5
1.
Pendahuluan
Steganografi dapat dipandang sebagai kelanjutan kriptografi. Jika kriptografi merahasiakan makna pesan sementara eksistensi pesan tetap ada, maka steganografi menutupi keberadaan pesan. Dalam prakteknya, pesan rahasia dienkripsi terlebih dahulu, kemudian ciphertext disembunyikan di dalam media lain sehingga pihak ketiga tidak menyadari keberadaanya. Pesan rahasia yang disembunyikan dapat diekstraksi kembali persis sama seperti aslinya [1].
Umumnya, teknik steganografi menggunakan dua media yang berbeda. Salah satu media berfungsi sebagai media yang berisikan informasi (pesan rahasia) dan media yang lain berfungsi sebagai pembawa informasi tersebut (media penampung) yang dapat berupa sebuah teks, gambar, suara, atau video. Penggunaan teknik steganografi ini diharapkan dapat membantu dalam upaya peningkatan pengamanan pengiriman informasi.
Berdasarkan latar belakang masalah, maka akan dilakukan penelitian yang membahas tentang perancangan dan implementasi steganografi menggunakan metode Enhanced Audio Steganography (AES); yaitu berupa suatu aplikasi steganografi yang akan melakukan penyisipan file rahasia dalam file WAV dengan menggunakan metode Least Significant Bit (LSB) yang dimodifikasi, dengan proses enkripsi dan dekripsi file menggunakan algoritma Vigenere. Dalam menyisipkan pesan teks ke dalam file WAV menggunakan metode Least Significant Bit yang dimodifikasi, karena memiliki kelebihan yang dapat mengatasi kekurangan dari metode LSB [2]. Sedangkan untuk proses enkripsi dan dekripsi menggunakan algoritma Vigenere, karena merupakan algoritma dengan aturan yang sederhana.
2.
Kajian Pustaka
Penelitian terdahulu pernah dilakukan dengan judul Aplikasi Steganografi Pada Video Dengan Metode Least Significant Bit (LSB), dimana dalam penelitian tersebut membahas teknik steganografi pada video dengan format *.avi, serta aplikasi yang dibangun masih harus dikembangkan lagi karena hanya bisa menyisipkan berkas rahasia dengan ukuran kecil [3].
Penelitian yang lain yang pernah dilakukan berjudul Penerapan Steganografi Gambar Pada Least Significant Bit (LSB) Dengan Pengunaan PRNG (Pseudo Random Number Generator). Pada penelitian tersebut, diterapkan steganografi pada gambar pada least significant bit tiap komponen warna gambar [4].
Penelitian berjudul Efficient Method of Audio Steganography by Modified LSB Algorithm and Strong Encryption Key With Enhanced Security, yaitu penelitian yang mengajukan metode baru untuk penyisipan pesan dalam audio, dengan memodifikasi metode Least Significant Bit (LSB), dan menggunakan kekuatan kunci enkripsi untuk meningkatkan keamanan pesan yang disisipkan. Enkripsi yang digunakan adalah teknik enkripsi yang ditentukan sendiri dengan aturan yang sederhana. Proses enkripsi diterapkan pada pesan, sebelum pesan tersebut disisipkan ke dalam audio [2].
6
yang dimodifikasi, maka dalam penelitian ini, akan dilakukan penelitian steganografi yang menggunakan metode enhanced audio Steganografi (EAS), yaitu LSB yang dimodifikasi, dan menggunakan algoritma vigenere untuk proses enkripsi pada data/pesan yang akan disisipkan. Media yang dipakai pada penelitian saat ini yaitu audio dengan format *.wav. Penelitian yang dilakukan akan melihat apakah terjadi perubahan terhadap waktu, kualitas dan besar ukuran data pada file audio setelah melalui proses embedding dan ekstraksi pesan. Aplikasi yang dibangun bertujuan dapat membantu para pengguna untuk menjaga kerahasiaan data yang disisipkan dalam file audio.
