• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Keluarga Berencana 1. Pengertian keluarga berencana

Keluarga berencana adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif-objektif tertentu, menghindari kelahiran yang tidak di inginkan, mendapatkan kelahiran yang memang di inginkan, mengatur interval di antara kelahiran, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri, menentukan jumlah anak dalam keluarga (Pinem,2009).

2. Tujuan Keluarga Berencana

Adapun tujuan dari program keluarga Berencana yang di lakukan agar dapat memiliki keluarga dengan anak ideal,keluarga sehat, keluarga berpendidikan, keluarga sejahtera, keluarga berketahanan, keluarga yang terpenuhi hak-hak reproduksinya dan penduduk tumbuh seimbang (Lestari, 2014).

3. Sasaran Program KB a. Sasaran langsung

Pasangan usia subur yaitu pasangan yang wanitanya berusia antara 15-49 tahun, karena kelompok ini merupakan pasangan aktif melakukan hubungan seksual dan setiap kegiatan seksual dapat mengakibatkan kehamilan. PUS diharapkan secara bertahap menjadi peserta KB yang aktif lestari sehingga member efek langsung penurunan fertilasi.

b. Sasaran tidak langsung

1) Kelompok remaja usia 15-19 tahun, remaja ini memang bukan merupakan target untuk menggunakan alat kontrasepsi secara langsung tetapi merupakan kelompok yang beresiko untuk melakukan hubungan seksual akibat telah berfungsinya alat-alatreproduksinya. Sehingga program KB disni lebih berupaya

(2)

promotif dan preventif untuk mencegah terjadinya kehamilan yang tidak di inginkan serta kejadian aborsi.

2)Organisasi– organisasi, lembaga–lembaga kemasyarakatan, instansi – instansi pemerintah maupun swasta, tokoh–tokoh masyarakat (alim ulama, wanita, dan pemuda), yang diharapkan dapat memberikan dukungannya dalam pelembagaan NKKBS.

3)Sasaran wilayah dengan laju pertumbuhan penduduk yang tinggi (Prawihardjo,2005).

2.2 Kontrasepsi

1. Definisi Kontrasepsi

Menurut Irianto (2014), Kontrasepsi berasal dari kata “kontra” artinya Melawan dan “konsepsi” ,artinya pembuahan. Jadi kontrasepsi berarti mencegah bertemunya sperma dengan ovum, sehingga tidak terjadi pembuahan yang mengakibatkan kehamilan”.

Menurut lestari (2014), mengemukakan bahwa Kontrasepsi adalah upaya mencegah kehamilan yang bersifat sementara ataupun menetap. Kontrasepsi dapat dilakukan tanpa menggunakan alat, secara mekanis, menggunakan obat/alat, atau dengan operasi.

2. Menurut Setyorini (2014), kontrasepsi terbagi beberapa jenis yaitu : a. Kontrasepsi Non – Hormonal

1)Kondom

Kondom terbuat dari karet sintesis yang tipis, berbentuk slinder, dengan muaranya berpinggir tebal yang bila digulung bebentuk rata atau mempunyai bentuk seperti puting susu. Berbagai bahan telah di tambahkan kepada kondom baik untuk meningkatkan efektivitasnya (misalnya penambahan spermasida) maupun sebagai aksesoris aktivitas seksual. Standa kondom dlihat dari ketebalan, pada umumnya standar ketebalan adalah 0,02 mm. Tipe kondom terdiri dari kondom biasa, kondom berkontur (bergerigi), kondom

(3)

beraroma, dan kondom tidak beraroma. Kondom pria berbeda dengan kondom wanita, kondom pria sudah cukup di kenal namun untuk kondom wanita walaupun sudah ada belum populer dengan alasan ketidaksinambungan (berisik).

Kondom bekerja dengan cara menghalangi terjadinya pertemuan sperma dan sel telur dengan cara mengemas sperma di ujung selubung karet yang dipasang pada penis sehingga sperma tersebut tidak tercurah ke dalam reproduksi wanita. Ada beberapa Masalah yang mungkin terjadi ketika menggunakan kondom seperti mengurangi kenikmatan hubungan seksual, di curigai dapat terjadi reaksi alergi (spermisida), kondom bocor atau di curigai ada curahan di vagina saat berhubungan (Setyorini,2014)

2) Kontrasepsi Hormonal

Mekanisme kerja esterogen dengan cara menekan ovulasi pada efek hipotalamus yang akan mengakibatkan suppresi pada FSH dan LH kelenjar hypophyse. Sedangkan cara kerja progeteron menghambat terjadinya ovulasi karena terganggunya fungsi proses hipotalamus,

hypophyse, ovarium dan modifikasi dari FSH dan LH pada pertengan

siklus. Pemberian jangka panjang menyebabkan fungsi korpus luteum tidak adekuat, lender serviks yang kental setelah 48 jam pemberian progesteron menyebabkan mobilitas dan daya penetrasi

spermatozoa terhambat.

