• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pattimura 20 Seong, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, DKI Jakarta yang selanjutnya disebut “PIHAK KESATU”

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Pattimura 20 Seong, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, DKI Jakarta yang selanjutnya disebut “PIHAK KESATU”"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

134

Lampiran 1. Contoh Perjanjian Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha Swasta

PERJANJIAN ANTARA

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

DAN

PT PENJAMIN INFRASTRUKTUR INDONESIA (PERSERO)

TENTANG

PELAKSANAAN FASILITAS PENYIAPAN PROYEK DAN PENDAMPINGAN TRANSAKSI PADA PROYEK

INFRASTRUKTUR KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA PROYEK PRESERVASI JALAN NASIONAL LINTAS TIMUR SUMATERA DI

PROVINSI RIAU DAN PROVINSI SUMATERA SELATAN

NOMOR : 02/PKS/Db/2018 NOMOR : 002/IB-PL/DRU/0518

Perjanjian ini dibuat di Jakarta pada hari Senin tanggal dua puluh satu bulan Mei tahun dua ribu delapan belas oleh dan antara :

I. Dr. Ir. Arie Setiadi Moerwantto, M.Sc., dalam jabatannya selaku Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Jenderal Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat berdasarkan Surat Perintah Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 06/SPRIN/M/2018 dan Surat Keputusan Nomor 344.1/KPTS/M/2018 tentang Pendelegasian Wewenang Penanggung Jawab Proyek Kerja Sama Pemerintah dengan Badan Usaha pada Kegiatan Preservasi Jalan Lintas Timur Sumatera dengan Skema Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha-

(2)

135

Ketersediaan Layanan/Availability Payment (KPBU- AP), bertindak untuk dan atas nama Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat sebgai pemberi tugas, berkedudukan di Jl. Pattimura 20 Seong, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, DKI Jakarta yang selanjutnya disebut “PIHAK KESATU”.

dan

II. Armand Hermawan, dalam jabatannya selaku Direktur Utama yang berwewenang bertindak untuk dan atas nama PT Penjamin Infrastruktur Indonesia (Persero), suatu perseroan terbatas yang didirikan berdasarkan hukum Republik Indonesia, berdasarkan Akta Notaris Nomor 29, tanggal 30 Desember 2009 yang dibuat oleh Lolani Kurniati Irdham – Idroes SH LLM, Notaris di Jakarta, yang telah disahkan berdasarkan SK MENKUMHAM No AHU- 0444.AH.01.01. Tahun 2010 tanggal 27 Januari 2010 sebagaimana telah dirubah terakhir dengan Akta Notaris Nomor 36, tanggal 11 April 2017 yang dibuat oleh Arry Supratno, SH, Notaris di Jakarta, yang telah disahkan berdasarkan SK MENKUMHAM No.

AHU –AH.01.03.0134272 tanggal 8 Mei 2017, berkedudukan di Jakarta dengan alamat Jalan Jenderal Gatot Subroto Kav. 18, Jakarta, Indonesia yang selanjutnya disebut “PIHAK KEDUA”.

PIHAK KESATU dan PIHAK KEDUA secara bersama- sama yang selanjutnya disebut “Para Pihak” dan masing- masing yang selanjutnya disebut “Pihak” mengadakan perjanjian dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

a. Bahwa berdasarkan Surat Nomor KU.0101-Mn/127 tanggal 30 Januari 2018 mengenai Permohonan

(3)

136

Fasilitas Penyiapan Kajian Akhir Prastudi Kelayakan (Final Business Case) dan Fasilitas Pendampingan Transaksi Proyek KPBU-Availability Payment (AP) untuk Kegiatan Preservasi Jalan Nasional Lintas Timur Sumatera di Provinsi Riau dan Provinsi Sumatera Selatan (“Surat Permohonan”), PIHAK KESATU telah mengajukann permohoan penyediaan dasilitas Dana Penyiapan Proyek (Project Development Fund) berupa fasilitas penyiapan proyek dan pendampingan transaksi pada Proyek Infrastruktur Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha Proyek Preservasi Jalan Lintas Timur Sumatera di Provinsi Riau dan Provinsi Sumatera Selatan;

b. Bahwa guna menindaklanjuti Surat Permohonan PDF sebagaimana dimaksud pada huruf a, Menteri Keuangan telah menertibkan Surat nomor S- 262/MK.08/2018 tanggal 13 April 2018 perihal Persetujuan atas Permohonan fasilitas Dana Penyiapan Proyek (Project Development Fund) dalam Rangka Penyiapa dan Pelaksanaan Transaksi Proyek Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha Preservasi Jalan Nasional Litas Timur Sumatera di Provinsi Riau dan Provinsi Sumatera Selatan (Surat Persetujuan Kemenkeu),

c. Bahwa guna menindaklanjuti Surat Permohonan PDF dan Surat Persetujuan Kemenkeu sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, untuk dan atas nama Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat telah membuat dan menandatangani Kesepakatan Induk Nomor DK-3/PR/2018 dan 05/PK/SJ/2018 tentang Penyediaan Fasilitas Penyiapan Proyek dan

