LIB TANO NIHA :
SEBUAH MODEL PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN UIKM DI KABUPATEN NIAS
Oleh :
SORANI HALAWA
Dr. H. FIRWAN TAN, SE, M.Ec, DEA.Ing HAFIZ RAHMAN, SE, MSBS
ABSTRACT
The development of middle and small industry (UIKM) have to be pushed and growed to race a higher economic growth and improve society participation in the development activity. This is important, considering that UIKM give more opening job opportunity to the public. That is a reason why the growth of UIKM takes a strategic contribution in the acceleration of area development. Moreover if attributed to the economic condition of Kabupaten Nias society that weaker after earhquake happen in the area on March 28th, 2005, where is disaster have destroyed the economics life of Kabupaten Nias society. To restore and pursue the left behind in development and economic growth, developing UIKM is very precise to be executed immediately. This research aim to (1) Evaluating reqirement of UIKM in Kabupaten Nias after the earthquake disaster that happen on March 28th, 2005. (2) Engineering an institution development model of UIKM in Kabupaten Nias. This research concluded that to answer and realize the objective above, hence a sinergic institution is required to develop UIKM in Kabupaten Nias. LIB Tano Niha is representative and relevant enough to meet the needs of Kabupaten Nias society, so that thereby can be made as one of the alternative to develop UIKM or the other that to economics in Kabupaten Nias.
Keywords : Middle and small industry, development of Kabupaten Nias.
1. Latar Belakang.
Keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara dalam jangka panjang
ditandai dengan suatu perubahan struktur ekonomi negara yang bersangkutan dari ekonomi
yang bersifat tradisional yang sangat tergantung kepada kegiatan sektor pertanian ke
ekonomi modern yang lebih tergantung kepada kegiatan di sektor industri. Yang terakhir
ini artinya adalah sektor industri sebagai mesin utama percepatan pertumbuhan ekonomi
suatu bangsa. Pembangunan sektor industri pada negara-negara yang sedang berkembang
buatan sendiri dapat bersaing tidak saja di pasar lokal atau domestik tetapi juga di pasar
internasional. (Todaro, 2000 : 562).
Sekarang dan masa mendatang, UIKM tidak mungkin diabaikan, malah bagi
Indonesia khususnya, aspek ini unggulan sub-sektor yang semakin bisa diandalkan untuk
memacu pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan meningkatkan partisipasi masyarakat
dalam kegiatan pembangunan nasional, daerah sampai ke tingkat pedesaan. Pengalaman di
negara-negara yang telah maju menunjukkan bahwa sektor UIKM bisa lebih banyak
memberikan kesempatan kerja bagi rakyat kelompok menengah ke bawah sebagai
kelompok yang jumlahnya terbesar. (Tan, 2005 : 969).
Di Kabupaten Nias, menumbuhkembangkan UIKM merupakan hal yang
sangat strategis dan sangat menentukan dalam percepatan pembangunan daerah ini
sekarang dan di masa-masa yang akan datang. Adapun alasannya antara lain sebagai
berikut :
Jumlah usaha kecil (cq. UIKM) cukup banyak dan tersebar sampai ke daerah-daerah pedesaan.
Sebagian besar penduduk menggantungkan hidup di sektor UIKM.
UIKM telah terbukti dapat bertahan terhadap krisis ekonomi yang begitu dahsyat (1997) karena memiliki karakteristik yang lebih fleksibel.
Dengan bergulirnya kebijakan otonomi daerah, peranan UIKM menjadi semakin penting mengingat sektor ini adalah sangat terbuka dalam menyerap tenaga kerja dan
bisa ditumbuhkembangkan sampai ke tingkat pedesaan.
Oleh sebab itu perencanaan pembangunan bidang UIKM mesti dipersiapkan
sedini mungkin. Terobosan dan pembaharuan yang bersifat terus menerus tentu diperlukan
Pekerjaan menumbuhkembangkan UIKM lebih intensif bukanlah suatu
pekerjaan yang mudah di Kabupaten Nias. Hal ini disebabkan oleh musibah yang dialami
yaitu gempa bumi yang begitu dahsyat yang terjadi pada tanggal 28 Maret 2005 yang telah
memporak-porandakan sistem infrastruktur pembangunan di Kabupaten Nias disamping
juga memberikan dampak negatif psikologis terhadap kehidupan rakyat dalam arti
keseluruhan. Karena itu untuk membangun kembali khususnya kondisi UIKM agar bisa
bertumbuh dan berkembang lebih baik di masa mendatang sudah pasti diperlukan suatu
kebijakan terobosan. Akibat daripada gempa bumi tersebut telah menyebabkan
produk-produk UIKM yang selama ini dihasilkan dan siap untuk dipasarkan telah hancur tertimpa
bangunan-bangunan yang roboh. Demikian pula dengan sarana dan prasarana infrastruktur
yang mendukung kegiatan industri dalam arti keseluruhan yang selama ini dimanfaatkan
untuk berproduksi telah banyak yang tidak bisa digunakan lagi. Kondisi seperti ini telah
membuat mereka kehilangan omzet* yang pada akhirnya membuat kehidupan
perekonomian mereka semakin melemah. Singkatnya, peristiwa gempa bumi yang dialami
masyarakat di Kabupaten Nias membuat kegiatan di sektor industri menjadi terstagnasi
dalam arti kata tidak bisa berkembang secara baik, teratur dan cepat. Sejauh pembangunan
bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat banyak, maka persoalan UIKM di
Kabupaten Nias pasca gempa bumi perlu diupayakan mencari penyelesaian sehingga dapat
dibangun suatu strategi kebijakan penyelamatan dan pembangunan jangka panjang. Untuk
mewujudkan maksud tersebut sudah tentu tidaklah rasional kalau tidak dilakukan suatu
pengkajian dan penelitian yang mendalam sebelum melahirkan rekomendasi kebijakan
yang pantas dan menguntungkan rakyat banyak.
Dalam kerangka pemikiran inilah maka diangkat suatu studi tentang “LIB Tano Niha : Sebuah Model Pengembangan Kelembagaan UIKM di Kabupaten Nias.”
2. Perumusan Masalah.
Menumbuhkembangkan kegiatan UIKM di Kabupaten Nias terutama pasca
gempa bumi ini perlu diupayakan secara sungguh-sungguh dan semaksimal mungkin
sehingga dapat meningkatkan kembali taraf kehidupan masyarakat dalam arti keseluruhan
di daerah ini.
Jika dilihat dari hasil-hasil studi sebelumnya dan laporan-laporan yang dikeluarkan secara
resmi oleh dinas-dinas yang terkait dengan UIKM, maka permasalahan utama yang
dihadapi oleh UIKM secara umum adalah sebagai berikut : kurangnya daya tarik investor
yang mau menanamkan modalnya di Kabupaten Nias, lemahnya keahlian dan ketrampilan
Sumber Daya Manusia (SDM) yang tersedia, lemahnya aparatur pembina UIKM, kurang
tersedianya peralatan pendukung yang efisien dan berteknologi, kurang
menguntungkannya posisi geografis Kabupaten Nias karena jauh dari Ibukota Propinsi dan
berada di Samudera Hindia, kurangnya keterkaitan kegiatan UIKM dengan Usaha Industri
berskala besar, masih lemahnya jumlah APBD yang dianggarkan untuk UIKM, masih
lemahnya kegiatan promosi dan pemasaran, belum adanya institusi tersendiri yang lebih
fokus yang menangani persoalan UIKM, dst.
Menghadapi persoalan-persoalan tersebut diatas tentu yang menjadi pertanyaan adalah
sebagai berikut :
1. Apa strategi dalam menumbuhkembangkan UIKM di Kabupaten Nias ?
2. Apa bentuk strategi aktor yang memungkinkan efektif dan efisien dalam mendorong
dan memfasilitasi kegiatan UIKM ?*
3. Tujuan Penelitian.
1. Mengevaluasi kebutuhan UIKM di Kabupaten Nias pasca musibah bencana alam
gempa bumi yang terjadi pada tanggal 28 Maret 2005.
2. Merekayasa sebuah model pengembangan kelembagaan UIKM di Kabupaten Nias.
4. Manfaat Penelitian.
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi Pemerintah
Kabupaten Nias dalam mengambil kebijakan-kebijakan yang dirasa perlu bagi upaya
pemulihan, penumbuhan, pembinaan dan pengembangan sektor UIKM di Kabupaten Nias.
Diharapkan dalam penelitian ini akan ditemukannya peluang dalam membangun kembali
dan menumbuhkembangkan UIKM di Kabupaten Nias. Hal ini sangat penting untuk
memacu peningkatan pembangunan di Kabupaten Nias dalam mengejar ketertinggalan dan
keterbelakangan dengan daerah-daerah lain. Disamping itu juga akan bermanfaat dalam
melakukan perubahan struktur pembangunan perekonomian di Kabupaten Nias. Usaha
menumbuhkembangkan UIKM mutlak dilakukan, sebab dengan hal ini peningkatan
kesejahteraan dan pertumbuhan ekonomi masyarakat dan daerah dapat dicapai dan
ditingkatkan. Khususnya bagi Dinas Perindustrian, Perdagangan, Pertambangan dan Energi
Kabupaten Nias, tentu hasil penelitian ini sangat bermanfaat sebagai bahan masukan dan
bahan pertimbangan dalam rangka pembinaan dan pengembangan sektor industri khususya
5. Beberapa Penelitian Terdahulu.
Penelitian tentang UIKM sudah cukup banyak dilakukan, namun dalam
tulisan ini akan ditinjau dan dievaluasi berbagai penelitian terdahulu yang dijadikan
sebagai pedoman dan berkaitan dengan penelitian ini.
