• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBANDINGAN TINGKAT EFISIENSI BANK BUMN DAN BANK ASING DI INDONESIA MENGGUNAKAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PERBANDINGAN TINGKAT EFISIENSI BANK BUMN DAN BANK ASING DI INDONESIA MENGGUNAKAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI"

Copied!
127
0
0

Teks penuh

(1)

i

FITRAH NURIZZANI PUTRI ANSHAR 4616104043

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar

Magister

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS BOSOWAMAKASSAR

2019

PERBANDINGAN TINGKAT EFISIENSI BANK BUMN DAN BANK ASING DI INDONESIA MENGGUNAKAN METODE

DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

TESIS

(2)

ii

(3)

iii

(4)

iv

(5)

v PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga tesis berjudul ― Perbandingan Tingkat Efisiensi Bank BUMN dan Bank Asing Di Indonesia Menggunakan Metode Data Envelopment Analysis (DEA) Dan Faktor Yang Mempengaruhi‖ dapat diselesaikan dengan baik.

Shalawat dan salam kepada Baginda Rasulullsah Muhammad SAW yang telah memberi keteladanan, membawa kita dari alam kegelapan ke alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan.

Penulis mngucapkan banyak terima kasih kepada pihak yang sangat banyak memberikan bimbingan dan bantuan baik secara moril maupun materil. Penulis mempersembahkan ucapan Terima kasih kepada Prof. Dr. Osman Lewangka, SE, M.A selaku ketua komisi pembimbing dan Dr. Muhtar Sapiri, SE, MM, Ak sebagai pembimbing kedua. Ucapan terima kasih kepada pimpinan IDX perwakilan Sulawesi Selatan dan Pimpinan Otoritas Jasa Keuangan Perwakilan Sulawesi Selatan yang telah berkenan dan berbaik hati menerima selama pengambilan data.

Ungkapan terima kasih yang dalam penulis sampaikan kepada seluruh keluarga besar Prodi Manajeen Pasca Sarjana Universitas Bosowa yang telah banyak membantu dalam penelitian.

Teristimewa penulis menyampaikan rasa terima kasih banyak kepada kedua orang tua Ayahanda, Anshar dan Ibunda, Misrawaty yang selalu dan selamanya memberikan dukungan serta kasih sayang dan doa, kerja keras dan kesabaran dalam mendidik. Kepada kedua saudaraku Amelia dan Dheanna serta Anakku tercinta Muhammad Zidan Baihaqi, terima kasih atas cinta kasih dan kebersamaan sehingga memberikan semangat yang luar biasa bagi penulis untuk dapat menyelesaikan pendidikan secepatnya.

terima kasih juga penulis ucapkan kepada saudaraku Dahlan, Rusdi, Carmelita Fiona, Putri Sari Dewi, Sudirman, Kuswinton, Khaerani, Ruth Reni, Reza, Anugrah, Agus Sumardi dan rekan sejawat serta kepada semua pihak yang telah membantu penelitian dan penyelesaian tesis ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi khazanah ilmu pengetahuan dan dapat memberikan informasi terbaru.

Makassar, Februari 2019

Fitrah Nurizzani Putri Anshar

(6)

vi ABSTRAK

Fitrah Nurizzani Putri Anshar. Perbandingan Tingkat Efisiensi Bank BUMN Dan Bank Asing di Indonesia menggunakan Data Envelopment Analysis Dan Faktor Yang Mempengaruhi. (Dibimbing oleh Osman Lewangka dan Muhtar Sapiri)

Industri perbankan sebagai lembaga intermediasi memegang peran yang sangat penting untuk pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Salah satu tolak ukur kinerja perbankan yang telah dikembangkan sebelumnya adalah efisiensi.

Pengukuran efisiensi perbankan sangat dibutuhkan dalam meneliti dan mengukur kinerja suatu bank karena salah satu aspek paling penting bagi keberhasilan suatu perusahaan adalah efisiensi. Efisiensi tidak hanya sekedar menekan biaya serendah mungkin tetapi menyangkut pengelolaan hubungan input output yaitu bagaimana mengelola faktor-fakor produksi (input) sedemikian rupa sehingga dapat memberikan hasil output yang optimal. Bank yang efisien adalah bank yang profitable dan menghasilkan return yang besar terhadap nasabah atau pemegang saham.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengukur efisiensi Bank BUMN dan Bank Asing di Indonesia selama periode 2014-2017. Sampel yang digunakan dalam penelitia ini adalah Bank BUMN yang terdiri dari empat Bank dan Bank Asing yang terdiri dari delapan Bank.

Analisis yang digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi adalah dengan menggunaka Data Envelopment analysis (DEA), kemudian menggunakan uji beda sample t-test untuk mencari perbedaan tingkat efisiensi antara bank BUMN dan Bank Asing. Langkah berikutnya menggunakan analisis regresi berganda untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi efisiensi.

Hasil penelitian menunjukkan yang termasuk efisien adalah Bank BNI dengan skor 100 % serta Bank Mandiri yang juga 100%, sedangkan yang tidak masuk efisien adalah Bank BRI dengan skor 73.6 % serta Bank BTN dengan skor 23.6 %. Adapun yang termasuk efisien adalah Citi Bank dengan skor 100 % , DBS dengan skor 100%, HSBC dengan skor 100%, JP Morgan dengan skor 100%, dan STD Charter dengan skor 100 %, sedangkan yang tidak masuk efisien adalah Bank America dengan skor 3.5 %, Bangkok Bank degan skor 48,4 % serta Bank China dengan skor 26.7 %. Tampak bahwa rata-rata efisiensi kelompok Bank BUMN berada pada skala 74.3 % dengan standar deviasi 18.00 sedangkan Bank Asing adalah sebesar 68.37 %. Dengan standar deviasi 15.69. Berdasarkan hasil output, tampak bahwa nilai t hitung sebesar 0.238 dengan tingkat signifikasi sebesar 0.8 atau di atas 0.05 (0.8 > 0.05) yang berarti Ho diterima atau Tidak terdapat perbedaan signifikan rata-rata tingkat efisiensi biaya Bank BUMN dan Bank Asing.

Berdasarkan hasil uji statistik F dapat dilihat bahwa nilai F pada model regresi adalah sebesar 16.177 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,002 yang berada di bawah 0.05, yang artinya bahwa semua variabel independen yang terdiri atas Size, Loan Deposit Ratio, dan Non Performing Loan, secara simultan berpengaruh terhadap variabel dependen yaitu Efisiensi. Dari hasil analisis regresi, tampak

(7)

vii

bahwa konstanta sebesar 0.002 menyatakan jika variabel independen dianggap konstan, maka rata-rata efisiensi adalah sebesar 0.2 %. Dari ketiga variabel independen yang dimasukkan dalam model regresi, variabel Bank Size tidak signifikan. Hal ini dapat dilihat dari probabilitas signifikansi untuk Bank Size sebesar 0,067 yang berada di atas 0,05. Sedangkan Loan Deposit Ratio dan Non Performing Loan signifikan pada 0,05.

Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa, dari penggunaan metode Data Envelopment Analysis menunjukkan bahwa ada 2 Bank BUMN yang tidak efisien dan 3 Bank Asing yang tidak efisien. Uji beda menunjukkan hasil bahwa tidak terdapat berbedaan yang signifikan antara Bank BUMN dan Bank Asing sedangkan dari analisis regresi diketahui bahwa ketiga variabel Bank Size, Non Performing Loan dan Loan to Deposit Ratio secara parsial Bank Size berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat efisiensi sedangkan Non Performing Loan (NPL) dan Loan to Deposit Ratio (LDR) berpengaruh posotif dan signifikan terhadap tingkat efisiensi. Secara simultan ketiga variabel tersebut berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat efisiensi.

Kata Kunci: Bank Size, Data Envelopment Analysis, Efisiensi, Loan Deposit to Ratio, Non Performing Loan

(8)

viii ABSTRACT

Fitrah Nurizzani Putri Anshar. The Comparison Of The Efficiency Level Of State-Owned Banks And Foreign Banks In Indonesia Using Data Envelopment Analysis And Affecting Factors.

The banking industry as an intermediary plays a very vital role for economic growth in Indonesia. One measure of banking performance that has been developed previously is efficiency. The banking measurement efficiency is needed in researching and measuring the performance of the bank because one of the most important aspects for the success of the company is efficiency. Efficiency does not merely suppress the lowest possible cost but involves managing the input output relationship, which is how to manage the production factors (inputs) in such a way that they can provide optimal output. An efficient bank is a bank that is profitable and produces a large return to customers or shareholders.

The purpose of this study is to measure the efficiency of state-owned banks and foreign banks in Indonesia during the 2014-2017 period. The sample used in this research is a state-owned bank consisting of four banks and foreign banks consisting of eight banks.

The analysis used to measure the level of efficiency is by using Data Envelopment analysis (DEA), then using a different sample t-test to look for differences in the level of efficiency between state-owned banks and foreign banks.

The next step is to use multiple regression analysis to determine what factors affect efficiency.

