• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT. Oleh: SUGIONO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT. Oleh: SUGIONO"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

PENDAMPINGAN PENGEMBANGAN DAN IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI MADRASAH IBTIDAIYAH DAN MADRASAH TSANAWIYAH DUSUN PETTONG DESA KERTONEGORO KECAMATAN PAKUNIRAN KABUPATEN PROBOLINGGO JAWA TIMUR

Oleh: SUGIONO

(2)

ABSTRAK

Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) ini dilakukan di MI dan MTs Raudlatul Hasanah Dusun Pettong Desa Kertonegoro Pakuniran Kabupaten Probolinggo. PKM ini bertemakan “Pendampingan Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013”. Indonesia sudah mengalami sedikitnya telah mengalami lebih dari 11 kali perubahan kurikulum. Kurikulum berubah karena tuntutan zaman yang juga berubah. Kurikulum 2013 diharapkan dapat mengubah performa guru dan siswa menjadi lebih baik.

Namun, guru-guru di MI dan MTs Raudhatul Hasanah, yang berlokasi di daerah terpencil, belum sepenuhnya memahami cara untuk mengembangkan dan mengimplementasikan pembelajaran menurut perspektif Kurikulum 2013. Karena faktor letak geografis dan medan yang sulit, sekolah ini jarang sekali dikunjungi pengawas pendidikan. Atas dasar inilah, pendampingan tersebut dilakukan.

Secara umum hasil pendampingan baru sebatas mengubah perspektif guru tentang kurikulum dan pemaparan tentang teknik pengembangan kurikulum. Stakeholder di sekolah ini menyambut baik adanya pendampingan ini dan berharap dilanjutkan agar guru-guru dapat mengembangkan silabus dan RPP secara mandiri.

(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa bahwa Laporan Pendampingan Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013 dapat terlaksana dengan lancar. Kegiatan pendampingan implementasi kurikulum 2013 di tingkat satuan pendidikan ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013 secara keseluruhan. Laporan ini berdasarkan pelaksanaan pendampingan implementasi kurikulum 2013, agar terarah sesuai dengan konsep dan nilai historis perubahan kurikulum 2013 yang berlaku secara nasional.

Kepada semua pihak yang telah berperan aktif dalam penyusunan pelaporan ini, kami ucapkan terima kasih dan penghargaan atas dedikasi dan sumbangan pemikirannya. Selanjutnya, ucapkan rasa terima kasih dan penghargaan juga kepada:

1. Bapak Rektor Universitas Nurul Jadid, KH. Abd. Hamid Wahid, M.Ag atas kesempatan yang diberikan untuk ikut terlibat dalam proses pengabdian pada masyarakat.

2. Bapak Kepala LP3M Univeriats Nurul Jadid, Ahmad Fawaid, MA., MA, yang turut serta membantu dan memberikan masukan dalam proses pengabdian kepada masyarakat ini.

3. Seluruh tenaga pengajar Universiats Nurul Jadid dan masyarakat Dusun Petton Desa Kertonegoro Pakuniran Probolinggo yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Ungkapan terima kasih rasanya tidak cukup menggantikan apa yang telah berikan, baik dalam bentuk moril maupun materil.

Permohonan maaf penulis haturkan kepada semua pihak apabila dalam proses pengabdian pada masyarakat ini ditemukan kekurangan dan kesalahan. Pada akhirnya, penulis berdoa dengan penuh harap semoga apa yang sudah dilakukan bermanfaat bagi masyarakat.