Penelitian yang dilakukan oleh Wahyu Hamidi (1995) terhadap UIKM di
Kabupaten Bengkalis Propinsi Riau dengan menekankan pada pengembangan UIKM dan
pengaruhnya terhadap pembangunan wilayah di Kabupaten Bengkalis Propinsi Riau.
Dalam penelitian ditemukan bahwa industri kecil di Kabupaten Bengkalis mempunyai
peranan yang relatif besar terhadap perekonomian wilayah dan merupakan sektor basis
dalam perekonomian wilayah Kabupaten Bengkalis. Sektor sektor basis bagi
perekonomian wilayah UIKM mempunyai efek pengganda terhadap peningkatan
pendapatan dan kesempatan kerja di wilayah Kabupaten Bengkalis. Strategi yang
dilakukan dalam menumbuhkembangkan UIKM di daerah ini adalah dengan meningkatkan
pos anggaran APBD dengan berbagai bantuan dan insentif untuk menumbuhkembangkan
sektor industri khususnya UIKM.
Jimni (2004) meneliti tentang peranan UIKM terhadap pembangunan
ekonomi di Kota Payakumbuh Propinsi Sumatera Barat. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui peranan UIKM terhadap pertumbuhan pendapatan Kota Payakumbuh dan
menganalisa peranan industri kecil terhadap penyerapan kesempatan kerja di Kota
Payakumbuh. Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa sektor industri mempunyai
peranan yang cukup besar terhadap perekonomian, baik terhadap pertumbuhan pendapatan
merupakan sektor basis di Kota Payakumbuh yang mempunyai efek pengganda terhadap
peningkatan pendapatan dan kesempatan kerja. Strategi yang dilakukan dalam
menumbuhkembangkan UIKM di daerah ini adalah dengan peningkatan anggaran untuk
sektor ini dan pelaksanaan berbagai kegiatan pembinaan dan pengembangan terhadap
UIKM.
Albertiusman (2005) meneliti tentang Strategi Pengembangan Usaha Industri
Kecil Di Bukit Tinggi (Studi Kasus UIK bordir, sepatu dan kerupuk sanjai). Tujuan
penelitian ini adalah untuk menganalisis tingkat persaingan antar pengusaha dalam UIK di
Bukit Tinggi khususnya persaingan dalam produksi dan pemasaran, dan merumuskan
strategi dalam menumbuhkembangkan UIK di Bukit Tinggi supaya dapat menjadi salah
satu sektor utama dalam meningkatkan perekonomian masyarakat. Dari hasil penelitian ini
ditemukan bahwa persaingan antar pengusaha UIK bordir, sepatu dan kerupuk sanjai di
Bukit Tinggi mendekati sempurna terbukti dengan konsentrasi rasio perusahaan terbesar,
4-besar yang sangat kecil, serta indeks –H yang sangat kecil dan cenderung menurun.
Strategi yang dilakukan untuk pengembangan UIK bordir dan sepatu adalah perlindungan
terhadap pengusaha yang ada dalam UIK bordir, mempermudah akses pengusaha untuk
mendapatkan bahan baku yang lebih murah dan berkualitas, memperluas peluang pasar dan
peningkatan teknologi produksi. Sedangkan untuk UIK kerupuk sanjai dilakukan strategi
diversifikasi produk menjadi berbagai macam aneka kerupuk dan peningkatan teknologi
produksi dan pasca produksi.
Dari berbagai penelitian tersebut diatas terlihat bahwa strategi yang dilakukan
dalam menumbuhkembangkan UIKM hanya dilakukan secara parsial dan tidak secara
menyeluruh diperlukan wadah/lembaga yang lebih profesional, efektif dan efisien yang
dapat membantu UIKM dalam bertumbuh dan berkembang.
6. Metodologi Penelitian. 6.1. Daerah Penelitian.
Sebagaimana diketahui bahwa Kabupaten Nias memiliki potensi yang
cukup besar dalam menumbuhkembangkan UIKM di Propinsi Sumatera Utara dan
Indonesia pada umumnya. Hal ini disebabkan oleh karena sumber daya alamnya sebagai
sumber bahan baku yang begitu melimpah. Karena sektor ini cukup penting untuk
ditumbuhkembangkan, maka penelitian ini dilakukan di daerah Kabupaten Nias Propinsi
Sumatera Utara, apalagi daerah ini barusan saja dilanda oleh bencana alam gempa bumi
yang begitu dahsyat pada tanggal 28 Maret 2005 yang lalu, disamping Kabupaten Nias
adalah daerah asal Penulis dan tempat mengabdi.
6.2. Pengumpulan Data.
Dalam penelitian ini, data yang dipergunakan adalah data primer yang
diperoleh dari hasil penelitian lapangan berupa hasil pengisian kuisioner dan wawancara
kepada pihak yang terkait dengan UIKM. Untuk mendukung data primer ini, maka
diperlukan juga data sekunder dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Nias dan data
lain yang diperlukan dari Dinas Perindustrian Perdagangan Pertambangan dan Energi
Kabupaten Nias.
Dalam memperoleh data primer ini seluruh populasi tidak mungkin diteliti
satu persatu, hal ini disebabkan oleh keterbatasan waktu dan biaya. Oleh sebab itu,
diteliti dengan menggunakan menggunakan rumus (Albertiusman 2005 : 24) sebagai
berikut :
N n =
1 + N e2 dimana : n = ukuran sampel
N = ukuran populasi
e = % tingkat kesalahan dalam pengambilan sampel (10 %)
Penarikan sampel di lapangan dilakukan dengan metoda Stratified Simple
Random Sampling, dimana industri kecil yang diteliti dikelompokkan menjadi 5 kelompok
menurut pengelompokkan Departemen Perindustrian dan Perdagangan yaitu Industri Kecil
Pangan, Industri Kecil Sandang dan Kulit, Industri Kecil Kimia dan Bahan Bangunan,
Industri Kecil Kerajinan dan Umum, dan Industri Kecil Logam.
Dari jumlah sampel industri kecil yang ditetapkan berdasarkan rumus
Slovian, ditetapkan jumlah sampel pada masing-masing kelompok. Untuk menentukan
sampel masing-masing kelompok, digunakan alokasi sebanding. (Albertiusman (2005 :
25), yaitu :
Ni ni = n N
dimana : ni = jumlah sampel di masing-masing kelompok
Ni = jumlah populasi di masing-masing kelompok
N = jumlah semua populasi
Setelah jumlah sampel masing-masing kelompok pada industri kecil
diketahui, maka penentuan sampel dilakukan secara acak sederhana (Simple Random
Sampling), dimana setiap populasi memiliki peluang yang sama untuk diambil.
Berdasarkan rumus penarikan sampel tersebut diatas maka sampel usaha
industri kecil di Kabupaten Nias yang di survei dapat dilihat pada Tabel 3.1. di bawah ini :
Tabel 3.1. Daftar Sampel Usaha Industri Kecil Di Kabupaten Nias Yang Di Survei.
No Kelompok Industri Kecil Jumlah Populasi
(N) Jumlah Sampel (n) 1. 2. 3. 4. 5. Pangan
Sandang dan Kulit
Kimia dan Bahan Bangunan Kerajinan dan Umum Logam 131 142 329 84 104 15 16 37 9 12
Jumlah 790 89
Sumber : Nias Dalam Angka 2004, BPS Kab. Nias 2005 (diolah).
Sedangkan pengambilan data dari pihak yang terkait dengan UIKM dilakukan
dengan metode pengambilan sampel tidak acak, yaitu Purposive Sampling. Pemilihan
sampel tidak acak (Purposive Sampling) dipilih berdasarkan pertimbangan-pertimbangan
yang berhubungan dengan tujuan penelitian ini. Cara pengambilan sampel ini adalah
memilih subjek dari populasi sedemikian rupa sehingga sampel yang dipilih mempunyai
sifat yang sesuai dengan sifat-sifat populasi. (Singarimbun, 1987 : 168-169).
6.3. Pendekatan Penelitian.
Pendekatan penelitian terhadap suatu objek yang sedang diamati tergantung
pada tujuan dari pelaksanaan penelitian tersebut. Untuk menjawab tujuan dilaksanakannya
penelitian ini maka pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan penelitian
Pendekatan penelitian deskriptif adalah pendekatan dengan membandingkan
teori maupun peraturan-peraturan dengan keadaan dan kondisi yang terjadi dilapangan,
kemudian dikaji dan dianalisis untuk mengambil suatu kesimpulan.
Adapun ciri - ciri penelitian deskriptif menurut Hadari Nawawi (1993 : 63).
a. Memusatkan perhatian pada masalah-masalah yang ada pada saat penelitian dilakukan
saat sekarang atau masalah-masalah yang bersifat aktual.
b. Menggunakan fakta-fakta tentang masalah yang diselidiki sebagimana adanya.
6.4. Langkah Metodologi.
Secara umum penelitian ini menggunakan pendekatan analisa kebutuhan
(demand analysis). Dalam hubungan ini akan diidentifikasi hal-hal yang diperlukan atau
dibutuhkan oleh pengusaha UIKM yang sudah ada untuk berkembang dan
mengembangkan usahanya dan kebutuhan para calon pengusaha UIKM untuk memulai
usahanya.
Untuk itu secara rinci pekerjaan mendeteksi kebutuhan yang dimaksud akan
mengikuti langkah-langkah berikut ini :
1. Analisa terhadap kondisi faktor eksternal dari UIKM. Faktor-faktor eksternal yang di
analisa ini adalah iklim ekonomi, sosial dan politik di Kabupaten Nias dalam arti
keseluruhan yang akan dikaji sedemikian rupa.
2. Analisa terhadap kondisi faktor internal dari UIKM. Faktor-faktor internal yang di
analisa ini adalah tentang kemampuan sumber daya manusia, organisasi dan
manajemen, permodalan, sisterm produksi, produk, dan lain-lain.