The results of the study show that the ones included are efficient are BNI Bank with a score of 100% and Bank Mandiri which is also 100%, while those that do not enter efficiently are BRI Bank with a score of 73.6% and Bank BTN with a score of 23.6%. The ones included efficiently are Citi Bank with a score of 100%, DBS with a score of 100%, HSBC with a score of 100%, JP Morgan with a score of 100%, and STD Charter with a score of 100%, while those that do not enter efficiently are Bank America with a score of 3.5 %, Bangkok Bank with a score of 48.4% and Bank China with a score of 26.7%. It appears that the average efficiency of the group of state-owned banks is on a scale of 74.3% with a standard deviation of 18.00 while the foreign bank is 68.37%. With a standard deviation of 15.69. Based on the output, it appears that the value of t count is 0.238 with a significance level of 0.8 or above 0.05 (0.8> 0.05) which means that Ho is accepted or there is no significant difference in the average level of efficiency of BUMN and Foreign Bank.

Based on the results of the F statistical test, it can be seen that the value of F in the regression model is 16,177 with a significance level of 0.002 which is below 0.05, which means that all independent variables consisting of Size, Loan Deposit Ratio, and Non Performing Loans, simultaneously influence of the dependent variable, Efficiency. From the results of the regression analysis, it appears that the constant of 0.002 states that if the independent variable is considered constant, then

(9)

ix

the average efficiency is 0.2%. Of the three independent variables included in the regression model, the Bank Size variable is not significant. This can be seen from the probability of significance for the Bank Size of 0.067 which is above 0.05. While the Loan Deposit Ratio and Non Performing Loans are significant at 0.05.

From this study, it can be concluded that, from the use of the Data Envelopment Analysis method, it shows that there are 2 inefficient state-owned banks and 3 inefficient banks. Different tests show that there are no significant differences between state-owned banks and foreign banks, while from the regression analysis it is known that the three Bank Size variables, Non-Performing Loans and Bank Size Loan to Deposit Ratio have a negative and significant effect on the efficiency level while the Non Performing Loans (NPL) and Loan to Deposit Ratio (LDR) have a positive and significant effect on the level of efficiency.

Simultaneously these three variables have a positive and significant effect on the level of efficiency.

Kata Kunci: Bank Size, Data Envelopment Analysis, Efisiensi, Loan Deposit to Ratio, Non Performing Loan

(10)

x DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ...i

HALAMAN PENGESAHAN ...ii

HALAMAN KEORISINILAN ...iii

HALAMAN PENERIMAAN ...iv

PRAKATA ...v

ABSTRAK ...vi

ABSTRACT ...viii

DAFTAR ISI ...x

DAFTAR TABEL ...xiii

DAFTAR GAMBAR ...xiv

DAFTAR LAMPIRAN ...xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ...1

B. Rumusan Masalah ...9

C. Tujuan Penelitian ...10

D. Manfaat Penelitian ...10

E. Lingkup Penelitian...11

F. Sistematika Pembahasan ...12

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Teori ...14

1. Kinerja Perbankan ...14

2. Efisiensi Bank ...22

3. Konsep Efisiensi ...24

4. Konsep Pengukuran Efisiensi ...26

5. Jenis Efisiensi ...30 6. Konsep Constant Return to Scale (CRS) dan Variabel Return to

(11)

xi

Scale (VRS) ...34

7. Data Envelopment Analysis (DEA) ...37

8. Pengukuran Efisensi ...42

9. Hubungan Input dan Output dalam Pengukuran Efisiensi ...44

A. Penelitian Terdahulu ...45

B. Kerangka Pikir...52

C. Hipotesis Penelitian ...54

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ...56

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ...56

C. Populasi dan Sampel ...57

D. Variabel Penelitian ...57

E. Jenis dan Sumber Data...58

F. Teknik Pengumpulan Data ...59

G. Teknik Analisa Data ...59

H. Definisi Operasional ...64

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ...67

1. PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. ... 67

2. PT. Bank Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk... 70

3. PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk ... 72

4. PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk ... 74

5. Bank of America ... 76

6. Citi Bank ... 77

7. Deutsche Bank AG ... 79

8. HSBC Holdings PLC ... 81

9. JP Morgan Chase and Co ... 84

10. Bangkok Bank ...86

11. Bank Of China Limited ...87

12. Standard Chartered PLC ...88

B. Hasil Pengujian Hipotesa ...90

1. Analisis Deskriptif...90

(12)

xii

2. Hasil Perhitungan Tingkat Efisiensi ...93

3. Uji Beda ...94

4. Analisis Regresi Linier Berganda ...96

C. Pembahasan ...99

1. Perbedaan Tingkat Efisiensi Bank BUMN dan Bank Asing ...100

2. Hubungan Antara Bank Size Terhadap Tingkat Efisiensi ...102

3. Hubungan Antara Non Performing Loan (NPL) Terhadap Tingkat Efisiensi ...102

4. Hubungan Antara Loan To Deposit Ratio (LDR) Terhadap Tingkat Efisiensi ...103

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ...104

B. Saran ...105

DAFTAR PUSTAKA ...106

LAMPIRAN-LAMPIRAN ...109

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Daftar Bank berdasarkan Kelompok yang ada di Indonesia...6

Tabel 2.1 Mapping Penelitian Terdahulu ...47

Tabel 3.1Variabel Input dan Output Efisiensi dengan Pendekatan Intermediasi yang digunakan dalam penelitian ini ...57

Tabel 4.1 Daftar Direktur Utama ...68

Tabel 4.2 Bank Tabungan Negara Tbk Stock Ownership ...70

Tabel 4.3 Daftar Direktur Utama Bank Tabungan Negara Tbk ...71

Tabel 4.4 Daftar Direktur Utama Bank Mandiri Tbk ...73

Tabel 4.5 Output Deskriptif Statistik Input Output Bank BUMN ...88

Tabel 4.6 Output Deskriptif Statistik Input Output Bank Asing ...90

Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Efisiensi DEA Bank BUMN ...91

Tabel 4.8 Hasil Perhitungan Efisiensi DEA Bank Asing ...92

Tabel 4.9 Output Deskriptif Efisiensi Bank BUMN dan Bank Asing ...93

Tabel 4.10 Output Uji T Independent Sample Bank BUMN dan Bank Asing ...93

Tabel 4.11 Uji Statistik F ...94

Tabel 4.12 Uji Statistik t ...95

Tabel 4.13 Koefisien Detaerminasi (R2) ...96

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Metode Pengukuran Efisiensi ...27

Gambar 2.2 Klasifikasi umum efisiensi bank ...31

Gambar 2.3 Kerangka Pikir ...51

Gambar 3.1 Model Penelitian ...61

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat Balasan Penelitian IDX Perwakilan Makassar ...109

2. Hasil Perhitungan Efisiensi Bank BUMN ...110

3. Hasil Perhitungan Efisiensi Bank Asing ...111

4. Hasil Perbandingan Bank BUMN dan Bank Asing ...112

5. Kartu Kontrol Bimbingan Tesis ...113

(16)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perbankan memiliki peran yang strategis dalam menunjang berjalannya roda perekonomian dan pembangunan nasional. Jasa perbankan pada umumnya terbagi atas dua tujuan. Pertama, sebagai penyedia mekanisme alat pembayaran yang efisien bagi nasabah. Untuk ini, bank menyediakan uang tunai, tabungan, dan kartu kredit. Ini adalah peran bank yang paling penting dalam kehidupan ekonomi. Tanpa adanya penyediaan alat pembayaran yang efisien ini, maka barang hanya dapat di perdagangkan dengan cara barter yang memakan waktu. Kedua, dengan menerima tabungan dari nasabah dan meminjamkannya kepada pihak yang membutuhkan dana, berarti bank meningkatkan arus dana untuk investasi dan pemanfaatan yang lebih produktif. Bila peran ini berjalan dengan baik, ekonomi suatu negara akan meningkat. Tanpa adanya arus dana ini, uang hanya berdiam di saku seseoraang, orang tidak dapat memperoleh pinjaman dan bisnis tidak dapat dibangun karena mereka tidak memiliki dana pinjaman.

Bank merupakan lembaga keuangan yang mempunyai peranan penting dalam perekonomian suatu negara. Fungsi utama bank adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana kepada masyarakat atau dapat dikatakan bank merupakan lembaga intermediasi yang menjembatani pihak yang kelebihan dana (surplus spending unit) yang kemudian disalurkan kepada pihak yang kekurangan dana (defisit spending unit). Dalam hal ini perbankan berperan sangat dominan dalam

(17)

kontribusi pada pembangangunan nasional indonesia, segala bentuk usaha Bank terutama Bank BUMN dikendalikan oleh pemerintah karena menyangkut resiko yang besar terutama pada saat krisis, hal terserbut menyebabkan keterbatasan lingkup gerak Bank BUMN dalam menarik deposan, namun pada pembahasan ini juga memasukan Bank Asing sebagai kompetitor Bank BUMN yang tujuan utamanya sebagai jembatan investor asing yang akan berinvestasi di indonesia, maka itu kinerja asing dapat tercermin pada besarnya investasi dan kekuatan Bank Asing bersaing dengan Bank BUMN dan Bank Swasta di indonesia.