Paiton, 15 Oktober 2018

(4)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) ini terkonsentrasi di sekolah-sekolah terpencil di Kabupaten Probolinggo sebagai follow-up dari temuan penelitian disertasi penulis. Dalam penelitian tersebut, penulis mencatat bahwa kebijakan desentralisasi pendidikan berimplikasi terhadap bagaimana guru-guru mengajar, tidak terkecuali guru-guru di daerah terpencil. Penentu kebijakan pendidikan nasional memandang desentralisasi sebagai strategi kunci untuk meningkatkan kualitas dan produktivitas sekolah, khususnya dalam aspek pengajaran atau aktivitas pembelajaran di kelas. Pengambil kebijakan tersebut meyakini bahwa desentralisasi memungkinkan keterlibatan pemerintah daerah, guru-guru, orang tua murid dan masyarakat setempat dalam mengambil keputusan penting terkait bagaimana sekolah seharusnya dikelola agar peserta didik dapat lebih termotivasi untuk belajar (Oey-Gardiner 2000; Kristiansen & Pratikno 2006). Dalam hal ini, desentralisasi berarti pemberdayaan yang mengarah pada pemanfaatan sumber daya secara efektif dan efisien (Oey-Gardiner 2000). Menurut Raihani (2007), desentralisasi merekomendasi guru untuk menggunakan pengetahuan dan kreatifitas mereka dalam mendesain kurikulum pembelajaran yang lebih inklusiv dan berpusat pada siswa.

Namun demikian, di sekolah-sekolah terpencil di Kabupaten Probolinggo, masih terdapat gap antara harapan pengambil kebijakan pemerintah pusat dengan kondisi sekolah, dan hal ini berpotensi menghalangi reformasi pendidikan di daerah itu. Gap tersebut meliputi minimnya sumber daya dan kualitas fasilitas sekolah dan pelatihan guru. Minimnya sumber daya dan fasilitas sekolah sangatlah tidak memadai untuk melaksanakan tujuan kebijakan pendidikan. Dalam situasi ini, guru-guru di daerah terpencil ‘dipaksa’ untuk meraih grade yang sudah ditentukan dalam fasilitas dan sumber daya yang sangat terbatas. Disamping itu, jarangnya pelatihan kurikulum membuat pengetahuan guru-guru terpencil tentang kurikulum sangatlah terbatas.

Kurikulum sekolah setiap periode tertentu mengalami perubahan. Sejak merdeka, Indonesia telah mengalami kurang lebih 13 kali perubahan kurikulum (Sugiono 2016; Sugiono et al.

(5)

2 2017). Hal ini dilakukan untuk menyesuaikan dengan perubahan zaman. Pengembangan Kurikulum 2013 merupakan langkah lanjutan dari Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi yang dirintis tahun 2004 dan KTSP 2006 yang mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu. Pengembangan Kurikulum 2013 diharapkan dapat mengatasi kelemahan-kelemahan yang ada pada kurikulum sebelumnya. Hal ini sesuai dengan kebijakan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dimana kurikulum 2013 dirancang dengan tujuan untuk mempersiapkan insan Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warganegara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan efektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara dan peradaban dunia melalui penguatan sikap, ketrampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi.

Pada Kurikulum 2013 terjadi penyempurnaan pola pikir tentang pembelajaran, yaitu dari pembelajaran berpusat pada guru, menuju berpusat pada siswa. Pembelajaran berpusat pada siswa memiliki fitur, antara lain: siswa interaktif, tidak terisolasi, aktif menyelidiki, konteks dunia nyata, pembelajaran berbasis team, memanfaatkan semua panca indera, menggunakan alat multimedia, kooperatif, mengembangkan inisiatif siswa, pengetahuan jamak, siswa diberi tanggung jawab, dan berpikir kritis dan kreatif.

B. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan terkait dilakukannya Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) ini adalah sebagai berikut:

1. Minimnya pelatihan atau workshop Kurikulum 2013 bagi guru-guru di daerah terpencil. 2. Guru-guru belum sepenuhnya memahami cara mengembangkan dan

mengimplementasikan Kurikulum 2013.

