• Tidak ada hasil yang ditemukan

NILAI KURS RUPIAH, INFLASI, INDONESIA CRUDE PRICE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "NILAI KURS RUPIAH, INFLASI, INDONESIA CRUDE PRICE"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

NILAI KURS RUPIAH, INFLASI, INDONESIA CRUDE PRICE (ICP) DAN SERTIFIKAT BANK INDONESIA (SBI) IMPLIKASINYA TERHADAP

NILAI INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) MENJELANG MEA 2015

FEBRIYANTO

Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Metro Jl. Ki Hajar Dewantara No. 116, Kota Metro 34111

Telp: 0725-42445. Hp: 0853 80 543 345. Email: febriyanto0223027901@gmail.com Blog: www.febriyanto79.wordpress.com

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menganalisis Nilai Kurs Rupiah, Inflasi, Nilai Indonesia Crude Price (ICP) danSertifikat Bank Indonesia(SBI)implikasinya terhadap Nilai Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) menjelang MEA 2015.

Sampel data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data IHSG, Inflasi, ICP, Nilai Kurs Rupiah, SBI pada data penutupan tiap akhir-akhir bulan dengan waktu pengamatan tahun 2014-2015. Pemilihan periode tahun 2014-2015 adalah untuk memperoleh hasil data yang sesuai dengan situasi pada saat pemberlakuan MEA 2015.

Metode penelitian yang digunakan yaitu metode kuantitatif dengan alat analisis Regresi ganda. Penggunaan analisis tersebut untuk menguji besaran dan arah pengaruh antara Nilai Kurs, Inflasi, ICP dan SBI terhadap nilai IHSG.

Hipotesis penelitian ini yaitu ”Nilai Kurs, Inflasi, ICP dan SBI berpengaruh terhadap IHSG”. Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh hasil bahwa hipotesis yang diajukan tersebut terbukti, yaitu ketika nilai nilai Kurs Rupiah, Inflasi, ICP dan SBI mengalami perubahan maka nilai IHSG juga akan terpengaruh dan mengalami perubahan nilai.

Kebijakan pemberlakuan MEA pada tahun 2015 pada dasarnya secara langsung tidak memberikan pengaruh terhadap kegiatan dan aktivitas perekonomian secara berarti. Keadaan tersebut terlihat pada periode pengamatan, fluktuasi IHSG dalam kondisi nilai yang relatif stabil.

(2)

ABSTRACT

The purpose of this research is to analyze the value of Indonesian Rupiah Exchange Rate, Inflation, Value of Indonesia Crude Price (ICP) and Bank Indonesia Certificates (SBI) implication on Joint Stock Price Index (IHSG) in Indonesia Stock Exchange (IDX) ahead of AEC (Asean Economic Community) 2015.

The sample of data used in this study is the JCI, Inflation, ICP, Rupiah Exchange Rate, SBI data on closing each end of the month with observation time of 2014-2015. The selection of 2014-2015 period is to obtain results of data appropriate to the situation at the time of implementation of AEC (Asean Economic Community) 2015.

The research method used is quantitative method with multiple regression analysis tool. The use of such analysis to test the magnitude and direction of influence between Exchange Rate, Inflation, ICP and SBI against JCI value.

The hypothesis of this research is "Exchange Rate, Inflation, ICP and SBI influence on IHSG". Based on the results of data analysis, the results obtained that the proposed hypothesis is proven, that is when the value of the exchange rate of Rupiah, Inflation, ICP and SBI changes, the value of JCI will also be affected and changed value.

The AEC implementation policy in 2015 basically does not directly affect significant economic activities and activities. The condition is seen in the period of observation, JCI fluctuations in condition of relatively stable value.

Keywords: IHSG, Inflation, Indonesia Crude Price (ICP), Rupiah Exchange Rate, SBI.

(3)

A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Pemberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada akhir tahun 2015, memberikan warna yang berbeda pada aktivitas perekonomian negara-negara anggotanya, erutama dalam berinvestasi ditiap unit usaha. Alternatif berinvestasi tentunya sangat bervariasi, diantaranya aktiva riil seperti membeli perumahan, perusahaan, dan menyimpan emas. Pilihan investasi lain yaitu investasi keuangan. seperti deposito, commercial paper, obligasi dan saham. Alternatif investasi tersebut masing-masing memiliki nilai kelebihan dan kekuranganya. Bentuk investasi finansial yang saat ini mulai diminati dan dipraktikan oleh masyarakat yaitu investasi kepemilikan perusahaan dalam bentuk membeli saham.

Penggerak kegiatan dan aktivitas perekonomian negara salah satunya dapat dilihat dari aktivitas pasar modal, sehingga pasar modal dapat dijadikan tolak ukur dari perkembangan dan pertumbuhan perekonomian suatu negara. Salah satu media sumber pendanaan usaha yaitu pasar modal, melalui peran tersebut, pasar modal menjadi memiliki peranan penting bagi perkembanga perekonomian negara.

Selain sebagai saran berinvestasi, pasar modal juga dapat difungsikan oleh masyarakat untuk melakukan investasi, bentuk salah satu investasi tersebut adalah dalam bentuk saham. Saham merupakan satuan nilai atau pembukuan dalam berbagai alat finansial pada bagian kepemilikan perusahaan. Penanam modal yang melakukan investasi dengan membeli saham di pasar modal, perlu melakukan analisis keadaan kesehatan

dan prospek perusahaan agar investasi yang dilakukan dapat memberikan nilai keuntungan (return) yang tinggi. Menurut Tandellin, (2007:211) Investor yang mampu dalam memahami dan meramalkan kondisi ekonomi makro di masa datang akan sangat berguna dalam pembuatan keputusan investasi yang menguntungkan.

Data dan Informasi indeks harga saham, kinerja perusahaan, laporan keuangan perusahaan, dan sebagainya, dapat diperoleh melalui BEI (Bursa Efek Indonesia). Investasi dalam bentuk membeli saham atau obligasi serta instrumen investasi yang lain melalui pasar modal selain memberikan hasil, juga memiliki tingkat resiko. Hasil akan maksimal jika investasi tersebut dapat dikelola dengan baik dan hati-hati. Nilai investasi akan mampu memberikan keuntungan yang lebih besar dibandingkan dengan investasi dalam bentuk deposito atau jenis tabungan yang lain.

Hasil pengembalian (Return) yang diharapkan oleh pemegang saham adalah pembagian dividen dan capital gain. Bentuk Dividen adalah pembagian hasil atau keuntungan kepada para pemegang saham yang besarnya disesuaikan dengan kebijakan dividen (dividen policy) masing-masing perusahaan. Capital gain merupakan keuntungan yang diperoleh karena nilai harga jual saham lebih tinggi dari harga saat membelinya. Namun, tidak semua saham dari suatu perusahaan mampu memberikan dividen dan capital gain. Ada kemungkinan perusahaan mungkin saja tidak mampu membagikan dividen pada tahun yang berjalan karena adanya kerugian atau kebijakan investasi dari manajemen

(4)

perusahaan tersebut. Hal tersebut berlaku pula pada saham yang menimbulkan capital loss (kerugian) karena harga jualnya lebih rendah daripada harga beli.

Ketika saham dalam kondisi tersebut, hal ini berarti menggambarkan bahwa, saham tidak memberikan kepastian keuntungan atau hasil (return). Jika saham dalam kondisi tidak ada kepastian hasil (return), saham tersebut tergolong investasi yang berisiko (risk asset).

Investasi dalam bentuk saham memerlukan pertimbangan yang lebih cermat. Informasi yang diberikan kepada para investor tentang perkembangan bursa, BEI menginformasikan data pergerakan harga saham melalui media cetak dan elektronik dalam bentuk indeks harga saham.

Indeks pada Bursa Efek Indonesia (BEI), mempunyai 11 (sebelas) jenis indeks saham (www.idx.co.id):

1. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

Indeks ini menggunakan semua Perusahaan Tercatat sebagai komponen perhitungan Indeks. 2. Indeks LQ45

Indeks LQ45 terdiri dari 45 saham Perusahaan Tercatat yang dipilih berdasarkan pertimbangan likuiditas dan kapitalisasi pasar, dengan kriteria-kriteria yang sudah ditentukan. Review dan penggantian saham dilakukan setiap 6 bulan.

3. Jakarta Islmic Index (JII)

Indeks JII yang menggunakan 30 saham yang dipilih dari saham-saham yang masuk dalam kriteria syariah (Daftar Efek Syariah yang diterbitkan oleh Bapepam-LK)

dengan mempertimbangkan kapitalisasi pasar dan likuiditas. 4. Indeks PEFINDO25

Indeks ini hasil dari kerja sama Bursa Efek Indonesia dengan lembaga rating PEFINDO meluncurkan indeks harga saham

dengan nama Indeks

PEFINDO25. Indeks ini untuk memberikan tambahan informasi bagi pemodal khususnya untuk saham-saham emiten kecil dan menengah (Small Medium Enterprises/SME).

Indeks ini terdiri dari 25 saham perusahaan tercatat yang dipilih dengan mempertimbangkan kriteria-kriteria: Total Aset, tingkat pengembalian modal (Return on Equity/ROE) dan opini akuntan public, diperhatikan juga faktor likuiditas dan jumlah saham yang dimiliki publik. 5. Indeks Sektoral

Indeks menggunakan semua perusahaan tercatat yang termasuk dalam masing-masing sektor. Saat ini ada 10 sektor yang ada di BEI yaitu sektor Pertanian, Pertambangan, Industri Dasar, Aneka Industri, Barang Konsumsi, Properti, Infrastruktur, Keuangan, Perdagangan dan Jasa, dan Manufaktur.