Bank BUMN di Indonesia adalah sebuah lembaga intermediasi keuangan yang didirikan, dikelola, dan diawasi oleh pemerintah, umumnya didirikan dengan kewenangan untuk menerima simpanan uang, meminjamkan uang, dan menerbitkan promes atau yang dikenal sebagai banknote. Sedangkan menurut undang-undang perbankan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak dan berkontribusi sebagai pemasukan, sirkulasi, indikator, dan stabilitator

perekonomian negara itu sendiri.

Namun segala bentuk usaha tentunya memiliki kompetitor, tidak terkecuali dalam bidang perbankan. Di era globalisasi sekarang ini, Bank di dalam negeri pun dituntut untuk terus berusaha bersaing dengan bank asing yang beroprasi di

Indonesia. Bank dalam negeri pun berusaha keras menarik simpati para deposan agar tertarik menempatkan dananya pada bank dalam negeri. Bank asing juga berupaya untuk menarik perhatian dari para deposan dalam negeri, oleh karena itu

(18)

bank dalam negeri harus pandai mengatur strategi yang digunakan agar tidak kalah dengan bank asing. Kebanyakan bank asing menerapkan suatu system yang berbeda dengan bank dalam negeri. Bank asing cenderung pada priority banking, dimana nasabah yang diambil adalah nasabah pilihan. Namun krisis global yang terjadi pada tahun 2008 menyebabkan krisis pada perbankan yang membuat terganggunya fungsi intermediasi yang menyelenggarakan transaksi pembayaran serta alat

transmisi kebijakan moneter hal tersebut menunjukan betapa rapuhnya resistensi perbankan nasional terhadap berbagai gejolak yang timbul.

Terjadinya krisis perbankan indonesia tidak terlepas dari kelemahan kelemahan yang terdapat pada sistem perbankan nasional itu sendiri ,termasuk kinerja perbankan asing yang ikut ambil posisi dalam pasar Indonesia pun ikut terganggu bahkan imbasnya juga cukup besar terutama pada kepercayaan masyarakat terhadap bank asing itu sendiri dikarenakan pada Negara asal bank asing tersebut mengalami gejolak krisis yang cukup tinggi pada fungsi intermediasi yang semakin memojokan bank asing tersebut.

Masuknya bank asing ke pasar domestik membawa pandangan yang kontroversial. Beberapa percaya bahwa keberadaan bank asing di pasar domestik membantu meningkatkan kinerja keuangan industri perbankan lokal (Beck et al.,2006 dan Boldrin & Levine, 2009). Beberapa hasil penelitian terdahulu di negara dengan potensi ekonomi yang cukup besar (emerging market economies) menunjukkan bahwa keberadaan bank asing di negara tersebut terbukti

meningkatkan kinerja bank domestik (Buchs & Mathisen, 2005; Boldrin & Levine, 2009; Kalluru & Bhat, 2009; Fathi, 2010; dan Hassan et al., 2012). Pendapat lain

(19)

menyatakan, bank asing cenderung tidak menangung resiko, jika terjadi krisis atau permasalahan dalam pasar domestik, sehingga menyebabkan instabilitas bagi sistem keuangan domestik. Disini peranan bank Bumn dipertanyakan apakah kelebihan Bank asing dalam menguasai pasar tersebut dapat berpengaruh terhadap kinerja bank BUMN yang dilindungi dan dikuasi pemerintah yang Merupakan juga salah satu stabilisator perekonomian negara.

Selain sebagai lembaga intermediasi, bank juga merupakan agent of trust dan agent of development. Bank disebut agent of trust karena tanggung jawabnya dalam menjaga kepercayaan masyarakat dalam aktivitasnya menyimpan dan menyalurkan dana. Sedangkan bank disebut sebagai agent of development karena peran intermediasinya yang memungkinkan pelaku ekonomi mendapatkan akses dana untuk aktivitas investasi, distribusi, produksi, dan konsumsi yang

menyumbang dalam pembangunan ekonomi di Indonesia.

Melihat kontribusi industri perbankan yang sangat penting bagi pertumbuhan perekonomian khususnya di Indonesia, oleh karena itu kinerja perbankan sebagai lembaga intermediasi perlu mendapatkan perhatian lebih baik lagi. Kinerja suatu perbankan pada umumnya dikaitkan dengan kemampuan pihak manajemen dalam mengelolanya secara baik dan benar untuk menghasilkan tingkat keuntungan tertentu. Namun menghasilkan keuntungn yang besar saja tidak cukup dalam mengelola industri perbankan. Kinerja yang baik pada umumnya dikaitkan dengan efisiensi dalam mengelola sumber daya yang ada.

Kelangsungan bank dalam menjalankan peranannya dipengaruhi berbagai macam faktor, salah satunya adalah kemampuannya untuk terus stabil dalam

(20)

menghasilkan pendapatan. Pentingnya peran bank tersebut membuat bank dituntut untuk efisien dalam menjalankan kegiatannya. Hal ini karena efisiensi merupakan salah satu prinsip yang merupakan landasan dalam menyusun pengaturan

perbankan yang aman dan sehat. Efisiensi sering didefinisikan sebagai kemampuan organisasi untuk menghasilkan maksimal output dengan menggunakan minimum input. Penggunaan sumber daya yang efektif dan efisien merupakan kunci

kesuksesan dari bank. Beberapa pengembangan dan isu-isu yang berkembang saat ini dalam industri perbankan memberi perhatian lebih pada efisiensi perbankan.

Beberapa perubahan dalam sektor perbankan Indonesia seperti restrukturisasi bank, privatisasi dan peraturan perbankan telah meningkatkan sektor perbankan menjadi lebih baik. Perubahan-perubahan ini diharapkan mendukung kreatifitas efisiensi dalam sektor perbankan. Kreatifitas efisiensi perbankan ini diharapkan mendukung sistem perbankan yang kuat melawan guncangan dan kompetisi, dan akhirnya mendukung stabilitas sistem keuangan.

Di Indonesia, penelitian untuk mengukur efisiensi bank telah berkembang kurang lebih 14 tahun yang lalu. Salah satunya dilakukan Bank Indonesia oleh Muliaman D Hada, Wimboh Santoso, Daniel Ilyas dan Eugenia Mardanugraha dengan menggunakan pendekatan non-parametrik Data Envelopment Analysis (DEA) untuk mengukur efiesiensi perbankan. Penelitian mengenai efisiensi perbankan dengan menggunakan pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA) dapat memperoleh hasil yang akurat dibandingkan dengan analisis rasio keuangan.

Salah satu alasan yang memicu mereka melakukan penelitian tersebut di indonesia

(21)

adalah untuk menilai kinerja perbankan yang disebabkan meningkatnya persaingan industri perbankan di Indonesia.

Berdasarkan Statistik Perbankan Indonesia melalui OJK juni 2017, tercatat jumlah bank di Indonesia 120 bank.

Tabel 1.1

Daftar Bank berdasarkan Kelompok Yang Ada di Indonesia

NO KELOMPOK BANK JUMLAH

1 BANK PERSERO 4

2 BUSN DEVISA 35

3 BUSN NON DEVISA 30

4 BPD 26

5 BANK CAMPURAN 15

6 BANK ASING 10

TOTAL 120

Sumber : Statistik Perbankan Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan (OJK)

Masuknya era globalisasi Bank domestik pun dituntut untuk terus berusaha bersaing dengan bank asing yang beroperasi di Indonesia. Bank domestik harus berusaha keras menarik simpati para deposan agar tertarik menempatkan dananya pada bank domestik di dalam negeri. Bank asing juga berupaya untuk menarik perhatian dari para deposan dalam negeri, oleh karena itu bank domestik dalam negeri harus pandai mengatur strategi yang digunakan agar tidak kalah dengan bank asing. Kebanyakan bank asing menerapkan suatu sistem yang berbeda dengan bank domestik. Bank asing cenderung pada priority banking, dimana nasabah yang diambil adalah nasabah pilihan.

Melihat kondisi yang telah dijelaskan di atas, perbankan perlu meningkatkan efisiensi operasionalnya agar tangguh dalam menghadapi perubahan lingkungan ekonomi bisnis yang terjadi. Efisiensi menjadi fokus perhatian perusahaan dalam

(22)

meningkatkan kinerjanya menghasilkan laba yang lebih besar melalui peningkatan pendapatan dan menekan biaya-biaya.

Salah satu cara untuk mencapai tujuan tersebut diantaranya menggunakan aplikasi metode data Envelopment Analysis (DEA). Dengan menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA) ini, selain mampu untuk (a) mengukur nilai efisiensi suatu bank, juga (b) dapat memberikan petunujuk bank mana yang dapat dijadikan acuan perbaikan (best pratice) bagi bank yang efisien, (c) memberikan patokan nilai potensi perbaikan sumber daya dan hasil kerja bank-bank yang ineficient (benchmarking kuantitatif) disamping itu juga (d) memberikan gambaran kondisi seberapa besar potensi perbaikan yang telah ditetapkan dapat berpengaruh terhadap return yang akan dihasilkan oleh suatu bank yang ineficient (return to scle). Lebih lanjut hasil pengukuran ini juga (e) dapat dimanfaatkan oleh pihak manajemen bank unutk melakukan ekspansi atau restrukturisasi bank yang bersangkutan.

