• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mewujudkan Organisasi Spiritual Melalui Sistem Pengendalian Manajemen Mutu ISO 14001 : 2015 Berbasis Spiritualisme (Studi Pada PT. Semen Tonasa)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Mewujudkan Organisasi Spiritual Melalui Sistem Pengendalian Manajemen Mutu ISO 14001 : 2015 Berbasis Spiritualisme (Studi Pada PT. Semen Tonasa)"

Copied!
120
0
0

Teks penuh

(1)

(Studi Pada PT. Semen Tonasa)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Akuntansi Jurusan Akuntansi pada

Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam UIN Alauddin Makassar

Oleh: MIRNAWATI

90400114059

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

2018

(2)

ii

Dengan penuh kesadaran, penyusun yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bahwa skripsi ini benar adalah hasil karya penyusun sendiri. Jika dikemudian hari terbukti bahwa ia merupakan duplikasi, tiruan, plagiasi, atau dibuatkan oleh orang lain, sebagian dan seluruhnya, maka skripsi dan gelar yang diperoleh karenanya, batal demi hukum.

Makassar, Agustus 2018 Penyusun,

MIRNAWATI 90400114059

(3)
(4)

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis persembahkan kepada Allah Rabbul Alamin, zat yang menurut Al-Qur’an kepada yang tidak diragukan sedikitpun ajaran yang dikandungnya, yang senantiasa mencurahkan dan melimpahkan kasih sayang-Nya kepada hamba-Nya dan dengan hidayah-Nya jualah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan Salam kepada Rasulullah Muhammad SAW. Yang merupakan Rahmatan Lil Aalamiin yang mengeluarkan manusia dari lumpur jahiliyah, menuju kepada peradaban yang Islami. Semoga jalan yang dirintis beliau tetap menjadi obor bagi perjalanan hidup manusia, sehingga ia selamat dunia akhirat.

Skripsi dengan judul “Mewujudkan Organisasi Spiritual Melalui Sistem Pengendalian Manajemen Berbasis Spiritualisme (Studi Pada PT Semen Tonasa)” penulis hadirkan sebagai salah satu prasyarat untuk menyelesaikan studi S1 dan memperoleh gelar Sarjana Akuntansi di Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

Sejak awal terlintas dalam pikiran penulis akan adanya hambatan dan rintangan, namun dengan adanya bantuan moril maupun materil dari segenap pihak yang telah membantu memudahkan langkah penulis. Menyadari hal tersebut, maka penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada segenap pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skipsi ini.

Secara khusus penulis menyampaikan terima kasih kepada kedua orang tua tercinta ayahanda H. Malli dan Ibunda St. Aminah yang telah melahirkan, mengasuh, membesarkan dan mendidik penulis sejak kecil dengan sepenuh hati dalam buaian kasih sayang kepada penulis. Terima kasih juga kepada Ibunda

(5)

v

tercinta Ibu Yetti Ifneldhi dan Ibu Lies Danarjo yang telah memberikan semangat dan perhatian lebih kepada penulis.

Selain itu penulis juga mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak, diantaranya :

1. Bapak Prof. Dr. H.Musafir Pababbari, M.Si, selaku Rektor beserta Wakil Rektor I, II, III dan IV UIN Alauddin Makassar.

2. Bapak Prof. Dr. H. Ambo Asse., M.Ag selaku Dekan beserta Wakil Dekan I, II, dan III Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Alauddin Makassar. 3. Bapak Jamaluddin M, SE,.M.Si selaku Ketua Jurusan yang selalu

memberikan nasihat yang luar biasa.

4. Bapak Memen Suwandi SE., M.Si selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi UIN Alauddin Makassar sekaligus penasihat akademik yang selalu memberikan motivasi-motivasi yang luar biasa.

5. Bapak Mustakim Muchlis, SE. M.Si., Ak selaku pembimbing I yang selalu memberikan nasihat-nasihat serta masukan positif yang sangat bermanfaat dalam penyususnan skripsi ini.

6. Ibu Sitti Aisyah, S. Ag., M.Ag selaku pembimbing II yang dengan ikhlas telah memberikan bimbingan dan petunjuk kepada penulis sampai selesainya skripsi ini.

7. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Alauddin Makassar yang telah memberikan bekal ilmu dan pengetahuan yang bermanfaat.

8. Seluruh staf akademik, tata usaha, serta staf jurusan Akuntansi UIN Alauddin Makassar.

9. Seluruh Pegawai PT Semen Tonasa yang telah memberi izin dan memberikan informasi kepada penulis terkait data yang dibutuhkan untuk melakukan penelitian.

(6)

vi

10. Rekan-rekan seperjuangan Contabilita angkatan 2014 terkhusus untuk Akuntansi B, terima kasih atas segala motivasi dan bantuannya selama penyelesaian skripsi ini serta telah menjadi teman yang hebat bagi penulis. 11. Seluruh mahasiswa jurusan akuntansi UIN Alauddin Makassar, kakak-kakak

maupun adik-adik tercinta, terima kasih atas persaudaraannya serta berbagai dukungan dan motivasi yang diberikan.

12. Teman-teman KKN khususnya untuk teman posko di Desa Ta’cipong Kecamatan Amali, Kabupaten Bone yang senantiasa memberikan semangat dalam penyelesaian skripsi ini.

13. Teman-teman SMA Negeri 2 Pangkajene, khususnya BUNG HATTA yang selalu memberikan semangat dalam penyusunan skripsi ini.

14. Semua keluarga, teman-teman, dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu penulis dengan ikhlas dalam banyak hal yang berhubungan dengan penyelesaian studi penulis.

Akhirnya dengan segala keterbukaan dan ketulusan, skripsi ini penulis persembahkan sebagai upaya maksimal dan memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana Akuntansi pada UIN Alauddin Makassar dan semoga skripsi yang penulis persembahkan ini bermanfaat adanya. Aamiin. Kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT dan kekurangan tentu datangnya dari penulis. Kiranya dengan semakin bertambahnya wawasan dan pengetahuan, kita semakin menyadari bahwa Allah SWT adalah sumber segala sumber ilmu pengetahuan sehingga dapat menjadi manusia yang bertakwa kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Penulis,

MIRNAWATI 90400114059

(7)
(8)

viii

DAFTAR ISI

JUDUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PENGESAHAN SKRIPSI ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

ABSTRAK ... xi

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus ... 11

C. Rumusan Masalah ... 12

D. Tujuan Penelitian ... 13

E. Kegunaan Penelitian ... 13

F. Penelitian Terdahulu ... 15

BAB II : TINJAUAN TEORETIS A. Stakeholder Theroy... 17

B. Teori Spiritual Leadership ... 19

C. Spiritualisme ... 22

D. Organisasi Spiritual ... 25

E. Tanggungjawab Sosial Perusahaan ... 27

F. Good Corporate Governance ... 30

G. Sistem Penegndalian Manajemen ... 32

H. Sistem Pengendalian Manajemen Berbasis Spiritualisme ... 34

I. Rerangka Konseptual ... 37

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Lokasi Penelitian ... 40

B. Pendekatan Penelitian ... 41

C. Jenis dan Sumber Data ... 41

(9)

ix

E. Instrumen Penelitian ... 44 F. Pengujian Keabsahan Data ... 44 G. Metode Analisis Data ... 45 BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 46 B. Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 63 BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ... 83 B. Implikasi Penelitian... 84 C. Saran ... 85 DAFTAR PUSTAKA. ... 86-90 LAMPIRAN-LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP

(10)
(11)

xi

JUDUL : Mewujudkan Organisasi Spiritual Melalui Sistem Pengendalian Manajemen Mutu ISO 14001 : 2015 Berbasis Spiritualisme (Studi Pada PT.. Semen Tonasa)

Pertanggungjawaban sosial yang baik belum tentu membuat perusahaan tersebut menjadi organisasi spiritual. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pertanggungjawaban sosial PT. Semen Tonasa yang telah mengikuti prosedur dan peraturan pemerintah telah megindikasikan bahwa perusahaan tersebut termasuk organisasi spiritual selain itu untuk mengetahui pengaruh pertanggung jawaban sosial terhadap laba PT. Semen Tonasa.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif menggunakan pendekatan studi kasus dengan unit analisis PT. Semen Tonasa di Sulawesi Selatan. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara dan dukungan data sekunder lainnya. Metode analisis data menggunakan studi kasus dengan uji keabsahan data berdasarkan triangulasi data dan teori.