b. Macam – Macam kontrsepsi hormonal 1) Pil Oral kombinasi

Pil kombinasi mengandung esterogen dan progesterone dengan profil sebagai berikut : efektif dan reversible, harus di minum tiap hari, sangat jarang terjadi efek samping yang serius, pada bulan-bulan pertama efek samping yang terjadi hanya berupa mual, perdarahan bercak yang tidak berbahaya dan akan segera hilang, nyeri pada payudara, berat badan naik sedikit, mengurangi produksi

(4)

ASI. Keuntungan kontrasepsi ini efektifitasnya tinggi, resiko terhadap kesehatan sangat kecil, dapat digunakan dalam jangka panjang selama perempuan masih ingin menggunakannya, dapat di hentikan setiap saat.Kerugia dari kontrasepsi ini mahal dan membosankan karena harus menggunakannya setiap hari. Cara kerja dari pil kombinasi ini dengan menekan ovulasi, mengentalkan lender serviks sehingga sulit dilalui oleh sperma, pergesaran tuba juga terganggu sehingga transportasi telur dengan sendirinya akan terganggu pula (Pinem, 2009).

2) Pil oral yang berisi progestin (mini pil)

Mini pil digunakan oleh perempuan yang ingin menggunakan kontrasepsi oral tetapi menyusui atau untuk perempuan yang harus menghindari esterogen oleh sebab apapun. Mini pil sangat efektif pada masa laktasi dan tidak menurunkan produksi ASI dan dapat di pakai sebagai kontrasepsi darurat. Efek samping yang dapat terjadi bisa berupa gangguan haid (perdarahan sela, spotting, amenorea), peningkatan/penurunan BB, payudara menjadi tegang, mual, pusing, dermatitis atau jerawat. Keuntungan dari mini pil ini dapat di hentikan setiap saat, efek samping yang tidak serius, tidak mengandung esterogen, kesuburan dapat kembali. Kerugian bila lupa satu pil saja, kegagalan menjadi lebih besar. Cara kerja dari mini pil menekan sekresi gonadotropin dan sintesis steroid ses di ovarium (tidak begitu kuat) sehingga endometrium mengalami transpormasi lebih awal yang dapat menyebabkan implamantasi lebih sulit dan mengubah motilitas tuba sehingga transportasi sperma terganggu (Setyorini2014,).

3) Kontrasepsi suntikan

Menurut Pinem,2009 kontrasepsi suntik memiliki cara kerja dengan menekan ovulasi, membuat lender serviks menjadi kental sehingga penitrasi sperma terganggu, perubahan pada endometrium (atrofi) sehingga implantasi terganggu dan menghambat transportasi gamet

(5)

oleh tuba. Efek samping yang terjadi bisa berupa siklus haid memendek atau memanjang, perdarahan yang banyak (menoragia) tau sedikit (metroragia), spotting, tidak haid sama sekali (amenore), permasalahan pada berat badan, mual/muntah, nyeri kepala, jerawat, gangguan emosi.

4) Kontrasepsi susuk (implant)

Kontrasepsi implant memiliki cara kerja lender serviks menjadi kental, menganggu proses pembentukan endometrium sehingga sulit terjadi implantasi, mengurangi sperma dan menekan ovulasi. Efek samping yang di timbulkan seperti nyeri kepala, peningkatan/penurunan berat badan, nyeri payudara, perasaan mual, pusing/nyeri kepala, perubahan mood atau kegelisahan, perubahan pola haid perdarahan bercak (spooting), hipermenorea, serta amenorea ( Setyorini,2014).

5) Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR)/ Intra Uterine Device (IUD) Kontrasepsi IUD adalah kontrasepsi yang berupa alat yang di masukan ke dalam rahim dengan tujuan untuk mencegah Kehamilan. Jenis AKDR yang mengandung hormon steroid adalah progestin yang mengandung progesteron dari mirena yang mengandung

levonorgestrel. Cara kerjanya dengan mencegah terjadinya

pembuahan dengan memblok bersatunya ovum dan sperma,

endometrium mengalami transpormasi yang iraguler, epitel atrofi

sehingga menganggu implantasi yang dapat mengurangi jumlah sperma untuk mencapai tuba falopi. Efek samping yang terjadi berupa perubahan pola haid , haid menjadi lebih lama dan lebih banyak, kadang–kadang nyeri haid lebih dari biasanya, perlu tenaga pelatih untuk memasang dan membukanya (Pinem,2009).

