• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. KATA PENGANTAR... ii. SAMBUTAN... iii. DAFTAR ISI... v

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. KATA PENGANTAR... ii. SAMBUTAN... iii. DAFTAR ISI... v"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

v DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

KATA PENGANTAR ... ii

SAMBUTAN ... iii

DAFTAR ISI ... v

PEMAKALAH KUNCI REVITALISASI TEKS-TEKS KEARIFAN LOKAL KEMARITIMAN UNTUK MEMBANGUN KEHIDUPAN BERMASYARAKAT, BERBANGSA, DAN BERNEGARA Darmoko ... 1

PEMAKALAH UTAMA SENI KELAUTAN MEMBANGUN HARMONISASI MANUSIA DENGAN ALAM I Gede Arya Sugiartha ... 15

STRATEGI MASYARAKAT NELAYAN KEDONGANAN MENGHADAPI KEMISKINAN Purwadi Soeriadiredja ... 22

PEMAKALAH PENDAMPING EKSISTENSI PURI AGUNG KARANGASEM DALAM DINAMIKA SOSIAL BUDAYA A.A.A Dewi Girindrawardani ... 41

VARIASI BAHASA SUNDA DI DAERAH PESISIR JABAR SELATAN Asri Soraya Afsari, Teddi Muhtadin ... 50

PERILAKU BUDAYA KESEHATAN DALAM PRAKTIK PERAWATAN KEHAMILAN DAN PERSALINAN PADA MASYARAKAT PESISIR DI MANGGARAI, NTT Bambang Dharwiyanto Putro ... 57

ANALISIS PEMAKAIAN RAGAM JURNALISTIK DI SMAN 1 ABIANSEMAL: KASUS MENULIS BERITA LANGSUNG I Gusti Ayu Agung Mas Triadnyani, Anak Agung Putu Putra, I Ketut Nama, Ni Putu N. Widarsini, Sri Jumadiah ... 67

(3)

vi

IDEOLOGI BUDAYA MARITIM DALAM PIDATO MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN

I Gusti Ayu Gde Sosiowati ... 73 CITRA DIRI PADA TEKS VERBAL MEDIA KAMPANYE PILGUB BALI I Gusti Ngurah Parthama, Ni Luh Kade Yuliani Giri ... 82 HEGEMONI BUDAYA DALAM PRAKTIK KEKUASAAN MARITIM I Ketut Darma Laksana ... 88 SITUS KAPAL U.S.A.T LIBERTY DI PANTAI TULAMBEN DALAM

PERSPEKTIF ARKEOLOGI MARITIM DAN PARIWISATA

I Ketut Setiawan ... 94 KECENDERUNGAN PEMAKAIAN BAHASA BALI SEBAGAI CERMIN IDENTITAS MASYARAKAT DI DAERAH PARIWISATA NUSA DUA I Made Rajeg, Ni Luh Sutjiati Beratha, Ni Wayan Sukarini ... 100 KERAS, KASAR, PEDAS, PENUH GAIRAH KARAKTERISTIK

MASYARAKAT PESISIR DALAM DRAMA ―MALAM JAHANAM‖

KARYA MOTINGGO BUSYE

I Made Suarsa ... 108 GAMBARAN PERJALANAN LAUT A.A. ISTRI AGUNG DAN

SUAMINYA DARI KARANGASEM KE JEMBRANA

I Made Suastika ... 114 PERAIRAN BALI SEBAGAI RUANG BUDAYA DAN PERADABAN

I Putu Gede Suwitha ... 120 MEMBANGUN KARAKTER BANGSA MELALUI PELESTARIAN DAN PENGIMPLEMENTASIAN NILAI BUDAYA: PERSPEKTIF

BUDAYA BALI

I Wayan Cika... 128 MELACAK KEBAHARIAN NUSANTARA BERDASARKAN

BUKTI-BUKTI ARKEOLOGIS

I Wayan Srijaya ... 135 REVOLUSI BIRU DAN HUMAN SECURITY NELAYAN DI KUSAMBA KLUNGKUNG

I Wayan Tagel Eddy, Anak Agung Ayu Rai Wahyuni ... 146 MEMAHAMI KATA TUGAS DALAM BAHASA INDONESIA DITINJAU DARI PELONCATAN KATEGORI DAN FUNGSI