Enhanced AudioSteganography (EAS)
Algoritma EAS merupakan algoritma yang memodifikasi algoritma LSB. Proses yang dilakukan dalam EAS hampir sama dengan proses dalam algoritma LSB. Modifikasi yang dilakukan adalah : penyisipan bit pada media penampung hanya dilakukan pada byte yang bernilai 254 atau 255. Dalam algoritma EAS juga diterapkan proses enkripsi pada pesan yang akan disisipkan. EAS memiliki keunggulan EAS dibandingkan dengan teknik LSB pada umumnya, yaitu byte yang digunakan sebagai penampung hanya selective byte saja, maka media penampung yang digunakan akan mengalami kerusakan yang kecil. Di samping itu, adanya enkripsi terhadap pesan yang disisipkan dapat meningkatkan keamanan data. Proses yang terjadi dalam EAS terdiri dari 4 proses, yaitu proses enkripsi, proses dekripsi, proses encoding, proses decoding [2].
Kriptografi Vigenere Cipher
Sistem sandi Vigenère adalah sistem sandi substitusi multi-alfabet, yaitu sistem sandi Caesar tetapi dengan pergeseran alfabet yang berlainan disesuaikan dengan kata kuncinya. Pada kriptografi Vigenere, plaintext akan dienkripsi dengan pergeseran huruf seperti pada kriptografi Caesar, tetapi setiap huruf di dalam plaintext akan mengalami pergeseran yang berbeda. Kunci pada kriptografi Vigenere adalah sebuah kata bukan sebuah huruf. Kata kunci ini akan dibuat berulang sepanjang plaintext, sehingga jumlah huruf pada kunci akan sama dengan jumlah huruf pada plaintext. Pergeseran setiap huruf pada plaintext akan ditentukan oleh huruf pada kunci yang mempunyai posisi yang sama dengan huruf pada plaintext. Kriptografi Vigenere ini dikenal sebagai polyalphabetic substitution cipher, karena enkripsi terhadap satu huruf yang sama bisa menghasilkan huruf yang berbeda. Pergeseran huruf pada plaintext ditentukan oleh tabel yang sama dengan tabel pada kriptografi Caesar. Rumus kriptografi Caesar tetap berlaku pada kriptografi Vigenere, baik pada enkripsi maupun dekripsi.
File WAV (
Waveform Audio Format)
7
3.
Metode dan Perancangan Sistem
Metode perancangan yang dipakai dalam penelitian ini adalah Prototype Model. Bagan mengenai prototype model dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1 Bagan Prototype Model [5]
Tahap-tahap dalam Prototype Model adalah sebagai berikut:
1. Listen to Costumer; Pada tahap ini dilakukan analisis terhadap permasalahan yang ada, yaitu mendapatkan data dan literatur yang terkait dengan proses embedding, ekstraksi, enkripsi dan dekripsi terhadap data teks pada audio, menggunakan metode enhanced audio steganography (EAS); melalui dokumen dan referensi yang ada.
2. Build; Selanjutnya setelah memperoleh data dan mengetahui proses enkripsi dan dekripsi dengan Enhanced Audio Steganography, langkah berikutnya adalah membuat perancangan dengan menggunakan Unified Modeling Language (UML) mengenai sistem yang akan dibangun nantinya. Selain itu dilakukan pula perancangan pada user interface dan algoritma.
3. Costumer Test; Pada Tahap ini dilakukan pengujian sistem, yaitu menjalankan proses implementasi sistem, dengan menguji pengaruh ukuran data, waktu proses dan kualitas audio, serta melihat hasil yang diberikan apakah sudah sesuai dengan konsep Steganografi, dan algoritma kriptografi Vigenere.
Perancangan Algoritma
Enhanced Audio Steganography
(EAS)
Algoritma Proses Embedding Data
8
hitung besar lokasi yang tersedia pada file WAV. File WAV yang digunakan sebagai media penyisipan harus memiliki jumlah byte bernilai 254 atau 255 yang cukup untuk menampung file pesan. Proses berikutnya adalah proses penyisipan bit file pesan di LSB byte file media. Proses ini bersifat selektif karena penyisipan hanya dilakukan pada byte file media yang bernilai 254 atau 255 saja. Selanjutnya pembacaan diteruskan lagi ke byte berikutnya. Proses tersebut diulangi sampai semua bit file pesan selesai disisipkan. Setelah proses selesai, file WAV disimpan sebagai file baru. Proses embedding dalam bentuk flowchart, ditunjukkan pada Gambar 2.
