• Tidak ada hasil yang ditemukan

TATA CARA PENYUSUNAN PROGRAM PEMELIHARAAN JALAN KOTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "TATA CARA PENYUSUNAN PROGRAM PEMELIHARAAN JALAN KOTA"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

TATA CARA

PENYUSUNAN PROGRAM PEMELIHARAAN JALAN KOTA

NO. 018/T/ BNKT/ 1990

DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA

DIREKTORAT PEMBINAAN JALAN KOTA

(2)

P R A K A T A

Dalam rangka mewujudkan peranan penting jalan dalam mendorong perkembangan kehidupan bangsa, sesuai dengan U.U. no. 13/1980 Tentang Jalan, Pemerintah berkewajiban melakukan pembinaan yang menjurus ke arah profesionalisme dalam bidang pengelolaan jalan, baik di pusat maupun di daerah.

Adanya buku-buku standar, baik mengenai Tata Cara Pelaksanaan, S p e s i f i ka s i , m a up u n M e t od a P e n g uj i a n , yang b e r k a i t a n d e ng a n perencanaan, pelaksanaan, pengoperasian dan pemeliharaan merupakan kebutuhan yang mendesak guna menuju ke pengelolaan jalan yang lebih baik, efisien dan seragam.

Sambil menunggu terbitnya buku-buku standar. dimaksud, buku

" TTata Cara Penyusunan Program Pemeliharaan Jalan Kota " ini dikeluarkan guna memenuhi kebutuhan intern di lingkungan Direktorat Pembinaan Jalan Kota.

Menyadari akan belum sempurnanya buku ini, maka pendapat dan saran dari semua pihak akan kami hargai guna penyempurnaan di kemudian hari.

Jakarta, 1990

DIREKTUR PEMBINAAN JALAN KOTA

DJOKO ASMORO

(3)

DAFTAR I S I

Halaman

PRAKATA ... i

DAFTAR ISI ... ii

I. DESKRIPSI ... 1

1.1. Maksud Dan Tu.juan ... 1

1.1.1. Maksud ... 1

1.1.2. Tujuan ... 1

1.2. Ruang Lingkup ... 1

1.3. Pengertian ... 2

1.3.1. Pemeliharaan Rutin ... 2

1.3.2. Pemeliharaan Berkala ... 2

1.3.3. Peningkatan ... 2

1.3.4. Survai Pendahuluan ... 2

1.3.5. Survai Inventarisasi Jalan ... 3

1.3.6. Survai Lalu-lintas ...3

1.3.7. Survai Kecepatan Kendaraan ... 3

1.3.8. Data Primer ... 4

1.3.9. Data Sekunder ... 4

1.3.10. Klasifikasi Fungsi Jalan ... 4

II. PERSYARATAN-PERSYARATAN ... 7

III. KETENTUAN-KETENTUAN ... 8

3.1. Konfirmasi Klasifikasi Fungsi Jalan ... 7

3.2. Identifikasi Permasalahan Jalan ... 7

3.2.1. Penghitungan Lalu-lintas ... 9

3.2.2. Kecepatan Perjalanan ... 9

3.2.3. Penilaian Kondisi Sekarang ... 10

3.2.4. Pemanfaatan ... 16

3.3. Skala Prioritas ... 16

(4)

3.4. Jenis Penanganan ... 17

3.4.1. Jenis Perkerasan ... 17

3.4.2. Penentuan Tebal Perkerasan ... 18

3.5. Perkiraan Biaya ... 21

IV. PENYUSUNAN ... 23

4.1. Konfirmasi Klasifikasi Fungsi Jalan ... 23

4.2. Identifikasi Permasalahan Jalan ... 23

4.3. Survai Detail ... 23

4.4. Skala Prioritas ... 23

4.5. Penentuan Tebal Perkerasan ... 24

4.6. Perkiraan Biaya ... 24

4.7. Jadwal Penanganan ... 24

LAMPIRAN ...: ... 1. Operasi dan Pemeliharaan Jalan Kota ... 25

2. Skema Kegiatan dan Hasil Yang Dicapai ... 27

3. Daftar Nama-nama Pemrakarsa dan Tim Pembahas ... 28

4. Daftar Buku Standar Produk Direktorat Pembinaan . Jalan Kota ... 29

5. Formulir-formulir Survai Penilaian Kondisi Sekarang... 31

(5)

I. DESKRIPSI

1.1. Maksud Dan Tujuan

1.1.1. Maksud

Tata cara ini dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan dalam penyusunan program pemeliharaan jalan kota.

1.1.2. Tujuan

Tujuan tata cara ini untuk menyeragamkan c a r a penyusunan program pemeliharaan jalan kota.

1.2. Ruang Lingkup

Tata cara ini memuat uraian tentang penyusunan program pemeliharaan jalan kota, khususnya untuk pekerjaan pemeliharaan dan peningkatan jalan kota.

Penanganan yang diterapkan pada suatu ruas jalan tergantung dari hasil identifikasi yang dilakukan.

Penanganan dapat dilakukan terhadap perkerasan dan atau geometrik jalan, serta pada struktur jembatan.

Apa yang diutarakan dalam buku petunjuk ini merupakan proses penyusunan program secara praktis dengan maksud agar dapat dipakai oleh semua pihak, terutama oleh instansi-instansi yang berkepentingan di daerah.