Hasil penelitian menemukan bahwa secara umum semua aktivitas pertanggungjawaban sosial perusahaan telah mengikuti nilai-nilai spiritualisme, begitupun dengan Sistem Pengendalian Manajemen. Meskipun secara khusus perusahaan tidak pernah melebelkan dirinya sebagai organisasi spiritual, pertanggungjawaban sosial yang dilakukan oleh perusahaan sedikit banyak telah memberikan dampak yang baik bagi keberlangsungan perusahaan serta laba yang dihasilkan oleh perusahaan. Hal ini sudah dibuktikan dengan beberapa penghargaan yang didapatkan oleh perusahaan serta penerapan prinsip GCG yang diterapkan oleh PT. Semen Tonasa

Kata kunci :Organisasi Spiritual, Manajemen mutu ISO 14001:2015 Berbasis

(12)

1

Pada zaman post modern, salah satu kecenderungan yang terjadi adalah turbulansi lingkungan yang sangat cepat. Turbulansi atau perubahan yang terjadi pada lingkungan mengakibatkan berubahnya segala sesuatu yang ada di lingkungan, seperti perubahan teknologi, budaya, serta perekonomian yang pada akhirnya menyebabkan terjadinya perubahan peranan pada individu di dalam menjalani kehidupan. Konsekuensi dari perubahan lingkungan yang terjadi menyebabkan manusia semakin terjebak ke dalam kebenaran semu, yang semuanya diukur dengan materi semata.1

Pemikiran-pemikiran tersebut dapat memunculkan berbagai tindakan yang tujuannya hanya berfokus pada materi, hal inilah yang menimbulkan merebaknya praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme. Realitas memprihatinkan seperti itu cukup membuktikan bahwa perhatian pada aspek spiritual dalam praktik kepemimpinan di negeri ini masih kurang.2 Beberapa tahun terakhir ini, spiritualitas telah menjadi istilah dalam bahasa umum yang digunakan untuk menggambarkan aktivitas pencarian akan pemikiran yang melampaui batas yang dilakukan oleh seseorang atau individu.3

1

Mohammed Arif, Spiritual Manajemen : Sebuah Refleksi dari Perkembangan Ilmu Manajemen(Jurnal Ekonomi MODERNISASI, 2010), h.173

2

Arcadius Bachri, Meyakinkan Validitas Data Melaluli Triangulasi pada Penlitian Kualitatif (Jurnal Teknologi Pendidikan, 2014), h.49

3

Syamsuddin dan Aslinda Azman, Memahami Dimensi Spiritualitas dalam Praktek Pekerjaan Sosial(Understanding The Dimension of Spirituality in Sosial Work Practice) (Jurnal Informasi,2012), h.113

(13)

Spiritual sendiri berasal dari kata spirit, yang berarti semangat, kehidupan, pengaruh, dan antusiasme. Spirit juga sering diartikan sebagai entitas, atau suatu bentuk energi yang hidup dan nyata, meskipun tidak kelihatan di mata biasa dan tidak punya badan fisik seperti manusia.4 Menurut kamus Merriam Webster spiritual dapat diartikan sebagai suatu sikap yang sangat religius dimana sikap tersebut berkaitan dengan hubungan sang pencipta tergantung dari kepercayaan individu tersebut.5 Pada prakteknya spiritualitas merupakan aspek penting dalam kehidupan seseorang, oleh karena itu seorang pekerja sosial dalam memberikan pelayanan psikososial sebagai layanan utama (core-services)

semestinya tidak terlepas dari isu dan nilai-nilai spiritualitas.6

Dunia bisnis saat ini tidak dapat dilepaskan dari kinerja individu-individu di dalam perusahan. Kinerja individu tersebut sangat menentukan kinerja perusahaan itu sendiri, sayangnya saat ini sebagian besar pengelola perusahaan tidak mengerti bagaimana mengelola sumber daya manusia secara tepat dan efisien sehingga karyawan dapat memberikan kontribusi yang efektif bagi perusahaan,7 sebagian di antaranya justru terpaku pada upaya untuk meningkatkan keuntungan finansial semata.8 Pada sisi yang lain konsekuensi dari penerapan prinsip tersebut menunjukkan dampak yang kurang memuaskan.

4

Hasan, Spiritualitas dalam Perilaku Organisasi (Jurnal Dinamika Ekonomi dan Bisnis, 2010) h.82

5

Khoirul Anam, Pengembangan Manajemen Spiritual di Sekolah (Jurnal Ta’allum, 2016) h.102

6

Syamsuddin dan Aslinda Azman, Memahami Dimensi Spiritualitas dalam Praktek Pekerjaan Sosial(Understanding The Dimension of Spirituality in Sosial Work Practice) h.112

7

Ang Swat Lin Lindawati dan Marsella Eka Puspita, Corporate Social Responsibility : Implikasi Stakeholder dan Legitimacy GAP dalam Peningkatan Kinerja Perusahaan (Jurnal Akuntansi Multiparadigma, 2011) h.158

8

Leo Agung Manggala Yogatama dan Nilam Widyarini, Kajian Spiritualitas di Tempat Kerja pada Konteks Organisasi Bisnis (Jurnal Psikologi, 2015) h.2

(14)

Fakta menunjukkan banyaknya skandal yang melanda perusahaan, serta rendahnya kepedulian mereka akan tanggung jawab sosial dan lingkungan menyiratkan bahwa terjadi perubahan yang sangat besar pada para pelaku akuntansi,9 hal ini dianggap bertolak belakang dengan prinsip organisasi spiritual, dimana organisasi spiritual adalah organisasi yang memiliki tujuan utama dan niat luhur yang melampaui kesuksesan materi sebagai landasan operasinya.10 Tujuan tersebut termasuk memberikan kebahagiaan kepada seluruh stakeholdernya

(investor, karyawan, pelanggan, lingkungan, dan masyarakat).

Organisasi spiritual tidak hanya terbatas pada lingkup agama saja, lebih jauh organisasi spiritual merupakan aktivitas operasional perusahaan yang berlandaskan nilai-nilai spiritual, yang berfungsi sebagai pedoman moral yang mengarahkan motivasi, keputusan, dan tindakan kita.11 Perusahaan yang menyandarkan kegiatannya pada aspek spiritual terbukti mampu bertahan dan berkembang. Nilai spiritual tidak dapat dilepaskan dari nilai-nilai etika, nilai etika berasal dari agama yang dimana etika merupakan sumber yang dapat dijadikan sebagai pedoman untuk mengetahui yang baik dan buruk serta membedakan yang benar dan yang salah.12

Manajemen spiritual sebagai alternatif jawaban atas berbagai kondisi yang terjadi di dalam praktik bisnis dimana perilaku-perilaku manajemen berperan

9

Agus Budi Sulistiyo, Peran Spiritualitas Keagamaan Bagi Akuntan dalam Lingkungan Organisasi (Jurnal Review Akuntansi dan Keuangan, 2011), h. 127

10

Sujoko Efferin, Sistem Pengendalian Manajemen Berbasis Spiritualisme (Seri Media dan Literasi Rumah Peneleh, 2016) h.15

11

Prof.Dr.Wibowo,S.E.,M.Phil, 2015. Perilaku Dalam Organisasi. Jakarta:Rajawali Pers. Hal 99

12

Nur Indah Riwajanti, Integritas Unsur Spiritualitas dalam Prinsip Good Corporate Governance: Revitalisasi Nilai Koperasi (Jurnal Akuntansi dan Keuangan Islam, 2017) h.168

(15)

dalam menumbuhkan kesadaran kebersamaan dan mengoptimalkan potensi manusia di dalam menjaga martabat serta sebagai cara unik dirinya di dalam bertahan menjalani kehidupan didunia ini. Saat ini, muncul keyakinan terkait kesadaran spiritual, dimana kesadaran spiritual dibutuhkan sebagai kekuatan untuk mengurangi dampak dari sistem kapitalisme dalam praktek bisnis dan manajemen yang bertindak secara bebas serta merusak lingkungan bahkan kehidupan masyarakat.13 Organisasi yang telah menerapkan prinsip spiritualitas dalam manajemen bisnisnya akan menjalankan aktivitas perusahaan dengan berlandaskan pada kesejahteraan dan keadilan, bukan hanya untuk perusahaan sendiri melainkan juga kepada seluruh stakeholdersnya.

Sistem Pengendalian Manajemen dapat berkontribusi untuk menciptakan anggota organisasi yang saling peduli, saling mendukung, dan mengembangkan kegembiraan dalam bingkai kerjasama yang positif diantara mereka, mereka bukan lagi bekerja atas dasar keinginan ego semata, namun sambil menumbuh kembangkan welas asih, kesadaran penuh, makna terdalam dari pekerjaan yang dilakukan, dan transendensi.14 Peran dan kualitas sumber daya manusia yang ada di dalam organisasi menjadi tolak ukur keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai tujuan organisasi untuk mewujudkan visi dan misinya, dengan demikian diperlukan adanya pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas, sehingga dalam bekerja dapat memberikan hasil yang optimal.15

13

Khoirul Anam, Pengembangan Manajemen Spiritual di Sekolah (Jurnal Ta’allum, 2016) h.102

14

Sujoko Efferin, Sistem Pengendalian Manajemen Berbasis Spiritualisme (Seri Media dan Literasi Rumah Peneleh, 2016) h.61

15

Ronald Tanuwijaya, Pengarus Spiritual Leadersip dan Kepuasan Kerja terhadap Kinerja Karyawan pada PT. Sari Pawita Pratama (Jurnal Agora, 2015) h.50

(16)

Sebuah standar telah diciptakan guna melakukan proses manajemen dalam hal pengawasan, kontrol, dan improvisasi di bidang lingkungan untuk mengurangi dampak adanya aktivitas industri. International Standard Organization (ISO) 14001 merupakan standar yang digunakan untuk membantu sebuah perusahaan merealisasikan manajemen industri terhadap lingkungan. ISO 14001 bagi perusahaan telah menjadi acuan agar dapat melakukan perhatian kepada lingkungan di setiap aspek dari operasi dan prosedur yang diterapkan perusahaan.

