• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Indra Bastian (2001:329) menyatakan bahwa kinerja adalah gambaran

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA. Indra Bastian (2001:329) menyatakan bahwa kinerja adalah gambaran"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Pengertian Kinerja dalam Sektor Publik

Indra Bastian (2001:329) menyatakan bahwa kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan atau program atau kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi, visi organisasi yang terutang dalam perumusan skema strategis (strategic planning) suatu organisasi.

Secara umum dapat juga dikatakan bahwa kinerja merupakan prestasi yang dapat dicapai oleh organisasi dalam periode tertentu. Untuk mengetahui keberhasilan atau kegagalan suatu organisasi, seluruh aktivitas organisasi tersebut harus dapat diukur.

Sektor publik merupakan suatu entitas ekonomi yang memiliki keunikan tersendiri. Disebut sebagai entitas ekonomi karena memiliki sumber daya yang tidak kecil, bahkan bisa dikatakan sangat besar. Organisasi sektor publik juga melakukan transaksi-transaksi ekonomi dan keuangan tetapi berbeda dengan entitas ekonomi lain, khususnya perusahaan komersial yang mencari laba. Deddi Nordiawan (2006:1) menyebutkan bahwa sumber daya ekonomi organisasi sektor publik dikelola untuk tidak mencapai laba. Menurut James B. Whittaker dalam Indra Bastian (2001:300), mendefinisikan bahwa pengukuran atau penilaian kinerja adalah suatu alat manajemen untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitas. Kinerja sektor publik bersifat multidimensional,

(2)

sehingga tidak ada indikator tunggal yang dapat digunakan untuk menunjukkan kinerja secara komprehensif. Pengukuran kinerja sektor publik dilakukan untuk memenuhi tiga maksud, antara lain:

1. Untuk membantu memperbaiki kinerja pemerintah, sehingga akan meningkatkan efisiensi dan efektivitas organisasi sektor publik dalam pemberian pelayanan

2. Untuk pengalokasian sumber daya dan pembuatan keputusan

3. Untuk mewujudkan pertanggungjawaban dan memperbaiki komunikasi kelembagaan.

2.1.2 Pengukuran Kinerja dalam Organisasi Sektor Publik

Pengukuran kinerja dalam sektor publik sangat penting dilakukan untuk menilai akuntabilitas organisasi dan manajer dalam menghasilkan pelayanan yang lebih baik. Akuntabilitas bukan sekedar kemampuan menunjukkan bagaimana uang dibelanjakan, akan tetapi meliputi kemampuan menunjukkan bahwa uang dibelanjakan secara ekonomis, efisien dan efektif.

Mardiasmo (2002:12) menjelaskan bahwa sistem pengukuran sektor publik adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu manajer menilai pencapaian suatu strategi melalui alat ukur finansial dan non finansial. Tujuan sistem pengukuran kinerja adalah:

1. Untuk mengkomunikasikan strategi secara lebih baik.

2. Untuk mengukur kinerja financial dan non financial secara berimbang sehingga dapat ditelusuri perkembangan pencapaian strategi

(3)

3. Untuk mengakomodasikan pemahaman kepentingan manajer level pada menengah dan bawah serta memotivasi untuk mencapai goal congruence atau tercapainya kecocokan dan tujuan yang harmonis.

4. Sebagai alat untuk mencapai kepuasan berdasarkan pendekatan individual dan kemampuan kolektif yang rasional

Manfaat pengukuran kinerja adalah:

1. Memberikan pemahaman mengenai ukuran yang digunakan untuk menilai kinerja manajemen.

2. Memberikan arah untuk mencapai target kinerja yang telah ditetapkan.

3. Untuk memonitor dan mengevaluasi pencapaian kinerja dan membandingkannya dengan target kinerja serta melakukan tindakan korektif untuk memperbaiki kinerja.

4. Sebagai dasar untuk memberikan penghargaan dan hukuman (reward and punishment) secara objektif atas pencapaian prestasi yang diukur sesuai

dengan sistem pengukuran kinerja yang telah disepakati.

5. Sebagai alat komunikasi antara bawahan dan pimpinan dalam rangka memperbaiki kinerja organisasi

6. Membantu mengidentifikasikan apakah kepuasan pelanggan sudah terpenuhi 7. Membantu memahami proses kegiatan instansi pemerintah, dan

8. Memastikan bahwa pengambilan keputusan dilakukan secara obyektif.

(4)

2.1.3 Pengertian dan Ruang Lingkup Akuntansi Sektor Publik

Akuntansi Sektor Publik memiliki kaitan yang erat dengan penerapan dan perlakuan akuntansi pada domain publik. Domain publik sendiri memiliki wilayah yang lebih luas dan lebih kompleks dibandingkan dengan sektor swasta. Keluasan wilayah publik tidak hanya disebabkan luasnya jenis dan bentuk organisasi yang berada di dalamnya akan tetapi juga karena kompleksnya lingkungan yang mempengaruhi lembaga-lembaga publik. Istilah sektor publik sendiri memiliki pengertian yang bermacam-macam. Hal tersebut merupakan konsekuensi dan luasnya wilayah publik, sehingga setiap disiplin ilmu memiliki cara pandang dan definisi yang berbeda-beda.

Bastian (2001:6), pengertian akuntansi sektor publik adalah mekanisme teknik dan analisis akuntansi yang diterapkan pada pengelolaan dana masyarakat di lembaga-lembaga tinggi Negara dan departemen-departemen di bawahnya, pemerintah daerah, BUMN, BUMD, LSM, dan yayasan-yayasan sosial maupun proyek-proyek kerja sama sektor publik dan swasta. Abdul Halim (2002:143), menguraikan bahwa yang dimaksud dengan akuntansi sektor publik adalah sebuah kegiatan jasa dalam rangka penyediaan informasi kuantitatif terutama yang bersifat keuangan dari entitas pemerintah guna pengambilan keputusan ekonomi yang nalar dari pihak-pihak yang berkepentingan atas berbagai alternatif arah tindakan. Mardiasmo (2002:1-2) menjelaskan bahwa akuntansi sektor publik memiliki peranan yang vital dan menjadi subyek untuk didiskusikan baik oleh kalangan akademisi maupun praktisi sektor publik.