(6)

1.3. Pengertian

1.3.1. Pemeliharaan Jalan adalah penanganan jalan yang meliputi perawatan, rehabilitasi, penunjangan, dan peningkatan. (PP 26 tahun 1985 tentang jalan).

1.3.1. Pemeliharaan Rutin

Adalah penanganan yang diberikan hanya terhadap lapis permukaan yang sifatnya untuk meningkatkan kualitas berkendaraan (Riding Quality), tanpa meningkatkan kekuatan struktural, dan dilakukan sepanjang tahun .

1.3.2. Pemeliharaan Berkala

Adalah pemeliharaan yang dilakukan terhadap jalan pada waktu waktu tertentu (tidak menerus sepanjang tahun) dan sifatnya meningkatkan kemampuan struktural.

1.3.3. Peningkatan

Maksud peningkatan adalah penanganan jalan guna memperbaiki pelayanan jalan yang berupa peningkatan struktural dan atau geometriknya agar mencapai tingkat pelayanan yang direncanakan.

1.3.4. Survai Pendahuluan

Adalah survai awal guna mendapatkan informasi yang diperlukan dalam penentuan langkah-langkah selanjutnya, seperti : survai geometrik, struktur, kondisi jalan, pemanfaatan jalan, lalu lintas, dan sebagainya.

(7)

1.3.5. Survai Inventarisasi Jalan.

Survai ini dimaksudkan untuk mendapatkan data-data teknis dan non teknis jalan kota.

Hasil survai ini dipakai sebagai salah satu data masukan dalam menentukan jenis penanganan yang diperlukan terhadap ruas jalan dan jembatan yang bersangkutan. Penjelasan mengenai cara melakukan survai inventarisasi jalan kota dapat dibaca pada buku petunjuk "Tata Cara Pelaksanaan Survai Inventarisasi Jalan dan Jembatan Kota", No:

016/T/BNKT/ 1990.

1.3.6. Survai Lalu-lintas

Survai ini dimaksudkan untuk mendapatkan data lalu-lintas yang meliputi data volume, komposisi kendaraan, frekuensi kendaraan, dan arah perjalanan.

Hasil survai ini dipakai sebagai masukan dalam penyusunan program pembinaan jalan, antara lain dalam hal penetapan geometrik dan tebal perkerasan.

Tata cara melakukan survai ini dapat dibaca pada buku

"Tata Cara Penghitungan Lalu -lintas Cara Manual", No:

017/T/BNKT/ 1990, yang dikeluarkan oleh Direktorat Pembinaan Jalan Kota.

1.3.7. Survai Kecepatan Kendaraan

Tujuan melakukan survai ini adalah untuk memberikan informasi kecegatan perjalanan kendaraan. Dengan mengetahui kecepatan kendaraan maka dapat diketahui kelancaran pergerakan lalu lintas.

Penjelasan mengenai cara melakukan survai kecepatan kendaraan dapat dibaca pada buku "Panduan Survai dan Perhitungan Waktu Perjalanan Lalu-lintas" No:

001/T/BNKT/1990, yang dikeluarkan oleh Direktorat Pembinaan Jalan Kota.

(8)

1.3.8. Data Primer

Adalah data yang didapatkan dengan cara melakukan survai langsung di lapangan.

1.3.9. Data Sekunder

Adalah data yang didapatkan dengan tidak melakukan survai lapangan, namun berupa pengumpulan data dari instansi-instansi yang terkait.

1.3.10. Klasifikasi Fungsi Jalan

Berdasarkan fungsinya, sistim jaringan jalan di dalam kota dapat dibedakan atas sistim primer dan sistim sekunder yang masing-masing dikelompokkan menurut peranannya sebagai jalan Arteri, Kolektor dan Lokal. Secara garis besar dapat disebutkan di sini bahwa sistim jaringan primer disusun mengikuti ketentuan pengaturan Tata Ruang dan Struktur Pengembangan Wilayah Tingkat Nasional yang menghubungkan antar kota sesuai dengan hirarkhinya.

Sedangkan sistim jaringan sekunder disusun berdasarkan struktur kota yang ada dengan mengikuti ketentuan pengaturan tata ruang kota yang menghubungkan kawasan- kawasan yang mempunyai fungsi primer dan sekunder sesuai dengan hirarkhinya. Kesemuanya diatur dalam UU Jalan No 13 tahun 1980 dan PP no 26 tahun 1985.

Sebagai penjabaran dari penjelasan diatas, Direktorat Jenderal Bina Marga cq. Direktorat Pembinaan Jalan Kota telah menerbitkan buku ".Panduan Penentuan Klasifikasi Fungsi Jalan di Wilayah Perkotaan" No 010/T/BNKT/1990 dan Peta Sistim Jaringan Jalan berdasarkan fungsi dan peranannya untuk sebagian besar kota di Indonesia. Dalam peta tersebut pada u m u m n y a t e l a h d i t u n j u k k a n s e m u a j a l a n A r t e r i d a n jalan Kolektor baik Primer maupun Sekunder. Jalan-jalan lokal yang mempunyai arus lalu-lintas cukup besar atau berfungsi khusus mendukung jaringan jalan utama akan

(9)

Selanjutnya bila fungsi dan peranan jalan dikaitkan dengan tanggung jawab pembinaan dan pendanaan maka hubungannya dapat dijelaskan pada Tabel 1.

