1 ANALISIS KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN SEBELUM DAN SETELAH
MERGER DAN AKUISISI
(Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia)
ABSTRAK
Merger dan Akuisisi merupakan salah satu aktivitas perusahaan yang bertujuan untuk melakukan ekspansi perusahaan dengan risiko yang lebih rendah. Analisis perbedaan kinerja keuangan perusahaan sebelum dan setelah melakukan merger dan akuisisi diukur menggunakan rasio keuangan yang terdiri dari rasio likuiditas (CR), rasio solvabilitas (DAR), rasio profitabilitas (NPM, ROA, dan ROE), rasio aktivitas (TATO), dan rasio pasar (EPS).
Penelitian ini melihat perbedaan kinerja keuangan perusahaan sebelum dan setelah merger dan akuisisi pada perusahaan manufaktur yang melakukan merger dan akuisisi periode 2008-2012 sebanyak 16 perusahaan dengan menggunakan paired sample t-test dan wilcoxon signed ranks test.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa rasio CR, DAR, NPM, ROA, ROE, dan TATO tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan antara sebelum dan setelah merger dan akuisisi. Tetapi, pada rasio EPS menunjukkan perbedaan yang positif antara sebelum dan setelah merger dan akuisisi.
Kata kunci : Merger dan Akuisisi, Kinerja Keuangan, Paired Sample T-Test, dan Wilcoxon Signed Ranks Test
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
Krisis moneter pada tahun 1997 yang terjadi hampir di seluruh kawasan Asia berdampak besar bagi perekonomian Indonesia. Salah satu dampak yang terjadi adalah banyak perusahaan yang mengalami kerugian hingga kebangkrutan, karena sudah tidak mampu lagi membayar biaya produksi serta operasional perusahaan.
Beberapa strategi dapat dilakukan perusahaan untuk menjaga persaingan dalam bisnis mereka.
Perusahaan dapat melakukan strategi internal maupun strategi eksternal.
Strategi internal yang dilakukan dapat berupa pengembangan produk, meluncurkan produk baru, atau dengan cara menjaga dan meningkatkan kualitas produk yang sudah ada.
Strategi eksternal juga dapat dilakukan oleh perusahaan, salah satunya adalah dengan jalan menjalin kerjasama dengan pihak ketiga atau dengan ekspansi perusahaan. Ekspansi dapat dilakukan dengan cara merger, akuisisi, maupun konsolidasi. Hal tersebut perlu dilakukan untuk mengurangi persaingan usaha serta untuk meningkatkan nilai perusahaan.
Beberapa alasan perusahaan
melakukan merger dan akuisisi adalah
sinergi, pertimbangan pajak, membeli
aset di bawah biaya penggantian,
diversifikasi, insentif bagi para
manajer, dan breakup value. Dari
beberapa alasan tersebut, alasan yang
lebih sering muncul adalah alasan
sinergi, namun ada atau tidaknya
sinergi tidak dapat dilihat beberapa
saat setelah merger dan akuisisi terjadi,
2 tetapi diperlukan waktu yang relatif
panjang.
Sinergi yang dimaksud adalah nilai keseluruhan perusahaan setelah merger dan akuisisi lebih besar dari pada penjumlahan nilai masing – masing perusahaan sebelum terjadinya aktifitas merger dan akuisisi. Nilai perusahaan yang dimaksud tercermin dalam kondisi finansial perusahaan.
Jika kondisi finansial perusahaan menjadi lebih baik setelah melakukan aktifitas merger dan akuisisi berarti merger dan akuisisi tersebut adalah strategi dianggap tepat bagi perusahaan. Namun, jika hal sebaliknya terjadi maka keputusan m melakukan merger dan akuisisi kurang tepat.
Keberhasilan perusahaan melakukan aktifitas merger dan akuisisi dapat dilihat melalui kinerja keuangan setelah merger dan akuisisi.
Kinerja tersebut dapat dibandingkan dengan sebelum perusahaan melakukan aktifitas merger dan akuisisi agar perusahaan mampu menilai apakah ada sinergi yang dicapai setelah melakukan merger dan akuisisi. Penghitungan kinerja keuangan perusahaan dapat dilakukan dengan menggunakan penghitungan rasio – rasio keuangan.