I Wayan Teguh ... 156

(4)

vii

TERJEMAHAN ISTILAH KELAUTAN BAHASA INGGRIS KE DALAM BAHASA INDONESIA

Ida Ayu Made Puspani ... 163 FUNGSI DAERAH PESISIR DARI MASA KE MASA DI BALI

(KAJIAN KEPUSTAKAAN)

Ida Ayu Putu Mahyuni ... 172 SISTEM SEWA KONTRAK BERDASARKAN KURS DALAM NIAGA

BANDAR DI BULELENGBALI, PERTENGAHAN ABAD XIX

Ida Ayu Wirasmini Sidemen ... 178 FUNGSI MITOS BHATARA BAGUS BALIAN: PUTRA DEWA DAN PUTRI PENDETA

Ida Bagus Jelantik Sutanegara Pidada ... 186 KONTROVERSIAL PERDAGANGAN KERAMIK KUNO HASIL

PENGANGKUTAN DI LAUT CIREBON JAWA BARAT

Ida Bagus Sapta Jaya ... 197 WISATA BAHARI SEBAGAI DAYA TARIK OBYEK WISATA

POTENSIAL:STUDI KASUS PANTAI SANUR, DENPASAR SELATAN, KOTA DENPASAR-BALI

Ketut Darmana ... 203 PELATIHAN PENULISAN JURNALISTIK BAGI SISWA SMAN 1 KUTA SELATAN, KABUPATEN BADUNG

Ketut Riana, S.U, Putu Evi Wahyu Citrawati, I Nyoman Darma Putra,

Made Sri Satyawati, Wayan Teguh ... 212 MITOS TOKOH KEBO IWA DI PANTAI SOKA, TABANAN

Luh Putu Puspawati ... 218 PENGAMAN BATIN SEBAGAI SUMBER GAGASAN PENULISAN

KREATIF JURNALISTIK-SASTRA DI SMAN I PETANG KECAMATAN PETANG KABUPATEN BADUNG

Maria Matildis Banda, Ida Bagus Jelantik SP, I Made Suarsa,

Sri Jumadiah dan I Komang Paramartha ... 223 ASPEK MODAL DALAM PENULISAN KARYA SASTRA PRAGMATIS Maria Matildis Banda, Sri Jumadiah ... 232 AMA DAN EMANSIPASI WANITA

Ngurah Indra Pradhana ... 242 VARIASI POLA DESKRIPSI PADA ISTILAH BUDAYA BALI PADA TEKS BERBAHASA INGGRIS

Ni Ketut Alit Ida Setianingsih, I Gusti Ngurah Parthama ... 247

(5)

viii

PERDAGANGAN ANTAR PULAU OLEH MASYARAKAT BALI KUNO PADA ABAD IX-XIV MASEHI: KAJIAN EPIGRAFIS DAN TAPONIMI Ni Ketut Puji Astiti Laksmi, Kristiawan ... 253 REPRESENTASI BUDAYA JEPANG DALAM SAMPUL NOVEL TEENLIT INDONESIA

Ni Luh Putu Ari Sulatri, Ni Made Andry Anita Dewi ... 260 AKTIVITAS KEMARITIMAN PADA MASA BALI KUNA

Ni Luh Sutjiati Beratha, I Wayan Ardika... 266 PENGGUNAAN KENJŌGO MŌSHIWAKE ARIMASEN DAN MŌSHIWAKE GOZAIMASEN DALAM DRAMA BERBAHASA JEPANG

Ni Made Andry Anita Dewi, Silvia Damayanti ... 275 MENCERMATI KEHIDUPAN REMAJA BERMASALAH DI KOTA