6. Indeks Kompas100

Indeks yang terdiri dari 100 saham perusahaan tercatat yang dipilih berdasarkan pertimbangan likuiditas dan kapitalisasi pasar, dengan kriteria-kriteria yang sudah ditentukan. Review dan penggantian saham dilakukan setiap 6 bulan.

7. Indeks BISNIS-27

Kerja sama antara Bursa Efek Indonesia dengan harian Bisnis Indonesia meluncurkan indeks

(5)

harga saham yang diberi nama Indeks BISNIS-27.

Indeks terdiri dari 27 saham Perusahaan Tercatat yang dipilih berdasarkan kriteria fundamental, teknikal atau likuiditas transaksi dan Akuntabilitas serta tata kelola perusahaan.

8. Indeks SRI-KEHATI

Indeks ini dibentuk atas kerja sama Bursa Efek Indonesia dengan Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia (KEHATI). SRI adalah kependekan dari Sustainable Responsible Investment.

Indeks ini diharapkan memberi tambahan informasi kepada investor yang ingin berinvestasi pada emiten-emiten yang memiliki kinerja sangat baik dalam mendorong usaha berkelanjutan, serta memiliki kesadaran terhadap lingkungan dan menjalankan tata kelola perusahaan yang baik.

Indeks ini terdiri dari 25 saham Perusahaan Tercatat yang dipilih dengan mempertimbangkan kriteri-kriteria seperti: Total Aset, Price Earning Ratio (PER) dan Free Float.

9. Indeks Papan Utama

Menggunakan saham-saham Perusahaan Tercatat dalam Papan Utama.

10. Indeks Papan Pengembangan Menggunakan saham-saham Perusahaan Tercatat dalam Papan Pengembangan.

11. Indeks Individual

Indeks harga saham masing-masing Perusahaan Tercatat. Salah satu indeks yang sering diperhatikan investor ketika berinvestasi di Bursa Efek Indonesia adalah Indeks Harga Saham Gabungan. Hal ini disebabkan indeks ini berisi atas seluruh saham yang tercatat di Bursa Efek Indonesia. (http://id.wikipedia.org/wiki/IHS G).

Pergerakan indeks harga saham gabungan, investor dapat lebih mudah memperhatikan situasi dan kondisi pasar, apakah pasar sedang dalam kondisi bergairah atau tidak. Perbedaan kondisi pasar ini tentu memerlukan strategi yang berbeda dari ara investor.

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi Indeks Saham antara lain yaitu perubahan tingkat suku bunga bank sentral, keadaan ekonomi global, tingkat harga energi dunia, kestabilan politik suatu negara, dan lain-lain. (Blanchard, 2006). Selain faktor tersebut, perilaku investor sendiri juga akan memberi pengaruh terhadap pergerakan Indeks Saham.

Nilai Kurs Rupiah dan Indonesia Crude Price (ICP) berpengaruh terhadap IHSG, artinya ketika nilai Kurs Rupiah dan ICP mengalami perubahan maka IHSG akan terpengaruh. (Febriyanto, 2016).

Berikut data pergerakan nilai IHSG, ICP, Kurs Rupiah, SBI dan tingka Inflasi berdasarkan pengamatan selama tahun 2014 – 2015.

Date IHSG ICP KURS SBI Tingkat

Inflasi

(6)

Date IHSG ICP KURS SBI Tingkat Inflasi Nov 2, 2015 18,05 41,44 9,820.25 7.50 4.89 Oct 1, 2015 17,96 43,68 10,376.64 7.50 6.25 Sep 1, 2015 15,64 43,13 10,071.27 7.50 6.83 Aug 3, 2015 17,54 42,81 9,902.14 7.50 7.18 Jul 1, 2015 19,76 51,82 10,348.62 7.50 7.26 Jun 1, 2015 20,67 59,46 10,182.08 7.50 7.26 May 1, 2015 22,68 61,86 10,239.80 7.50 7.15 Apr 1, 2015 21,86 57,58 10,011.89 7.50 6.79 Mar 2, 2015 24,04 57,58 10,166.96 7.50 6.38 Feb 2, 2015 23,96 54,50 9,926.56 7.50 6.29 Jan 2, 2015 23,08 45,30 10,194.28 7.75 6.96 Dec 1, 2014 23,69 59,56 10,413.39 7.75 8.36 Nov 3, 2014 23,93 75,39 10,616.05 7.75 6.23 Oct 1, 2014 24,21 83,72 10,629.68 7.50 4.83 Sep 2, 2014 23,88 94,97 10,988.72 7.50 4.53 Aug 1, 2014 25,31 99,51 10,968.70 7.50 3.99 Jul 1, 2014 24,73 104,63 11,176.41 7.50 4.53 Jun 2, 2014 23,55 108,95 10,937.67 7.50 6.70 May 1, 2014 24,12 106,20 10,762.48 7.50 7.32 Apr 1, 2014 24,25 106,44 10,501.26 7.50 7.25 Mar 3, 2014 24,02 106,90 10,388.38 7.50 7.32 Feb 3, 2014 22,09 106,08 10,777.92 7.50 7.75 Jan 2, 2014 20,16 105,80 10,982.89 7.50 8.22

Sumber: Data skunder

Indeks harga saham gabungan yang mengalami perubahan dan pergerakan terindikasi ada hubunganya dengan keadaan ekonomi global, diantaranya adalah dengan nilai kurs, Inflasi, harga minyak dan Suku Bunga. Perusahaan-perusahaan yang aktif dalam menjalankan aktivitas operasional usahanya, terutama dalam tahun-tahun akan dimulainya pemberlakuan kebijakan pasar ekonomi negara-negara anggota ASEAN atau yang

dikenal dengan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), kestabilan nilai inflasi, nilai harga minyak mentah dan nilai kurs rupiah terhadap Indeks harga saham menjadi hal yang penting untuk menjadi perhatian. Jika nilai harga minyak mengalami perubahan kenaikan dan nilai tukar rupiah mengalami perubahan penurunan terhadap mata uang dollar, tentunya hal tersebut dapat memicu

(7)

bertambahnya biaya operasional dalam aktivitas memproduksi barang.

Apabila produksi barang sebagian besar dihasilkan secara langsung oleh perusahaan, maka maka hal tersebut akan mengakibatkan naiknya biaya produksi dan pada akhirnya akan memberikan tambahan beban biaya bagi perusahaan tersebut. Adanya kenaikan biaya produksi ini tentunya akan mengurangi nilai keuntungan atau hasil yang diperoleh perusahaan.

Adanya penurunan nilai keuntungan yang dihasilkan oleh perusahaan tentu akan mempengaruhi minat para penanam modal terhadap perusahaan. Selain kondisi tersebut, secara teori investor ingin melakukan investasi karena keuntungan atau pertambahan modalnya tanpa menanggung resiko yag terlalu besar.

Sarana berinvestasi yang dianggap memiliki resiko sangat kecil di Indonesia adalah Sertifikat Bank Indonesia (SBI), deposito, tabungan, dan obligasi pemerintah. Disaat harga saham dinilai tidak dapat memberikan keuntungan yang besar, SBI menjadi pilihan alternatif bagi investor untuk menanamkan modalnya. Ketika investor mengalami penurunan minatnya dalam menanamkan modalnya, maka hal ini akan mempengaruhi pergerakan indeks harga saham.

Saat kondisi Investor menghadapi persoalan sulitnya melakukan prediksi terhadap harga saham yang selalu berfluktuasi dari waktu ke waktu, diperlukan strategi investasi yang tepat mulai dari kebijakan investasi sampai evaluasi kinerja perusahaan. Husnan (2006) mengatakan, ada lima tahap strategi investasi, yaitu; 1. Menentukan kebijakan investasi; 2. Analisis

sekuritas; 3. Pembentukan portfolio; 4. Melakukan revisi portfolio; 5. Evaluasi kerja portfolio.

Tahapan-tahapan tersebut dipengaruhi oleh public information karena paling mudah diperoleh masyarakat. Bedasarkan informasi, para investor dapat mengambil keputusan yang menguntungkan terhadap investasinya di pasar modal.

Informasi yang bersifat public information yaitu tingkat harga minyak mentah, Inflasi, suku bunga, kurs rupiah, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Jakarta. IHSG di Bursa Efek Jakarta adalah deskripsi secara umum harga saham perusahaan yang go public yang terdaftar.

Kenaikan atau penurunan IHSG perusahaan-perusahaan yang go public di Bursa Efek Jakarta, menjadi salah satu indikator penting yang mendeskripsikan kondisi ekonomi suatu negara, sehingga fluktuasi naik turunya IHSG dan bersamaan dengan penerapan kebijakan negara-negara

ASEAN dalam mewujudkan

Masarakat Ekonomi ASEAN pada tahun 2015 adalah menarik untuk dijadikan sebagai bahan penelitian dalam bidang kajian manajemen keuangan.

2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh secara simultan perubahan nilai tukar Rupiah, Nilai Inflasi, nilai Indonesia Crude Price (ICP) dan Sertifikat Bank Indonesia (SBI) terhadap nilai Indek Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa efek Indonesia BEI sebelum penerapan MEA?