Penerapan Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001 sebagai sebuah standar adalah untuk mendukung perlindungan lingkungan dan pencegahan pencemaran yang seimbang dengan kebutuhan sosial ekonomi. Keuntungan ekonomi, yang dapat diperoleh dari SML 14001 antara lain yaitu memperbaiki kinerja ligkungan secara keseluruhan, menghasilkan suatu kerangka kerja dalam upaya untuk pencegahan polusi, meningkatkan efisiensi dan penghematan biaya potensial, dan meningkatkan citra perusahaan.

Perusahaan sebagai sebuah sistem, dalam keberlanjutan dan keseimbangannya tidak dapat berdiri sendiri. Keberadaan perusahaan dalam lingkungan masyarakat, membawa pengaruh bagi kehidupan sosial, ekonomi, serta budaya.16 Sudah menjadi fakta bagaimana resistensi masyarakat sekitar, diberbagai tempat dan waktu muncul kepermukaan terhadap perusahaan yang dianggap tidak memperhatikan aspek-aspek sosial, ekonomi dan lingkungan

16

Isma Rosyida dan Fredian Tonny Nasdian, Partisipasi Masyarakat dan Stakeholder dalam Penyelenggaraan Program Corporate Social Responsibility (CSR) dan dampaknya terhadap Komunitas Pedesaan (Jurnal Transdisiplin Sosiologi, Komunikasi, dan Ekologi Manusia, 2011) h.51

(17)

hidupnya.17 Fenomena perkembangan isu Corporate Social Responsibility (CSR) cukup popular di Indonesia dalam beberapa tahun ini.

Banyak perusahaan yang mulai antusias dalam menjalankan aktivitas CSR dengan beberapa alasan, diantaranya adalah agar dapat meningkatkan citra perusahaan, agar dapat membawa keuntungan tersendiri bagi perusahaan, dan agar dapat menjamin keberlangsungan perusahaan.18 Pengungkapan CSR dapat memberikan keuntungan tersendiri bagi perusahaan dalam hal pendanaan yang di dasarkan atas kecenderungan investor untuk berinvestasi pada perusahaan yang memiliki etika bisnis yang baik, praktik terhadap karyawan yang baik, peduli terhadap dampak lingkungan dan memiliki tanggung jawab sosial perusahaan.19

Perlu ditekankan bahwa perusahaan yang pertanggungjawaban sosialnya baik belum tentu membuat perusahaan menjadi organisasi spiritual. Jika CSR dilakukan sebagai aktivitas yang tersendiri terpisah dari main business perusahaan tersebut, maka CSR tadi hanya sekedar berfungsi sebagai aktivitas “mencuci piring” untuk “mengganti” kerusakan yang mungkin timbul dalam aktivitas bisnis utamanya.20 Oleh karena itu perusahaan harus dengan tulus melaksanakan CSRnya, bukan hanya sekedar tangung jawab bisnis, tetapi juga memiliki tanggung jawab moral kepada masyarakat dan lingkungan. Sebagaimana dalam

17

Azwir Nazir dkk, Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Leverage, Profitabilitas, Ukuran, dan Umur Perusahaan terhadap Pengungkapan Informasi Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan pada Perusahaan Food and Beverage yang Terdaftar di BEI (Jurnal Ekonomi, 2013) h.2

18

Ni Made Windya Apriyanti dan I.G.A.N. Budiasih, Profitabilitas dan Corporate Social Responsibility pada Perusahaan High dan Low Profile (E-jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 2016) h.97

19

Ang Swat Lin Lindawati dan Marsella Eka Puspita, Corporate Social Responsibility : Implikasi Stakeholder dan Legitimacy GAP dalam Peningktan Kinerja Perushaan (Jurnal Akuntansi Multiparadigma, 2015) h.158

20

Sujoko Efferin, Sistem Pengendalian Manajemen Berbasis Spiritualisme (Seri Media dan Literasi Rumah Peneleh, 2016) h.61

(18)

Islam dijelaskan tentang peranan manusia sebagai khalifah dalam QS.Al-Baqarah/2:30.21



                                                Terjemahnya :

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."

Berdasarkan ayat diatas diketahui bahwa sebagai khalifah/manusia bertanggungjawab untuk menguatkan syariat Islam dalam segenap aspek kehidupannya, memastikan keharmonisan, keamanan dan kesejahteraan hidup. Manusia harus mampu memastikan, bahwa setiap tindakan dan perbuatannya tidak akan merugikan pihak lain bukan hanya kepada manusia tetapi juga kepada lingkungan, demi terciptanya keamanan dan kesejahteraan hidup.

CSR bukan hanya menjadi pelindung perusahaan dari peraturan perundang-undangan, tetapi juga sebagai pelindung dari tekanan pihak lain yang akan terus berlanjut untuk mempengaruhi perilaku bisnis korporasi.22 Tekanan ini datang antara lain dari para pemegang saham, LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat), partner bisnis (terutama dari negara yang komunitas bisnisnya peka

21

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya (Surabaya,. Karya Agung, 2006)h…..

22

Anwar Hamdani dan I Gusti Putu Diva Awatara, Pengaruh Tanggung Jawab Sosial Perusahaan terhadap Komitmen Organisasi dan Kinerja Karyawan (Jurnal Aplikasi Manajemen, 2016) h.205

(19)

terhadap CSR) dan advokat yang memperjuangkan kepentingan publik (public inter-est lawyers). Dalam ayat lain yakni QS. Al-Mukmin/40 : 39-40.23

                                                          Terjemahnya :

“(39) Hai kaumku, Sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara) dan Sesungguhnya akhirat Itulah negeri yang kekal. (40) Barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, Maka Dia tidak akan dibalasi melainkan sebanding dengan kejahatan itu. dan Barangsiapa mengerjakan amal yang saleh baik laki-laki maupun perempuan sedang ia dalam Keadaan beriman, Maka mereka akan masuk surga, mereka diberi rezki di dalamnya tanpa hisab.”

Berdasarkan ayat diatas sangat jelas terlihat bahwa sangat dianjurkan kepada manusia untuk memperhatikan kepentingan orang lain diatas kepentingan pribadi hal ini dikarenakan setiap kekayaan merupakan titipan sementara yang diberikan Allah SWT untuk dikelola sebaik-baiknya dan untuk memberikan manfaat kepada orang lain. Jika dikaitkan dengan perusahaan, dalam memperoleh keuntungannya perusahaan harus memperhatikan kepentingan masyarakat dan lingkungan sekitarnya di atas kepentingan pribadi perusahaan. Penentuan nilai-nilai yang dianut oleh perusahaan dalam menciptakan keseimbangan diharapkan mampu menumbuhkan motivasi pada karyawan, yang tentunya akan berpengaruh terhadap komitmen, inisiatif dan kreatifitas karyawan. Oleh karena itu, dibutuhkan

23

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya (Surabaya,. Karya Agung, 2006)h…..

(20)

kemampuan dari individu dalam melakukan pengendalian diri secara terus menerus selama kegiatan, tujuan serta hasil-hasil yang bermakna.24

Penerapan tata kelola yang baik atau Good Corporate Governance

(GCG), merupakan konsep yang menekankan pentingnya para stakeholder untuk memperoleh informasi yang benar, akurat, dan dapat diperatanggungjawabkan.25 Prinsip-prinsip GCG harus benar-benar merujuk kepada prinsip serta nilai ekonomi dan bisnis yang telah diterapkan dalam ajaran agama, agar perusahaan dalam menjalankan kewajibannya tidak hanya mementingkan keuntungan bisnis semata, tetapi juga memperhatikan seluruh stakeholders. Menerapkan etika bisnis secara konsisten hingga dapat mewujudkan iklim usaha yang sehat, efisien dan transparan. Hal ini merupakan sumbangsih besar yang dapat diberikan oleh dunia usaha untuk mendorong terciptanya pasar yang efisien, transparan, dan mampu memberikan manfaat yang besar bagi seluruh stakeholdernya.

PT. Semen Tonasa merupakan salah satu contoh perusahaan yang melakukan CSR sesuai dengan peraturan perundang-undangan. PT. Semen Tonasa adalah produsen semen terbesar dikawasan Indonesia Timur, berbagai penghargaan terkait lingkungan banyak didapatkan oleh perseroan ini, baru-baru ini PT. Semen Tonasa menjadi sorotan di ajang Indonesian Sustainable Development Goals Award (ISDA) 2017 dengan meraih enam penghargaan sekaligus dan tiga di antaranya adalah kategori program. Untuk bidang lingkungan perseroan ini meraih Platinum, sementara untuk bidang pendidikan dan kesehatan

24

Mohammed Arif, Spiritual Manajemen : Sebuah Refleksi dari Perkembangan Ilmu Manajemen(Jurnal Ekonomi MODERNISASI, 2010), h.173

25

Yusi Septa Prasetia dan Mohammad Gozali. Pendekatan Prinsip Good Corporate Governance dalam Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Insani (SDI) (Jurnal Ekonomi Syariah Indonesia, 2016) h.1

(21)

perseroan meraih Gold. Sebagai Perseroan yang beroperasi dan berkembang ditengah masyarakat, Semen Tonasa turut bertanggungjawab dalam mendorong kemajuan masyarakat sekitar, dengan berdasar pada tujuh prinsip utama yakni, transparansi dan akuntabilitas, kearifan lokal, kejujuran dan kepercayaan, keswadayaan, keadilan, kemitraan dan kesetaraan, serta kemandirian. Dalam pelaksanaannya, program tanggung jawab sosial dan lingkungan Semen Tonasa dinamakan Tonasa Bersaudara yang memiliki lima pilar, yaitu Tonasa Mandiri, Tonasa Cerdas, Tonasa Sehat, Tonasa Bersahaja, dan Tonasa Hijau.