Untuk mendapatkan informasi tentang faktor eksternal dan internal yang akan
1. Menyusun kuisioner dan bahan wawancara.
2. Mendistribusikan kuisioner kepada responden (UIKM) yang terpilih berdasarkan
sampel yang telah ditetapkan.
3. Melakukan observasi terhadap kegiatan UIKM.
4. Melakukan wawancara kepada pihak terkait dengan UIKM.
5. Pengalaman dan studi literatur lainnya.
6.5. Pengolahan Data.
Dalam pengolahan data, jawaban yang diperoleh diberi simbol berupa angka.
Tahap pertama yang dilakukan dalam analisa dan pengolahan data ini adalah dengan
mempelajari jawaban responden yang telah dikategorikan terlebih dahulu dan memberikan
kode kepada jawaban yang ada. (Singarimbun, 1987 : 219).
Skala pengukuran yang dipergunakan dalam pengolahan data adalah dengan
menggunakan Skala Likert. Menurut Sugiyono (1997 : 73), Skala Likert digunakan untuk
mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang
fenomena sosial. Dengan Skala Likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi
subvariabel. Kemudian subvariabel dijabarkan menjadi komponen-komponen yang dapat
terukur. Komponen-komponen yang terukur ini kemudian dijadikan sebagai titik tolak
untuk menyusun item instrumen yang dapat berupa pertanyaan atau pernyataan yang
kemudian dijawab oleh responden dalam bentuk checklist atau pilihan ganda. Untuk
keperluan analisis secara kuantitatif, maka setiap jawaban diberi skor atau nilai.
Dalam kuisioner yang dipakai di dalam penelitian ini, jawaban dan skor/nilai
1. Sangat Setuju Sekali/Sangat Menentukan Sekali/Sangat Diperlukan Sekali, dengan
skor/nilai = 5.
2. Sangat Setuju / Sangat Menentukan / Sangat Diperlukan, dengan skor / nilai = 4.
3. Setuju/Menentukan/Diperlukan, dengan skor/nilai = 3.
4. Kurang Setuju / Kurang Menentukan / Kurang Diperlukan, dengan skor / nilai
= 2.
5. Tidak Setuju/Tidak Menentukan/Tidak Diperlukan, dengan skor/nilai = 1.
Data yang telah dikumpulkan, diolah terlebih dahulu dan kemudian disajikan
dalam bentuk tabel-tabel guna kepentingan analisis. Dalam pengolahan data yang telah
diperoleh dari lapangan, langkah yang dilakukan adalah :
1. Editing. Data yang masuk (raw data) diperiksa apakah terdapat kekeliruan-kekeliruan
dalam pengisian dan lain-lain atau tidak.
2. Coding, yaitu pemberian tanda, simbol atau kode bagi tiap-tiap data yang masuk dalam
kategori yang sama.
3. Tabulating. Jawaban-jawaban yang serupa dikelompokkan dengan cara teliti dan
teratur, kemudian dihitung dan dijumlah berapa banyak peristiwa, gejala, items yang
masuk dalam satu kategori.
Langkah selanjutnya yang dilakukan adalah menganalisa data. Proses analisis
merupakan usaha untuk menemukan jawaban atas pertanyaan/pernyataan perihal
rumusan-rumusan atau hal-hal yang diperoleh dalam penelitian. Untuk menganalisa data dalam
penelitian ini dilakukan dengan cara analisa non statistik, yaitu dengan membaca
7. Hasil dan Pembahasan.
7.1. Kebijakan Pembangunan UIKM di Indonesia.
Berdasarkan analisa data sekunder, secara nasional kebijakan dan program
pemerintah atau swasta yang telah diluncurkan untuk membantu UIKM sangat bervariasi,
namun dalam realisasinya sering terdengar kritik-kritik berikut :
1. Kurang efektif dan efisien serta tidak terpadu dan berkesinambungan karena
dilaksanakan secara terpisah-pisah oleh departemen masing-masing, sehingga dalam
realisasinya lebih besifat “top-down effects”.
2. Kurangnya keseriusan personil pelaksana dalam menangani persoalan karena yang
bersangkutan bukanlah personil yang menerima resiko langsung atas kegagalan
pekerjaannya (risk taker), para pelaksana bukanlah transferor, dinamisator dan
stimulator yang bermotivasi tinggi dan menguasai permasalahan secara mendalam ;
3. Kurang mendapat “feed back” inovatif dari penerima bantuan karena masyarakat atau
kelompok sasaran bantuan tersebut tidak terpilih dengan cara-cara yang profesional,
malah sering penentuan sasaran bantuan berbasis intuitif yang berwenang untuk
tujuan-tujuan tertentu yang bersifat politis ;
4. Sulit menumbuhkembangkan UIKM melalui bantuan perusahaan-perusahaan berskala
besar (BUMN/BUMD, perusahaan swasta), karena tidak mudah mendapatkan UIKM
yang inovatif dimana produknya terintegrasi langsung atau dapat diintegrasikan dengan
produk-produk perusahaan-perusahaan skala besar tersebut, oleh sebab itu sulit
diciptakan kemitraan yang dinamis antara UIKM dengan usaha skala besar.
Cara-cara yang demikian ternyata telah menimbulkan lemahnya keterkaitan
skims program-program bantuan yang diberikan oleh pemerintah atau pihak swasta.
Karena itu program-program yang diluncurkan akhirnya menjadi sumber pemborosan.
Misalnya program mengikut sertakan UIKM khususnya perusahaan pribumi
dalam proyek-proyek PMDN dan PMA oleh perusahaan besar (semenjak 1970), tidak
begitu berhasil karena terlalu birokratis, melibatkan cukup banyak aktor pembantu atau
instansi-instansi pemerintah, untuk tujuan tersebut, kegiatan pembinaan teknis usaha
dilakukan oleh lembaga-lembaga pada instansi-instansi pemerintah secara terpisah seperti
proyek Departemen Perindustrian, BLK oleh Depnaker, Pusat Inkubasi Bisnis oleh
Depkop, dll. Karena terlalu banyak yang terlibat sehingga sinkronisasi pembinaan dan
kebutuhan sulit ditemukan.
Dipihak swasta misalnya dikenal degan deklarasi para konglomerat (1990)
untuk membantu UIKM yang dikenal dengan istilah “Deklarasi Jimbaran”, tidak mencapai
sasaran sebagaimana komitmen semula karena tidak diorganisir secara profesional dan
terasa lebih bertujuan politis ketimbang bisnis murni.
Demikian pula dengan perusahaan-perusahaan milik negara (BUMN) atau
milik daerah (BUMD), diharapkan sebagai dinamisator ekonomi rakyat dan daerah melalui
bantuan dana yang diambil dari keuntungannya pertahun (2,5% - 5,0%) untuk UIKM jua
tidak berjalan mulus dan sesuai dengan harapan masyarakat karena perusahaan-perusahaan
tersebut tidak memiliki hak otonom yang luas untuk mengaturnya, dan tidak dapat
diberikan kepada “lembaga independen” tetapi semuanya dilakukan sendiri dan diatur dari
pusat melalui ketentuan menteri terkait sehingga dalam pelaksanaannya lebih berbobot
politis.
Sebetulnya persoalan permodalan bagi UIKM bukanlah suatu hal yang berdiri
mendapatkan proyek yang prospektif dikalangan UIKM bukanlah pekerjaan yang
sederhana karena diperlukan suatu studi yang mendalam, penelitian dan rekayasa produk
dan jasa terkait sehingga bernilai tambah tinggi, berdaya saing dan terjual.
7.2. Pembangunan UIKM di Kabupaten Nias.
Berdasarkan analisa data sekunder, di Kabupaten Nias cukup banyak
kelembagaan yang dikerahkan untuk membantu UIKM terutama dalam konteks penelitian,
pendidikan dan pelatihan ketrampilan manajemen, baik yang dilakukan oleh dinas-dinas
dan instansi (Dinas Perindagtamben, Dinas Pertanian, Dinas Kelautan dan Perikanan,
Dinas Koperasi PKM dan Penanaman Modal, BAPPEDA, BPM, dll) maupun yang
dilakukan oleh Kadin (pameran dan promosi produk, temu usaha, dll) dan
lembaga-lembaga swadaya masyarakat lainnya. Masing-masing bekerja sendiri-sendiri, terpisah satu
sama lain tanpa koordinasi yang produktif pada satu fokus karena dibatasi oleh tugas
pokok dan fungsi masing-masing sehingga “bantuan terpadu dan berkesinambungan“ yang
merupakan harapan banyak UIKM di Kabupaten Nias sulit untuk terealisir. Keadaan yang
demikian semakin menyulitkan lagi bagi pengusaha UIKM atau calon pengusaha UIKM
jika dikaitkan dengan usaha mereka untuk membangun prospektif proyek melalui kegiatan
inovasi usaha dan produk (business innovation and product development).
Kurangnya perhatian pemerintah, swasta, Perguruan Tinggi, dan lain-lain
terhadap pengembangan produk-produk inovasi (inovasi teknologi) di tingkat UIKM
adalah suatu kekeliruan, karena telah menyebabkan penguasaan teknologi produk bagi
UIKM sangat lemah, karena itu pula mengapa mereka tidak proaktif dalam membangun
kekuatan sendiri, mengolah sumber-sumber potensial dan membangun kemitraan yang
dikalangan UIKM adalah alasan bagi perusahan-perusahaan besar untuk kurang tertarik
membangun keterkaitan atau kemitraan dengan UIKM dan sebaliknya bagi UIKM menjadi
tidak efisien dan efektif jika memasuki pasar yang sudah dikuasai oleh perusahaan besar.