Dari seluruh uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa penetapan peta klasifikasi fungsi jalan sangat penting sebagai langkah pertama dalam setiap penyusunan program jalan kota mengingat e r a t k a i t a n n y a d e n g a n p e n a n g g u n g j a w a b p e m b i n a a n d a n pendanaan.

(10)

Tabel 1. Fungsi Dan Peranan Jalan Yang Dikaitkan Dengan Penanggung Jawab Pembinaan Dan Pendanaan

STATUS JALAN

FUNGSI JALAN

PERENCANAAN / PENENTUAN SASARAN

PELAKSANAAN

SUMBER PEMBIAYAAN

A.P MENTERI PU MENTERI APBN dan / BLN

NASIONAL

KP1 MENTERI PU MENTERI APBN dan / BLN

KP2 MENTERI PU PEMDA TK I APBD I/IPJP dan atau BLN PROPINSI

KP3 MENTERI PU PEMDA TK I APBD I/IPJP dan atau BLN LP, KP4 MENTERI PU PEMDA TK II APBD II / IPJK (Kab)

dan atau BLN KABUPATEN

AS,KS,LS PEMDA TK 11 PEMDA TK II APBD II / IPJK (Kota) dan atau BLN KOTAMADYA AS,KS,LS PEMDA TK tI PEMDA TK II APBD II / IPJK (Kota)

dan atau BLN

Catatan :

AP = Arteri Primer

KP1 = Kolektor Primer yang menghubungkan Ibu Kota Propinsi KP2 = Kolektor Primer yang menghubungkan Ibu Kota Propinsi ke Kota Kabupaten/Kotamadya

KP3 = Kolektor Primer yang menghubungkan Kota Kabupaten Kotamadya

KP4 = Kolektor Primer diluar KP1-Kp3 AS = Arteri Sekunder

KS = Kolektor Sekunder LS = Lokal Sekunder

(11)

II. PERSYARATAN-PERSYARATAN

1. Data-data baik data primer maupun sekunder harus mendekati keadaan yang sebenarnya.

2. Dalam penentuan jenis perkerasan harus memperhatikan sumber material, peralatan dalam pelaksanaan, serta nilai ekonomis dalam arti yang luas.

3. Harga Satuan Pekerjaan yang dipakai harus mengacu kepada Harga Satuan Pekerjaan setempat dan Harga Satuan Pekerjaan dari kontrak terakhir pada proyek di sekitarnya.

(12)

III. KETENTUAN-KETENTUAN

3.1. Konfirmasi Klasifikasi Fungsi Jalan

Walaupun pada saat penyusunan peta klasifikasi fungsi jalan telah mempertimbangkan aspek struktur kota menurut fungsinya, namun masih perlu diadakan koordinasi dalam mencari kesepakatan antara Direktorat Pembinaan Jalan Kota dengan Instansi Pemerintah Daerah yang berwenang untuk menyesuaikan peta tersebut dengan keadaan struktur kota yang sebenarnya.

Untuk memudahkan, ruas-ruas jalan pada peta tersebut diberi warna sebagai berikut :

a. Arteri Primer warna merah b. Arteri Sekunder warna biru c. Kolektor Primer warna kuning d. Kolektor Sekunder warna coklat e. Lokal Sekunder warna hijau

Alternative lain dalam penyajian ruas-ruas jalan ini disamping pewarnaan seperti tersebut di atas adalah penggunaan symbol garis yang berbeda agar mudah dibaca bila dilakukan penggandaan dengan mesin photo copy.

3.2. Identifikasi Permasalahan Jalan

Kegiatan ini dilakukan dengan cara melaksanakan survai pendahuluan serta diskusi dengan pihak-pihak yang berwenang setempat.

Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mendapatkan suatu daftar nama-nama ruas jalan dengan berbagai permasalahannya yang perlu segera penanganan.

Untuk lebih memantapkan jenis penanganan yang

(13)

3.2.1 Penghitungan Lalu-lintas.

Keadaan lalu-lintas pada suatu ruas jalan akan dapat dipergunakan untuk mengevaluasi apakah jalan tersebut masih mampu melayani lalu-lintas. Bila setelah dievaluasi ternyata volume lalu-lintas pada jam sibuk lebih besar daripada kapasitas jalannya maka dapatlah dikatakan pada jalan tersebut timbul kemacetan.

Tabel.2. di bawah ini dapat dipergunakan untuk menentukan kapasitas jalan menurut lebar dan jumlah arah dalam Satuan Mobil Penumpang (SMP) per jam.

Table 2. kapasitas jalam menurut lebar dan jumlah arah

K a p a s i t a s Ja l a n (S M P / j a m) Lebar

Perkerasan

(m) Satu arah dua arah

3,0 1350

3,5 1600

4,0 1670 1100

6,0 1900

7,0 2300

3.2.2. Kecepatan Perjalanan

Kongesti yang terjadi pada suatu ruas jalan dapat diukur dengan mengetahui kecepatan kendaraan atau waktu perjalanan. Makin buruk kongesti yang terjadi berarti makin lambat kecepatan lalu-lintas. Jika ternyata kecepatan perjalanan kendaraan kurang daripada 50 % kecepatan rencana ruas jalan, maka dapatlah dikatakan pada jalan tersebut mulai timbul kongesti (congestion).