Kepedulian Semen Tonasa bukan hanya kepada masyarakat dan lingkungan, tetapi juga kepada seluruh karyawannya. Perseroan menyadari bahwa karyawan merupakan motor penggerak roda kehidupan perusahaan. Perseroan bertanggungjawab dalam melindungi karyawannya, agar keselamatan dan kesehatan setiap karyawan tetap terjaga. Sejak tahun 2001, perseroan telah menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman, sehat, dan sejahtera sehingga diharapkan dapat mengurangi tingkat kecelakaan dan pencemaran serta penyakit akibat kerja. Selain itu, terkait produknya Perseroan juga selalu berusaha memberikan pelayanan yang baik, ini terbukti dengan diterapkannya Sistem Manajemen Mutu produk yang merupakan salah satu upaya perseroan dalam menyikapi perubahan ekonomi dan persaingan global. Seluruh aktivitas operasional perusahan selalu diupayakan memenuhi persyaratan manajemen mutu ISO 9001, baik terhadap pengelolaan bahan baku maupun produk akhir. Dalam QS. At-Tawbah/9:105 dijelaskan bahwa :

(22)

   



Terjemahnya :

Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, Maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.”26

Dalam ayat di atas dijelaskan, bahwa setiap pekerjaan yang dilakukan dengan sungguh-sunnguh akan memperoleh balasan dari Allah SWT sehingga pekerjaan yang baik akan memberikan hasil yang baik pula.

Berdasarkan latar belakang diatas, penelitian ini bermaksud untuk mengetahui apakah dengan menerapkan CSR sesuai dengan prosedur yang ada sudah menjadikan Tonasa sebagai Organisasi Spiritual?

B. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus

Fokus penelitian ini adalah bagaimana penerapan Sistem Pengendalian Manajemen dalam mewujudkan organisasi spiritual, dimana spiritual banyak didefinisikan dalam arti sempit oleh sebagian orang, mereka berpendapat bahwa spiritual hanya hubungan kita dengan Tuhan, padahal spiritual juga berkaitan dengan masyarakat dan lingkungan. Saat ini manusia banyak memisahkan setiap kegiatannya dengan spiritual mereka, karena menganggap bahwa keduanya adalah hal yang jauh berbeda. Namun, tanpa diketahui banyak orang sadar bahwa dengan menggabungkan setiap tindakan dengan spiritual akan memberikan perubahan dan dampak yang jauh lebih baik. Perusahaan yang memiliki pertanggungjawaban

26

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya (Surabaya,. Karya Agung, 2006) h…..

(23)

yang baik bukan hanya terlindungi dari peraturan, tetapi juga akan menimbulkan kesan yang baik di mata masyarakat khususnya para konsumen, dengan memperhatikan lingkungan perusahaan pun sama dengan melakukan investasi jangka panjang.

Objek dalam penelitian ini adalah PT. Semen Tonasa, dipilihnya perseroan ini sebagai objek dalam penelitian adalah karena perseroan tersebut telah melakukan pertanggungjawaban sosial dengan sangat baik, ada banyak penghargaan yang telah diperoleh Semen Tonasa. Perseroan ini sudah sejak lama terkenal dengan perhatiannya yang tidak hanya kepada lingkungan tetapi juga kepada masyarakat. Namun, pertanngungjawaban yang baik belum tentu menjadikan perusahaan sebagai organisasi spiritual.

C. Rumusan Masalah

Sistem Pengendalian Manajemen memiliki peranan yang sentral dalam mengedukasi para anggota organisasi dan menumbuhkembangkan spiritualitas dalam organisasi. Organisasi spiritual tidaklah semata-mata berbentuk organisasi yang memberikan uang dan bantuan lainnya kemereka yang membutuhkan. Organisasi spiritual dapat dijalankan dengan berwawasan pertumbuhan dan penciptaan surplus untuk keberlangsungan perusahaan dalam jangka panjang. Saat ini banyak perusahaan yang melakukan pertanggungjawaban sosialnya hanya untuk tujuan pencitraan semata, padahal tujuan utama dari pertanggungjawaban sosial pada perusahaan adalah pembangunan berkelanjutan. Keberhasilan suatu perusahaan ditandai dengan kinerja keuangan yang positif baik dari segi pencapaian laba maupun pertumbuhan perusahaan

(24)

Berdasarkan latar belakang tersebut, adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana peran GCG dalam Mewujudkan Organisasi Spiritual di PT. Semen Tonasa?

2. Bagaimana pengaruh pertanggungjawaban sosial terhadap pendapatan bersih PT. Semen Tonasa?

3. Bagaimana Sistem Pengendalian Manajemen PT. Semen Tonasa dari sudut pandang Spiritualisme?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui peran GCG dalam Mewujudkan Organisasi Spiritual di PT. Semen Tonasa

2. Untuk mengetahui pengaruh pertanggungjawaban sosial terhadap pendapatan bersih PT. Semen Tonasa

3. Untuk mengetahui Sistem Pengendalian Manajemen PT. Semen Tonasa dari sudut pandang Spiritualisme

E. Kegunaan Penelitian 1. Manfaat Teoretis;

Manfaat teoretis dalam penelitian ini diharapkan mampu menyempurnakan Spiritual Leadership, teori yang dimaksud di sini adalah kepemimpinan yang lebih banyak mengandalkan kecerdasan spiritual dalam kegiatan kepemimpinan. Spiritual Leadership digagas oleh Tobroni. Secara lebih

(25)

jauh, Spiritual Leadership adalah seseorang pemimpin yang dapat menerapkan nilai-nilai spiritual kedalam praktik kepemimpinan sehari-hari

2. Manfaat Praktis;

Penelitian ini diharapkan dapat membuka wawasan para pembaca khususnya para pemilik organisasi, bahwa dalam memperoleh keuntungan bagi organisasinya haruslah memperhatikan setiap aspek-aspek yang ada di lingkup organisasi dengan membuang pikiran dan tindakan egoistik. Penulis juga menganjurkan kepada setiap organisasi untuk mulai menghindari istilah profit dan menggunakan istilah surplus. Hal ini, dapat berdampak pada pola pikir dan tindakan organisasi.

Penggunaan istilah profit atau keuntungan memiliki arti sempit, dimana organisasi ada untuk keuntungan setiap tindakan dan tujuannya hanya berfokus pada keuntungan. Sedangankan istilah surplus atau kelebihan pendapatan setelah dikurangi biaya-biaya operasional dan kontribusinya bagi masyarakat dan lingkungan hidup diharapkan dapat memberikan pemahaman kepada organisasi bahwa dalam setiap aktivitas operasionalnya tidak terpisah dengan masyarakat dan lingkungan.

Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan pemahaman kepada masyarakat, bahwa tidak semua organisasi khusunya di bidang pertambangan itu memberikan dampak buruk. Masyarakat perlu untuk mendukung dan memberikan kesempatan kepada para organisasi untuk menunjukkan bentuk pertanggung jawabannya.

(26)

3. Manfaat Regulasi;

Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan Undang Undang No. 40 Tahun 2007 pasal 1 angka 3 UUPT, dimana tanggung jawab sosial dan lingkungan adalah komitmen perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi perseroan sendiri, komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya.

F. Penelitian Terdahulu

Penelitian ini merupakan penelitian yang melihat bahwa spiritual menjadi landasan yang sangat penting bagi seorang individu.