Kondisi yang kurang baik tersebut adalah penyebab mengapa masih banyak
hasil-hasil pertanian yang dijual dalam bentuk mentah, belum diolah sama sekali, meliputi
produk-produk tanaman pangan, hortikultura dan hasil tanaman obat-obatan, tanaman
tahunan, perikanan laut, perikanan darat/sungai, peternakan unggas, ayam, dan lain-lain,
termasuk produk-produk hasil hutan seperti kayu maupun non kayu seperti bambu dan
rotan. Demikian pula dengan kekayaan seni dan budaya yang beraneka ragam kurang
mendapat sentuhan transformasi sehingga tidak bernilai tambah tinggi dan menjadi sumber
pendapatan yang berarti bagi kehidupan mereka dan orang banyak.
Namun demkian dalam melaksanakan pembangunan di sektor industri,
Pemerintah Kabupaten Nias melakukan berbagai kebijakan antara lain seperti yang
tertuang di dalam Perda Kabupaten Nias No. 10 Tahun 2001 tentang Rencana Strategi
(Renstra) Daerah Kabupaten Nias Tahun 2001 - 2006 yaitu : “Mengembangkan komoditi
unggulan serta berdaya saing untuk mendukung pariwisata dan tumbuhnya indusri kecil
dan menengah yang memanfaatkan hasil pertanian dan perkebunan rakyat” dan Perda
Kabupaten Nias No. 13 Tahun 2003 tentang Program Pembangunan Daerah (Propeda)
Kabupaten Nias Tahun 2001-2006 seperti yang tertuang dalam Arah Kebijakan
Pembangunan Ekonomi dan Program Pembangunan Pengembangan Industri berdasarkan
keunggulan komperatif, antara lain :
1. Mengembangkan sistem ekonomi kerakyatan yang bertumpu pada mekanisme pasar
yang berkeadilan dengan prinsip persaingan sehat dan memperhatikan pertumbuhan
2 . Memberdayakan pengusaha kecil menengah dan koperasi agar lebih efisien, produktif
dan berdaya saing dengan menciptakan iklim berusaha yang kondusif dan peluang
usaha yang seluas-luasnya.
3. Mendorong pihak swasta untuk pengembangan industri sebagai usaha perluasan
lapangan kerja.
4. Peningkatan promosi produk unggulan daerah maupun potensi daerah.
Sedangkan Program Pembangunan dalam Pengembangan Industri berdasarkan keunggulan
komperatif adalah :
1. Membina pengusaha industri kecil (Home Industry) didaerah ini untuk meningkatkan
mutu/kualitas produk.
2. Mendorong investasi atau dunia usaha untuk pengembangan industri di Kabupaten
Nias terutama agroindustri.
3. Meningkatkan koordinasi dengan lembaga-lembaga/institusi yang dapat menjembatani
Pemerintah Kabupaten Nias dengan investor.
7.3. Permasalahan UIKM di Kabupaten Nias.
Berdasarkan hasil analisa data primer yang berbasis pada hasil pengisian
kuisioner dan hasil wawancara, maka permasalahan yang dihadapi dalam
menumbuhkembangkan UIKM di Kabupaten Nias secara umum antara lain adalah sebagai
berikut :
1. Letak geografis Kabupaten Nias. Letak geografis Kabupaten Nias yang berada di
Samudera Hindia dan terpisah dari Pulau Sumatera menyebabkan kurangnya daya tarik
investor yang ingin menanamkan modalnya di Kabupaten Nias. Hal ini menyebabkan
perusahaan berskala besar yang diharapkan dapat menopang keberadaan UIKM sampai
saat ini masih belum ada. Keadaan ini juga menyebabkan posisi UIKM menjadi tidak
menguntungkan sehingga kegiatan yang berhubungan dengan produksi, promosi dan
pemasaran menjadi sangat terbatas. Hal ini didukung dengan hasil wawancara dengan
Sekretaris Bappeda Kabupaten Nias pada tanggal 25 April 2006.
2. Kurangnya sarana dan prasarana pendukung. Kurangya sarana dan prasarana
pendukung misalnya jalan, jembatan, alat transportasi, alat komunikasi dan informasi
teknologi, mesin-mesin dan peralatan yang diperlukan dalam berproduksi, dan lain-lain
merupakan salah satu kendala yang dihadapi dalam menumbuhkembangkan UIKM di
Kabupaten Nias. Kondisi ini sangat berpengaruh terhadap kelancaran perolehan bahan
baku, sistem produksi, pemasaran produk serta mengakibatkan biaya (cost) produksi
dan pemasaran menjadi tinggi. Hal ini didukung dengan hasil wawancara dengan
Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan Pertambangan dan Energi Kabupaten Nias
pada tanggal 11 April 2006.
3. Peristiwa bencana alam gempa bumi yang begitu dahsyat pada tanggal 28 Maret 2005
yang lalu, sangat berpengaruh pada kegiatan perekonomian masyarakat secara umum
dan kegiatan UIKM secara khusus di Kabupaten Nias. Berdasarkan hasil pengamatan
dilapangan dan didukung dengan hasil wawancara dengan Ketua DPRD Kabupaten
Nias pada tanggal 29 Maret 2006, Kepala Dinas Perindagtamben Kabupaten Nias pada
tanggal 11 April 2006, Sekretaris Komisi C DPRD Kabupaten Nias pada tanggal 18
April 2006, Ketua STIE Pembnas Nias pada tanggal 20 April 2006 dan Sekretaris
Bappeda Kabupaten Nias pada tanggal 25 April 2006, sebagai akibat terjadinya
bencana alam ini sarana dan prasarana yang selama ini mendukung kegiatan UIKM
kuisioner yang telah dilakukan, bagaimana pengaruh yang diakibatkan oleh bencana
alam gempa bumi tersebut terhadap perekonomian dan kegiatan UIKM di Kabupaten
Nias antara lain adalah seperti dapat kita lihat pada Tabel 4.1. dibawah ini :
Tabel 4.1. Pengaruh Bencana Alam Gempa Bumi Terhadap Perekonomian Dan UIKM Di Kabupaten Nias.
No Pengaruh Bencana Gempa Bumi Bobot
1. Terhadap kemampuan daya beli masyarakat 97,07
2. Terhadap aktifitas/pekerjaan masyarakat 96,40
3. Terhadap kegiatan produksi (usaha industri) 96,17
4. Terhadap kesejahteraan masyarakat 95,50
5. Terhadap iklim usaha 95,05
Sumber : Hasil penelitian (diolah).
Dari tabel tersebut diatas kita dapat melihat bahwa akibat bencana alam
gempa bumi yang terjadi pada tanggal 28 Maret 2005 di Kabupaten Nias, 97,07 persen
menyatakan bahwa bencana alam gempa bumi sangat berpengaruh terhadap
kemampuan daya beli masyarakat, 96,40 persen menyatakan bahwa bencana alam
gempa bumi sangat berpengaruh terhadap aktifitas/pekerjaan masyarakat, 96,17 persen
menyatakan bahwa bencana alam gempa bumi sangat berpengaruh terhadap kegiatan
produksi (usaha industri), 95,50 persen menyatakan bahwa bencana alam gempa bumi
sangat berpengaruh terhadap kesejahteraan masyarakat dan 95,05 persen menyatakan
bahwa bencana alam gempa bumi sangat berpengaruh terhadap iklim usaha. Hal ini
berarti bahwa dengan kejadian bencana alam gempa bumi, mengakibatkan kegiatan
perekonomian dan kegiatan UIKM di Kabupaten Nias menjadi tidak kondusif.
4. Terbatasnya jumlah dana yang dianggarkan untuk UIKM. Sesuai dengan hasil
wawancara dengan Ketua DPRD Kabupaten Nias pada tanggal 29 Maret 2006,,
terbatasnya jumlah dana yang dianggarkan untuk UIKM merupakan salah satu kendala
apapun program dan kegiatan yang akan dilaksanakan dalam membantu UIKM untuk
bertumbuh dan berkembang, bila dana yang disediakan terbatas maka hasilnya juga
sudah barang tentu tidak sesuai dengan apa yang diharapkan.
5. Lemahnya keahlian, ketrampilan dan kualitas sumber daya manusia yang tersedia.
Kondisi seperti ini merupakan salah satu kendala yang dihadapi dalam
menumbuhkembangkan UIKM di Kabupaten Nias. Lemahnya keahlian, ketrampilan
dan kualitas sumber daya manusia sangat berpengaruh terhadap kegiatan produksi dan
produk yang dihasilkan. Lemahnya keahlian, ketrampilan dan sumber daya manusia
juga berpengaruh terhadap kemampuan dalam manajemen usaha termasuk kegiatan
pengelolaan keuangan, promosi dan pemasaran serta kemampuan untuk menjalin
kerjasama dengan mitra usaha baik dalam daerah, luar daerah dan luar negeri. Hal ini
didukung dengan hasil wawancara dengan Ketua DPRD Kabupaten Nias, Kepala Dinas
Perindagtamben Kabupaten Nias, Sekretaris Komisi C DPRD Kabupaten Nias dan
Ketua STIE Pembnas Nias.
6. Permodalan. Permodalan adalah masalah utama yang dihadapi oleh pengusaha UIKM
di Kabupaten Nias. Hal ini disebabkan oleh karena rendahnya pendapatan masyarakat
khususnya pengusaha dengan aset yang sangat terbatas serta akses pada lembaga
keuangan (perbankan) sangat terbatas. Hal ini didukung dengan hasil wawancara
dengan Ketua DPRD Kabupaten Nias, Kepala Dinas Perindagtamben Kabupaten Nias,
Sekretaris Komisi C DPRD Kabupaten Nias, Ketua STIE Pembnas Nias dan Sekretaris
Bappeda kabupaten Nias.
Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya dan didukung oleh hasil penelitian
bahwa pembangunan sektor industri khususnya UIKM harus didorong dan
ditumbuhkembangkan untuk memacu pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam kegiatan pembangunan nasional, daerah
sampai ke tingkat pedesaan. Hal ini penting mengingat UIKM bisa lebih banyak membuka
kesempatan kerja bagi rakyat banyak kelompok menengah ke bawah sebagai kelompok
yang jumlahnya terbesar. Bagi masyarakat dan daerah Kabupaten Nias
menumbuhkembangkan UIKM adalah kebutuhan yang sangat penting sekali dalam rangka
meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat di daerah Kabupaten Nias.
Apalagi jika hal ini dihubungkan dengan bencana alam gempa bumi yang begitu dahsyat
yang dampaknya begitu terasa sekali terhadap kehidupan perekonomian masyarakat
Kabupaten Nias, maka usaha menumbuhkembangkan UIKM adalah hal yang mutlak
dilakukan. Pentingnya peranan UIKM terhadap masyarakat dan daerah Kabupaten Nias
dapat dilihat pada Tabel 4.2. dibawah ini.
Tabel 4.2. Peranan UIKM Terhadap Kehidupan Masyarakat Dan Daerah.
No Peranan UIKM Bobot
1. Peranan UIKM dalam mengurangi kemiskinan 90,78 2. Peranan UIKM dalam pemulihan kesejahteraan masyarakat pasca gempa bumi 89,88 3. Peranan UIKM dalam penyediaan dan perluasan lapangan kerja 89,66 4. Peranan UIKM dalam memacu aktifitas dan kreatifitas masyarakat. 89,43 5. Peranan UIKM dalam pengembangan potensi yang dimiliki daerah. 88,31 6. Peranan UIKM dalam pengelolaan sumber daya alam 87,86 7. Peranan UIKM dalam mengejar ketertinggalan dengan daerah lain dalam
pelaksanaan pembangunan 87,64
8. Peranan UIKM dalam pemberdayaan masyarakat 87,41 9. Peranan UIKM dalam percepatan pembangunan 87,41 10. Peranan UIKM dalam peningkatan pendapatan dan perekonomian masyarakat
dan daerah
87,41
Dari tabel tersebut diatas, kita dapat melihat bahwa 90,78 persen menyatakan
bahwa UIKM memiliki peranan dalam mengurangi kemiskinan, 89,88 persen menyatakan
bahwa UIKM memiliki peranan dalam memulihkan kesejahteraan masyarakat pasca
gempa bumi, 89, 66 persen menyatakan bahwa UIKM memiliki peranan dalam penyediaan
dan perluasan lapangan kerja, 89,43 persen menyatakan bahwa UIKM memiliki peranan
dalam memacu aktifitas dan kreatifitas masyarakat, 88,31 persen menyatakan bahwa
UIKM memiliki peranan dalam pengembangan potensi yang dimiliki daerah, 87, 86 persen
menyatakan bahwa UIKM memiliki peranan dalam pengelolaan sumber daya alam, 87,64
persen menyatakan bahwa UIKM memiliki peranan dalam mengejar ketertinggalan dengan
daerah lain dalam pelaksanaan pembangunan, 87,41 persen menyatakan bahwa UIKM
memiliki peranan dalam pemberdayaan masyarakat, percepatan pembangunan dan
peningkatan pendapatan/perekonomian masyarakat dan daerah, 86,74 persen menyatakan
bahwa UIKM memiliki peranan terhadap pertumbuhan ekonomi dan partisipasi
masyaarakat dalam pembangunan dan 86,06 persen menyatakan bahwa UIKM memiliki
peranan dalam penyediaan kebutuhan masyarakat lokal.
Oleh sebab itu menumbuhkembangkan UIKM merupakan hal yang sangat
strategis dan sangat menentukan dalam percepatan pembangunan daerah baik sekarang
maupun di masa-masa yang akan datang. Masyarakat di Kabupaten Nias tentu hanya akan
berperan sebagai penonton di daerah sendiri jika sektor UIKM terlambat
ditumbuhkembangkan. Apalagi jika dihubungkan dengan keadaan dan kondisi
perekonomian masyarakat dan daerah Kabupaten Nias yang melemah akibat terjadinya
bencana alam gempa bumi yang begitu dahsyat pada tanggal 28 Maret 2005 yang lalu.
Musibah ini telah memporak-porandakan kehidupan ekonomi terutama bagi kelompok
ketertinggalannya dalam pembangunan dan pertumbuhan ekonomi, maka
menumbuhkembangkan UIKM sangat tepat untuk segera dilaksanakan.
Dalam menumbuhkembangkan UIKM di Kabupaten Nias ada beberapa faktor
penting yang perlu menjadi perhatian utama sebagai kebutuhan esensial atau kebutuhan
mendasar antara lain adalah seperti terlihat pada Tabel 4.3. dibawah ini.
Tabel 4.3. Faktor-faktor Esensial Yang Dibutuhkan Dalam Menumbuhkembangkan UIKM Di Kabupaten Nias.
No Faktor-faktor Esensial Bobot
1. Ketersediaan mesin dan peralatan 95,50
2. Inovasi 95,28
3. Terciptanya peluang pasar 95,28
4. Terciptanya promosi 95,05
5. Peningkatan mutu produk 94,83
6. Kondisi dan iklim yang dapat menarik investor 94,60
7. Hubungan kerjasama dengan lembaga keuangan (bank) 93,93
8. Peningkatan kualitas SDM pengusaha 93,70
9. Hubungan kerjasama dengan BUMN 93,25
10. Hubungan kerjasama dengan BUMD 93,25
Sumber : Hasil penelitian (diolah).
Dari tabel diatas, menunjukkan kepada kita bahwa 95,50 persen menyatakan
bahwa ketersediaan mesin dan peralatan adalah sangat menentukan dan merupakan
kebutuhan esensial dalam usaha menumbuhkembangkan UIKM, 95,28 persen menyatakan
bahwa inovasi dan terciptanya peluang pasar sangat menentukan, 95,05 persen menyatakan
bahwa promosi produk sangat menentukan, 94,83 persen menyatakan bahwa peningkatan
mutu produk sangat menentukan, 94,60 persen menyatakan bahwa kondisi dan iklim
sangat menentukan, 93,93 persen menyatakan bahwa hubungan kerjasama dengan lembaga
keuangan (bank) sangat menentukan, 93,70 persen menyatakan bahwa peningkatan
kualitas sumber daya manusia pengusaha sangat menentukan, dan 93,25 persen
menyatakan bahwa hubungan kerjasana dengan BUMN dan BUMD sangat menentukan
Selain kebutuhan esensial tersebut diatas, hal lain yang begitu penting dalam
menumbuhkembangkan UIKM di Kabupaten Nias adalah adanya peranan pemerintah,
perguruan tinggi, lembaga keuangan (bank), BUMN, BUMD dan lain-lain seperti terlihat
pada Tabel 4.4. dibawah ini.
Tabel 4.4. Peranan Pemerintah Dan Swasta Dalam Menumbuhkembangkan UIKM Di Kabupaten Nias.
No Peranan Bobot
1. Perguruan Tinggi 98,65
2. Pemerintah Kabupaten Nias 93,48
3. Pemerintah Propinsi Sumatera Utara 93,48
4. Pemerintah Pusat 93,48
5. Lembaga Keuangan (bank) 91,23
6. BUMN, BUMD 90,33
7. Perusahaan swasta 90,11
8. Kadin, asosiasi, LSM, dll 86,96
Sumber : Hasil penelitian (diolah).
Dari tabel tersebut diatas, kita dapat melihat bahwa 98,65 persen menyatakan
bahwa peranan perguruan tinggi dalam usaha menumbuhkembangkan UIKM adalah sangat
menentukan, 93,48 persen menyatakan bahwa peranan Pemerintah Kabupaten Nias,
Pemerintah Propinsi Sumatera Utara dan pemerintah pusat sangat menentukan, 91,23
persen menyatakan bahwa peranan lembaga keuangan (bank) sangat menentukan, 90,33
persen menyatakan bahwa peranan BUMN dan BUMD sangat menentukan, 90,11 persen
menyatakan bahwa peranan perusahaan swasta sangat menentukan dan 86,96 persen
menyatakan bahwa peranan Kadin, asosiasi, LSM dan lain-lain sangat menentukan.
Selain peranan tersebut diatas kebijakan-kebijakan yang dilakukan oleh
pemerintah juga sangat menentukan. Kebijakan-kebijakan dimaksud antara lain :
kemudahan-kemudahan dalam birokrasi, program yang efektif dan efisien, tanggungjawab
pemberian bantuan dana, memfasilitasi UIKM dengan perusahaan-perusahaan besar. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.5. dibawah ini.
Tabel 4.5. Kebijakan-Kebijakan Yang Dilakukan Pemerintah.
No Kebijakan-kebijakan yang dilakukan pemerintah Bobot
1. Pemberian bantuan dana 94,38
2. Pendidikan dan pelatihan kepada pengusaha 92,13
3. Pemberian bantuan mesin dan peralatan 91,68
4. Memfasilitasi UIKM dengan perusahaan-perusahaan besar 89,88
5. Pemberian paket-paket kredit 89,21
6. Pengembangan potensi sumber daya alam 88,76
7. Program-program yang efektif dan efisien 84,04
8. Tanggungjawab aparat pemerintah 83,59
9. Kemudahan-kemudahan dalam urusan birokrasi 82,47
Sumber : Hasil penelitian (diolah).
