• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGENDALIAN PERSEDIAAN KOMPONEN CIRCUIT BREAKER DENGAN KEBIJAKAN CAN- ORDER (STUDI KASUS : PT. E-T-A INDONESIA)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGENDALIAN PERSEDIAAN KOMPONEN CIRCUIT BREAKER DENGAN KEBIJAKAN CAN- ORDER (STUDI KASUS : PT. E-T-A INDONESIA)"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

PENGENDALIAN PERSEDIAAN KOMPONEN CIRCUIT BREAKER DENGAN KEBIJAKAN CAN-

ORDER

(STUDI KASUS : PT. E-T-A INDONESIA)

Linda Fransiska 2507.100.022

Prof. Ir. I Nyoman Pujawan, M.Eng., Ph.D

(2)

Latar Belakang (1)

Sistem Produksi Assembly to Order

Modular/baugroup Variasi atau

konfigurasi yang dihasilkan banyak

Sering mengalami shortage akibat ketidaktersedianya

komponen

(3)

Latar Belakang (2)

Double

leadtime dalam pemesanan

komponen

Metode pengendalian persediaan min-

max

Besarnya biaya total persediaan

98% disupply dari Jerman

Dibutuhkan metode pengendalian persediaan

yang dapat menghemat biaya total persediaan

Joint

replenishment 

Can-order policy

(4)

Perumusan Masalah

Bagaimana merencanakan dan mengendalikan sistem persediaan komponen produk circuit breaker yang terpilih dengan kebijakan can-order dan menggunakannya dalam melakukan koordinasi

pemesanan sekelompok

komponen

(5)

Tujuan Penelitian

Menghasilkan rancangan sistem

persediaan dengan kebijakan can-order terhadap komponen produk circuit breaker yang terpilih

Mengevaluasi apakah sistem persediaan dengan kebijakan can-order dapat

memberikan perbaikan terhadap sistem

yang ada pada PT. E-T-A Indonesia

(6)

Batasan

• Tidak

mempertimbangka n komponen drath serta band

1

• Data yang

digunakan adalah data selama

periode 48 minggu, yaitu Oktober 2009 sampai Desember

2 2010

• Tidak terjadi perubahan kebijakan pengendalian persediaan pada perusahaan selama penelitian dilakukan

3

Asumsi

Ruang Lingkup

1. Lead time pengiriman

komponen bersifat tetap

2. Biaya penyimpanan

yaitu sebesar 25% dari

unit cost per komponen

(7)

Manfaat Penelitian

Memberikan masukan terhadap perusahaan

dalam proses pengambilan keputusan yaitu

dalam hal pengendalian persediaan

(8)

Tinjauan Pustaka (1)

Teori Persediaan

Manajemen Persediaan Persediaan dalam perusahaan yang berbasis assemble-to- order yaitu produk diassembly dari komponen maupun modular- modular yang telah distandarkan (Smith, 1989).

 Inventory finished good tidak ada pada perusahaan jenis ini karena masing-masing produk memiliki feature yang unik dan banyak tergantung pada permintaan dari pihak customer (Smith, 1989).

 Manajemen persediaan merupakan suatu kebijakan, prosedur, dan teknik yang digunakan dalam menjaga jumlah optimal dari setiap item persediaan (Smith, 1989).

Tujuan manajemen persediaan yaitu memaksimumkan customer

service fill rate , mengoptimumkan investasi inventori, dan

merencanakan strategi low-cost plant operation (Smith, 1989).

(9)

Tinjauan Pustaka (2)

Joint

Replenishment

Can-Order Policy

Silver (1974)

Kebijakan joint replenishment dilakukan perusahaan untuk menghemat beberapa biaya tertentu

diantaranya adalah biaya pemesanan dan beberapa biaya teknis lainnya

Kebijakan can-order yaitu dimana proses melakukan order ketika

item i sudah mencapai atau dibawah titik s, dan item lain j yang

berada pada tingkat can-order (c) juga diikutsertakan dalam

pemesanan hingga persediaan mencapai titik S

(10)

Tinjauan Pustaka (3)

INITIALIZATION

Si=(EOQ)i………...…i=1,2,….,n ci=0………...…i=1,2,….,n i=0

i=i+1

Rate of opportunities (μi) for replenishment of item i at the

“line cost a” is given by the expected number of orders triggered per unit time by all others item

Compute best values of Si and ci

i=n

A No Yes

(11)

Tinjauan Pustaka (3)

Is current Si=Si on the last cycle & ci=ci

on the last cycle, for all i?