(5)

Berdasarkan dari pengertian tersebut di atas, maka akuntansi sektor publik dapat didefinisikan sebagai suatu aktivitas pemberian jasa untuk menyediakan informasi keuangan pemerintah berdasarkan proses pencatatan, pengklasifikasian, pengikhtisaran suatu transaksi keuangan pemerintah serta penafsiran atas informasi keuangan tersebut. Jadi secara umum pengertian akuntansi sektor publik tidak jauh berbeda dengan akuntansi bisnis, perbedaannya hanya terletak pada jenis transaksi yang dicatat dan penggunannya. Jenis transaksi yang dicatat dalam akuntansi sektor publik adalah transaksi keuangan pemerintah sebagian akan memiliki karakteristik tersendiri yang membedakannya dengan akuntansi bisnis.

2.1.4 Pengertian Audit

Menurut Sukrisno (2001:1), audit adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis oleh pihak yang independen terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut. Mulyadi (2002:9), menyatakan bahwa auditing adalah suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara obyektif mengenai pernyataan- pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan.

(6)

Abdul Halim (2003:1) dengan mengutip A Statement of Basic Auditing Concepts (ASOBAC), mendefinisikan bahwa auditing adalah suatu proses

sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara obyektif mengenai asersi-asersi tentang berbagai tindakan dan kejadian ekonomi untuk menentukan tingkat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dengan kriteria-kriteria yang telah ditentukan dan menyampaikan hasilnya kepada para pemakai yang berkepentingan.

Menurut Al Haryono Jusup (2001:19) pengauditan adalah suatu proses sistematis untuk mendapatkan dan mengevaluasi bukti yang berhubungan dengan asersi tentang tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian ekonomi secara obyektif untuk menentukan tingkat kesesuaian antara asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan dan mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

2.1.5 Karakteristik Audit Sektor Publik

Karakteristik kualitatif audit sektor publik adalah sama dengan karakteristik kualitatif laporan keuangan sektor publik. Audit sektor publik merupakan bagian dari akuntansi sektor publik. Karakteristik audit sektor publik tersebut antara lain : 1. Dapat diperbandingkan

Informasi yang konsisten akan menjamin daya banding pelaporan keuangan sektor publik. Dalam hal ini, laporan keuangan daerah yang satu dapat diperbandingkan dengan laporan keuangan daerah lainnya.

2. Keandalan

(7)

Informasi kualitatif yang disajikan harus benar-benar tepat dan dapat membantu dalam pengambilan keputusan.

3. Dapat dipahami, jelas, dan akurat

Pemakai laporan keuangan sektor publik seharusnya memahami informasi yang disajikan. Penyajian yang sederhana, jelas, dan ringkas membantu pemahaman pemakai laporan keuangan.

4. Relevan kepada kebutuhan pemakai

Informasi yang relevan adalah informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan dan proses akuntabilitas.

5. Materialitas

Proses audit hanya ditujukan pada transaksi yang secara materialitas mempengaruhi penilaian terhadap pelaporan keuangan tersebut, sehingga penentuan batas materialitas akan mempengaruhi perencanaan audit, terutama dalam penentuan sampling.

2.1.6 Prosedur Audit Kinerja

Mardiasmo (2002:186) secara umum menyebutkan bahwa ada dua prosedur utama untuk melakukan praktik auditing terhadap kinerja organisasi secara komprehensif, yaitu:

1. Management and technical review

Mencakup suatu telaah fungsi manajemen secara umum mengenai perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengendalian, dan metode atau teknik khusus yang digunakan oleh entitas dalam menentukan apakah :

(8)

a. Rencana yang matang telah dikembangkan untuk mencapai hasil yang diinginkan.

b. Terdapat struktur yang memadai tentang wewenang dan tanggung jawab manajemen.

c. Manajemen telah secara jelas mengkomunikasikan ekspektasinya kepada pihak-pihak yang bertanggung jawab atas operasi.

d. Pelaksanaan diawasi dan dievaluasi secara regular dengan menggunakan kriteria yang memadai sehingga varian dari rencana dapat dideteksi dan dikoreksi tepat pada waktunya.

2. Special studies

Menegaskan tentang suatu telaah yang diarahkan untuk mencapai kesesuaian terhadap spesifkasi tertentu sesuai dengan permintaan. Sebagai contoh, special studies mungkin dilaksanakan untuk penelitian mengenai dugaan

terjadinya kesalahan atau kecurangan, seperti :

a. Menilai kecukupan pengendalian internal dalam sistem informasi manajemen atau sistem akuntansi yang diterapkan.

b. Konsultasi dengan manajemen berkaitan dengan masalah keuangan khusus atau berkaitan dengan masalah kinerja.

c. Mengevaluasi penggunaan dana untuk kegiatan investasi yang mungkin berpengaruh terhadap operasi organisasi di masa mendatang.

2.1.7 Proses Audit Kinerja

Proses audit pada dasarnya adalah sama baik audit keuangan, audit kepatuhan, audit manajemen, audit program, dan audit jenis lainnya. Hal yang

(9)

membedakan antara audit satu dengan audit lainnya terletak pada tugas-tugas spesifik (specific tasks) pada masing-masing tahap audit yang menggambarkan kebutuhan dari masing-masing audit. Struktur audit kinerja terdiri atas tahap pengenalan dan perencanaan, tahap pengauditan, tahap pelaporan, dan tahap penindak lanjutan.