Dari tabel tersebut diatas, kita dapat melihat bahwa 94,38 persen menyatakan
bahwa kebijakan pemerintah dalam pemberian bantuan dana kepada UIKM sangat
diperlukan, 92,13 persen menyatakan bahwa kebijakan pemerintah dalam menyediakan
dan melaksanakan pendidikan dan pelatihan kepada pengusaha sangat diperlukan, 91,68
persen menyatakan bahwa kebijakan pemerintah dalam pemberian bantuan mesin dan
peralatan kepada UIKM sangat diperlukan, 89,88 persen menyatakan bahwa kebijakan
pemerintah dalam memfasilitasi UIKM dengan perusahaan-perusahaan besar sangat
diperlukan, 89,21 persen menyatakan bahwa kebijakan pemerintah dalam pemberian
paket-paket kredit kepada UIKM sangat diperlukan, 88,76 menyatakan bahwa kebijakan
pemerintah dalam pengembangan potensi sumber daya alam sangat diperlukan, 84,04
persen menyatakan bahwa kebijakan pemerintah dalam perencanaan program-program
yang efektif dan efisien sangat diperlukan, 83,59 persen menyatakan bahwa
tanggungjawab aparatur pemerintah sangat diperlukan dan 82,47 persen menyatakan
Untuk menjawab dan merealisasikan hal tersebut diatas dan untuk membantu
program pemerintah, maka dibutuhkan sebuah lembaga sinergis yang mampu membantu
UIKM untuk bertumbuh dan berkembang. Bantuan-bantuan yang dapat diberikan oleh
lembaga ini antara lain dapat dilihat pada Tabel 4.6. dibawah ini.
Tabel 4.6. Bantuan Yang Dapat Diberikan Oleh Lembaga Sinergis Dalam Menumbuhkembangkan UIKM Di Kabupaten Nias.
No Bantuan yang diberikan Bobot
1. Bantuan permodalan 94,60
2. Bantuan teknologi 94,38
3. Bantuan pemasaran produk 94,38
4. Bantuan pelatihan pemasaran 94,38
5. Bantuan pelatihan pengelolaan keuangan 94,15
6. Bantuan pelatihan manajemen 93,93
7. Bantuan menjadi penghubung dengan calon konsumen 93,25
8. Bantuan menjadi penghubung dengan calon mitra usaha 93,25 Sumber : Hasil penelitian (diolah).
Dari tabel tersebut diatas kita dapat melihat bahwa 94,60 persen menyatakan
bahwa bantuan permodalan sangat diperlukan oleh UIKM, 94,38 persen menyatakan
bahwa bantuan teknologi, bantuan pemasaran produk dan bantuan pelatihan pemasaran
sangat diperlukan oleh UIKM, 94,15 persen menyatakan bahwa bantuan pelatihan
pengelolaan keuangan sangat diperlukan oleh UIKM, 93,93 persen menyatakan bahwa
bantuan pelatihan manajemen sangat diperlukan oleh UIKM, dan 93,25 persen menyatakan
bahwa bantuan untuk dihubungkan dengan calon konsumen dan calon mitra usaha sangat
diperlukan oleh UIKM. Untuk membantu UIKM bertumbuh dan berkembang di
Kabupaten Nias, bantuan-bantuan tersebut diatas mutlak diperlukan mengingat kondisi dan
keadaan yang sedang dihadapi oleh UIKM saat ini. Apalagi setelah terjadinya bencana
alam gempa bumi 28 Maret 2005, maka peran lembaga sinergis yang efektif dan efisien
Kabupaten Nias bukan semakin maju tetapi malah akan semakin mengalami kemunduran
yang pada akhirnya kehidupan perekonomian masyarakat akan semakin terpuruk.
Berdasarkan hasil pengamatan dan penelitian di lapangan menunjukkan
bahwa 96,62 persen pengusaha UIKM menyatakan bahwa lembaga sinergis yang mampu
mensinkronkan berbagai kepentingan UIKM dimaksud memang dibutuhkan dalam
membantu UIKM bertumbuh dan berkembang di Kabupaten Nias.
Untuk melaksanakan kegiatan operasionalnya dalam membantu UIKM
bertumbuh dan berkembang di Kabupaten Nias, lembaga ini memiliki kegiatan-kegiatan
yang diharapkan bisa dan mampu membantu UIKM. Adapun kegiatan-kegiatan yang dapat
dilakukan oleh lembaga ini dalam membantu UIKM bertumbuh dan berkembang di
Kabupaten Nias antara lain adalah seperti terlihat pada Tabel 4.7. dibawah ini.
Tabel 4.7. Kegiatan Lembaga Sinergis Dalam Menumbukembangkan UIKM Di Kabupaten Nias
No Kegiatan Bobot
1. Membangun jaringan secara nasional dan internasional 93,25 2. Pelatihan dan peningkatan kemampuan dan ketrampilan manajemen usaha 91,23 3. Membantu mencari dan membangun kerjasama dalam proses kreasi dan
pengembangan usaha industri 91,01
25. Penyadaran bahwa orientasi keuntungan semata-mata bukan bisnis yang
menguntungkan dan berjangka panjang 88,76 26. Pelaksanaan studi kelayakan proyek/bisnis/usaha 88,08 27. Melakukan deteksi, seleksi dan promosi calon pengusaha 87,65 28. Membangun kerjasama yang aktif dengan pemerintah dan instansi terkait. 87,64 29. Pertumbuhan dan perkembangan UIKM berbasis sinergis keahlian dan
ketrampilan antara pakar dan praktisi 87,64 30. Refleksi inovasi teknologi dan bisnis secara teratur dan permanen dengan
perguruan tinggi dan Kadin 87,41
31. Penelitian dan pengembangan 86,96
32. Seminar, panel mengenai hal-hal baru dan spesifik untuk bisnis dan industri 86,29 33. Publikasi dan sirkulasi bisnis dan teknologi 85,16 34. Menciptakan hubungan dengan negara lain 84,71 35. Mengeksploitasi dan mendayagunakan sumber-sumber teknologi dan ekonomi
lokal 84,04
Sumber : Hasil penelitian (diolah).
Dari tabel tersebut diatas, terlihat bahwa kegiatan - kegiatan lembaga ini
memang sangat menentukan dan sangat diperlukan dalam usaha menumbuhkembangkan
UIKM di Kabupaten Nias. Dari hasil penelitian yang dilakukan seperti yang terlihat pada
tabel diatas menunjukkan bahwa 84 persen lebih menyatakan bahwa kegiatan-kegiatan
lembaga ini sangat diperlukan.
Dilihat dari segi pengguna, maka lembaga ini ditujukan untuk calon
pengusaha, pengusaha yang sedang dalam pertumbuhan tetapi terkendala, pengusaha yang
sedang dalam pertumbuhan dan bahkan pengusaha yang sudah maju seperti dapat dilihat
pada Tabel 4.8. dibawah ini.
Tabel 4.8. Pengguna Lembaga.
No Pengguna Bobot
1. Pengusaha yang sedang bertumbuh tetapi terkendala 92,80
2. Pengusaha yang sedang dalam pertumbuhan 92,80
3. Calon pengusaha 89,43
4. Pengusaha yang sudah maju 88,53
Sumber : Hasil penelitian (diolah).
Dari tabel tersebut diatas terlihat bahwa 92,80 persen menyatakan bahwa
lembaga ini diperlukan oleh pengusaha yang sedang bertumbuh baik yang terkendala
bahwa lembaga ini diperlukan oleh calon pengusaha dan 88,53 persen menyatakan bahwa
lembaga ini bahkan diperlukan oleh pengusaha yang sudah maju. Hal ini menunjukkan
bahwa keberadaan lembaga sinergis yang efektif dan efisien sangat membantu calon
pengusaha untuk memulai usahanya dan pengusaha dalam mengembangkan usahanya
lebih baik.
Dalam melaksanakan misinya, lembaga ini tidak mungkin bekerja tanpa
adanya dukungan yang diperoleh dari berbagai pihak. Adapun dukungan yang diharapkan
[image:30.595.85.529.330.529.2]oleh lembaga ini adalah antara lain seperti terlihat pada Tabel 4.9. dibawah ini.
Tabel 4.9. Dukungan Yang Diharapkan Lembaga.
No Dukungan yang diharapkan Bobot
1. Dukungan dana dari Pemerintah Kabupaten Nias 94,15
2. Dukungan dana dari Pemerintah Propinsi Sumatera Utara 94,15 3. Dukungan dana dari Pemerintah Pusat melalui departemen
terkait dengan UIKM
94,15
4. Dukungan dana dari para perantau asal Nias/konglomerat nasional.
90,33
5. Dukungan dana dari sumber lain yang sah 88,08
6. Dukungan dana dari kegiatan, penelitian, konsultasi, kreasi dan
animasi 87,64
7. Dukungan politis 86,96
8. Dukungan fasilitas perkantoran 86,96
Sumber : Hasil penelitian (diolah).
Dari tabel tersebut diatas, 94,15 persen menyatakan bahwa dukungan dana
dari pemerintah baik Pemerintah Kabupaten Nias, Pemerintah Propinsi Sumatera Utara
maupun pemerintah pusat melalui departemen yang terkait dengan UIKM sangat
menentukan, 90,33 persen menyatakan bahwa dukungan dana dari para perantau asal
Nias/konglomerat nasional sangat menentukan, 80,08 persen menyatakan bahwa dukungan
dana dari sumber lain yang sah sangat menentukan, 87,64 persen menyatakan bahwa
menentukan, dan 86,96 persen menyatakan bahwa dukungan politis dan fasilitas
perkantoran sangat menentukan.
Ini menunjukkan bahwa lembaga ini tidak bisa bekerja sendiri tanpa adanya
dukungan konkrit dari berbagai pihak terkait.
Dalam melaksanakan tugasnya lembaga ini sudah pasti akan mengalami
kendala-kendala, baik kendala internal maupun eksternal. Kemungkinan kendala yang
[image:31.595.86.530.305.446.2]akan dihadapi itu adalah seperti dapat terlihat pada Tabel 4.10. dibawah ini
Tabel 4.10. Beberapa Kemungkinan Kendala Yang Dihadapi Lembaga.