Metode Data Envelopment Analysis (DEA) dapat memperoleh hasil yang lebih akurat jika dibandingkan dengan menggunakan analisis rasio keuangan.

Kinerja efisiensi perbankan dapat dipengaruhi oleh determinan internal dan eksternal. Determinan internal adalah variabel yang berasal dari akun-akun bank seperti kinerja laporan posisi keuangan dan laporan laba rugi, sedangkan

determinan eksternal adalah determinan yang tidak berhubungan dengan

manajemen bank namun dapat merefleksikan kondisi ekonomi maupun regulasi yang dapat mempengaruhi kinerja institusi keuangan (Delis dan Papani kolaou, 2009).

(23)

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat efisiensi Bank

diantaranya adalah, bukti empiris hubungan antara size dan efisiensi masih ambigu dan tidak konsisten, beberapa studi mencatat hubungan yang signifikan antara size dengan efisiensi sementara yang lain menyatakan tidak ada hubungan yang

signifikan size dengan tingkat efisiensi perbankan. Tipe kepemilikan bank juga mempengaruhi tingkat efisiensi.

Tingkat non-performing loan (NPL) dipakai sebagai proksi dari kualitas pengelolaan kredit, dalam arti tingkat non-performing loan (NPL) yang tinggi merupakan refleksi dari kualitas pengelolaan yang rendah dan sebaliknya, tingkat non-performing loan (NPL) yang rendah menggambarkan kualitas pengelolaan kredit yang baik. Beberapa studi empiris mengindikasi bahwa bank yang lebih efisien mempunyai tingkat Non-performing loans yang rendah.

Selain non-Performing Loan (NPL) yang digunakan dalam mengukur rasio perbankan, Loan to Deposit Ratio (LDR) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kinerja fungsi intermediasi perbankan dalam menyalurkan kredit. Loan to Deposit Ratio (LDR) disebut juga rasio kredit terhadap total dana pihak ketiga yang digunakan untuk mengukur dana pihak ketiga yang disalurkan dalam bentuk kredit.

Mengingat pentingnya efisiensi dalam persaingan dunia perbankan yang semakin ketat dan untuk mengetahui bagaimana perbandingan tingkat efisiensi perbankan di Indonesia baik bank BUMN maupun Bank Asing serta faktor yang mempengaruhinya, maka peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul

“Perbandingan Tingkat Efisiensi Bank BUMN Dan Bank Asing Di Indonesia

(24)

Menggunakan Metode Data Envelopment Analysis (DEA) Serta Faktor Yang Mempengaruhinya‖.

B. Rumusan Masalah

Permasalahan dalam penelitian ini adalah adanya Research gap dari

penelitian terdahulu yang menunjukan hasil yang berbeda-beda terhadap perbedaan efisiensi bank asing dengan bank lokal serta faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi bank. Atas dasar permasalahan tersebut maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah tingkat efisiensi Bank BUMN selama periode 2014 – 2017?

2. Bagaimanakah tingkat efisiensi Bank Asing selama periode 2014 – 2017?

3. Apakah terdapat perbedaan tingkat efisiensi Bank BUMN dengan Bank Asing selama periode 2014 – 2017?

4. Apakah Size perusahaan, Loan to Deposit Ratio (LDR) dan Non Performing Loan (NPL) berhubungan positif dan berpengaruh signifikan terhadap efisiensi bank baik dari BUMN maupun Bank Asing?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah, penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut:

1. Untuk menganalisis tingkat efisiensi Bank BUMN selama periode 2014 – 2017.

2. Untuk menganalisis tingkat efisiensi Bank Asing selama periode 2014 – 2017.

3. Untuk menganalisis perbedaan tingkat efisiensi Bank BUMN dengan Bank Asing selama periode 2014 – 2017.

(25)

4. Untuk menganalisis pengaruh Size perusahaan, Loan to Deposit Ratio dan Non Performing Loan terhadap efisiensi bank baik dari BUMN maupun Bank Asing.

D. Manfaat Penelitian

Dengan diadakannya penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak. Adapun manfaat penelitian ini adalah:

1. Bagi Penulis

Penelitian yang dilakukan ini dapat memberikan tambahan pengetahuan mengenai kinerja perbankan, khususnya tentang efisiensi keuangan Bank BUMN maupun Bank Asing.

2. Bagi Bank

Manajer dapat mengetahui kinerja bank tertutama pada efisiensi keuangan bank sehingga dapat dijadikan sebagai salah satu pedoman bagi manajer untuk mengambil keputusan di masa mendatang.

Investor dapat menjadikan informasi tentang tolak ukur keberhasilan kinerja efisiensi Bank BUMN maupun Bank Asing dalam aktivitas menjalankan usahanya.

3. Bagi Akademisi

Hasil penelitian ini dapat menambah perbendaharaan kepustakaan dan dapat digunakan sebagai bahan kajian dan pengembangan penelitian penelitian selanjutnya dengan permasalahan yang sejenis.

(26)

E. Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah menganalisis dan memberikan bukti mengenai perbandingan tingkat efisiensi Bank BUMN dan Bank Asing Menggunakan Metode Data Envelopment Analysis (DEA) dan faktor-faktor yang mempengaruhi. Penelitian dilakukan pada Bank BUMN dan Bank Asing di Indonesia periode tahun 2014-2017.

F. Sistematika Pembahasan 1. BAB I. PENDAHULUAN

Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan, sistematika penelitian.

2. BAB II. TINJUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI

Memuat uraian tentang tinjauan pustaka terdahulu dan kerangka teori relevan dan terkait dengan tema tesis.

3. BAB III. METODE PENELITIAN

Memuat secara rinci metode penelitian penelitian yang digunakan peneliti beserta justifikasi/alasannya, jenis penelitian, desain, lokasi, populasi dan sampel, metode pengumpulan data, definisi konsep dan variable, serta analisis data yang digunakan.

4. BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Berisi : (1) Hasil Penelitian, klasifikasi bahasan disesuaikan dengan pendekatan, sifat penelitian, dan rumusan masalah atau fokus penelitiannya, (2)

(27)

Pembahasan, Sub bahasan (1) dan (2) dapat digabung menjadi satu kesatuan, atau dipisah menjadi sub bahasan tersendiri.

5. BAB V. PENUTUP

Bab terakhir berisi kesimpulan, saran-saran atau rekomendasi.

Kesimpulan menyajikan secara ringkas seluruh penemuan penelitian yang ada hubungannya dengan maslah penelitian. Kesimpulan diperoleh berdasarkan hasil analisis dan interpretasi data yang telah diuraikan pada bab-bab

sebelumnya. Saran-saran dirumuskan berdasarkan hasil penelitian, berisi uraian mengenai langkah-kangkah apa yang perlu diambil oleh pihak-pihak terkait dengan hasil penelitian yang bersangkutan. Saran diarahkan pada dua hal, yaitu :

1) Saran dalam usaha memperluas hasil penelitian, misalnya disarankan perlunya diadakan penelitian lanjutan.

2) Saran untuk menentukan kebijakan di bidang-bidang terkait dengan masalah atau fokus penelitian.

(28)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

Kajian merupakan penjabaran teori – teori yang yang mendukung

perumusan hipotesis dan sangat membantu dalam analisis hasil – hasil penelitian nantinya. Telaah Pustaka juga membantu membahas persoalan-persoalan yang dikemukakan dalam penelitian ini. Teori-teori tersebut diambil dari berbagai literatur yang relevan. Kajian ini mutlak diperlukan dalam suatu penelitian agar penelitian dapat dilaksanakan.

1. Kinerja Perbankan

Untuk dapat menjamin suatu organisasi berjalan dengan baik, maka suatu organisasi atau perusahaan perlu mengadakan evaluasi. Evaluasi tersebut dapat dilakukan dengan cara mengukur kinerjanya, sehingga aktivitas organisasi dapat dipantau secara periodik. Pengukuran kinerja merupakan salah satu faktor yang penting dalam menjamin keberhasilan strategi organisasi.

Sofyan (2003) dalam Sukarno dan Syaichu (2006:48) menyatakan bahwa kinerja dapat diartikan sebagai penilaian bagaimana hasil ekonomi dari kegiatan industri memberikan kontribusi terbaik guna mencapai tujuan. Dari definisi tersebut dapat diartikan bahwa kinerja adalah seberapa baik hasil yang dicapai oleh

perusahaan dalam mencapai tujuan perekonomian, dimana tujuan perekonomian adalah untuk memaksimumkan kesejahteraan ekonomi.

(29)

Kinerja bank pada umumnya diukur dengan menggunakan indikator tingkat kesehatan bank sebagai ukuran kinerja (Putri dan Lukviarman, 2008:39). Dalam hal ini kinerja suatu bank diukur dengan menggunakan lima indikator penilaian

mencakup Modal (Capital), Kekayaan (Assets), Manajemen (Management), Pendapatan (Earnings), Likuiditas (Liquidity), dan Sensitifitas Terhadap Risiko Pasar (Sensitivity to Risk Market) yang lebih dikenal sebagai analisis CAMELS.

