• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbandingan Metode Konvensional dengan Activity-Based Costing Berdasarkan Akurasi Penentuan Overhead dalam Perhitungan Cost of Goods Manufactured pada PT. XYZ.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perbandingan Metode Konvensional dengan Activity-Based Costing Berdasarkan Akurasi Penentuan Overhead dalam Perhitungan Cost of Goods Manufactured pada PT. XYZ."

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

This study discusses the comparative calculation of the cost of product in the PT. XYZ using conventional method and activity-based costing method based on the accuracy of the determination of overhead in the calculation of cost of goods manufactured. PT. XYZ is a company engaged in the field of food and beverages, especially Bottled Drinking Water (AMDK).

The research method used is descriptive analysis, the research conducted by collecting costs data and analyzing the activities that occur during the manufacturing process; then analyze the activities consumed by each product. The purpose of this study is to determine the difference between the calculations of cost of goods manufactured in conjunction with the accuracy of the determination of overhead cost over conventional methods if compared with activity-based costing method. The author then gives suggestions for using activity-based costing system.

The results showed that the product of 240ml cup experience overcosted at Rp1.117,55; 330ml bottle experience undercosted at Rp59,55; 600ml bottle experience undercosted at Rp304,44; 1.500ml bottle experience undercosted Rp949,55; and 19L gallon experience overcosted at Rp3.3317,43. Therefore, the author concluded that the calculation of the activity-based costing method can produce the product cost more accurately.

(2)

vii

ABSTRAK

Penelitian ini membahas tentang perbandingan perhitungan harga pokok produk di PT. XYZ menggunakan metode konvensional dan metode activity-based costing berdasarkan akurasi penentuan overhead dalam perhitungan cost of goods manufactured. PT. XYZ merupakan sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang

food and beverages, khususnya air minum dalam kemasan (AMDK).

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif analitis, yaitu penelitian dilakukan dengan mengumpulkan data-data biaya dan menganalisis aktivitas-aktivitas yang terjadi selama proses pembuatan produk; kemudian menganalisis aktivitas-aktivitas yang dikonsumsi oleh setiap produk. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan antara perhitungan

cost of goods manufactured dalam hubungannya dengan akurasi penentuan overhead

melalui metode konvensional jika dibandingkan dengan metode activity-based costing. Penulis kemudian memberikan saran untuk menggunakan sistem activity-based costing.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa harga pokok produk untuk kapasitas cup 240ml mengalami overcosting sebesar Rp1.117,55; botol 330ml mengalami

undercosting sebesar Rp59,55; botol 600ml mengalami undercosting sebesar Rp304,44; botol 1500ml mengalami undercosting sebesar Rp949,55; dan galon 19L mengalami overcosting sebesar Rp3.317,43. Jadi penulis menyimpulkan bahwa perhitungan dengan metode activity-based costing dapat menghasilkan harga pokok produk yang lebih akurat.

(3)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRACT ... vi

ABSTRAK ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR TABEL ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 5

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian ... 5

1.4. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN... 7

2.1. Biaya ... 7

2.1.1. Perilaku Biaya ... 7

2.1.2. Pembebanan Biaya ... 10

(4)