No Kemungkinan kendala Bobot
1. Pendanaan 92,80
2 Infrasruktur 92,58
3. Sumber Daya Manusia 90,11
4. Informasi teknologi 88,76
5. Krisis ekonomi 82,24
6. Kondisi politik daerah 80,44
7. Perolehan lahan 77,75
Sumber : Hasil penelitian (diolah).
Dari tabel tersebut diatas, 92,58 persen menyatakan bahwa kemungkinan
kendala pertama yang dihadapi oleh lembaga ini adalah masalah pendanaan, 92,58 persen
menyatakan bahwa kemungkinan kendala kedua yang dihadapi lembaga adalah ketiadaan
atau keterbatasan infrastruktur yang tersedia, 90,11 persen menyatakan bahwa
kemungkinan kendala ketiga yang dihadapi lembaga adalah yang berhubungan dengan
sumber daya manusia, 88,76 persen menyatakan bahwa kemungkinan kendala keempat
yang dihadapi lembaga adalah keterbatasan informasi teknologi, 82,24 persen menyatakan
bahwa kemungkinan kendala kelima yang dihadapi lembaga adalah krisis ekonomi, 80,44
persen menyatakan bahwa kemungkinan kendala keenam yang dihadapi lembaga adalah
kondisi politik di daerah yang tidak kondusif, dan 77,75 persen menyatakan bahwa
Namun demikian terlepas dari berbagai kemungkinan kendala yang akan
dihadapi, dengan potensi yang dimiliki dan dukungan dari semua pihak lembaga sinergis
ini akan mampu memainkan peranannya dalam membantu UIKM bertumbuh dan
berkembang di Kabupaten Nias.
8. LIB Tano Niha : Sebuah Model Pengembangan Kelembagaan UIKM Kabupaten Nias.
8.1. Pendahuluan.
Dari hasil penelitian yang berbasis pada hasil pengisian kuisioner dan hasil
wawancara yang dielaborasi dengan hasil tinjauan pustaka, maka dihasilkan sebuah model
pengembangan kelembagaan UIKM di Kabupaten Nias.
8.2. Defenisi.
Menyadari kesalahan masa lalu, maka kehendak untuk mengentaskan
kemiskinan, memberdayakan rakyat banyak serta memperkecil kesenjangan sosial
ekonomi antara daerah dan pusat dan antara masyarakat sesamanya sebagaimana
diamanatkan oleh UUD 1945 Pasal 33 sudah merupakan tekad bersama bangsa Indonesia
dewasa ini, inilah tekad Pemerintah Kabinet Indonesia Bersatu.
Untuk maksud tersebut tidak ada pilihan lain selain menempatkan
daerah-daerah, kecamatan dan pedesaan sebagai sasaran kebijakan pembangunan dan UIKM
ditumbuhkembangkan supaya berperan sebagai aktor utama ekonomi rakyat di desa-desa
Kondisi menunjukkan bahwa kendala utama yang menghambat bertumbuh
dan berkembangnya UIKM, terutama didaerah-daerah pada dasarnya adalah sebagai
berikut :
1. Struktur pasar yang tidak seimbang dan sistem persaingan yang tidak sehat, karena
kurang mengutamakan keandalan produk inovasi (teknologi produk) dan peluang pasar
2. Lemahnya semangat inovatif dari individu pengusaha dan calon pengusaha karena
kurangnya faktor pendorong yang proaktif (institusi dinamisator, transferor dan
fasilitator yang dekat dengan mereka) ;
3. Kurangnya kegiatan penelitian yang berorientasi industri karena kurangnya komunikasi
yang produktif antara peneliti dan industrialis atau antara perguruan tinggi dan
pengusaha kecil dan menengah ;
4. Dominasi perusahaan tertentu (cq. perusahaan besar) untuk teknologi tertentu karena
bekerjanya kekuatan monopoli dipaksa dan relatif lama
5. Belum berkembang dan berfungsinya “modal beresiko” secara baik (Perusahaan
Modal Ventura) dan “small banking system” yang fleksibel, mengutamakan keandalan
dan keunggulan proyek usaha ;
6. Lemahnya teknik adopsi dan distribusi, transfer teknologi karena mahalnya informasi
teknologi dan pasar, karena bertumbuh dan berkembangnya kawasan promosi inovasi
produk-produk bisnis yang menyediakan sarana logistik dan penelitian, pendidikan
serta pelatihan dalam satu sistem terpadu berbasis prinsip “leaning by doing on
efficiency basis”.
Karena kendala tersebut diatas maka menumbuhkembangkan UIKM tidaklah
mudah, apalagi dilakukan di daerah-daerah. Disamping itu membutuhkan kemampuan dan
operasional yang lebih efektif. Tidak mungkin bila dilakukan secara sendiri-sendiri tanpa
adanya suatu tim kerja terpadu, yang dapat bekerja secara sinergis, terdiri dari para ahli dan
praktisi yang memiliki keahlian dan ketrampilan yang berbeda namun saling terkait dan
mendukung satu sama lainnya.
Walaupun terdapat beberapa kebijakan dan program-program yang
diimplementasikan selama ini, namun yang lebih spesifik dan khusus untuk keperluan
UIKM baik yang sedang bertumbuh atau yang akan didirikan dapat dikatakan belum ada di
Kabupaten Nias.
Untuk memfasilitasi, mendinamisasi lahir dan berkembangnya UIKM di
Kabupaten Nias, maka akan lebih realistis jika konsep-konsep yang telah teruji peran dan
kesuksesannya seperti konsep ”Business and Innovation Centre (BIC)” di USA,”
“Technopark” di Inggris, “Technopole-PROMOTECH” di Perancis, dengan beberapa
penyesuaian dapat diimplementasikan sehingga sesuai dengan iklim dan kebutuhan serta
perspektif dunia usaha di Indonesia dan potensilitas Kabupaten Nias khususnya. Karena itu
ide “Lembaga Inovasi Bisnis Tano Niha” disingkat menjadi LIB Tano Niha, barangkali
cukup relevan dan representatif untuk kepentingan masyarakat Kabupaten Nias. Tano
Niha adalah nama lain dari Pulau Nias yang artinya adalah Tanah Manusia. Pemakaian
nama ini dimaksudkan untuk lebih mudah mensosialisasikannya karena nama Tano Niha
sangat dicintai dan begitu melekat di hati masyarakat Pulau Nias dan Kabupaten Nias
khususnya. Hal ini juga dimaksudkan agar wadah/lembaga ini lebih dekat dan merasa
dimiliki oleh masyarakat Nias umumnya dan para pengusaha UIKM di Kabupaten Nias
khususnya.
Dengan demikian maka LIB Tano Niha dapat dijadikan sebagai strategi
wadah bekerjanya para ahli secara sinergis untuk membantu calon pengusaha atau
pengusaha yang sedang bertumbuh tetapi terkendala, berbasis prinsip “learning by doing”
dalam menumbuhkembangkan UIKM di Kabupaten Nias atau yang terkait dengan
perekonomian Kabupaten Nias.
8.3. Kegiatan LIB Tano Niha.
1. Membantu dalam melakukan pra-diagnosa proyek usaha sehingga ditemukan
kemungkinan jalur modernisasi dan diversifikasi atau modifikasi.
2. Penelitian dan pengkajian sehingga dapat dibangun prototipe produk dan usaha
berpeluang pasar besar dan menguntungkan.
3. Studi kelayakan proyek usaha sehingga dapat diketahui dan dibangun keunggulan
teknik ekonomis dari proyek yang bersangkutan.
4. Mengarahkan mendamMpingi aktor pelaksana/pemilik usaha dalam mencari mitra
usaha (lokal dan internasional) dan menentukan serta menjalankan operasional untuk
merealisasikan proyek usaha.
5. Mengamati, mengevaluasi dan mengoreksi dalam batas-batas pekerjaan konsultasi.
6. Mengakomodasi dan mengelola kegiatan-kegiatan transfer teknologi dari peneliti ke
pengusaha dan sebaliknya atau pengusaha ke pengusaha (di pasar lokal dan
internasional) sehingga tercipta sirkulasi informasi teknologi produk yang cepat dan
relatif murah.
7. Menyediakan jasa-jasa logistik yang diperlukan untuk menumbuhkembangkan UIKM
sekurang-kurangnya untuk masa lima tahun pertama.
Untuk merealisir fungsi utama tersebut diatas, maka dalam operasionalnya
bersifat umum, kegiatan yang bersifat khusus dan kegiatan animasi usaha. Kegiatan umum
[image:36.595.84.529.166.298.2]dari LIB Tano Niha dimaksud dapat dilihat pada Tabel 5.1. dibawah ini :
Tabel 5.1. Kegiatan Umum LIB Tano Niha.
No Kegiatan Umum
1 Promosi dan konsepsi UIKM berbasis inovasi produk
2 Mencari dan membangun kemitraan usaha
3 Penelitian dan pengembangan modernisasi usaha dan produk
4 Mendeteksi kemungkinan dan membangun diversifikasi usaha dan produk 5 Mencari dan mendeteksi peluang industri dan usaha
6 Expertis tekno-ekonomi proyek industri 7 Deteksi, seleksi dan promosi calon entrepreneur
8 Mengeksploitasi dan mendayagunakan sumber-sumber teknologi dan ekonomi lokal
Sumber : Hasil penelitian (diolah).
Selain kegiatan-kegiatan umum yang dilakukan, LIB Tano Niha juga
melakukan berbagai kegiatan yang bersifat khusus. Kegiatan-kegiatan yang bersifat khusus
[image:36.595.81.543.418.543.2]ini untuk lebih jelasny dapat dilihat pada Tabel 5.2. di bawah ini.
