• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Resiliensi dan Kualitas Tidur Mahasiswa Profesi Ners Universitas Klabat Tahun Ajaran 2019/2020

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Hubungan Resiliensi dan Kualitas Tidur Mahasiswa Profesi Ners Universitas Klabat Tahun Ajaran 2019/2020"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Published by Faculty of Nursing | Universitas Klabat 30 Hubungan Resiliensi dan Kualitas Tidur Mahasiswa Profesi Ners

Universitas Klabat Tahun Ajaran 2019/2020 Grace F. Kaparang1, Wini Nabut2

1, 2 Profesi Ners Universitas Klabat, Minahasa Utara, Sulawesi Utara email: gfk379@gmail.com

Abstrak

Tidur merupakan proses biologis yang penting untuk kehidupan dan kesehatan yang optimal. Tidur berhubungan erat dengan kesehatan mental. Kualitas tidur dan resiliensi secara teoritis dapat membagi dasar mekanisme saraf yang saling mempengaruhi. Tujuan penelitian: untuk mengetahui hubungan resiliensi dan kualitas tidur pada mahasiswa profersi ners Universitas Klabat tahun ajaran 2019/2020. Metode Penelitian: merupakan penelitian analitik observasional

dengan pendekatan cross-sectional. Analisa data menggunakan uji spearman. Pengumpulan data menggunakan kuesioner Kesiliensi yang diterjemahkan dari Nicholson McBride Resilience

Questionnaire (NMRQ), dan kualitas Tidur adalah Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI), yang

diberikan kepada 60 responden. Hasil analisa: menunjukan bahwa dari 60 responden 27 (45%) responden memiliki resiliensi “luar biasa” dan 3 (5%) responden memiliki resiliensi “berkembang” sedangkan Kualitas Tidur 57 (95%) responden memiliki “Kualitas Tidur Buruk” dan 3 (5%) memiliki “Kualitas Tidur Baik”. Hasil uji statistik korelasi Spearman, ditemukan nilai r = -0.149 dan p = .255 (> .05). Dengan demikian tidak ada hubungan yang signifikan antara Resiliensi dan Kualitas Tidur pada mahasiswa Profesi Ners Universitas Klabat. Tahun Ajaran 2019/2020. Rekomendasi: bagi peneliti selanjutnya agar mengambil lebih banyak jumlah sampel dan mengobservasi perilaku resiliensi responden secara langsung dan tidak hanya bergantung pada kuesioner self-rated. Walaupun hasil penelitian tidak menunjukkan bahwa kualitas tidur memiliki hubungan yang signifikan dengan resiliensi, tetapi, tetap disarankan kepada mahasiswa profesi untuk menjaga kualitas tidur, bukan hanya karena ada alasan yang lain, tapi, bisa jadi resiliensi akan menurun setelah kualitas tidur buruk jangka panjang.

Kata kunci : resiliensi, kualitas tidur, mahasiswa

Latar Belakang

Tidur merupakan proses biologis yang penting untuk kehidupan dan kesehatan yang optimal. Menurut DEPKES, (2010) orang dewasa membutuhkan waktu 7-8 jam setiap hari. Kualitas tidur yang tidak dijaga akan mendatangkan efek negatif untuk tubuh. Orang yang kurang tidur memiliki resiko 2 atau 3 kali lebih besar untuk mengalami kegagalan jantung kongestif, yaitu keadaan jantung mengalami kelemahan dalam memompa darah keseluruh tubuh sehingga

menyebabkan ketidakseimbangan tubuh dan akan merusak organ-organ lainnya (Hanif, 2015). Di sisi lain, orang yang terlalu banyak tidur memiliki resiko terkena morbiditas atau sifat mudah terkena sakit (hipertensi, diabetes, gangguan irama jantung, kesehatan buruk) dan kematian (Hirshkowitz, 2015).