Has EC dropped by less than x%

from last cycle?

i=o

Computing s(i), S(i), c(i) A

Yes

No

No Yes

Yes

Sumber : Silver (1974)

(12)

Tinjauan Pustaka (6)

Balintfy (1964)

Orang pertama yang menggunakan kebijakan can-order untuk joint replenishment.

Perbandingan biaya dan keputusan yang sederhana ditunjukkan untuk joint versus pemesanan individu. Kebijakan yang digunakan yaitu “random joint order policy” dengan hasil reorder range yang optimal.

Silver (1974)

Menyusun algoritma untuk menentukan parameter can-order policy dengan mengasumsikan demand berdistribusi poisson dan lead time konstan. Penelitian tersebut membandingkan individual replenishment dengan joint replenishment dan hasilnya adalah menghasilkan saving biaya sebesar 18,8%

Johansen, et al. (2003)

Meneliti tentang permasalahan stochastic joint replenishment. Penelitian tersebut membandingkan kebijakan replenishment secara periodik dan kebijakan can-order.

Metode yang digunakan adalah markov decision theory.

Tsai, et al. (2009)

Meneliti tentang model kebijakan can-order policy dimana model tersebut akan diujikan kepada sekelompok item yang sebelumnya telah diklusterkan ke dalam kelompok- kelompok tertentu. Model yang dipakai oleh Tsai, et al. tersebut mengacu pada model yang dibuat oleh silver (1974)

Melchiors (2002)

menunjukkan metode baru untuk menghitung kebijakan can-order, metodenya berdasarkan pada compasation approach, dimana item yang menempati order mendapat kompensasi dari item lain yang menguntungkan dari kesempatan order.

Muga (2002)

Metode yang digunakan yaitu mengacu pada jurnal Internasional oleh Malchiors (2002), parameter yang digunakan diasumsikan berdistribusi poisson sehingga dalam

melakukan simulasi data yang digunakan tidak berasal dari pengujian distribusi

Irfan (2011)

Metode yang digunakan yaitu mengacu pada jurnal Internasional oleh Malchiors (2002), untuk komponen dengan studi kasus di PT. PJB, Simulasi digunakan untuk mencari kombinasi (s,c,S) yang dapat meminimasi total cost

(13)

Identifikasi dan Perumusan Masalah

Penentuan Tujuan Penelitian

-Konsep Inventory Management - Konsep Periodic Review

- Konsep Continuous Review - Konsep Can-Order Policy

Studi Literatur

-Data karakteristik masing-masing komponen meliputi lead time pengiriman, frekuensi pemakaian, harga beli tiap komponen - Data biaya-biaya yang terkait

Pengumpulan Data

A

Tahap

Pengumpulan Data

- Memahami proses bisnis planning and purchasing di Departemen Material Handling

- Memahami proses pengadaan dan pengelolaan material komponen

Studi Lapangan

Metodologi Penelitian (1)

Tahap Identifikasi

Masalah

(14)

Metodologi Penelitian (2)

Analisis dan Intepretasi Data

Pengambilan Kesimpulan dan Saran A

Tahap Analisis dan Pembahasan Tahap Pengolahan

Data

Tahap Penarikan Kesimpulan dan Saran

- Pengujian distribusi permintaan - Perhitungan dengan menggunakan kebijakan can-order

- Simulasi kebijakan can-order dan existing replenishment system

Pengolahan Data

(15)