(4)

137

Pendampingan Transaksi pada Proyek Infrastruktur Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha Kegitan Preservasi Jalan Nasional Lintas Timur Sumatera di Provinsi Riau dan Provinsi Sumatera Selatan antara Kementrian Keuangan dan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kesepakatan Induk);

d. Bahwa berdasarkan Kesepakatan Induk sebagaimana dimaksud pada huruf c , Menteri Keuangan dan Direktur Jenderal Bina Marga saling memahami mengenai perlunya untuk mengambil langkah-langkah dalam rangka melaksanakan koordinasi yang efektif dan berkesinambungan atas pelaksanaan kewenangan masing-masing Pihak berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan agar Proyek Infrastruktur Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha Proyek Preservasi Jalan Lintas Timur Sumatera di Provinsi Riau dan Provinsi Sumatera Selatan dapat segera terwujud sesuai perencanaan.

e. Bahwa dalam rangka koordinasi guna mewujudkan Proyek Infrastruktur Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha Proyek Preservasi Jalan Lintas Timur Sumatera di Provinsi Riau dan Provinsi Suatera Selatan sebagaimana dimaksud pada huruf d, Menteri Keuangan telah menyetujui untuk menugaskan PIHAK KEDUA untuk melaksanakan penyediaan Fasilitas Penyiapan Proyek dan Pendampingan Transaksi kepada PIHAK KESATU melalui Surat Keputusan Penugasan Infrastruktur Indonesia (Persero) untuk Melaksanakan Fasilitas dalam Rangka Penyiapan Proyek dan Pendampingan Transaksi pada Proyek Infrastruktur Preservasi Jalan Nasional Timur Sumatera dengan Skema Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (SK Penugasan).

(5)

138

f. Bahwa dalam rangka menindaklanjuti penugasan yang diberikan, Menteri Keuangan dan PIHAK KEDUA telah menandatangani Perjanjian tentang Penugasan Khusus Kepada PT Penjamin Infrastruktur Indonesia (Persero) untuk Melaksanakan Fasilitas Penyiapan Proyek dan Pendampingan Transaksi pada Proyek Infrastruktur Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha Proyek Preservasi Jalan Lintas Timur Sumatera di Provinsi Riau dan Provinsi Sumatera Selatan dengan Nomor PRJ-/PR/2018 tanggal 21 Mei 2018 (Perjanjian Penugasan).

g. Bahwa berdasarkan Kesepakatan Induk, SK Penugasan dan Perjanjian Penugasan sebagaimana dimaksud pada huruf c, e, dan f, PIHAK KESATU dan PIHAK KEDUA sepakat untuk menuangkan pelaksanaan fasilitas penyiapan proyek dan pendampingan Transaksi Proyek KPBU Proyek Preservasi Jalan Lintas Timur Sumatera di Provinsi Riau dan Provinsi Sumatera Selatan dalam suatu perjanjian.

Maka demikian Para Pihak sepakat untuk tunduk pada ketentuan dan persyaratan sebagaimana diatur dalam Perjanjian ini sebagai berikut:

BAB I

KETENTUAN UMUM Pasal 1

Definisi

Dalam Perjanjian ini pengertian dan istilah-istilah yang digunakan mempunyai arti dan penafsiran yang sama bagi Para Pihak, sebagai berikut :

(6)

139

1. Badan Usaha adalah Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah, badan usaha swasta yang berbentuk Perseroan Terbatas, badan hukum asing atau koperasi.

2. Badan Usaha Pelaksana adalah Perseroan Terbatas yang didirikan oleh Badan Usaha pemenang lelang atau ditunjuk langsung.

3. Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha yang selanjutnya disebut “KPBU” adalah kerjasama antara pemerintah dan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur untuk kepentingan umum dengan mengacu pada spesifikasi yang telah ditetapkan sebelumnya oleh Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah/Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik Daerah, yang sebagian atau seluruhnya menggunakan sumber daya Badan Usaha dengan memperhatikan pembagian risiko di antara para pihak.

4. Dukungan Teknis adalah dukungan yang diberikan oleh kementerian terkait dalam rangka menurunkan biaya investasi sehingga membuat Proyek KPBU menjadi layak secara komersial.

5. Fasilitas Penyiapan Proyek dan Fasilitas Pendampingan Transaksi yang selanjutnya disebut

“Fasilitas” adalah fasilitas fiscal yang disediakan oleh Menteri Keuangan kepada penanggung jawab proyek kerjasama, yang dibiayai dari sumber- sumber sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 265/PMK.08/2015 tentang Fasilitas dalam Rangka Penyiapan dan Pelaksanaan Transaksi Proyek Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur sebagaimana telah diubah melalui

(7)

140

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 129/PMK.08/2016 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 265/PMK.08/2015 tentang Fasilitas dalam Rangka Penyiapan dan Pelaksanaan Transaksi Proyek Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur.