Tidur berperan penting dalam fungsi otak dan fisiologi sistemik, termasuk metabolisme, nafsu makan regulasi, dan fungsi sistem kekebalan, dan hormonal (Watson, Badr MS & Belenky, 2015). Tidur malam yang baik

(2)

Published by Faculty of Nursing | Universitas Klabat 31 membantu menumbuhkan ketahanan mental

dan emosional. Dalam sebuah penelitian yang mengikuti tahanan perang dipulangkan selama 37 tahun karena tidur merupakan prediktor terkuat dalam resiliensi mental (Dolan, 2019). Sedangkan menurut Huges, et al (2018), menyatakan bahwa veteran yang kurang tidur memiliki kesehatan fisik dan psikologis yang lebih buruk, resiliensi lebih rendah, dan menimbulkan lebih banyak peristiwa traumatis seumur hidup.

Menurut Harvard Mental Health Letter

(2019), tidur berhubungan erat dengan kesehatan mental. Kurang tidur mempengaruhi kondisi psikologis dan kesehatan mental seseorang dan mereka yang memiliki masalah kesehatan mental lebih cenderung mengalami insomnia atau gangguan tidur lainnya. Sedangkan menurut penelitian di UCLA Campus and Student

Resilience, menyatakan bahwa sebagian besar

mahasiswa mengetahui masalah tidur dan mereka, bahkan UCLA menginisiasi program

Sleep Well” untuk mahasiswa karena

menyadari bahwa tidur nyenyak sangat penting tidak hanya untuk tetap tajam secara mental, tetapi juga untuk banyak aspek kesehatan fisik dan mental.

Resiliensi (ketahanan), didefinisikan sebagai suatu sifat, kemampuan untuk mengatasi stres dan menghadapi kesulitan. Resiliensi juga merupakan kemampuan individu untuk dapat beradaptasi dalam kesulitan yang dihadapi, sehingga dapat bersikap tenang dan bangkit dari kesulitan yang dihadapi, menemukan kembali semangat, kekuatan, dan tujuan yang realistik serta dapat menentukan urutan alternatif jawaban yang tepat ke arah pemecahan yang ideal (Aziza, et al, 2016). Sedangkan menurut Fatmasari, (2015) resiliensi merupakan proses dimana individu mempunyai kemauan untuk bangkit dalam sebuah tekanan hidup.Menurut Tayler, (2016)

jadi secara umum resiliensi diartikan sebagai proses dinamis dimana individu mampu menunjukan fungsi adaptif dalam menghadapi

adversity yang berperan penting bagi dirinya.

Tidak semua orang yang menghadapi kesulitan menderita hasil psikologis negatif; orang-orang tertentu tampaknya memiliki kemampuan untuk mengatasi dan beradaptasi dengan kesulitan dengan cara yang positif, meskipun menghadapi peristiwa kehidupan negatif (Fitzpatrick, 2010). Oleh karena itu, resiliensi dapat dipandang sebagai ukuran kemampuan mengatasi stres dan, dengan demikian, bisa menjadi target penting dari perawatan dalam kecemasan, depresi, dan reaksi stres. Lebih lanjut, menurut Febrianty (2014), individu yang memiliki resiliensi tinggi mampu mempertahankan perasaan positif, optimis, pemahaman akan kontrol diri, dan keyakinan diri berhubungan dengan usaha pemecahan masalah, sedangkan menurut Patilima (2015), resiliensi adalah proses mengatasi efek negatif dari resiko yang ada. Berdasarkan pengalaman dan hasil komunikasi personal dan informal pada 10 mahasiswa yang Fakultas Keperawatan Profesi Ners Universitas Klabat semester I dan II tahun ajaran 2019/2020, semua menyatakan bahwa selama melanjutkan Profesi Ners rata-rata kualitas dan kuantitas tidur sangat kurang, faktor penyebabnya antara lain faktor lingkungan yang bising, masalah finansial, dan beban studi (banyaknya tugas dan deadline) sehingga mahasiswa harus tidur larut malam dan bangun dini hari untuk menyelesaikan tugas-tugas perkuliahan di kampus dan serta bersiap untuk praktik di Rumah Sakit. Untuk resiliensi, belum ada data penunjang mengenai resiliensi mahasiswa Profesi Ners.