Gambar 2Flowchart Proses Embedding
Algoritma Extracting Data
Proses yang terjadi sesuai algoritma extracting data adalah proses dekripsi dan dilanjutkan dengan proses extracting data. Data yang telah disisipkan akan dikeluarkan terlebih dahulu, kemudian akan didekripsikan sehingga menghasilkan data rahasia yang diinginkan user. Proses extracting dapat dijelaskan sebagai berikut. Proses extracting merupakan proses untuk membaca objek yang disisipkan di dalam media penampung. Ketika media penampung dimasukkan, sistem akan membaca apakah ada data yang disisipkan atau tidak, jika tidak, proses akan selesai, tetapi jika ada data yang disisipkan, maka proses akan
Start
Input Pesan
Input Audio
IndexPesan = 0
Hitung lokasi yang tersedia
Lokasi >= panjang message
dalam bit array
IndexPesan < panjangBitPesan
Byte = 254 atau Byte = 255 Baca byte audio
selanjutnya
Simpan audio sebagai file baru
Ganti bit terakhir (LSB) dengan bit
pesan ke - IndexPesan
IndexPesan = IndexPesan + 1
Stop Ya
Ya
Ya
Tidak
Tidak
Tidak Input Kunci Enkripsi
9
berlanjut dengan penyiapan penampung pesan. Sistem akan membaca panjang data yang disisipkan di dalam byte audio, dan mengecek apakah byte tersebut bernilai 254 atau 255, mengecek apakah panjang penampung < L (variabel panjang pesan), kemudian proses pembacaan bit terakhir (LSB) dan disimpan ke penampung pesan. Proses ini akan diulangi hingga semua bit selesai terbaca. Pesan yang didapat akan dilakukan proses dekripsi, kemudian disimpan sebagai file baru, proses selesai dengan output document yang telah diekstrak. Proses extracting dalam bentuk flowchart, ditunjukkan pada Gambar 3.
Start
Input media
Ada data yang telah disisipkan?
Siapkan penampung
Pesan
Byte 254 atau 255?
Panjang penampung <
L
Baca bit terakhir (LSB) simpan ke penampung
Pesan
Simpan Pesan sebagai file baru
Stop Ya
Tidak
Ya Tidak
Baca informasi L=Panjang data
Baca Byte selanjutnya
Ya
Tidak Input Kunci
Dekripsi
Dekripsi Pesan
Gambar 3 Flowchart Proses Extracting
Perancangan Algoritma Vigenere
10
Mulai
Input Kunci
Input Data
C[i] = Data[i] + Kunci[i] % 256 i < Panjang
Data i=0
C= Array[Panjang Data]
Ya
i=i+1
Return C
Tidak
Selesai
Modifikasi Kunci Sehingga panjang Kunci sama dengan Panjang Data
Gambar 4 Flowchart Proses Enkripsi
Gambar 4 menjelaskan proses enkripsi yang memerlukan dua buah masukan yaitu Kunci dan Data. Keduanya dalam bentuk koleksi (array). Sebelum kunci dapat digunakan, kunci harus disusun sedemikian rupa sehingga panjangnya sama dengan panjang data yang akan dienkripsi. Penampung hasil enkripsi adalah variabel C, yang juga berupa koleksi, dengan panjang elemen sama dengan panjang Data. Untuk setiap Data pada index ke i, dilakukan perhitungan Data[i] + Kunci[i] modulus 256. Angka 256 adalah konstanta yang menunjukkan berapa banyak jumlah elemen pada satu baris Tabula Recta. Hasil perhitungan disimpan pada variabel C index ke i. Selanjutnya nilai i dinaikkan sebesar 1. Proses pembacaan Data ini dilakukan sampai i mencapai nilai sama dengan Panjang Data.
11 Mulai
Input Kunci
Input Data
i < Panjang Data
i=0 P= Array[Panjang Data]
i=i+1
Return P
Tidak
Selesai
Modifikasi Kunci Sehingga panjang Kunci sama dengan Panjang Data
P[i] = Data[i] - Kunci[i] % 256 Jika Kunci[i] >
Data[i]
P[i] = (256 + Data[i] - Kunci[i]) % 256
Ya Tidak
Ya
Gambar 5 Flowchart Proses Dekripsi
Rancangan Use Case Diagram
Use Case Diagram merupakan diagram yang memperlihatkan hubungan antara aktor dengan sistem [6]. Rancangan use case diagram dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6 Use Case Diagram
12
4.