3. Pengawas setempat jarang berkunjung karena faktor geografis dan medan yang sulit.

C. Tujuan

Pendampingan pengembangan dan implementasi Kurikulum 2013 untuk guru-guru sekolah terpencil bertujuan untuk meningkatkan kemampuan guru dalam mengembangkan dan mengimplementasikan Kurikulum 2013 di sekolah. Pada kegiatan ini guru-guru diharapkan mampu:

1. Memahami konsep pengembangan Kurikulum 2013 dengan pendekatan kompetensi sesuai dengan kebijakan dan pembaharuan kurikulum dari berbagai aspek dan menanamkan pemahaman konsep itu terhadap sekolah.

(6)

3 2. Melakukan perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan tuntutan dan

karakteristik Kurikulum 2013.

3. Meningkatkan kemampuan guru-guru dalam mengelola kurikulum secara komprehensif di sekolah.

D. Signifikansi

Pengembangan dan implementasi Kurikulum 2013 diharapkan membawa perubahan yang signifikan terhadap performa guru dan siswa. Perubahan ini menekankan pada nilai-nilai agama, sosial dan budaya dan pentingnya peningkatan kemampuan berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skill). PKM ini bermanfaat bagi kepala sekolah dan guru-guru, khususnya di daerah terpencil, dalam melakukan supervisi klinis, mengelola sekolah dan kelas, mengkonstruksi, memodifikasi dan mengimplementasikan Kurikulum 2013. Bagi pemerintah pusat dan daerah, hasil PKM ini dapat dijadikan pedoman atau referensi dalam melakukan pengawasan dan evaluasi program pendidikan baik nasional maupun regional.

(7)

4 BAB II

KERANGKA KONSEP

A. Gambaran Umum Lokasi Pendampingan

Pendampingan pengembangan dan implementasi Kurikulum 2013 ini berlokasi di Madrasah Ibtidaiyah dan Madrasah Tsanawiyah Raudlatul Hasanah Dusun Pettong Desa Kertonegoro Kecamatan Pakuniran Kabupaten Probolinggo. Lembaga pendidikan ini berada di bawah naungan Yayasan Raudlatul Hasanah yang terletak di lereng Gunung Argopuro dan jauh dari pusat kota. Akses menuju sekolah tersebut adalah jalan setapak, menanjak, berlumpur dan curam.

MI dan MTs Raudlatul Hasanah didirikan tahun 2010 dan memiliki kurang lebih 100 siswa. Setiap hari anak-anak harus berjalan kaki lebih dari 2 kilometer untuk bersekolah. Saat musim hujan, mereka tetap masuk sekolah, berseragam walaupun tidak bersepatu. Kepala sekolah dan guru-guru memiliki komitmen terhadap program sekolah dan motivasi yang tinggi untuk menjadi guru pembelajar. Dalam keterbatasan fasilitas dan gaji yang jauh di bawah UMR, mereka tetap semangat melaksanakan tugas rutin mengajar. Penulis berasumsi ada nilai prinsip yang mereka pegang teguh sehingga mereka bisa bertahan dalam keterbatasan.

(8)

5

Penulis (tengah) berjabat tangan dengan anak-anak saat jam pulang

Informasi selengkapnya terkait gambaran lokasi pendampingan dapat diakses di:

https://m.timesindonesia.co.id/read/169467/20180302/084424/blusukan-ke-daerah-terpencil-dosen-ini-bina-belasan-sekolah/

B. Kondisi Saat Ini Sekolah Dampingan Kondisi sekolah dampingan saat ini adalah: 1. Sekolah belum memiliki dokumen profil lembaga.

2. Sekolah belum memiliki dokumen kurikulum (dokumen 1). 3. Perangkat pembelajaran guru belum lengkap.

4. Guru belum mampu mengembangkan pembelajaran menurut perspektif Kurikulum 2013. 5. Guru belum mampu menganalisis KD dan mengembangkan silabus Kurikulum 2013. 6. Guru belum mengenal kata-kata operasional yang digunakan dalam menganalisis KD

mengembangkan kurikulum berdasarkan Taksonomi Bloom. 7. Guru belum mampu mengevaluasi pembelajaran.