6. Hari Kalender adalah hari Senin sampai dengan hari Minggu.

7. Hari Kerja dalaha hari Senin sampai dengan hari Jumat berdasarkan Penetapan Pemerintah Republik Indonesia, kecuali apabila hari tersebut dinyatakan sebagai hari libur oleh Pemerintah.

8. Hasil Keluaran adalah segala kajian dan/atau dokumen dan/atau bentuk-bentuk lainnya yang disepakati dan disiapkan sesuai dengan kebutuhan penanggung jawab proyek kerjasama untuk melaksanakan kegiatan dalam rangka pelaksanaan proyek Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha.

9. Kuasa PIHAK KESATU adalah orang yang diberikan kuasa dan kewenangan untuk mewakili dan bertindak untuk dan atas nama PIHAK KESATU, dalam segala hal berkaitan dengan perjanjian ini.

10. Kuasa PIHAK KEDUA adalah orang yang diberikan kuasa dan keweangan untuk mewakili dan bertindak untuk dan atas nama PIHAK KEDUA, dalam segala hal yang berkaitan dengan perjanjian ini.

11. Nilai total Biaya Penugasan adalah nilai total biaya yang dibutuhkan dalam pelaksanaan Fasilitas sebagaimana diatur dalam Perjanjian Penugasan.

(8)

141

12. Oppurtunity Return adalah rata-rata tingkat pengembalian investasi dari tiga tahun sebelumnya yang didapat PIHAK KEDUA. Oppurtunity Return merupakan batas bawah Margin yang ditentukan PIHAK KEDUA dan akan disepakati kemudian bersama-sama PIHAK KESATU.

13. Panitia Pengadaan adalah tim yang dibentuk oleh Penanggung Jawab Proyek Kerjasama, yang memiliki peran dan tanggung jawab untuk mempersiapkan dan melaksanakan proses pengadaan Badan Usaha Pelaksana pada tahap transaksi.

14. Pemberian Tugas adalah Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko berdasarkan SK Penugasan.

15. Penanggung Jawab Proyek Kerjasama yang selanjutnya disebut “PJPK” adalah Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Sebagai penyedia atau penyelenggara infrastruktur Proyek Oreservasi Jalan Lintas Timur Sumatera di Provinsi Riau dan Provinsi Sumatera Selatan, dalam hal ini diwakili oleh Direktur Jenderal Bina Marga – Direktorat Jenderal Bina marga-Kemetrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat;

16. Penasehat Transaksi adalah pihakk-pihak yang terdiri atas penasehat/konsultasn teknis, penasehat/konsultan keuangan, penasehat/konsultan hukum dan/atau regulasi, penasehat/konsultan lingkungan dan/atau penasehat konsultan lainnya, baik berupa perorangan dan/atau badan usaha dan/atau lembaga yang bertugas untuk membantu pelaksanaan Fasilitas.

(9)

142

17. Perjanjian KPBU adalah perjanjuan antara PJPK degan Badan Usaha Pelaksana dalam rangka penyediaan Infrastruktur.

18. Perjanjian Regres adalah perjanjian antara PIHAK KESATU dengan PT Penjamin Infrastruktur Indonesia (Persero) yang memuat hak dan kewajiban para pihak dalam rangka memenuhi kewajiban finansial PIHAK KESATU berdasarkan Perjanjian KPBU yang dijamin berdasarkan perjanjian penjaminan.

19. Perolehan Pembiayaan (financial close) adalah tahapan dimana Badan Usaha Pelaksana telah memperoleh pembiayaan proyek baik melalui penandatanganan perjanjian pinjaman/kredit maupun pembiayaan internal Badan Usaha Pelaksana yang ditandai dengan efektifnya perjanjian pembiayaan atau persetujuan pemegang saham.

20. Proyek Preservasi Jalan Lintas Timur Sumatera di Provinsi Riau dan Provinsi Sumatera Selatan yang selanjutnya disebut “Proyek” adalah “Proyek” dan akan dilaksanakan dengan skema KPBU.

21. Tim Koordinasi adalah Tim Koordinasi sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Menteri Keunggan Nomor 265/PMK.08/2015 tentang Fasilitas dalam Rangka Penyiapan dan Pelaksanaan Transaksi Proyek Kerjasama Pemeritah dan Badan Usaha dalam Penyedian Ifrastruktur sebagaimana telah diubah melalui Peraturan Menteri Keuangan Nomor 129/PMK.08/2016 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 256/PMK.08/2015 tentang Fasilitas dalam Rangka Penyiapan dan pelaksanaan Transaksi Proyek

(10)

143

Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur.

22. Tim KPBU adalah tim yang dibentuk oleh PJPK untuk membantu pengelolaan KPBU pada tahap penyiapan dan pada tahap transaksi KPBU khususnya setelah penetapan Badan Usaha Pelaksanaan hingga diperolehnya pemenuhan pembiayaan (financial close), serta berkoordinasi dengan simpul KPBU dalam pelaksanaanya.