(14)

3.2.3. Penilaian Kondisi Sekarang

3.2.3.1. Penilaian Kondisi Perkerasan

Survai kondisi permukaan jalan dilakukan dengan berjalan kaki sepanjang jalan.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan survai adalah sebagai berikut:

- Kekasaran Peraukaan (Surface Texture) - Lubang-lubang (Pot Holes)

- Tambalan (Patching) - Retak-retak (Cracking) - Alur (Ruting)

- Amblas (Depression)

Penentuan angka dan nilai untuk masing-masing keadaan dapat dilihat pada Tabel 4. Dengan menjumlahkan nilai- nilai keseluruhan keadaan maka didapatkan nilai kondisi jalan.

Urutan Prioritas dihitung. dengan memakai rumus sebagai berikut :

Urutan Prioritas = 17 - (Kelas LHR + Nilai-Kondisi Jalan)

Kelas LHR = Kelas.lalu-lintas untuk pekerjaan Pemeliharaan (lihat Tabel 3.) Nilai Kondisi Jalan = Nilai yang diberikan terhadap

kondisi jalan (lihat Tabel 4.)

Urutan Prioritas 0 - 3

J a l a n - j a l a n y a n g t e r l e t a k p a d a u r u t a n p r i o r i t a s ini dimasukkan ke dalam program peningkatan.

(15)

Tabel 3.

KELAS LALU-LINTAS UNTUK PEKERJAAN PEMELIHARAAN

KELAS LALU - LINTAS

L H R

0 < 20

1 20 - 50

2 50 - 200

3 200 - 500

4 500-2.000

5 2.000 - 5.000

6 5.000 - 20.000

7 20.000 - 50.000

8 > 50.000

(16)

Tabel 4

NILAI KONDISI JALAN

Penilaian Kondisi

Angka Nilai

26 - 29 9

22 - 25 8

19 - 21 7

16 - 18 6

13 - 15 5

10 - 12 4

7 – 9 3

4 – 6 2

0 – 3 1

Retak-retak

Tipe Angka

E. Buaya 5

D. Acak 4

C. Melintang 3

B. Memanjang 1

A. Tidak Ada 1

Lebar Angka

D. > 2 mm 3

C. 1 - 2 mm 2

B. < 1 mm 1

A. Tidak Ada 0

Jumlah Kerusakan

Luas Angka

D. > 30 % 3

C.10 - 30% 2

B . < 1 0 % 1

A. 0 0

(17)

Alur

Kedalaman Angka

E. > 20 mm 7

D. 11 - 20 mm 5

C . 6 - 10 mm 3

B. 0 – 5 mm 1

A.. Tidak Ada 0

Tambalan dan Lubang

Luas Angka

D. > 30 % 3

C. 20 - 30 % 2

B. 10 - 20 % 1

A.< 10% 0

Kekasaran Permukaan

Angka

E. Desintegration 4

D. Pelepasan Butir 3

C. Rough (Hungry) 2

B. Fatty 1

A. Close Texture 0

Amblas

Angka

D. > 5 /100 m 4

C. 2 – 5 / 1 00 m 2

B. 0 – 2/100 m 1

A. Tidak Ada 0

(18)

Urutan Prioritas 4 - 6

Jalan-jalan yang berada pada urutan prioritas ini dimasukkan ke dalam program Pemeliharaan Berkala.

Urutan Prioritas 7

Jalan-jalan yang berada pada urutan prioritas ini dimasukkan ke dalam program Pemeliharaan Rutin.

3.2.3.2. Penilaian Kondisi Drainase

Hal-hal yang perlu diperhatikan pada saat survai kondisi drainase adalah sebagai berikut:

- Saluran Samping : Ada/Tidak ada, Tersumbat/Tidak tersumbat, Teratur/Tidak teratur, Memadai/Tidak memadai.

- Sambungan : Ada/Tidak ada, Tersumbat/Tidak tersumbat.

- Jalur Pejalan Kaki : Ada/Tidak ada, Rata/Tidak rata, Rusak/ Baik.

- Bahu : Terlalu tinggi/Sama tinggi/Terlalu rendah, Miring/ Tidak rata, Diperkeras/Tidak diperkeras.

- Tepian/Kereb : Ada/Tidak ada, Rusak/Baik.

Masing-masing kondisi mempunyai nilai. (Lihat Tabel 5 )

Penilaian > 15

Perlu dilakukan peningkatan terhadap sistim drainase.

(19)

Tabel 5

NILAI KONDISI SISTEM DRAINASE Saluran Samping

A n g k a

Ada 0

Tidak Ada 7

Tersumbat 2

Tidak Tersumbat 0

Teratur 0

Tidak Teratur 2

Memadai 0

Tidak Memadai 3

Penghubung

A n g k a

Ada 0

Tidak Ada 3

Tersumbat 2

Tidak Tersumbat 0

Bahu

A n g k a

Terlalu Tinggi 2

Sama Tinggi 0

Terlalu Rendah 2

Miring 0

Tidak Rata 2

Diperkeras 0

Tidak Diperkeras 1

Jalur Pejalan Kaki

Point

Ada 0

Tidak Ada 3

Rata 0

Tidak Rata 1

Rusak 2

Baik 0

Tepian / Kereb

A n g k a

Ada 0

Tidak Ada 1

(20)

Penilaian 10 - 15

Perlu dilakukan perbaikan-perbaikan y a n g berarti p a d a komponen sistim drainase dengan memasukkan ke dalam program pemeliharaan berkala.