Melihat pentingnya resiliensi pada mahasiswa profesi yang dihujani dengan tekanan dan

(3)

Published by Faculty of Nursing | Universitas Klabat 32 mahasiswa termasuk peneliti sendiri, maka

peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Hubungan Resiliensi dan Kualitas Tidur Pada Mahasiswa Profesi Ners Universitas Klabat”, dengan objektif yaitu untuk mencari tahu gambaran kualitas tidur dan resiliensi mahasiswa Profesi Ners Universitas Klabat, serta melihat apakah ada hubungan antara resiliensi dan kualitas tidur.

Metodologi

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analitik observasional deskritif korelasi melalui pendekatan

cross-sectional yakni penelitian variabel sebab

akibat atau resiko dan akibat atau kasus yang terjadi pada objek penelitian diukur dan di kumpulkan secara simultan, sesaat atau satu kali saja dalam satu kali waktu, dan tidak ada

follow-up (Setiadi, 2013). Instrumen yang

digunakan untuk mengukur resiliensi adalah terjemahan bahasa Indonesia Nicholson

McBride Resilience Questionnaire (NMRQ)

yang memiliki 12 pertanyaan dan nilai minimum 0 dan maksimum 60 dengan skor: 0-37 “Berkembang” (developing); 38-43 “Terbentuk” (established); 44-48 “Kuat”

(strong); dan 49-60 “Luar Biasa”

(exceptional). Selanjutnya, instrumen untuk mengukur kualitas tidur adalah Pittsburgh

Sleep Quality Index (PSQI) yang sudah

diterjemahkan oleh Iqbal (2017), yang memiliki 9 pertanyaan dengan skor global < 5 menunjukkan ”kualitas tidur baik” dan skor > 5 dianggap memiliki kualitas tidur buruk”. Untuk mengidentifikasi hubungan resiliensi dan kualitas tidur dipakai uji statistik Spearman karena menggunakan tipe data ordinal.

Sampel

Teknik Sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah purposive sampling yaitu sampel dipilih sesuai kriteria yang ditentukan oleh peneliti (Setiadi, 2013). Kriteria inklusi dari partisipan adalah semua mahasiswa Profesi Ners semester I dan II yang terdaftar aktif mengikuti perkuliahan tahun ajaran 2019/2020 Universitas Klabat Di Sulawesi Utara, dan bersedia untuk menjadi responden dengan menandatangani surat persetujuan, sementara kriteria eksklusi adalah jika mahasiswa tidak bersedia menjadi partisipan. Jumlah mahasiswa yang ikut dalam penelitian ini adalah sebanyak 60 partisipan.

Pengumpulan Data

Alur pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti ialah menyiapkan perencanaan dengan konsultasi pada pembimbing, pengumpulan materi, dan pengumpulan data yaitu pada bulan November 2019. Kemudian peneliti menyatakan tujuan dari penelitian kepada responden, dan setelah memperoleh informed

consent kuesioner kemudian diisi oleh

partisipan, setelah itu menghitung dan mengolah data dengan SPSS 20.

Hasil

Resiliensi dari 27 (45%) responden dari 60 orang total memiliki resiliensi “luar biasa” dan yang paling sedikit, yaitu 3 (5%) responden memiliki resiliensi “berkembang” yang selebihnya dapat dilihat dalam tabel 3. Tabel 2 Gambaran resiliensi mahasiswa profesi ners Universitas Klabat

Frekuensi Persentase Berkembang Terbentuk Kuat Luar Biasa 3 13 17 27 5,0 21,7 28,3 45,0

(4)

Published by Faculty of Nursing | Universitas Klabat 33 Tabel 3 mendeskripsikan kualitas tidur

mahasiswa Profesi Ners Universitas Klabat Tahun ajaran 2019/2020 dan didapati bahwa dari 60 responden penelitian terdapat 57 (95%) responden memiliki “Kualitas Tidur Buruk” dan 3 (5%) memiliki“Kualitas Tidur Baik”.