Pasal 2 Rencana Kerja

1. Rencana kerja pelaksanaan Fasilitas sekurang- kurangnya mencakup Hasil Keluaran, kegiatan, sub- kegiatan, dan indikasi jadwal pelaksanaan.

2. Rencana kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut dalam lampiran 1 Perjanjia ini.

3. Perubahan atas kegiatan, sub-kegiatan, dan indikasi jadwal pelaksanaan dalam rencana kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan oleh PIHAK KEDUA atas permintaan PJPK setelah berkorrdinasi dengan PIHAK KESATU dengan tujuan tercapainya Hasil Keluaran yangdiharapkan.

BAB II

KEGIATAN, HASIL KELUARAN DAN JADWAL Pasal 3

Kegiatan dan Hasil Keluaran

1. Dalam rangka pelaksanaan Fasilitas PIHAK KEDUA melaksanakan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

(11)

144

a. Penyiapan kajian akhir prastudi kelayakan berserta kajian dan/atau dokumen pendukung untuk kajian akhir prastudi kelayakan;

b. Pendampingan PJPK sehubungan dengan Penyusunan Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH) atau Dokumen Ijin Lingkungan;

c. Penyusunan dokumen pendukung pelaksanaan proyek;

d. Penyusunan rancangan dokumen pengadaan Badan Usaha;

e. Pendampingan pelaksanaan evaluasi prakualifikasi dan pelaksanaan lekang;

f. Pendampingan PJPK sehubungan dengan upaya mendapatkan penjaminan infrastruktur;

g. Pendampingan PJPK sehubungan dengan upaya mendapatkan penjaminan infrastruktur;

h. Pendampingan PJPK dalam penandatanganan Perjanjian KPBU;

i. Pendampingan PJPK dalam penandatanganan perjanjian regres; dan

j. Pendampingan PJPK dalam Perolehan Pembiayaan (Financial Close).

2. Selain kegiatan yang dilaksanakan sebagaimana dimaksud pada lampiran 1 perjanjian, PIHAK KEDUA dapat melaksanakan peningkatan kapasitas kepada PJPK, sesuai dengan ketentuan yang berlaku mengenai Fasilitas.

3. Peran para pihak dalam memenuhi Hasil Keluaran dituangkan dalam lampiran 2 Perjanjian ini.

4. Para pihak memahami bahwa Hasil Keluaran hanya akan diperoleh dalam kondisi masing-masing Hasil keluaran yang menjadi prasyaratnya telah terpenuhi.

(12)

145

5. Serah terima Hasil Keluaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) akan dituangkan dalam;

a. Berita Acara Sehar Terima yang ditandatangani oleh PIHAK KEDUA atas Kuasa PIHAK KEDUA dengan Ketua Tim KPBU dan Ketua Panitia Pengadaan atau Kuasa PIHAK KESATU sesuai kewenangannya dari setiap tahapan penyelesaian Hasil Keluaran; atau

b. Surat dari PIHAK KESATU kepada PIHAK KEDUA yang menyatakan penerimaan atas Hasil Keluaran; atau

c. Dokumen dari PIHAK KESATU yang menyampaikan Hasil Keluaran kepada pihak lain terkait.

6. Selain dituangkan dalam dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (5), serah terima Hasil Keluaran dapat dianggap telag dilakukan apabila dalam waktu 5 (lima) hari kerja setelah tanggal diterimanya penyampaian Hasil Keluaran, PIHAK KESATU tidak memberikan konfirmasi kepada PIHAK KEDUA atas Hasil Keluaran yang telah diserahkan kepada PIHAK KESATU.

Pasal 4

Penyelesaian Hasil Keluaran

Hasil Keluaran diindikasikan akan diselesaikan dalam jangka waktu yang diuraikan dalam Lampiran 1 Perjanjian ini sebagai target waktu penyelesaian.

BAB III

HAK DAN KEWAJIBAN Pasal 5

(13)

146

Hak Pihak Kesatu

Selain sebagaimana diatur dalam pasal-pasal lain dalam Perjanjian ini, hak PIHAK KESATU meliputi:

1. PIHAK KESATU wajib memastikan tersedianya akses atas segala informasi, baik lisan maupun tertulis dalam bentuk apapun, yang dibutuhkan dalam rangka pelaksanaan Fasilitas;

2. PIHAK KESATU wajib mengadakan dan mendapatkan dukungan dari segala pemangku kepentingan yang mempengaruhi pelaksanaan Fasilitas dan/atau Proyek, termasuk namun tidak terbatas pada rekomendasi dan/atau persetujuan Gubernur dan/atau Walikota, dan persetujua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Riau dan Provinsi Sumatera Selatan;

3. PIHAK KESATU wajib memberikan arahan strategis untuk permasalahan yag mempengaruhi pelaksanaan Fasilitas dan/atau pelaksanaan Proyek yang tidak dapat diselesaikan oleh Tim KPBU atau oleh pejabat di bawah kelembagaan PIHAK KESATU yang terkait;