Proses audit kinerja akan menghasilkan serangkaian rekomendasi untuk perbaikan kinerja suatu organisasi. Rekomendasi-rekomendasi yang diberikan oleh auditor diharapkan dapat segera diimplementasikan oleh pihak-pihak yang berwenang. Pengimplementasian rekomendasi, auditor hanya berperan sebagai pendukung. Hal ini penting untuk tanggung jawab unit kerja, eksekutif, dan legislatif.

2.1.8 Pengertian Value for Money Audit

Menurut Mardiasmo (2002:218), value for money audit atau audit kinerja adalah pengauditan yang dilakukan untuk memeriksa tingkat ekonomi, efisiensi, dan efektivitas pelaksanaan suatu program atau kegiatan dan unit kerja tertentu.

Jadi, value for money merupakan konsep pengelolaan organisasi sektor publik yang mendasarkan pada tiga elemen utama, yaitu :

1. Ekonomi

Pemerolehan input dengan kualitas dan kuantitas tertentu pada harga yang terendah. Ekonomi merupakan perbandingan input dengan input value yang dinyatakan dalam satuan moneter.

2. Efisiensi

(10)

Pencapaian output yang maksimum dengan input tertentu atau penggunaan input yang terendah untuk mencapai output tertentu. Efisiensi merupakan perbandingan output/input yang dikaitkan dengan standar kinerja atau target yang telah ditetapkan.

3. Efektivitas

Tingkat pencapaian hasil program dengan target yang ditetapkan. Secara sederhana efektivitas merupakan perbandingan outcome dengan output.

Manfaat yang diperoleh dari implementasi value for money pada organisasi sektor publik, antara lain:

1. Meningkatkan efektivitas pelayanan, dalam arti pelayanan yang diberikan tepat sasaran.

2. Meningkatkan mutu pelayanan

3. Menurunkan biaya pelayanan karena hilangnya inefisiensi dan terjadinya penghematan dalam penggunaan input.

4. Alokasi belanja yang lebih berorientasi pada kepentingan

5. Meningkatkan kesadaran akan uang sebagai akar pelaksanaan akuntabilitas.

2.1.9 Karakteristik Value for Money Audit

Audit kinerja yang meliputi audit ekonomi, efisiensi, dan efektivitas pada dasarnya merupakan perluasan dari audit keuangan dalam hal tujuan dan prosedurnya. Audit kinerja memfokuskan pemeriksaan pada tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian ekonomi yang menggambarkan kinerja entitas atau fungsi yang diaudit. Definisi audit kinerja adalah suatu proses sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara obyektif, agar dapat melakukan

(11)

penilaian secara independen atas ekonomi dan efisiensi operasi, efektivitas dalam pencapaian hasil yang diinginkan, dan kepatuhan terhadap kebijakan, peraturan dan hukum yang berlaku, menentukan keseuaian antara kinerja yang telah dicapai dengan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya, serta mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak pengguna laporan tersebut.

Hal yang membedakan value for money audit dengan konvensional audit adalah dalam hal laporan audit. Dalam audit yang konvensional, hasil audit adalah berupa pendapat (opini) auditor secara indenpenden dan obyektif tentang kewajaran laporan keuangan sesuai dengan kriteria standar yang telah ditetapkan, tanpa pemberian rekomendasi perbaikan. Sedangkan value for money audit tidak sekedar menyampaikan kesimpulan berdasarkan tahapan audit yang telah dilaksanakan, akan tetapi juga dilengkapi dengan rekomendasi untuk perbaikan di masa mendatang.

2.1.10 Audit Ekonomi dan Efisiensi

Ekonomi dalam hal ini mengacu pada biaya terendah, sedangkan efisiensi mengacu pada rasio terbaik antara output dengan biaya (input). Karena output dan biaya diukur dalam unit yang berbeda, maka efisiensi dapat terwujud ketika dengan sumber daya yang ada dapat dicapai output yang maksimal atau output tertentu dapat dicapai dengan sumber daya yang sekecil-kecilnya. Untuk dapat mengetahui apakah organisasi telah menghasilkan output yang telah dicapai maka pada periode yang bersangkutan dapat dilakukan dengan menetapkan :

1. Standar yang telah ditetapkan sebelumnya 2. Kinerja tahun-tahun sebelumnya

(12)

3. Unit lain pada organisasi yang sama atau pada organisasi yang berbeda.

Audit ekonomi dan efisiensi bertujuan untuk menentukan :

1. Apakah suatu entitas telah memperoleh, melindungi, dan menggunakan sumber dayanya secara ekonomis dan efisien.

2. Penyebab terjadinya praktik-praktik yang tidak ekonomis atau tidak efisien, termasuk ketidakmampuan organisasi dalam mengelola sistem informasi, prosedur administrasi, dan struktur organisasi .

The General Accounting Office Standards (1994) dalam Mardiasmo

(2002:181), menegaskan bahwa audit ekonomi dan efisiensi dilakukan dengan mempertimbangkan apakah entitas yang diaudit telah :

1. Mengikuti ketentuan pelaksanaan pengadaan yang sehat.

2. Melakukan pengadaan sumber daya sesuai dengan kebutuhan pada biaya terendah.

3. Melindungi dan memelihara semua sumber daya yang ada secara memadai.

4. Menghindari duplikasi pekerjaan atau kegiatan yang tanpa tujuan atau kurang jelas tujuannya.

5. Menghindari adanya pengangguran sumber daya atau jumlah pegawai yang berlebihan.

6. Menggunakan prosedur kerja yang efisien.

7. Menggunakan sumber daya yang minimum dalam menghasilkan atau menyerahkan barang atau jasa dengan kuantitas dan kualitas yang tepat.