(8)

3. Tujuan Penelitian

Mengetahui dan menganalisis bagaimana pengaruh secara simultan perubahan nilai tukar Rupiah, Nilai Inflasi, nilai Indonesia Crude Price (ICP) dan Sertifikat Bank Indonesia (SBI) terhadap nilai Indek Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa efek Indonesia BEI sebelum penerapan MEA.

4. Manfaat penelitian

Hasil penelitian ini diharapakan dapat memberikan kontribusi untuk:

1. Informasi hasil kajian bagi masyarakat yang tertarik untuk berinvestasi melalui pasar modal. 2. Memberikan kontribusi informasi

dan pemikiran bagi investor maupun pihak moneter ketika membuat kebijakan dan keputusan dalam berinvestasi 3. Bahan kajia bagi pihak lain ketika

akan melakukan penelitian yang sama dan dapat menjadi salah satu tambahan referensi.

B. KAJIAN PUSTAKA 1. Pasar Modal

Pengertian pasar modal menurut Peraturan Bab I pasal I UUPM no 8/1995 tentang ketentuan umum mendefinisikan bursa umum dan efek sebagai berikut bursa efek adalah pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan atau sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan beli efek pihak-pihak lain dengan tujuan memperdagangkan efek diantara mereka.

Definisi atau pengertian efek ialah surat berharga yaitu surat pengakuan hutang, surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti utang, unit penyertaan investasi kolektif, kontrak berjangka atas efek dan setiap derivatif dari efek. Bursa efek utama

adalah suatu institusi yang terpusat yang mempertemukan kekuatan permintaan dan penawaran atas efek.

Instrumen efek yang akan diperdagangkan di bursa harus memenuhi kebijakan pencatatan yang dikeluarkan oleh pengelola. Bursa efek utama ini, sistem perdagangan menggunakan pasar lelang melalui sistem pemesanan. Nilai harga ditentukan berdasarkan arus dari pesanan jual dan beli. Bila arus ini sangat kuat maka harga akan mengalami penurunan, sedangkan bila arus pesanan beli sangat kuat maka harga akan mengalami peningkatan.

Menurut Tandelilin (2007) , Pasar modal adalah pasar yang menfasilitasi pertemuan antara pihak yang membutuhkan dana dengan pihak yang kelebihan dana dengan memperjual belikan surat berharga jangka panjang.

Menurut Ang, (1997) Fungsi pasar modal dalam suatu perekonomian negara adalah:

1) Fungsi Kekayaan

Pasar modal adalah suatu cara untuk menyimpan kekayaan dalam jangka panjang dan jangka pendek samapi dengan kekayaan tersebut dapat dipergunakan kembali. Cara ini lebih baik karena kekayaan itu tidak mengalami depresiasi seperti aktiva lain. Semakin tua nilai aktiva seperti, mobil, gedung, kapal laut, dll, maka nilai penyusutannya akan semakin besar pula. Akan tetapi obligasi saham deposito dan instrument surat berharga lainnya tidak akan mengalami depresiasi. Surat berharga mewakili kekuatan beli pada masa yang akan datang.

2) Fungsi Investasi

Dana yang disimpan di bank tentu akan mengalami penyusutan. Nilai

(9)

mata uang cenderung akan turun di masa yang akan datang karena adanya inflasi, perubahan kurs, pelemahan ekonomi, dll. Jika uang tersebut diinvestasikan di pasar modal, investor selain dapat melindungi nilai investasinya, karena dana yang diinvestasikan di pasar modal cenderung tidak mengalami penyusutan karena aktivitas ekonomi yang dilakukan oleh emiten.

3) Fungsi Pinjaman

Pasar modal bagi suatu perekonomian negara merupakan sumber pembiayaan pembangunan dari pinjaman yang dihimpun dari masyarakat. Pemerintah lebih mendorong pertumbuhan pasar modal untuk mendapatkan dana yang lebih mudah dan murah. Ini terjadi karena pinjaman dari bank-bank komersil pada umumnya mempunyai tingkat bunga yang tinggi. Sedangkan perusahaan-perusahaan yang menjual obligasi pada pasar uang dapat memperoleh dana dengan biaya bunga yang lebih rendah daripada bunga bank.

4) Fungsi Likuiditas

Kekayaan yang dissimpan dalam surat-surat berharga, bisa dilikuidasi melalui pasar modal dengan resiko yang sangat minimal dibandingkan dengan aktiva lain. Proses likuidasi surat berharga dapat dilakukan dengan cepat dan murah.

Walaupun nilai likuiditasnya lebih rendah daripada uang, tetapi uang memiliki kemampuan menyimpan kekayaan yang lebih rendah daripada surat berharga. Ini terjadi karena nilai uang mudah terganggu oleh inflasi dari waktu ke waktu.

2. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

Indeks harga saham gabungan (IHSG) adalah ringkasan pengaruh simultan dan kompleks dari berbagai macam variabel yang berpengaruh, terutama kejadian-kejadian ekonomi. Indeks harga saham dapat dijadikan sebagai barometer ekonomi suatu Negara dan sebagai dasar melakukan analisis statistik atas kondisi pasar terakhir (Pasaribu dan Firdaus, 2013:119).

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) atau Composite Stock Price Index merupakan suatu nilai yang digunakan untuk mengukur kinerja kerja saham yang tercatat di suatu bursa efek. Menurut Ang, (1997), ada dua metode penghitungan IHSG yang umum dipakai:

1) Metode rata-rata (Average Method) Metode rata-rata adalah metode dimana harga pasar saham-saham yang masuk dalam indeks tersebut dijumlah kemudian dibagi dengan suatu faktor pembagi.

(Sumber: www.idx.co.id) Keterangan:

IHSG = Indeks Harga Saham Gabungan

ΣPs = Total harga saham

Divisor = Harga dasar saham

2) Metode rata-rata tertimbang (Weighted Average Method)

Metode rata-rata tertimbang adalah suatu metode yang menambahkan bobot dalam perhitungan indeks disamping harga pasar saham-saham yang tercatat dan harga dasar saham. Pembobotan yang

(10)

dilakukan dalam perhitungan indeks pada umumnya adalah jumlah saham yang dikeluarkan.

Terdapat dua metode untuk menghitung metode rata-rata tertimbang:

1) Paasche

Metode ini memperbandingkan kapitalisasi pasar seluruh saham dengan nilai dasar seluruh saham yang tergantung dalam sebuah indeks. Makin besar kapitalisasi suatu saham, maka akan menimbulkan pengaruh yang sangat besar jika terjadi perubahan harga pada saham yang bersangkutan.

Sumber (en.wikipedia.org) Keterangan:

Ps = Harga saham sekarang

Ss = Jumlah saham yang beredar

Pbase = Harga dasar saham

2) Laspreyes

Formulasi ini menggunakan jumlah saham yang dikeluarkan pada hari dasar dan tidak berubah selamanya walaupun ada pengeluaran saham baru.

Sumber (en.wikipedia.org)

Keterangan

Ps = Harga saham sekarang

Pbase = Harga dasar saham

So = Jumlah saham awal

Indek Harga Saham Gabungan (IHSG) BEI atau JSX atau IDX merupakan IHSG yang dikeluarkan oleh BEI.

IHSG BEI ini mengambil hari dasar pada tanggal 10 Agustus 1982 dan mengikutsertakan semua saham yang tercatat di BEI. IHSG BEI diperkenalkan pertama kali pada tanggal 1 April 1983 yang digunakan sebagai indikator untuk memantau pergerakan saham. Indeks ini mencakup semua saham biasa maupun saham preferen di BEI. Metode penghitungan yang digunakan adalah metode rata-rata tertimbang Paasche (Ang, 1997).

3. Inflasi

Inflasi adalah kondisi yang dialami oleh sejumlah besar negara-negara di dunia. Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus (kontinu) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidaklancaran distribusi barang (Suparmoko, 2000).

Inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu. Inflasi adalah proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi-rendahnya tingkat harga. Artinya, tingkat harga yang dianggap tinggi belum tentu menunjukan inflasi. Inflasi adalah indikator untuk melihat tingkat perubahan, dan dianggap terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara terus-menerus dan saling pengaruh-memengaruhi. Istilah inflasi juga digunakan untuk mengartikan peningkatan persediaan uang yang kadangkala dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga.

Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi

(11)

kecuali bila kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan kenaikan harga pada barang lainnya. Kebalikan dari inflasi disebut deflasi (www.bi.go.id).

Menurut Mankiw (2006:75) mengemukakan definisi inflasi adalah “Kenaikan dalam tingkat harga rata-rata, dan harga adalah tingkat dimana uang dipertaruhkan untuk mendapatkan barang dan jasa.”

Menurut Arifin (2002:12) mengemukakan bahwa inflasi adalah: “Inflasi secara sederhana adalah kenaikan harga barang barang secara umum atau penurunan daya beli dari sebuah satuan uang.”

Sedangkan menurut Pohan (2008) mengemukakan bahwa inflasi adalah: “Kenaikan harga harga secara terus-menerus dan kenaikan harga yag terjadi pada seluruh kelompok barang atau jasa.”