4. PIHAK KESATU wajib memastikan agar proses pelaksanaan Fasilitas dan/atau Proyek dapat berjalan tanpa gangguan di bawah, dalam hal terjadinya perubahan keanggotaan Tim KPBU atau pada kelembagaan di bawah PIHAK KESATU yang dapat mempengaruhi pelaksanaan Fasilitas dan/atau Proyek;

5. PIHAK KESATU wajib memastikan agat setiap pihak yang berada di bawah kelembagaan PIHAK KESATU tidak melakukan tindkan-tindakan yang

(14)

147

dapat mengganggu keberhasilan pelaksanaan Fasilitas;

6. PIHAK KESATU wajib melakukan sosialisasi atau pelaksanaan Proyek kepada masyarakat;

7. PIHAK KESATU wajib memberikan dukungan kepada PIHAK KEDUA dan/atau Penasehat Transaksi dalam pelaksanaan tugasnya, termasuk mengeluarkan surat-surat atau keputusan yang diperlukan oleh PIHAK KEDUA dalam melakukan upaya terbaik untuk melaksanakan kegiatan dalam rangka pelaksanaan Fasilitas;

8. PHAK KESATU wajib melakukan koordinasi dengan PIHAK KEDUA dan seluruh pemangku kepentingan yang mempengaruhi secara langsugn ataupun tidak langsung pelaksanaan Fasilitas;

9. PIHAK KESATU wajib membayarkan penggantian Oppurtunity Return kepada PIHAK KEDUA sebagaimana diatur perjanjian ini;

10. PIHAK KESATU wajib membentuk tim KPBU;

dan

11. PIHAK KESATU wajib membentuk Panita Pengdaan sebelum pelaksanaan kegiatan Penyusunan rancangan dokumen pengadaan.

Pasal 6 Hak Pihak Kedua

Selain sebagaimana diatur dalam pasal-pasal lain dalam Perjanjian ini, PIHAK KEDUA meliputi;

1. PIHAK KEDUA berhak mendapatkan dukungan dari PIHAK KESATU dalam melaksanakan kegiatan dalam rangka pelaksanaan Fasilitas; dan

(15)

148

2. PIHAK KEDUA berhak mendapatkan akses dan/atau salinan serta menggunakan data dan informasi yang dimiliki atau diketahui oleh PIHAK KESATU sehubungan dengan Proyek guna melaksanakan kegiatan dalam rangka pelaksanaan Fasilitas sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 7

Kewajiban Pihak Kedua

Selain sebagaimana diatur dalam pasal-pasal lain dalam Perjanjian ini, kewajiban PIHAK KEDUA meliputi;

1. PIHAK KEDUA wajib melaksanakan kegiatan sesuai dengan ketentuan-ketentuan dalam Perjanjian ini;

2. PIHAK KEDUA wajib menugaskan Penasehat Transaksi yang memiliki kredibilitas dan profesionalisme dalam rangka upaya terbaik melaksanakan kegiatan dalam rangka pelaksanaan Fasilitas sesuai ketentuan peraturan perundang- undangan;

3. PIHAK KEDUA wajib memberikan kinerja terbaik (best effort) dalam melaksanakan kegiatan dalam rangka pelaksanaan Fasilitas sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan;

4. PIHAK KEDUA wajib berkorrdinasi dengan PIHAK KESATU dalam setiap pelaksanaan kegiatan dalam rangka pelaksanaan Fasilitias sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan; dan

5. PIHAK KEDUA wajib menyampaikan laporan secara berkala setiap bulan kepada PIHAK KESATU terkait pelaksanaan kegiatan dalam rangka Pelaksanaan Fasilitas sesuai ketentuan peraturan perundang- undangan.

(16)

149

Pasal 8

Pelaksanaan Pekerjaan

1. Dalam rangka pelaksanaan Fasilitas, PIHAK KESATU sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan yang berkalu, menetapkan;

a. Tim KPBU;

b. Panitia Pengadaan; dan c. Tim Koordinasi.

2. Dalam rangka mendiskusikan hal-hal yang terkait dengan pelaksanaan faslitas, PIHAK KESATU dapat melakukan koordinasi langsung dengan Penasehat Transaksi sepanjang hal tersebut termasuk dalam kegiatan pelaksanaan Fasilitas.

3. Dalam rangka mendiskusikan hal-hal yang terkait, dengan pelaksanaan fasilitas PIHAK KEDUA dapat melakukan koordinasi langsung dengan Ti KPBU, Panitia Pengadaan dan Tim Koordinasi.

4. Dalam pelaksanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), PIHAK KESATU menetapkan antara lain mekanisme pembentukan, susunan anggota, tugas, pokok, dan fungsi.