DENPASAR-BALI

Ni Made Wiasti, Ni Luh Arjani, I Ketut Kaler ... 282 PENGAJARAN BERBASIS ICT UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBAHASA JEPANG MAHASISWA DALAM KELAS CHUJOKYU KAIWA (Studi Kasus Mahasiswa Sastra Jepang, Universitas Udayana)

Ni Putu Luhur Wedayanti, Choleta Palupi Titasari ... 289 BENTUK IKONIK KELAUTAN DALAM NOVEL SUARA SAMUDRA KARYA MARIA MATILDIS BANDA

Ni Putu N. Widarsini ... 294 TATA CARA PENULISAN DAN FUNGSI SURAT RESMI, SERTA

ANALISIS PERMASALAHAN DALAM PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA

Ni Wayan Arnati ... 301 PENINGGALAN ARKEOLOGI DI WILAYAH DESA ADAT KEMONING MERUPAKAN PENGARUH CORAK BUDAYA HINDU/INDIA SEBAGAI AKIBAT HUBUNGAN SECARA MARITIM

Ni Wayan Herawathi ... 318 PARIWISATA BUDAYA: MEWUJUDKAN PEMBANGUNAN BERIMBANG ANTARA PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN BALI

Nyoman Reni Ariasri ... 324 KEPERCAYAAN DALAM SIKLUS KEHIDUPAN PADA MASYARAKAT SUNDA PESISIR (KECAMATAN PAMEUNGPEUK, KABUPATEN GARUT, JAWA BARAT)

Risma Rismelati, Asri Soraya Afsari, Ayu Septiani ... 330

(6)

ix

JEJAK AWAL KEMARITIMAN PADA CADAS LIANG PU‘EN DI LEMBATA NTT

Rochtri Agung Bawono, Ni Ketut Puji Astiti Laksmi, Kristiawan, Coleta Palupi Titasari... 337 PURI TAMAN SABA : SIMBOLISASI PENDIDIKAN SENI BUDAYA BALI Sulandjari ... 343

(7)

Seminar Nasional Bahasa dan Budaya III 253 Denpasar, 25-26 September 2018

PERDAGANGAN ANTAR PULAU OLEH MASYARAKAT BALI KUNO PADA ABAD IX-XIV MASEHI:

KAJIAN EPIGRAFIS DAN TAPONIMI

Ni Ketut Puji Astiti Laksmi, Kristiawan ABSTRAK

Berdagang antar pulau merupakan salah satu mata pencaharian masyarakat pada masa Bali Kuno abad IX-XIV Masehi.Aktivitas berdagang antar pulau dapat dilakukan karenamasyarakat pada masa tersebut telah memiliki kemampuan dalam dalam membuat alat transportasi laut berupaperahu, jukung, talaka, dan lancang.Di dalam beberapa prasasti Bali Kuno menyebut tentang sekelompok orang yang tinggal di permukiman pesisir pantai dan bermatapencaharian sebagai pedagang serta mungkin sangat terkait dengan kegiatan pelabuhan.Di dalam prasasti disebut dengan istilah banigrama (saudagar laki-laki) dan bahinin banigrama (istri saudagar/saudagar wanita).

Kata Kunci :berdagang, prasasti, Bali kuno

I. PENDAHULUAN

Secara geografis Pulau Bali terletak bersebelahan dengan Pulau Jawa sehingga intensitas hubungan kedua pulau ini tampaknya telah berlangsung sangat intensif sejak lampau.Pada masa pleistosin dan holosin awal, Bali merupakan salah satu jembatan migrasi yang memudahkan manusia dan hewan menyeberang dari pulau Jawa ke kepulauan Nusa Tenggara.Akses hubungan antar pulau tersebut didukung oleh transportasi laut.Terbukanya pintu masuk ke Bali menyebabkan wilayah Bali mendapat pengaruh dan berkembang pesat baik di bidang pendidikan, perdagangan/perekonomian, politik, maupun kebudayaan.Prasasti Bali Kuno merupakan salah satu sumber data yang memberi informasi penting tentang aktivitas berdagang antar pulau khususnya oleh masyarakat Bali Kuno abad IX-XIV Masehi dengan daerah-daerah di sekitarnya.