2.3 Kontrasepsi Suntik

Menurut Idrus (2008), Kontrasepsi suntik adalah suntikan hormon setiap satu bulan atau 3 bulan sekali,oleh pekerja kesehatan di klinik KB atau

(6)

puskesmas. Suntikan KB melindungi dari kehamilan sampai tiba waktunya di suntik lagi.Ini merupakan metode yang sepenuhnya di kendalikan. Suntikan hanya mengandung hormon progestin saja, aman untuk ibu yang sedang menyusui atau tidak boleh memakai tambahan esterogen. Suntikan progestin umunya diberikan tiap 3 bulan sekali.

Menurut Saifuddin (2006), Kontrasepsi suntik kombinasi adalah jenis suntikan kombinasi 25 mg depo Medroprogesteron Asetat dan 5mg Estradiol

Sipionat yang diberikan injeksi intramuscular sebulan sekali. Dan 50 mg

Noretindrom Enatat dan 5mg Estradiol Velerat yang diberikan injeksi

intramuskular sebulan sekali.

Kontrasepsi suntik progestin adalah kontrasepsi suntikan berdaya kerja lama, yang hanya mengandung progestin yang banyak dipakai sekarang ini adalah DMPA (depot Medroksiprogesteron Asetan) dan NET-EN (Norethindrone

Enanthate). Cara kerja kontrasepsi suntikan yaitu dengan cara menekan

ovulasi yang membuat lendir serviks menjadi kental sehingga penetrasi sperma terganggu, menyebabkan perubahan pada endometrium (atrofi) yang dapat menganggu dan mengahambat transportasi sperma (Setyorini,2014).

Menurut Pinem,2009 Ada beberapa macam kontrasepsi suntikan yaitu : 1. suntikan progestin

kontrasepsi suntikan berdaya kerja lama yang hanya mengandung progestin dan banyak di pakai sekarang ini adalah :

a. DMPA (depot medroxy progesterone asetat) atau depo provera, diberikan sekali setiap 3 bulan dengan dosis 150mg. Di suntikan secara intramuscular di daerah bokong.

b. NET–EN (Norethindrone enanthate) atau Noristerat di berikan dengan dosis 200mg sekali setiap 8 minggu untuk 6 bulan pertama (=3kali suntikan pertama), kemudian selanjutnya sekali setiap 12 minggu.

(7)

Mekanisme kerja suntikan progestin yaitu dengan cara mencegah ovulasi, lender serviks menjadi kental dan sedikit sehingga menurunkan kemampuan penetrasi spermatozoa yang membuat endometrium tipis dan atrofi sehingga kurang baik untuk implantasi ovum yang telah di buahi dan mempengaruhi kecepatan transport ovum oleh tuba fallopi. Suntikan progestin juga memiliki efektifitas yang sama DMPA maupun NET-EN memiliki efektifitas yang tinggi dengan 0,3 kehamilan per 100 perempuan per tahun asal penyuntikan dilakukan secara benar sesuai jadwal yang telah ditentukan, aman dan dapat dipakai oleh semua perempuan dalam usia reproduksi, tidak menekan reproduksi ASI sehingga cocok untuk masa laktasi.

Keuntungan yang di dapat jika menggunakan suntikan progestin antara lain:

1. Sangat efektif, dan mempunyai efek pencegahan kehamilan jangka panjang

2. Tidak berpengaruh terhadap hubungan suami istri

3. Tidak mengandung esterogen sehingga tidak berdampak serius terhadap penyakit jantung dan gangguan pembekuan darah

4. Tidak mempengaruhi ASI 5. Efek samping sedikit

6. Dapat digunakan oleh perempuan yang berusia di atas 35 tahun sampai perimenopause

7. Mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektopik 8. Mencegah beberapa penyebab penyakit radang panggul

Suntikan progestin juga memilki Keterbatasan seperti :

1. Sering ditemukan gangguan haid. Pola haid yang normal dapat berubah menjadi amenore perdarahan tidak teratur, perdarahan bercak, perubahan dalam frekuensi, lama dan banyaknya darah yang keluar atau tidak haid sama sekali.

(8)

2. Pada waktu tertentu harus kembali untuk mendapat suntikan

3. Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan berikutnya 4. Tidak menjamin perlindungan terhadap infeksi menular seksual, nfeksi

HIV, hepatitis B virus.

