• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENYELENGGARAAN PROGRAM KELAS KHUSUS OLAHRAGA TINGKAT SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KABUPATEN KULONPROGO.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENYELENGGARAAN PROGRAM KELAS KHUSUS OLAHRAGA TINGKAT SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KABUPATEN KULONPROGO."

Copied!
279
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENYELENGGARAAN PROGRAM KELAS KHUSUS OLAHRAGA TINGKAT SEKOLAH MENENGAH ATAS

DI KABUPATEN KULONPROGO

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Puji Mulyani NIM. 12101241008

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN JURUSAN ADMINISTRASI PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

v MOTTO

• Setiap orang berbakat di bidang tertentu. Kita hanya harus menemukan apa

bakatnya. (Evelyn Blose Holman)

• Bertindaklah seolah apa yang kau lakukan membuat perbedaan, karena

(6)

vi

HALAMAN PERSEMBAHAN

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kemudahan dalam penyelesaian tugas akhir skripsi ini sebagai persyaratan memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Program Studi Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta. Karya ini saya persembahkan untuk:

1. Kedua orang tuaku tercinta.

(7)

vii

PENYELENGGARAAN PROGRAM KELAS KHUSUS OLAHRAGA TINGKAT SEKOLAH MENENGAH ATAS

DI KABUPATEN KULONPROGO

Oleh Puji Mulyani NIM. 12101241008

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) Kurikulum dan pembelajaran KKO tingkat SMA di Kabupaten Kulonprogo, (2) Tenaga pendidik KKO tingkat SMA di Kabupaten Kulonprogo, (3) Prasarana dan sarana KKO tingkat SMA di Kabupaten Kulonprogo, (4) Kegiatan kehumasan di sekolah penyelenggara KKO tingkat SMA di Kabupaten Kulonprogo.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Subyek penelitian ini adalah koordinator kelas olahraga, kepala sekolah, pelatih dan siswa KKO. Lokasi penelitian di SMA penyelenggara program KKO se-Kabupaten Kulonprogo. Metode pengumpulan data dengan wawancara, observasi dan studi dokumentasi. Uji keabsahan data dengan trianggulasi sumber dan teknik. Analisis data menggunakan model interaktif (Miles dan Huberman).

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi ini dengan lancar tanpa halangan suatu apapun. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari dukungan, saran, doa, dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada: 1. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah

memberikan izin bagi penulis untuk melaksanakan penelitian.

2. Ketua Jurusan Administrasi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah membantu kelancaran penyusunan skripsi ini.

3. Dosen Pembimbing Skripsi Ibu Dr. Wiwik Wijayanti, M.Pd. yang telah memberikan bimbingan dan motivasi selama menyelesaikan skripsi ini.

4. Penguji utama Bapak Banu Setyo Adi, M.Pd. dan Sekretaris Penguji Bapak Mada Sutapa, M.Si. yang telah meluangkan waktu dan tenaga untuk memberikan koreksi terhadap hasil penelitian saya.

5. Para dosen jurusan yang telah memberikan ilmu dan wawasannya.

6. Kedua orang tua dan keluarga yang selalu mendoakan, memotivasi dan mendidik saya hingga saat ini.

(9)

ix

Suryanto selaku koordinator KKO SMA N 1 Lendah, terima kasih telah memberikan ijin dan membantu penelitian saya dari awal sampai selesai.

8. Para pelatih dan siswa KKO SMA N 1 Pengasih dan SMA N 1 Lendah, terima kasih telah memberikan waktu dan bantuannya dalam kegiatan penelitian selama ini. Semoga untuk kedepannya setiap cabang olahraga dalam progam KKO lebih meningkat kualitas penyelenggaraannya serta meningkat pula prestasi yang diraih. 9. Teman-teman seperjuangan yang tergabung dalam MP A 2012, terimakasih atas

kebersamaan, dukungan, semangat, serta kerjasama selama masa perkuliahan. 10. Seluruh rakyat dan bangsa Indonesia atas beasiswa bidikmisi yang sangat

bermanfaat dalam penyelesaian pendidikan hingga saat ini.

Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat dalam pengembangan pendidikan.

(10)

x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ...1

B. Identifikasi Masalah ...5

C. Batasan Masalah ...5

D. Rumusan Masalah...6

E. Tujuan Penelitian ...6

F. Manfaat Penelitian ...7

BAB II KAJIAN TEORI A. Kurikulum dan pembelajaran ...8

1. Pengertian Kurikulum ...8

2. Asas Kurikulum ...9

3. Pengertian Pembelajaran ...10

4. Perencanaan Pembelajaran ...11

5. Proses Pembelajaran ...12

(11)

xi

7. Evaluasi dan Penilaian ...14

B. Tenaga Pendidik...16

1. Pengertian Pendidik (Pelatih)...16

2. Kualifikasi Akademik Pelatih Pelatih...18

3. Kemampuan dan Keterampilan Pelatih...18

C. Prasarana dan Sarana Program……...19

1. Pengertian Prasarana dan Sarana ……...19

2. Ketersediaan Prasarana dan Sarana…...20

3. Pengelolaan Prasarana dan Sarana...24

D. Hubungan Masyarakat (Humas) Lembaga Pendidikan ...26

1. Pengertian Humas ...26

2. Fungsi Humas ...27

3. Penggolongan Kegiatan Humas...28

4. Promosi...30

E. Kelas Khusus Olahraga ...31

1. Pengertian Kelas Khusus Olahraga ...31

2. Tujuan Kelas Khusus Olahraga ...32

F. Hasil Penelitian yang Relevan ...33

G. Kerangka Pikir ...38

H. Petanyaan Penelitian ...39

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ...41

B. Tempat dan Waktu Penelitian ...41

C. Subyek dan Obyek Penelitian ...41

D. Metode dan Teknik Pengumpulan Data ...42

E. Instrumen Penelitian ...43

F. Uji Keabsahan Data ...45

(12)

xii

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian...49

1. SMA N 1 Pengasih...49

2. SMA N 1 Lendah...52

B. Hasil Penelitian...55

1. Kurikulum dan Pembelajaran...55

2. Pelatih...67

3. Prasarana dan Sarana...75

4. Kehumasan...84

C. Pembahasan...90

1. Kurikulum dan Pembelajaran...90

2. Pelatih...96

3. Prasarana dan Sarana...99

4. Kehumasan...106

D. Keterbatasan Penelitian...110

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan...111

B. Saran...112

DAFTAR PUSTAKA ...114

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

hal

Tabel 1. Data Jumlah Pendaftar Program KKO ...3

Tabel 2. Peralatan dan Perlengkapan Cabang Olahraga ...24

Tabel 3. Pelatih Kecabangan KKO SMA N 1 Pengasih ...68

Tabel 4. Pelatih Kecabangan KKO SMA N 1 Lendah ...73

Tabel 5. Peralatan dan Perlengkapan KKO SMA N 1 Pengasih ...76

Tabel 6. Peralatan dan Perlengkapan KKO SMA N 1 Lendah ...80

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran 1. Surat Ijin dan Surat Keterangan Penelitian...116

Lampiran 2. Kisi-Kisi Instrumen, pedoman wawancara, pedoman observasi, pedoman studi dokumentasi...122

Lampiran 3. Analisis Data...131

Lampiran 4. Surat Keputusan Bupati Kulonprogo No. 79 Tahun 2013...235

Lampiran 5. Prestasi KKO SMA N 1 Pengasih dan SMA N 1 Lendah...240

Lampiran 6. Daftar Siswa KKO Perkelas...245

Lampiran 7. Program Kerja Pelatih...249

Lampiran 8. Jadwal Pelatihan Kecabangan...252

Lampiran 9. Lembar Presensi dan Rapor Siswa KKO...255

Lampiran 10. Proposal rencana pembangunan indoor SMA N 1 Pengasih...259

Lampiran 11. Brosur dan Powerpoint SMA N 1 Lendah...261

(16)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kemampuan setiap anak di dunia ini berbeda-beda, termasuk anak-anak yang memiliki bakat istimewa. Gardner dalam Thomas Amstrong (2003:2-4), memetakan lingkup kemampuan manusia yang luas menjadi delapan kategori yang komprehensif atau delapan “kecerdasan dasar” yakni kecerdasan linguistik, matematis logis, spasial, kinestetik-jasmani, musikal, interpersonal, intrapersonal, dan kecerdasan naturalis. Teori ini adalah teori fungsi kognitif, yang menyatakan bahwa setiap orang memiliki kapasitas kedelapan kecerdasan tersebut berfungsi berbarengan dengan cara yang berbeda-beda pada diri setiap orang. Meskipun setiap orang memiliki kapasitas kedelapan kecerdasan tersebut, akan tetapi karena kemampuan setiap orang berbeda-beda maka kecerdasan yang dimiliki seseorang dapat berberbeda-beda tingkatannya. Dalam hal ini, siswa yang memiliki bakat istimewa termasuk ke dalam anak yang memiliki kecerdasan kinestetik-jasmani yang tingkatannya lebih tinggi.

(17)

2

mengikuti pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial, dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa (UU Sisdiknas pasal 32 ayat 1).

Selanjutnya dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Sistem Keolahragaan Nasional pasal 25 ayat 3, “Pembinaan dan pengembangan olahraga pendidikan pada semua jenjang pendidikan memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk melakukan kegiatan olahraga sesuai dengan bakat dan minat”. Oleh sebab itu, pihak penyedia layanan pendidikan perlu memperhatikan kemampuan setiap siswa karena pada hakikatnya setiap siswa memiliki bakat dan minat yang berbeda-beda. Salah satu bentuk model penyelenggaraan pendidikan yang dapat diaplikasikan untuk mengatasi permasalahan ini yaitu dengan membentuk kelas khusus bakat olahraga di sekolah-sekolah sehingga siswa yang mempunyai bakat olahraga akan semakin berkembang secara maksimal.