ix

2.2. Akuntansi Manajemen ... 12

2.2.1. Tujuan Akuntansi Manajemen ... 13

2.3. Harga Pokok Produksi ... 14

2.3.1. Manfaat Informasi Harga Pokok Produksi ... 15

2.3.2. Metode Penentuan Harga Pokok Produksi ... 16

2.4. Sistem Akuntansi Biaya Konvensional ... 19

2.4.1. Keterbatasan Sistem Biaya Konvensional ... 20

2.5. Activity-Based Costing ... 22

2.5.1. Prosedur Pembebanan Activity-Based Costing ... 23

2.5.2. Penggerak Biaya (Cost-Driver) ... 24

2.5.3. Klasifikasi Aktivitas ... 24

2.5.4. Penentuan Kos Produk Metode Activity-Based Costing ... 26

2.5.5. Keterbatasan Penerapan Activity-Based Costing ... 28

2.6. Perbandingan Sistem Biaya ABC Dengan Tradisional ... 28

2.7. Ilustrasi Perhitungan Harga Pokok Produksi (HPP) Antara Metode Konvensional dan Activity-Based Costing (ABC) ... 29

BAB III METODE PENELITIAN... 36

3.1. Objek Penelitian ... 36

3.1.1. Sejarah Singkat Perusahaan ... 36

3.1.2. Bidang Usaha Perusahaan ... 37

3.2. Metodologi Penelitian ... 38

3.3. Desain Penelitian ... 38

(5)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 41

4.1. Deskripsi Perusahaan ... 41

4.1.1. Visi dan Misi Perusahaan ... 41

4.1.2. Gambaran Umum Proses Produksi ... 42

4.2. Tinjauan Umum Atas Sistem Akuntansi Biaya di PT. XYZ ... 44

4.3. Perhitungan Harga Pokok Produksi Dengan Menggunakan Metode Konvensional ... 44

4.3.1. Komponen Harga Pokok Produksi ... 44

4.3.1.1 Biaya Bahan Baku Langsung (Direct Material Cost) .. 45

4.3.1.2. Biaya Tenaga Kerja Langsung (Direct Labor Cost) .... 46

4.3.1.3. Biaya Produksi Tidak Langsung (Overhead Cost) ... 48

4.3.2. Perhitungan Harga Pokok Produksi (HPP) PT. XYZ Bandung (Metode Konvensional)... 52

4.4. Rancangan Perhitungan Harga Pokok Produksi Metode Activity-Based Costing ... 53

4.4.1. Langkah-langkah Desain Metode Activity-Based Costing ... 54

4.4.2. Mengidentifikasi Aktivitas Pada Produksi AMDK Metode ABC ... 55

4.4.3. Pengelompokkan Aktivitas Ke Dalam Aktivitas Yang Homogen ... 56

4.4.4. Penetapan Aktivitas Ke Dalam Cost Driver ... 57

4.4.5. Jumlah Cost Driver ... 57

4.4.6. Penentuan Tarif Cost Driver ... 58

(6)

xi

4.4.8. Perhitungan Cost of Goods Manufactured Dengan Metode

ABC ... 73

4.5. Analisis Perbandingan Perhitungan Harga Pokok Produksi Menurut Metode Konvensional dan Activity-Based Costing ... 74

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 77

5.1. Simpulan ... 77

5.2. Saran ... 78

DAFTAR PUSTAKA ... 79

(7)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

(8)

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Contoh Data yang Berkaitan Dengan Harga Pokok Produk ... 30

Tabel 2.2. Perhitungan Biaya per Unit Produk Dengan Plant-wide Rate ... 31

Tabel 2.3. Perhitungan Biaya per Unit Produk Dengan Tarif Biaya Overhead per Departemen ... 32

Tabel 2.4. Perhitungan Tarif Biaya Overhead Pabrik per Cost Pool ... 33

Tabel 2.5. Perhitungan Biaya per Unit Produk Dengan Tarif Biaya Overhead per Cost Pool ... 33

Tabel 2.6. Perbandingan Biaya per Unit Produk yang Dihitung Dengan Pendekatan Akuntansi Biaya Konvensional Dengan Activity-Based Costing ... 34