8. Mematuhi persyaratan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan perolehan, pemeliharaan, dan penggunaan sumber daya negara.

(13)

9. Melaporkan ukuran yang sah dan dapat dipertanggungjawabkan mengenai kehematan dan efisiensi.

Mahsun (2006:186) mengemukakan bahwa audit ekonomi dapat mengukur tingkat kehematan yang dilakukan oleh organisasi sektor publik. Pengukuran tingkat ekonomi memerlukan data-data anggaran biaya dan realisasi biaya. Teknik analisis yang digunakan untuk mengukur audit ekonomi adalah perbandingan antara input dengan input value yang dinyatakan dalam satuan moneter.

Audit ekonomi = 100%

e Input valu

Input

x

Adapun kriteria ekonomi kinerja keuangan untuk menggambarkan tingkat ekonomi suatu organisasi sektor publik sesuai dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri (Kepmendagri) Nomor 690.900.327 Tahun 1996, dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut ini :

Tabel 2.1 Kriteria Ekonomi Kinerja Keuangan

Persentase Kinerja Keuangan Kriteria

100%-keatas Sangat Ekonomis

90%-100% Ekonomis

80%-90% Cukup Ekonomis

60%-80% Kurang Ekonomis

Kurang dari 60% Tidak Ekonomis

Sumber : Kepmendagri No. 600.900-327 Tahun 1996

Menurut Mardiasmo (2002:4) audit efisiensi dinyatakan dalam formulasi rasio efisiensi yaitu rasio yang menggambarkan perbandingan besarnya biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan dengan realisasi pendapatan yang diterima.

(14)

Rasio efisiensi = 100% PAD

penerimaan Realisasi

PAD memungut untuk

n dikeluarka yang

Biaya

x

Semakin kecil rasio efisiensi berarti kinerja pemerintah daerah semakin baik. Adapun kriteria efisiensi penilaian kinerja keuangan sesuai dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri (Kepmendagri) Nomor 690.900-327 Tahun 1996, dapat dilihat pada Tabel 2.2 berikut :

Tabel 2.2 Kriteria Efisiensi Kinerja Keuangan

Persentase Kinerja Keuangan Kriteria

100% - keatas Tidak efisien

90% - 100% Kurang efisien

80% - 90% Cukup efisien

60% - 80% Efisien

Kurang dari 60% Sangat efisien Sumber : Kepmendagri No. 600.900-327 Tahun 1996

2.1.11 Audit Efektivitas

Efektivitas berkaitan dengan pencapaian tujuan. Menurut Audit Commision (1986) dalam Mardiasmo (2002:182), efektivitas berarti menyediakan jasa-jasa yang benar sehingga memungkinkan pihak yang berwenang untuk mengimplimentasikan kebijakan dan tujuannya. Adapun tujuan pelaksanaan audit efektivitas atau audit program adalah :

1. Menilai tujuan program, baik yang baru maupun yang sudah berjalan, apakah sudah memadai dan tepat.

2. Menentukan tingkat pencapaian hasil oleh suatu program yang diinginkan.

3. Menilai efektivitas program dan atau unsur-unsur program secara terpisah atau sendiri-sendiri.

(15)

4. Mengidentifikasi faktor yang menghambat pelaksanaan kinerja yang baik dan memuaskan.

5. Menentukan apakah manajemen telah mempertimbangkan alternatif untuk melaksanakan program yang mungkin dapat memberikan hasil yang lebih baik dan dengan biaya yang lebih rendah.

6. Menentukan apakah program tersebut saling melengkapi, tumpang tindih, atau bertentangan dengan program lain yang terkait.

7. Mengidentifikasi cara untuk dapat melaksanakan program tersebut dengan lebih baik.

8. Menilai ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku untuk program tersebut.

9. Menilai apakah system pengendalian manajemen sudah cukup memadai untuk mengukur, melaporkan, dan memantau tingkat efektivitas program.

10. Menentukan apakah manajemen telah melaporkan ukuran yang sah dan dapat dipertanggungjawabkan mengenai efektivitas program.

Teknik analisis yang digunakan untuk mengukur tingkat efektivitas adalah rasio efektivitas. Abdul Halim (2002:129), menegaskan bahwa rasio efektivitas menggambarkan kemampuan pemerintah daerah dalam merealisasi PAD yang direncanakan dibandingkan dengan target yang ditetapkan berdasarkan potensi riil daerah.

Rasio efektivitas = 100%

ditetapkan yang

PAD penerimaan Target

PAD Penerimaan Realisasi

x Semakin besar rasio efektivitas, menggambarkan kemampuan daerah yang semakin baik. Sesuai dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri nomor 600.900-

(16)

327 Tahun 1996 tentang pedoman penilaian kinerja keuangan, maka kriteria efektivitas kinerja keuangan dapat dilihat pada tabel 2.3 berikut.

Tabel 2.3 Kriteria Efektivitas Kinerja Keuangan

Presentase Kinerja Keuangan Kriteria

Diatas 100% Sangat Efektif

90%-100% Efektif

80%-90% Cukup Efektif

60%-80% Kurang Efektif

Kurang dari 60% Tidak Efektif

Sumber: Kepmendagri No.600.900-327 Tahun 1996

2.1.12 Kategori Kegiatan Value for Money Audit

Mardiasmo (2002:184), menyebutkan bahwa Value For Money Audit mempunyai tiga kategori kegiatan, yaitu:

1. By-product VFM work

Pekerjaan value for money audit yang merupakan tujuan sekunder di samping pekerjaan-pekerjaan utama yang lebih penting, pekerjaan ini biasanya kurang terstruktur dibandingkan dengan tugas atau kegiatan yang lainnya. Tipe pekerjaan ini biasanya berupaya untuk mencari penghematan-penghematan dengan jalan melakukan sedikit perubahan dalam praktik kerja. Perubahan yang dilakukan mungkin hanya sebagian kecil tapi seringkali memiliki manfaat yang substansial.