Hasil dan Pembahasan
Antarmuka Sistem
Gambar 7 Antarmuka Untuk Proses Penyisipan
Gambar 7 merupakan tampilan antarmuka proses embedding dimana user akan memilih menu file kemudian pilih media penampung selanjutnya pilih document yang akan disisipkan, kemudian pilih tombol sisipkan, maka akan keluar textbox untuk memasukan kunci enkripsi, selanjutnya user memasukan kunci yang diinginkan dan pilih tombol ok; maka, jalanlah proses penyisipan file .doct ke dalam media WAV hingga tampilnya message box Finish, kemudian pilih button ok untuk menutup message box, dan proses embedding berhasil.
Kode Program 1 Proses Pembentukan Kunci
private static byte[]
ExpandKey(byte[] key, int toSize) {
List<byte> expand = new List<byte>(); //int index = 0; ukuran yang didefinisikan pada parameter toSize. Proses yang dilakukan adalah melakukan perulangan untuk tiap elemen data pada variabel key, dan menambahkan tiap elemen tersebut ke variabel penampung expand. Selanjutnya jika elemen merupakan elemen terakhir pada variabel key, maka proses diulangi dari elemen paling awal.
Kode Program 2 Proses Enkripsi Menggunakan Vigenere Cipher public static byte[] Encrypt(
byte[] data, byte[] key) {
key = ExpandKey(key, data.Length); List<byte> result = new List<byte>(); int keyIndex = 0;
foreach (byte M in data) {
byte C =
13
Kode Program 2 digunakan untuk melakukan proses enkripsi dengan parameter data yang akan dienkripsi dan kunci. Dua parameter tersebut dalam tipe data byte array. Sebelum kunci dapat digunakan, kunci harus disusun sedemikian rupa, sehingga panjangnya sama dengan panjang data yang akan dienkripsi. Proses pembentukan kunci ini dapat dilihat pada Kode Program 1. Selanjutnya, tiap byte data dienkripsi menggunakan rumus pada baris 10. Cipher data ditampung pada variabel result (baris 11).
Kode Progam 3 Perintah Untuk Proses Embbeding FileStream waveFileStream
int messageIndex = 0;
String binaryMessage = BuildBinaryMessage(vigenereKey, documentFile); while ((r = wstream.ReadByte()) != -1)
{
byte current = (byte)r;
if (messageIndex < binaryMessage.Length && (current == 254 || current == 255))
14 Kode Progam 4 Perintah untuk Proses Ekstraksi
FileStream waveFileStream
= new FileStream(mediaFile, FileMode.Open); WaveStream baru
StringBuilder builder = new StringBuilder(); for (int i = 0; i < mediaBytes.Length; i++)
byte[] pesan = ToByteArray(builder.ToString();
byte[] pesan = VigenereCipher.Decrypt(pesan, Encoding.Default.GetBytes(vigenereKey));
Kode Program 4 menjelaskan tahap pengkodean proses ekstraksi. Perintah pada baris 1-6 digunakan untuk membaca file media (audio .wav). Perintah pada baris 8 digunakan untuk membaca media apakah ada file di dalamnya atau tidak dan membaca panjang file. Perintah pada baris 10 merupakan penampung bit file. Perintah pada baris 11-14 digunakan untuk membaca file yang ada byte 254 atau 255. Perintah pada baris 16-18 digunakan untuk membaca LSB. Pada baris 21, kumpulan bit dibentuk menjadi byte array. Kemudian kumpulan byte tersebut didekripsi.
Kode Program 5 Proses Dekripsi Menggunakan Vigenere Cipher public static byte[] Decrypt(
byte[] data, byte[] key) {
key = ExpandKey(key, data.Length); List<byte> result = new List<byte>(); int keyIndex = 0;
foreach (byte M in data) {
15
Kode Program 5 merupakan kode program untuk proses dekripsi. Parameter fungsi dalam bentuk byte array. Seperti halnya proses enkripsi, kunci yang digunakan harus dimodifikasi terlebih dahulu sebelum bisa digunakan. Jika nilai byte kunci (K) lebih kecil dari nilai byte data (M), maka perhitungan dilakukan dengan cara rumus pada baris 13. Jika tidak, rumus pada baris 23 yang digunakan. Pada rumus kedua, angka 256 ditambahkan dengan maksud tidak muncul angka negatif.
Gambar 8 Antarmuka Proses Ekstraksi
Gambar 8 merupakan antarmuka proses ekstraksi dimana user akan memili menu file kemudian masukan stego audio yang akan di ekstrak, selanjutnya pilih tombol ekstrak, maka akan tampil textbox untuk menginputkan kunci dekripsi, selanjutnya masukan kunci yang sama dengan kunci enkripsi, kemudian pilih tombol ok; maka proses akan dijalankan hingga ditampilkan message box Finish, kemudian pilih tombol ok dan proses ekstraksi selesai.