Berdasarkan definisi tersebut disimpulkan bahwa inflasi merupakan peningkatan tingkat harga umum dalam satu perekonomian yang berlangsung secara terus menerus dari waktu ke waktu.

a. Indikator Inflasi

Menurut Murni (2013:202) mengemukakan terdapat 3 kriteria yang perlu diamati untuk melihat telah terjadinya inflasi, yaitu kenaikan harga, bersifat umum, dan terjadi terus menerus dalam rentang waktu tertentu.

Apabila terjadi kenaikan harga suatu barang yang tidak mempengaruhi harga barang lain, sehingga harga tidak naik secara umum, kejadian seperti itu bukanlah inflasi. Kecuali bila yang naik itu seperti harga BBM, ini berpengaruh terhadap harga-harga lain sehingga secara umum semua produk hampir mengalami kenaikan harga. Bila kenaikan harga itu terjadinya sesaat

kemudian menurun itu pun belum bisa dikatakan inflasi, karena kenaikan harga yang diperhitungkan dalam konteks inflasi mempunyai rentang waktu minimal sebulan. Murni (2013:203) mengemukakan terdapat tiga komponen yang yang harus dipenuhi agar dapat dikatakan telah terjadi inflasi, komponen tersebut adalah:

1. Adanya kecenderungan harga‐harga untuk meningkat, yang berarti bisa saja tingkat harga yang terjadi pada waktu tertentu turun atau naik dibandingkan dengan sebelumnya, tetapi tetap menunjukkan tendensi yang meningkat.

2. Bahwa kenaikan tingkat harga tersebut berlangsung secara terus menerus (sustained), yang berarti bukan terjadi pada suatu waktu saja, akan tetapi bisa beberapa waktu lamanya.

3. Bahwa tingkat harga yang dimaksud disini adalah tingkat harga secara umum, yang berarti tingkat harga yang mengalami kenaikan itu bukan hanya pada satu atau beberapa komoditi saja, akan tetapi untuk harga barang secara umum.

b. Jenis Inflasi

Inflasi muncul jika jumlah uang atau uang deposito dalam peredaran banyak, dibandingkan dengan jumlah barang-barang atau jasa yang ditawarkan atau karena hilangnya kepercayaan terhadap mata uang nasional terhadap gejala yang luas untuk menukar dengan barang.

Menurut Murni (2009:204-205) jenis inflasi dilihat dari sumbernya atau penyebab inflasi dibagi menjadi: 1. Demand full Inflation

Terjadinya kenaikan harga secara berkelanjutan disebabkan oleh kenaikan permintaan agregat.

(12)

2. Cost push inflation

Harga secara terus menerus mengalami kenaikan yang disebabkan oleh penurunan tingkat penawaran agregat.

3. Imported inflation

Inflasi bersumber dari kenaikan harga-harga barang yang di impor, terutama barang yang di impor tersebut mempunyai peranana penting dalam setiap kegiatan produksi.

Menurut Murni (2013:203) laju inflasi merupakan tingkat perubahan harga secara umum untuk berbagai jenis produk dalam rentang waktu tertentu misalnya per bulan, per triwulan atau per tahun. Sedangkan berdasarkan tingkat keparahannya membagi kedalam tiga tingkatan, yaitu :

1. Moderat Inflation

Inflasi (laju inflasinya antara 7-10%) yang ditandai dengan harga-harga yang meningkat secara lambat.

2. Galloping Inflation

Inflasi ganas (tingkat laju inflasinya antara 20-100%) yang dapat menimbulkan gangguan-gangguan serius terhadap perekonomian dan timbulnya distorsi-distorsi besar dalam perekonomian. Hal ini ditandai dengan uang kehilangan nilainya dengan cepat, sehingga orang tidak suka memegang uang atau lebih suka memegang barang. Kredit jangka panjang didasarkan pada indeks harga atau menggunakan mata uang asing seperti dolar. Kegiatan investasi masyarakat lebih banyak di luar negeri.

3. Hyper Inflasi

Inflasi yang laju inflasinya sangat tinggi (diatas 100%) inflasi ini

sangat mematikan kegiatan perekonomian masyarakat.

c. Dampak Inflasi

Inflasi memberikan dampak positif dan dampak negatif tergantung parah atau tidaknya inflasi. Jika inflasi itu ringan justru mempunyai pengaruh yang positif dalam arti dapat mendorong perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan pendapatan nasional dan membuat orang bergairah untuk berkerja, menabung dan mengadakan investasi. Sebaliknya, dalam masa inflasi yang tinggi, yaitu pada saat inflasi tak terkendali (hiperinflasi), keadaaan perekonomian menjadi kacau dan aktivitas perekonomian lesu.

Menurut Arifin (2002:12) “Penyebab terjadinya inflasi sangatlah kompleks selain karena hukum permintaan penawaran dan inflasi juga bisa terjadi karena biaya produksi.” Oleh karena itu orang menjadi tidak semangat bekerja, menabung, atau mengadakan investasi dan produksi karena harga meningkat dengan cepat. Pelaku ekonomi penerima pendapatan tetap seperti pegawai negeri atau karyawan swasta serta kaum buruh juga akan kewalahan menanggung dan mengimbangi harga sehingga hidup mereka menjadi semakin terpuruk setiap waktu.

Pengaruh buruk inflasi dapat ditinjau dari tingkat kesejahteraan masyarakat, menurut Murni (2013:205) ada beberapa hal yang dapat meninjau dampak buruk inflasi yaitu:

1. Inflasi akan menurunkan pendapatan riil yang diterima masyarakat, dan ini sangat merugikan orang-orang yang berpenghasilan tetap. Pada saat inflasi, kenaikan tingkat upah tidak

(13)

secepat kenaikan harga yang diperlukan dan dijual di pasar. 2. Inflasi akan mengurangi nilai

kekayaan yang berbentuk uang. Seperti tabungan masyarakat di bank nilai riilnya akan menurun. 3. Inflasi akan memperburuk

pembagian kekayaan, karena bagi masyarakat yang berpenghasilan tetap dan mempunyai kekayaan dalam bentuk uang bisa-bisa jatuh miskin. Tetapi bagi masyarakat yang menyimpan kekayaan dalam bentuk tanah dan rumah akan terjadi peningkatan kekayaan, baik secara riil maupun secara nominal. Demikian pula bagi pedagang, pendapatan riil mereka akan dapat

bertahan dan mungkin

meningkatkan pada saat terjadi inflasi.

4. Indonesia Crude Price (ICP) Indonesian Crude Price (Harga Minyak Mentah Indonesia) yang selanjutnya disingkat ICP adalah nilai harga minyak mentah yang ditetapkan oleh pemerintah dengan formula dalam rangka pelaksanaan Kontrak Kerja Sama minyak bumi dan/atau gas bumi serta penjualan minyak mentah bagian Pemerintah. ICP merupakan harga dasar minyak mentah yang digunakan dalam APBN dan merupakan harga rata-rata minyak mentah Indonesia di pasar Internasional yang dipakai sebagai indikator penghitungan bagi hasil minyak. Sampai saat ini terdapat 50 jenis minyak mentah indonesia yang memiliki perbedaan harga sesuai dengan kulitas dan karakteristiknya.

a. Faktor-faktor yang

mempengaruhi ICP

Indonesian Crude Price (ICP) dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satu faktor yang paling mempengaruhi adalah kondisi pasar minyak internasional, yaitu kondisi yang dipengaruhi oleh penawaran (produksi, stok, fasilitas distribusi dan kebijakan produksi), selain itu ICP juga dipengaruhi oleh kekhawatiran gangguan politik, keamanan, dan spekulasi.

b. Penetapan Formula ICP

Indonesian Crude Price (ICP) menetapkan formula yang dipakai dalam menghitung 8 jenis minyak mentah/konsederat utama Indonesia, dan 8 jenis minyak mentah utama ini merupakan acuan untuk menghitung ICP untuk jenis minyak mentah lainnya berdasarkan spesifikasi/kualitas dan berdasarkan nilai relatif.

ICP dihitung didasarkan pada harga 50 jenis minyak yang diproduksi dari lapangan migas di seluruh Indonesia. Dari ke-50 jenis tersebut, delapan di antaranya menjadi acuan perhitungan (benchmark), yaitu jenis Sumatera Light Crude (SLC), Arjuna, Attaka, Cinta, Duri, Widuri, Belida, dan Senipah Condensate.

Formula perhitungannya adalah 50% dari patokan harga minyak di Jepang (RIM Intellegence Co) ditambah 50% Platts Singapore. Berikut adalah formula ICP yang berlaku saat ini:

ICP = 50% RIM + 50% PLATT‟S

(14)

RIM : Badan Indenpenden berpusat di Tokyo dan Singapore yang menyediakan data harga minyak untuk pasar Asia Pasific dan Timur Tengah. PLATT‟S : Penyedia jasa

informasi energi yang berpusat di Singapore.

5. Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI)

Sertifikat Bank Indonesia (SBI) adalah surat berharga yaitu dikeluarkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek (1-3 bulan) dengan sistem bunga. Sertifikat Bank Indonesia merupakan salah satu mekanisme yang digunakan Bank Indonesia untuk mengendalikan stabilitas nilai Rupiah.