Tabel 4.1. Jumlah Produksi AMDK Tahun 2013 ... 45

Tabel 4.2. Biaya Bahan Baku Untuk Produk AMDK Tahun 2013 ... 46

Tabel 4.3. Man Hour yang Digunakan Untuk Produk AMDK Tahun 2013... 47

Tabel 4.4. Pembebanan Biaya Tenaga Kerja Langsung Produk AMDK Tahun 2013 ... 47

Tabel 4.5. Biaya Produksi Tidak Langsung Tahun 2013 ... 48

Tabel 4.6. Machine Hour yang Digunakan Untuk Produk AMDK Tahun 2013 .... 52

Tabel 4.7. Alokasi Pembebanan Overhead Cost ke Produk Tahun 2013 ... 52

Tabel 4.8. Perhitungan Cost of Goods Manufactured (COGM) PT. XYZ Bandung (Metode Konvensional) Tahun 2013 ... 53

(9)

Tabel 4.10. Penentuan Cost Driver ... 58

Tabel 4.11. Jumlah Cost Driver ... 58

Tabel 4.12. Pengelompokkan Overhead Cost ke Dalam Kategori Aktivitas dan Konsumsi Aktivitas Atas Overhead Cost Tahun 2013 ... 59

Tabel 4.13. Konsumsi Sumber Daya Atas Aktivitas... 62

Tabel 4.14. Penentuan Tarif Cost Driver Tahun 2013 ... 66

Tabel 4.15. Pembebanan Biaya Overhead Untuk Cup 240ml ... 68

Tabel 4.16. Pembebanan Biaya Overhead Untuk Botol 330ml ... 69

Tabel 4.17. Pembebanan Biaya Overhead Untuk Botol 600ml ... 70

Tabel 4.18. Pembebanan Biaya Overhead Untuk Botol 1500ml ... 71

Tabel 4.19. Pembebanan Biaya Overhead Untuk Galon 19L ... 72

Tabel 4.20. Perhitungan Cost of Goods Manufactured Dengan Metode ABC ... 73

Tabel 4.21. Perhitungan Cost of Goods Manufactured per Unit Dengan Metode Activity-Based Costing ... 74

(10)

1

Universitas Kristen Maranatha

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Persaingan global yang menjelang di depan mata, didukung dengan kemajuan teknologi yang semakin pesat semakin mendorong perusahaan untuk tetap going concern. Persaingan ini ditambah dengan lingkungan yang berubah dengan cepat, dinamis, dan progresif. Keberhasilan akan digapai oleh pelaku bisnis dan perusahaan yang paling mampu menyesuaikan diri dengan persyaratan lingkungan tersebut. Selain persaingan global, suatu perusahaan yang beroperasi dalam industri maju akan menghadapi beberapa situasi, antara lain: orientasi kepuasan pelanggan, kemajuan teknologi informasi, waktu sebagai elemen kompetitif, serta kemajuan dalam lingkungan produksi (Siagian, 2012:1). Keadaan ini memaksa pelaku bisnis untuk lebih kreatif dalam menghadapi suasana persaingan yang semakin ketat.

Untuk mengatasi masalah-masalah yang timbul dari persaingan bisnis, perusahaan harus mampu mengendalikan operasionalnya dengan baik. Salah satunya adalah perusahaan harus selalu berupaya untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitasnya dengan menggunakan berbagai keunggulan teknologi transportasi, informasi, maupun pemanufakturan.

(11)

BAB I PENDAHULUAN 2

Saat ini, sebagian besar perusahaan masih menggunakan metode konvensional dalam menentukan cost of goods manufactured. Akuntansi biaya metode tradisional didesain untuk perusahaan manufaktur dan hanya berfokus ke biaya produksi, yaitu biaya yang terjadi dalam tahap produksi (Mulyadi, 2007:801). Metode perhitungan konvensional dalam perusahaan yang menghasilkan satu jenis produk menimbulkan kesulitan dalam menyajikan biaya produksi yang akurat. Hal ini terjadi karena pembebanan biaya overhead dilakukan berdasarkan unit produksi, dari tiap jenis produk, sedangkan proporsi sumber daya yang diserap oleh tiap jenis produk berbeda.