Berdagang merupakan salah satu mata pencaharian masyarakat pada masa Bali Kuno abad IX-XIV Masehi. Pada dasarnya mekanisme perdagangan didorong oleh kebutuhan akan barang yang tidak didapatkan di suatu tempat, sementara di tempat lain terjadi kelebihan barang. Data tentang adanya aktivitas berdagang dapat diketahui dari beberapa istilah yang berkaitan dengan perdagangan yakni pken yang berarti ‗pasar‘, laganing pken yang berarti ‗cukai‘

(8)

254 Seminar Nasional Bahasa dan Budaya III Denpasar, 25-26 September 2018 atau ‗sewa pasar‘, pamahen pamli, pinta pamli, pinta panumbas yang berarti

‗iuran jual beli‘. Pada mulanya masyarakat Bali Kuno melakukan transaksi jual beli barang dengan daerah-daerah di sekitarnya, selanjutnya berkembang ke daerah-daerah yang lebih jauh.

Cara berdagang pada masa Bali Kuno abad IX-XIV Masehi ialah dengan cara tukar menukar atau barter trade dan dengan pembayaran menggunakan mata uang. Cara barter dikenal dengan istilah maurup-urup yakni menukarkan barang dagangan yang dimiliki oleh seseorang dengan barang dagangan orang lain,sedangkan transaksi dengan mata uang menggunakan satuan mata uang yang sering disebutkan dalam prasasti yaitu masu (masa suwarna), ma (masa/masaka),ku (kupang),dansa (saga).

Pada pembahasan selanjutnya akan dicoba untuk mengidentifikasi beberapa daerah dan pelabuhan yang kemungkinan dijadikan jalur masuk perdagangan pada masa Bali Kuno abad IX-XIV Masehi dengan menggunakan metode toponimi. Pemberian namatempat (desa dan pelabuhan) pada masa Bali Kuno abad IX-XIV Masehi oleh masyarakat berkaitan erat dengan penggunaan bahasa setempat atau bahasa daerah. Oleh karena itu, maka toponimi menjadi bagian penting untuk membuka tabir keberadaannya.Penyebutan toponim menunjuk pada suatu objek geografis tertentu serta bertujuan untuk komunikasi antar sesama manusia atau untuk acuan sehingga mudah dikenali. Metode toponimi, dipergunakan khususnya dalam usaha memperkuat pemahaman tentang nama tempat yang ditemukan di dalam prasasti dengan nama tempat yang sampai sekarang masih dikenal oleh masyarakat Bali. Hal ini dapat dilakukan karena prasasti-prasasti Bali Kuno abad IX-XIV Masehi menyebut nama wilayah disertai dengan unsur geografis seperti sungai, bukit, dan laut untuk mengidentifikasi lingkungan fisiknya.

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah prasasti-prasasti yang dikeluarkan pada masa Bali Kuno abad IX-XIV Masehi.Tahapan kerja berikutnya adalah pengolahan serta penganalisisan data.Pada tahap ini, data yang telah dikumpulkan dari prasasti diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.

Terjemahan kedalam bahasa Indonesia memberi peluang lebih besar dalam memahami isi atau makna yang terkandung di dalam prasasti. Kemudian data tersebut dianalisis atau dibahas lebih mendalam.Mengingat data tersebut

(9)

Seminar Nasional Bahasa dan Budaya III 255 Denpasar, 25-26 September 2018

merupakan data kualitatif, maka agar didapat pemahaman yang lebih komprehensif, dilakukan interpretasi atau penafsiran data.

II. PEMBAHASAN

2.1 Pelabuhan Pada Masa Bali Kuno Abad IX-XIV Masehi

Data prasasti mengindikasikan adanya sekelompok orang yang melakukan aktivitas berdagang antar pulau.Data tersebut ditunjukkan dengan adanya istilah banyaga, yang berarti saudagar atau pedagang.Istilah banyaga telah diketahui dari prasasti Bebetin AI (818 Śaka/896 Masehi).Berkenaan dengan perdagangan dalam prasasti tersebut, pada lempeng IIb baris 3-4 disebutkan sebagai berikut.