Pendidikan kelas khusus bagi siswa berbakat istimewa diharapkan dapat meningkatkan potensi anak yang selama ini belum dikembangkan secara optimal. Peningkatan bakat siswa dalam dunia olahraga, dapat memberi manfaat positif bagi berbagai pihak, baik bagi diri sendiri, masyarakat maupun negara. Selain itu, kegiatan olahraga seperti turnamen dan perlombaan akan memunculkan berbagai prestasi yang akan dicetak oleh anak-anak berbakat dalam bidang olahraga. Baik prestasi ditingkat Kabupaten, Provinsi, Nasional bahkan ditingkat Internasional.

(18)

3

daerahnya yang memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa untuk mencapai prestasi puncak di bidang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan/atau olahraga pada tingkat satuan pendidikan, kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, nasional, dan internasional”. Oleh karena itu, Dinas Pendidikan Kabupaten Kulonprogo mulai tahun ajaran 2013/2014 membuka kelas khusus olahraga untuk tingkat SLTA di SMA N 1 Pengasih dan SMA N 1 Lendah. Program Kelas Olahraga merupakan implementasi dari bakat isimewa yaitu bidang olahraga. Guna memaksimalkan dan memunculkan bakat olahraga menuju prestasi, Dinas Pendidikan bekerjasama dengan Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga dan KONI Kulonprogo menggandeng 11 cabang olahraga (cabor) yang atletnya masuk di dua SLTA. Sebelas cabor tersebut adalah sepak bola, bola basket, panahan, gulat, bola voli, panjat dinding, taekwondo, bulu tangkis, atletik, anggar, dan balap sepeda.

Saat ini KKO di Kabupaten Kulonprogo sudah memasuki tahun ke-tiga. Namun, siswa yang berminat untuk bersekolah di KKO masih tergolong rendah. Hal ini dituturkan oleh Kepala Seksi Sarana dan Prasarana Bidang Pendidikan Menengah dan Kejuruan yang merupakan salah satu koordinator KKO tingkat SMA. Menurut beliau, meskipun semakin tahun jumlah pendaftar KKO semakin meningkat, namun peningkatan tersebut masih relatif kecil seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 1. Data Jumlah Pendaftar Program KKO

Tahun Ajaran SMA N 1 Pengasih SMA N 1 Lendah

2013/2014 30 25

2014/2015 40 16

2015/2016 45 24

(19)

4

Berdasarkan data tersebut dapat dilihat bahwa peminat KKO tingkat SMA di Kabupaten Kulonprogo masih tergolong rendah, terutama di SMA N 1 Lendah. Karena animo KKO di SMA N 1 Lendah setiap tahun belum mencapai 32 siswa, maka SMA N 1 Lendah selalu mengadakan seleksi susulan untuk siswa berbakat yang belum mengikuti seleksi bersama FIK UNY. Hal tersebut dilakukan supaya kuota KKO dapat dipenuhi. Hal ini juga menunjukan bahwa kegiatan PPDB juga belum dapat dilaksanakan secara ketat karena rendahnya animo siswa.

Berdasarkan hasil penyebaran instrumen minat KKO oleh pihak Dinas Pendidikan Kabupaten Kulonprogo kepada siswa KKO tingkat SMP pada tahun 2013, didapatkan minat siswa KKO tingkat SMP untuk melanjutkan ke KKO tingkat SMA relatif sedikit, yakni 37 siswa di SMP N Panjatan hanya ada 7 orang yang ingin melanjutkan KKO di tingkat SMA. Sedangkan di SMP 2 Galur, dari 28 siswa hanya ada 14 siswa yang ingin melanjutkan ke KKO tingkat SMA. Sampai sekarang jumlah lulusan KKO tingkat SMP yang mendaftar di KKO SMA hanya terserap sekitar 10% saja. Hal tersebut menunjukkan bahwa minat siswa lulusan KKO tingkat SMP untuk memasuki KKO tingkat SMA di Kabupaten Kulonprogo masih rendah.

(20)

5

masih belum memenuhi semua kebutuhan setiap cabor KKO, padahal sarana merupakan kebutuhan pokok untuk kelancaran pelatihan. Selanjutnya, masih banyak siswa SMP-SMP di daerah Kulonprogo bagian utara yang belum mengetahui keberadaan KKO di Kabupaten Kulonprogo. Hal tersebut menunjukan bahwa publikasi KKO belum luas dan merata di seluruh wilayah Kabupaten Kulonprogo.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui lebih dalam mengenai penyelenggaraan program KKO tingkat SMA di Kabupaten Kulonprogo, khususnya pada aspek kurikulum dan pembelajaran, tenaga pelatih, prasarana dan sarana serta aspek kehumasan. Masing-masing dari aspek tersebut perlu diselenggarakan dengan baik karena pencapaian tujuan dari program KKO juga sangat tergantung pada aspek-aspek tersebut.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas dapat diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut:

1. Peminat KKO tingkat SMA di Kabupaten Kulonprogo masih rendah

2. Proses Penerimaan Peserta Didik Baru belum dapat dilaksanakan secara ketat 3. Siswa lulusan KKO tingkat SMP yang melajutkan KKO tingkat SMA di

Kabupaten Kulonprogo hanya terserap sekitar 10%

4. Belum ada kurikulum khusus untuk siswa KKO di Kabupaten Kulonprogo 5. Belum semua pelatih KKO di Kabupaten Kulonprogo memiliki sertifikat melatih 6. Sarana latihan yang dimiliki sekolah belum memenuhi persyaratan kebutuhan

(21)

6

7. Masih banyak siswa di daerah Kulonprogo bagian utara yang belum mengetahui keberadaan KKO.

C. Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini lebih terarah, terfokus, dan tidak meluas, sehingga mempermudah mendapatkan data serta informasi yang diperlukan, penelitian ini dibataskan pada empat aspek dalam penyelenggaraan pendidikan yakni aspek kurikulum dan pembelajaran, tenaga pendidik, prasarana dan sarana, serta kehumasan pada program KKO tingkat SMA di Kabupaten Kulonprogo.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pembatasan masalah di atas, maka dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana kurikulum dan pembelajaran KKO tingkat SMA di Kabupaten Kulonprogo?

2. Bagaimana tenaga pendidik KKO tingkat SMA di Kabupaten Kulonprogo? 3. Bagaimana prasarana dan sarana KKO tingkat SMA di Kabupaten Kulonprogo? 4. Bagaimana kegiatan kehumasan di sekolah penyelenggara KKO tingkat SMA di

Kabupaten Kulonprogo? E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mengetahui kurikulum dan pembelajaran KKO tingkat SMA di Kabupaten

Kulonprogo

(22)

7

3. Mengetahui prasarana dan sarana KKO tingkat SMA di Kabupaten Kulonprogo 4. Mengetahui kegiatan hubungan masyarakat di sekolah penyelenggara KKO

tingkat SMA di Kabupaten Kulonprogo. F. Manfaat Penelitian

Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik yang bersifat teoritis maupun praktis bagi dunia pendidikan. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Manfaat Teoritis

Dapat dijadikan sebagai tambahan wawasan dan ilmu pengetahuan mengenai pengelolaan suatu program sekolah, khususnya program KKO.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi pemerintah daerah penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi dalam menentukan kebijakan selanjutnya untuk meningkatkan kualitas KKO. b. Bagi SMA N 1 Pengasih dan SMA N 1 Lendah, penelitian ini dapat memberikan

informasi kepada pengelola KKO mengenai pengelolaan yang baik untuk kedepannya. Selain itu, penelitian ini juga dapat memberikan solusi atau masukan kepada pengelola KKO untuk meningkatkan kualitas dari penyelenggaraan KKO. c. Bagi orang tua dan masyarakat penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam

(23)

8 BAB II KAJIAN TEORI

A. Kurikulum dan Pembelajaran

1. Pengertian Kurikulum

Di dalam dunia pendidikan materi mempunyai peran yang sangat penting dalam pencapaian tujuan yang telah direncanakan. Materi yang akan diajarkan pada siswa terangkum dalam kurikulum. Berdasarkan UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003, pengertian kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaran kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Sedangkan menurut Ella Yulaelawati (2004: 26), kurikulum sebagai mata pelajaran merupakan pemahaman yang menghubungkan kurikulum dengan daftar mata pelajaran yang diajarkan. Kurikulum sebagai program kerja yang direncanakan artinya perencanaan ruang lingkup, urutan, keseimbangan mata pelajaran, teknik mengajar cara-cara memotivasi siswa, dan hal-hal lain yang dapat direncanakan sebelumnya dalam pembelajaran. Selanjutnya Moh. Yamin (2009:37) mengutarakan bahwa kurikulum merupakan penunjuk arah kemana pendidikan akan dituntun dan diarahkan atau akan menghasilkan output pendidikan seperti apa.

(24)

9

pendidikan dalam melaksanakan kegiatan pendidikan guna mencapai tujuan pendidikan yang telah direncanakan. Hal ini sejalan dengan pendapat Ratal Wirjasantosa (1984:102) yang menyatakan bahwa dalam dunia pendidikan olahraga, kurikulum dapat diartikan sebagai seluruh usaha yang dilakukan sekolah untuk merangsang siswa belajar, baik di dalam kelas maupun di halaman sekolah atau di luar sekolah.