8. Guru belum mampu membuat kisi-kisi dan soal dengan baik. 9. Guru belum mengenal perangkat analisa butir soal dan sejenisnya.

(9)

6 C. Kondisi Yang Diharapkan

Setelah melalui pendampingan, sekolah dan guru di Dusun Pettong diharapkan:

1. Memiliki dokumen profil lembaga, yang berisi visi dan misi lembaga, tujuan pendidikan lembaga, program kerja dan kalender kerja.

2. Memiliki dokumen kurikulum (dokumen 1), yang berisi gambaran utuh terkait penyelenggaraan pendidikan di lembaga tersebut.

3. Memiliki perangkat pembelajaran yang lengkap berupa silabus, RPP, promes, prota, kalender pendidikan, dan sebagainya.

4. Mampu mengembangkan pembelajaran menurut perspektif Kurikulum 2013, yaitu pembelajaran yang berpusat pada siswa (student-centred learning).

5. Mampu menganalisis KD dan mengembangkan silabus Kurikulum 2013 berdasarkan kata-kata operasional yang bersumber dari pemahaman terhadap Taksonomi Bloom. 6. Mampu melakukan evaluasi dan penilaian terhadap proses pembelajaran maupun hasil

pembelajaran.

7. Mampu menganalisis butir soal sebagai dasar mengkonstruksi soal yang baik dan terstandar.

Disamping itu, secara garis besar hasil yang diharapkan dari pendampingan ini adalah:

1. Tersosialisasinya konsep Kurikulum 2013, meliputi rasional, elemen perubahan kurikulum berdasarkan SKL, KI, KD dengan berbagai pendekatan dan strategi implementasi Kurikulum 2013.

2. Melaksanakan pendampingan terhadap pelaksanaan 10 aspek yang terkandung dalam kurikulum 2013, antara lain: Penyusunan Silabus, Integrasi Muatan Lokal, Penumbuhan Nilai Karakter, Matrikulasi, Gerakan Literasi Sekolah, Penyusunan RPP, Media Pembelajaran, Pelaksanaan Pembelajaran, Pelaksanaan Penilaian, Pengenalan Dokumen 1.

3. Melaksanakan dokumentasi hasil-hasil pendampingan sebagai acuan perbaikan pelaksanaan 10 aspek tersebut pada periode berikutnya.

(10)

7 D. Strategi Pelaksanaan

Strategi Pelaksanaan Pengembangan dan Pendampingan Implementasi Kurikulum 2013

Madrasah Ibtidaiyah dan Madarasah Tsanawiyah Raudlatul Hasanah Dusun Pettong Kecamatan Pakuniran Kabupaten Probolinggo

NO MATERI PENDAMPINGAN BENTUK KEGIATAN

1. Koordinasi dengan kepala dan guru di sekolah

Pertemuan dan/atau komunikasi awal kepala sekolah dan guru berkenaan dengan rencana pelaksanaan pendampingan yang meliputi 10 aspek:

1. Penyusunan Silabus 2. Integrasi Muatan Lokal 3. Penumbuhan Nilai Karakter 4. Matrikulasi Pemahaman Kurikulum 5. Gerakan Literasi Sekolah

6. Penyusunan RPP 7. Media Pembelajaran 8. Pelaksanaan Pembelajaran 9. Pelaksanaan Penilaian 10. Pengenalan Dokumen 1 .2.

Konsep Kurikulum 2013: Rasional • Elemen perubahan Kurikulum

2013(SKL, KI dan KD) •

Strategi Implementasi Kurikulum 2013

Memberikan ilustrasi dan motivasi untuk menumbuhkan keterbukaan, keyakinan, dan penerimaan guru terhadap kurikulum 2013. • Penyajian dan diskusi materi pendampingan

dalam pertemuan dengan kepala sekolah dan guru MI dan MTs Raudlatul Hasanah.