Tabel 1.1 Penelitian Terdahulu

No Peneliti Judul Hasil Penelitian

1 2 3 4 1 Bonnie Soeherman (2017) Ramayana Walmiki : Eksplorasi Holistik Sistem Pengendalian Manajemen

Penelitian ini menemukan variasi konsep dan implikasi antara SPM modern pada umumnya dan pemikiran Walmiki dalam kitab Ramayana. Keduanya memiliki kelebihan dan asumsinya sendiri. Dimensi SPM modern lebih didominasi unsur pikiran-pikiran rasional. SPM dalam kacamata Walmiki lebih mengedepankan dimensi spiritual. 2 Budi Gautama Siregar (2015) Penerapan Corporate Social Responsibility (CSR) dalam Pandangan Islam

Menurut Islam, CSR yang dilakukan harus bertujuan untuk menciptakan kebajikan yang dilakukan bukan melalui aktivitas-aktivitas yang mengandung unsur-unsur riba, melainkan dengan praktik yang diperintahkan Allah berupa zakat, infak, sedekah, dan wakaf. CSR juga

(27)

harus mengedepankan nilai kedermawanan dan ketulusan hati. 3 Sueb dan Keraf (2012) Relasi Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001 dan Kinerja Keuangan

Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah antara elemen sistemn manajemen lingkungan yang satu dengan lainnya mempunyai hubungan dan saling mempengaruhi. Elemen yang mempunyai hubungan paling kuat adalah penerapan dan operasi dan pengkajian manajemen, sedangkan elemen yang

mempunyai hubungan paling lemah adalah kebijakan lingkungan dan tindakan pemeriksaan dan perbaikan. Implementasi sistem

manajemen lingkungan

berpengaruh positif terhadap pencapaian kinerja keuangan pada perusahaan yang sudah memperoleh sertifikat ISO 14001 dan terdaftar

di bursa efek Indonesia. Penerapan dan operasi merupakan salah satu elemen SML ISO 14001 yang sangat

berpengaruh dalam pencapaian kinerja keuangan

4 Fitri Nur Rilah dan Indah Riwijanti (2017) Integrasi Unsur Spiritualitas dalam Prinsip Good Corporate Governance : Revitalisasi Nilai Koperasi

Pada model GCG, lapisan pondasi yang paling atas adalah asas koperasi serta prinsip dan nilai koperasi. Nilai spiritualitas dan nilai ideografik ini dikemas dalam teori etika. Dalam hal ini teori etika yang terkait adalah teori etika yang bersumber dari agama dan teori etika otonom, sekaligus merujuk pada firman-firman Allah yang menyerukan pada nilai-nilai spiritualitas. Jika teori etika ini dijadikan dasar dalam pengelolaan koperasi yang notabene menghasilkan suatu bentuk pertanggungjawaban, maka teori akuntansi sebagai ideologi juga nampak. Integrasi nilai spiritualitas (nilai koperasi) dalam prinsip GCG menuju akuntansi pertanggung jawaban spiritualitas.

(28)

17

BAB II

TINJAUAN TEORETIS

A. Stakeholder Teory

Stakeholder theory merupakan teori yang dikembangkan oleh R. Edward Freeman (1984). Teori stakeholder dapat diartikan sebagai kumpulan kebijakan dan praktik yang berhubungan dengan stakeholder, nilai-nilai, pemenuhan ketentuan hukum, penghargaan masyarakat dan lingkungan, serta komitmen orgnisasi untuk kontribusi dalam pembangunan secara berkelanjutan.27 Berdasarkan stakeholder theory perusahaan harus menciptakan kekayaan untuk semua stakeholders hal ini berbeda dengan model keuangan tradisional yang mencipakan nilai hanya untuk agent dan principle (pemegang saham).

Stakeholder sendiridibagi menjadi dua, yaitu stakeholder internal yang terdiri dari pemilik, manajemen, dan karyawan; dan stakeholder eksternal yang terdiri dari pemerintah, masyarakat, lingkungan dan pemangku kepentingan masa depan.28

Teori ini menyatakan kesepakatan antara perusahaan dengan masyarakat, yang mengijinkan perusahaan untuk mengkonsumsi sumberdaya alam, manusia dan sumberdaya lain untuk menghasilkan barang dan jasa serta menghasilkan limbah (dengan cara yang dapat mempertahankan keberlangsungan masyarakat dan lingkungan) sehingga pada saat yang sama harus menciptakan kekayaan juga bagi semua stakeholders dan pihak lain yang berkepentingan. Tanggung jawab

27

Freeman, R. Edward. Stakeholder Theory Of The Modern Corporation. (General Issues in Businness Ethics, 2002) hal. 40

28

Hernadi, B. H. Green Accounting For Corporate Sustainibility. (Club of Economics di Miskolc' TMP, 2012). hal. 28.

(29)

sosial dan lingkungan dalam suatu perusahaan dapat membantu memperkuat hubungan antara perusahaan dan masyarakat dimana perusahaan tersebut beroperasi.

Mengutamakan kepentingan para pemangku kepentingan akan memberikan kesan baik dan citra perusahaan akan menjdi baik pula, sebaliknya mengabaikan kepentingan para pemangku kepentingan dapat mencemari citra publik perusahaan, konsekuensi terburuknya adalah akan mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan. Teori stakeholder merupakan suatu teori yang mengatakan bahwa keberlangsungan suatu perusahaan tidak terlepas dari adanya peranan

stakeholder baik dari internal maupun eksternal dengan berbagai latar belakang kepentingan yang berbeda dari setiap stekaholder yang ada.29

Stakeholder memiliki peran yang sangat penting dalam sebuah perusahaan untuk itu dalam mencapai harapan para stakeholder, perusahaan harus melakukan penyampaian pengungkapan yakni pelaporan aktivitas sosial dan lingkungan. Pengungkapan tersebut dilakukan dengan harapan mendapatkan dukungan dari stakeholder dan demi keberlangsungan usaha.

Proposisi utama dari stakeholders theory adalah perusahaan dapat bertahan tergantung pada keberhasilan dari manajemen perusahaan untuk menjaga hubungan dengan para stakeholdernya, yang kemudian membutuhkan informasi terkait ekonomi, sosial, dan lingkungan yang terpengaruh oleh kinerja perusahaan,

29

Ang Swat Lin Lindawati dan Marsella Eka Puspita, Corporate Social Responsibility : Implikasi Stakeholder dan Legitimacy GAP dalam Peningktan Kinerja Perushaan (Jurnal Akuntansi Multiparadigma, 2015) h.160

(30)

apabila perusahaan terus menerus menggunakan sumber dayanya atau dampak terhadap kinerja apabila perusahaan tidak lagi menggunakan sumberdaya tersebut. Ada beberapa alasan yang mendorong perusahaan perlu memperhatikan kepentingan stakeholders, yaitu isu lingkungan melibatkan kepentingan berbagai kelompok dalam masyarakat yang dapat mengganggu kualitas hidup mereka. Era globalisasi telah mendorong produk-produk yang diperdagangkan harus bersahabat dengan lingkungan. Investor dalam menanamkan modalnya cenderung untuk memilih perusahaan yang memiliki dan mengembangkan kebijakan dan program lingkungan, LSM dan pencinta lingkungan makin vokal dalam mengkritik perusahaan-perusahaan yang kurang peduli terhadap lingkungan.30 Jadi dengan memperhatikan masyarakat itu berarti perusahaan telah memenuhi tanggung jawab mereka kepada stakeholder eksternalnya.

B. Teori Spiritual Leadership

Dalam perspektif sejarah, Kepemimpinan spiritual dalam perspektif sejarah telah dicontohkan dengan sangat sempurna oleh Nabiullah Muhammad SAW. Integritasnya yang luar biasa serta gelar yang diperoleh sebagai al-amin

atau yang dapat dipercaya mebuat Nabi Muhammad SAW mampu mengembangkan model kepemimpinan yang paling ideal dan paling sukses dalam sejarah peradaban umat manusia, terlebih lagi sifat-sifatnya yang utama yaitu

siddiq (integrity), amanah (trust), fathanah (smart) dan tabligh (openly) mampu mempengaruhi orang lain dengan cara mengilhami tanpa mengindoktrinasi,

30

I Januarti dan D. Apriyanti, Pengaruh Tanggung Jawab Social Perusahaan Terhadap Kinerja Keuangan (Jurnal Maksi, 2005) h.97

(31)

menyadarkan tanpa menyakiti, membangkitkan tanpa memaksa dan mengajak tanpa memerintah.31

Kepemimpinan dianggap menjadi faktor yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan suatu organisasi. Kinerja karyawan dapat ditingkatkan melalui kepemimpinan yang baik dalam suatu organisasi, hal ini di karenakan karyawan akan merasa nyaman dalam menjalankan tanggung jawabnya apabila pemimpinnya dapat mendukung karyawannya. Sebaliknya pemimpin yang otoriter akan memberikan tekanan terhadap karyawan, sehingga karyawan tidak dapat dalam melaksanakan pekerjaannya dengan baik. Selama ini, mainstream

kepemimpinan transaksional maupun transformasional lebih menekankan pada aspek karakter maupun perilaku.32 Kepemimpinan yang banyak diterapkan pada organisasi cenderung berorientasi pada standardisasi, formalisasi, dan sentralisasi.33 Model ini dinilai tidak cukup mampu mengantisipasi perubahan-perubahan dari lingkungan dan tidak mendukung kebermaknaan hidup. Sehingga banyak orang bekerja hanya untuk memenuhi kebutuhan ekonomi dan status, bukan karena mencintai pekerjaan itu sendiri dan menemukan makna hidup melalui pekerjaannya. Disinilah perlunya pemahaman spiritualitas dalam pekerjaan.