2. Asas Kurikulum

Kurikulum pendidikan memegang peranan yang penting dalam keberhasilan tujuan pendidikan. Oleh sebab itu, dalam perkembangan kurikulum pendidikan olahraga perlu memperhatikan beberapa asas sebagai berikut (Ratal Wirjasantosa, 1984: 103-104):

a. Kurikulum meliputi semua pengalaman gerak yang dimiliki siswa dan di bawah asuhan sekolah.

b. Kurikulum hendaknya berdasar atas pandangan bahwa semua siswa itu mendapat kesempatan yang sama untuk melaksanannya.

c. Kurikulum itu hendaknya merupakan usaha kooperatif dari supervisor, guru, dan orang tua siswa untuk menyiapkan acara pendidikan olahraga yang memberi sumbangan tentang pertumbuhan dan perkembangan siswa secara optimum.

d. Kurikulum hendaknya menjadikan kegiatan-kegiatan atas dasar pertumbuhan dan perkembangan siswa, dan juga berdasarkan atas pengalaman yang telah dimiliki oleh para siswa.

e. Kurikulum hendaknya mengakui pula adanya perbedaan perorangan atau individual. Anak berbeda dalam kecakapan fisik, tingkat sosial, emosi, dan mentalnya.

f. Mempunyai perencanaan yang fleksibel, sesuai dengan pengalaman pendidikan olahraga bagi setiap anak dan faktor-faktor prasarana dan sarana yang tersedia.

(25)

10

Asas-asas di atas sesuai dengan Peraturan Kepala Dinas Kabupaten Kulonprogo, Nomor: 136/KPTS/2013 yang menyatakan bahwa penyusunan kurikulum sekolah penyelenggara program olahraga dalam pelaksanaannya mengacu pada standar isi, standar proses, dan kompetensi lulusan yang disusun oleh Badan Standar Nasional (BSNP). Kurikulum pendidikan khusus bakat istimewa (olahraga) dikembangkan dengan prinsip diverivikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, perkembangan dan kondisi peserta didik berbakat istimewa olahraga untuk menguasai kompetensi yang berguna bagi dirinya.

3. Pengertian pembelajaran

(26)

11

Dengan melihat pengembangan dari pengertian di atas dapat diketahui bahwa kegiatan pembelajaran dari masa ke masa selalu mengalami perubahan. Kegiatan pembelajaran pada awalnya hanya dipandang sebagai kegiatan transfer ilmu dari guru ke siswa saja. Namun, dengan berkembangnya ilmu dan teknologi maka kegiatan pembelajaran juga ikut lebih maju. Kegiatan pembelajaran tidak hanya diartikan sebagai proses transfer ilmu saja, namun sudah meluas ke kegiatan yang lain.

4. Perencanaan Pembelajaran

(27)

12

diketemukan dan diarahkan pada pencapaian tujuan jangka panjang yang telah dirumuskan sebelumnya.

Perencanaan pembelajaran pada kegiatan olahraga dapat berupa program. Penyusunan program (rencana) berdasar satuan waktu tertentu (caturwulan, semesteran, tahunan). Berdasarkan Suryosubroto (2004:45-46), dalam rangka penyusunan program ini yang harus dilihat adalah urutan isi kurikulum sekolah yang bersangkutan, yang dimaksud di sini terutama adalah jumlah atau macam pokok bahasan dan sub pokok bahasan dari setiap bidang studi. Karena itu, penyusunan program mengajar terutama menjadi tanggung jawab guru bidang studi masing-masing. Program mengajar harus disesuaikan dengan jangka waktu tertentu yang berlaku di sekolah, mungkin satu semester atau mungkin pula satu caturwulan.

Hal yang juga terkait dengan perencanaan pembelajaran yakni jadwal pelajaran. Jadwal pelajaran berguna untuk mengetahui apa yang akan diajarkan pada suatu waktu dalam suatu kelas, dari sudut guru jadwal pelajaran merupakan pedoman di kelas mana ia harus mengajar pada waktu itu, dan berapa lama ia harus ada di kelas itu, untuk kemudian pindah ke kelas yang lain (Suryosubroto, 2004:44-45).

5. Proses Pembelajaran

(28)

13

memiliki bakat istimewa (olahraga) di kelas khusus adalah mata pelajaran umum dan mata pelajaran yang termasuk dalam rumpun bidang olahraga (sesuai bakat peserta didik); pelaksanaan minimal dilakukan secara khusus yaitu enam jam pelajaran dengan rata-rata tiga kali pertemuan setiap minggu. Untuk satu semester diperlukan waktu minimal 100 jam, dengan rincian 20% untuk menjelaskan tentang berbagai pengetahuan tentang olahraga, dan 80% atau lebih untuk kegiatan praktek. Untuk mengantar peserta didik agar dapat mencapai prestasi yang tinggi maka diutamakan memberikan bekal ketrampilan praktek dibanding teori.

Proses belajar mengajar adalah kegiatan yang di dalamnya terdapat pemakaian metode pembelajaran yang dapat mempermudah siswa dalam menerima materi. Metode mengajar yang dimaksud adalah cara atau jalan yang teratur dan sistematis dalam mempertimbangkan dan menggunakan asas-asas pendidikan olahraga yang berfungsi dalam setiap lingkungan belajar mengajar. Metode mengajar merupakan salah satu strategi pelatih dalam membuat proses pembelajaran yang efektif. Dalam hal ini pelatih hendaknya dapat menetapkan metode mengajar yang dipandang terbaik. Hal ini didukung dengan pendapat Abdul Majid (2006:136-137), yang menyatakan bahwa metode apapun yang digunakan oleh pendidik/guru dalam proses pembelajaran, yang perlu diperhatikan adalah akomodasi menyeluruh terhadap prinsip-prinsip KBM. Adapun prinsip-prinsip KBM tersebut adalah sebagai berikut:

(29)

14

b. Belajar dengan melakukan. Dalam hal ini guru harus menyediakan kesempatan kepada anak didik untuk melakukan apa yang dipelajarinya, sehingga ia memperoleh pengalaman nyata.

c. Mengembangkan kemampuan sosial. Dalam hal ini guru harus membuat pembelajaran menjadi sarana untuk berinteraksi sosial.

d. Mengembangkan pengetahuan dan imajinasi. Dalam hal ini, proses pembelajaran harus dapat memancing rasa ingin tahu anak.

e. Mengembangkan kreativitas dan ketrampilan memecahkan masalah. Dalam hal ini, proses pembelajaran yang dan pendidikan yang dilakukan oleh guru hendaknya dapat merangsang kreativitas anak dalam menangani sebuah masalah.

6. Pengorganisasian kelas

Kelas merupakan hal yang sangat berpengaruh terhadap kelancaran kegiatan pembelajaran. Oleh sebab itu, kelas harus dirancang dan dikelola dengan baik agar dapat membantu dalam kelancaran kegiatan pembelajaran. Dalam mengelola kelas tentu saja harus mengetahui terlebih dahulu bagaimana kondisi siswa yang ada di kelas. Beberapa faktor penting untuk mengadakan klasifikasi dalam mengorganisasi kelas dan siswa antara lain: ujian kesehatan siswa, umur siswa, keterampilan, dan ketangkasan, dan kematangan sosial (Ratal Wirjosantosa, 1984:122).

7. Evaluasi dan Penilaian

(30)

15

merupakan pengambilan keputusan berdasarkan hasil pengukuran dan kriteria tertentu. Kriteria diperlukan agar menjadi penentu dalam pengambilan keputusan atas tingkat keberhasilan yang dicapai peserta didik.

Dalam kegiatan olahraga, proses penilaian pada dasarnya merupakan bagian integral dari proses pembelajaran gerak yang memungkinkan guru untuk mampu menentukan atau membuat keputusan yang benar mengenai pencapaian belajar peserta didik. Heri Rahyubi (2012:365) mengungkapkan bahwa kegiatan penilaian dapat dilakukan saat pembelajaran berlangsung atau bisa juga dilakukan saat akhir pembelajaran. Sesuai sifat dan fungsinya sebagai catatan perkembangan setiap peserta didik, maka aktivitas penilaian seharusnya dilakukan secara terus menerus. Hal ini sangat penting karena untuk mengetahui kemajuan anak dari waktu ke waktu. Untuk meningkatkan keterampilan gerak pada anak didik, seyogyanya penilaian dilakukan pada semua aspek keterampilan. Berdasarkan Suharsimi Arikunto (2012:48-53), dilihat dari segi kegunaannya penilaian dapat dibagi menjadi tiga, yakni:

a. Tes diagnostic.

Merupakan tes yang digunakan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan siswa sehingga dapat dilakukan penanganan yang tepat.

b. Tes formatif.

Merupakan tes yang digunakan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah terbentuk setelah mengikuti suatu program tertentu.

c. Tes sumatif

(31)

16

umpan balik bagi guru maupun bagi siswa, namun ada satu aspek penting lagi yang perlu dilakukan sebagai kegiatan administratif. Kegiatan itu yakni melaporkan hasil evaluasi. Data hasil evaluasi tersebut perlu dilaporkan kepada Kepala Sekolah, Orang Tua/Wali.

B. Tenaga Pendidik (Pelatih)

1. Pengertian Pendidik

Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 38 Tahun 1992, tenaga pendidik merupakan tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan. Di dalam program KKO, tenaga pendidik pada setiap cabang olahraga disebut sebagai instruktur (pelatih) yang bertugas dan bertanggung jawab memberikan pelatihan teknis kepada peserta didik. Hal ini sesuai dengan ketentuan dalam UU RI No. 3 Tahun 2005 pasal 63 ayat 1 mengenai tenaga keolahragaan yang menyatakan bahwa tenaga keolahragaan adalah terdiri atas pelatih, guru/dosen, wasit, juri, manajer, promotor, administrator, pemandu, penyuluh, instruktur, tenaga medis dan para medis, ahli gizi, ahli biomekanika, psikolog, atau sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan kegiatan olahraga.