Empat dari enam aspek tersebut yaitu Capital, Assets, Earnings, Liquidity menggunakan rasio-rasio keuangan tradisional untuk mengukur kinerja dan kesehatan bank. Penggunaan analisis CAMELS tersebut tidak lepas dari Bank Indonesia selaku regulator yang telah mengeluarkan ketentuan tentang penilaian tingkat kesehatan bank melalui Surat Edaran BI Nomor 26/BPPP/1993 tanggal 23 Mei 1993.

Pendekatan lain untuk mengukur kinerja bank adalah dengan menggunakan metode nilai terbaik ekonomi ―Economic Value Added‖ (EVA) dan bila bank yang bersangkutan telah menjual sahamnya di pasar modal dapat dilengkapi dengan nilai terbaik pasar ―Market Value Added‖ (MVA). EVA merupakan pengukuran

pendapatan sisa (residual income) yang mengurangkan biaya modal terhadap laba operasi. Sedangkan MVA adalah selisih antara nilai pasar dari modal ―Market Value of Capital”. Sehingga dapat dikatakan sebagai total nilai lebih ekonomi (total economic surplus) perusahaan (Mardiah Dkk, 2006).

Penelitian ini tidak menggunakan analisis CAMELS dan EVA maupun MVA sebagai alat pengukuran kinerja, sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya. Hal ini disebabkan CAMELS menilai kinerja perbankan dengan

(30)

pendekatan kesehatan bank dan EVA maupun MVA dengan pendekatan total nilai tambah ekonomi, sementara penelitian ini menggunakan pendekatan efisiensi dengan teknik DEA sebagai ukuran kinerja perbankan di Indonesia.

a. Bank BUMN

Bank BUMN memiliki peranan yang sangat penting dalam perekonomian suatu bangsa, terutama dalam hal pembangunan nasional. Pembangunan ekonomi suatu negara memerlukan dukungan dan pembiayaan juga peran serta lembaga keuangan.

Salah satu lembaga yang memegang peranan penting dalam pembiayaan

pembangunan ekonomi adalah bank. Definisi bank umum menurut UU Perbankan No. 10 Tahun 1998, bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari

masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup orang banyak. Menurut Undang-undang No. 10 Tahun 1998, dikenal 2 (dua) jenis bank berdasarkan fungsinya yaitu:

a) Bank Umum : BUMN, swasta, dan campuran. Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

b) Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

Pada dasarnya, keberadaan BUMN di Indonesia memiliki keterkaitan yang eratdengan amanat Pasal 33 UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun1945, utamanya ayat (2) dan (3). Ayat 2 berbunyi, ―Cabang-cabang produksi

(31)

yangpenting bagi Negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh Negara‖. Sedangkan pada ayat (3) berbunyi, ― Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat‖. Penguasaan oleh Negara sebagaimana yang disampaikan oleh Pasal 33 tersebut,bersifat penting agar kesejahteraan rakyat banyak terjamin dengan memanfaatkan sumber-sumber kemakmuran rakyat yang berasal dari bumi, air dan kekayaan alam di dalamnya. Guna menjalankan

penguasaan tersebut, negara melalui pemerintah kemudian membentuk suatu badan usaha milik negara, yang semula dikenal dengan sebutan perusahaan negara, yang bertugas melaksanakan penguasaan tersebut.

Badan Usaha Milik Negara, selanjutnya disebut BUMN, diatur dalam Undang- undang No. 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara (selanjutnya disebutdengan UU BUMN). Undang-undang ini memberikan pengertian dari BUMN itusendiri. Pada Pasal 1 angka 1 UU BUMN menyatakan bahwa BUMN adalah badanusaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan.

Dengan demikian, dapat diketahui bahwa hal yang membedakan antara BUMN 20 dengan badan hukum lainnya adalah: (1) Seluruh atau sebagaian besar modalnya dimiliki oleh Negara. (2) Melalui penyertaan secara langsung. Dan (3) Berasal dari kekayaan Negara yang dipisahkan. Dengan adanya penegasan bahwa BUMN merupakan suatu badan usaha yang modalnya berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan, seakan-akan UU BUMN memberi pesan bahwa BUMN harus dikelola secara mandiri dan professional untukmencapai suatu tujuan usaha, yaitu

(32)

keuntungan (profit). Bank BUMN merupakan badan usaha perbankan yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan.

Daftar Bank BUMN menurut Indonesia Stock Exchange (IDX) adalah Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Negara Indonesia (BNI), Bank Mandiri, dan Bank Tabungan Negara (BTN). Kegiatan utama Bank BUMN sebenarnya sama dengan bank umum yaitu menghimpun dana masyarakat antara lain dalam bentuk giro, deposito berjangka dan tabungan, serta menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit (Manurung dan Raharja, 2004).Fungsi dan peran Bank BUMN sama dengan bank umum lainnya yaitu sebagai penghimpun, penyalur, dan pelayan jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang di masyarakatyang bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional, dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional ke arah peningikatan kesejahteraan rakyat banyak. Hal ini menunjukkan bahwa keberadaan Bank BUMN penting dalam perkeonomian modern, seperti: (1) mendukung kelancaran mekanisme pembayaran, (2) penghimpun dana simpanan, (3) mendukung kelancaran transaksi 21 internasional, (4) penyimpanan barang-barang dan surat- surat berharga, (5) dan pemberian jasa-jasa lainnya.

(33)

b. Bank Asing

Bank jenis ini merupakan cabang dari bank yang ada di luar negeri, baik milik swasta asing atau pemerintah asing. Kepemilikannya dimiliki oleh pihak luar negeri. Contohnya ABN AMRO bank, City Bank, dan lain-lain Bank-bank asing dan bank campuran yang bergerak di Indonesia adalah jelas bank umum.Kegiatan bank asing dan bank campuran, memiliki tugasnya sama dengan bank

umumlainnya. Yang membedakan kegiatannya dengan bank umum milik Indonesia adalah merekalebih dikhususkan dalam bidang-bidang tertentu dan ada larangan tertentu pula dalammelakukan kegiatannya. Adapun kegiatan bank asing dan bank campuran di Indonesia dewasa ini adalah :

a) mencari dana bank asing dan bank campuran juga membuka simpanan.giro dansimpanan deposito namun dilarang menerima simpanan dalam bentuk tabungan.

b) Dalam hal pemberian kredit yang diberikan lebih diarahkan ke bidang terten tusaja seperti dalam bidang, Perdagangan Internasional, bidang industri, Bidang Industri, dan Produksi Penanaman Modal Asing/Campuran, Kredit yang tidak dapat dipenuhi oleh bank swasta nasional.

c) Sedangkan khusus untuk jasa-jasa

bank lainnya juga dapat dilakukan oleh bank umum campuran dan asing sebagaimana layaknya bank umum yang ada di Indonesia seperti berikut ini:

Jasa TransferJasa Miring, Jasa Inkaso, Jasa Jual Beli Valuta Asing, Jasa Ban k Card (kartu kredit), Jasa Bank Draft,Jasa Safe Deposit Box, Jasa Pembuka an

(34)

dan Pembayaran L/C, Jasa Bank Garansi, Jasa Bank Notes, Jasa Jual Beli Travellers Cheque, dan jasa bank umum lainnya.

Adapun Kebijakan-kebijakan yang diambil Bank Indonesia yakni :

 Kebijakan penguatan stabilitas moneter BI mengarahkan suku bunga BI

Rate yang konsisten dengan tingkat inflasi yakni 5% plusminus 1% di 2011.

Dan terus mewaspadai tekananinflasi kedepan, sekaligus melakukan normalisasi atas beberapa kebijakan pada saat krisis.Kerbijakan tersebut mencakup; Penerapan kembali saldo harian pinjaman luar negeri bank jangka pendek. (Rekening Vostro). Pencabutan ketentuan penyediaan pasokan valas bagi perusahaan domestik.

 Kebijakan mendorong peran intermediasi perbankanIni ditujukan untuk

mendorong perbankan lebih efisien dan transparan serta membukafinancial inclusion. Kebijakan ini mencakup:1. Penerapan standar operasi administrasi sekuritisasi KPR 2. Pemberlakuan kebijakan pengumuman suku bunga kredit ke masyarakat (prime lending rate)

 ATMR bank umum yang lebih rendah untuk UMKM dan Ritel.

 Pengaturan, Perijinan dan Pengawasan Biro Kredit Swasta.Adapun

priogram inisiatif intermediasi meliputi; Program BPD, Regional Champion, Perluasan akses financial inclusion

 Kebijakan meningkatkan ketahanan perbankan.Kebijakan ini dalam rangka

menghadapi persaingan yang mengacu pada Good Corporate Governance.

Kebijakan ini mencakup: Penyempurnaan aturan, fit and proper test bankir, Peningkatan fungsi kepatuhan Bank Umum; Perhitungan ATMR dengan

(35)

pendekatan standar; Penerapan manajemen risiko pada bank yang melakukan aktivitas kerjasama dengan perusahaan asuransi (bancassurance); Pengaturan penilaian kualitas aktiva bagi bank umum syariah dan unit usaha syariah sertakualitas aktiva bagi bank pembiayaan rakyat syariah; Penyempurnaan aturan restrukturisasi pembiayaan bank syariah dan UUS (unit usaha syariah); Penyempurnaan batas maksimum pembiayaan dana BPR 8. Usaha bank umum menjadi BPR; Mendorong terwujudnya BPR berdaya saing tinggi dan good corporate governance.