Dalam hal peningkatan kinerja karyawan, kepemimpinan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhinya. Salah satu hal yang berkaitan

31

Haqiqi Rafsanjani, Kepimpinan Spiritual (Spiritual Leasership) (Jurnal Mashraf al-Syariah : Jurnal Ekonomi dan Perbankan al-Syariah, 2017) h.2

32

Rahmawaty, Model Kepemimpinan Spiritual dalam Meningkatkan Kepuasan Kerja dan Kinerja Karyawan Di BMT Se-Kabupaten Pati. (Jurnal Iqtishadia, 2016) h.278

33

Thayib, Spiritual Leadership, Kepuasan Kerja, dan Prestasi Kerja (Al’Adalah, 2013) h.352

(32)

dengan efektifitas sebuah kepemimpinan ditempat kerja, tidak terlepas dari nilai-nilai spiritual.34 Salah satu perhatian utama saat ini adanya gaya kepemimpinan baru yaitu kepemimpinan spiritual. Kepemimpinan Spiritual merupakan suatu kemampuan seorang pemimpin memberi dorongan, semangat, prinsip-prinsip terhadap hasil kerja, baik di tempat kerja maupun dalam lingkungan masyarakat.35 Oleh karena itu merupakan sebuah hal yang penting untuk menanamkan nilai moral spiritual pada seluruh karyawan. Kepuasan terkait dengan terpenuhinya kebutuhan spiritual ditempat kerja akan memberikan pengaruh yang positif pada kesehatan manusiawi dan psikologis serta dapat dijadikan sebuah pondasi penerapan Spiritual Leadership.36

Al Qur’an mengkaitkan kepemimpinan dengan hidayah dan pemberian petunjuk pada kebenaran. Seorang pemimpin tidak boleh melakukan kezaliman, misalnya kezaliman dalam keilmuan dan perbuatan, kezaliman dalam mengambil keputusan dan aplikasinya. Seorang pemimpin harus mengetahui keadaan umatnya, merasakan langsung penderitaan mereka. Seorang pemimpin harus melebihi umatnya dalam segala hal: keilmuan dan perbuatan, pengabdian dan ibadah, keberanian dan keutamaan, serta sifat dan perilaku. Dimana pemimpin hanya memperoleh petunjuk dari Allah SWT, bukan dari umatnya. Seorang pemimpin harus berpengetahuan dan memiliki pengalaman yang baik sehingga

34

Ronald Tanuwijaya, Pengarus Spiritual Leadersip dan Kepuasan Kerja terhadap Kinerja Karyawan pada PT.. Sari Pawita Pratama (Jurnal Agora, 2015) h.505

35

Ilham, Pengaruh Spiritual Leadership terhadap Organizational Commitment Melalui Calling dan Membership pada PT..Asuransi Takaful Keluarga (Jurnal Manajemen Teori dn Terapan, 2012) h.2

36

Nurfika Asmaningrum dkk, Pengaruh Penerapan Spiritual Leadership Terhadap Komitmen PerawatPada Organisasi Di Rumah SakitIslam Surabaya (Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing, 2011) h.10

(33)

dapat memberikan contoh kepada karyawannya, seperti turunnya wahyu kepada Nabi Muhammad dari Allah SWT yang selanjutnya disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW kepada umatnya.

Kepemimpinan spiritual juga merupakan kepemimpinan yang sangat menjaga nilai-nilai etis dan menjunjung tinggi nilai- nilai spiritual.37 Karakteristik kepemimpinan yang berbasis etika religius antara lain: kejujuran hati, fairness, pengenalan diri sendiri, fokus pada amal shaleh, spiritualisme yang tidak dogmatis, bekerja lebih efisien, membangkitkan yang terbaik dalam diri sendiri dan orang lain, keterbukaan menerima perubahan, disiplin tetapi tetap fleksibel, santai dan cerdas, serta kerendahan hati. Spiritual leadership merupakan kepemimpinan yang membentuk values, attitude, behavior yang dibutuhkan untuk memotivasi diri sendiri dan orang lain secara intrinsic motivation sehingga menggapai rasa spiritual survival.38 Ada tiga ciri kepemimpinan spiritual yaitu

Vision, merupakan bagian terpenting yang menarik perhatian untuk menggapai masa depan. Altruistic Love, merupakan suatu perasaan yang utuh, harmonis, kesejahteraan, kepedulian dan apresiasi untuk diri dan sesama dan Hope/Faith, merupakan kepastian dari suatu yang diharapkan, sanksi dari suatu yang tak terlihat.39 Kepercayaan lebih dari sekedar harapan atau sebuah pengharapan atas suatu yang diinginkan.

37

Sulistiyo, Analisis Kepemimpinan Spiritual dan Komunikasi Organisasional terhadap Kinerja Karyawan (Jurnal Ekobis, 2009) h. 128

38

Ronald Tanuwijaya, Pengarus Spiritual Leadersip dan Kepuasan Kerja terhadap Kinerja Karyawan pada PT.. Sari Pawita Pratama (Jurnal Agora, 2015) h. 505

39

Thayib, Spiritual Leadership, Kepuasan Kerja, dan Prestasi Kerja (Al’Adalah, 2013) h.355

(34)

C. Spiritualisme

Spiritualisme atau spiritualitas adalah keadaan atau pengalaman yang memberikan makna bagi seseorang, lebih jauh spiritualitas dapat diartikan sebagai perasaan saling memahami, semangat, serta keutuhan dalam diri atau perasaan yang saling berkaitan, bukan hanya dengan diri sendiri melainkan juga dengan orang lain, lingkungan, bahkan dengan Tuhan.40 Spiritualitas adalah kapasitas bawaan dari otak manusia yang didasarkan oleh struktur-struktur dari dalam otak yang memberi kita kemampuan dasar untuk membentuk makna, nilai, dan keyakinan. Spiritualitas bersifat prakultural dan lebih primer dibandingkan dengan agama. Karena kita punya kecerdasan spirituallah, umat manusia kemudian menganut dan menjalankan sistem keagamaan sebagai jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh spiritualitas.

Saat ini, cara pandang bahwa bisnis harus berorientasi pada pasar akan menyebabkan perusahaan menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuannya, profitabilitas dan dilakukan dengan mengekploitasi dan mengeksplorasi semua sumberdaya yang dimiliki, baik sumberdaya internal dan eksternal. Perusahaan akan menjadi bangga ketika dapat menerapkan ilmu, konsep dan pemikiran dalam menghadapi lingkungan yang dinamis sehingga tidak menyadari bahwa apa yang telah dilakukan telah menyebabkan mereka menjadi egosentrik dan dipenuhi dengan pertimbangan jangka pendek sehingga tatanan perekonomian, sosial, budaya dan politik menjadi tidak seimbang.

40

Mohammad Benny Alexandri dan Fitrhiya Zahra, Hubungan Industrial : Perbandingan Spiritualitas di Tempat Kerja dan Efektivitas Organisasi antara India dengan Indonesia. (Jurnal Adbispreneur, 2017)hal.185

(35)

Spiritualitas di tempat kerja berkaitan dengan konstruk yang menunjukkan peningkatan kualitas kinerja. Secara sistematis spiritualitas di tempat kerja merupakan pemahaman diri individu sebagai makhluk spiritual yang jiwanya membutuhkan pemeliharaan di tempat kerja dengan segala nilai yang ada dalam dirinya; mengalami pengalaman akan rasa bertujuan dan bermakna dalam pekerjaannya; serta juga mengalami perasaan saling terhubung dengan orang lain dan komunitas di tempat individu bekerja.41

Spiritualitas kerja didefinisikan sebagai kerangka nilai-nilai budaya organisasi yang mendorong pengalaman transenden dari karyawan melalui proses kerja. Pengalaman transenden mengacu pada bagaimana seseorang sebagai individu merasa mengalami perubahan melalui pelayanannya kepada orang lain, dan individu tersebut juga mendapatkan makna dan tujuan hidup mereka.42 Spiritualitas dapat membuat karyawan lebih efektif bekerja, karena mereka melihat pekerjaan mereka sebagai alat untuk meningkatkan spiritualitas sehingga karyawan akan menunjukkan usaha yang lebih besar daripada karyawan yang melihat pekerjaan mereka sebagai alat untuk mendapatkan uang saja. Spiritualitas dalam pekerjaan bukan mengenai membawa agama kedalam pekerjaan, namun mengenai kemampuan menghadirkan keseluruhan diri karyawan untuk bekerja.43 Spiritualitas dalam pekerjaan merupakan aspek penting bagi perusahaan untuk dapat bersaing dimasa sekarang ini. Spiritualitas dapat membuat karyawan lebih

41

Leo Agung Manggala Yogatama dan Nilam Widyarini, Kajian Spiritualitas di Tempat Kerja pada Konteks Organisasi Bisnis (Jurnal Psikologi, 2015) h.2

42

Mohammad Benny Alexandri dan Fithriya Zahra, Hubungan Industrial : Perbandingan Spiritualitas di Tempat Kerja dan Efektivitas Organisasi antara India dengan Indonesia (Jurnal Adbispreneur, 2017) h.184

43

Harlina Nurtjahjanti, Kerja Sebagai Ekspresi Keinginan Diri Karyawan untuk Mencari Makna dan Tujuan Hidup dalam Organisasi (Jurnal Psikologi Undip, 2010) h.29

(36)

efektif dalam bekerja, karena karyawan yang melihat pekerjaan mereka sebagai alat untuk meningkatkan spiritualitas akan menunjukkan usaha yang lebih besar dibanding karyawan yang melihat pekerjaannya hanya sebagai alat untuk memperoleh uang.