Melalui penjualan SBI, Bank Indonesia mampu menyerap kelebihan uang primer yang beredar. Jumlah suku bunga yang berlaku pada setiap penjualan SBI ditentukan oleh mekanisme pasar berdasarkan sistem lelang. Bank Indonesia menggunakan mekanisme "BI Rate" atau disebut sebagai Suku Bunga BI, yaitu BI mengumumkan target suku bunga SBI yang diharapkan BI untuk pelelangan pada masa periode tertentu.

BI rate ini kemudian yang digunakan sebagai acuan para pelaku pasar dalam mengikuti pelelangan. Suku bunga SBI dalam penelitian ini yang digunakan adalah periode bulanan. Suku bunga dianggap sebagai faktor penting yang mendeterminasi tingkat investasi. Jika suku bunga meningkat, maka tingkat investasi diekspektasi akan menurun, karena kurang tidak lagi menguntungkan untuk melakukan investasi. Jika kredit

makin sulit dicapai, situasi biasanya menyertai suku bunga yang lebih tinggi, maka investasi cenderung menyusut. Sebaliknya, jika suku bunga menurun kredit menjadi lebih mudah dicapai.

6. Kurs Rupiah

Nilai kurs atau Nilai tukar mata uang asing (the exchange rate) menyatakan hubungan nilai diantara satu kesatuan mata uang asing dan kesatuan mata uang dalam negeri (en.wikipedia.org).

FASB mendifinisikan, kurs adalah rasio antara suatu unit mata uang tertentu dengan sejumlah mata uang lain yang bisa ditukar pada waktu tertentu. Menurut Lipsey, dkk. (1997), nilai tukar berarti nilai pada tingkat di mana dua mata uang yang berbeda diperdagangkan satu sama lain.

Salvatore (1996) mengatakan kurs adalah sebagai harga mata uang luar negeri dalam satuan mata uang dalam negeri. Nilai kurs mata uang asing mengalami perubahan nilai yang terus menerus dan relatif tidak stabil. Perubahan nilai kurs tersebut terjadi karena adanya perubahan permintaan dan penawaran atas suatu nilai mata uang asing pada masing-masing pasar pertukaran valuta asing. Perubahan permintaan dan penawaran dipengaruhi oleh adanya kenaikan relatif tingkat bunga baik secara simultan maupun parsial.

Nilai kurs mata uang menunjukkan harga mata uang jika ditukarkan dengan mata uang lain. Penentuan nilai kurs mata uang suatu negara dengan negara lain ditentukan sebagaimana halnya barang, yaitu permintaan dan penawaran mata uang yang bersangkutan. Konsep tersebut juga berlaku untuk kurs rupiah, jika demand akan rupiah lebih banyak

(15)

daripada suplainya maka kurs rupiah ini akan terapresiasi, demikian pula sebaliknya.

Terjadinya apresiasi atau depresiasi jika negara menganut kebijakan nilai tukar mengambang bebas (free floating exchange rate) sehingga nilai tukar akan ditentukan oleh mekanisme pasar (Kuncoro, 2001).

Sebagian besar bahan baku bagi perusahaan-perusahaan saat ini di Indonesia masih mengandalkan impor dari luar negeri (www.kompas.com).

Jika mata uang rupiah terdepresiasi, ini akan mengakibatkan naiknya biaya bahan baku. Meningkatnya biaya produksi akan mengurangi laba yang diperoleh perusahaan. Bagi para investor, proyeksi penurunan tingkat laba tersebut akan dipandang negatif (A.K Coleman dan K.A Tettey, 2008).

Penurunan tingkat keuntungan perusahaan akan mendorong investor untuk melakukan aksi jual terhadap saham-saham yang dimilikinya. Jika banyak investor yang melakukan hal tersebut, tentu akan mendorong penurunan indeks harga saham gabungan.

Depresiasi rupiah terhadap dollar bagi investor adalah menandakan bahwa prospek perekonomian Indonesia suram. Sebab depresiasi

rupiah dapat terjadi apabila faktor fundamental perekonomian Indonesia tidaklah kuat (Sunariyah, 2006). Keadaan tersebut menambah resiko bagi investor jika hendak berinvestasi di bursa saham Indonesia (Ang, 1997). Sebagian Investor tentunya akan menghindari resiko, sehingga investor akan cenderung melakukan aksi jual dan menunggu hingga situasi perekonomian dirasakan membaik. Aksi jual yang dilakukan investor ini akan mendorong penurunan indeks harga saham di Bursa Efek Indonesia.

7. Kerangka Pemikiran

Beberapa faktor yang mempengaruhi pasar modal bisa dari internal maupun eksternal. Investor harus memperhatikan faktor-faktor tersebut agar investasi yang dilakukannya dapat memberikan hasil yang diinginkan. Beberapa penelitian telah banyak dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor apa yang berpengaruh terhadap pasar modal. Faktor-faktor yang diduga memberikan pengaruh adalah ICP (Indonesia Crude Price), Nilai Inflasi, Kurs rupiah dan Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Berikut ini digambarkan pengaruh antara variabel independen dan variabel dependen yang digunakan dalam penelitian:

KURS RUPIAH ICP

(Indonesia Crude Price)

IHSG

(Indeks Harga Saham Gabungan)

SBI

(Sertifikat Bank Indonesia)

(16)

8. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah Indonesia Crude Price (ICP), Nilai Inflasi, Nilai Kurs dan Sertifikat Bank Indonesia (SBI) berpengaruh terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sebelum penerapan MEA 2015.

III. METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, dengan menggunakan data skunder, yaitu data ICP, Nilai Inflasi, kurs rupiah dan SBI serta IHSG yang dikeluarkan oleh Bursa Efek Indonesia.

1. Variabel Penelitian a. Variabel Dependen

Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah IHSG. IHSG yaitu indeks harga saham gabungan yang dikeluarkan oleh Bursa Efek Indonesia setiap hari. Data IHSG diperoleh langsung dari www.idx.co.id. Data yang digunakan adalah data tiap akhir bulan selama periode tahun 2014 - 2015.

b. Variabel Independen

Variabel-variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini pertama, Indonesia Crude Price (ICP), yaitu nilai harga minyak mentah. Harga yang digunakan adalah harga berdasarkan pengumuman dari MESDM yang dikeluarkan oleh kementrian terkait melalui web http://www.esdm.go.id/ Data yang digunakan adalah nilai harga selama periode pengamatan tahun 2014 - 2015. Kedua, Nilai Inflasi, yaitu Nilai kenaikan harga barang barang secara umum atau penurunan

daya beli dari sebuah satuan uang.

Ketiga, Kurs Rupiah, yaitu nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat. Kurs yang digunakan adalah kurs tengah rupiah terhadap dollar Amerika Serikat yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia. Data kurs diambil dari www.bi.go.id. Data yang digunakan adalah nilai kurs jual akhir bulan selama periode amatan antara 2014 - 2015. Keempat, Sertifikat Bank Indonesia (SBI), adalah surat berharga yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek (1-3 bulan) dengan sistem bunga. Data tersebut diperoleh dari http://www.bi.go.id pada periode 2014-2015.

2. Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah seluruh data IHSG, Indonesia Crude Price (ICP), Nilai Inflasi dan Nilai Kurs Rupiah serta Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Berdasarkan data yang tersedia di internet untuk semua variabel yang digunakan dalam penelitian ini tahun 2014 - 2015.

Sedangkan data yang digunakan sebagai sampel dalam penelitian ini adalah data IHSG, Indonesia Crude Price (ICP), Nilai Inflasi, Nilai Kurs Rupiah dan Sertifikat Bank Indonesia (SBI) yang dibatasi pada data tahun 2014-2015. Alasan pemilihan periode tahun yang digunakan adalah untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan situasi saat ini.

Pengambilan data dengan periode wakt bulanan untuk menghindarkan

(17)

bias yang terjadi akibat kepanikan pasar dalam mereaksi suatu informasi, sehingga dengan penggunaan data bulanan diharapkan dapat memperoleh hasil yang lebih akurat terhadap respon perubahan.

3. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa IHSG, Indonesia Crude Price (ICP), Nilai Inflasi, nilai kurs rupiah dan Sertifikat Bank Indonesia (SBI) selama 2014-2015. Data sekunder adalah data dalam bentuk yang sudah jadi yaitu berupa data publikasi. Data tersebut sudah disajikan oleh pihak lain.

4. Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam penelitian ini dengan cara dokumentasi dari berbagai macam sumber. Pengambilan data IHSG dilakukan di web BEI. Data Kurs dan Inflasi diperoleh di web BI. Selain itu pengumpulan data dan informasi dilakukan dengan cara mengambil dari internet, artikel, jurnal, dan mempelajari dari buku-buku pustaka yang mendukung proses penelitian ini.

5. Teknik Analisis Data

Alat analisis data dalam penelitian ini menggunakan Regresi Ganda, yaitu alat yang digunakan untuk menguji hubungan antara Indonesia Crude Price (ICP), Nilai Inflasi, Kurs Rupiah dan Sertifikat Bank Indonesia (SBI) terhadap IHSG.

a. Uji Regresi

Analisis regresi digunakan untuk melihat pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat serta memprediksi nilai variabel terikat dengan menggunakan

variabel bebas, analisis regresi digunakan terutama untuk tujuan peramalan dalam model tersebut ada sebuah variabel dependen dan berapa variabel independen.