5. Setelah pemakaian dihentikan kesuburan terlambat kembali karena pelepasan obat suntikan dari suntikan sebelumnya.

Pinem,(2009) berpendapat bahwa, yang boleh menggunakan suntikan progestin adalah :

1. Usia Reproduksi

2. Nulipara dan yang telah memiliki anak

3. Menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan yang memiliki efektivitas tinggi

4. Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai 5. Setelah melahirkan dan tidak menyusui

6. Sering lupa menggunkan pil kontrasepsi

7. Mendekati usia menopause yang tidak mau atau tidak boleh menggunakan pil kontrasepsi kombinasi

Yang tidak boleh menggunakan suntikan progestin adalah :

1. Hamil atau di curigai hamil (resiko cacat pada janin 7 per 100.000 kelahiran)

2. Perdarahan pervagina yang belum jelas penyebabnya

3. Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid terutama amenorea 4. Menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara

5. Diabetes militus disertasi komplikasi

Waktu penggunaan kontrasepsi suntikan progestin :

1. Setiap saat selama siklus haid, asal ibu tersebut tidak hamil 2. Mulai hari pertama sampai hari ke-7 siklus haid

(9)

3. Pada ibu yang tidak haid, injeksi pertama dapat diberikan setiap saat asalkan saja ibu tersebut tidak hamil. Selama 7 hari setelah penyuntikan tidak boleh melakukan hubungan seksual

4. Ibu tidak haid atau ibu dengan perdarahan tidak teratur. Suntikan pertama dapat diberikan setiap saat asal ibu tidak hamil dan selama 7 hari setelah suntikan tidak boleh melakukan hubungan seksual.

Suntikan progestin diberikan dengan cara yang cukup mudah seperti cara pemberian dapat di lihat, Kontrasepsi suntikan DMPA di berikan setiap 3 bulan dengan dosis 150 mg, caranya di suntik intramuscular yang dalam daerah pantat. Apabila suntikan di berikan terlalu dangkal, penyerapan suntikan akan lambat dan tidak bekerja segara dan efektif. Pemberian suntikan noristerat untuk injeksi berikutnya diberikan setiap 8 minggu Mulai injeksi kelima di berikan setiap 12 minggu. Bersihkan kulit yang akan di suntik dengan kapas alkohol yang di basahi oleh etril/isopropyl alcohol 60-90%. Biarkan kulit kering sebelum di suntik. Setelah kulit kering baru di suntik. Kocok dengan baik dan hindarkan terjadinya gelembung-gelembung udara. Bila terdapat endapan putih pada dasar ampul,upayakan menghilangkannya dengan menghangatkannya.

Efek samping yang terjadi :

1. Dapat terjadi peningkatan berat badan/penurunan berat badan 2. Gangguan Haid

Amenorea :

a. Bila tidak hamil, tidak perlu dilakukan tindakan apapun,cukup berikan konseling, jika klien tidak dapat menerima kelainan tersebut, jangan lanjutkan suntikan. Anjurkan agar klien menggunakan metode kontrasepsi lain.

b. Bila hamil, hentikan suntikan, rujuk klien.

(10)

Perdarahan :

a. Perdarahan ringan atau spotting, sering terjadi dan tidak berbahaya b. Bila spotting terus berlanjut, atau haid telah berhenti tetapi kemudian

terjadi perdarahan, maka perlu dicari penyebabnya perdarahan tersebut kemudian dilakukan penanganan yang tepat. Bila penyebab perdarahan tidak diketahui dengan jelas. Tanya klien apakah masih ingin melanjutkan suntikan. Bila tidak ganti dengan kontrasepsi lain. c. Bila di temukan penyakit radang panggul atau penyakit akibat

hubungan seksual, klien perlu diberi pengobatan yang sesuai dan suntikan dapat terus dilanjutkan.

d. Bila perdarahan banyak atau lebih dari 8 hari, atau 2 kali lebih banyak dari perdarahan dalam siklus haid yang normal, jelaskan kepada klien bahwa hal itu biasa terjadi pada bulan pertama suntikan.

e. Bila klien tidak dapat menerima keadaan tersebut atau perdarahan yang terjadi mengancam kesehatan klien, suntikan dihentikan. Ganti metode kontrasepsi yang lain. Untuk mencegah anemia pada klien, perlu diberi preparat besi dan anjurkan agar mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung zat besi.

3. Sakit kepala 4. Nyeri payudara 2. Suntikan Kombinasi

Menurut Pinem,2009 Jenis suntikan kombinasi adalah 25mg Depo Medrok

siprogeston Asetat dan 5 mg Estradiol sipionat yang diberikan injeksi

intramuscular sebulan sekali (cylofem), dan 50mg Norotindrom Enantat dan 5mg Estradiol Valerat yang diberikan dengan injeksi intrasmuskular sebulan sekali. Kontrasepsi suntikan kombinasi bekerja dengan cara mengentalkan lendir serviks sehingga menganggu penetrasi sperma dan menekan ovulasi endometrium menjadi atrofi sehingga implantasi terganggu yang dapat menghambat transportasi gamet oleh tuba.