 Penguatan kebijakan makro prudensialHal ini ditujukan untuk lebih

memperkuat stabilitas moneter dan stabilitas sistem keuanganKebijakan ini mencakup; Penyempurnaan ketentuan penggunaan informasi Rencana Bisnis Bank; Menaikkan rasio GWM Valas; Mengembalikan fasilitas FPJP ke kondisi normal; Peningkatan fungsi pengawasanIni diterapkan untuk meningkatkan evektifitas pengawasan khususnya early warning system dan macroprudential supervision Kebijakan ini mencakup; Penyempurnaan istem pengawasan bank berdasarkan risiko; Penetapan status dan tindak lanjut pengawasan bank (exit policy); Penyempurnaan penilaian tingkat kesehatan bank berdasarkan risiko.

2. Efisiensi Bank

Untuk mendapatkan skor (score) efisiensi bank, dilakukan penghitungan terlebih dahulu variabel input dan output masing-masing bank. Sesuai dengan fungsi bank yang ada di Indonesia dalam UU No. 7 Tahun 1992 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan yaitu sebagai lembaga

(36)

intermediasi yang menghimpun dana dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit, maka total deposit pada penelitian ini dijadikan sebagai variabel input, dan total kredit yang diberikan dijadikan sebagai variabel output. Beban personalia dan beban administrasi yang digunakan untuk mengubah dan mentransfer aset-aset finansial dari unit surplus ke unit defisit. Oleh karena itu, beban personalia/tenaga kerja dan beban administrasi dijadikan variabel input dalam penelitian ini. Berger & Humphrey (1997) menjelaskan bahwa pendekatan intermediasi lebih tepat digunakan untuk mengevaluasi institusi keuangan secara keseluruhan seperti segi perantara dana antara penabung dengan investor. Semakin meningkatnya persaingan dalam industri perbankan di Indonesia, persaingan dalam penetapan suku bunga sangat menentukan beban yang dikeluarkan dan pendapatan yang diterima. Sehingga penetapan tingkat suku bunga sangat penting bagi bank-bank di Indonesia. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan Yeh (1996) bahwa penawaran suku bunga pada deposit akan menarik para depositor sedangkan penetapan suku bunga kredit yang tepat dapat melindungi keuntungan bank dan pembayaran deposit jatuh tempo terutama untuk menyesuaikan tingkat suku bunga yang dibayarkan atas deposit dan suku bunga yang dibebankan untuk pinjaman.

Efisiensi dalam perbankan, seperti halnya perusahaan juga merupakan tolak ukur dalam mengukur kinerja bank. Dimana efisiensi merupakan jawaban atas kesulitan-kesulitan dalam menghitung ukuran-ukuran kinerja seperti tingkat alokasi, teknis, maupun total efisiensi (Hadad et al., 2003:2). Sedangkan menurut Haseeb Shahid et al. (2010:25), efisiensi perbankan didefinisikan sebagai

(37)

perbedaan antara jumlah variabel input dan output yang diamati dengan variabel input dan output yang optimal. Bank yang efisien dapat mencapai nilai maksimum satu dan bank inefisien nilainya dapat berkurang sampai nol. Efisiensi industri perbankan dapat ditinjau dari sudut pandang mikro maupun makro (Berger dan Mester, 1997 dalam Zaenal Abidin dan Endri, 2009:21). Dari perspektif mikro, dalam suasana persaingan yang semakin ketat sebuah bank agar bisa bertahan dan berkembang harus efisien dalam kegiatan operasionalnya. Bank-bank yang tidak efisien, besar kemungkinan akan keluar (exi)t dari pasar karena tidak mampu bersaing dengan kompetitornya, baik dari segi harga (pricing) maupun dalam hal kualitas produk dan pelayanan. Bank yang tidak efisien juga akan kesulitan dalam mempertahankan kesetiaan nasabahnya dan juga tidak diminati oleh calon nasabah dalam rangka untuk memperbesar basis pelanggannya (customer-basenya).

Sementara dalam perspektif makro, industri perbankan yang efisien dapat mempengaruhi biaya intermediasi keuangan dan secara keseluruhan stabilitas sistem keuangan. Hal ini disebabkan peran yang sangat strategis dari industri perbankan yakni sebagai intermediator dan produser jasa-jasa keuangan. Dengan tingkat efisiensi yang lebih tinggi, kinerja perbankan akan semakin lebih baik dalam mengalokasikan sumber daya keuangan, dan pada akhirnya dapat

meningkatkan kegiatan investasi dan pertumbuhan ekonomi (Weill, 2003 dalam Zaenal Abidin dan Endri, 2009:22).

Muharam dan Pusvitasari (2007:86) menjelaskan bahwa secara keseluruhan efisiensi perbankan dapat didekomposisikan dalam efisiensi skala (scale efficiency), efisiensi cakupan (scope efficiency), efisiensi teknik (technical efficiency), dan

(38)

efisiensi alokasi (allocative efficiency). Bank dikatakan mencapai efisiensi dalam skala ketika bank bersangkutan mampu beroperasi dalam skala hasil yang konstan (constant return to scale), sedangkan efisiensi cakupan tercapai ketika bank mampu beroperasi pada diversifikasi lokasi. Efisiensi alokasi tercapai ketika bank mampu menentukan berbagai output yang memaksimumkan keuntungan, sedangkan efisiensi teknik pada dasarnya menyatakan hubungan antara input dengan output dalam suatu proses produksi. Suatu proses produksi dikatakan efisien apabila pada penggunaan input sejumlah tertentu dapat dihasilkan output yang maksimum atau untuk menghasilkan output sejumlah tertentu digunakan input yang paling minimal.

3. Konsep Efisiensi

Menurut Abidin dan Endri (2009:22) efisiensi merupakan salah satu parameter kinerja yang secara teoritis mendasari seluruh kinerja sebuah organisasi dengan mengacu pada filosofi ―kemampuan menghasilkan output yang optimal dengan input-nya yang ada, adalah merupakan ukuran kinerja yang diharapkan‖.

Ketika membicarakan mengenai pemanfaatan secara lebih baik dari setiap sumber daya yang telah diberikan, maka hal tersebut merupakan konsep yang sangat dasar mengenai efisiensi (Shahid, Dkk, 2010:25).

Ditinjau dari teori ekonomi, ada dua pengertian efisiensi, yaitu efisiensi teknik dan efisiensi ekonomi. Efisiensi ekonomi mempunyai sudut pandang makro yang jangkauannya lebih luas dibanding efisiensi teknis. Pengukuran efisiensi teknik cenderung terbatas pada hubungan teknis dan operasional dalam proses konversi input menjadi output. Akibatnya, usaha untuk meningkatkan efisiensi hanya memerlukan kebijakan mikro yang bersifat internal, yaitu dengan

(39)

pengendalian dan alokasi sumberdaya yang optimal (Ghofur;Atmawardhana, 2006:41 dalam Priyonggo Suseno, 2008:3.

Kumbhaker dan Lovel (2000) dalam Abidin dan Endri (2009:22)

mengatakan bahwa efisiensi teknis merupakan salah satu dari komponen efisiensi ekonomi secara keseluruhan. Tetapi, dalam rangka mencapai efisiensi ekonominya suatu perusahaan harus efisien secara teknis. Untuk mencapai tingkat keuntungan maksimal, sebuah perusahaan harus dapat berproduksi pada tingkat output yang optimal dengan jumlah input tertentu (efisiensi teknis) dan menghasilkan output dengan kombinasi yang tepat pada tingkat harga tertentu (efisiensi alokatif).

Efisiensi merupakan cara mencapai hasil yang ingin dicapai dengan membandingkan input dan outputnya (Suwandi, 2004). Rumusan efisiensi

sebenarnya tidak berbeda dengan produktifitas. Ceha (2000) juga menyebut istilah efisiensi sama dengan produktifitas. Bank disebut efisien secara teknis jika dapat memproduksi sejumlah output tertentu dengan menggunakan sejumlah input yang sedikit mungkin (Smith & Street, 2005). Berger dan Mester (1997) menyatakan bahwa efisiensi bagi industri perbankan merupakan penggambaran keseluruhan sebagian besar variabel penting untuk mencapai kinerja keuangan yang sehat dan berkesinambungan.

Sedangkan, Wheelock dan Wilson (2001) mencatat bahwa efisiensi adalah ukuran penting dari kondisi operasional bank daan menggambarkan salah satu indikator kesuksesan bank secara individual setelah dibandingkan dengan seluruh industri perbankan. Menurut Harada & Ito (2005) efisiensi bank meliputi 2 komponen yaitu efisiensi teknis (technical efficiency)yang merujuk pada

(40)

kemampuan bank mencapai output maksimal dari sekumpulan input tertentu dan yang kedua efisiensi alokatif (allocative efficiency) menunjukkan kemampuan bank menggunakan input dengan proporsi optimal pada harga input tertentu. Kedua ukuran efisiensi ini dapat dikombinasikan untuk mendapatkan efisiensi secara keseluruhan.