Analisis Regresi ganda mengindikasikan hipotesis yang dibuat, yaitu Indonesia Crude Price (ICP), Nilai Inflasi, Nilai Kurs Rupiah dan Sertifikat Bank Indonesia (SBI) terhadap IHSG memiliki pengaruh. Seberapa besar variabel independent mempengaruhi variable dependen dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:

Y = a + bX1 + bX2 + bX3 + bX4

Keterangan: Y = IHSG

X1 = Indonesia Crude Price (ICP)

X2 = Nilai Kurs Rupiah X3 = Nilai Sertifikat Bank

Indonesia (SBI) X4 = Nilai Inflasi a = Konstanta

b = Koefisien Regresi

b. Uji Signifikansi

Pengujian signifikansi terhadap koefisien regresi menggunakan rumus sebagai berikut: (Sugiyono, 2004:218) ) 1 k )/(n R 1 ( /k R Fh 2 2     Keterangan: R = Koefisien R k = Jumlah variabel independen N = Jumlah data

Dikarenakan dalam output disertakan nilai signifikansi, maka uji F dengan F tabel tidak perlu dilakukan cukup dengan membandingkan nilai sig.

(18)

dengan alpha. Prosedur pengujian sebagai berikut:

 Mendefinisikan hipotesis kerja, yaitu:

Ho : tidak ada hubungan Ha : ada hubungan  Kriteria pengujian Jika ρ ≥ 0,05 berarti Ho diterima Jika ρ < 0,05 berarti Ho ditolak

D. HASIL DAN PEMBAHASAN Bursa Efek Indonesia (BEI) adalah bursa saham tunggal di Indonesia, berbasis di Jakarta dan memfasilitasi perdagangan saham, pendapatan tetap, instrumen derivatif, reksadana, obligasi, saham dan obligasi yang berbasis Syariah. BEI juga menyediakan data perdagangan real time dalam data-feed format untuk vendor data/perusahaan.

Bursa Efek Indonesia adalah lembaga yang mengadakan aktifitas sekuritas di Indonesia. Ada dua bursa efek di Indonesia, yaitu Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya. Bursa Efek Jakarta didirikan oleh investor Belanda tanggal 14 Desember 1912 yang diberi nama Vereneging Voor de Effectenhandel, bursa efek ini didirikan dengan tujuan dalam rangka menghimpun dana sebagai menunjang perluasan modal usaha perkebunan milik orang-orang Belanda di Indonesia saat itu.

Pasar modal di Indonesia saat waktu itu perkembangannya cukup menggembirakan, sehingga Kolonial Belanda terdorong untuk membuka bursa efek di kota lain, yaitu di Surabaya pada tanggal 11 Januari 1925 dan di Semarang pada tanggal 1 Agustus 1925. Rencana itu muncul karena terpengaruh karena gejolak politik yang terjadi di negara-negara Eropa yang mempengaruhi perdagangan efek di Indonesia.

Pengaruh dari dari gejolak tersebut adalah bursa efek di Surabaya dan Semarang ditutup, dan perdagangan efek dipusatkan di Jakarta. Bursa Efek Jakarta ditutup pada tanggal 10 Mei 1940 akibat dari Perang Dunia II.

Penutupan ketiga bursa efek tersebut mengakibatkan kegiatan perdagangan efek di Indonesia terhenti dan baru diaktifkan kembali pada tanggal 10 Agustus 1977. Melalui pengaktifkan kembali pasar modal pada tahun 1977, pemerintah melakukan serangkaian kebijakan dan deregulasi yang mendorong pertumbuhan pasar modal.

Ketika diterapkannya Paket Desember 1987 dan Paket Oktober 1988 pertumbuhan pasar modal di Indonesia semakin pesat. Peningkatan tersebut tergambar dengan peningkatan gairah pelaku bisnis di pasar modal Indonesia. Isi Paket tersebut secara umum adalah: 1) Dibebankannya pajak sebesar 15% atas bunga deposito dan 2) Diijinkannya pemodal asing untuk membeli saham-saham yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta.

Bursa Efek Indonesia merupakan penggabungan antara bursa efek Jakarta dengan bursa Efek Surabaya pada tanggal 1 Desember 2007. Penggabungan dua bursa efek tersebut diikuti dengan kehadiran entitas baru yang mencerminkan kepentingan pasar modal secara nasional yaitu Bursa Efek Indonesia (Indonesia Stock Exchange).

Bursa Efek Indonesia memberikan fasilitas perdagangan saham (equity), surat utang (fixed income), maupun perdagangan derivatif (derivative instruments). Hadirnya bursa tunggal ini diharapkan akan meningkatkan efisiensi industri pasar modal di Indonesia dan menambah daya tarik untuk menanam modal.

(19)

1. Deskripsi Variabel Dependen Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). IHSG merupakan salah satu indeks pasar saham yang digunakan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI). Indeks pasar saham ini mencakup pergerakan harga seluruh saham biasa dan saham preferen yang tercatat di BEI. Jumlah Nilai Pasar adalah total perkalian setiap saham tercatat (kecuali untuk perusahaan yang berada dalam program restrukturisasi) dengan harga di BEJ pada hari tersebut. Rumus yang digunakan untuk perhitungannya adaah sebagai berikut:

Keterangan:

p : Harga Penutupan di Pasar Reguler,

x : Jumlah Saham, d : Nilai Dasar.

Perhitungan Indeks menggambarkan pergerakan harga saham di pasar yang terjadi melalui sistem perdagangan lelang. Nilai dasar akan disesuaikan dengan cepat jika terjadi perubahan modal emiten atau terdapat faktor lain yang tidak terkait dengan harga

saham. Penyesuaian harga akan dilakukan jika ada penambahan emiten baru, partial/company listing, waran dan obligasi konversi demikian juga delisting. Jika terjadi dividen saham, saham bonus atau stock split, Nilai Dasar tidak disesuaikan karena Nilai Pasar tidak terpengaruh. Harga saham yang digunakan dalam menghitung IHSG adalah harga saham di pasar reguler yang didasarkan pada harga yang terjadi berdasarkan sistem lelang.

Perhitungan nilai IHSG dilakukan setiap hari, tepatnya setelah penutupan perdagangan setiap harinya. Perhitungan nilai IHSG dalam waktu dekat akan dapat dilakukan beberapa kali atau bahkan dalam beberapa menit, hal ini dapat dilakukan setelah sistem perdagangan otomasi diimplementasikan dengan baik.

Nilai IHSG ini selalu berfluktuasi sesuai dengan keadaan ekonomi (tingkat suku bunga, tingkat inflasi, dll), jumlah permintaan dan penawaran saham, situasi politik, dan berbagai faktor lainnya (Sunariyah, 2006). Berikut adalah hasil statistik deskriptif nilai IHSG selama periode 2014-2015.

Sumber: Data Skunder Diolah

Grafik 1

Pergerakan Nilai IHSG Tahun 2014-2015

Descriptive Statistics

24 15,64 25,31 21,9838 2,75274 24

IHSG

Valid N (listwise)

(20)

Berdasarkan grafik 1 Pergerakan Nilai IHSG Tahun 2014-2015 dan tabel output deskripsi statistik tersebut, harga minimum (terendah) sebesar 15,6 dan harga maksimum (tertinggi) 25,3. Selama pengamatan harga mencapai titik terendah pada saat akhir tahun 2015.

2. Deskripsi Variabel Independen a. Indonesian Crude Price (ICP)

Harga Minyak Mentah Indonesia (Indonesian Crude Price) atau disingkat ICP merupakan harga minyak mentah yang ditetapkan oleh Pemerintah dengan formula dalam rangka pelaksanaan Kontrak Kerja Sama minyak bumi dan/atau gas bumi serta penjualan minyak mentah bagian Pemerintah. ICP adalah harga dasar minyak mentah yang digunakan dalam APBN dan merupakan harga rata-rata minyak mentah Indonesia di pasar Internasional yang dipakai sebagai indikator penghitungan bagi hasil minyak.

Sampai dengan saat ini terdapat 50 jenis minyak mentah Indonesia yang mempunyai perbedaan nilai harga sesuai dengan karakteristik dan kualitasnya. ICP dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satu yang paling mempengaruhi yaitu kondisi pasar minyak internasional.

Keadaan pasar minyak

internasional adalah keadaan yang dipengaruhi oleh penawaran

(produksi, stok, fasilitas distribusi dan kebijakan produksi), selain itu ICP juga dipengaruhi oleh kekhawatiran gangguan politik, keamanan, dan adanya spekulasi di pasar minyak.

ICP dikalkulasikan berdasarkan pada harga 50 jenis minyak yang diproduksi dari lapangan migas di seluruh Indonesia. Jenis yang berjumlah 50 tersebut, delapan diantaranya adalah acuan perhitungan (benchmark), yaitu jenis Sumatera Light Crude (SLC), Arjuna, Attaka, Cinta, Duri, Widuri, Belida, dan Senipah

Condensate. Formula

perhitungannya adalah 50% dari patokan harga minyak di Jepang (RIM Intellegence Co) ditambah 50% Platts Singapore. Formula ICP akan selalu dievaluasi setiap enam bulan dan berikut ini formula yang berlaku saat ini:

ICP = 50% RIM + 50% PLATT‟S Keterangan:

RIM : Badan Indenpenden berpusat di Tokyo dan Singapore yang menyediakan data harga minyak untuk pasar Asia Pasific dan Timur Tengah. PLATT‟S : Penyedia jasa

informasi energi yang berpusat di Singapore.