(32)

17

kualifikasi dan sertifikat kompetensi dalam bidang olahraga sesuai kekhususannya serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan kegiatan di sekolah khususnya pada program olahraga

2. Kualifikasi Akademik Pelatih

Kualifikasi akademik merupakan hal penting yang selalu menjadi pertimbangan dalam segala kegiatan rekrutmen pegawai. Berdasarkan PP RI Nomor 74 tahun 2008, kualifikasi akademik merupakan ijazah jenjang pendidikan akademik yang dimiliki oleh guru sesuai sesuai dengan jenis, jenjang dan satuan pendidikan formal di tempat penugasan. Daryanto dan Mohammad Farid (2013:77) juga mengungkapkan bahwa kualifikasi adalah tingkat pendidikan minimal yang dibuktikan dengan ijazah dan/atau sertifikat keahlian yang relevan sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Oleh sebab itu, guru atau pelatih dalam program KKO juga perlu memenuhi kualifikasi akademik sesuai dengan cabor yang dilatihnya.

(33)

18

mendapat rekomendasi dari Ketua Umum KONI/Dekan FIK Perguruan Tinggi yang bersangkutan.

3. Kemampuan dan keterampilan pelatih

Sebagai pelatih, guru memiliki tanggung jawab untuk melatih siswa-siswanya dalam pembelajaran dan pembentukan kompetensi dasar, sesuai dengan kompetensi mereka masing-masing. Untuk menjadi pelatih yang baik, terdapat dua kemampuan pokok yang harus dimiliki oleh guru (Salman Rusydie, 2012:61-63). Kemampuan yang pertama yakni pengetahuan. Seorang guru yang berfungsi sebagai pelatih bagi para siswanya harus memiliki pengetahuan atau ilmu agar dapat melakukan pengkajian teoritis mengenai masalah yang berhubungan dengan pelatihan.

Kemampuan yang kedua yakni keterampilan. Guru yang berfungsi sebagai pelatih bagi siswanya harus memiliki keterampilan-keterampilan memadai untuk memperlancar setiap pelatihan yang diberikan kepada siswanya.

a. Keterampilan teknis. Guru yang melatih siswa dalam hal apapun harus mampu mempraktikan langsung apa yang dilatihnya.

b. Keterampilan konseptual. Selain keterampilan teknis, setiap guru yang melatih siswanya juga harus menguasai teori-teori yang dilatihnya.

(34)

19

d. Keterampilan antar personal. Guru yang berfungsi sebagai pelatih dituntut untuk mampu melakukan kerjasama dengan siswa-siswa yang ia latih, para guru, serta pihak-pihak lain yang dianggap penting dalam pelatihan tersebut.

e. Sikap hidup atau filsafat. Guru yang berfungsi sebagai pelatih harus menyadari dimana ia berada, kapan ia berada, serta bagaimana ia seharusnya memosisikan diri sehingga sikapnya dapat sejalan dengan perilaku yang dibawakannya dan tidak bertentangan dengan sistem yang dianut oleh siswa yang dianutnya.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat diketahui bahwa pelatihan merupakan suatu bidang tugas yang beragam dan luas. Oleh sebab itu, seorang pelatih harus mempunyai kemampuan dan keterampilan-keterampilan yang sesuai dengan bidang tugas yang ia ampu agar pencapaian tujuan dari kegiatan pelatihan tersebut dapat tercapai dengan baik. Hal ini sejalan dengan pendapat Harsuki (2012:71) yang menyatakan bahwa sebagai pelatih seseorang harus mempunyai kemampuan untuk menyusun program jangka pendek maupun jangka panjang dan mengorganisasi usaha-usaha regunya untuk mencapai tujuannya. Seorang pelatih juga harus memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dengan berbagai lapisan kalangan yang luas, yang meliputi administrator olahraga tingkat tinggi sampai pada seorang atlet.

C. Prasarana dan Sarana

1. Pengertian Prasarana dan Sarana

(35)

20

maupun tidak langsung. Di dalam program KKO, sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk pelatihan tentu saja sarana dan prasarana olahraga sesuai cabor masing-masing. Berdasarkan UU Nomor 3 Tahun 2005 mengenai sistem keolahragaan nasional, prasarana olahraga adalah tempat atau ruang termasuk lingkungan yang digunakan untuk kegiatan olahraga dan penyelenggaraan keolahragaan. Sedangkan sarana olahraga adalah peralatan dan perlengkapan yang digunakan untuk kegiatan olahraga.

Berdasarkan kedua penjelasan di atas dapat diketahui bahwa prasarana olahraga merupakan tempat atau ruang termasuk lingkungan yang diperlukan untuk menunjang penyelenggaraan kegiatan keolahragaan baik secara langsung maupun tidak langsung. Sedangkan sarana olahraga merupakan segala benda yang diperlukan sebagai peralatan atau perlengkapan untuk menunjang kelancaran kegiatan-kegiatan olahraga. Jadi, prasarana dan sarana olahraga merupakan hal yang sangat berpengaruh dan sebagai hal pendukung jalannya kegiatan pelatihan pada program KKO.

2. Ketersediaan Prasarana dan Sarana

(36)

21

136/KPTS/2013 menyatakan bahwa tempat pelatihan dan peralatan pelatihan cabang olahraga bagi peserta didik dapat diselenggarakan di sekolah apabila tersedia fasilitas untuk itu, dan/atau diselenggarakan di gedung olahraga atau tempat pelatihan klub-klub/ sekolah olahraga yang telah direkomendasi oleh Instansi/ Induk Cabang Olahraga yang bersangkutan. Setiap peserta didik Program Kelas Olahraga wajib hadir secara mandiri mengikuti proses pembelajaran/ pelatihan di tempat yang telah ditentukan.

Dalam hal ini ketersediaan prasarana dan sarana olahraga menjadi suatu hal yang sangat penting untuk diperhatikan oleh berbagai pihak yang berkepentingan dengan penyelenggaraan program KKO. Hal ini karena pihak yang berkepentingan akan mendapatkan keuntungan dalam keberhasilan penyelenggaraan KKO. Oleh sebab itu, terkait dengan penyediaan prasarana dan sarana olahraga juga menjadi tanggungjawab berbagai pihak. Hal ini sesuai dengan ketentuan dalam UU Nomor 3 Tahun 2005 pasal 67 ayat 1, 2, 3 dan 4 yang berbunyi:

1) Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat bertanggung jawab atas perencanaan, pengadaan, pemanfaatan, pemeliharaan, dan pengawasan prasarana olahraga.

2) Pemerintah dan pemerintah daerah menjamin ketersediaan prasarana olahraga sesuai dengan standar dan kebutuhan Pemerintah dan pemerintah daerah.

3) Jumlah dan jenis prasarana olahraga yang dibangun harus memperhatikan potensi keolahragaan yang berkembang di daerah setempat.

4) Prasarana olahraga yang dibangun di daerah wajib memenuhi jumlah dan standar minimum yang ditetapkan oleh Pemerintah.

(37)

22

ketersediaan prasarana dan sarana olahraga yang sesuai dengan standar. Selain memenuhi standar ketersediaan prasarana dan sarana juga harus sesuai dengan kebutuhan setiap jumlah dan jenisnya. Hal ini sangat penting untuk direalisasikan sebagai bentuk upaya memfasilitasi siswa pada setiap daerah yang memiliki potensi, sehingga mereka dapat mengembangkan bakat dan minatnya dengan baik melalui kegiatan pelatihan di program KKO. Oleh sebab itu, fasilitas olahraga bagi sekolah penyelenggara KKO menjadi hal yang penting. Jika fasilitas olahraganya saja tidak sesuai dengan kebutuhan maka kegiatan KKO tidak dapat berjalan dengan lancar.

Di dalam dunia olahraga terdapat banyak jenis dari fasilitas olahraga baik yang berupa lapangan luar maupun lapangan dalam. Ratal Wirjosantoso (1984:163) menjelaskan:

a. Fasilitas luar antara lain: lapangan permainan atau lapangan pertandingan, kolam renang, area perkemahan dan rekreasi.

b. Fasilitas dalam ruangan antara lain: gymnasium utama, ruang senam, ruang bela diri, ruang tari, ruang terapi, ruang administrasi dan staf, kolam renang tertutup.

Selain itu, Harsuki (2012:183) juga mengungkapkan pendapatnya bahwa fasilitas olahraga dapat dibagi dalam lima macam/tipe:

a. Fasilitas tunggal, artinya fasilitas itu umumnya hanya digunakan untuk satu cabang olahraga saja, misalnya stadion baseball, bowling valley, kolam renang, lapangan golf, sirkuit motor dan mobil, trek lapangan balap kuda, dan lain-lain.

(38)

23

lain Gedung Fitness Centre, yang dapat digunakan untuk senam, tenis, renang, jogging, dan lain-lain.

c. Fasilitas pada rumah kelab (club house), seperti yang banyak kita dapati di negara-negara Eropa, diperlengkapi dengan fasilitas terbuka maupun tertutup, dan diperlengkapi dengan kotak penyimpanan barang (locker), toilet, shower, restoran dan toko alat peralatan olahraga.

d. Fasilitas olahraga yang besar, tidak hanya menyediakan ruangan untuk berpraktik olahraga saja, tetapi juga menyediakan ruangan untuk para penonton. Misalnya Stadion Utama Gelora Bung Karno mempunyai kapasitas tempat duduk untuk 100.000 orang, sedangkan Istora memiliki tempat duduk 10.000 orang, sedangkan Hall Basket di Senayan berkapasitas tempat duduk 3.000 orang.

e. Universitas Negeri Jakarta, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Medan, UPI Bandung, mempunyai fasilitas indoors maupun outdoors yang lumayan, meskipun tidak dapat dibandingkan dengan fasilitas olahraga di Universitas-universitas di Amerika Serikat.