Penelitian tentang aktivitas merger dan akuisisi teleh banyak dilakukan di Indonesia, antara lain penelitian yang dilakukan Ana Urnik (2010) yang meneliti kinerja keuangan 9 perusahaan manufaktur sebelum dan sesudah merger dan akuisisi pada periode 2005 hingga 2008 memiliki hasil yang tidak signifikan. Penelitian tersebut menggunakan rasio – rasio keuangan yang meliputi CR, QR, Fixed Asset Turnover, DER, OPM, ROE, ROI, dan NPM dengan periode penghitungan 2 tahun sebelum dan 2 tahun sesudah merger dan akuisisi.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Fairuz pada tahun 2012 yang
meneliti tentang perbandingan kinerja keuangan perusahaan publik sebelum dan sesudah merger dan akuisisi. Hasil dari penelitian tersebut adalah dari 7 rasio yang digunakan dalam penelitian, ada 3 rasio yang memiliki perbedaan yang signifikan sebelum dan sesudah merger dan akuisisi.
Penelitian ini adalah replikasi dari penelitian Fairuz Angger Wibowo (2012) dengan objek dan waktu penelitian yang berbeda. Rasio yang digunakan dalam penelitian ini adalah Current Ratio, Debt To Total Asset Ratio, Net Profit Margin, Return On Asset, Return On Equity, Total Assets Turnover, dan Earning Per Share.
Maka, penelitian ini berjudul :
“Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Sebelum dan Setelah Merger dan Akuisisi (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)”.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apakah terdapat perbedaan Current Ratio sebelum dan setelah merger dan akuisisi?
2. Apakah terdapat perbedaan Debt To Total Asset Ratio sebelum dan setelah merger dan akuisisi?
3. Apakah terdapat perbedaan Net Profit Margin sebelum dan setelah merger dan akuisisi?
4. Apakah terdapat perbedaan Return On Asset sebelum dan setelah merger dan akuisisi?
5. Apakah terdapat perbedaan Return On Equity sebelum dan setelah merger dan akuisisi?
6. Apakah terdapat perbedaan Total Assets Turnover sebelum dan setelah merger dan akuisisi?
7. Apakah terdapat perbedaan
Earning Per Share sebelum dan
setelah merger dan akuisisi?
3 II. LANDASAN TEORI
2.1 Penggabungan Usaha
Ikatan akuntan Indonesia dalam pernyataan standar akuntansi keuangan Indonesia Nomor 22 (PSAK No.22) mendefinisikan penggabungan badan usaha sebagai bentuk penyatuan dua atau lebih perusahaan yang terpisah menjadi satu entitas ekonomi karena satu perusahaan menyatu dengan perusahaan lain ataupun memperoleh kendali atas aktiva dan operasi perusahaan lain (IAI, 2009). Jenis penggabungan usaha dapat dibedakan menjadi dua yaitu akuisisi dan penyatuan usaha (Merger).
2.2 Merger
Definisi merger adalah penggabungan usaha dari dua atau lebih perusahaan yang bergabung kedalam salah satu perusahaan yang telah ada sebelumnya, sehingga menghilangkan salah satu nama perusahaan yang melakukan merger. Secara singkat merger berarti kesepakatan dua atau lebih perusahaan untuk bergabung yang kemudian hanya ada satu perusahaan yang tetap hidup sebagai badan hukum, sementara yang lain menghentikan aktivitas atau bubar (Abdul Moin, 2007).
2.3 Akuisisi
Kata akuisisi berasal dari acquisitio (Latin) dan acquisition (Inggris), secara harfiah mempunyai makna membeli atau mendapatkan sesuatu / objek untuk ditambahkan pada sesuatu / objek yang telah dimiliki sebelumnya.
Akuisisi dalam segi bisnis dapat diartikan sebagai pengambilalihan kepemilikan atau pengendalian atas saham atau aset suatu perusahaan oleh perusahaan lain, dan kedua perusahaan tetap eksis sebagai badan hukum yang terpisah (Abdul Moin, 2007).
2.4 Motif Merger dan Akuisisi
Menurut Ary Suta (2000) ada beberapa motif yang mendorong perusahaan melakukan merger dan akuisisi, yaitu :
1. Motif Ekonomi
Esensi tujuan perusahaan dalam perspektif manajemen keuangan adalah seberapa besar perusahaan mampu menciptakan nilai (value creation) bagi perusahaan dan bagi pemegang saham.
Akuisisi memiliki motif ekonomi yang tujuan jangka panjangnya adalah untuk mencapai peningkatan nilai tersebut.
2. Motif Sinergi
Sinergi merupakan nilai keseluruhan perusahaan setelah merger dan akuisisi lebih besar daripada penjumlahan nilai masing – masing perusahaan sebelum merger dan akuisisi.