Terdapat lima alasan tumbuhnya ketertarikan perusahaan-perusahaan di Amerika dalam mengembangkan spiritualitas di tempat kerja, yaitu: (1) meningkatnya tekanan terhadap persaingan global mengharuskan pemimpin suatu organisasi menyadari akan pentingnya menumbuhkan kreativitas para karyawannya, (2) terjadinya downsizing, reengineering dan pemberhentian karyawan yang mengakibatkan karyawan menjadi kehilangan semangat di lingkungan kerja, (3) fakta bahwa tempat kerja berkembang menjadi komunitas utama bagi manusia, (4) meningkatnya akses dan keingintahuan akan filosofi timur, dan (5) pengembangan minat terhadap makna kehidupan kontemplatif.44

D. Organisasi Spiritual

Paradigma baru yang muncul dalam organsasi spiritual disebut sebagai “gerakan spiritual”. Spiritualitas dapat diartikan sebagai perubahan besar, dimana organisasi memberi ruang bagi dimensi spiritual yang ada hubungannya dengan makna, tujuan, dan rasa komunitas. Meskipun topik spiritualitas dianggap sebagai hal yang tabu di banyak organisasi paradigma ini telah mempertimbangkan perlunya meninjau keyakinan, nilai, persepsi, dan pandangan tentang bagaimana

44

Mohammad Benny Alexandri dan Fitrhiya Zahra, Hubungan Industrial : Perbandingan Spiritualitas di Tempat Kerja dan Efektivitas Organisasi antara India dengan Indonesia. (Jurnal Adbispreneur, 2017) hal.185

(37)

kita hidup di dunia ini.45 Dimensi penting spiritualitas di tempat kerja atau orgnisasi adalah bahwa karyawan memiliki kebutuhan spiritual (yaitu, kehidupan batin), sama seperti mereka memiliki fisik, kebutuhan emosional, dan kognitif, dan kebutuhan ini tidak tertinggal di rumah ketika mereka datang bekerja.46

Spiritualitas di tempat kerja bukanlah tentang agama, atau tentang bagaimana membuat orang-orang berubah menjadi sistem kepercayaan khusus, spiritual tidak selalu melibatkan koneksi ke tradisi agama tertentu, tetapi dapat didasarkan pada pribadi nilai dan filosofi.47 Ini tentang karyawan yang memandang diri mereka sebagai makhluk spiritual jiwa-jiwa yang membutuhkan “makanan” di tempat kerja, yang mengalami rasa tujuan dan makna dalam pekerjaan mereka, dan rasa keterikatan satu sama lain dan komunitas di tempat kerja mereka. Model organisasi spiritual diperlukan sebagai alternatif untuk keluar dari perangkap materialisme dengan menumbuhkembangkan empat dimensi spritualitas yakni welas asih, kesadaran penuh, aktivitas yang bermakna mendalam, dan transendensi pada para anggota organisasinya.48

Nilai spiritualitas dalam bisnis kadang belum banyak diterima oleh beberapa lapisan masyarakat, karena menilai bahwa ada perbedaan yang sangat besar antara nilai spiritualitas dan nilai bisnis. Penolakan ini dikarenakan ketidaktahuan terkait pendefinisian nilai spiritualitas itu sendiri, masih banyak

45

Anselmo Ferreira Vasconcelos, A Organizacao Baseada na Espiritualidade : Uma Revisao Teorica e seu Potencial Papel no Terceiro Milenio (EBAPE.BR, 2013) h.189

46

Peter Case dan Jonathan Gosling, The Spiritual Organization : Critical Refection on The Instrumentality of Workplace Spirituality (Journal of Management, Spirituality, and Religion, 2010) h.233

47

Armenio Rego, Workplace Spiritualty and Organizational Commitment : an Empirical Study (Journal of Organizational Change Managemen, 2008) h.66

48

Sujoko Efferin, Sistem Pengendalian Manajemen Berbasis Spiritualisme (Seri Media dan Literasi Rumah Peneleh, 2016) h.15

(38)

yang mengaitkan spiritualitas dengan agama tertentu. Selain itu, pemahaman terkait nilai spiritualitas dan nilai bisnis yang jauh berbeda menjadi salah satu alasan penolakan nilai spiritualitas dalam sebuah organisasi. Nilai bisnis kental dengan nilai yang mengedepankan rasionalitas sedangkan spiritualitas memiliki makna yang mendalam dan begitu luas, untuk itu organisasi spiritual muncul sebagai jawaban. Organisasi spiritual menggabungkan semua nilai-nilai antara nilai bisnis dan nilai spiritulitas.

Konsep dalam spiritualitas bisnis mempunyai tiga pedoman pokok yakni ekosistem, komunitas, dan transparansi. Ekosistem, maksudnya adalah konsep ini tidak mengenal kalah atau menang, hancur atau tidak, melainkan sistem yang berkelanjutan, saling melengkapi, dan peduli terhadap lingkungan. Komunitas diartikan sebagai konsep yang tujuanna tidak semata-mata hanya berfokus pada

profit, melainkan juga pada sumber daya. Transparansi berarti manajemen suatu perusahaan dijalankan tanpa rekayasa sehingga dapat mengahsilkan aktivitas operasional yang efektif dan efisien.

Millenium Developmant Goals (MDG) atau yang saat ini dikenal

Sustainable Developmant Goals (SDGs) merupkan seperangkat sasaran yang ditetapkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa sebagai sebuah upaya untuk menyelesaikan berbagai masalah sosial dan lingkungan. Ada delapan sasaran yang menjadi acuan dalam SDGs ini, diantaranya adalah; (1) Menghapus kemiskinan dan kelparan, (2) menyediakan pendidikan dasar untuk semua, (3) mempromosikan kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan, (4) mengurangi kematian balita, (5) memperbaiki kesehatan maternal, (6) mengurangi

(39)

penyakit, (7) melestarikan lingkungan hidup, (8) kemitraan global untuk pembangunan.49

Perusahaan yang menerapkan prinsip dan nilai-nilai spiritual dapat memilih salah satu atau semua sasaran-sasaran tersebut dalam operasional bisnisnya. Spiritualitas sangat erat kaitannya dengan pemecahan masalah-masalah tersebut sehingga dapat membantu mengurangi penderitaan disekitar kita, karena pemecahan masalah dari delapan sasaran SDGs bukan hanya menjadi masalah pemerintah, melainkan setiap organisasi yang ada.

E. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

Tanggung jawab sosial perusahaan merupakan salah satu wujud partisipasi dunia usaha dalam pembangunan berkelanjutan untuk mengembangkan kepedulian perusahaan kepada masyarakat sekitar melalui penciptaan dan pemeliharaan keseimbangan antara mencetak keuntungan, fungsi-fungsi sosial, dan pemeliharaan lingkungan hidup. Tanggung jawab sosial perusahaan atau CSR adalah salah satu konsep bahwa organisasi, khususnya perusahaan memiliki berbagai bentuk tanggung jawab terhadap seluruh pemangku kepentingannya yang diantaranya adalah konsumen, karyawan, pemegang saham, komunitas dan lingkungan dalam segala aspek operasional perusahaan yang mencakup aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan.

Perkembangan pengungkapan informasi tanggung jawab sosial perusahaan berasal dari tumbuhnya kesadaran publik akan peran perusahaan ditengah masyarakat yang kritis terhadap masalah sosial, polusi, sumber daya,

49

(40)

limbah, mutu produk, tingkat keamanan produk, serta hak dan status tenaga kerja. Dari perspektif hukum tanggung jawab sosial perusahaan sebenarnya tidak hanya merupakan suatu langkah untuk meminimalisir dampak suatu industri terhadap masyarakat sekitar maupun lingkungan, namun merupakan suatu bentuk kepedulian perusahaan terhadap seluruh pemegang kepentingan.

Perusahaan diharapkan tidak hanya mementingkan kepentingan manajemen dan pemilik modal. Tetapi juga karyawan, konsumen, masyarakat, dan lingkungannya. Khususnya perusahaan yang bergerak dibidang pemanfaatan sumber daya alam yang baik secara langsung maupun tidak langsung tentu memberikan dampak pada lingkungan sekitarnya. Oleh karena itulah perusahaan harus melakukan pertanggung jawaban sosialnya dan keberhasilan pembangunan atau program CSR tergntung pada keberhasilan membina masyarakat agar mampu memecahkan masalah yang dihadapinya, dalam hal ini partisipasi masyarakat sangat penting.