Tabel 3 Gambaran kualitas tidur

mahasiswa profesi ners Universitas Klabat Frekuensi Persentase Good Sleepers Poor Sleepers 3 57 5.0 95.0 Selanjutnya, berdasarkan uji korelasi Spearman, ditemukan nilai r = -0.149 dan p = .255 (> .05) dan hasil tersebut mengindikasikan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan secara statistik antara kualitas tidur dan resiliensi pada mahasiswa profesi ners Universitas Klabat.

Temuan dan Hasil Penelitian

Dari hasil frekuensi dan presentase resiliensi mahasiswa Profesi Ners Universitas Klabat, dari 60 responden 45% diantaranya memiliki resiliensi “Luar Biasa”. Sedangkan untuk kualitas tidur dari 60 responden 97% diantaranya mengalami tidur yang buruk selama melanjutkan profesi keperawatan. Dengan demikian, tidak bisa diabaikan bahwa mahasiswa Profesi Ners Unklab walaupun selama melanjutkan Profesi Ners rata-rata kualitas “tidur buruk” tetapi memiliki resiliensi “Luar Biasa”.

Untuk kualitas tidur, memang benar karena dengan kondisi kuliah sambil praktik dengan tuntutan tugas, serta tekanan untuk lulus ujian kompetensi maka 95% responden menyatakan bahwa mereka memiliki kualitas tidur yang buruk.

Untuk resiliensi, asumsi peneliti ada dua hal mengenai temuan ini, yaitu bahwa karena

responden memang sedang berjuang, maka para responden menunjukkan resiliensi luar biasa, atau ada kemungkinan juga bahwa karena untuk mengukkur resiliensi responden mengisi kuesioner “self-rated”, bisa jadi

kuesioner diisi tidak berdasarkan kenyataan tetapi “harapan” mereka mengenai diri mereka.

Hasil korelasi Spearman menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan secara statistik antara kualitas tidur dan resiliensi pada mahasiswa profesi ners. Hal ini disebabkan oleh hasil kualitas tidur mahasiswa profesi yang sangat jauh didominasi dengan kualitas tidur yang buruk. Hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian Tyler (2016),

korelasi bivariat menunjukkan adanya

hubungan tidak langsung yang signifikan antara resiliensi dan tingkat keparahan gangguan tidur. Sama juga dengan penelitian Heavin (2018) yang menunjukan hubungan signifikan secara tidak langsung antara Resiliensi dan Kualitas Tidur. Menurut Chatburn, Coussens, dan Kohler, (2013) kualitas tidur dan resiliensi secara teoritis dapat membagi dasar mekanisme saraf yang saling mempengaruhi. Masalah tidur dan variabel resilensi sangat berkorelasi, dan lebih lanjut, masalah tidur ditemukan menjadi prediksi skor resiliensi. Resiliensi secara signifikan memediasi hubungan antara peningkatan masalah tidur dan masalah perilaku internal dan eksternal secara keseluruhan dan khususnya ukuran depresi dan kecemasan, dimana tidur mempengaruhi tingkat resiliensi sehingga gangguan tidur yang lebih besar mengurangi resiliensi.

Kurang tidur diketahui menyebabkan peningkatan variabilitas suasana hati. Ada juga banyak bukti yang menunjukkan bahwa setiap individu berbeda dalam respons terhadap kurang tidur, beberapa orang sangat terpengaruh tetapi yang lain tampaknya cukup tangguh dan menunjukkan sedikit efek dari kurang tidur (Dolan, 2019). Peneliti, yang

(5)

Published by Faculty of Nursing | Universitas Klabat 34 adalah salah satu mahasiswa profesi juga

memperhatikan bahwa kadang-kadang orang, termasuk peneliti sendiri gampang merasa emosi jika tidak cukup tidur.