Pengolahan Data

No Art. -No λ Ak ai vi Pi L r

1 X21082758A 7 855400 92,55 4627,70 0,95 0,166667 0,25 2 X22210101 72 855400 164,79 8239,60 0,95 0,166667 0,25 3 X22210155 55 855400 107,13 5356,44 0,95 0,166667 0,25 4 X22210202 22 855400 78,04 3902,23 0,95 0,166667 0,25 5 X22210302 50 855400 187,67 9383,28 0,95 0,166667 0,25 6 Y30018301 Z 36 855400 4,16 208,24 0,95 0,166667 0,25

7 Y30344901 89 855400 0,20 10,16 0,95 0,166667 0,25

8 Y30459205 4 855400 4,31 215,67 0,95 0,166667 0,25

9 Y30459218 30 855400 30,86 1542,97 0,95 0,166667 0,25 10 X22215102 7 855400 129,92 6496,18 0,95 0,291667 0,25 11 X22218304 19 855400 73,42 3671,06 0,95 0,166667 0,25 12 X22218305 23 855400 132,71 6635,49 0,95 0,166667 0,25 13 X22218307 10 855400 73,48 3673,91 0,95 0,166667 0,25 14 X22218317 29 855400 73,34 3667,21 0,95 0,166667 0,25 15 X21124410 50 855400 79,64 3982,08 0,95 0,291667 0,25 16 X21124601 88 855400 83,61 4180,25 0,95 0,166667 0,25 17 X21124615 17 855400 74,95 3747,69 0,95 0,166667 0,25 18 X21124617 10 855400 70,37 3518,74 0,95 0,166667 0,25 19 X21124626 10 855400 82,38 4119,16 0,95 0,166667 0,25 20 X21124637 11 855400 79,66 3983,14 0,95 0,166667 0,25 21 X22186521 20 855400 93,55 4677,67 0,95 0,166667 0,25 22 Y30476901 1 855400 5,39 269,52 0,95 0,291667 0,25 23 Y30703601 23 855400 9,87 493,45 0,95 0,291667 0,25 24 Y30803301 20 855400 40,00 2000,00 0,95 0,291667 0,25 25 Y30229202 13 855400 2,87 143,45 0,95 0,291667 0,25

No si ci Si

1 4 8 10

2 17 33 36

3 14 27 31

4 8 16 18

5 13 25 28

6 11 25 28

7 20 53 57

8 3 8 9

9 9 19 22

10 4 8 9

11 7 14 16

12 8 15 18

13 5 10 12

14 9 18 21

15 13 26 29

16 20 40 44

17 6 13 15

18 5 10 12

19 5 10 12

20 5 10 12

21 7 14 16

22 2 5 6

23 8 18 20

24 7 15 17

25 5 13 15

(16)

Pengolahan Data (2)

Simulasi Model Kebijakan Can-

Order

Skenario 0 (s,c,S) Skenario 1

(s,c,S+1) Skenario 2

(s,c,S+2) Skenario 3

(s,c,S+3) Skenario 4

(s,c,S+4) Skenario 5

(s,c,S+5)

(17)

Pengolahan Data (3)

Perbandingan Ordering Cost

Perbandingan Shortage Cost

Perbandingan Holding Cost Perbandingan

Total Cost

(18)

Analisis & Interpretasi Data

Can -order polic y Analisis

Simulasi Model Can-Order

C an -order policy

Analisis

Perbandingan Simulasi Model Can-Order dan Existing

System

(19)

Kesimpulan

1. Komponen circuit breaker yang dapat dilakukan pemesanan dengan menggunakan metode can-order adalah komponen yang dipesan pada supplier yang sama

2. Model kebijakan can-order lebih efisien untuk mengendalikan

persediaan komponen circuit breaker dengan saving sebesar 71,68%

dari total biaya persediaan

3. Service level komponen circuit breaker yang menggunakan model kebijakan can-order lebih tinggi dari eksisting sistem. Hal ini

dibuktikan dengan perbandingan komponen biaya persediaan. Biaya

holding meningkat 80,87% dari eksisting sistem dan biaya shortage

menurun 40,77% dari eksisting sistem

(20)

Saran

P erancangan decision support system (DSS) untuk pengendalian persediaan akan lebih memudahkan dalam melakukan pengerjaan menggunakan metode can-order

Metode kebijakan can-order baik untuk digunakan dalam pengendalian

sistem persediaan yang ada di PT. E-T-A Indonesia, hal ini cukup

beralasan dikarenakan metode ini mampu mengahasilkan

penghematan biaya persediaan yang cukup besar.