2. An Arrangement Review

Pekerjaan value for money audit yang dilakukan untuk menjamin atau memastikan bahwa klien telah melakukan tugas administrasi yang diperlukan

(17)

untuk mencapai value for money audit. Dalam organisasi yang memberikan jasa yang kompleks, operasi yang ekonomis, efisien, dan efektif hanya dapat dilakukan jika terdapat serangkaian peraturan formal untuk mengontrol penggunaan sumber daya. Auditor dapat mengecek dan menilai keberadaan peraturan formal semacam ini. Arrangement review akan memberikan gambaran bagi auditor untuk me-review kinerja dan me-review jasa-jasa tertentu atau khusus.

3. Performance Review

Pekerjaan yang dilakukan untuk menilai secara obyektif value for money yang telah dicapai oleh klien dan membandingkannya dengan kriteria (pembanding) yang valid. Penilaian terhadap kinerja klien dapat dilakukan dengan membandingkan hasil yang telah dicapai dengan kinerja masa lalu, target yang telah ditetapkan sebelumnya atau kinerja organisasi sejenis lainnya.

2.1.13 Pengukuran Value for Money

Kriteria pokok yang mendasari pelaksanaan manajemen publik dewasa ini adalah ekonomi, efisiensi, efektivitas, transparasi dan akuntabilitas publik. Tujuan yang dikehendaki oleh masyarakat mencakup pertanggung jawaban mengenai pelaksanaan value for money, yaitu : ekonomis (hemat cermat) dalam pengadaan sumber dan alokasi sumber daya dalam arti penggunaannya diminimalkan dan hasilnya dimaksimalkan serta efektif (berhasil guna) dalam arti mencapai tujuan dan sasaran.

(18)

Agar dalam menilai kinerja organisasi dapat dilakukan secara obyektif, maka diperlukan indikator kinerja, yang terkait pada efisiensi kerja dan kualitas pelayanan. Sementara itu, kualitas terkait dengan kesesuaian dengan maksud dan tujuan (fitness for purpose), konsistensi dan kepuasan publik (public satisfaction).

Kepuasan masyarakat dalam konteks tersebut dapat diartikan dengan semakin rendahnya keluhan dari masyarakat.

2.1.14 Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) Tahun 2005

Menurut SAP Tahun 2005, komponen-komponen yang terdapat dalam suatu set laporan keuangan pokok adalah:

1. Laporan realisasi anggaran 2. Neraca

3. Laporan arus kas

4. Catatan atas laporan keuangan

SAP adalah prinsip-prinsip yang diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah. SAP diperlukan dalam rangka penyusunan laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD berupa laporan keuangan.

Komponen-komponen laporan keuangan tersebut disajikan oleh setiap entitas pelaporan, kecuali laporan arus kas yang hanya disajikan oleh unit yang mempunyai fungsi pembendaharaan.

2.1.15 Pengertian Laporan Realisasi Anggaran

(19)

Laporan Realisasi Anggaran (LRA) merupakan salah satu komponen laporan keuangan pemerintah yang menyajikan informasi tentang realisasi dan anggaran entitas pelaporan secara tersanding untuk suatu periode tertentu.

Penyandingan antara anggaran dan realisasi menunjukkan tingkat capaian target- target yang telah disepakati antara legislatif dan eksekutif sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Informasi tersebut berguna bagi para pengguna laporan dalam mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber-sumber daya ekonomi, akuntabilitas, dan ketaatan entitas pelaporan terhadap anggaran.

APBD terdiri dari anggaran pendapatan, belanja, dan pembiayaan.

Pendapatan adalah semua penerimaan kas umum daerah yang menambah ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang menjadi hak pemerintah dan tidak perlu dibayar lagi oleh pemerintah. Belanja adalah semua pengeluaran kas umum kas daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah. Pembiayaan (financing) adalah setiap penerimaan yang dibayar perlu kembali dan atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya, yang dalam penganggaran pemerintah terutama dimaksudkan untuk menutup defisit atau memanfaatkan surplus anggaran.

Pendapatan dipungut berdasarkan Undang-Undang. Oleh karena itu jenis pendapatan yang dipungut dan atau diterima pemerintah daerah harus sesuai dengan Undang-Undang. Belanja mencakup seluruh jenis belanja sebagaimana

(20)

diatur dalam peraturan perundang-undangan. Pembiayaan mencakup seluruh transaksi penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan.

Tujuan yang ingin dicapai dalam penyusunan Laporan Realisasi Anggaran yaitu :

1. Menetapkan dasar-dasar penyajian Laporan Realisasi Anggaran untuk pemerintah dalam rangka memenuhi tujuan akuntabilitas sebagaimana ditetapkan oleh peraturan-perundang-undangan.

2. Memberikan informasi tentang realisasi dan anggaran entitas pelaporan secara tersanding.

2.1.16 Manfaat Informasi Realisasi Anggaran

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintah, manfaat yang diperoleh dari pemberian informasi mengenai realisasi anggaran, yaitu :

1. Menyediakan informasi mengenai realisasi pendapatan, belanja, surplus/defisit, dan pembiayaan dari suatu entitas pelaporan yang masing-masing diperbandingkan dengan anggarannya. Informasi tersebut berguna bagi para pengguna laporan dalam mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber- sumber daya ekonomi, akuntabilitas dan ketaatan entitas pelaporan terhadap anggaran dengan :

a. Menyediakan informasi mengenai sumber, alokasi, dan penggunaan sumber daya ekonomi.