Penilaian < 10

Disini hanya diperlukan pemeliharaan rutin terhadap komponenkomponen drainase guna menjaga kelancaran sistim drainase.

3.2.4. Pemanfaatan

Pada prinsipnya jalan harus dimanfaatkan secara benar sesuai dengan peruntukannya. Namun ada beberapa pemanfaatan yang mengganggu peranan jalan, antara lain:

- berjualan di trotoar dan di perkerasan

- b o n g k a r m u a t b a r a n g a t a u m e n u r u n / n a i k k a n p e n u m p a n g d i sembarang tempat

- parkir kendaraan pribadi/angkutah tidak pada tempatnya

- pemberhentian angkutan umum di luar daerah yang di tentukan

- tidak memadainya jalan ke luar/masuk dari tempat parkir atau terminal

3.3. Skala Prioritas

Setelah mempunyai data tingkat kemacetan yang diakibatkan oleh berkurangnya pelayanan jalan baik disebabkan oleh pemanfaatan jalan yang tidak benar, geometriknya sudah tidak memenuhi lagi, ataupun struktur perkerasannya yang sudah rusak, maka selanjutnya diadakan skala prioritas terhadap ruas- ruas jalan yang perlu ditangani, menimbang keterbatasan dana guna pemeliharaan jalan.

Pada dasarnya pemanfaatan jalan yang tidak benar harus ditertibkan terlehih dahuln, diil<uti oleh pembenahan perkerasan

(21)

jalan dan bila biaya memungkinkan dilakukan pembenahan geometrik. Tentu saja hal-hal tersebut di atas tidak terlepas dari kebijaksanaan Pemerintah Daerah setempat. Teknik penentuan prioritas dapat dilakukan bermacam-macam, antar lain dengan sistim pembobotan.

3.4. Jenis Penanganan.

3.4.1. Jenis Perkerasan.

Seperti diketahui ruas-ruas jalan di perkotaan dapat menggunakan perkerasan lentur maupun perkerasan kaku.

Susunan yang biasa dipergunakan untuk kedua jenis perkerasan tersebut dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Perkerasan Lentur Perkerasan kaku

Jenis material yang dapat digunakan untuk lapis-lapis perkerasan lentur antara lain :

- Lapis Pondasi Bawah, dapat berupa Tanah yang distabilisasi (semen, kapur, aspal, dan bahan kimia), Lapis Pondasi Bawah Agregat, dan Lapis Pondasi Bawah Agregat Beraspal (Laston bawah /ATSB)

- Lapis Pondasi Atas, dapat berupa Lapis Pondasi Atas Agregat (gradasi rapat), Lapis Pondasi Atas Beraspal (Laston Atas/ATB).

(22)

- Lapis Permukaan struktural dapat berupa Lapis Aspal Beton (LASTON) dan Lapis Penetrasi (LAPEN).

- Lapis permukaan non struktural , dapat berupa Pelaburan Aspal (BURAS) Labur Aspal Satu Lapis (BURTU), Lapis Aspal Dua Lapis (BURDA), Lapis Tipis Aspal Beton (Lataston/HRS), Latasir.

Lapisan-lapisan yang digunakan untuk perkerasan kaku antara lain :

- Lapis antara tanah dasar dan lapis permukaan digunakan Lapis Pondasi Bawah Agregat dengan Pengikat Semen(CTSB).

- Lapis Permukaan yang berupa Slab Beton Semen.

3.4.2. Penentuan Tebal Perkerasan

Secara praktis dalam menentukan tebal pelapisan ulang (overlay) dari perkerasan jalan yang ada atau tebal perkerasan pada daerah pelebaran hanya meninjau lalu- lintas harian rata-rata dan jenis perkerasan lama. Data jenis dan tebal perkerasan yang ada dapat ditanyakan pada PU setempat atau dengan melakukan test pit.

Tabel 6 dipakai guna mencari tebal perkerasan yang dipergunakan untuk program pemeliharaan dan peningkatan, yang tergantung kepada besarnya LHR dan jenis konstruksi lama.

A p a b i l a d i p e r l u k a n p e n i n g k a t a n g e o m e t r i k j a l a n , t e b a l konstruksi perkerasan di daerah pelebaran dapat diperkirakan dari Tabel 7.

(23)

Tabel 6. Perkiraan Tebal Perkerasan untuk Program Pemeliharaan dan Program Peningkatan Jalan Perkotaan

Perkiraan Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR) JENIS

PROGRAM BERKALA

Jenis Konstruksi Jalan Lama

<200 200 - 560 500 - 3 0 0 0 3000

Tanah/Kerikil 10 cm Kerikil - - -

Pen. Mak adam

Penambalan

dengan Cold

Mix

Pe n a m b a l a n

d e n g a n C o l d

M i x

Penambalan

dengan Cold

Mix

Penambalan

dengan Cold

Mix PEMELIHARAAN

RUTIN

A s p a l B e t o n -

Penambalan

dengan Cold

Mix

Penambalan

dengan Cold

Mix

Penambalan

dengan Cold

Mix

Tanah/Kerikil 15 cm Kerikil - - -

Pen. Mak adam

Lapen, B urtu ,

Burda, a tau

L a t a s t o n * )