Beberapa macam fasilitas yang disebutkan di atas merupakan macam-macam prasarana olahraga. Prasarana olahraga merupakan hal yang sangat penting bagi penyelenggaraan program KKO, karena dengan adanya prasarana yang baik dan lengkap maka kegiatan pelatihan berbagai cabor dalam KKO dapat dilaksanakan dengan lancar. Semakin baik kegiatan pelatihan maka semakin lancar upaya pencapaian tujuan dari suatu program. Oleh sebab itu, keberadaan prasarana olahraga bagi sekolah penyelenggara program KKO memang menjadi sesuatu hal yang perlu dipikirkan dengan baik karena dengan tersedianya prasarana yang cukup dan layak maka prestasi dan kualitas output dari program KKO akan menjadi lebih bagus lagi.

(39)

24

cabor seperti yang tercantum pada tabel di bawah ini (Mikanda Rahmani, 2014: 23-175):

Tabel 2. Peralatan dan Perlengkapan Cabang Olahraga

Nama Olahraga Peralatan dan Perlengkapan Dayung Pelampung, dayung, pakaian dayung.

Atletik Lintasan, sepatu, tongkat estafet, matras, cakram , dll.

Bola basket Lapangan basket, bola basket dan keranjang yang menempel pada tiang. Taekwondo Dobok, sabuk, target kick, pelindung badan, pelindung kepala, pelindung

lengan, pelindung tulang kering, pelindung mulut, pelindung kemaluan, kaos kaki bersensor, sarung tangan pelindung lengan.

Panahan Sasaran, busur, panah, pelindung jari, pelindung lengan, alat pembidik, alat peredam getaran, kantong panah, teropong.

Bulu tangkis Raket, kok, sepatu.

Anggar Pedang atau senjata, landasan anggar, rolling, wire, baju anggar, celana anggar, kaos kaki anggar, sepatu anggar, pelindung dada, metallic jacket, sarung tangan, masker.

Sepak bola Lapangan sepak bola, bola, gawang, dan kostum tim. Judo Seragam yang longgar

Bola voli Lapangan permainan, bola, net. Tenis meja Meja tenis, net, bola tenis, raket. Tenis lapangan Raket, bola tenis, net.

Gulat Baju gulat, sepatu, pelindung kepala, lapangan atau matras.

Panjat tebing Tali, helm, alat pengikat pinggang, kunci kait, kantung tepung magnesium.

Pencak silat Kostum, pengaman tubuh, gelanggang atau arena berlatih dan bertanding Sepak takraw Bola sepak takraw, tiang dan jaring, seragam tim.

3. Pengelolaan Prasarana dan Sarana

(40)

25

sarana. Berikut ini adalah indikasi adanya pemeliharaan fasilitas yang baik menurut Harsuki (2012:185-186):

a. Terbukti adanya penggunaan fasilitas oleh para stakeholders.

b. Terbukti bahwa fasilitas dimanfaatkan penuh, memenuhi kebutuhan fungsional dan berada pada kondisi optimal.

c. Terlihat bahwa fasilitas dipelihara dengan baik, peralatan dalam keadaan baik dan memiliki strategi untuk mengganti peralatan saat tiba masanya. d. Terdapat catatan operasional yang terdokumentasi, seperti catatan

anggaran dan penggunaannya, catatan peralatan serta jadwal pemeliharaan yang dipatuhi dan dilaksanakan.

e. Terdapat upaya manajemen resiko dan ada prosedur untuk keadaan darurat.

f. Terdapat pembanding dengan fasilitas sejenis di tempat lain dan telah ada target yang ditetapkan bagi masing-masing bagian pada organisasi fasilitas.

Pengelolaan fasilitas bukanlah hal yang mudah, oleh sebab itu harus ada pihak yang bertanggung jawab terhadap pengelolaan fasilitas tersebut. Pengelolaan fasilitas pada program KKO di sekolah tentu saja menjadi tanggung jawab pihak sekolah. Agar prasarana dan sarana di sekolah dapat terjamin keutuhannya maka pihak sekolah biasanya mempunyai seorang pengelola prasarana dan sarana. Berdasarkan Barnawi dan M. Arifin (2012:171), pengelola sarana dan prasarana sekolah merupakan sumber daya manusia yang mengoptimalkan pemanfaatan berbagai jenis sarana dan prasarana untuk kepentingan pendidikan di suatu sekolah tertentu. Hal ini disebabkan jika sarana dan prasarana tidak dikelola dengan baik, penurunan mutu dari sarana dan prasarana tersebut dapat terjadi dengan cepat. Selain itu, jumlahnya pun akan cepat berkurang karena keteledoran, kesemrawutan, atau bahkan karena pencurian.

(41)

26

dalam pengelolaan gudang mulai dari penerimaan, penyimpanan, pemeliharaan, distribusi, pemusnahan, dan pelaporan. Petugas administrasi bertanggung jawab dalam pencatatan keluar masuk barang-barang yang ada di guang. Petugas pemeliharaan dan distribusi bertanggung jawab dalam perawatan dan pemindahan barang-barang yang ada di suatu tempat ke tempat yang lain untuk kepentingan proses pendidikan.

Untuk menjamin keamanan sarana olahraga di sekolah bukan hanya membutuhkan pengelolanya saja, namun juga tempat penyimpanannya. Tempat penyimpanan sarana olahraga milik sekolah biasanya diletakkan di gudang sekolah. Berdasarkan Barnawi dan M. Arifin (2012:194), gudang merupakan ruang untuk menyimpan peralatan pembelajaran di luar kelas, peralatan sekolah yang tidak/belum berfungsi, dan arsip sekolah. Barang-barang yang disimpan di gudang adalah barang-barang yang ada di dalamnya harus dipelihara secara rutin atau berkala. Dengan adanya pengelola yang jelas dan bertanggungjawab serta ada tempat penyimpanan yang layak maka fasilitas olahraga dapat dijaga dengan baik dan dapat dimanfaatkan dengan optimal.

D. Hubungan Masyarakat (Humas) Lembaga Pendidikan

1. Pengertian Humas

(42)

27

Nasution (2010:11), pengertian humas secara umum dapat diartikan “sebagai fungsi manajemen yang khas antara organisasi dengan publiknya, atau denga kata lain antara lembaga pendidikan dengan publik internal (dosen/guru, karyawan, mahasiswa/siswa), dan publik eksternal (orang tua mahasiswa/siswa, masyarakat, institusi luar).

Berdasarkan kedua pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan yakni humas merupakan salah satu dari fungsi manajemen dalam pendidikan yang bertujuan untuk memperoleh penilaian masyarakat, memperoleh kepercayaan dari masyarakat, serta menjalin kerjasama yang harmonis dengan berbagai pihak.

2. Fungsi Humas

Humas memiliki fungsi yang tidak kalah penting dalam penyelenggaraan suatu program sekolah. Eka Prihatin (2011:86) merumuskan fungsi hubungan sekolah dengan masyarakat sebagai berikut:

a. Mengembangkan pengertian masyarakat tentang semua aspek semua pelaksanaan program pendidikan di sekolah.

b. Dapat menetapkan bagaimana harapan masyarakat terhadap sekolah dan apa harapan-harapannya mengenai tujuan pendidikan di sekolah.

c. Memperoleh bantuan secukupnya dari masyarakat untuk sekolahnya, baik financial, material maupun moril.

d. Menimbulkan rasa tanggung jawab yang lebih besar pada masyarakat terhadap kualitas pendidikan yang dapat diberikan oleh sekolah.

e. Merealisasikan perubahan yang diperlukan dan memperoleh fasilitas dalam merealisasikan perubahan itu.

f. Mengikutsertakan masyarakat secara kooperatif dalam usaha-usaha memecahkan persoalan pendidikan.

(43)

28

Selain beberapa fungsi diatas, Hartati Sukirman (37) mengemukan terdapat beberapa alasan yang melandasi pentingnya kegiatan humas dengan masyarakat: a. Sebagai sarana sekolah untuk mengenalkan diri kepada masyarakat luas tentang

apa yang sedang dan akan dikerjakan

b. Sebagai alat untuk menyebarkan gagasan kepada orang lain c. Sebagai sarana untuk memperoleh bantuan dari masyarakat d. Untuk sarana membuka diri agar memperoleh kritik dan sarana

e. Memenuhi keingintahuan manusia dalam rangka naluri untuk selalu mengembangkan diri.

Berdasarkan pembahasan diatas dapat diketahui bahwa humas memiliki fungsi dan alasan yang sangat penting bagi kelancaran suatu program yang diselenggarakan oleh sekolah. Dengan pelaksanaan kegiatan humas yang baik, maka sekolah akan lebih mudah dalam menjalankan tugas dan tanggungjawabnya dalam penyelenggaraan program KKO karena sudah mendapatkan kepercayaan dan dukungan dari beberapa pihak yang diperlukan. Selain itu humas tidak hanya berhenti pada komunikasi antara pihak sekolah dengan masyarakat, melainkan lebih juga dapat membantu pimpinan lembaga untuk mengajak dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan program KKO.