(21)

b. Menyediakan informasi mengenai realisasi anggaran secara menyeluruh yang berguna dalam mengevaluasi kinerja pemerintah dalam hal efisiensi dan efektivitas penggunaan anggaran.

2. Menyediakan informasi yang berguna dalam memprediksi sumber daya ekonomi yang akan diterima untuk mendanai kegiatan pemerintah pusat dan daerah dalam periode mendatang dengan cara menyajikan laporan secara komparatif. Laporan Realisasi Anggaran dapat menyediakan informasi kepada para pengguna laporan tentang indikasi perolehan dan penggunaan sumber daya ekonomi :

a. Telah dilaksanakan secara efisien, efektif, dan hemat

b. Telah dilaksanakan sesuai dengan anggarannya (APBN/APBD), dan c. Telah dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

2.1.17 Pengertian Pajak

Salah satu usaha untuk mewujudkan kemandirian suatu bangsa atau negara dalam pembiayaan pembangunan adalah dengan menggali sumber dana yang berasal dari dalam pembangunan yang berguna bagi kepentingan bersama.

Definisi mengenai pajak yang diberikan oleh Prof. Dr. Rochmat Soemitro. SH, di dalam Mardiasmo (2002:1) adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang dapat langsung ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

Dari definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa pajak memiliki unsur- unsur :

(22)

1. Iuran dari rakyat kepada negara.

2. Berdasarkan Undang-Undang.

3. Tanpa jasa timbal atau kontraprestasi dari negara yang secara langsung dapat ditunjuk.

4. Digunakan untuk membiayai rumah tangga negara yakni pengeluaran- pengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat luas.

2.1.18 Penggolongan Jenis Pajak

Mardiasmo (2002:5) jenis-jenis pajak dapat digolongkan menjadi 3 golongan :

1. Menurut Golongannya

a. Pajak langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh Wajib Pajak dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain.

b. Pajak tidak langsung, yaitu pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain.

2. Menurut Sifatnya

a. Pajak Subyektif, yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subyeknya, dalam arti memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak.

b. Pajak Obyektif, yaitu pajak yang berpangkal pada obyeknya, tanpa memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak.

3. Menurut lembaga pemungutnya

a. Pajak Pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara.

(23)

b. Pajak Daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah.

2.1.19 Pengertian Pajak Daerah

Mardiasmo (2002:98) pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepala daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang.

Yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah. Seperti halnya dengan pajak, pajak daerah mempunyai peranan ganda yaitu sebagai sumber pendapatan daerah (budgetary) dan sebagai alat pengatur (regulator). Dalam hal tertentu suatu jenis pajak dapat lebih bersifat sebagai sumber pendapatan daerah, tetapi dapat pula suatu jenis pajak tertentu lebih merupakan alat mengatur alokasi dan distribusi suatu daerah atau wilayah tertentu.

Erly Suandi (2001:143), menjelaskan bahwa pajak daerah yang selanjutnya disebut pajak, adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan, kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang. Menurut Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 yang diubah menjadi Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, pengertian pajak daerah adalah pajak yang dipungut oleh daerah berdasarkan peraturan pajak yang telah ditetapkan oleh daerah (melalui Perda) untuk kepentingan pembayaran rumah tangga pemerintah daerah. Dimana yang dimaksud dengan daerah yaitu

(24)

daerah yang berhak mengurus rumah tangganya sendiri (daerah otonom), yang dibagi menjadi daerah provinsi dan daerah kabupaten atau kota.

Tujuan dari dikeluarkannya undang-undang tersebut adalah untuk menyederhanakan berbagai pungutan daerah dalam rangka mengurangi ekonomi biaya tinggi, menyederhanakan sistem dan administrasi perpajakan dan retribusi daerah untuk memperkuat fondasi penerimaan daerah, dengan mengefektifkan jenis pajak dan retribusi tertentu yang potensial. Sesuai dengan Undang-Undang tersebut, yang diatur lebih lanjut melalui PP No. 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah, maka pajak daerah digolongkan menjadi 2 macam, yaitu :

1. Pajak Propinsi, terdiri dari :

a. Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air

b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor

d. Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan 2. Pajak Kabupaten/Kota, terdiri dari :

a. Pajak Hotel b. Pajak Restoran c. Pajak Hiburan d. Pajak Reklame

e. Pajak Penerangan Jalan

f. Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C g. Pajak Parkir

(25)

2.1.20 Pengertian Pajak Hotel dan Restoran

Menurut Hotel Proprietors Act, 1956 dalam Ratna Sari,dkk, (2004:5) pengertian hotel adalah suatu perusahaan yang dikelola oleh pemiliknya dengan menyediakan makanan, minuman dan fasilitas kamar untuk tidur kepada orang- orang yang sedang melakukan perjalanan dan mampu membayar dengan jumlah yang wajar sesuai dengan pelayanan yang diterima tanpa adanya perjanjian khusus. Perjanjian khusus yang dimaksud adalah perjanjian seperti membeli barang yang disertai dengan perundingan-perundingan sebelumnya.

Menurut Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten Badung No.20 Tahun 2001 tentang Pajak Hotel, yang dimaksud dengan hotel adalah bangunan yang khusus disediakan bagi orang untuk menginap atau istirahat, memperoleh pelayanan atau fasilitas lainnya dengan dipungut bayaran atau yang seharusnya dibayar, termasuk bangunan lainnya yang menyatu, termasuk rumah sewa atau kos dan atau yang diperuntukkan untuk itu kecuali pertokoan atau perkantoran.

