatan Seyegan Kabupaten Sleman).Jurnal Agrobisnis Vol.6, No.2, Januari:110-121
Muzdalifah(2011) Analisis Produksi dan Efisiensi Usahatani Padi di Kabupaten Banjar Jurnal Agribisnis Perdesaan Volume 01 Nomor 04 Desember 2011
SUMBER INTERNET
Galeriukm.UU No. 20 Tahun 2008. [online]. Tersedia di :
www.galeriukm.web.id. [12 Juli 2012]
Humas Pemprov Sumbar. Peranan Promosi Dalam Memasarkan Produk UMKM
[online].
Tersedia di :
http://www.sumbarprov.go.id/detail_artikel.php?id=741 . [9 Oktober 2012]
Mohammad Hanif. Peran Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dalam Pembangunan Ekonomi Indonesia. [online].
Tersedia di :
Friska Kharunia Fauziah, 2013
Noer soetrisno. Strategi Penguatan UKM Melalui Pendekatan Klaster Bisnis Konsep, Pengalaman Empiris Dan Harapan [online].
Tersedia di :