(21)

Daftar Pustaka (1)

• Balintfy, JL 1964, ‘On a basic class of multi-item inventory problem’, Management Science , vol. 10, no. 2, pp.287-297

• Guntoro, H 2009, Circuit breaker-sakelar pemutus tenaga/PMT-Bagian I, Diakses pada tanggal 19 Maret 2011, <http://dunia-

listrik.blogspot.com/2008/10/circuit-breaker-sakelar-pemutus.html>.

• Johansen, SG, and Melchiors, P 2003, ‘Can-order policy for the periodic- review joint replenishment problem’, Journal of the Operational Research Society , vol. 54, pp. 283-290

• Melchiors, P 2002, Calculating can-order policies for the joint replenishment problem by the compensation approach’, European Journal of Operational Research , vol. 141, pp. 587-595

• Muga, EC 2002, ‘Koordinasi Pemesanan pada Persediaan Spare part dengan Menggunakan Can-Ordering Policy (Studi Kasus di PT. United Tractor Tbk.

Cabang Surabaya) ’, Laporan Penelitian Tugas Akhir , Institut Teknologi

Sepuluh Nopember, Surabaya

(22)

Daftar Pustaka (2)

• Putra, IA 2011, ‘Pengendalian Spare part dengan Menggunakan Can-Order Policy Studi Kasus : PT. PJB Unit Pembangkit Gresik ’, Laporan Penelitian Tugas Akhir , Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya

• Silver, EA 1974, ‘A control systems for coordinated inventory replenishment, International Journal of Production , vol. 12, no. 6, pp. 647-671.

• Silver, EA dan Peterson, R 1998, Decision Systems for Inventory

Management and Production Planning, Edisi Kedua, John Wiley & Sons, Inc, New York.

• Smith, SB 1989, Computer-Based Production and Inventory Control, Prentice Hall, New Jearsey.

• Tersine, RJ 1994, Principles of Inventory and Materials Management, Edisi Keempat, Prentice Hall, Inc. USA.

• Tsai, CY, Tsai CY, and Huang PW 2009, ‘An association clustering algorithm

for can-order policies in the joint replenishment problem, International Journal

Production Economics , vol. 117, pp. 30-41

(23)

Referensi

Dokumen terkait

Mengetahui beban yang terjadi pada point lifting berdasarkan konfigurasi rigging dan beban tambah yang dikenakan akibat2.

Hasil analisis menurut Klassen Typology menunjukkan bahwa terdapat 3 (tiga) sektor yang maju dan tumbuh dengan pesat (Kuadran I), yaitu sektor Industri Pengolahan,

Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari tiga siklus yang berfungsi meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Fiqh di kelas IX A dengan

Penelitian ini bertujuan mengembangkan model kebijakan can order pada dua eselon rantai pasok yang terdiri dari satu vendor dan sejumlah retail dengan

Hasil penelitian ini mendukung temuan dari Wang and Yang (2008) dan Chih et al.(2013) menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara country

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan maka dapat diduga hasil belajar sikap sosial mata pelajaran IPS Terpadu siswa yang pembelajarannya menggunakan model

Masyarakat non-muslim di Provinsi Lampung terutama di Kabupaten Way Kanan mengonsumsi daging babi yang berasal dari peternakan babi (jenis babi.. 3 lokal dan

Oleh karena itu perlupembangunan terpadu yang ditujukan untuk memperkuat per an, ketahanan dan fungsi keluarga, sebagai unit terkecil dalam masyarakat agar keluaga dapat