Pengujian Sistem
Pengujian sistem ini dilakukan dengan melakukan dua pengujian, yang pertama proses embedding dan yang kedua proses ekstraksi. Pengujian embedding pada file audio dibagi menjadi beberapa bagian yaitu :
1. Percobaan embedding data dokumen (.docx) dan data teks (.txt) berukuran ≤ 1 MegaByte pada file audio berformat .wav.
2. Percobaan embedding data teks yang ukurannya berbeda pada file audio berformat .wav.
Sedangkan pengujian ekstraksi adalah sebagai berikut :
1. Percobaan ekstraksi data pada file audio yang telah disisipi pesan. Data yang dihasilkan haruslah sama dengan yang aslinya.
2. Pengujian file audio yang telah diambil pesan yang disisipi dengan file audio asli, harus sama ukurannya.
File audio yang digunakan sebagai media penampung adalah dua file audio dengan ukuran masing-masing 2.940 KB dan 8.594 KB.
Embedding Data File Dokumen
16
audio yang dipakai adalah audio1.wav (2.940 KB) dan audio2.wav (8.594 KB). Kunci enkripsi yang dipakai “marsanthia”.
Tabel 1 Hasil Pengujian Embedding File .docx
File yang
Berdasarkan Hasil Pengujian Embedding File .docx pada Tabel 1, didapatkan nilai rata-rata waktu (dalam milisecond) yang dibutuhkan dari proses embedding :
- Pada pengujian Doc1_Audio1 nilai rata-rata waktu yang dibutuhkan 138,01 ms. - Pada pengujian Doc1_Audio2 nilai rata-rata waktu yang dibutuhkan 138,31 ms. - Pada pengujian Doc2_Audio1 nilai rata-rata waktu yang dibutuhkan 155,45 ms. - Pada pengujian Doc2_Audio2 nilai rata-rata waktu yang dibutuhkan 159,19 ms.
Embedding Data File Teks
Pengujian ini menggunakan file teks dengan format .txt, yang akan disisipkan ke dalam file audio .WAV dengan ukuran yang berbeda. File teks diberi nama Text1 dan Text2. Text1 berukuran 1KB dan Text2 berukuran 5KB. Sedangkan file audio yang dipakai adalah audio1.wav (2.940 KB) dan audio2.wav (8.594 KB). Kunci enkripsi yang dipakai “marsanthia”.
Tabel 2 Hasil Pengujian Embedding File .txt
17
Berdasarkan Hasil Pengujian Embedding File .txt pada Tabel 2, didapatkan nilai rata-rata waktu (dalam milisecond) yang dibutuhkan dari proses embedding : - Pada pengujian Text1_Audio1 nilai rata-rata waktu yang dibutuhkan 6,24 ms. - Pada pengujian Text2_Audio1 nilai rata-rata waktu yang dibutuhkan 8,21 ms. - Pada pengujian Text1_Audio2 nilai rata-rata waktu yang dibutuhkan 6,29 ms. - Pada pengujian Text2_Audio2 nilai rata-rata waktu yang dibutuhkan 52,18 ms.
Embedding Data Dengan Ukuran Berbeda
Pengujian ini menggunakan file text dengan ukuran yang berbeda yang akan disisipkan ke dalam file audio dengan menggunakan dua file audio .WAV sebagai media penampung yang diberi nama Audio1 (2.940 KB) dan Audio2 (8.594 KB), serta sepuluh file text dengan ukuran yang berbeda sebagai objek yang akan disisipkan dengan nama Text1 (1 KB), Text2 (2 KB), Text3 (3 KB), Text4 (4 KB), Text5 (5 KB), Text6 (6 KB), Text7 (7 KB), Text8 (8 KB), Text9 (9 KB), dan Text10 (10 KB). Kunci enkripsi yang dipakai “marsanthia”. Hasil dari pengujian ini dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Hasil Embedding Data Degan Ukuran Berbeda
Nama
Audio
Waktu Proses (MS)
Text1 Text2 Text3 Text4 Text5 Text6 Text7 Text8 Text9 Text10
(1 KB) (2 KB) (3 KB) (4 KB) (5 KB) (6 KB) (7 KB) (8 KB) (9 KB) (10 KB)
Audio1 4,42 12,18 21,01 27,09 34,46 44,95 56,17 64,67 67,51 80,87 Audio2 4,78 12,54 20,46 28 34,45 42,15 57,89 61,32 68,28 75,46
Berdasarkan data pada Tabel 3, dibuat grafik yang dapat dilihat pada Gambar 9.