Pasal 9

Standar Pelaksana Fasilitas

1. PIHAK KEDUA akan melaksanakan Fasilitas secara profesional sesuai ketentuan peraturan perundang- undangan.

2. Setiap nasihat, analisa, usulan dan/atau rekomendasi yang disampaikan oleh PIHAK KEDUA atau penasehat Transaksi sehubugan dengan pelaksanaan fasilitas kepada PIHAK KESATU akan didasarkan

(17)

150

kepada, antara lain, informasi yang disediakan oleh PIHAK KESATU kepada PIHAK KEDUA atau Penasehat Transaksi dari Instansi yang berwenang dan pemangku kepentingan lainnya.

Pasal 10

Penyebaran Informasi

1. PIHAK KESATU menunjuk dan memberitahukan kepada PIHAK KEDUA mengenai personil-personil yang bertugas menyampaikan segala informasi yang terkait dengan pelaksanaan Proyek [termasuk proses pelelangan kepada pihak di luar peserta pelelangan].

2. PIHAK KEDUA dapat menyampaikan informasi terkait dengan pelaksanaan Fasilitas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terbatas kepada otoritas yang memiliki kewenangan sebagai:

a. Pemegang saham PIHAK KEDUA;

b. Pemberi tugas PIHAK KEDUA dalam pelaksanaan Fasilitas; dan/atau

c. Regulator di bidang pembiayaan infrastruktur.

Pasal 11

Pemanfaatan Dokumen dan Kerahasiaan

1. PIHAK KEDUA tanpa biaya apapun menyerahkan hak dan kewenangan kepada PIHAK KESATU untuk menggunakan dan memanfaatkan Hasil Keluaran untuk kepentingan pelaksanaan transaksi pada Proyek.

2. PIHAK KEDUA tetap memiliki hak dan kewenangan untuk menggunakan kerangka kerja, contoh-contoh, metodologi pendekatan dan penyelesaiakn masalah, sistematika dan model yang tertuang dalam laporan atau bahan-bahan maupun laporan lainnya yang

(18)

151

diserahkan kepada PIHAK KESATU atau dipergunakan oleh PIHAK KEDUA dalam pelaksanaan fasilitas untuk kepentingan pengembangan KPBU di Indonesia.

3. Dokumen sebagai hasil dari kegiatan proyek bersifat rahasia dan para pihak tidak dapat menginformasikan kepada siapapun kecuali sebagaimana diatur dalam pasal 11 dan pasal 12 ayat (1) dan tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

4. Para pihak dapat menggunakan dan memanfaatkan hasil keluaran sepanjang untuk kemajuan KPBU di Indonesia.

Pasal 12 Pemisahan

1. Jika suatu ketentuan dalam Perjanjian ini, termasuk Lampiran-lampiran dari Perjanjian ini ditetapkan sebagai tidak sah atau tidak dapat diberlakukan secara hukum baik secara keseluruhan atau sebagian, maka ketidakabsahan atau ketidakberlakuan tersebut hanya berkaitan dengan ketentuan-ketentuan itu atau bagian- bagian dari padanya, sedangkan sisa bagian dari ketentuan itu dan semua ketentuan lainnya dalam perjanjian ini akan berlaku dan berkekuatan hukum penuh.

2. Dalam hal suatu ketentuan dalam Perjanjian ini ditetapkan sebagai tidak sah atau tidak dapat diberlakukan secara hukum, maka Para pihak harus menyepakati suatu ketentuan yang sah dengan mempertimbangkan tujuan dari Perjanjian ini sebagai pengganti dari ketentuan tersebut.

Pasal 13

(19)

152

Penundaan, Pengakhiran, dan Pemutusan Fasilitas 1. Apabila diperlukan peraturan perundang-undangan,

keputusan, perizinan, persetujuan dan/atau pengecualian dari atau oleh pejabat/lembaga yang berwenang yang dibutuhkan untuk pelaksanaan fasilitas dan berpotensi menyebabkan terjadinya penundaan pelaksanaan Fasilitas, maka akan diserahkan penyelesaian oleh Para Pihak kepada Tim Koordinasi sebagaimana disepakati dalam Kesepakatan Induk.

2. Para Pihak sepakat untuk melakukan pengakhiran atas pelaksanaan Fasilitas apabila salah satu kondisi di bawah ini terpenuhi:

a. Telah selesainya seluruh kegiatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 3;

b. Tidak dilanjutkannya proyek berdasarkan keputusan PIHAK KESATU pada kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3;

c. Terjadi kondisi lainnya yang mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan tidak tercapainya tujuan Penugasan;

d. Proses pengadaan Badan Usaha Pelaksana dihentikan;

e. Terlewatinya jangka waktu Penugasan.

3. Pengakhiran atas pelaksanaan Fasilitas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b, c, dan d, dapat dilakukan setelah mendapatkan persetujuan dari Menteri Keuangan c.q Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko.

4. PIHAK KESATU melakukan penggantian Oppurtunity Return kepada PIHAK KEDUA jika terjadi kondisi

(20)

153

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b, c, dan d yang disebabkan oleh PIHAK KESATU.