Lapen,Burtu

B u r d a , a t a u

Lataston *)

Burda atau

lataston *)

Burda atau

Lataston *) PEMELIHARAN

BERKALA

Aspal Beton Burtu,Burda,

atau lataston

*)

Burtu,Burda,

atau

Burda atau

Lataston *)

Burda atau

Lataston *)

(24)

Perkiraan Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR) JENIS

PROGRAM BERKALA

Jenis Konstruksi Jalan Lama

<200 200 - 560 500 - 3 0 0 0 3000

Tanah/Kerikil 5-7 Cm Lapen 7 Cm Lapen - -

Pen. Makadam 5 Cm Lapen 5 Cm Lapen

3 Cm Lataston

+

4 Cm Laston Atas

+

Laston Atas Perata **)

4 Cm Laston

+

6 Cm Laston Atas

-

Laston Atas Perata **) PENINGKATAN

(Umum Rencana

10 tahun )

Aspal Beton 3 Cm Lataston 3 Cm Lataston

3 Cm Lataston

+

4 Cm Laston Atas

+

Laston Atas Perata **)

4 Cm Laston

+

6 Cm Laston Atas

+

Laston Atas Perata **)

Catatan :

*) Tebal Lataston (HRS) adalah 3Cm

**) Tebal Laston atas Perata (ATBL) sesuai kebutuhan, minimal 3 Cm

(25)

Tabel 7. Perkiraan Tebal Perkerasan di Daerah Pelebaran

Perkiraan Lalu-lintas Harian Rata-rata (LHR) Jenis

Perkerasan

Jalan Lama <200 200-500 500-3000 >3000

Tanah/Kerikil 20 Cm Kerikil *) 20 Cm Kerikil *) - -

Pen. Makadam

5 Cm +

15 Cm Batu Pecah

5 Cm +

20 Cm Batu Pecah

3 Cm Lataston +

4 Cm Laston Atas +

20 Cm Batu Pecah

4 Cm Laston +

6 Cm Laston Atas +

20 Cm Batu Pecah

Aspal Beton

4 Cm Lataston +

15 Cm Batu Pecah

4 Cm Lataston +

15 Cm Batu Pecah

3 Cm Lataston +

4 Cm Laston Atas +

20 Cm Batu Pecah

4 Cm Laston +

6 Cm Laston Atas +

20 Cm Batu Pecah

Catatan :

*) kerikil yang dipergunakan adalah agregat Base Clas C.

3.5. Perkiraan Biaya

Dana yang disediakan biasanya ditentukan sebagian oleh Pemerintah Pusat dan sebagian lagi berdasarkan kebutuhan masing-masing Kota Madya. Estimasi biaya yang diberikan oleh Pemerintah Pusat tidak diterima secara kaku, karena selama periode program dapat disesuaikan guna mencerminkan kebijaksanaan Nasional. Maksud daripada perhitungan biaya konstruksi. ini adalah untuk mengetahui dana yang harus dikeluarkan dalam rangka penyusunan program pemeliharaan jalan di masing-masing kota.

Berdasarkan penentuan jenis pemeliharaan yang telah ditentukan, maka dapat dihitung volume pekerjaan konstruksi. Dengan mengalikan volume pekerjaan dengan Harga Satuan Pekerjaan maka didapat biaya konstruksi.

Disamping biaya fisik, biaya lain yang harus diperhitungkan adalah biaya perencanaan teknis (bila

(26)

supervisi, biaya administrasi proyek. Keseluruhan biaya tersebut akan menjadi kebutuhan Rencana Anggaran Biaya proyek. Sampai dengan tahap kegiatan ini, telah didapat suatu daftar ruas-ruas jalan yang perlu ditangani, jenis pemeliharaan, serta biayanya.

(27)

IV. PENYUSUNAN PROGRAM

4.1. Konfirmasi Klasifikasi Fungsi Jalan

Lakukanlah konfirmasi klasifikasi fungsi jalan antara Direktorat Pembinaan Jalan Kota dengan instansi setempat yang terkait guna mendapatkan fungsi jalan yang telah disepakati.

4.2. Identifikasi Permasalahan Jalan.

Lakukanlah identifikasi permasalahan yang ada pada ruas jalan, dengan melakukan survai pendahuluan guna mengetahui permasalahan jalan ada dalam suatu kota, ditinjau dari kondisi struktur, geometrik jalan/jembatan/persimpangan, pemanfaatan jalan, dan sebagainya. Buatlah daftar ruas-ruas jalan yang perlu pemeliharaan

4.3. Survai Detail

Lakukanlah survai yang lebih detai, antara lain : inventarisasi jalan, penghitungan lalu-lintas, kecepatan perjalanan, kondisi jalan untuk mengetahui pelayanan jalan.

4.4. Skala Prioritas.

Lakukanlah analiga terhadap data-data tersebut di atas berdasarkan urutan.terhadap pemanfaatan jalan, perkerasan dan geometrik jalan.

Kemudian buatlah urutan prioritas jalan-jalan yang perlu segera ditangani dalam suatu kota sesuai urutan di atas.

(28)

4.5. Penentuan Tebal Perkerasan

- Tentukan tebal perkerasan baik untuk pelapisan ulang atau untuk pelebaran jalan dengan menggunakan Tabel 6 dan Tabel 7.