Menurut Ghofur dalarn Atrnawardhana (2006) efisiensi juga bisa diartikan sebagai rasio antara output dengan input. Ada tiga faktor yang rnenyebabkan efisiensi, yaitu (1) apabila dengan masukan (input) yang sarna dapat rnenghasilkan keluaran (output) yang lebih besar, (2) masukan (input) yang lebih kecil dapat rnenghasilkan keluaran (output) yang sarna, dan (3) dengan masukan (input) yang lebih besar dapat rnenghasilkan keluaran (output) yang lebih besar lagi.

4. Konsep Pengukuran Efisiensi

Menurut Bauer et. al. (1998), beberapa tahun terakhir ini perhitungan kinerja lembaga keuangan lebih difokuskan kepada frontier efficiency atau efisiensi-x (x-efficiency), yang mengukur penyimpangan dari lembaga keuangan berdasarkan ‖best practice‖ atau berlaku umum pada frontier efisiennya. Jadi, efisiensi frontier dari suatu lembaga keuangan diukur melalui bagaimana kinerja lembaga keuangan tersebut relatif terhadap perkiraan kinerja lembaga keuangan

‖terbaik‖ dari industri tersebut, dengan catatan semua lembaga keuangan tersebut menghadapi kondisi pasar yang sama.

Frontier efficiency cukup superior bagi sebagain besar standar rasio keuangan dari laporan keuangan—seperti return on aset atau cost/revenue ratio – yang umumnya digunakan oleh regulator, manager lembaga keuangan, atau

(41)

konsultan industri dalam mengevaluasi kinerja keuangan. Frontier efficiency superior karena ukuran dari frontier efficiency menggunakan teknik pemrograman atau statistik yang menghilangkan pengaruh dari perbedaan di dalam harga input dan faktor pasar eksogen lainnya yang mempengaruhi kinerja standar (rasio) dalam rangka untuk mendapatkan estimasi yang terbaik berdasarkan kinerja dari para manager.

Frontier efficiency digunakan secara lebih luas di dalam analisis regulasi untuk mengukur pengaruh dari merger dan akuisisi, regulasi modal, deregulasi suku bunga deposito, dan pergeseran restriksi geografis pada cabang dan holding dari perusahaan akuisisi. Keuntungan yang paling utama dari indikator ini dibandingkan dengan indikator lainnya adalah bahwa indikator ini mengukur secara obyektif kuantitatif dengan menghilangkan pengaruh dari harga pasar dan faktor eksogen lainnya yang mempengaruhi kinerja yang akan diobservasi.

Dua puluh tahun terakhir, cukup banyak pendekatan frontier yang

ditemukan dalam mengevalusi kinerja keuangan yang berbeda, baik dari asumsi, bentuk frontier, keberadaan random error, maupun (jika random error dibenarkan) dari asumsi distribusi jika terjadi ketidakefisienan. Adapun pendekatan tersebut dapat dibedakan menjadi pendekatan parametrik dan pendekatan non parametrik.

Pendekatan parametrik melakukan pengukuran dengan menggunakan ekonometrik yang stokastik dan berusaha untuk menghilangkan gangguan dari pengaruh ketidakefisienan. Ada tiga pendekatan parametrik ekonometrik, yaitu: 1) Stochastic Frontier Approach (SFA); 2) Thick Frontier Approach (TFA); dan 3) Distribution-free Approach (DFA). Sementara itu, pendekatan nonparametrik

(42)

dengan program linier (Nonparametric Linear Programming Approach) melakukan pengukuran nonparametrik dengan menggunakan pendekatan yang tidak stokastik dan cenderung ‖mengkombinasikan‖ gangguan dan ketidakefisienan. Hal ini dibangun berdasarkan penemuan dan observasi dari populasi dan mengevaluasi efisiensi relatif terhadap unit-unit yang diobservasi. Pendekatan ini dikenal sebagai Data Envelopment Analysis (DEA). DEA adalah suatu teknik pemrograman matematika yang mengukur tingkat efisiensi dari unit pengambil keputusan (UPK) atau decision-making unit (DMU) relatif terhadap UPK yang sejenis ketika semua unit-unit ini berada pada atau dibawah ‖kurva‖ efisien frontiernya. Pendekatan ini pertama kali diperkenalkan oleh Charnes, Cooper, dan Rhodes pada tahun 1978.

Semenjak itu penerapan pendekatan ini semakin berkembang. (Cevdet et.al., 2000).

Pemrograman linier sangat tergantung kepada populasi yang dijadikan sampel sehingga cenderung jauh dari kesalahan spesifikasi (Lovell, 1993). Selanjutnya, kinerja dari suatu UPK sangat relatif terhadap UPK lainnya, khususnya yang menyebabkan ketidakefisienan. Pendekatan ini juga dapat melihat bagaimana suatu UPK itu melakukan penyempurnaan kinerja keuangannya sendiri sehingga menjadi efisien.

(43)

Metode Pengukuran Efisiensi

Gambar 2.1

Sumber: Aam Slamet Rusydiana & Tim SMART Consulting

Keuntungan dari penggunaan Data Envelopment Analysis (DEA) adalah bahwa pendekatan ini tidak memerlukan spesifikasi yang eksplisit dari bentuk fungsi dan hanya memerlukan sedikit struktur untuk membentuk garis batas (frontier) efisiensinya. Kelemahan yang mungkin muncul adalah

‖self identifier‖ dan ‖near self identifier‖.

5. Jenis Efisiensi

Pada teori ekonomi terdapat dua jenis efisiensi, yaitu efisiensi ekonomi (economic efficiency) dan efisiensi teknis (technical efficiency). Efisiensi ekonomi

Metode Pengukuran Efisiensi

Non-Parametrik Parametrik

Data Envelopment Analysis

Free Disposal Hall Thick Frontier

Approach Stochastic Frontier

Approach

Distribution-Free Approach

(44)

mempunyai gambaran ekonomi makro, sedangkan efisiensi teknik memiliki gambaran ekonomi mikro. Pengukuran efisiensi teknik hanya untuk teknik dan hubungan operasional dalam proses penggunaan input menjadi output. Pada pengukuran efisiensi ekonomi, harga tidak dapat dianggap sudah ditentukan tetapi harga dapat dipengaruhi oleh kebijakan makro (Sarjana, 1999 dalam Ascarya, dkk, 2009).

Prasetyo (2007) mengatakan bahwa dalam sudut pandang perusahaan dikenal tiga macam efisiensi, yaitu:

a. Efisiensi Teknis (Technical Efficiency) yang merefleksikan kemampuan perusahaan untuk mencapai level output yang optimal dengan menggunakan tingkat input tertentu. Efisiensi ini mengukur proses produksi dalam menghasilkan sejumlah output tertentu dengan menggunakan input seminimal mungkin. Dengan kata lain, suatu proses produksi dikatakan efisien secara teknis apabila output dari suatu barang tidak dapat lagi ditingkatkan tanpa mengurangi output dari barang lain.

b. Efisiensi Secara Alokatif (Allocative Efficiency), merefleksikan kemampuan perusahaan dalam mengoptimalkan penggunaan inputnya dengan struktur harga dan tekhnologinya. Terminologi efisiensi Pareto sering disamakan dengan efisiensi alokatif untuk menghormati ekonom Italia Vilfredo Pareto yang mengembangkan konsep efficiency inexchange. Efisiensi Pareto mengatakan bahwa input produksi digunakan secara efisien apabila input tersebut tidak mungkin lagi digunakan untuk meningkatkan suatu usaha tanpa menyebabkan setidak-tidaknya keadaan suatu usaha yang lain menjadi lebih

(45)

buruk. Dengan kata lain, apabila input dialokasikan untuk memproduksi output yang tidak dapat digunakan atau tidak diinginkan konsumen, hal ini berarti input tersebut tidak digunakan secara efisien.

c. Efisiensi Ekonomis (Economic Efficiency), yaitu kombinasi antara efisiensi teknikal dan efisiensi alokatif. Efisiensi ekonomis secara implisit merupakan konsep least cost production. Untuk tingkat output tertentu, suatu perusahaan produksinya dikatakan efisien secara ekonomi jika perusahaan tersebut menggunakan biaya dimana biaya per unit dari output adalah yang paling minimal. Dengan kata lain, untuk tingkat output tertentu, suatu proses produksi dikatakan efisien secara ekonomi jika tidak ada proses lainnya yang dapat digunakan untuk memproduksi tingkat output tersebut pada biaya per unit yang paling kecil.