Metode konvensional dapat mendistorsi biaya produksi per unit. Mereka mencatat bahwa produk yang mudah diproduksi memiliki biaya yang tinggi, sementara produk yang sulit diproduksi memiliki biaya yang rendah dan bahwa produk yang diproduksi dalam jumlah banyak memiliki biaya per unit yang relatif tinggi, sementara produk yang diproduksi dalam batch kecil memiliki biaya per unit yang relatif rendah (Blocher terjemahan tim penerjemah penerbit salemba, 2007:226). Biaya overhead pabrik dalam product cost menjadi lebih tinggi dari

prime cost dan perhitungan biaya secara konvensional dianggap tidak dapat mengalokasikan biaya overhead ke product cost secara akurat.

Activity-based costing dikembangkan untuk menjawab keterbatasan metode konvensional dari kebutuhan manajemen akan informasi cost of goods manufactured

(12)

BAB I PENDAHULUAN 3

Universitas Kristen Maranatha Activity-based costing berfokus pada pengurangan biaya. Biaya hanya dapat berkurang jika personel melakukan tindakan terhadap sesuatu yang menjadi penyebab timbulnya biaya—yaitu aktivitas. Sehingga perusahaan dapat meminimalisasi aktivitas yang tidak memberikan nilai tambah bagi produk, yang akhirnya akan menghasilkan produk bernilai tinggi dengan biaya seminimal mungkin. Hal ini dikarenakan perhitungan metode activity-based costing benar-benar mencerminkan konsumsi sumber daya yang digunakan dalam proses produksi (Martusa et al., 2010:58).

Karena sistem ABC menghasilkan penetapan biaya produksi yang lebih akurat dibanding dengan sistem konvensional, maka dapat menolong perusahaan dalam mengelola keunggulan kompetitif yang dimilikinya. Dengan kemampuan menentukan biaya produksi lebih akurat, maka penentuan harga jual per jenis produk-pun akan lebih tepat, sehingga perusahaan tidak salah menetapkan harga jual yang kompetitif untuk suatu jenis produk tertentu.

Penggunaan teknologi yang semakin meningkat juga dapat menyebabkan peningkatan biaya tetap seperti penyusutan, pemeliharaan mesin, dan asuransi untuk peralatan otomatis. Dalam produksi, pemakaian mesin seperti ini telah menggantikan tenaga kerja langsung.

Penelitian mengenai penerapan metode activity-based costing dalam menentukan cost of goods manufactured telah banyak dilakukan. Namun yang menjadi kontribusi penelitian dalam hal ini yaitu tingkat akurasi pembebanan

overhead melalui penerapan metode konvensional dibandingkan dengan metode

(13)

BAB I PENDAHULUAN 4

PT. XYZ merupakan perusahaan yang memproduksi berbagai macam minuman, seperti Air Minum Dalam Kemasan (AMDK), minuman sari buah, dan minuman berkarbonasi. Perusahaan tersebut masih menggunakan metode konvensional dalam menentukan Cost of Goods Manufactured. Metode tersebut tidak lagi cocok diterapkan untuk perusahaan tersebut yang sudah bertingkat nasional, karena akan menimbulkan distorsi biaya yang besar.

Saat ini, sudah banyak Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) yang beredar di pasar dengan berbagai merek, seperti Ades—yang diproduksi oleh PT. Coca Cola Bottling Indonesia, Aqua—yang diproduksi oleh PT. Tirta investama, dan Amidis— yang diproduksi oleh PT. Amidis Tirta Mulia. Merek-merek tersebut mempunyai pangsa pasar yang sangat luas di Indonesia. Sebagai pendatang baru dalam bisnis AMDK, PT. XYZ harus menghadapi persaingan dari perusahaan-perusahaan tersebut dengan meningkatkan produktivitasnya. Salah satunya adalah melalui penekanan biaya produksi tanpa mengurangi kualitas dari produk tersebut melalui perhitungan

cost of goods manufactured menggunakan metode activity-based costing.