Hasil penelitian lain menunjukkan bahwa kelompok tidur >7 jam memiliki tingkat resiliensi jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok tidur < 6 jam. Hal ini menunjukkan bahwa durasi tidur membantu dalam meningkatkan resiliensi. Sehingga resiliensi lebih tinggi bagi mereka yang memiliki durasi tidur lebih lama dan kualitas tidur yang baik (Heavin, 2018). Literatur tentang kualitas tidur dan resiliensi masih kurang, tetapi beberapa penelitian telah menemukan bahwa tidur adalah promotor resiliensi. Studi secara statistik menunjukkan bahwa ketika anda kurang tidur itu memengaruhi fungsi kognitif dan ketahanan emosional anda (Caroline & McCuisition, 2016). Menurut Harvard Mental Health

Letter (2019), menyatakan bahwa

neuroimaging dan neurokimia menunjukan

tidur malam yang baik membantu meningkatkan resiliensi (ketahanan mental dan emosional), sementara kurang tidur kronis menetapkan tahapan untuk berpikir negatif dan rentan terhadap emosi, sedangkan menurut Palagini, et, al (2018), menyatakan bahwa subjek dengan insomnia menunjukkan ketahanan yang rendah.

Walaupun hasil penelitian tidak menunjukkan bahwa kualitas tidur memiliki hubungan yang signifikan dengan resiliensi, tetapi, tetap disarankan kepada mahasiswa profesi untuk menjaga kualitas tidur, bukan hanya karena ada alasan yang lain, tapi, bisa jadi resiliensi akan menurun setelah kualitas tidur buruk jangka panjang.

Keterbatasan Studi

Dalam penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan atau kelemahan, antara lain: keterbatasan dana dan waktu, serta observasi resiliensi yang hanya menggunakan kuesioner

self-rated” yang berpotensi memberikan hasil

yang subjektif dari perspektif partisipan saja. Implikasi Studi

Dari hasil penelitian ini dapat menjadi implikasi bagi mahasiswa dan perawat agar tetap dapat mempertahankan resiliensi (ketahanan pikiran positif) dengan mencegah kurang tidur yang buruk dan memperhatikan waktu tidur yang cukup yaitu 7-8 jam tidur malam tanpa mengabaikan kualitas tidurnya. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan, bahwa:

1. Gambaran hasil resiliensi mahasiswa Profesi Ners Universitas Klabat tahun ajaran 2019/2020, dari 60 responden tergolong “Luar Biasa” dengan persentase 45%, sedangkan gambaran kualitas tidur tergolong “Kualitas Tidur Buruk” dengan persentase 95.0%.

2. Dari analisa uji statistik Resiliensi dengan Kualitas Tidur mahasiswa Profesi Ners menggunakan spearman korelasi, diperoleh nilai p = .255 (> .05) tidak ada hubungan yang signifikan antara kualitas tidur dan resiliensi pada mahasiswa Profesi Ners.

3. Walaupun hasil penelitian tidak menunjukkan bahwa kualitas tidur memiliki hubungan yang signifikan dengan resiliensi, tetapi, tetap disarankan kepada mahasiswa profesi untuk menjaga kualitas tidur, bukan hanya karena ada alasan yang lain, tapi, bisa jadi resiliensi akan menurun setelah kualitas tidur buruk jangka panjang.

Rekomendasi

Bagi peneliti selanjutnya agar mengambil lebih banyak jumlah sampel dan mengobservasi perilaku resiliensi responden secara langsung dan tidak hanya bergantung

(6)

Published by Faculty of Nursing | Universitas Klabat 35 Referensi

Aziza, A. I., Baroya., & Sandra,c. (2016). Hubungan antara Dukungan Sosial dan Resiliensi dengan Kualitas Hidup Pasien Kanker Serviks di RSD. Dr. Soebandi Jember. Jurnal kesehatan masyarakat.

Chatburn, A., Coussens, S., & Kohler, M. J. (2013). Resiliency as a mediator of the impact of sleep on child and

adolescent behavior. Nature and

of sleep. 6.1-9.

doi.:10.2147/NSS.S54931

(https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/art icles/PMC3873847/).

Depkes RI. (2010). Profil Kesehatan

Indonesia. Jakarta: Depkes RI.