Sulastiyono (1999:300) menyebutkan bahwa pengertian restoran adalah ruangan atau tempat dengan segala fasilitasnya dalam menyediakan makanan dan minuman serta pelayanannya yang disesuaikan dengan permintaan pelanggan atau konsumen. Sedangkan sesuai dengan Perda Kabupaten Badung Nomor 21 Tahun 2001 tentang Pajak Restoran, yang dimaksud dengan restoran adalah tempat menyantap makanan dan/atau minuman yang disediakan dengan dipungut bayaran, termasuk penyediaan penjualan makanan atau minuman yang diantar atau dibawa pulang.

(26)

Pajak Hotel dan Pajak Restoran adalah iuran wajib yang dikenakan oleh pemerintah daerah kepada hotel dan restoran sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang ada. Pajak yang dikenakan kepada hotel dan restoran berdasarkan obyek dapat dibedakan menjadi 7, yaitu :

1. Pajak Hotel Bintang 1 2. Pajak Hotel Bintang 2 3. Pajak Hotel Bintang 3 4. Pajak Hotel Bintang 4 5. Pajak Hotel Bintang 5 6. Pajak Hotel Non Bintang 7. Pajak Restoran

2.1.21 Sistem Pemungutan Pajak Hotel dan Restoran

Menurut Perda, sistem pemungutan PHR tidak dapat dilakukan secara langsung oleh Pemerintah daerah (Pemda) melainkan oleh kasir rumah makan atau penginapan bersama-sama pembayaran makanan atau atas pelayanan jasa penginapan.

Adapun cara pemungutannya yaitu bersama-sama pembayaran makanan atau minuman atau jasa penginapan ditambah 10% (sepuluh persen). PHR yang dilimpahkan merupakan wewenang dan tanggung jawab Pemda untuk memungutnya yakni dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah (Dipenda), dimana wajib pajak melakukan pembayarannya di kas daerah atau pada bendaharawan khusus penerima Dipenda.

(27)

2.1.22 Penerimaan Pajak Hotel dan Restoran

Penerimaan PHR merupakan realisasi pendapatan PHR yang secara riil dapat dipungut setiap tahun oleh Dipenda selaku koordinator pengelola Pendapatan Asli Daerah (PAD). Untuk meningkatkan penerimaan PHR, Pemerintah daerah (Pemda) harus berupaya secara terus-menerus menggali dan meingkatkan sumber penerimaan PHR. Dalam rangka meningkatkan sumber penerimaan, perlu diukur kelayakannya agar pungutan yang dilakukan memiliki kesinambungan tanpa memperburuk alokasi sumber produksi dan selalu menciptakan keadilan. Untuk mengetahui sejauh mana sistem perpajakan daerah sudah baik atau belum, dapat dilihat dari kriteria yang dikemukakan oleh Smith (Mangkoesoebroto, 2001:214) sebagai berikut :

1. Distribusi dan beban pajak harus adil, dimana setiap orang harus membayar sesuai dengan bagian yang wajar.

2. Pajak harus sedikit mungkin mencampuri kegiatan ekonomi.

3. Pajak harus memperbaiki ketidakefisienan yang terjadi di sektor swasta.

4. Struktur pajak harus mampu digunakan dalam kebijaksanaan fiskal untuk tujuan stabilitasi dan pertumbuhan ekonomi.

5. Sistem pajak harus dimengerti oleh wajib pajak.

6. Administrasi pajak dan pelaksanaannya haruslah sesedikit mungkin.

7. Kepastian

8. Dapat dilaksanakan 9. Dapat diterima.

(28)

2.2 Pembahasan Hasil Penelitian Sebelumnya

Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Ni Nyoman Ari Maharani (2007) yang berjudul “Penilaian Kinerja Untuk Penerimaan Pajak Hotel Dan Restoran &

Pajak Reklame Berdasarkan Value For Money Audit Pada Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Badung Tahun 2001-2005. Penelitian ini membahas tentang penilaian kinerja Dipenda kabupaten Badung ditinjau dari sudut audit ekonomi, efisiensi dan efektivitas untuk penerimaan pajak hotel dan restoran & pajak reklame tahun anggaran 2001-2005. Adapun hasil penelitian ini adalah kinerja Dipenda Badung jika dilihat dari sudut ekonomi, tahun 2002, 2004, dan 2005 lebih ekonomis dari tahun 2001 dan 2003. Ditinjau dari sudut efisiensi tahun 2001 sampai dengan tahun 2005 adalah sangat efisien. Ditinjau dari sudut efektivitas, tahun 2001 sampai dengan 2005 adalah sangat efektif.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah sama-sama meneliti kinerja keuangan daerah dan sama-sama menggunakan konsep value for money, dengan variabel ekonomi, efisiensi dan efektivitas keuangan daerah, dan

obyek dan lokasi penelitiannya juga sama. Perbedaannya adalah pada penelitian ini selain menggunakan variabel ekonomi, efisiensi, dan efektivitas, juga digunakan variabel realisasi anggaran dan tidak terdapat pajak reklame sebagai obyek dalam penelitian ini.