3. Penggolongan Kegiatan Humas

(44)

29

a. Kegiatan eksternal. Kegiatan ini selalu dihubungkan dan ditunjukan kepada publik atau masyarakat di luar sekolah. Terdapat dua kegiatan yang dapat dilakukan, yakni kegiatan tidak langsung dan kegiatan langsung atau tatap muka. Kegiatan tidak langsung adalah kegiatan yang berhubungan dengan masyarakat melalui perantaraan media tertentu, misalnya melalui televisi, radio, media cetak, pameran, dan penerbitan majalah. Kegiatan langsung atau tatap muka adalah kegiatan yang dilaksanakan secara langsung, misalnya rapat dengan pengurus BP3 (Badan Pembantu Penyelenggaraan Pendidikan), konsultasi dengan tokoh masyarakat, dan melayani kunjungan tamu.

b. Kegiatan internal. Kegiatan ini merupakan publisitas ke dalam. Sasarannya adalah warga sekolah, yakni para guru, para tenaga administrasi (tata usaha) dan para siswa. Kegiatan internal dapat dibedakan atas kegiatan langsung dan tidak langsung, yaitu melalui media tertentu.

Dalam bidang pendidikan informasi sangat penting untuk pemantapan kebijakan pendidikan agar lebih relevan dengan kebutuhan-kebutuhan di masyarakat. Agar informasi tentang sekolah disampaikan dengan baik dan dapat dipahami komunitas sekolah, masyarakat atau lembaga lain diperlukan teknik komunikasi yang baik. Kegiatan komunikasi yang dilakukan humas dapat digolongkan menjadi dua, yakni kegiatan yang dilakukan secara langsung dan kegiatan yang dilakukan secara tidak langsung.

Kegiatan langsung, antara lain berupa: a. Rapat dewan guru

b. Upacara sekolah

c. Karya wisata atau rekreasi bersama d. Penjelasan lisan di berbagai kesempatan. Kegiatan tidak langsung, antara lain berupa: a. Penyampaian informasi melalui surat edaran b. Penggunaan papan pengumuman sekolah c. Penyelenggaraan majalah dinding

d. Penerbitan buletin untuk dibagikan kepada warga sekolah

e. Pemasangan iklan atau pemberitahuan khusus melalui media massa pada kesempatan-kesempatan tertentu

(45)

30

Berdasarkan uraian pembahasan di atas, dapat dilihat bahwa kegiatan humas terdiri dari dua jalur, yakni jalur ke dalam dan jalur ke luar, dan setiap jalur sudah mempunyai tugas dan wewenang masing-masing. Selain itu, terdapat pula dua jenis kegiatan humas yakni kegiatan yang dilakukan secara langsung, yakni langsung bertatap muka dengan pihak lain dan kegiatan yang dilakukan secara tidak langsung atau melewati media tertentu. Dengan adanya penggolongan kegiatan humas maka pihak humas sendiri perlu melakukan analisis yang baik agar komunikasi yang dilakukan dapat sesuai dan tepat sasaran.

4. Promosi

(46)

31

metode yang tepat sesuai dengan keadaan lingkungan yang akan dituju. Kreativitas dan kecerdasan dalam perencanaan promosi sangat menentukan keberhasilan dari kegiatan ini.

Pada hakekatnya pendidikan merupakan organisasi jasa yang juga harus menerapkan prinsip-prinsip pemasaran. Berdasarkan Zulkarnain Nasution (2006:51), lembaga pendidikan juga harus memiliki budaya yang berorientasi pada pelanggan, arti budaya dalam hal ini adalah budaya kerja, budaya berorganisasi yang tumbuh dan berkembang berdasarkan nilai-nilai yang digali dari filosofi organisasi, misalnya budaya yang melayani, silaturahmi, proaktif dan kerjasama. Selanjutnya dalam Zulkarnain Nasution (2006:50) juga dijelaskan, komitmen lembaga pendidikan untuk melayani pelanggan dapat dilihat dari:

a. Prasarana dan sarana yang disediakan b. Struktur organisasi

c. Budaya yang dikembangkan.

Oleh sebab itu, dalam penyelenggaraan KKO, faktor prasarana dan sarana, struktur organisasi serta budaya sangat berpengaruh terhadap opini masyarakat mengenai eksistensi KKO.

E. Kelas Khusus Olahraga

1. Pengertian Kelas Khusus Olahraga

(47)

32

dengan anak-anak yang lain. Oleh sebab itu, perlu adanya suatu bentuk pendidikan yang dapat menampung mereka namun juga tidak melupakan bakat yang ia miliki. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 03 tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional, kelas olahraga adalah kelas khusus yang disediakan dalam satuan pendidikan untuk menampung para peserta didik yang berbakat dalam bidang olahraga tertentu. Selanjutnya berdasarkan Peraturan Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Kulonprogo nomor: 136/KPTS/2013 khususnya pada pasal 1 ayat 2, Kelas Khusus Olahraga yaitu kelas yang dibuat untuk kelompok peserta didik yang memiliki bakat istimewa di bidang olahraga dalam satuan pendidikan reguler.

Berdasarkan kedua pendapat diatas penulis menyimpulkan bahwa pengertian program KKO merupakan program pendidikan bagi semua anak yang memiliki bakat istimewa. Di dalam kelas ini siswa program KKO akan dapat saling bertukar informasi dan motivasi.

2. Tujuan Kelas Khusus Olahraga

Kelas Khusus Olahraga merupakan kelas khusus yang diselenggarakan di sekolah formal untuk memfasilitasi pendidikan bagi siswa berbakat istimewa di bidang olahraga. Kelas Khusus Olahraga ini tidak berdiri tanpa alasan, namun ada tujuan khusus yang harus dicapai. Penyelenggaraan Pendidikan Khusus bagi Peserta Didik Bakat Istimewa (PDBI) olahraga bertujuan untuk (Sumaryanto, 2010:4-5):

a. Memberikan kesempatan kepada PDBI olahraga untuk mengikuti program pendidikan sesuai dengan potensi keterampilan yang dimilikinya.

(48)

33

c. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas proses pembelajaran bagi PDBI olahraga.

d. Membentuk manusia berkualitas yang memiliki kecerdasan spiritual, emosional, sosial dan intelektual serta memiliki ketahanan dan kebugaran fisik.

e. Membentuk manusia berkualitas yang kompeten dalam pengetahuan dan seni, berkeahlian dan berketrampilan, menjadi anggota masyarakat yang bertanggung jawab, serta mempersiapkan peserta didik mengikuti pendidikan lebih lanjut dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

Berdasarkan pembahasan yang tertera di atas dapat diketahui bahwa tujuan adanya program KKO adalah untuk memfasilitasi anak-anak yang termasuk PDBI agar mereka juga mendapatkan pendidikan yang layak serta dapat mengembangkan bakat dan minat dalam bidang olahraga. Dengan adanya KKO diharapkan para siswa yang termasuk PDBI dapat memiliki kesempatan yang sama untuk mengenyam pendidikan melalui jalur formal. Selain itu, PDBI diharapkan juga dapat menumbuhkan kompetensi yang dimilikinya agar dapat menciptakan prestasi yang dapat bermanfaat bagi dirinya sendiri maupun orang lain.

F. Hasil Penelitian yang Relevan

1. Penelitian De Meester, et al. Yang diterbitkan oleh Haerens, Leen. Tahun 2014. Penelitian ini berjudul “Extracurricular school-based sports as a motivating

vehicle for sports participation in youth: a cross-sectional study”. Hasil dari

(49)

34

dari anak-anak ada yang tidak berpartisipasi dalam olahraga masyarakat, mereka mungkin juga termotivasi secara optimal terhadap olahraga. Anak-anak yang berpartisipasi dalam eksrakurikuler sekolah berbasis olahraga lebih aktif secara fisik dibandingkan dengan anak yang tidak berpartisipasi, partisipasi eksrakurikuler sekolah berbasis olahraga dapat dianggap berkontribusi terhadap gaya hidup aktif untuk anak-anak yang berpartisipasi.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan persamaan dan perbedaan dengan penelitian penulis, yakni:

a. Persamaan: sama-sama meneliti mengenai program olahraga yang diselenggarakan oleh sekolah pada jam luar sekolah.

b. Perbedaan: penelitian ini lebih fokus kepada partisipasi anak-anak dalam program olahraga yang diselenggarakan oleh sekolah dalam bentuk ekstrakurikuler, sedangkan penelitian penulis lebih fokus kepada penyelenggaraan program olahraga dalam bentuk kelas khusus. Selain itu, penelitian ini berada di tingkat Sekolah Dasar, sedangkan penelitian penulis berada di tingkat Sekolah Menengah Atas.

2. Penelitian Tatang M.Amirin, M.Si., Tina Rahmawati, M.Pd., Pandit Isbianti, S.Pd. Tahun 2011.

(50)

35

dibidang olahraga, sehingga dengan difasilitasinya bakat dan minat tersebut siswa bisa diarahkan pada pencapaian prestasi. Manajemen pelaksanaan pembinaaan program KKO meliputi pengorganisasian program KKO, kurikulum, peserta didik, sarana dan prasarana, pembiayaan, tenaga pelatih serta humas, dan prestasi akademik bukanlah merupakan orientasi dari program KKO, walaupun antara prestasi akademik dengan prestasi olahraga saling berhubungan.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan persamaan dan perbedaan dengan penelitian penulis, yakni:

a. Persamaan: sama-sama meneliti mengenai penyelenggaraan program Kelas Khusus Olahraga di sekolah tingkat menengah.

b. Perbedaan: penelitian ini mempunyai fokus yang lebih mendalam pada pembinaan peserta didik program KKO, hal-hal yang melandasi program KKO, serta manajemen KKO, sedangkan penelitian penulis akan lebih fokus pada aspek penyelenggaraan program KKO.