(11)

Keuntungan kontrasepsi suntik kombinasi :

1. Sangat efektif (0,1 – 0,4 kehamilan per 100 perempuan ) 2. Resiko terhadap kesehatan kecil, efek samping sangat kecil 3. Tidak berpengaruh terhadap hubungan suami istri

4. Tidak perlu dilakukan periksa dalam 5. Jangka panjang

6. Klien tidak perlu menyimpan obat suntik

Kerugian/keterbatasan kontrasepsi suntikan kombinasi adalah

1. Terjadi perubahan pola haid seperti haid tidak teratur, perdarahan bercak/spotting, atau perdarahan sela sampai 10 hari

2. Klien harus kembali setiap 30 hari untuk mendapatkan suntikan

3. Bila di gunakan bersamaan dengan fenition dan barbiturate (obat epilepsi) atau rifampisin (obat untuk tuberculosis), efektifitasnya berkurang.

4. Tidak menjamin perlindungan terhadap infeksi menular seksual, hepatitis B virus atau HIV/AIDS

5. Pemulihan kesuburan kemungkinan terlambat setelah pemakaian.

Yang boleh menggunakan kontrasepsi suntikan kombinasi adalah : 1. Usia reproduksi, memiliki anak maupun belum

2. Ingin menggunakan kontrasepsi dengan efektifitas tinggi 3. Memberikan ASI pasca persalinan > 6 bulan

4. Pasca persalinan tetapi tidak menyusui 5. Anemia

6. Nyeri haid hebat, haid tidak teratur 7. Riwayat kehamilan ektopik

8. Sering lupa minum pil

Yang tidak boleh menggunakan kontrasepsi suntikan kombinasi adalah : 1. Hamil atau di duga hamil

(12)

2. Menyusui, kurang dari 6 minggu pasca persalinan 3. Perdarahan pervagina yang belum jelas penyebabnya 4. Penyakit hati akut (virus hepatitis)

5. Usia > 35 tahun dan merokok

6. Riwayat penyakit jantung, stroke atau dengan tekanan darah tinggi (>180/110 mmhg)

7. Riwayat kelainan tromboemboli, riwayat kencing manis > 20 tahun 8. Kelainan pembuluh darah yang menyebabkan sakit kepala atau migrant 9. Keganasan pada payudara

Waktu mulai menggunkan suntikan kombinasi adalah :

1. Suntikan pertama dapat diberikan dalam 7 hari siklus haid, dan tidak di perlukan kontrasepsi tambahan. Bila suntikan pertama di berikan setelah hari ke-7 siklus haid, klien tidak boleh bersenggama selama 7 hari atau menggunakan kontrasepsi lain selama 7 hari,

2. Bila klien tidak haid dan dapat di pastikan ibu tidak hamil, suntikan pertama dapat di berikan setiap saat. Klien tidak boleh bersenggama untuk 7 hari lamanya atau menggunakan metode kontrasepsi lain selama 7 hari Bila klien dalam pasca persalinan 6 bulan, menyusui dan belum mendapatkan haid, suntikan pertama dapat di berikan asal ibu di pastikan tidak hamil.

3. Bila pasca persalinan > 6 bulan, menyusui dan telah mendapatkan haid, maka suntikan pertama diberikan pada siklus haid hari 1 dan 7.

4. Bila pasca persalinan 3 minggu, serta tidak menyusui, suntikan kombinasi dapat di berikan

5. Bila pasca persalinan < 6 bulan dan menyusui, tidak boleh di berikan suntikan kombinasi

6. Pasca keguguran, suntikan kombinasi dapat segera diberikan atau dalam waktu 7 hari.

7. Bila ibu sedang menggunakan metode kontasepsi hormonal, dan ingin mengganti dengan suntikan kombinasi, asal saja ibu tersebut

(13)

menggunakan kontrasepsi dengan benar, maka suntikan kombinasi dapat diberikan sesuai jadwal kontrasepsi sebelumnya dan tidak di perlukan kontrasepsi lain

Cara penggunaan suntikan kombinasi yaitu Suntikan kombinasi diberikan setiap bulan dengan suntikan intramuscular dalam. Suntikan ulang dapat diberikan 7 hari lebih awal dengan kemungkinan terjadi gangguan perdarahan, tetapi dapat juga diberikan setelah 7 hari dari jadwal yang telah ditentukan, asal saja dapat dipastikan ibu tidak hamil. Tidak dibenarkan melakukan senggama selama 7 hari atau menggunakan metode kontrasepsi lain untuk 7 hari saja.

Efek samping yang paling sering dan penanganannya : 1. Amenorea : penangananya bila tidak terjadi kehamilan,

tidak perlu diberikan pengobatan khusus. Bila tidak datangnya haid masih di anggap sebagai masalah, anjurkan klien untuk datang kembali ke klinik.Bila terjadi kehamilan, rujuk klien bahwa hormon progesteron

dan esterogen sedikit sekali pengaruhnya terhadap janin.