Sumber: Data Primer Diolah Grafik 2

(21)

Tabel Deskriptif Nilai ICP Descriptive Statistics 24 35,48 108,95 73,0329 26,96825 24 ICP Valid N (listwise)

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Berdasarkan grafik 2 Pergerakan Nilai ICP tahun 2014-2015 dan tabel output Deskripsi Statistik tersebut, harga minimum (terendah) 35,48 dan maksimum (tertinggi) selama pengamatan 108,9. Akhir tahun 2015 selama pengamatan, pergerakan harga tersebut terus mengalami penurunan.

b. Nilai Inflasi

Nilai Inflasi, yaitu Nilai kenaikan harga barang barang secara umum atau penurunan daya beli dari sebuah satuan uang.

Variabel Inflasi yang digunakan yaitu nilai inflasi bulanan yang merupakan perubahan kenaikan harga-harga umum secara terus menerus, yang dilihat dari laju inflasi yang terjadi di Indonesia dan dinyatakan dalam persen.

Laju inflasi tahun kedua = (CPI

tahun kedua-CPI tahun

pertama)/CPI tahun pertama

CPI = Consumer Price Index/ Indeks Harga Konsumen (IHK)

Inflasi adalah salah satu penyakit ekonomi di setiap negara,

semua negara baik negara maju maupun berkembang pasti mengalami apa yang disebut inflasi, hanya masalah besarannya saja yang berbeda. inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus (continue) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain: konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidaklancaran distribusi barang.

c. Kurs Rupiah

Kurs Rupiah merupakan nilai tukar mata uang rupiah terhadap mata uang dollar Amerika Serikat. Kurs yang digunakan adalah kurs tengah rupiah terhadap dollar Amerika Serikat yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia. Berikut hasil statistik deskriptif kurs rupiah selama periode Oktober 2014 – September 2015.

Tabel Deskriptif Nilai Kurs Rupiah

Descriptive Statistics

51 9808.60 10709.13 10199.15 244.43463 51

KURS

Valid N (listwise)

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Sumber : Data Sekunder.

Berdasarkan tabel hasil output perhitungan Deskripsi Statistik tersebut, dapat dilihat bahwa nilai rata-rata kurs rupiah selama periode

pengamatan adalah Rp. 10.199,15 per dollar Amerika Serikat. Nilai minimum (terendah) kurs rupiah adalah sebesar Rp.9.808,60 per

(22)

dollar Amerika Serikat yang terjadi pada pertengahan tahun 2015. Nilai maksimum (tertinggi) kurs rupiah adalah sebesar Rp. 10.709,13 per dollar Amerika Serikat yang terjadi

pada bulan November tahun 2015. Nilai standar deviasi kurs rupiah adalah sebesar 244,44. Kondisi ini dapat dilihat pada grafik pergerakan kurs rupiah dibawah ini.

Sumber: Data Sekunder.

Grafik 3

Pergerakan Kurs Rupiah d. Sertifikat Bank Indonesia

(SBI)

Sertifikat Bank Indonesia (SBI), merupakan surat berharga yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu 1-3 bulan dengan sistem bunga. SBI yang

dijadikan data dalam penelitian ini pada periode 2014-2015.

3. Pengaruh ICP, Inflasi, Kurs Rupiah dan SBI terhadap Nilai IHSG

Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan, berikut adalah hasil yang diperoleh:

M odel Summary ,824a ,680 ,612 1,71404 Model 1 R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Predictors: (Cons tant), INFLASI, ICP, SBI, KURS a. ANOVAb 118,463 4 29,616 10,081 ,000a 55,821 19 2,938 174,284 23 Regression Residual Total Model 1 Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Predictors : (Constant), INFLASI, ICP, SBI, KURS a.

Dependent Variable: IHSG b. Coefficientsa -78,980 32,717 -2,414 ,026 ,104 ,027 1,022 3,839 ,001 -,002 ,002 -,268 -1,029 ,316 15,450 4,013 ,534 3,850 ,001 -,571 ,294 -,279 -1,939 ,067 (Cons tant) ICP KURS SBI INFLASI Model 1 B Std. Error Unstandardiz ed Coefficients Beta Standardized Coefficients t Sig.

Dependent Variable: IHSG a.

(23)

Berdasarkan ouput hasil analisis data yang telah dilakukan, fungsi regresi yang dihasilkan sebagai berikut: Y = -78,980 + 0,104X1 - 0,002X2 +

15,450X3 - 0,571X4

Hasil ini menunjukkan bahwa,

Nilai koefisien b1 = 0,104. Besarnya

nilai koefisien adalah pengaruh dan besarnya pengaruh ICP terhadap IHSG. Nilai tersebut memberikan pengaruh terhadap IHSG 0,104 satuan jika terjadi perubahan satu satuan pada nilai ICP.

Nilai koefisien b2 = -0,002. Besarnya

nilai koefisien adalah pengaruh dan besarnya pengaruh Kurs terhadap IHSG. Nilai tersebut memberikan pengaruh negatif terhadap IHSG 0,002 satuan jika terjadi perubahan satu satuan pada nilai Kurs.

Nilai koefisien b3 = 15,450. Besarnya

nilai koefisien adalah pengaruh dan besarnya pengaruh SBI terhadap IHSG. Nilai tersebut memberikan pengaruh positif terhadap IHSG 15,450 satuan jika terjadi perubahan satu satuan pada SBI.

Nilai koefisien b4 = -0,571. Besarnya

nilai koefisien adalah pengaruh dan besarnya pengaruh Inflasi terhadap IHSG. Nilai tersebut memberikan pengaruh negatif terhadap IHSG 0,571 satuan jika terjadi perubahan satu satuan pada nilai Inflasi.

Nilai pengaruh bersifat signifikan atau tidak, dapat dilihat dari nilai F. Tingkat signifikansi 95% atauα = 0,05 = 5 % dan melihat nilai F dan sig pada tabel output SPSS yaitu F = 10,081 dan Sig = 0,001 dapat disimpulkan bahwa 0,001 < 0,05 berarti Ho ditolak.

Artinya besarnya pengaruh tersebut dinilai signifikan.

5. Hasil Uji Hipotesis dan Pembahasan

Hipotesis penelitian ini yaitu ”perubahan nilai ICP, Inflasi, Kurs Rupiah dan SBI berpengaruh terhadap IHSG”. Hasil perhitungan diperoleh bahwa hipotesis yang menyatakan perubahan nilai ICP, Inflasi, Kurs Rupiah dan SBI berpengaruh terhadap IHSG tersebut terbukti. Hasil ini menunjukkan bahwa ketika nilai ICP, Inflasi, Kurs dan SBI terdapat perubahan, maka IHSG akan mengalami perubahan.

Bagi investor, penurunan nilai saham mencerminkan situasi fundamental perekonomian Indonesia dalam kondisi yang kurang mendukung untuk berinvestasi. Ketika prospek perekonomian kurang mendukung untuk berinvestasi, para investor akan melepaskan saham yang dimilikinya untuk mengurangi resiko yang ditanggung. Investor yang melakukan aksi jual saham tersebut akan berpengaruh pada penurunan nilai IHSG.

Saat periode pengamatan, diperoleh nilai ICP mengalami penurunan signifikan katika pada waktu awal tahun 2015. Ini memberikan gambaran bahwa Nilai ICP menunjukkan kondisi saat ini tidak terlalu terpengaruh dengan bahan bakar yang tidak terbarukan, tetapi pengembangan teknologi yang mengarah untuk menggunakan bahan bakar jenis lain, yaitu bahan bakar yang terbarukan.

Berkaitan dengan nilai kurs rupiah terhadap dollar yang mengalami penurunan ketika akan dimulainya penerapan MEA, namun penurunan tersebut tidak berlangsung lama dan tidak memberikan pengaruh signifikan

(24)

terhadap nilai saham. Penurunan nilai tersebut dianggap oleh investor masih dianggap dalam batas kewajaran sebagai bentuk reaksi pasar valas terhadap perubahan situasi sehingga tidak sampai memberikan pengaruh signifikan terhadap nilai IHSG. Keadaan tersebut memberikan sinyal tentang perkembangan kondisi tersebut tentunya mengindikasikan perekonomian Indonesia dikatakan dalam situasi cukup baik.

Nilai SBI diidentikkan dengan aktiva yang bebas risiko, yaitu aktiva yang risikonya nol. SBI merupakan patokan dalam menentukan besarnya bunga kredit dan tabungan. Nilai SBI yang tinggi tidak menggairahkan perkembangan usaha-usaha karena mengakibatkan suku bunga bank yang lain juga tinggi. Sehingga rendahnya nilai SBI mengandung risiko lesunya ekonomi. Hal ini mengakibatkan tingginya risiko berinvestasi dipasar modal. Secara teoritis hubungan antara tingkat suku bunga dan kinerja pasar modal adalah berbanding terbalik (negatif). Jika nilai suku bunga naik, maka akan mengakibatkan pasar modal mengalami penurunan dan sebaliknya apabila nilai suku bunga turun maka akan mengakibatkan pasar modal mengalami peningkatan. Akan tetapi dalam kasus ini, SBI tercatat memberikan pengaruh positif. Hal ini tentu belum memberikan gambaran yang dapat digeneralisir, karena pada dasarnya penelitian ini hanya mengkaji momentum yang terjadi saat pemberlakuan MEA.