- Program penanganan disesuaikan dengan hasil penilaian kondisi perkerasan.

- Pelebaran terhadap perkerasan terlebih dahulu harus sesuai dengan kebutuhan dan dilihat ketersediaan lahan gunanya.

4.6. Perkiraan Biaya

- Hitung volume pekerjaan untuk masing-masing item pekerjaan berdasarkan gambar teknis.

- Cari Harga Satuan Pekerjaan dengan mengacu kepada Harga Satuan Pekerjaan setempat atau Harga Satuan Pekerjaan dari kontrak terakhir proyek di sekitarnya.

- Kalikan Harga Satuan Pekerjaan dengan volume pekerjaan untuk mendapatkan biaya konstruksi.

- Untuk menghitung dana yang diperlukan maka tambahkanlah biaya perencanaan teknis (dalam hal masih diperlukan), biaya supervisi, dan biaya administrasi proyek kedalam biaya konstruksi.

- Bila dana proyek bersumber dari APBN maka nilai proyek yang ada dikalikan faktor 1,1.(untuk memasukkan nilai PPN 10 %)

3.7. Jadwal Penanganan

Susunlah jadwal penanganan sesuai dengan rangking prioritas jalan- jalan yang perlu ditangani.

(29)

LAMPIRAN – LAMPIRAN

(30)

OPERASI DAN PEMELIHARAAN JALAN KOTA

NO PRASARANA YANG DIPELIHARA KEGIATAN OPERASI (O) KEGIATAN PEMELIHARAAN (M)

PEMELIHARAAN RUTIN

1 Permukaan Perkerasan (Flexible Pavement) 1.1. Menjaga tingkat pelayanan jalan a. Penambalan

(Level of Service) b. Sealing

c. Painting/polaburan

d. Pelapisan permukaan secara terbatas (Surface dressing)

2 Sistim Drainasi 2.1. Melancarkan aliran air permukaan a. Membersihkan saluran tepi

dan mencegah terjadinya genangan b. Pembentukan dan perataan bahu jalan c. Pembersihan Trotoar,

d. Pembersihan gorong-gorong 3 Kelengkapan jalan (Road Furniture) 3.1. Menuntun Kelancaran lalu-lintas a. Pembersihan dan perbaikan ringan

di jalan pada lampu-lampu tanda-tanda lalu

lintas, marka, pagar, lampu pengatur lalu-lintas

4 Jembatan 4.1. Menjaga tingkat pelayanan Jembatan a. Perbaikan dan pengecetan unsur logam,

dalam arti aman dan lancar bagi b. Perbaikan ringan pada dick & sandaran

lalu-lintas c. Memberihkan tumbuh-tumbuhan dari

pangkal Jembatan, pilar dsb

5 Lain-lain 5.1. Menjaga keleluasaan jarak pandang a. Pemotongan rerumputan dan semak-semak

lalu-lintas pada sisi jalan.

b. Pemotongan pohon-pohon yang mengganggu

(31)

OPERASI DAN PEMELIHARAAN JALAN KOTA

NO PRASARANA YANG DIPELIHARA KEGIATAN OPERASI (O) KEGIATAN PEMELIHARAAN (M)

1 Perkerasan jalan

1.1. Hotmix, HRS, Sand Sheet, Aspal Beton a. Penambalan

1.2 .Penetrasi b. Sealing

1.3 .Laburan Aspal (Surface Dressing) Pemeliharaan routine dan berkala c. Surface Dressing

1.4 .Butas d. Overlay

1.5 .Beton semen 1.6 .Blok Terkunci

1.7. Tanah Stabilisasi a. Mencegah genangan air

1.8. Kerikil b. Pemadatan

c. Pembentukan / grading

2 Bahu Jalan 2. Grading, Compactig, Sealing

3 Kereb Pemeliharaan Rutine dan Berkala 3. Perbaikan ringan, penggantian

4 Median 4. Perbaikan ringan, penggantian

5 Trotoar (side walks) 5. Perbaikan ringan, penggantian

6 Jembatan 6. Pengecetan dan Perbaikan

7 Oprit Jembatan (approach Road) 7. Pengecetan dan Perbaikan

8 Jembatan Penyebrangan 8. Lining & unlined

9 Drainasi Jalan 9. Penurapan, Perbaikan

10 Tembok Penahan Tanah Pemeliharaan Rutine dan Berkala 10. Grading, penurapan, perbaikan

(32)

Skema Kegiatan Dan Hasil Yang Dicapai Dalam Penyusunan Program Penanganan Jalan Kota

KEGIATAN HASIL YANG DICAPAI

Konfirmasi fungsi jalan

Identifikasi Permasalahan Yang ada

Jenis Penanganan Skala Prioritas Perkiraan Biaya

Peta Klasifikasi Fungsi Jalan

Daftar Ruas – ruas Beserta Permasalahannya

Macam dan Jenis Perkerasan

Daftar Ruas – ruas Yang Perlu Ditangani

Daftar Volume,Harga Satuan Pekerjaan,Total Biaya

Daftar Ruas dengan Rangking Prioritas Jadwal Penanganan

(33)

DAFTAR NAMA - NAMA

PEMRAKARSA DAN TIM PEMBAHAS

P E M R A K A R S A

DIREKTORAT PEMBINAAN JALAN KOTA

K O S E P T O R

NO. N A M A

1.