3. Motif Diversifikasi
Diversifikasi adalah strategi pemberagaman bisnis yang bisa dilakukan melalui merger dan akuisisi.
Diversifikasi dimaksud untuk mendukung aktivitas bisnis dan operasi perusahaan untuk mengamankan posisi bersaing.
4. Motif Non Ekonomi
Aktivitas merger dan akuisisi terkadang dilakukan bukan untuk kepentingan ekonomi saja, tetapi juga untuk kepentingan yang bersifat non- ekonomi, seperti prestis dan ambisi.
2.5 Analisis Kinerja Keuangan
Menurut Munawir (2010), kinerja
keuangan perusahaan merupakan satu
diantara dasar penilaian mengenai
kondisi keuangan perusahaan yang
dilakukan berdasarkan analisis terhadap
rasio keuangan perusahaan.
4 Ikatan Akuntan Indonesia (2009)
mengatakan, kinerja perusahaan dapat diukur dengan menganalisis dan mengevaluasi laporan keuangan.
Informasi posisi keuangan dan kinerja keuangan dimasa lalu sering kali digunakan sebagai dasar untuk memprediksi posisi keuangan dan kinerja dimasa depan.
2.6 Hipotesis Hipotesis 1
H
1.1: Terdapat perbedaan Current Ratio yang signifikan antara 1 tahun sebelum dan 1 tahun setelah merger dan akuisisi H
1.2: Terdapat perbedaan Current
Ratio yang signifikan antara 2 tahun sebelum dan 2 tahun setelah merger dan akuisisi Hipotesis 2
H
2.1: Terdapat perbedaan Debt To Total Asset Ratio yang signifikan antara 1 tahun sebelum dan 1 tahun setelah merger dan akuisisi
H
2.2: Terdapat perbedaan Debt To Total Asset Ratio yang signifikan antara 2 tahun sebelum dan 2 tahun setelah merger dan akuisisi
Hipotesis 3
H
3.1: Terdapat perbedaan Net Profit Margin yang signifikan antara 1 tahun sebelum dan 1 tahun setelah merger dan akuisisi H
3.2: Terdapat perbedaan Net Profit
Margin yang signifikan antara 2 tahun sebelum dan 2 tahun setelah merger dan akuisisi Hipotesis 4
H
4.1: Terdapat perbedaan Return On Asset yang signifikan antara 1 tahun sebelum dan 1 tahun setelah merger dan akuisisi H
4.2: Terdapat perbedaan Return On
Asset yang signifikan antara 2
tahun sebelum dan 2 tahun setelah merger dan akuisisi Hipotesis 5
H
5.1: Terdapat perbedaan Return On Equity yang signifikan antara 1 tahun sebelum dan 1 tahun setelah merger dan akuisisi H
5.2: Terdapat perbedaan Return On
Equity yang signifikan antara 2 tahun sebelum dan 2 tahun setelah merger dan akuisisi Hipotesis 6
H
6.1: Terdapat perbedaan Total Assets Turnover yang signifikan antara 1 tahun sebelum dan 1 tahun setelah merger dan akuisisi H
6.2: Terdapat perbedaan Total Assets
Turnover yang signifikan antara 2 tahun sebelum dan 2 tahun setelah merger dan akuisisi Hipotesis 7
H
7.1: Terdapat perbedaan Earning Per Share yang signifikan antara 1 tahun sebelum dan 1 tahun setelah merger dan akuisisi H
7.2: Terdapat perbedaan Earning Per
Share yang signifikan antara 2 tahun sebelum dan 2 tahun setelah merger dan akuisisi
III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk ke dalam jenis penelitian deskriptif kuantitatif.
Menurut Anto (2000), penelitian deskriptif kuantitatif adalah teknik
mengumpulkan, mengolah,
menyederhanakan, menyajikan, dan
menganalisa data agar dapat memberikan
gambaran keadaan di lapangan secara
sistematis, dalam penelitian ini akan
menggambarkan kinerja keuangan
perusahaan sebelum dan setelah
terjadinya merger dan akuisisi. Penelitian
ini merupakan hypothesis testing atau
pengujian hipotesis yaitu pengujian yang
didasarkan pada hipotesis yang telah
5 diajukan sebelumnya sehingga dapat
ditarik kesimpulan..