5. Penghitungan penggantian Oppurtunity Return oleh PIHAK KESATU ang sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dihitung dengan cara sebagai berikut:

A= (50%xB) x (C-D)

A = Penggantian Oppurtunity Return yang dibayarkan oleh PIHAK KESATU

B = Oppurtunity Return

C = Nilai Total Biaya Penugasan (Rupiah)

D = Seluruh biaya yang telah dikeluarkan sampai dengan tanggal diterimanya surat pengakhiran Pelaksanaan Fasilitas dan biaya-biaya lainnya yang terkait dengan pengakhiran pelaksanaan Fasilitas termasuk di dalamnya biaya pengakhiran Penasehat Transaksi akibat pengakhiran pelaksanaan Fasilitas.

6. Menteri Keuangan c.q Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko melalui surat keputusan pengakhiran pelaksanaan Fasilitas akan memberitahukan kepada piHAK KESATU kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (4).

Pasal 14

Jangka Waktu Perjanjian

1. Perjanjian ini berlaku efektif sejak ditandatanganinya Perjanjian ini dan berakhir sesuai dengan tanggal berakhirnya Kesepakatan Induk.

2. Apabila diperlukan, jangka waktu Perjanjian ini sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diperpanjang dengan merujuk pada ketentuan yang terdapat pada Kesepakatan Induk.

(21)

154

3. Perpanjangan jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dilakukan dengan usulan yang diajukan oleh PIHAK KESATU kepada Pemberi Tugas.

4. Perpanjangan jangka watku sebagaimana dimaksud pada ayat (2), memungkinkan terjadinya penambahan Nilai Total Biaya Penugasan.

BAB IV LAIN-LAIN

Pasal 15

Keadaan Kahar (Force Majeure)

1. Para Pihak dibebaskan dari tanggung jawab atas penyelesaiaan pelaksanaan kegiatan yang disebabkan oleh keadaan kahar (Force Majeuere).

2. Keadaan kahar (Force Majeuere) sebagaimaana dimaksud pada ayat (1) merupakan kondisi yang terjadi di luar kemampuan Para Pihak untuk memperkirakan, mencegah, dan mengatasi kondisi yang menyebabkan tidak dapat dilaksanakannya kewajiban kedua belah pihak yang disebabkan antara lain oleh badai, banjir, gempa bumi, perang, pemberontakan, huru-hara, kebakaran, atau letusan gunung berapi.

3. Apabila terjadi Keadaan kahar (Force Majeure), selambat-lambatnya 14 (empat belas) Hari Kalender sejak terjadinya Keadaan Kahar (Force Majeure) tersebut, pihak yang terkena dampak Keadaan Kahar (Force Majeure) harus segera memberitahukan secara tertulis kepada pihak lainnya.

4. Apabila pihak yang terkena dampak Keadaan Kahar (Force Majeure) tidak dapat melaksanakan, baik

(22)

155

sebagian maupun keseluruhan kewajiban sebagaimana disebutkkan dalam perjanjian ini karena mengalami atau dipengaruhi oleh keadaan kahar (Force Majeure) lebih dari 60 (enam puluh) Hari Kalender, maka Pihak yang terkena dampak keadaan kahar (Force Majeure) dapat memutuskan ikatan perjanjian dengan pemberitahuan tertulis paling lambat 30 (tiga puluh) Hari Kalender kepada pihak lainnya.

Pasal 16

Hukum Yang Berlaku dan Penyelesaian Perselisihan 1. Perjanjian ini diatur dan ditafsirkan sesuai dengan

hukum Negara Republik Indonesia.

2. Para Pihak dengan ini menatakan dan menjamin bahwa setiap ketentuan dalam perjanjian ini dibuat sesuai dengan hukum yang berlaku serta sah dan bebas dari tuntutan pihak manapun.

3. Apabila terjadi ketidaksesuaian atau perselisihan antara PIHAK KESATU dan PIHAK KEDUA terhadap segala hal yang berhubungan dengan pelaksanaan Perjanjian ini, maka Para Pihak berusaha menyelesaikan ketidaksesuaian atau prselisihan tersebut dengan cara musyawarah.

4. Apabila Para Pihak gagal mencapai penyelesaian secara musyawarah dalam waktu 14 (empat belas ) hari kerja terhitung sejak tanggal dimulainya musyawarah, maka ketidaksesuaian atau perselisihan tersebut akan diselesaikan dan diputus oleh badan arbitrase menurut peraturan perundang-peraturan administrasi dan peraturan-peraturan prosedur arbitrase, yang keputusannya mengikat para pihak yang bersengketa sebagai keputusan tingkat pertama dan terakhir.

(23)

156 Pasal 17

Amandemen dan Adendum

Dalam hal dilakukan perubahan dan/atau penambahan hal-hal yang belum atau belum cukup diatur atas ketentuan-ketentuan dalam perjanjian ini berikut lampiran-lampirannya, maka perubahan dan.atau penambahan dimaksud dakan diatur dalam suatu perjanjian tertulis atau surat tersendiri yang ditandatangani oleh Para Pihak, yang merupakan satu kesatuan dan bagian yang tidak terpisahkan dari Perjanjian ini.