Dengan memperhatikan kondisi penentuan biaya overhead yang dominan dan multiproduk, penulis tertarik untuk melakukan penelitian guna membandingkan perhitungan cost of goods manufactured dengan pendekatan tradisional melalui metode activity-based costing untuk mendapatkan keakuratan dalam menentukan

cost of goods manufactured. Maka untuk menulis skripsi ini penulis mengambil judul "Perbandingan Metode Konvensional Dengan Activity-Based Costing

Berdasarkan Akurasi Penentuan Overhead Dalam Perhitungan Cost of Goods

(14)

BAB I PENDAHULUAN 5

Universitas Kristen Maranatha

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas, maka masalah yang dirumuskan sebagai berikut:

a. Bagaimana perhitungan cost of goods manufactured dengan menggunakan metode konvensional pada PT. XYZ?

b. Bagaimana perhitungan cost of goods manufactured dengan menggunakan metode activity-based costing pada PT. XYZ?

c. Bagaimana hasil perbandingan cost of goods manufactured antara metode konvensional dengan metode activity-based costing?

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui perhitungan cost of goods manufactured dalam perusahaan, sedangkan tujuannya adalah

1) Untuk mengetahui penggunaan metode konvensional berdasarkan hubungannya dengan akurasi penentuan biaya overhead dalam menghitung

cost of goods manufactured di PT. XYZ.

2) Untuk mengetahui perhitungan cost of goods manufactured jika menerapkan sistem activity-based costing berdasarkan hubungannya dengan akurasi penentuan biaya overhead di PT. XYZ.

3) Untuk mengetahui perbedaan antara perhitungan cost of goods manufactured

(15)

BAB I PENDAHULUAN 6

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut: 1) Bagi penulis

Menambah pengetahuan, melengkapi dan menerapkan pengetahuan yang didapat selama waktu perkuliahan dengan aplikasi yang sesungguhnya di tempat penulis melakukan penelitian.

2) Bagi perusahaan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan perbandingan dan dapat memberikan masukan (input) yang berharga untuk menyempurnakan perhitungan cost of goods manufactured.

3) Bagi pihak umum

(16)

77

Universitas Kristen Maranatha

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian untuk perbandingan cost of goods manufactured

antara metode konvensional dan metode activity-based costing untuk produk AMDK pada PT. XYZ, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Proses perhitungan harga pokok produk yang diterapkan oleh PT. XYZ adalah metode konvensional. PT. XYZ membebankan biaya overhead

berdasarkan satu cost driver, yaitu jam mesin (machine hour).

2. Komponen harga pokok produksi dengan menggunakan metode konvensional maupun activity-based costing adalah sama, yaitu dilakukan dengan menjumlahkan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya produksi tidak langsung atau yang disebut juga biaya overhead pabrik.

3. Perbedaan perhitungan cost of goods manufactured per unit dengan metode konvensional maupun activity-based costing terletak pada biaya overhead

pabrik. Komponen biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung dihitung dengan cara yang sama.

4. Untuk produk botol 330ml, 600ml, dan 1500ml, perhitungan biaya overhead

(17)

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 78

5. Meskipun penentuan COGM berdasarkan activity-based costing menghasilkan harga pokok produk overcosting maupun undercosting, perhitungan dengan metode activity-based costing lebih mencerminkan konsumsi sumber daya yang sesuai dengan aktivitasnya sehingga perhitungan harga pokok produk lebih akurat.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang penulis tarik, maka penulis memberikan saran yang mungkin dapat dijadikan acuan atau bahan pertimbangan bagi pihak-pihak terkait:

1. Meskipun perbedaan hasil dari perhitungan harga pokok produksi antara metode konvensional dengan metode activity-based costing tidak begitu signifikan, namun penulis menyarankan PT. XYZ menggunakan metode

activity-based costing karena menyediakan perhitungan yang lebih akurat. 2. Penulis juga menyarankan kepada perusahaan apabila memutuskan akan

(18)

79

DAFTAR PUSTAKA

Blocher, Edward J., Kung H. Chen., Gary Cokins., dan Thomas W. Lin. 2007.