3.2 Definisi Operasional Variabel 1. Rasio Likuiditas
Menurut Harahap (2009), rasio likuiditas merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
Rasio Lancar (Current Ratio) merupakan perbandingan antara aset lancar dengan kewajiban lancar. Rasio ini merupakan cara untuk mengukur kesanggupan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajibannya, dengan pedoman 2:1 atau 200% ini adalah minimum yang akan dipertahankan oleh suatu perusahaan. Rasio lancar dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
𝐶𝑅 = 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟 𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟 (Brigham dan Houston, 2011) 2. Rasio Solvabilitas
Rasio solvabilitas menurut Harahap (2009) adalah rasio yang mengukur seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh kewajiban atau pihak luar dengan kemampuan perusahaan yang digambarkan oleh ekuitas.
Debt To Total Asset Ratio merupakan perbandingan antara total kewajiban dengan total aktiva. Rasio ini menunjukkan sejauh mana kewajiban dapat ditutupi oleh aktiva. Rumus yang digunakan untuk menghitung rasio ini adalah :
𝐷𝐴𝑅 = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 (Brigham dan Houston, 2011)
3. Rasio Profitabilitas
Menurut Harahap (2009), rasio profitabilitas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan
dalam mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang dan sebagainya.
Rasio profitabilitas yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :
a. Net Profit Margin (NPM)
Merupakan rasio yang
membandingkan laba bersih terhadap penjualan. Semakin tinggi net profit margin semakin baik operasi suatu perusahaan. Net Profit Margin dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
𝑁𝑃𝑀 = 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 (Vijay, dkk, 2012)
b. Return On Asset (ROA)
Rasio ini mengukur keuntungan yang dihasilkan dari seluruh aktiva yang dimiliki perusahaan. Rasio yang rendah menunjukkan kinerja yang buruk atas pemanfaatan aktiva oleh manajemen.
Sedangkan rasio yang tinggi menunjukkan kinerja atas penggunaan aktiva yang baik (Brigham dan Houston, 2011). ROA dihitung dengan rumus :
𝑅𝑂𝐴 = 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 (Brigham dan Houston, 2011) c. Return On Equity (ROE).
Menurut Harahap (2009), return on equity merupakan suatu pengukuran dari penghasilan (income) yang tersedia bagi para pemilik perusahaan (baik pemegang saham biasa maupun pemegang saham preferen) atas modal yang mereka investasikan di dalam perusahaan. Return On Equity dapat dihitung dengan rumus :
𝑅𝑂𝐸 = 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ 𝐸𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠 𝐵𝑖𝑎𝑠𝑎 (Brigham dan Houston, 2011) 4. Rasio Aktivitas
Brigham dan Houston (2011)
mengatakan bahwa total assets turnover
6 adalah rasio yang mengukur perputaran
seluruh aset perusahaan dan dihitung dengan membagi penjualan dengan total aset. Total assets turnover menunjukkan tingkat efisiensi penggunaan keseluruhan aktiva perusahaan dalam menghasilkan volume penjualan tertentu. TATO dapat dihitung dengan rumus :
𝑇𝐴𝑇𝑂 = 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 (Brigham dan Houston, 2011) 5. Rasio Pasar
Moeljadi (2006), mengatakan bahwa rasio nilai pasar merupakan sekumpulan rasio yang menghubungkan harga saham dengan laba dan nilai buku per saham. Rasio ini memberikan petunjuk mengenai apa yang dipikirkan investor atas kinerja perusahaan di masa lalu serta prospek di masa mendatang.
Rasio pasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah Earning Per Share (EPS).
Rasio Earning Per Share merupakan perbandingan antara laba bersih perusahaan dengan jumlah saham yang beredar atau pendapatan yang diperoleh dalam satu periode untuk setiap lembar saham yang beredar. EPS dapat dihitung dengan rumus :
𝐸𝑃𝑆 = 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚 𝐵𝑒𝑟𝑒𝑑𝑎𝑟 (Brigham dan Houston, 2011)
3.3 Teknik Analisis Data Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran suatu data berdasarkan rata – rata (mean), standar deviasi, varian, maximum, minimum, sum, range, serta kemencengan distribusi yang terdiri dari kurtosis dan skewness (Imam Ghozali, 2009).
Pengujian Hipotesis
Penelitian ini melakukan beberapa uji hipotesis untuk menarik kesimpulan.