2.

Ir. Bernaldy., CES

Ir. Danis Hidayat Sumadilaga,.MEngSc

T I M P E M B A H A S

NO. NAMA

1. Ir. Hartom., MSc

2. Ir. Bernaldy., CES

3. Ir. Palgunadi., MEngSc

4. Ir. Trihardjo

5. Ir. Atiek Soeparyati

6. Besar Sudharmono,.BSc

7. Ir. Budi Harimawan

8. Ir. Heru Budi Santoso,.CES

9. Ir. Minton.P

10. Ir. Danis Hidayat Sumadilaga,.MEngSc

(34)

DAFTAR BUKU STANDAR

DIREKTORAT PEMBINAAN JALAN KOTA

NO. JUDUL BUKU NO.REGISTRASI

1. Produk Standar Untuk Jalan Perkotaan Februari 1987 2. Standar Perencanaan Geometrik

Untuk Jalan Perkotaan

Januari 1988

3. Standar Specification For Geometric Design Of Urban Roads

January 1988

4. Peta Klasifikasi Fungsi Jalan Seluruh Indonesia (Tentative)

Desember 1986

5. Panduan Survai dan Perhitungan Waktu Perjalanan Lalu-lintas

01/T/BNKT/1990

6. Panduan Surval Wawancara Rumah 02T/BNKT/1990 7. Petunjuk Perambuan Sementara

Selama Pelaksanaan Pekerjaan

03/T/BNKT/1990

8. Petunjuk Tertib Pemanfaatan Jalan 04/T/BNKT/1990 9. Petunjuk Pelaksanaan Pemasangan

Utilitas

05/T/BNKT/1990

10. Petunjuk Pelaksanaan Pelapisan Ulang Jalan Pada Daerah Kereb Perkerasaan dan Sambungan

06/T/BNKT/1990

11. Petunjuk Perencanaan Trotoar 07/T/BNKT/1990 12. Petunjuk Desain Drainase Permukaan

Jalan

08/T/BNKT/1990

13. Petunjuk Pelaksanaan Perkerasan 09/T/BNKT/1990 Kaku (Beton Semen)

14. Panduan Penentuan Kiasifikasi Fungsi Jalan di Wilayah Perkotaan

10/T/BNKT/1990

15. Standar Spesifikasi Kereb 11/S/BNKT/1990 16. Petunjuk Perencanaan MarkaJalan 12/S/BNKT/1990 17. Petunjuk Lokasi dan Standar 13/S/BNKT/1990

(35)

NO. JUDUL BUKU NO.REGISTRASI

18. Tata Cara Perencanaan Pemisah 014/T/BNKT/1990 19. Tata Cara Perencanaan

Pemberhentian Bus

015/T/BNKT11990

20. Tata Cara Pelaksananan Survai

Inventarisasi Jalan Dan Jembatan Kota

016/T/BNKT/1990

21. Tata Cara Peleksanaan Surval Penghitungan Lalu-Ilntas Cara Manual

017/T/BNKT/1990

22. Tata Cara Penyusunan Program Pemeliharaan Jalan Kota

018/T/BNKT/1990

(36)

FORMULIR SURVAI KONDISI JALAN

(37)
(38)
(39)
(40)
(41)
(42)
(43)
(44)
(45)
(46)
(47)
(48)
(49)
(50)
(51)
(52)

Gambar

Tabel 1.  Fungsi Dan Peranan Jalan Yang Dikaitkan Dengan Penanggung Jawab Pembinaan Dan Pendanaan
Table 2. kapasitas jalam menurut lebar dan jumlah arah
Tabel 6. Perkiraan Tebal Perkerasan untuk Program Pemeliharaan dan Program Peningkatan Jalan Perkotaan
Tabel 7. Perkiraan Tebal Perkerasan di Daerah Pelebaran

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian Putri (2002) menunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen untuk mengkonsumsi beras organik adalah harga beras organik, harga beras

Fungsi : untuk menampung billet yang telah siap di panaskan sesuai dengan suhu yang telah ditetapkan pada oven billet untuk kemudian di transfer ke mesin

1. Pengaruh Perceived Value terhadap Behavioral Intention. Hasil uji t untuk distribusi Perceived Value terhadap Behavioral Intention. Hasil Uji t ini menghasilkan t hitung

Pengalihan Unit Penyertaan baik pada Bank Kustodian yang sama maupun yang berbeda akan diproses oleh Bank Kustodian sesegera mungkin berdasarkan Nilai Aktiva

Pembuatan elektroda pembanding Ag/AgCl dengan variasi jenis membran yaitu membran poliisoprena, LDPE, kaolin, selulosa dan grafit telah dilakukan dengan ukuran yang

Studi kasus ini hanya di lakukan pada 1 pasien saja tanpa harus membandingkan dengan klien yang lain dengan kasus yang sama. Keterbatasan lain yang penulis

Berdasarkan nilai IC50 yang diperoleh dapat dijelaskan pula bahwa vitamin C sebagai pembanding atau kontrol positif termasuk antioksidan yang lebih kuat jika dibandingkan

Indnesia !erupakan sala# satu Negara yang !e!punyai 1eraneka raga! su!1er daya ala! yang 1erptensi 1esar2 Diantaranya adala# !inyak 1u!i7 gas ala! dan panas 1u!i2Se1agai sala#