Informasi adanya pemberlakukan MEA, berdasarkan hasil pengematan yang dilakukan terkait dengan nilai ICP, Kurs dan SBI berpengaruh signifikan terhadap IHSG. Konteks pengaruh signifikan tersebut ternyata tidak serta merta membuat aktivitas

perekonomian menjadi terpengaruh secara signifikan pula. Hal ini tercermin dari stabilitas nilai IHSG selama periode pengamatan.

BAB V KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa ICP, Nilai Inflasi, Nilai Kurs dan SBI berpengaruh terhadap nilai IHSG, artinya setiap ada perubahan nilai ICP, Nilai Inflasi, Nilai Kurs dan SBI mempengaruhi perubahan nilai IHSG secara signifikan.

Hasil analisis data penelitian ini menunjukkan bahwa Indeks Harga Saham Gabungan dipengaruhi oleh ICP, Nilai Inflasi, Nilai Kurs dan SBI, pengaruh tersebut signifikan terhadap IHSG. Hasil ini tentunya memperkuat uraian yang telah dipaparkan pada tinjauan pustaka mengenai ICP, Nilai Inflasi, Nilai Kurs dan SBI. Hasil dari penelitian ini juga mendukung dari penelitian yang dilakukan oleh Dewi Ratih (2016) yang mengemukakan bahwa variabel harga minyak dunia ketika mengalami kenaikan maka indeks harga saham LQ45 juga akan ikut naik. Begitu juga nilai Kurs, memembrikan pengaruh terhadap pergerakan nilai IHSG.

Pengaruh ICP, Inflasi, Kurs dan SBI terhadap IHSG bersifat signifikan. Namun dalam prakteknya tidak setiap kenaikan harga ICP menyebabkan kenaikan harga BBM, karena Indonesia masih memiliki batasan harga ICP tertentu agar dapat menaikkan harga BBM.

Penelitian ini, SBI tercatat memberikan pengaruh positif. Hal ini tentu belum memberikan gambaran yang dapat digeneralisir, karena pada

(25)

dasarnya penelitian ini hanya mengkaji momentum yang terjadi saat pemberlakuan MEA tahun 2015.

Informasi adanya pemberlakukan MEA 2015, berdasarkan hasil pengematan yang dilakukan terkait dengan nilai ICP, Inflasi, Kurs dan SBI berpengaruh signifikan terhadap IHSG. Konteks pengaruh signifikan tersebut ternyata tidak serta merta membuat aktivitas perekonomian menjadi terpengaruh secara signifikan pula. Hal ini tercermin selama periode pengamatan tentang stabilitas nilai IHSG.

Berdasarkan hasil penelitian yang memperoleh nilai bahwa variabel ICP, Inflasi, Kurs Rupiah dan SBI berpengaruh terhadap IHSG. Investor yang akan menginvestasikan dananya di Bursa Efek Indonesia, akan memperhatikan pergerakan variabel tersebut. Memperoleh informasi sebanyak-banyaknya serta mengkaji informasi tersebut terutama masalah informasi yang dapat mempengaruhi pergerakan nilai pasar saham.

Mencermati perubahan nilai harga sahamnya bagi perusahaan adalah sebuah keharusan, karena jika terkena dampak kebijakan pemerintah perusahaan dapat mengambil keputusan untuk mengantisipasi hal tersebut. Sebab berdasarkan perhitungan, diperoleh nilai R Square adalah sebesar 0,61, ini berarti bahwa bahwa variasi dari variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini mampu menjelaskan 61% variasi variabel dependen. Ini berarti pergerakan IHSG dapat diprediksi dari pergerakan variabel-variabel independen tersebut.

Variabel yang mempengaruhi dalam penelitian ini adalah ICP, Nilai Inflasi, Nilai Kurs dan SBI, serta variabel yang dipengaruhi adalah

IHSG. Meskipun IHSG banyak dijadikan sebagai indikator para investor untuk mengamati pergerakan saham secara umum di Indonesia (Bisnis Indonesia, 2007), akan tetapi IHSG masih memiliki kelemahan sebagai indikator berinvestasi, kelemahan tersebut yaitu pergerakannya lebih banyak didorong oleh pergerakan saham-saham yang memiliki nilai modal besar (Samsul, 2008). Selain beberapa hal tersebut, informasi yang lain juga dapat meberikan pengaruh pergerakan harga saham perusahaan.

Hasil penelitian ini

mendeskripsikan bahwa variabel ICP, Inflasi, Kurs Rupiah dan SBI memberikan implikasi terhadap nilai IHSG. Berdasarkan hasil tersebut, para investor dan pengelola perusahaan diharuskan mencermati perubahan nilai harga sahamnya, sehingga jika terkena dampak kebijakan pemerintah perusahaan dapat mengambil keputusan untuk mengantisipasi hal tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

A.K Coleman dan K.A Tettey, 2008, Pasar Uang dan Pasar Valuta Asing. Jakarta: Salemba Empat

Ang, Robert, 1997, Buku Pintar: Pasar Modal Indonesia, First Edition Mediasoft Indonesia.

Arifin, Ali, 2002. Membaca Saham. Panduan Dasar Seni Berinvestasi dan Teori Permainan Saham: Kapan Sebaiknya Membeli, Kapan Sebaiknya Menjual, CV. Andi Offset, Yogyakarta.

(26)

Blanchard, Olivier, 2006, Macroeconomics, 4th Prentice Hall New Jersey.

Febriyanto, 2016, Analisis Pengaruh Nilai Kurs Rupiah, Nilai Indonesia Crude Price (ICP) dan Sertifikat Bank Indonesia (SBI) terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Menjelang Pemberlakuan MEA 2015, Jurnal Derivatif Vol. 10 No. 2. November 2016.

Husnan, Suad. 2006. Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.

Kuncoro, Mudrajad, 2001. Manajemen Keuangan Internasional. Yogyakarta: BPFE.

Lipsey, Ragan, Courant 1997, Market, Pricing, and Efficiency, Microeconomics.

Mankiw, N. Gregory, 2006. Pengantar Ekonomi Makro. Edisi Ketiga. Jakarta: Salemba Empat.

Murni, Asfia. 2013. Ekonomika Makro. Bandung: Refika Aditama.

Murni, Asfia. 2009. Ekonomika Makro. Bandung: Refika Aditama.

Pohan, A. 2008. Kerangka Kebijakan Moneter dan Implikasinya di Indonesia. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Ratih, Dewi. 2016. Pengaruh Kurs, Suku Bunga BI Rate, Harga Minyak Dunia terhadap Indeks Harga Saham LQ45 Periode Januari 2012-Desember 2014. Diss. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Rowland Pasaribu dan Mikail Firdaus, 2013. Analisis Pengaruh Variabel Makroekonomi terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia Jurnal Ekonomi & Bisnis, Vol.7, No. 2, pp.117-128.

Salvatore, Dominick., 1996, International Economics Fifth Edition, Prentice-Hall, Inc., A Simon & Company, New Jersey

Sugiyono, 2004, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Alfabeta, Bandung.

Sunariyah, 2006, Pengantar Pengetahuan Pasar Modal, Edisi Kelima, UPP STIM YKPN, Yogyakarta.

Suparmoko, 2000. Pengantar Ekonomika Makro, Edisi 4. Yogyakarta : BPFE

Tandelilin, Eduardus. 2007. Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio. Edisi Pertama.

Yogyakarta: BPFE

Yogyakarta.

http://id.wikipedia.org/wiki/IHSG

http://www.esdm.go.id/

(27)

www.idx.co.id

www.kompas.com

Gambar

Tabel Deskriptif Nilai Kurs Rupiah  Descriptive Statistics

Referensi

Dokumen terkait

Kemitraan merupakan langkah yang perlu ditempuh –khususnya oleh Subdit Satrolda, dalam mencegah praktik destructive fishing dan membentuk citra kepolisian sebagai pihak

Perbedaan lainnya, dapat dilihat dari dinamika stres pengasuhan pada ibu yang memiliki anak dengan gangguan spektrum autis tingkat berat dan tingkat sedang. Ibu yang

Langkah awal kita dalam mengelola autoresponder adalah dengan membuat grup. Anda bisa langsung klik menu Tambah Grup atau klik Icon Tambah Grup Anda juga bisa menggunakan drop down

Pelaksana IKD Unit Kerja menyusun Laporan Daftar Kebutuhan Kompetensi Unit Kerja (Laporan Daftar Kebutuhan), sesuai dengan format Peraga 3 dan menyampaikannya kepada

Gagal ginjal Kronik yang belum perlu dialisis adalah penyakit ginjal kronik yang mengalami penurunan fungsi ginjal dengan LFG 15-30 mL/menit, pada pasien ini

Sementara dalam permasalahan yang dibahas pada skripsi ini, bentuk kemanfaatan yang dimaksud adalah BPOM menjalankan serangkaian tugas, fungsi dan kewenangannya

Desa Wisata Kembangarum yang pengelolaannya dipegang oleh pihak ketiga mampu menciptakan atraksi wisata yang sangat kuat untuk menarik pengunjung, namun yang masih

P4 Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus, mari kita bersyukur atas kehadiran Yesus, Sang Putera Kudus di tengah dunia ini. Prmpn Mari kita bersyukur atas penyertaan Allah