―anada tua banyaga turun ditu, peneken di hyangapi, parunggahna, ana mati ya tua banyaga, parduan drbyana prakara, ana cakcak lancangna kajadyan papagarangen kuta‖ (Goris, 1954a: 55)

Artinya :

Jika ada orang yang berniaga di sana, supaya persembahannya dihaturkan di Hyang Api. Apabila pedagang itu mati, hendaknya dibagi dualah semua harta miliknya.Bila perahunya rusak supaya (kayunya) dijadikan pagar benteng.

Berdasarkan prasasti tersebut juga dapat diketahui adanya sebuah desa bernama Desa Bharu, yang wilayah sebelah utaranya adalah lautan, timurnya Minanga, selatannya Bukit Manghadang, dan baratnya sungai Batang. Tukad (sungai) Batang kemungkinan adalah sungai Bangka yang berada dibarat Desa Kubutambahan sekarang, karena menurut Mardiwasito(1981) batang (watang) berarti bangkai atau mayat. Adapun bangka(bahasa Bali)berarti mati dan bangke berarti bangkai atau mayat. Sehingga nama sungai Batang dapat dipersamakan dengan namasungai Bangka yang ada sekarang. Sedangkan kata Minanga, juga bisa diartikan sungai. Dengan sendirinya berarti di sebelah timur desa Bharu juga terdapat sungai, yang kini dikenal oleh masyarakat sebagai sungai Aya. Adapun di bagian selatan desa Bharu adalah perbukitan.Berikut adalah kutipan prasasti Bebetin AI (896 M), yang memuat batas-batas wilayah Banwa(desa) Bharu beserta.

(10)

256 Seminar Nasional Bahasa dan Budaya III Denpasar, 25-26 September 2018

―simayangna hangga minanga kangin, hangga bukit manghandang kalod, hangga tukad batang karuh, hangga tasik kadya‖ (Goris, 1954 :54)

Artinya:

Batas-batasnya sampai di Minanga (bagian) timur, sampai di bukit Manghandang (bagian) selatan, sampai di sungai Batang (bagian) barat, sampai di laut (bagian) utara.

Berdasarkan kutipan diatas dapat diketahui bahwa daerah pantai di Banwa Bharu sering disinggahi banyaga (saudagar). Bahkan ada saudagar yang mati di sana dan perahu yang terdampar dan pecah akan dijadikan pagar. Menurut cerita masyarakat nelayan setempat,TukadAya pada masa lampau bisa dilalui perahu dari tepi pantai hingga bagian hulu bahkan sampai di selatan desa Kubutambahan sekarang.Oleh karena itu, maka wilayah yang dimaksudkan dengan Banwa Bharu kemungkinan adalah wilayah perkampungan nelayan yang sampai saat ini masih ada yakni di sebelah utara desa Kubutambahan pada hilir Tukad Aya, di Kabupaten Buleleng.

Di dalam Prasasti Sembiran B yang dikeluarkan pada tahun 951 Masehi menyebut tentang sekelompok orang yang tinggal di Desa Julah dan bermatapencaharian sebagai pedagang dan mungkin sangat terkait dengan kegiatan pelabuhan.Di dalam prasasti disebut dengan istilah banigrama (saudagar laki-laki) dan bahinin banigrama (istri saudagar/saudagar wanita).Berdasarkan prasasti Sembiran B itu pula dapat diketahui bahwa Desa Julah pada masa lalu telah terdapat pelabuhan laut.Pelabuhan tersebut sudah sangat ramai bahkan telah terjadi peristiwa perahu, jukung, talaka, lancang yang ditawan oleh masyarakat Julah.

Keterangan tentang permukiman di Desa Julahditemukan di dalam prasasti Sembiran AI (844 Śaka/922Masehi).Prasasti ini dikeluarkan oleh Raja Ugrasena.Berikut adalah batas-batas wilayah Desa Julah berdasarkan kutipan prasasti Sembiran AI.