• Memberikan dorongan kepada kepala sekolah dan guru untuk melaksanakan 10 aspek tersebut di atas.

3. 1. Penyusunan Silabus 2. Integrasi Muatan Lokal 3. Penumbuhan Nilai Karakter 4. Matrikulasi

5. Gerakan Literasi Sekolah 6. Penyusunn RPP

• Memantau keterlaksanaan Penyusunan

Silabus, Integrasi Muatan Lokal, Penumbuhan Nilai Karakter, Matrikulasi,Pemahaman Kurikulum, Gerakan Literasi Sekolah, Penyusunan RPP

• Memberikan bimbingan berkenaan dengan enam aspek tersebut.

• Memfasilitasi dan mendokumentasikan keterlaksanaan Penyusunan Silabus, Integrasi Muatan Lokal, Penumbuhan Nilai Karakter, Matrikulasi, Penyusunan RPP.

(11)

8

NO MATERI PENDAMPINGAN BENTUK KEGIATAN

4. Analisis

1. Media Pembelajaran 2. Pelaksanaan Pembelajaran 3. Pelaksanaan Penilaian 4. Pengenalan Dokumen 1

• Memantau dan mendiskusikan keterlaksanaan Media pembelajaran, pelaksanaan

pembelajaran, pelaksanaan penilaian, pengenalan dokumen 1

• Penyajian dan diskusi materi pendampingan dalam pertemuan dengan kepala sekolah dan guru MI dan MTs Raudlatul Hasanah sebagai sekolah sasaran sasaran dengan materi: media pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, pelaksanaan penilaian, pengenalan dokumen 1 • Memberikan bimbingan berkenaan dengan

pelaksanaan penilaian karena masih banyak kendala.

• Mendokumentasikan hasil analisis pelaksanaan penilaian.

5. Pelaksanaan: Media pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, pelaksanaan penilaian, pengenalan dokumen 1

• Melakukan observasi pembelajaran yang dilakukan guru sasaran, bersama Kepala Sekolah, khususnya pemantauan penggunaan media pembelajaran, pelaksanaan

pembelajaran dan pelaksanaan penilaian. • Memberikan model penggunaan pendekatan

saintifik, discovery/inquiry, problem based

learning, project based learning.

• Menggali pengalaman guru berkenaan dengan pelaksanaan pembelajaran dengan berbagai pendekatan dan model pembelajaran. • Melakukan analisis konteks dan

memperkenalkan dokumen 1

6. Analisis Hasil Pendampingan Penyampaian dan pembahasan tentang kendala-kendala yang dialami sekolah sasaran dalam pelaksanaan 10 aspek tersebut.

7. Laporan Pendampingan • Menyusun laporan pendampingan • Menghimpun laporan pendampingan

Guru dan mengirimkan laporan kepada pihak terkait.

(12)

9 E. Kajian Teori

1. Kurikulum

Istilah “kurikulum” awalnya digunakan dalam dunia olahraga pada zaman Yunani kuno. “Kurikulum” berasal dari kata curro atau currere, yang berarti “jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari” atau “tempat berpacu atau tempat berlari mulai start sampai finish”.

Secara terminologi, merujuk pendapat Crow and Crow, Katni dan Ladamay (2008) mendefinisikan kurikulum sebagai rancangan pengajaran atau sejumlah mata pelajaran yang disusun secara sistematis untuk menyelesaikan suatu program dan memperoleh ijazah. Aryad Meru, mengutip pendapat Hilda Taba dalam bukunya Currikulum Development, menulis, “curriculum is after all a way of preparing young people to participate as productive members

of our cultures” (kurikulum adalah cara mempersiapkan pemuda berpartisipasi sebagai

anggota (masyarakat) budaya yang produktif).

Kurikulum sebagai rancangan pengajaran mencakup: a. Sejumlah mata pelajaran atau organisasi pengetahuan; b. Pengalaman belajar dan kegiatan belajar;

c. Program belajar (Plan of learning) bagi siswa; d. Hasil belajar yang diharapkan.