Penelitian yang sejenis juga dilakukan oleh Cokorda Istri Natalia Dewi (2007) yang berjudul “Penilaian Kinerja Keuangan Berdasarkan Value For Money Untuk Penerimaan Pajak Dan Retribusi Daerah Pada Dinas Pendapatan Kota Denpasar Tahun Anggaran 2002-2006”, yang membahas tentang penilaian kinerja

(29)

Dipenda kota Denpasar ditinjau dari sudut audit ekonomi, efisiensi dan efektivitas untuk penerimaan pajak dan retribusi daerah tahun anggaran 2002-2006. Hasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa jika ditinjau dari sudut ekonomi untuk penerimaan pajak daerah pemerintah kota Denpasar tahun anggaran 2002-2006 adalah sangat ekonomis, yaitu rata-rata sebesar 104,35 persen, sedangkan untuk penerimaan retribusi daerah tahun 2002-2006 juga sangat ekonomis yaitu sebesar 105,40 persen. Jika ditinjau dari sudut efisiensi untuk penerimaan pajak daerah yaitu sebesar 4,99 persen dan untuk penerimaan retribusi daerah sebesar 4,99 persen, yang artinya pengelolaan keuangan daerah pemerintah kota Denpasar sangat efisien, karena rasionya berada pada interval kurang dari 60 persen. Jika ditinjau dari sudut efektifitas pendapatan kota Denpasar tahun anggaran 2002- 2006 untuk penerimaan pajak daerah adalah rata-rata sebesar 104,34 persen dan untuk penerimaan retribusi daerah adalah rata-rata sebesar 105,41 persen. Hal ini berarti pemerintah kota Denpasar telah efektif dalam usaha merealisasikan anggaran yang direncanakan atau telah berhasil guna dalam pencapaian target.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah sama-sama meneliti kinerja keuangan daerah dan sama-sama menggunakan konsep value for money, dengan variabel ekonomi, efisiensi dan efektivitas keuangan daerah.

Perbedaannya adalah pada penelitian ini selain menggunakan variabel ekonomi, efisiensi, dan efektivitas, juga digunakan variabel realisasi anggaran, dan berbeda juga obyek dan lokasi penelitiannya. Obyek dalam penelitian sebelumnya adalah pajak dan retribusi daerah pada Dipenda kota Denpasar Tahun 2002-2006,

(30)

sedangkan dalam penelitian ini obyeknya adalah pajak hotel dan restoran pada Dipenda kabupaten Badung tahun anggaran 2006-2008.

Penelitian lainnya juga dilakukan oleh Komang Parwika Wini (2009) yang berjudul “Penilaian Kinerja Keuangan Pada Dinas Pendapatan Provinsi Bali Berdasarkan Value For Money Untuk Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor Dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (PKB DAN BBN-KB) Tahun 2003-2007”.

Penelitian ini membahas tentang penilaian kinerja Dinas Pendapatan Provinsi Bali ditinjau dari sudut audit ekonomi, efisiensi dan efektivitas untuk penerimaan pajak kendaraan bermotor dan bea balik nama kendaraan bermotor tahun 2003-2007.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan jika ditinjau dari sudut ekonomi, maka penerimaan PKB dan BBN-KB tahun 2003-2007 adalah tergolong ekonomis karena setiap tahunnya berturut-turut kurang dari 100 persen yaitu 85,49 persen, 92,9 persen, 96,97 persen, 94,3 persen, dan 97,36 persen. Ini menunjukkan Dinas Pendapatan Provinsi Bali telah mampu merealisasi biaya yang tidak melebihi anggaran. Jika ditinjau dari sudut efisiensi pada tahun 2003-2007 untuk penerimaan PKB dan BBN-KB tergolong sangat efisien karena nilai rasionya berada di bawah 60 persen. Jika ditinjau Dari sudut efektivitas untuk penerimaan PKB dan BBN-KB adalah tergolong sangat efektif dengan nilai rasio berada di atas 100 persen, walaupun masih banyak terdapat tunggakan pajak namun Dinas Pendapatan Provinsi Bali telah mampu mencapai penerimaan PKB dan BBN-KB melebihi target yang ditetapkan.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah sama-sama meneliti kinerja keuangan daerah dan sama-sama menggunakan konsep value for

(31)

money, dengan variabel ekonomi, efisiensi dan efektivitas keuangan daerah.

Perbedaannya adalah pada penelitian ini selain menggunakan variabel ekonomi, efisiensi, dan efektivitas, juga digunakan variabel realisasi anggaran, dan juga berbeda obyek dan lokasi penelitiannya. Obyek pada penelitian sebelumnya adalah pajak kendaraan bermotor dan bea balik nama kendaraan bermotor pada Dinas Pendapatan Provinsi Bali tahun 2003-3007.

Gambar

Tabel 2.1 Kriteria Ekonomi Kinerja Keuangan
Tabel 2.2 Kriteria Efisiensi Kinerja Keuangan
Tabel 2.3 Kriteria Efektivitas Kinerja Keuangan

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan menurut Saiful Bahri Djamarah (1994: 20-21) dalam bukunya Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru , bahwa prestasi adalah apa yang telah dapat diciptakan, hasil

Kuliah Kerja Nyata (KKN) adalah suatu bentuk pendidikan dengan cara memberikan pengalaman belajar kepada mahasiswa untuk hidup di tengah-tengah masyarakat di luar

Karakteristik laju respirasi produk pascapanen hortikultura segar beragam sesuai dengan stadia perkembangan dan pertumbuhan bagian tanaman yang dipanen tersebut..

Proses mendatangkan mahasiswa asing dan tenaga ahli asing untuk waktu tinggal < 120 hari dan tidak melakukan kegiatan penelitian di luar Kampus IPB atau di

Oleh karena itu, pendidik mesti terus berupaya untuk mengembangkan diri sendiri agar dalam menjalankan peran dan tugasnya dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam

Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1994 tentang Pemilikan Saham Dalam Perusahaan yang didirikan dalam Rangka Penanaman Modal Asing (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

Namun sistem yang ada pada perusahaan ini sangatlah rumit oleh karena itu hanya karyawan tertentu yang dapat mengakses system aplikasi ini, dimana ketika sparepart masuk ke gudang

Menurut Edwin (2002) menyatakan bahwa koloni yang terdapat dalam kefir grains mampu memproduksi beberapa vitamin yang sangat diperlukan tubuh seperti asam