Gambar 9 Diagram Embedding Untuk File Dengan Ukuran Berbeda
18
embedding. Kesimpulannya besar ukuran pesan yang akan disisipkan sangat mempegaruhi waktu embedding namun besar ukuran audio tidak terlalu mempengaruhi waktu embedding.
Ekstraksi Data Pada Audio
Untuk mengetahui apakah proses steganografi berhasil atau tidak, maka salah satu syaratnya yaitu data yang telah di embedding harus dapat ditampilkan kembali melalui proses ekstraksi. Oleh karena itu percobaan ekstraksi sangat penting supaya bisa dilihat apakah pesan audio yang disisipkan dapat kembali seperti semula ataupun tidak. Hasil pengujian ini dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Hasil Ekstraksi file yang telah mengalami proses embedding berhasil diekstraksi dengan hasil sesuai dengan apa yang disisipkan. Tabel 4 juga menunjukkan bahwa besar file yang disisipkan juga mempengaruhi waktu ekstraksi. Semakin besar file yang disisipkan, semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk proses ekstraksi.
Ekstraksi Data Dengan Ukuran Berbeda
Setelah pengujian embedding dengan menggunakan ukuran dokumen yang berbeda, kemudian dilakukan proses ekstraksi, waktu proses ekstraksi dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Hasil Ekstraksi Data Dengan Ukuran Berbeda
Nama
Audio
Waktu Proses (MS)
Text1 Text2 Text3 Text4 Text5 Text6 Text7 Text8 Text9 Text10
(1 KB) (2 KB) (3 KB) (4 KB) (5 KB) (6 KB) (7 KB) (8 KB) (9 KB) (10 KB)
Audio1 0,2 0,6 0,2 0,23 0,21 0,21 0,25 0,25 0,25 0,23
Audio2 0,43 0,42 0,43 0,46 0,45 0,46 0,46 0,46 0,48 0,46
Berdasarkan hasil pengujian pada Tabel 3 dan Tabel 5, diketahui bahwa besar file yang disisipkan juga mempengaruhi waktu ekstraksi. Semakin besar file yang disisipkan semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk proses ekstraksi.
19
Gambar 10 Diagram Ekstraksi Untuk File Dengan Ukuran Berbeda
Berdasarkan pada Gambar 10, yaitu diagram proses ekstraksi dengan ukuran file yang telah disisipkan berbeda-beda serta menggunakan dua audio dengan ukuran berbeda pula yang menjadi media penampungnya, yang dimulai dari ukuran file yang kecil hingga besar, maka dihasilkan garis yang tidak beraturan dan tidak menentu, namun waktu yang dibutuhkan pada proses ini jauh lebih sedikit dibandingkan proses embedding. Sedangkan ukuran audio lebih berpengaruh dibandingkan ukuran file yang disisipkan yaitu semakin besar audio semakin banyak waktu yang dibutuhkan pada proses embedding. Jadi dapat disimpulkan bahwa pada proses ekstraksi ukuran file yang akan diekstraksi tidak mempengaruhi waktu proses tetapi ukuran audio penampung yang mempengaruhi waktu ekstraksi.
Analisis Hasil Pengujian Sistem
Analisis Sistem Embedding dan ekstraksi
Setelah proses pengujian dilakukan terhadap sistem embedding dengan menggunakan media penampung berupa file audio dengan format WAV dan objek penyisipan berupa file dokumen dengan format .docx dan file teks dengan format .txt, dapat disimpulkan bahwa proses berjalan dengan baik dan berhasil.
Sebelum proses embedding dilakukan, user akan memasukkan media penampung dan objek. Objek akan diproses enkripsi, kemudian barulah proses embedding dijalankan kemudian menghasilkan stego audio, dimana jika dibandingkan dengan audio aslinya tidak akan ditemukan perbedaan dari ukuran maupun suara, sehingga tidak akan menghadirkan kecurigaan dari pihak lain.