Menurut Taylor and Alexander seperti dikutip oleh Zuhri, kurikulum adalah ”the total effort of

the school to bring about desired outcomes in school and out of school situations” (kurikulum

merupakan upaya total yang dilakukan oleh sekolah untuk membawa perubahan, baik di sekolah maupun di luar sekolah.

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kurikulum adalah usaha memanusiakan manusia secara terencana, menyelesaikan program yang meliputi pengajaran atau materi pelajaran dan mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap serta nilai-nilai untuk membawa perubahan baik di sekolah maupun di luar sekolah.

Unsur-unsur kurikulum yang secara umum dapat mempermudah kegiatan pendidikan di sekolah adalah:

a. Goal (Cita-cita/Tujuan); mencakup tujuan pendidikan nasional dan tujuan lembaga

(13)

10

b. Materials (Bahan Pelajaran); disesuaikan dengan tujuan, silabus, mata pelajaran dan

pengetahuan ilmiah.

c. Organizing (Strategi Pelaksanaan Kurikulum); meliputi strategi untuk mencapai tujuan

kurikulum.

d. Evaluating (Evaluasi Kurikulum); berkaitan dengan penilaian terhadap input

pembelajaran (semua SDA sebelum menempuh program), proses pembelajaran, output pembelajaran (penilaian terhadap lulusan pendidikan) dan outcome pembelajaran (kemampuan lulusan dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab).

Beberapa unsur kurikulum yang telah direncanakan akan berdampak pada hasil pelaksanaan kurikulum apabila diterapkan dengan optimal. Namun demikian, ada perspektif yang patut diperhitungkan berkenaan dengan karakteristik kurikulum, yaitu curriculum as experience. Perspektif ini melihat kurikulum sebagai seperangkat pengalaman. Dalam pendidikan, semua pengalaman tersebut telah direncanakan secara khusus dengan cara menuliskan rencana kurikulum sehingga ragam pengalaman ditemukan atau didapatkan anak didik dalam pembelajaran. Melalui pembelajaran, anak didik memperoleh pengalaman tertentu yang belum atau tidak direncanakan yang biasanya sangat berpengaruh pada penumbuhan karakter.

Mengutip John Dewey, Idi (2014) berpendapat bahwa pengalaman dalam kurikulum merefleksikan kurikulum itu dan konsekuensinya serta upaya memonitor segala pikiran dan tindakan seseorang dalam konteks pembelajaran. Dalam karakteristik kurikulum tersebut, seorang guru bertindak sebagai fasilitator untuk mempertinggi pertumbuhan kepribadian anak didik. Karakteristik kurikulum semacam ini disebut the hidden curriculum, yaitu kurikulum yang tidak direncanakan, atau sebagaimana diistilahkan oleh Ansyar (2015), mengutip pendapat Ornstein & Hunkinsm, sebagai kurikulum tersembunyi yang muncul sebagai hasil sampingan (side effect) dari interaksi antar siswa, guru dan materi serta lingkungan belajar.

Pembelajaran yang direncanakan fokus pada tujuan, mata pelajaran dan metode pembelajaran, sedangkan yang tidak direncanakan pada sosio-psikologis berupa perasaan, tingkah laku dan sikap yang tumbuh dari hasil interaksi antara siswa dan guru dalam proses pembelajaran. Kurikulum tersembunyi sangat kuat pengaruhnya dalam pembentukan karakter siswa karena berkontribusi pada perkembangan dan pembentukan kepribadian siswa.

(14)

11

2. Pengembangan Kurikulum

Menurut Katni dan Ldamay (2015), mengutip pendapat Longman, istilah “pengembangan” (Inggris: development) berasal dari kata kerja develop, yang berarti “tumbuh, bertambah, menjadi lebih besar atau lebih lengkap”. Develop juga bermakna “mengaji atau memikirkan sesuatu sepenuhnya”.