Menurut Sherman dan Zhu (2006), produktivitas keseluruhan bank tergantung pada empat komponen klasifikasi efisiensi seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1 dan mereka adalah:

a. Efisiensi teknis (Technical Efficiency): Juga dikenal sebagai efisiensi global mengukur kemampuan bank untuk menghasilkan output aktual dengan input yang lebih sedikit, atau lebih sedikit sumber daya yang digunakan menunjukkan efisiensi yang lebih tinggi;

b. Efisiensi skala (Scale Efficiency): Mengacu pada tingkat volume aktivitas optimal di mana inefisiensi mungkin timbul jika barang atau jasa diproduksi di atas atau di bawah tingkat optimal yang menghasilkan biaya tetap tambahan;

(46)

c. Efisiensi harga (Price Efficency): Bank dapat meningkatkan efisiensinya jika dapat membeli input (sumber daya manusia dan material) dengan harga lebih rendah tanpa mengorbankan kualitas;

d. Efisiensi Alokatif (Allocative Efficency) : Mengukur campuran optimal dari beberapa input untuk menghasilkan produk atau layanan, seperti bank menggabungkan mesin kasir otomatis (ATM) dan perbankan Internet untuk pengorbanan tenaga kerja untuk meningkatkan efisiensi (Sherman dan Zhu, 2006).

Selain itu, menurut definisi, efisiensi teknis mengacu pada kemampuan perusahaan untuk memaksimalkan output dengan input yang diberikan atau;

menghasilkan tingkat output yang sama dengan minimalisasi input; sementara efisiensi alokatif mengacu pada pengaturan input dan output yang optimal dengan harga tertentu (Cooper et al., 2006). Ketidakefisienan teknis dapat muncul dalam kondisi di mana bank menghasilkan lebih banyak output dengan input yang sebenarnya atau ketika bank menghasilkan output aktual dengan input yang lebih sedikit (Sherman dan Zhu, 2006), atau inefisiensi teknis secara umum ada ketika bank membuang beberapa input (Mester, 2003).

Selain klasifikasi umum di atas, efisiensi juga dapat dikategorikan ke dalam X-efisiensi. X-efisiensi mengukur seberapa produktif bank

menggunakan inputnya untuk menciptakan output dari aspek pemilihan input yang tepat. Secara konseptual, pengukuran X-efisiensi selanjutnya dapat dipecah menjadi dua komponen efisiensi untuk analisis efisiensi yang diperluas

(47)

yaitu efisiensi biaya dan efisiensi laba berdasarkan konsep ekonomi minimisasi biaya dan maksimalisasi laba (Mester, 2003; Mensah, 2012).

Efisiensi laba memperhitungkan efek biaya dan pendapatan; karena mengukur rasio laba bank yang sebenarnya untuk tingkat maksimum laba yang dapat dicapai oleh bank paling efisien. Analisis efisiensi yang lebih rumit untuk bank biasanya melibatkan menggabungkan trade-off yang berisiko (Mester, 2003). Pada catatan ini, pemilihan variabel untuk hubungan input-output dan model efisiensi yang digunakan yang menentukan jenis efisiensi dalam penyelidikan (Mostafa, 2011).

Klasifikasi umum efisiensi bank

Gambar 2.2

Sumber: Sherman dan Zhu (2006) dalam Filzah Mohamed Othman et al, 2016

6. Konsep Constant Return to Scale Dan Variabel Return to Scale Data envelopment analysis pertama kali diperkenalkan oleh Charnes, Cooper dan Rhodes pada tahun 1978 dan 1979. Semenjak itu pendekatan dengan menggunakan DEA ini banyak digunakan di dalam penelitian-penelitian

operasional dan ilmu manajemen. Pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA) Efisensi

Efisiensi Teknis

Efisiensi Skala

Efisensi Harga

Efisiensi Alokatif

(48)

lebih menekankan pendekatan yang berorientasi kepada tugas dan lebih

memfokuskan kepada tugas yang penting, yaitu mengevaluasi kinerja dari unit pembuat keputusan/UPK (decision making units). Analisis yang dilakukan berdasarkan kepada evaluasi terhadap efisiensi relatif dari UPK yang sebanding.

Selanjutnya UPK-UPK yang efisien tersebut akan membentuk garis frontier. Jika UPK berada pada garis frontier, maka UPK tersebut dapat dikatakan efisien ralatif dibandingkan dengan UPK yang lain dalam peer group-nya. Selain menghasilkan nilai efisiensi masing-masing

Dimana, DMU = UPK;

n = UPK yang akan dievaluasi;

m = input-input yang berbeda;

p = output-output yang berbeda;

xij = jumlah input I yang dikonsumsi oleh UPKj;

ykj = jumlah output k yang diproduksi oleh UPKj.

UPK, Data Envelopment Analysis (DEA) juga menunjukkan unit-unit yang menjadi referensi bagi unit-unit yang tidak efisien.

Sejak tahun 1980-an, pendekatan ini banyak digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dari industri perbankan secara nasional. Pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA) ini merup

(49)

akan pendekatan nonparametric. Oleh karena itu, pendekatan ini tidak memerlukan asumsi awal dari fungsi produksi. Namun, kelemahan Data

Envelopment Analysis (DEA) adalah bahwa pendekatan ini sangat sensitif terhadap observasi-observasi ekstrem. Asumsi yang digunakan adalah tidak ada random error, deviasi dari frontier diindikasikan sebagai inefisiensi. Ada dua model yang sering digunakan dalam pendekatan ini, yaitu model CCR (1978) dan model BCC (1984).

a. Constant Return to Scale (CRS)

Model constant return to scale dikembangkan oleh Charnes, Cooper dan Rhodes (Model CCR) pada tahun 1978. Model ini mengasumsikan bahwa rasio antara penambahan input dan output adalah sama (constant return to scale).

Artinya, jika ada tambahan input sebesar x kali, maka output akan meningkat sebesar x kali juga. Asumsi lain yang digunakan dalam model ini adalah bahwa setiap perusahaan atau unit pembuat keputusan (UPK) beroperasi pada skala yang optimal. Rumus dari constant return to scale dapat dituliskan sebagai berikut:

(50)

dimana maksimisasi di atas merupakan efisiensi teknis (CCR), xij adalah banyaknya input tipe ke-i dari UPK ke-j dan ykj adalah jumlah output tipe ke-k dari UPK ke-j. Nilai efisinesi selalu kurang atau sama dengan 1. UPK yang nilai efisiensinya kurang dari 1 berarti inefisiensi sedangkan UPK yang nilai efisiensinya sama dengan 1 berarti UPK tersebut efisien.

b. Variable Return to Scale (VRS)

Model ini dikembangkan oleh Banker, Charnes, dan Cooper (model BCC) pada tahun 1984 dan merupakan pengembangan dari model CCR. Model ini

beranggapan bahwa perusahaan tidak atau belum beroperasi pada skala yang optimal. Asumsi dari model ini adalah bahwa rasio antara penambahan input dan output tidak sama (variable return to scale). Artinya, penambahan input sebesar x kali tidak akan menyebabkan output meningkat sebesar x kali, bisa lebih kecil atau lebih besar dari x kali. Rumus variable return to scale (VRS) dapat dituliskan dengan program matematika seperti berikut ini:

(51)

Maksimisasi di atas merupakan nilai efisiensi teknis (BCC), xij adalah

banyaknya input tip eke-I dari UPK ke-j, dan yrj adalah jumlah output tipe ke-r dari UPK ke-j. Nilai dari efisiensi tersebut selalu kurang atau sama dengan 1.

UPK yang nilai tersebut. Jadi, UPK yang efisien dengan model CCR berarti juga efisien skalanya. Sedangkan, UPK yang efisien dengan model BCC tapi tidak efisien dengan model CCR berarti memiliki inefisiensi skala. Hal ini karena UPK tersebut efisien secara teknis, sehingga infisiensi yang ada adalah berasal dari skala.

7. Data Envelopment Analysis (DEA)

Secara garis besar terdapat dua jenis pendekatan untuk pengukuran tingkat efisiensi, yaitu parametrik dan non-parametrik. Pendekatan Stochastic Frontier Approuch (SFA), Thick Frontier Approuch (TFA) dan Distribution Free Approuch (DFA) merupakan pendekatan paremetrik, sedangkan pendekatan non-parametrik yang termasuk adalah Data Envelopment Approuch (DEA) dan Free Disposable Hull (FDH).

Referensi

Dokumen terkait

Guru mengajar berarti menyangkut dengan kemampuan dalam memberikan pelayanan terhadap aktivitas- aktivitas belajar siswa, keberhasilan siswa dalam belajar adalah harus

Dari beberapa literatur di atas memiliki persamaan dengan penelitian yang akan diteliti yaitu sama-sama membahas tentang perceraian sedangkan perbedaannya sangat

Bapak Kasmir Tanjung, S.T., M.T., selaku Dosen Penguji Tugas Akhir yang telah. memberikan banyak masukan demi perbaikan Tugas

Hasil uji statistik pada tabel 6 menunjukkan rerata tingkat stres sesudah intervensi antara kelompok kontrol dan kelompok intervensi ada perbedaan yang bermakna dengan nilai z

[r]

perempuan yang terdiagnosa kanker serviks baik lama atau baru yang telah melakukan terapi radiasi pada pengobatan kanker serviks di Poliklinik Onkologi RSUP Hasan Sadikin

Semua orang mungkin sudah sering mendengar kata NARKOBA,bahkan sudah banyak yang telah menggunakannya ,tapi banyak diantara kira yang belum mengerti apa

Kata Kunci : Example Non-Example, Hasil belajar, Ilmu Pengetahuan Sosial Penelitian ini bertujuan mengetahui peningkatan keterampilan guru dalam mengelola