2. Mual/Muntah/pusing

Penangananya : bila tidak hamil, jelaskan bahwa keadaan ini adalah hal yang biasa dan akan hilang dengan sendirinya dalam waktu dekat. Bila ibu hamil, ibu perlu dirujuk.

3. Perdarahan/perdarahan bercak (spotting)

Penangananya : bila ibu tidak hamil, cari penyebabnya, perdarahan yang lain. Jelaskan kepada klien bahwa terjadinya perdarahan merupakan hal yang biasa, tetapi bila perdarahan terus berlanjut dan membuat ibu cemas, maka perlu di ganti dengan metode kontrasepsi lain. Bila ibu hamil ibu perlu di rujuk.

(14)

Tanda-Tanda yang harus di waspadai pengguna suntik kombinasi :

1. Nyeri dada hebat atau nafas pendek, kemungkinan adanya darah di paru, atau serangan jantung.

2. Sakit kepala hebat atau gangguan penglihatan, kemungkinan terjadi stoke atau migrain.

3. Nyeri tungkai hebat, kemungkinan telah terjadi sumbatanpembuluh darah pada tungkai.

4. Tidak terjadi perdarahan atau spotting selama 7 hari sebelum suntikan berikutnya, kemungkinan terjadi kehamilan.

Bila keluhan-keluhan seperti tersebut di atas timbul, maka klien harus segera di rujuk ke dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat. Bagi klien yang ingin menggunakan suntikan kombinasi, sebelumnya harus mendapatkan pemeriksaan yang cermat dari dokter/petugas pelayanan untuk memastikan apakah terdapat kontraindikasi penggunaan suntikan tersebut.

2.4 Menstruasi

Menurut Lestari, (2015) Menstruasi atau haid adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus, di sertai pelepasan atau deskuamasi

endometrium yang terjadi setiap bulan secara teratur pada wanita dewasa dan

sehat. Panjang sikus haid ialah jarak antara tanggal mulainya haid yang lalu dan mulainya haid berikutnya. Mulainya haid tidak di perhitungkan dan tepatnya waktu haid dari ostrium uteri externum tidak dapat diketahui, maka panjang siklus mengandung kesalahan satu hari.

Sedangkan menurut Sukarni,(2013) menstruasi adalah perdarahan vagina secara berkala akibat dari pelepasan endometrium uterus. Fungsi dari menstruasi normal merupakan hasil interaksi antara hipotalamus, hipofisis dan ovarium dengan perubahan-perubahan terkait pada jaringan sasaran pada reproduksi normal, ovarium memainkan peranan penting dalam proses ini

(15)

karena bertanggung jawab dalam pengaturan perubahan-perubahan siklik maupun lama siklus menstruasi.

Menurut Sukarni (2013) gambaran klinis menstruasi yaitu :

Sebagian besar pada wanita pertengahan usia reproduktif, perdarahan menstruasi terjadi setiap 25-35 hari dengan median panjang siklus adalah 28 hari, dan keluarnya darah pada umunya terjadi selama 4 sampai 6 hari, tetapi antara 2 sampai 8 hari masih di anggap normal. Pengeluaran darah menstruasi terdiri dari pragmen-pragmen kelupasan endometrium yang bercampur dengan darah yang banyaknya tidak tertentu. Rata-rata banyaknya darah yang hilang pada wanita normal selama satu periode menstruasi telah ditentukan oleh beberapa kelompok peneliti yaitu 25-60 ml. Hormon-hormon yang berhubungan dengan siklus menstruasi adalah hormon yang dihasilkan oleh gonadotropin hipofisis seperti : Lutenizing Hormon (LH), Folikel

Stimulating Hormon (FSH), Prolaktin Releasing Hormon (PRH). Sedangkan

steroid ovarium mengasilkan Progesteron, Androgen, dan Esterogen.

Sukarni (2013) juga berpendapat bahwa pada siklus menstruasi ada 4 fase perubahan yang terjadi dalam uterus. Fase-fase ini merupakan hasil kerjasama antara hipofisis, ovarium, dan uterus.

Fase-fase tersebut adalah :

1. Fase menstruasi atau deskuamasi

Fase ini endometrium terlepas dari dinding uterus dengan di sertasi perdarahan dan lapisan yang masih utuh hanya stratum basale. Fase ini berlangsung selama 3-4 hari.

2. Fase pasca menstruasi atau regenerasi

Pada fase ini terjadi penyembuhan luka akibat lepasnya endometrium, kondisi ini mulai sejak fase menstruasi terjadi dan berlangsung selama kurang lebih 4 hari.