Katni dan Ldamay (2015), mengutip pendapat Asrohan dan Alamsyah, “pengembangan” memiliki dua makna. Pertama, pengembangan berarti kegiatan yang menghasilkan atau menyusun sesuatu yang sama sekali baru. Kedua, pengembangan berarti menyempurnakan sesuatu yang telah ada (improvement).

Dengan demikian, Pengembangan Kurikulum adalah sebuah proses penyusunan rencana tentang isi dan bahan pelajaran serta cara mempelajarinya. Menurut Umar dkk. (2016), mengutip pendapat David Pratt, pengembangan kurikulum merupakan proses atau kegiatan yang sengaja dipikirkan untuk menghasilkan sebuah kurikulum sebagai pedoman dalam proses dan penyelenggaraan pembelajaran oleh guru di sekolah. Pengembangan kurikulum adalah suatu proses yang menentukan bagaimanan aktifitas kurikulum akan berjalan.

Dari beberapa definisi diatas, pengembangan kurikulum dapat disimpulkan: 1. Perencanaan untuk menyusun kegiatan pembelajaran.

2. Proses atau kegiatan yang sengaja dibuat oleh guru di suatu lembaga atau sekolah. 3. Pelaksanaan proses kegiatan dengan menyusun, melaksanakan dan menilai serta

menghasilkan dan atau menyempurnakan kurikulum.

Dengan demikian, di sekolah atau madrasah, pengembangan kurikulum berarti menyusun, melaksanakan, menilai dan menghasilkan penyempurnakan kurikulum. Pengembangan kurikulum PAI di sekolah dan madrasah juga dimulai dari kegiatan perencanaan kurikulum melalui ide-ide yang akan dituangkan dan dikembangkan dalam program yang akan dilaksanakan, seperti visi, misi, tujuan, kebutuhan stakeholder dan hasil evaluasi kurikulum sebelumnya.

3. Pendidikan Berkeadilan Sosial

Perspektif Pendidikan Berkeadilan Sosial relevan dengan prinsip-prinsip dan landasan filosofis Kurikulum 2013. Pendidikan Berkeadilan Sosial tidak hanya berbicara tentang prestasi akademik siswa dan praktek-praktek pembelajaran yang berorientasi pada hasil

(15)

(result-12

oriented), presensi siswa di kelas, seragam sekolah dan penyelesaian tugas-tugas akademik.

Namun, tujuan Pendidikan Berkeadilan Sosial mengedepankan perspektif regenerasi warga negara yang aktif dan menciptakan pola hubungan yang demokratis di sekolah dan antara sekolah dan masyarakat. Dengan kata lain, Pendidikan Berkeadilan Sosial membuka peluang bagi guru dan siswa untuk mengeksplorasi hal-hal didalam dan diluar tembok-tembok ruang kelas, dan berkontribusi secara aktif terhadap terciptanya tatanan masyarakat yang multikultural dan adil. Keddie (2012) menegaskan bahwa Pendidikan Berkeadilan Sosial hanya bisa dibangun dalam sebuah lingkungan demokratis yang mengedepankan partisipasi aktif, dialog interaktif dan kerja kolaboratif seluruh stakeholder.

Pendidikan Berkeadilan Sosial membutuhkan figur guru yang bisa mengenali dan mengakomodir keberagaman identitas dan latar belakang budaya siswa (Pearl & Knight 1999). Pengenalan dan penghargaan yang eksplisit terhadap identitas dan budaya siswa sangat potensial untuk menciptakan zona belajar yang inklusif dan menepis hambatan-hambatan proses otonomisasi siswa. Strategi pemberdayaan semacam ini berangkat dari sebuah asumsi bahwa siswa akan merasa terlibat dalam pembelajaran jika mereka diberi kesempatan lebih besar untuk berbagi pengetahuan dengan guru dan sebayanya. Dalam hal ini, peran guru semata-mata sebagai fasilitator yang membantu siswa untuk terus menemukan (go beyond), bukan sosok serba tahu yang mendominasi aktifitas pembelajaran.