20
Analisis Kualitas Audio
Berdasarkan hasil pengujian pada Tabel 1 dan Tabel 2, stego audio yang dihasilkan mempunyai ukuran yang sama dengan audio aslinya sebelum dilakukan proses embedding, juga setelah dilakukan proses ekstraksi. Dengan pendengaran normal tidak ditemui perbedaan pada audio maupun stego audio. Analisis hasil steganografi berdasarkan ukuran audio, dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6 Hasil Steganografi Berdasarkan Ukuran Audio
Nama audio Embedding Ekstraksi
sebelum sesudah sebelum sesudah
Audio1
Analisis Pengaruh Ukuran Data
Berdasarkan hasil pengujian pada Tabel 1 dan Tabel 2, ukuran data mempengaruhi proses embedding maupun ekstraksi yaitu semakin besar ukuran dokumen yang akan disisipkan maupun diekstrak, maka semakin panjang juga waktu yang dibutuhkan di dalam proses, namun demikian proses embedding lebih banyak menghabiskan waktu dari pada proses ekstraksi, walaupun dengan ukuran dokumen yang sama. Analisis ukuran data dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7 Ukuran File
Nama File Sebelum Embedding Sesudah Ekstraksi
Doc1 dikerjakan serta kemampuan memori pada komputer yang dipakai untuk menjalankan proses. Waktu rata-rata pengujian embedding dapat dilihat pada Tabel 8, dan analisis waktu ekstraksi dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 8 Waktu Rata-rata Pengujian Embedding
21
Table 9 Waktu Proses Ekstraksi
Stego audio Ukuran file
(objek)
Waktu (MS)
Doc1_Audio1 Doc2_Audio1 Doc1_Audio2 Doc2_Audio2 Text1_Audio1 Text2_Audio1 Text1_Audio2 Text2_Audio2
12,10 KB 13.16 KB 12,10 KB 13.16 KB 1 KB 5 KB 1 KB 5 KB
1,93 1,94 2,98 2,96 1,16 1,35 2,32 2,85
Analisis Perbandingan Wave Form
Analisis 1
Kunci: satyawacana
File media: music.wav 8.39MB (8,800,020 bytes), kapasitas 1,002,305 bits Dokumen: Text2.txt 4.17kB (4,268 bytes) 34,288 bits
File Hasil Penyisipan: music+text2.wav. Total Time: 22.4392834 detik
Software yang digunakan untuk menganalisis: Cool Edit Pro 2.1 Hasil Analisis Waveform ditunjukkan pada Gambar 11
Gambar 11 Visualisasi Waveform Untuk File Text2.txt
22
5.
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pengujian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa, ukuran file yang disisipkan serta ukuran media penampung, mempengaruhi waktu dalam proses embedding. Semakin besar file yang akan disisipkan serta semakin besar media penampung maka semakin lama pula waktu yang dibutuhkan untuk proses embedding. Waktu yang diperlukan dalam proses ekstraksi jauh lebih pendek dari waktu yang dibutuhkan pada proses embedding. Perubahan kualitas audio tergantung pada besar kecilnya file yang disisipkan. Ukuran data sebelum dan sesudah proses embedding tidak mengalami perubahan. Hasil penyisipan tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan antara file yang menjadi media penampung dengan file yang akan disisipkan. Saran untuk pengembangan aplikasi ini, diharapkan agar aplikasi ini dapat dikembangkan dengan menggunakan file audio yang lain sebagai media steganografi, misalnya mp3, serta menggunakan algoritma kriptografi yang lain untuk proses enkripsi dan dekripsi.
6.
Daftar Pustaka
[1] Munir, Rinaldi, 2006. Kriptografi Steganografi dan Watermarking, Bandung : Institut Teknologi Bandung.
[2] Sridevi, Damodaram, & Narasimham, 2009. Efficient Method of Audio Steganography by Modified LSB Algorithm and Strong Encryption Key with Enhanced Security, Hyderabad : Department of Computer Science and Engineering-JNTUH.
[3] Budiman, 2010. Aplikasi Steganografi Pada Vidio Dengan Metode Least Significant Bit (LSB), Bandung : UNIKOM.
[4] Susanti, 2007. Steganografi Gambar Pada Least Significant Bit (LSB) Dengan Pengunaan PRNG (Pseudo Random Number Generator), Bogor : IPB.
[5] Pressman, Roger S, 2001. Software Engineering a Practitioner’s Approach, New York : McGraw-Hill Higher Education.