(16)

3. Fase proliferasi

Fase proliferasi adalah fase Setelah luka sembuh, pada fase ini akan terjadi penebalan pada endometrium kurang lebih 3,5 mm, fase ini berlangsung dari hari ke-5 sampai hari ke-14 dari siklus menstruasi.

4. Fase pramenstruasi atau fase sekresi

Fase ini berlangsung dari hari ke-14 sampai hari ke-28. Fase ini

endometrium kira-kira tetap tebal tetapi bentuk kelenjar berubah menjadi

panjang berkelok-kelok dan mengeluarkan getah yang makin lama makin nyata. Bagian dalam sel endometrium terdapat glikogen dan kapur yang diperlukan sebagai bahan makanan untuk telur yang dibuahi. Fase sekresi terbagi menjadi 2 tahap yaitu :

a. Fase sekresi dini, pada fase ini endometrium lebih tipis dari fasesebelumnya karena kehilangan cairan

b. Fase sekresi lanjut, pada fase ini kelenjar dalam endometrium berkembang dan menjadi lebih berkelok-kelok dan sekresi mulai mengeluarkan getah yang mengandung glikogen dan lemak akhir masa ini, strima endometrium berubah kearah sel-sel terutama yang ada di seputar pembuluh-pembuluh arterial.

Pada setiap siklus menstruasi FSH dikeluarkan oleh lobus anterior hipofisis yang menyebabkan beberapa folikel primer berkembang dalam ovarium, folikel primer berkembang menjadi folikel de Graaf yang membuat Esterogen, Esterogen menekan FSH sehingga lobus anterior hipofisis mengeluarkan hormon gonadotrofin yang kedua yaitu LH

(luteinizing Hormon). Produksi FSH dan LH dipengaruhi RH (relasing

hormones) yang disalurkan dari hipotalamus ke hipofisis, semakin banyak

RH berpengaruh semakin banyak likuor mengandung esterogen. Esterogen sendiri mempunyai pengaruh endometrium menyebabkan endometrium tumbuh menebal yang disebut masa proloferasi. Sedangkan korpus luteum menghasilkan hormon progesteron, hormon progesteron mempunyai pengaruh terhadap endometrium yang telah berproliferasi sehingga menyebabkan kelenjar-kelenjarnya berlekuk-lekuk dan bersekresi (masa

(17)

sekresi). Bila tidak ada pembuahan, korpus luteum berdegenerasi yang menyebabkan kada esterogen dan progesteron menurun, sehingga terjadi degenerasi serta perdarahan dan pelepasan endometrium yang nekrotik yang disebut masa menstruasi.

Gangguan menstruasi menurut Lestari (2015), gangguan menstruasi khususnya bagi suami istri penggunaan alat pelindung (metode kontrasepsi) juga dapat menjadi salah satu penyebab gangguan siklus menstruasi terutama pada kontrasepsi hormonal baik suntik, pil atau alat kontrasepsi dalam rahim (IUD). Khusus dalam masa reproduksi dapat di golongkan dalam kelainan banyaknya darah dan lamanya pendarahan pada menstruasi seperti terjadinya menoragia.

2.5 Menoragia

Menurut Lestari (2015), Menoragia adalah perdarahan menstruasi yang lebih banyak dari normal atau lebih lama dari normal (lebih dari 8 hari) dan darah yang keluar lebih dari 80-100ml.

Mansjoer, (2011) juga berpendapat bahwa Menoragia merupakan perdarahan siklik yang berlangsung lebih dari 7 hari dengan jumlah darah kadang-kadang banyak.

Sedangkan Menurut Varney (2006), berpendapat bahwa Menoragia adalah perdarahan berlebih dengan hilangnya darah ketika menstruasi sebanyak 80cc atau lebih dalam 1 siklus yang di tandai dengan penggantian pembalut sebanyak tiga sampai empat pembalut terisi penuh dalam sehari.

Penyebab menoragia menurut Dewi (2012), di kelompokakan dalam 2 katergori yaitu :

(18)

Peluruhan saat haid bersifat self limited karena haid berlangsung secara simultan di seluruh endometrium serta jaringan endometrium yang terbentuk oleh esterogen dan progesteron normal yang bersifat stabil.

Esterogen breakthrough bledding menyebabkan lapisan endometrium

menjadi semakin menebal namun akhirnya runtuh karena kurang sempurnanya struktur endometrium, ini di sebabkan tidak sebandingnya jumlah progesteron yang ada di banding jumlah esterogen. Ketidak seimbangan hormon ini sering terjadi pada penggunaan alat kontrasepsi hormonal seperti suntik, terutama pada pengguna awal konrasepsi ini, atau di 3 bulan pertama pengguna KB suntik, karena endometrium mendapatkan rangsangan yang adekuat dan tinggi dari hormon esterogen

dan progesteron yang menyebabkan terganggunya pelepasan dan dan

pertumbuhan pada waktu haid. Namum tidak semua pengguna alat kontrasepsi hormonal yang jadi penyebab terjadinya menoragia, tergantung dari fisiologis pengguna kontrasepsi itu sendiri.