Tanggung jawab sosial perusahaan menjadi komitmen perusahaan untuk mempertanggung jawabkan dampak operasi dalam dimensi sosial, ekonomi, dan lingkungan serta menjaga agar dampak tersebut menyumbang manfaat kepada masyarakat dan lingkungannya, tiga pilar inilah yang menjadi dasar bagi pelaksanaan tanggung jawab perusahaan, atau yang dikenal dengan triple bottom line (People, Profit, Planet). Konsep Triple Bottom Line mengimplikasikan bahwa perusahaan harus lebih mengutamakan kepentingan stakeholder (semua pihak yang terlibat danterkena dampak dari kegiatan yang dilakukan perusahaan) dari

(41)

pada kepentingan shareholder (pemegang saham).50 Kepentingan stakeholder ini dapat dirangkum menjadi tiga bagian yaitu kepentingan dari sisi keberlangsungan laba (Profit), sisi keberlangsungan masyarakat (People), dan sisi keberlangsungan lingkungan hidup (Planet).51

Salah satu perusahaan besar yang sering mendapatkan penghargaan dalam hal pertanggung jawaban sosial adalah PT. Semen Tonasa, perseroan berupaya untuk berperan dalam usaha meningkatkan kesejahteraan masyarakat dimana perseroan menjalankan operasinya. Perusahaan selalu mengusahakan agar dapat tumbuh dan berkembang bersama masyarakat. Perseroan juga memiliki komitmen yang tinggi untuk mendorong terciptanya keselarasan dan keharmonisan kehidupan masyarakat sekitar dengan kehidupan bisnis perusahaan serta bertanggung jawab. Program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan dikenal dengan nama Tonasa Bersaudara yang meliputi Tonasa Cerdas, Tonasa Mandiri, Tonasa Dehat, Tonsa Bersahaja dan Tonasa Hijau. Program-program tersebut merupakan manifestasi dari konsep Triple Bottom Line yang menyelaraskan antara ekonomi, sosial, dan lingkungan.

F. Good Corporate Governance

Perkembangan zaman yang menjadi semakin modern memberi tuntutan yang jauh lebih sulit bagi setiap organisasi, khususnya dalam pertanggung jawaban kepada masyarakat dan lingkungan. Ini mengindikasikan bahwa perusahaan harus lebih memperhatikan kepentingan stakeholders, untuk itu

50

Muhammad Suyudi, Konsep Quardrangle Bottom Line (QBL) dalam Praktik Sustainability Reporting Dimensi “Spiritual Performance” (Jurnal Akuntansi Multiparadigma, 2012) h.7

51

Felisia dan Amelia Limijaya. Triple Bottom Line dan Sustainbility (Bina Ekonomi Majalah Fakultas Ekonmi Unpar, 2014) hal.19

(42)

perusahaan harus dapat beroperasi dengan berlandaskan tata kelola perusahaan yang baik, yang tidak hanya mementingkan keuntungan jangka pendek melainkan juga untuk keuntungan jangka panjang. Pelaksanaan prinsip GCG menuntut setiap organisasi untuk menerapkan nilai-nilai spiritualitas agar dapat mewujudkan cita-cita dan tujuan perusahaan.

Good Coporate Governance menekankan dua hal, yang pertama pentingnya memberikan informasi yang benar dan tepat waktu kepada pemegang saham dan yang kedua kewajiban perusahaan untuk melakukan pengugkapan secara akurat, tepat waktu, dan transparan kepada semua informasi kinerja keuangan dan nonkeuangan perusahaan khususnya kepada seluruh stakeholders

yakni masyarakat dan lingkungan.52

Menurut Forum Corporate Governance in Indonesia (FCGI) 2001 pengertian Good Corporate Governance adalah sebagai berikut:

“Seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka atau dengan kata lain suatu sistem yang mengatur mengendalikan perusahaan”

52

Ignatius Edward Riantono, Pengelolaan Manajemen Modern dalam Mewujudkan Good Corporate Governance : Optimalisasi pencapaian tujuan perusahaan (Jurnal Binus Business Review) hal.318

(43)

Menurut Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance (KNKCG):

Good Corporate Governance adalah suatu proses dari struktur yang digunakan oleh organ perusahaan guna memberikan nilai tambah pada perusahaan secara berkesinambungan dalam jangka panjang bagi pemegang saham dengan tetap memperlihatkan kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan peraturan perundang-undangan dan norma yang berlaku”.53

GCG memacu terbentuknya pola manajemen yang professional, transparan, bersih dan berkelanjutan. Pedoman Umum Good Corporate Governance di Indonesia tahun 2006 yang disusun oleh Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) menyebut lima asas GCG yaitu transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independensi, dan kewajaran. Penerapan Corporate Governance memberikan empat manfaat (FCGI, 2001), yaitu: meningkatkan kinerja perusahaan, mempermudah diperolehnya dana pembiayaan yang lebih mudah, mengembalikan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia, dan meningkatkan shareholders’s value. Penerapan Good Corporate Governance yang baik tidak hanya menghasilkan informasi yang lebih transparan bagi investor dan kreditur juga mengurangi asimetri informasi, dan juga membantu perusahaan untuk meningkatkan kegiatan operasional perusahaannya.

Pelaksanaan good corporate governance diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat berikut ini (FCGI, 2001) :

53

(44)

1. Meningkatkan kinerja perusahaan melalui terciptanya proses pengambilan keputusan yang lebih baik,

2. Meningkatkan efisiensi operasional perusahaan, serta lebih meningkatkan pelayanan kepada stakeholders.

3. Mempermudah diperolehnya dana pembiayaan yang lebih murah sehingga dapat lebih meningkatkan corporate value.

4. Mengembalikan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya. 5. Pemegang saham akan merasa puas dengan kinerja perusahaan karena

sekaligus akan meningkatkan shareholders value dan dividen

G. Sistem Pengendalian Manajemen

SPM adalah sistem yang digunakan untuk membantu pengambilan keputusan bisnis. SPM yang efektif adalah SPM yang mampu memotivasi sumber daya manusia sehingga mereka mampu untuk meningkatkan efektivitas operasional, mendukung strategi perusahaan, meningkatkan kreativitas individu, dan meningkatkan kemampuan kapabilitas perusahaan untuk bersaing. Sistem pengendalian manajemen adalah sistem yang digunakan oleh manajemen untuk mempengaruhi para anggota organisasinya agar mengimplemenatsikan startegi-strategi organisasi secara efisein dan efektif dalam rangka mencapai tujuan organisasi.

Organisasi merupakan suatu unit sosial yang dibentuk untuk mencapai tujuan tertentu. Sistem pengendalian diperlukan oleh manajemen untuk membantu memperlancar pencapaian tujuan organisasi tersebut. Peranan Sistem Pengendalian Manajemen (SPM) sangat signifikan dalam peningkatan kinerja

(45)

perusahaan yang tergantung pada bentuk maupun budaya organisasi.54 Keberhasilan manajer dalam mengelola perusahaan akan sulit tercapai jika tidak didukung oleh seluruh karyawan. Fungsi manajemen yang terdiri dari perencanaan, pengkoordinasian, pengarahan dan pengendalian dilaksanakan oleh manajer agar keberhasilan pengelolaan perusahaan dapat tercapai sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Keberhasilan tersebut dapat dilihat melalui kinerja keuangan dan non keuangan.

Dalam era persaingan yang semakin ketat, perusahaan menghadapi berbagai tantangan dalam melaksanakan kegitan usahanya. Perusahaan dituntut untuk mengambil langkah strategis guna mempertahankan kelangsungan hidup organisasi. Sejalan dengan itu, Teknologi yang semakin canggih dan ilmu pengetahuan yang semakin pesat brdampak pada persaingan bisnis yang semakin kuat. Strategi yang diterapkan pada perusahaan sangat membutuhkan adanya SPM. Melalui SPM, dapat terwujud inovasi yang merupakan kunci keberlanjutan dari hampir setiap perusahaan. Dengan inovasi pula, manajemen semakin terpacu untuk meningkatkan kinerjanya dalam perusahaan, sehingga tercapai tujuan yang diharapkan.

Perusahaan untuk mengembangkan sistem pengendalian manajemen yang efektif

Gambar

Tabel 1.1  Penelitian Terdahulu

Referensi

Dokumen terkait

Fraksi yang diperoleh dibuat konsentrasi 100.000 ppm, kemudian diuji aktivitas antibakteri pada Staphylococcus aureus dengan metode difusi sumuran, diuji aktivitas

Pada kelompok yang diberikan kombinasi Gabapentin dan Methylcobalamin juga didapatkan hasil yang signifikan dalam menurunkan intensitas nyeri pada pasien Painful Diabetic

Therefore, this research try to create an customer satisfaction control application that build base on website, so make the questionnaire from each department easy

Terhadap Kepuasan Mahasiswa Serta Implikasinya Pada Loyalitas Mahasiswa (Studi Pada Sekolah Tinggi Manajemen Informatika Dan Komputer Di Kota Bandung), Jurnal

Teori tersebut juga didukung dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Feri Kurniawan angkatan 2007 dengan judul “Penerapan Bimbingan Kelompok Topik Tugas Untuk

This paper discusses a highly endangered sung style in Maluku Barat Daya along the lines of Sasse’s (1992) theory of language death and focusses on structural

Berdasarkan hasil obsevasi terhadap kader Posyandu dan hasil identifikasi yang dilakukan oleh tenaga ahli maka diperoleh hasil bahwa kader Posyandu beriatar belakang pendidikan

Riset lapangan merupakan pengumpulan data yang diperoleh dengan cara mengadakan penelitian ke lapangan secara langsung yang menjadi objek penelitian pada PT