―simayangna hangga air lutung karuh, hangga duri(lwa)rlwar kalod, hangga air hyang kangin, hanggaampuhan kadya‖ (Goris,1954 : 65)

Artinya:

Batas-batasnya, sampai Air Lutung (bagian) barat, sampai Duri Lwarlwar (bagian) selatan, sampai Air Hyang (bagian) timur, sampai laut (bagian) utara‖

(11)

Seminar Nasional Bahasa dan Budaya III 257 Denpasar, 25-26 September 2018

Situs Sembiran dan sekitarnya merupakan situs arkeologi yang cukup penting sebagai bukti permukiman di pesisir utara pulau Bali.Situs tersebut berasal dari 2000 tahun yang lalu.Di samping sebagai tempat bermukim situs Sembiran juga berfungsi sebagai tempat persinggahan atau pelabuhan bagi para pedagang dari luar Bali sejak awal masehi. Ekskavasi arkeologi yang dilakukan di situs Sembiran oleh I Wayan Ardika sejak tahun 1987 (Ardika 1988;1989) telah berhasil menemukan fragmen gerabah arikamedu India dengan pola hias rolet.

Berdasarkan prasasti Ujung (1040 M) disebutkannama desa Jung Hyang/Wujung Hyang. Batas-batas desa Jung Hyang adalah sebagai berikut.

―pinarimandala hinganya wetan hyang ngisung, batu mangalasa, hinganya lor lengajati, tka ri her lateng, batu palot hamikuk hangulon tka teja wurip, mwang her hajuling, tka ring her jaranga, hinganya kulon her jaranga, hinganya kidul sagara..‖ (Ardika, 1998:111-112)

Artinya:

Batas-batas (desanya) batas timurnya Hyang Ngisung, Batu Mangalasa, batas utaranya Lengajati, sampai di Her Lateng, Batu Palot berbelok ke barat sampai di Teja Wurip, dan Her Hajuling, sampai di Her Jaranga, batas baratnya Her Jaranga batas selatanya laut‖

Berdasarkan batas-batas desa Jung Hyang tersebut sangat mungkin adalah lokasi Desa Ujung di Kabupaten Karengasem sekarang.Desa Jung Hyang memiliki sebuah pelabuhan laut adapun kutipan prasastinya sebagai berikut.

―lawan yang hana kanya mare jawa, mare gurun saparananya mare desa tara desantara mamet ngalaparawu salwirnya, tan kna keramaning jung hyang…‖(Ardika, 1998:112)

Artinya :

Apabila ada penduduk desa yang hendak pergi berlayar ke Jawa, ke Lombok atau ke desa lainnya, tidak diperkenankan memakai perahu milik desa Jung Hyang.

Dengan adanya peraturan tersebut dapatlah ditafsirkan bahwa di Desa Jung Hyang pada masa yang lalu terdapat sebuah pelabuhan, yang bisa dipakai sebagai tempat untuk berangkat menuju ke daerah luar Bali (Jawa dan Gurun) atau sebagai pelabuhan lokal.

(12)

258 Seminar Nasional Bahasa dan Budaya III Denpasar, 25-26 September 2018 2.2 Alat Transportasi Laut Dan Komoditi Yang Diperdagangkan

Aktivitas berdagang antar pulau dilakukan dengan menggunakan alat transportasi berupaperahu, jukung, talaka,dan lancang. Kemahiran membuat alat transportasi laut dan sejenisnya merupakan petunjuk bahwa masyarakat Bali Kuno abad IX-XIV Masehiyang tinggal di daerah pesisir adalah masyarakat pelaut yang juga terlibat dalam pelayaran atau perdagangan antar pulau pada masa itu.