Tabel 5.2. Kegiatan Khusus LIB Tano Niha.
No Kegiatan Khusus
1 Pelatihan dan peningkatan kemampuan dan ketrampilan manajemen usaha
2 Membantu mencari dan membangun kerjasama dalam proses kreasi dan pengembangan usaha industri 3 Membangun dan mengembangkan peluang pasar untuk produk baru (modifikasi, diversifikasi, substitusi,
imitasi,dll)
4 Determinasi inovasi teknologi yang dapat diterima pasar 5 Membantu penyusunan dan implementasi Business Plan
6 Analisa konsistensi dan membangun keterpaduan proyek dan aktornya 7 Analisa konsistensi dan keterpaduan produk pasar
8 Dampingan permanen dalam kongretisasi ide produk inovasi dalam konteks industrialisasi atau pembudidayaan bahan baku
Sumber : Hasil penelitian (diolah).
Sedangkan kegiatan animasi LIB Tano Niha dapat dilihat pada Tabel 5.3. di
bawah ini :
Tabel 5.3. Kegiatan Animasi LIB Tano Niha.
No Kegiatan Animasi
1 Membangun networks secara nasional dan internasional
2 Temu usaha, pelatihan untuk meningkatkan kemampuan dan ketrampilan
3 Perkantoran dan jasa-jasa logistik terkait lainnya, satu atap dengan LIB (kantor bersama)
4 Membangun kerjasama intensif dan aktif dengan lembaga keuangan ”non interest basis” yang menyediakan ”seedcapital” (tingkat daerah, nasional dan internasional)
5 Refleksi dan promosi kualitas (quality promotion and reflection)
6 Penyadaran bahwa profit oriented semata-mata bukan bisnis yang menguntungkan dan berjangka panjang 7 Menyediakan lahan di Kabupaten Nias sebagai tempat percobaan khusus untuk produk-produk agroindustri,
[image:36.595.85.533.637.752.2]8 Mencari akses dengan negara-negara maju dan dengan negara-negara tetangga untuk manifestasi kegiatan transfer teknologi (teknologi, skill, pengalaman, dll)
9 Mengembangkan kerjasama aktif dengan Pemkab Nias, Pemprop Sumatera Utara dan pemerintah pusat melalui departemen terkait
10 Pertumbuhan dan perkembangan UIKM berbasis sinergis keahlian dan ketrampilan antara pakar dan praktisi 11 Membangun kerjasama aktif dengan instansi terkait dalam kegiatan menumbuhkembangkan UIKM dan SDM 12 Refleksi inovasi teknologi dan bisnis secara teratur dan permanen bersama perguruan tinggi dan Kadin 13 Seminar, panel mengenai hal-hal baru dan spesifik untuk bisnis dan industri
14 Publikasi dan sirkulasi informasi bisnis dan teknologi
Sumber : Hasil penelitian (diolah).
5.4. Pengguna.
Dilihat dari segi aktor usaha maka jasa-jasa LIB Tano Niha ditujukan untuk :
1. Calon pengusaha muda, terutama yang terkait dengan putra daerah Nias, memiliki ide
usaha yang cemerlang dan yang bersangkutan memiliki motivasi yang tinggi dan
tangguh.
2. Pengusaha yang sedang dalam pertumbuhan tetapi terkendala, dimana kendala tersebut
bersifat “solvable constraints”.
Dilihat dari segi bidang usaha, maka jasa-jasa LIB Tano Niha diarahkan untuk
menumbuhkembangkan dua bidang usaha yang saling terkait dan melengkapi yaitu bidang
usaha di sektor hulu dan bidang usaha di sektor hilir.
Bidang usaha di sektor hulu meliputi :
1. Usaha-usaha yang berbasis produk-produk hasil pertanian di Kabupaten Nias.
2. Usaha-usaha yang berbasis ketrampilan dan kerajinan tangan.
Sedangkan bidang usaha di sektor hilir meliputi, antara lain :
1. Industri pengolah hasil-hasil pertanian.
2. Industri jasa angkutan.
3. Industri perdagangan penunjang ekspor.
4. Industri penghasil barang ekspor
6. Industri pembangunan rumah sederhana.
Dilihat dari sumber-sumber informasi teknologi maka Perguruan Tinggi
adalah sasaran jasa LIB Tano Niha, terutama dalam rangka mengkomunikasikan peneliti
dengan pengusaha dan sebaliknya.
Dilihat dari segi program pemerintah, maka jasa-jasa LIB Tano Niha akan
membantu BUMN, BUMD, perusahaan swasta, Pemerintah Kabupaten Nias, Pemerintah
Propinsi Sumatera Utara dan pemerintah pusat melalui departemen yang terkait dengan
UIKM dalam menyalurkan bantuannya baik berupa bantuan dana maupun bantuan lainnya
kepada UIKM atau dalam rangka mengelola perusahaan binaannya.
8.5. Prinsip Operasional LIB Tano Niha.
1. Partner Pemerintah Daerah dan Swasta.
LIB Tano Niha dalam menjalankan perannya tidak bisa bekerja sendiri, badan ini
bermisi ganda : sosial dan bisnis yang harus dijalankan secara terpadu. Proses
menumbuhkembangkan UIKM berbasis produk inovasi adalah suatu sistem
pekerjaan yang sangat kompleks. Untuk sukses harus melibatkan banyak faktor dan
mendapatkan dukungan dari banyak pihak. Pekerjaan ini membutuhkan banyak
keahlian dan ketrampilan (produksi, organisasi, pemasaran, dll) dan perlu dukungan
lainnya (iklim, perizinan, pembinaan, sarana dan prasarana, dll). Karena itu dalam
operasionalnya lembaga ini bekerja secara sinergis, bahu membahu dengan instansi
bendera Pemerintah Kabupaten Nias dan dikerjakan oleh swasta atau lembaga
swadaya masyarakat.
2. Pendekatan menyeluruh dan terintegrasi.
LIB Tano Niha adalah suatu sarana untuk membantu penumbuhan dan
pengembangan UIKM baru atau yang sedang berjalan. Pekerjaan ini bersifat
menyeluruh dan terintegrasi satu sama lainnya, ini terlepas dari sifat dan sistem
perusahaan itu sendiri yang sangat kompleks. Karena itu program dan bantuan LIB
Tano Niha tidak bisa setengah-setengah, tetapi harus terpadu dan kontinu, misalnya
mulai dari mengevaluasi dan menyeleksi proyek dan aktonya (pembawa proyek),
dilanjutkan dengan pendampingan dalam penyusunan dan implementasi “Business
Plan (BP)”. Untuk membuat BP maka sebelumnya dilakukan penelitian dan
pengkajian yang mendalam tentang proyek mengenai aspek-aspek yang terkait :
teknologi, komersialisasi, keuangan, SDM, administrasi, dll. Bersamaan dengan
kegiatan tersebut aktornya perlu pula difasilitasi melalui program-program pelatihan
dan penyuluhan, konsultasi dan dukungan logistik/perlengkapan, dll. Setelah BP
tersusun dengan baik dan proyek mulai diimplementasikan maka perkembangan terus
diikuti dan dimonitoring.
Untuk memudahkan komunikasi maka selama dibawah dampingan dan bimbingan
serta pengawasan LIB Tano Niha, perusahaan baru tersebut dapat pula berkantor di
LIB Tano Niha, disini semua fasilitas yang diperlukan disediakan oleh LIB Tano
Niha, tetapi perusahaan yang bersangkutan mesti dikonsinyasi atas pelayanan dan
fasilitas yang dipakai. Sungguhpun demikian biaya-biaya dibebankan berbasis
prinsip”right price” and “right tools” sehingga tidak ada pihak yang tereksploitasi.
Team pengarah dan animasi tidak perlu terlalu banyak, cukup 3-5 orang pada tahap
awal dan 7-9 orang kalau sudah berkembang. Anggota timnya dapat bekerja penuh
atau “part time job”. Anggota team yang penting profesional, bisa bekerja sama
dengan baik secara sinergis satu sama lain, mempunyai motivasi tinggi dan
komitmen serta dedikasi untuk membangun daerah, pandangan luas tentang industri,
memiliki filling bisnis dan industri tanpa harus seorang yang spesialis. Sebagai
animator harus memiliki fungsi ganda ; disamping kegiatan animasi, sekaligus yang
bersangkutan dalam waktu yang sama berperan sebagai koordinator proyek
(arsitektur dan assembler). Untuk mengelola LIB Tano Niha secara keseluruhan
seyogyanya seseorang yang memiliki kemampuan manajemen yang baik, wawasan
dan network yang luas, intelektual, namun juga praktisi dan mampu mengelola LIB
Tano Niha sebagai sebuah perusahaan.
4. Kemitraan industri dan bisnis terbuka sampai ke tingkat internasional.
Fokus kegiatan LIB Tano Niha adalah di lingkungan Kabupaten Nias harus lebih
banyak menyentuh kepentingan ekonomi rakyat desa. Kemitraan diutamakan
dilingkungan sendiri, namun dapat dikembangkan lebih jauh lagi ke luar daerah
Kabupaten Nias sampai ke tingkat nasional dan internasional dengan catatan ada
kontribusinya untuk kepentingan pembangunan daerah. Ruang lingkup jangkauan
aktivitas LIB Tano Niha dan prioritasnya mencerminkan sumber pendanaan yang
akan dipergunakan. LIB Tano Niha dapat memanfaatkan semua sumber pendanaan
yang memungkinkan baik dan terdapat di tingkat lokal maupun terdapat di tingkat
8.6.Faktor Pendukung Lainnya Yang Diperlukan.
Keberhasilan LIB Tano Niha dalam melaksanakan misinya, tidak terlepas dari
dukungan yang di