3. Penelitian Anggun Putra Wibawa Tahun 2012.

(51)

36

adanya gedung indoor untuk kegiatan pelatihan, sehingga pelatihan sering terganggu oleh cuaca. Sarana untuk cabang olahraga atletik masih banyak kekurangan.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan persamaan dan perbedaan dengan penelitian penulis, yakni:

a. Persamaan: sama-sama meneliti mengenai beberapa aspek dalam program Kelas Khusus Olahraga di sekolah tingkat menengah, terutama aspek kurikulum dan sarana prasarana.

b. Perbedaan: penelitian ini mempunyai fokus yang lebih mendalam pada manajemen program KKO, sedangkan penelitian penulis akan lebih fokus pada penyelenggaraan secara umum pada aspek program KKO.

4. Penelitian Mashud Syahroni Tahun 2014.

(52)

37

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan persamaan dan perbedaan dengan penelitian penulis, yakni:

a. Persamaan: sama-sama meneliti penyelenggaraan program Kelas Khusus Olahraga tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMA) di Kabupaten Kulonprogo. b. Perbedaan: penelitian ini hanya fokus pada pembinaan peserta didik program

KKO tingkat SMA, sedangkan penelitian penulis akan lebih fokus pada aspek penyelenggaraan program KKO yang lainnya, khususnya aspek pembelajaran, pelatih, sarana prasana, dan humas.

5. Penelitian Agustina Tri Mujiyanti Tahun 2014.

(53)

38

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan persamaan dan perbedaan dengan penelitian penulis, yakni:

a. Persamaan: sama-sama meneliti mengenai penyelenggaraan program Kelas Khusus Olahraga khususnya pada kurikulum dan fasilitas.

b. Perbedaan: penelitian ini mempunyai fokus yang lebih mendalam pada manajemen penyelenggaraan program KKO di suatu sekolah, sedangkan penelitian penulis akan lebih fokus pada aspek penyelenggaraan program KKO di satu Kabupaten.

G. Kerangka Pikir

(54)

39

pengelolaannya, dan aspek kehumasan mulai dari kegiatan kehumasan internal dan kehumasan eksternal yang berupa publikasi dan promosi.

Penyelenggaraan program KKO merupakan salah satu upaya mewujudkan dan mencetak generasi penerus bangsa yang dapat mengembangkan kemampuan yang sesuai dengan bakat dan minatnya agar dapat menciptakan berbagai prestasi yang bermanfaat bagi dirinya sendiri maupun orang lain. Oleh sebab itu, ke-empat aspek dalam penyelenggaraan program KKO tersebut merupakan hal yang perlu ditingkatkan kualitasnya dan kuantitasnya, karena dengan meningkatnya kualitas dan kuantitas dari masing-masing aspek tersebut akan meningkatkan pula kualitas dari penyelenggaraan program KKO. Meningkatnya kualitas dari penyelenggaraan program KKO maka akan meningkatkan pula keberhasilan dalam pencapaian tujuan dari program KKO.

H. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan penjabaran materi dari kajian pustaka dan konseptualisasi tersebut, ditinjau dari 4 aspek penting dalam penyelenggaraan KKO maka pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Aspek kurikulum

a. Bagaimana kurikulum program KKO tingkat SMA di Kabupaten Kulonprogo? b. Bagaimana pembelajaran program KKO tingkat SMA di Kabupaten Kulonprogo? 2. Aspek pelatih

(55)

40

b. Bagaimana kemampuan dan keterampilan pelatih dalam pembelajaran program KKO tingkat SMA di Kabupaten Kulonprogo?

3. Aspek sarana dan prasarana

a. Bagaimana ketersediaan prasarana dan sarana program KKO tingkat SMA di Kabupaten Kulonprogo?

b. Bagaimana pengelolaan prasarana dan sarana program KKO tingkat SMA di Kabupaten Kulonprogo?

4. Aspek hubungan masyarakat

a. Bagaimana kegiatan kehumasan internal program KKO tingkat SMA di Kabupaten Kulonprogo?

(56)

41 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Berdasarkan Zainal Arifin (2012:140), penelitian kualitatif adalah suatu proses penelitian yang dilakukan secara wajar dan natural sesuai dengan kondisi objektif di lapangan tanpa adanya manipulasi, serta jenis data yang dikumpulkan terutama data kualitatif. Hasil penelitian di lapangan akan dijelaskan secara deskriptif dengan menggambarkan bagaimana penyelenggaraan Kelas Khusus Olahraga tingkat SMA di Kabupaten Kulonprogo.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA N 1 Pengasih dan SMA N 1 Lendah sebagai sekolah yang menyelenggarakan Program Kelas Khusus Olahraga di Kabupaten Kulonprogo. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2015 hingga Maret 2016. Penelitian dilakukan dengan beberapa tahap, yakni penyusunan proposal, perizinan, pengumpulan data, analisis data, dan penyusunan laporan penelitian.

C. Subyek dan Obyek Penelitian

1. Subyek penelitian:

a. Kepala Sekolah SMA N 1 Pengasih dan SMA 1 Lendah

(57)

42 2. Obyek penelitian:

a. Kurikulum dan pembelajaran KKO tingkat SMA di Kabupaten Kulonprogo b. Tenaga pendidik KKO tingkat SMA di Kabupaten Kulonprogo

c. Prasarana dan sarana KKO tingkat SMA di Kabupaten Kulonprogo d. Kegiatan kehumasan KKO tingkat SMA di Kabupaten Kulonprogo D. Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Metode dan teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah wawancara, dokumentasi dan angket.

1. Wawancara

Wawancara atau yang sering disebut dengan interviu merupakan salah satu alat pengumpul informasi dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan lisan untuk dijawab secara lisan pula (S. Margono, 2009:165). Dalam penelitian ini wawancara dilakukan dengan Kepala Sekolah SMAN 1 Pengasih dan SMAN I Lendah, koordinator KKO SMAN 1 Pengasih dan SMAN I Lendah serta pelatih program KKO di SMAN 1 Pengasih dan SMAN I Lendah, siswa KKO SMA N 1 Pengasih dan SMA N 1 Lendah. Data yang ditanyakan dengan metode wawancara adalah kurikulum dan pembelajaran, kualifikasi pelatih, kemampuan dan keterampilan pelatih dalam mengajar, ketersediaan prasarana dan sarana, pengelolaan prasarana dan sarana, kegiatan humas internal dan kegiatan humas eksternal.

2. Observasi

(58)

43

langsung untuk memperoleh data yang harus dikumpulkan dalam penelitian. Dalam kegiatan penelitian observasi dilaksanakan untuk mengamati mengenai kegiatan pelatihan, kemampuan dan keterampilan pelatih dalam mengajar, ketersediaan prasarana dan sarana Kelas Khusus Olahraga, pengelolaan prasarana dan sarana, serta kegiatan kehumasan internal (koordinasi).

3. Dokumentasi

Teknik pengumpulan data dokumentasi atau yang bisa disebut studi dokumenter merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik (Nana Syaodih S, 2006:221). Dalam penelitian ini dokumen-dokumen yang dapat menunjukan mengenai penyelenggaraan Program Kelas Khusus Olahraga dikumpulkan menjadi 1 (satu), baik dokumen yang data jumlah siswa KKO perkelas, program kerja, prestasi KKO, jadwal pelatihan, rapor siswa, data pelatih KKO, data inventarisasi sarana dan prasarana, pamphlet atau brosur PPDB, powerpoint sosialisasi KKO, pengumuman tentang KKO. Setelah dokumen terkumpul kemudian, dokumen-dokumen tersebut dipilih yang sesuai dengan tujuan dan fokus masalah. Dokumen-dokumen tersebut dikumpulkan kemudian ditelaah secara mendalam untuk dirumuskan pola yang terjadi. Hasil dari studi dokumen sebagai penguat hasil pengumpulan data melalui wawancara yang telah dilakukan.

E. Instrumen Penelitian

(59)

44

jauh peneliti siap melakukan penelitian yang selanjutnya terjun ke lapangan (Sugiyono, 2012:305). Oleh sebab itu, instrumen penelitian dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri. Hal ini karena pendekatan penelitian yang dipakai adalah kualitatif sehingga diperlukan instrumen yang fleksibel untuk mendalami fenomena yang terjadi di lapangan. Untuk membantu mengungkap data secara lebih mendalam maka dibuat instrumen penelitian yang disusun berdasarkan kajian teori pada Bab II. 1. Pedoman wawancara

Kisi-kisi pertanyaan dalam pedoman wawancara ini dikembangkan berdasarkan Peraturan Kepala Dinas Kabupaten Kulonprogo Nomor: 136/KPTS/2013, Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 dan teori dari Suryosubroto, Ratal Wirjosantosa, Mulyasa, Abdul Majid, Suharsimi Arikunto, Purwanto, Daryanto & Mohammad Farid, Salman Rusydie, Harsuki, Mikanda Rahmani, Barnawi dan Mohammad Arifin, Hartati Sukirman.

2. Pedoman observasi

Kisi-kisi dalam pedoman observasi ini dikembangkan berdasarkan Peraturan Kepala Dinas Kabupaten Kulonprogo Nomor: 136/KPTS/2013, Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 dan teori dari Suryosubroto, Ratal Wirjosantosa, Mulyasa, Abdul Majid, Suharsimi Arikunto, Purwanto, Salman Rusydie, Harsuki, Mikanda Rahmani.

3. Pedoman studi dokumentasi

(60)

45

Nomor 3 Tahun 2005 dan teori dari Suryosubroto, Ratal Wirjosantosa, Mulyasa, Abdul Majid, Suharsimi Arikunto, Purwanto, Daryanto & Mohammad Farid, Harsuki, Mikanda Rahmani, Hartati Sukirman.