Pasal 18 Pemberitahuan

Setiap pembeitahuan, persetujuan dan komunikasi lainnya berdasarkan Perjanjian ini harus dibuat secaratertulis dan akan dianggap telalh diberikan pada saat (a) diberikan secara langsung (dengan konfirmasi tanda terima tertulis);

(b) dikirimkan dengan surat elektronik faksimili (dengan konfirmasi tanda terima tertulis), dengan ketentuan bahwa suatu salinannya dikirimkan dengan pos tecatat; kepada alamat sebagaimana ditetukan dibawah ini :

PIHAK KESATU

Alamat : Gedung Bina Marga, Jalan Pattimura 20, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 121110

Telepon No : (021) – 7203165 Faksimili No : (021) – 7393938

Email : tudjbm2@gmail.com / subditpum@gmail.com Untuk perhatian : Direktur Jenderal bina Marga

(24)

157 PIHAK KEDUA

Alamat : Gedung Capital Place Lt. 7, Jl. Jenderal Gatot Subroto, Kav 18, RT.6?RW.1, Kuningan Barat, mampang Prapatan Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12710

Telepon No : 021-57950550 Faksimili No : 021-57950040 Email : corcomm@iigf.co.id Untuk Perhatian : Direkktur Utama

Pasal 19 Pengalihan

Para pihak dilarang mengalihkan atau melimpahkan hak dan kewajiban yang timbul dari perjanjian ini kepada pihak lain manapun tanpa pemberitahuan tertulis dari salah satu PIHAK kepada PIHAK lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 20 Keterpisahan

Jika suatu ketentuan dalam Perjanjian ini, termasuk lampiran-lampiran dari Perjanjian ini ditetapkan sebagai tidak sah atau tidak dapat diberlakukan secara hukum baik secara keseluruhan atau sebagian, maka ketidakabsahan atau ketidakberlakuan tersebut hanya berkitan dengan ketentuan-ketentuan itu atau bagian-bagian dari padanya, sedangkan sisi bagian dari ketentuan itu dan semua ketentuan lainnya dalam perjanjian ini akan terus berlaku dan berkekuatan hukum penuh. Dalam hal suatu ketentuan

(25)

158

dalam perjanjian ini ditetapkan sebagai tidak sah atau tidak dapat diberlakukan secara hukum, maka para pihak harus berupaya untuk menyetujui suatu ketentuan yang sah dan dapat diberlakukan, yang merupakan pengganti yang wjar dari ketentuan yang tidak sah dan tidak dapat diberlakukan tersebut, dengan mempertimbangkan tujuan dari perjanjian ini, dan dengan menyetujuinya akan memasukkan ketentuan pengganti tersebut ke dalam Perjanjian ini.

Pasal 21 Lampiran Perjanjian

Lampiran yang merupakan satu kesatuan dengan perjanjian ini atau lampiran-lampiran tambahan yang aan dibuat dikemudian oleh para pihak merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dari perjanjian ini.

Perjanjian ini dibuat dan ditandatangani di atas materai cukup, pada hari, tanggal, bulan, dan tahun sebagaimana tersebut di atas dalam rangkap 2 (dua) asli, masing-masing 1(satu) asli untuk PIHAK KEDUA dan 1 (satu) asli lainnya untuk PIHAK KESATU dan masing-masing mempunyai kekuatan h

Referensi

Dokumen terkait

[r]

bahwa tarif dan jenis-jenis retribusi ijin gangguan yang diatur dalam Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Malang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Pemberian Ijin

Dalam euthanasia jenis ini dokter tidak melakukan apa-apa untuk mengakhiri pasien, namun hanya tidak memberikan perawatan, karena telah diketahui bahwa penyakit

3. Sejak berlakunya Surat Keputusan ini, maka Surat Keputusan Dewan ^ Pimpinan Wilayah Partai Persatuan Pembangunan Nomor : 97/SK/DPW/C/XH/2016 tanggal 21 Maret 2016, tentang

Antologi puisi yang tak lain merupakan produk karya kreatif manusia dari proses kegiatan imajinasi,.. tentu akan menjadi barang berharga dan

Rangka kursi roda yang digunakan penulis dipilih untuk memuni kebutuhan pengguna berupa sistem reclining agar mengurangi resiko terjatuh kedepan dengan kriteria

Bila dibandingkan dengan kondisi saat puncak krisis ekonomi tahun 1999 yang prevalensinya adalah 18.9% (sekitar 38.6 juta jiwa), maka baik prevalensi maupun jumlah

Tujuan penelitian adalah: (1) menghasilkan deskripsi geometri, bentuk dan tekstur benih varietas Ciherang, Inpari 10 dan Inpari 13 berdasarkan teknologi citra digital, (2)