Sebelum melakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji kenormalan data rasio keuangan selama sebelum dan setelah merger dan akuisisi. Uji kenormalan dilakukan dengan menggunakan alat statistik program SPSS yaitu One-Sample Kolmogorov Smirnov. Apabila data berdistribusi normal pengujian hipotesis menggunakan uji statistik parametrik yaitu Paired Sample T-Test (uji t berpasangan), namun apabila data berdistribusi tidak normal maka digunakan uji statistik non- parametrik yaitu Wilcoxon Signed Ranks Test.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Statistik Deskriptif Penelitian
Rasio Likuiditas
Rata – rata likuiditas perusahaan manufaktur yang diukur dengan current ratio 1 tahun sebelum merger dan akuisisi adalah 1,58 dan 1 tahun setelah merger dan akuisisi sebesar 1,79. Rata – rata current ratio 2 tahun sebelum merger dan akuisisi adalah 1,75 dan 2 tahun setelah merger dan akuisisi sebesar 1,94. Jadi, kemampuan perusahaan dalam menjamin hutang lancar dengan aktiva lancar mengalami peningkatan setelah melakukan merger dan akuisisi dibanding sebelum melakukan merger dan akuisisi.
Rasio Solvabilitas
Rata – rata solvabilitas perusahaan
manufaktur yang diukur dengan Debt To
Total Asset Ratio pada saat 1 tahun
sebelum merger dan akuisisi adalah 0,53
dan 1 tahun setelah merger dan akuisisi
adalah 0,49. Rata – rata Debt To Total
Asset Ratio pada saat 2 tahun sebelum
merger dan akuisisi adalah 0,61 dan 2
tahun setelah merger dan akuisisi adalah
0,48.
7 Rasio Profitabilitas
Rata – rata Net Profit Margin perusahaan manufaktur 1 tahun sebelum merger dan akuisisi adalah 0,004 dan 1 tahun setelah merger dan akuisisi adalah 0,09. Rata – rata Net Profit Margin perusahaan manufaktur 2 tahun sebelum merger dan akuisisi adalah 0,009 dan 2 tahun setelah merger dan akuisisi adalah 0,09. Hal ini berarti penjualan yang dilakukan oleh perusahaan meningkat drastis.
Rata – rata Return On Asset perusahaan manufaktur 1 tahun sebelum merger dan akuisisi adalah 0,05 dan 1 tahun setelah merger dan akuisisi adalah 0,12. Rata – rata Return On Asset perusahaan manufaktur 2 tahun sebelum merger dan akuisisi adalah 0,07 dan 2 tahun setelah merger dan akuisisi adalah 0,1. Hal tersebut berarti rata – rata kinerja atas penggunaan aktiva perusahaan mengalami peningkatan.
Rata – rata Return On Equity 1 tahun sebelum merger dan akuisisi adalah 0,06 sedangkan 1 tahun setelah merger dan akuisisi sebesar 0,23. Rata – rata Return On Equity 2 tahun sebelum merger dan akuisisi adalah 0,25 sedangkan 2 tahun setelah merger dan akuisisi sebesar 0,44.
Rasio Aktivitas
Rata – rata TATO perusahaan manufaktur 1 tahun sebelum merger dan akuisisi adalah 1,26 dan 1 tahun setelah merger dan akuisisi adalah 1,19. Rata – rata TATO perusahaan manufaktur 2 tahun sebelum merger dan akuisisi adalah 1,31 dan 2 tahun setelah merger dan akuisisi adalah 1,18. Rasio ini menunjukkan bahwa rata – rata TATO perusahaan sebelum merger dan akuisisi lebih besar daripada setelah merger dan akuisisi.
Rasio Pasar
Rata – rata EPS 1 tahun sebelum merger dan akuisisi adalah 0,124 atau 124 dan 1 tahun setelah merger dan akuisisi adalah 0,240 atau 240. Rata – rata EPS 2 tahun sebelum merger dan akuisisi adalah 0,086 atau 86 dan 2 tahun setelah merger dan akuisisi adalah 0,256 atau 256.
4.2 Pengujian Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah dan hipotesis yang telah ditentukan, maka didapatkan hasil olah data sebagai berikut :
Tabel 1 Hasil Uji Hipotesis
No Rasio Signifikansi Keterangan 1 Tahun 2 Tahun
1 CR 0.340 0.556 Tidak Berbeda 2 DAR 0.272 0.129 Tidak Berbeda 3 NPM 0.109 0.278 Tidak Berbeda 4 ROA 0.234 0.560 Tidak Berbeda 5 ROE 0.501 0.679 Tidak Berbeda 6 TATO 0.272 0.184 Tidak Berbeda 7 EPS 0.012 0.045 Berbeda