Manajemen Biaya: Pendekatan Strategis. Terjemahan: Tim Penerjemah Penerbit Salemba. Jakarta: Salemba Empat.

Bustami, Bastian., dan Nurlela. 2006. Akuntansi Biaya: Kajian Teori dan Aplikasi. Edisi Pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Carter, William K. 2009. Akuntansi Biaya. Buku 1. Edisi 14. Terjemahan: Krista. Jakarta: PT. Salemba Empat.

Fuad, M., Christin H., Nurlela., Sugiarto., Paulus., dan Y.E.F. 2000. Pengantar Bisnis. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Garrison, Ray H., Eric W. Noreen., dan Peter C. Brewer. 2006. Akuntansi Manajerial. Edisi 11. Buku 1. Terjemahan: Nuri Hinduan. Jakarta: Salemba Empat.

Hansen, Don R., dan Maryanne M. Mowen. 2006. Management Accounting 7th Edition. Terjemahan: Dewi Fitriasari dan Deny Arnos Kwary. Jakarta: PT. Salemba Empat.

Hansen, Don R., dan Maryanne M. Mowen. 2009. Akuntansi Manajerial. Edisi 8. Buku 1. Terjemahan: Deny Arnos Kwary. Jakarta: PT. Salemba Empat.

Jeanny. 2011. Perbandingan SistemBiaya Konvensional dan Sistem Biaya Berdasarkan Aktivitas Untuk Perhitungan Biaya Iklan (Studi Kasus pada PT. Maestro). Fakultas Ekonomi/Jurusan Akuntansi. Universitas Kristen Maranatha Bandung.

Kholmi, Masiyah., dan Yuningsih. 2004. Akuntansi Biaya. Malang: UMM Press. Kuswandi. 2006. Memahami Rasio-Rasio Keuangan bagi Orang Awam. Jakarta: PT.

Elex Media Komputindo.

Manalu, Henni Anggraini. 2012. Analisis Perbandingan Harga Pokok Produksi Dengan Menggunakan Metode Konvensional dan Metode Activity Based Costing (ABC) (Studi Kasus pada PT. Kimia Farma Tbk, Plant Bandung). Fakultas Ekonomi/Jurusan Akuntansi. Universitas Kristen Maranatha Bandung.

(19)

Martusa, Riki., dan Siti Mariam. 2012. Perbandingan Metode Konvensional Dengan Activity-Based Costing Berdasarkan Akurasi Penentuan Overhead Dalam Perhitungan Cost of Goods Manufactured Pada PT. Multi Rezekitama. Jurnal Universitas Paramadina. Volume 9. Nomor 1. April 2012. Hal 301-317. Mulyadi. 2001. Akuntansi Manajemen: Konsep, Manfaat, dan Rekayasa. Cetakan

Ketiga. Jakarta: PT. Salemba Empat.

Mulyadi. 2003. Activity-Based Cost System: Sistem Informasi Biaya Untuk Pengurangan Biaya. Edisi Keenam. Cetakan ke-1. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.

Mulyadi. 2007. Sistem Perencanaan dan Pengendalian Manajemen. Jakarta: Salemba Empat.

Mulyadi. 2010. Akuntansi Biaya. Cetakan Sepuluh. Yogyakarta: UPP STIM YKPN. (2003: Akuntansi Biaya. Edisi 5. Cetakan 8)

Nafarin, M. 2007. Penganggaran Perusahaan. Edisi 3. Jakarta: Salemba Empat. Nurhayati. 2004. Perbandingan Sistem Biaya Tradisional Dengan Sistem Biaya

ABC. Program Studi Teknik Industri Universitas Sumatra Utara.