Dolan, E. W. (2019). Neuroscience study links white matter compactness to mood degradation during sleep deprivation.

psychology Jurnal

https://www.psypost.org/2019/10/neur oscience-study-links-white-matter- compactness-to-mood-degradation-during-sleep-deprivation-54664. Fatmasari, A.D. (2015). Hubungan Resiliensi

Dengan Stres Kerja Anggota Polisi Polres Sumenep. Jurnal Psikologi.

(etheses.uin-malang.ac.id › 10410142_Bab_2).

Febrianti. (2014). Hubungan antara Resiliensi dengan Stres pada Pasien Penyakit Kronis di Rumah Sakit Advent

Bandung. Skripsi. Universitas Advent Indonesia: Bandung.

Fitzpatrick, M. (2010). The power of wishful thinking. British Journal of General

Practice, 60, 301.

doi:10.3399/bjgp10X484057.

Hanif, F. P. (2015). Sehat Itu (Bisa) Murah!.

Yogyakarta: Flashbooks.

Heavin, C. (2018). The Role of Sleep in

Boosting Resilience and Work

Engagement in the Irish Workplace.

Retrieved from:

https://esource.dbs.ie/bitstream/handle/ 10788/3433/hdip_heavin_c_2018.pdf? sequence=1&isAllowed=y.

Hirshkowitz, M., Whiton, K., Albert, S.M., et al. (2015). Sleep Health National

Sleep Foundation, Retrieved from:

https://www.health.harvard.edu/newsle tter_article/sleep-and-mental-health Hughes, J.M., Ulmer, C.S. s., Hasting, N.,

Jennifer, M. G., & Howard, M. O. (2018). Sleep, resilience, and psychological distress in United States military Veterans. Journal Military

Psychology.(issue 5). Pages 404-414.

doi:https://doi.org/10.1080/08995605. 2018.1478551.(https://www.tandfonlin e.com/doi/abs/10.1080/08995605.2018 .1478551).

(7)

Published by Faculty of Nursing | Universitas Klabat 36 Iqbal, M. D. (2017). Hubungan Aktivitas Fisik

Dengan Kualitas Tidur Mahasiswa Perantau Di Yogyakarta. Retrieved from:

http://journal.student.uny.ac.id/ojs/inde x.php/ jkr/article/view/8711.

McCuisition, T. S. (2016). The Relationship Between Resilience and Sleep Quality.

Retrieved from:

https://digitalcommons.acu.edu/cgi/vie wcontent.cgi?article=1008&context=e d.

Setiadi. (2013). Buku Konsep dan Praktik Riset Keperawatan. Jakarta: Graha Ilmu.

Referensi

Dokumen terkait

Penataan bagi ruang kelas anak berkebutuhan khusus pada intinya sama saja dengan penataan pada ruang kelas orang normal, hanya saja perbedaaan terletak pada

Hal ini berlaku bagi anak sumbang yang lahir dari luar perkawinan, ini berbeda jika perkawinan sedarah ini dilakukan dengan sah, maka anak sumbang ini mendapatkan hak waris yang

Biro Pusat Statistik (1997) menunjukan bahwa konsumsi daging sapi perkapita rata-rata meningkat dari 0,31 kg pada tahun 1990 menjadi 0,62 kg pada tahun

Analisis data dilakukan dengan Regresi Logistik dengan bantuan software statistik SPSS untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi dan yang paling dominan yang menjadi

Adapun program PPL yang tercantum dalam laporan ini berjudul ‘Pengembangan Database Dana Bantuan/ Hibah ke Sekolah yang Bersumber dari Luar APBD Tahun Anggaran

Hal yang penting dilakukan untuk meningkatkan keandalan dari material pada perbaikan kapal adalah dengan melakukan pencatatan untuk semua kegagalan yang berhubungan

Sesuai dengan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan nomor 4/POJK.03/2015 Tentang Penerapan Tata Kelola Bagi Bank Perkreditan Rakyat, Self Assessment Pelaksanaan Tata

Untuk mencapai tujuan pembangunan iptek nuklir sesuai yang tercantum di dalam Renstra BATAN Tahun 2015 - 2019, Inspektorat BATAN melaksanakan Program Dukungan Manajemen