Kisi-kisi instrumen, pedoman wawancara, pedoman observasi serta pedoman studi dokumentasi dapat dilihat pada lampiran nomor 2 halaman 123-130.

F. Uji Keabsahan Data

(61)

46

mengecek informasi yang diperoleh melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi mengenai penyelenggaraan program KKO di Kabupaten Kulonprogo.

G. Teknik Analisis Data

Sugiyono (2012: 335) mengungkapkan, analisis data merupakan proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah di pahami oleh diri sendiri maupun orang lain. Sugiyono (2012:337) mengutarakan analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan saat pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu.

Dalam penelitian ini teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis data model interaktif (Miles dan Huberman) yang terdiri dari 3 tahap, yakni data

condentation, data display dan conclusion drawing/verivication seperti yang terlihat

dalam gambar di bawah ini:

Gambar 1. Aspek analisis data: model interaktif (Miles Huberman, 2014:14)

Data Collection

Data Condensation

Conclusions: drawing/verifying

(62)

47 1. Data Condentation

Data condentation refers to the process of selecting, focusing, simplifying, abstracting, and/or transforming the data that appear in the full corpus of written-up field notes, interview transcripts, documents, and other empirical materials.

Maksud penjelasan di atas yakni kondensasi data meliputi kegiatan memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting. Peneliti mencatat dan merangkum uraian panjang data yang diperoleh baik dari hasil wawancara, catatan lapangan maupun dokumentasi, kemudian memisah-misahkan dan mengklasifikasikan sesuai kebutuhan.

2. Data Display

Generically, a display is an organized, compressed assembly of information that allows conclusion drawing and action. The most frequent form display for qualitative in the past has been axtended text. All are designed to assemble organized information into an immediately accessible, compact form so that the analyst can see what is happening and either draw justified conclusions or move on to the next step of analysis that the display suggests may be useful. Note that designing displays alsohas clear data condensation implications.

(63)

48

diklasifikasikan sehingga mendapatkan gambaran secara keseluruhan mengenai penyelenggaraan program KKO di Kabupaten Kulonprogo.

3. Drawing and Verifying Conclusions

Conclusions may not appear until data collection is over, depending on the size of the corpus of field notes, the coding, storage, and retrieval methods used, the sophistication of the researcher, and any necessary deadlines to be met. Conclusions are also verified as the analyst’s mind during writing, with a short excursion back to the field notes, or it may be through and elaborate, with lengthy argumentation and review among colleagues to develop “intersubjective consensus” or with extensive efforts to replicate a finding in another data set.

Maksud dari penjelasan di atas yakni bahwa kesimpulan mungkin tidak selalu muncul sampai pengumpulan data selesai, hal ini tergantung pada beberapa faktor lain, diantaranya catatan lapangan, coding, penyimpanan, dan metode pengambilan yang digunakan, kecanggihan peneliti, dan batas waktu yang diperlukan harus dipenuhi. Dalam penelitian ini data yang disajikan dalam bentuk teks deskriptif tentang penyelenggaraan program KKO diambil kesimpulan atau garis besar sesuai dengan objek penelitian. Namun, peneliti tidak memungkiri apabila apa yang peneliti ungkapkan sejak awal berbeda setelah peneliti melaksanakan penelitian di lapangan. Sehingga kesimpulan juga harus diverifikasi sebagai pikiran analis selama menulis, dengan kunjungan singkat kembali ke catatan lapangan.

(64)

49 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

SMA penyelenggara KKO di Kabupaten Kulonprogo terdapat 2 sekolah, yakni SMA N 1 Pengasih dan SMA N 1 Lendah. Kedua sekolah ini ditunjuk untuk menyelenggarakan KKO melalui Surat Keputusan Bupati Kulonprogo Nomor 27 tahun 2013 yang dapat dilihat pada lampiran nomor 4, halaman 236-239.

1. SMA N 1 Pengasih

Sekolah ini beralamat di Jalan KRT Kertodiningrat 41, Margosari, Pengasih, Kulonprogo, Yogyakarta. Adapun visi dan misi yang dimiliki oleh sekolah ini yakni: Visi: Terwujudnya insan yang beriman dan terpelajar yang berwawasan lingkungan. Dengan indikator sebagai berikut:

a. Taat dan patuh menjalankan syariat agama dan berbudi pekerti luhur. b. Memiliki wawasan dan pengetahuan yang memadai

c. Mampu melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi d. Memiliki sikap disiplin dan tertib

e. Memiliki kecakapan hidup yang memadai

f. Memiliki kecakapan dan kepedulian terhadap lingkungan Misi:

a. Menumbuhkan penghayatan dan pengamalan terhadap ajaran agama dan budi pekerti luhur

(65)

50 c. Menanamkan sikap disiplin dan tertib d. Mengembangkan kecakapan hidup

e. Menerapkan manajemen partisipatif dan melibatkan semua unsur yang terkait f. Menerapkan pembelajaran dengan metode lingkungan hidup

g. Menerapkan semboyan hari esok lebih baik dari hari ini h. Menjalin kerjasama dengan pihak terkait

Sedangkan tujuan SMA Negeri 1 Pengasih adalah:

a. Meningkatkan iman dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa b. Membentuk siswa berbudi pekerti luhur dan berjiwa nasionalis

c. Membekali peserta didik dengan ilmu pengetahuan dan teknologi agar mampu bersaing dan melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi

d. Jumlah lulusan yang melanjutkan ke perguruan tinggi tidak kurang 60%

e. Membekali siswa yang tidak melanjutkan dengan ketrampilan agar siap terjun ke dunia kerja

f. Memiliki tim olahraga, KIR, seni, lomba bidang akademis dan paskibra yang berprestasi di tingkat kabupaten, provinsi, dan nasional

g. Terwujudnya budaya tertib dan disiplin oleh semua warga sekolah

h. Menanamkan peserta didik bersikap jujur, ulet dan gigih dalam berkompetisi, beradaptasi dengan lingkungan

i. Mewujudkan lingkungan hijau, bersih dan asri.

(66)

51

N 1 Pengasih ini diatur oleh tim pengelola KKO. Pada awalnya tim pengelola KKO ini di koordinasi oleh Bapak Kasir selaku guru Penjaskes di SMA N 1 Pengasih, namun pada tanggal awal tahun 2016 Bapak Kasir dirotasi ke SMA lain sehingga Tim pengelola KKO mengalami perubahan. Sebelum ada tim pengelola yang baru segala urusan mengenai KKO diserahkan kepada wakasek kesiswaan.

Perkembangan KKO di SMA N 1 Pengasih selama 3 tahun berjalan ini sudah mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Dilihat dari segi peminatnya, jumlah pendaftar KKO di SMA N 1 Pengasih dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Dengan adanya peningkatan jumlah peminat maka pihak sekolah dapat melakukan seleksi yang lebih ketat, seperti mempertimbangkan nilai Ujian Nasional calon siswa, mempertimbangkan prestasi, dll. Dari segi prestasi, jumlah siswa KKO yang mendapatkan kejuaraan baik dari tingkat kabupaten hingga nasional juga meningkat. Selama tiga tahun ini, sudah sekitar 79 kejuaraan yang diraih oleh para siswa SMA N 1 Pengasih dalam turnamen dan lomba-lomba bidang olahraga. Di SMA N 1 Pengasih prestasi olahraga yang menonjol yakni prestasi gulat, dan tapak suci karena sudah menyetak kejuaraan hingga di tingkat nasional. Data mengenai prestasi KKO di SMA N 1 Pengasih dapat dilihat pada lampiran nomor 5, halaman 241-242.

Gambar

Tabel 1. Data Jumlah Pendaftar Program KKO SMA N 1 Pengasih 30
Gambar 1. Aspek analisis data: model interaktif (Miles Huberman, 2014:14)
Tabel 3. Pelatih Kecabangan KKO SMA N 1 Pengasih
Tabel 4. Pelatih Kecabangan KKO SMA N 1 Lendah
+3

Referensi

Dokumen terkait

Dari berbagai kegiatan ekstrakurikuler olahraga tersebut, jenis olahraga yang mendapatkan prestasi adalah olahraga futsal dan tenis, yaitu tim futsal SMP

digunakan untuk kegiatan cabang olahraga lainnya sehingga siswa percabang olahraga kurang dapat menggunakan dengan leluasa lapangan tersebut. Pemerintah Kabupaten Sleman hanya

Analisa ini berdasarkan perbandingan tingkat pelayanan menurut ketersediaan fasilitas SMA dan SMK terhadap tingkat pelayanan menurut kebutuhan wilayah akan fasilitas SMA dan

Analisa ini berdasarkan perbandingan tingkat pelayanan menurut ketersediaan fasilitas SMA dan SMK terhadap tingkat pelayanan menurut kebutuhan wilayah akan fasilitas SMA dan

Dimana Dinas Pemuda dan Olahraga Kota Tanjungpinang menyediakan pelatih khusus untuk melakukan pembinaan bagi siswa yang berprestasi pada event yang diselenggarakan

Penelitian PDPJOI sebelumnya yang dilakukan tahun 2011 mengenai tingkat kemajuan pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan dalam mata kuliah Dasar-Dasar Penjasorkes di salah satu

Dalam model ini antecendent (masukan), transaction (proses) dan outcomes (hasil) data dibandingkan tidak hanya untuk menentukan apakah ada perbedaan antara tujuan

Kekuatan otot perut Berdasarkan dari hasil penelitian menunjukan kekuatan otot perut peserta didik putra kelas khusus olahraga SMA N 1 Seyegan rata-rata pada kategori cukup sedangkan