Rudianto. 2006. Akuntansi Manajemen: Informasi Untuk Pengambilan Keputusan Manajemen. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.

Safanayong, Meilyanti., Seyati H. Dewiyana., dan Evan. 2013. Evaluasi dan Pengembangan Sistem ERP Berbasis Everest (Studi Kasus: PT. Tirta Amarta). Sistem Informasi. Universitas Bina Nusantara Jakarta.

Sekaran, dalam Martusa dan Mariam. 2012. Perbandingan Metode Konvensional Dengan Activity-Based Costing Berdasarkan Akurasi Penentuan Overhead Dalam Perhitungan Cost of Goods Manufactured Pada PT. Multi Rezekitama.

Jurnal Universitas Paramadina. Volume 9. Nomor 1. April 2012. Hal 301-317.

Siagian, Chandra. 2012. Perbandingan Penggunaan Metode Activity Based Costing Dengan Metode Konvensional Dalam Perhitungan Harga Pokok Produksi Pada PT. X. Fakultas Ekonomi/Jurusan Akuntansi. Universitas Kristen Maranatha Bandung.

Sugiono, dalam Martusa dan Mariam. 2012. Perbandingan Metode Konvensional Dengan Activity-Based Costing Berdasarkan Akurasi Penentuan Overhead Dalam Perhitungan Cost of Goods Manufactured Pada PT. Multi Rezekitama.

(20)

81

Suwardjono. 2011. Akuntansi Pengantar Bagian I: Proses Penciptaan Data Pendekatan Sistem. Edisi Ketiga. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.

Tunggal, Amin Widjaja. 2003. Activity-Based Costing: Untuk Manufakturing dan Pemasaran. Edisi Revisi. Jakarta: Harvarindo.

Umar, dalam Martusa dan Mariam. 2012. Perbandingan Metode Konvensional Dengan Activity-Based Costing Berdasarkan Akurasi Penentuan Overhead Dalam Perhitungan Cost of Goods Manufactured Pada PT. Multi Rezekitama.

Jurnal Universitas Paramadina. Volume 9. Nomor 1. April 2012. Hal 301-317.

Wibisono, dalam Martusa dan Mariam. 2012. Perbandingan Metode Konvensional Dengan Activity-Based Costing Berdasarkan Akurasi Penentuan Overhead Dalam Perhitungan Cost of Goods Manufactured Pada PT. Multi Rezekitama.

Jurnal Universitas Paramadina. Volume 9. Nomor 1. April 2012. Hal 301-317.

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kompetensi siswa pada mata pelajaran sistem pengendali elektronik adalah dengan penerapan metode pembelajaran

Konsumen dalam penelitian ini adalah konsumen yang sedang membeli produk kopi di Armor Kopi. Tempat penelitian bertempat di Jl. Legok Randu, Dago, Bandung dengan

Dengan diterapkan nya sistem tersebut semoga bisa membantu toko A&S didalam berjualan barang-barang yang meraka jual, dengan sistem ini toko tersebut tidak lagi

Sistem pemasaran seperti ini juga memiliki kelemahan yang besar yaitu pemasaran hanya bersifat lokal atau di sekitar daerah itu saja.Oleh karena itu, penelitian ini memberi solusi

Sebab bersamaan dengan itu semua, demokrasi menurut Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 itu ternyata ditujukan untuk membangun negara kemakmuran (welfare

Pembelajaran Tari Di Sanggar Ringkang Gumiwang Yayasan Pusat Kebudayaan Bandung.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Gravity – FedFiltering Systemadalah merupakan teknologi pengolahan air yang sangat sederhana yang terdiri dari sistem penyaringan pasir cepat dan lambat dengan hasil air bersih

mencatatkan purata kadar pertumbuhan 5% dalam tempoh lima tahun sebelum bermulanya krisis Asia, mencatatkan pengecutan 7% tahun-ke-tahun pada suku ketiga 1998 - pengecutan suku