2. Gangguan dalam organ pelvis

Menoragia biasanya berhubungan dengan fibroid pada uterus adenomiosis, infeksi pelvis,polips endometrial, dan adanya benda asing seperti IUD. Menoragia pada retrofleksi di sebabkan karena bendungan pada vena uterus. Sedangkan pada miomi uteri, menoragia di sebabkan oleh kontraksi otot yang kurang kuat, permukaan endometrium yang luas dan bendungan vena uterus.

Menurut Martin,(2011) Menoragia bisa di tandai dengan adanya :

1. Darah yang keluar selama siklus menstruasi sebanyak lebih dari 80-100ml 2. Darah yang keluar berupa gumpalan-gumpalan darah beku dalam jumlah

besar saat menstruasi

3. Kebocoran melalui (satu atau lebih) pembalut setiap jam, terjadi selama beberapa jam berturut-turut

4. Penggantian pembalut berkisar 4-5 kali sehari dalam keadaan penuh 5. Pendarahan terjadi selama 8 hari atau lebih

(19)

6. Anemia juga bisa menjadi tanda terjadinya menoragia

Pengobatan yang di lakukan untuk Menoragia adalah :

Menurut Dewi (2012), pengobatan menoragia sangat tergantung kepada penyebabnya, untuk memastikan penyebabnya penderita menoragia harus melakukan beberapa pemeriksaan seperti, pemeriksan darah, tes pap smear, biopsi dinding rahim, pemeriksaan USG dan lain sebagainya. Jika menoragia terjadi di sertai dengan anemia maka pemberian Zat besi perlu di berikan untuk menormalkan jumlah hemoglobin darah.

Sedangkan untuk menoragia yang di sebabkan ketidakseimbangan hormon, maka dapat di berikan terapi pemberian hormon dari luar, terapi hormon yang di berikan biasanya berupa obat kontrasepsi oral atau pil kontrasepsi yang hanya mengandung progesteron. Sedangkan menoragia yang di sebabkan akibat adanya kelinan anatomis maka dapat di lakukan terapi pembedahan.

(20)

2.6 Kerangka Teori

Keterangan : Yang diteliti = Tidak diteliti =

2.7 Kerangka Konsep

Dalam kerangka konsep ini, peneliti akan menjelaskan mengenai hubungan lama penggunaan kontrasepsi KB suntik dengan terjadinya Menoragia di Wilayah Puskesmas Pelambuan Kecamatan Banjarmasin Barat.

Kerangka konsep dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

Disfungsi Ovarium Kista ovarium Kontrasepsi suntik Polip Endometrium Miomi uteri Lama penggunaan alat kontrasepsi KB Suntik Menoragia

Menoragia

(21)

2.8 Hipotesis

Hipotesis di dalam suatu penelitian adalah dugaan sementara, yang kebenarannya akan di buktikan dalam penelitian. Dari kerangka konsep di atas terdapat hubungan antara lama penggunaan Kb suntik dengan kejadian Menoragia

Referensi

Dokumen terkait

Pada pengujian triangle yang pertama antara formula dari IFF-PT Essence Indonesia dengan kode A dan formula baru dengan kode B, rasio MSG dan disodium-5-ribonukleotida

Berdasarkan pengamatan dan analisa yang peneliti lakukan selama penelitian pada kantor kelurahan pahlawan Palembang, maka penulis menyimpulkan bahwa saat ini

tubuh  Mengawasi penurunan berat badan atau efektifitas nitervensi nutrisi  Gejala GI dapat menunjukan efek anemia (hipoksia) pada organ  Dapat meningkatkan masukan,

Tujuan dari penelitian ini dalah untuk menguji pengaruh langsung antara profitabilitas , pertumbuhan dan ukuran perusahaan serta pengaruh tidak langsung dengan

Asma mempunyai pengaruh yang nyata baik terhadap anak, keluarga, dan lingkungan. Meskipun tidak ada obat yang dapat menyembuhkan asma, namun penanganan yang sesuai yaitu

Dari berbagai kemampuan dalam kepribadian anak dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, pergaulan teman sebaya merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kepribadian

Lampiran Surat

Pemanfaatan teknologi informasi tidak hanya digunakan pada organisasi sektor bisnis atau private, tetapi juga pada sektor publik. Salah satu instansi sektor publik