Barang-barang yang diperdagangkan pada masa itu antara lain minyak kelapa, beras, cabai, kacang hijau, wungkudu (bahan pewarna merah), kain laway (kain yang dipergunakan oleh kaum perempuan), wdihan (kain yang dipergunakan oleh kaum laki-laki), gulma, bawang merah, bawang putih, kesumba, dlag, kapas, sapi, kerbau, babi, kambing, dan barang-barang hasil kerajinan rumah tangga.

III. SIMPULAN

Aktivitas berdagang antar pulau oleh masyarakat Bali Kuno pada abad IX- XIV dengan daerah sekitarnya telah berlangsung secara intensif karena pada masa tersebut Bali khususnya Bali Utara posisinya sangat strategis secara geografis.Hal ini dibuktikan dengan adanya beberapa prasasti Bali Kuno yang menyebut daerah pelabuhan kuno sebagai pusat transfortasi laut yang menghubungkan masyarakat Bali Kuno dengan masyarakat di luar Pulau Bali.

DAFTAR PUSTAKA

Ardika, I Wayan & Sutjiati Beratha, Ni Luh. 1998. Perajin Pada Masa Bali Kuno Abad IX-XI. Denpasar: Fakultas Sastra Universitas Udayana.

Arsana, I Gusti Ketut Gde. 2014. ―Geografi dan Lingkungan Daerah Bali‖, Raja Udayana Warmadewa, Ardhana, I Ketut & Setiawan, I Ketut (ed.).

Denpasar : Pustaka Larasan.

Granoka, Ida Wayan Oka, dkk.1985. Kamus Bali Kuna-Indonesia. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Goris, DR. Roelof. 1954a. Prasasti Bali I. Bandung : NV. Masa Baru.

--- 1954b. Prasasti Bali II. Bandung : NV. Masa Baru.

Mardiwarsito. L. 1981. Kamus Bahasa Jawa Kuna-Indonesia. Flores : Nusa Indah

(13)

Seminar Nasional Bahasa dan Budaya III 259 Denpasar, 25-26 September 2018

Mundardjito. 1990. ‖Metode Penelitian Permukiman Arkeologi‖, Monument Karya Persembahan Untuk Prof. Dr.R Soekmono. Depok : Fakultas Sastra Universitas Indonesia.

Suarbhawa, I Gusti Made dan Sunarya, I Nyoman. 1998. ―Unsur Budaya Singasari pada Tinggalan Arkeologi di Bali‖, Forum Arkeologi. No. III.

Denpasar : Balai Arkeologi. Hal.72-85.

Suantika, I Wayan.1994-1995. ―Lokasi Beberapa Pelabuhan Laut di Bali Pada Masa Bali Kuna‖, Analisis Hasil Penelitian Arkeologi.Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Referensi

Dokumen terkait

Penerapan Buku Elektronik Merakit Personal Computer pada Instalasi Komponen PC dalam Model Pembelajaran Snowball Throwing.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Rancangan penelitian memuat suatu rencana tentang informasi yang relevan dengan kebutuhan penelitian. Berdasarkan dari jenis data, maka penelitian ini

Hasil evaluasi terhadap narasumber pelatihan menunjukkan bahwa lebih dari separuh peserta menyatakan narasumber pelatihan sangat baik, hal itu menggambarkan bahwa narasumber

Data sekunder merupakan sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada penulis, misalnya lewat komite sekolah, orang tua peserta didik atau dokumen-dokumen

Orientasi politik berkaitan dengan upaya menafsirkan tindakan politik atau peristiwa politik melalui suatu pencarian kebijakan yang tepat dalam mengatasi persoalan politik

Matematika apakah yang membuat Google bisa menghubungkan kita dengan website tertentu?... Matematika apakah yang membuat Google bisa menganjurkan jalan yang harus

Pada penelitian ini melihat beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku ibu dalam penggunaan garam beriodium di tingkat rumah tangga di Desa Juma Teguh Kecamatan Siempat

3.5 Memahami manusia Indonesia dalam bentukbentuk dan sifat dinamika interaksi dengan lingkungan alam, sosial, budaya, dan ekonomi 4.1 Menyajikan hasil • Pengamatan pengamatan