Terlalu banyaknya guru berbicara dan siswa mendengarkan mengindikasikan sebuah pengajaran yang melahirkan dominasi dan pasivitas. Guru yang melakukan aktifitas pembelajaran seperti ini tidak sepenuhnya tertarik untuk membawa isu-isu sosiokultural kedalam aktifitas pembelajaran. Menurut Dewey (1997), proses pengajaran semacam itu tidak edukatif dan mempersempit tujuan pendidikan karena adanya praktek ‘penindasan’ dan model pengajaran top-down ketimbang saling berbagi pengetahuan, penumbuhan karakter dan partisipasi aktif. Demikian pula, Cummins (2003) menyebutkan bahwa pengajaran yang ‘buta’ dan tidak responsif terhadap realita keragaman budaya siswa cenderung mengesampingkan ‘suara’ dan pengalaman hidup siswa.

Pendidikan Berkeadilan Sosial mencakup strategi dan teknik untuk sebuah perubahan sosial yang positif di masyarakat melalui proses pembelajaran. Moll dkk (1992) mengatakan bahwa guru harus mempertimbangkan ‘rumah’ (home), kehidupan sehari-hari dan komunitas siswa sebagai referensi utama untuk memperkaya kurikulum yang ada, sehingga pembelajaran

(16)

13 menjadi bermakna dan relevan terhadap mereka. Dengan Pendidikan Berkeadilan Sosial, siswa diperdayakan melalui tiga aspek: perubahan dari transfer pengetahuan (knowledge transfer) ke pengajaran transaksional, dari pendekatan traditional ke pendekatan dialogis dan dari perspektif ‘otak kosong’ ke perspektif ‘keterlibatan’ siswa. Disamping itu, pembelajaran berbasis ‘komunitas’ dan ‘rumah’ (Pendidikan Berkeadilan Sosial) bisa mempererat hubungan antara ‘rumah’ dan ‘sekolah’, yang pada gilirannya membuat siswa tumbuh dan berkembang menjadi ‘agen’ perubahan sosial di masyarakat, apapun profesi mereka nanti.

(17)

14 BAB III

PELAKSANAAN PENGABDIAN

A. Persiapan

Untuk mengawali kegiatan pendampingan Pendidikan dan Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013, Kepala Sekolah mengadakan koordinasi dengan semua dewan guru dan penulis untuk menyusun perencanaan dan jadwal kegiatan. Ini dilakukan agar pelaksanaan kegiatan berlangsung dengan baik.

Rencana kegiatan pendampingan disesuaikan dengan Rencana Tindak Lanjut (RTL) yang telah dibuat di akhir kegiatan pendampingan. Kegiatan dimulai dari koordinasi dengan melaksanakan sosialisasi dan motivasi tentang perlunya kurikulum 2013, melaksanakan pemantauan dan pembinaan pembuatan analisis buku guru dan buku murid, observasi dan diskusi pembelajaran, dan memantau dan membimbing Kepala Sekolah dalam menyusun Kurikulum, serta perlu menyiapkan instrumen pemantauan dan observasi.

Adapun jadwal kegiatannya adalah sebagai berikut:

NO TANGGAL KEGIATAN KET

1. 11 Nopember 2017 Koordinasi kepala sekolah

dengan guru dan penulis .2. 02 Desember 2017 Kurikulum 2013 • Rasional • Elemen perubahan Kurikulum 2013 • SKL, KI dan KD • Strategi Implementasi Kurikulum 2013 3 06, 20 Januari 2018 Pelaksanaan 1. Penyusunan Silabus 2. Integrasi Muatan Lokal 3. Pendikar 4. Matrikulasi 17

(18)

15

NO TANGGAL KEGIATAN KET

5. GLS 6. Penyusunan RPP 4 10 Pebruari 2018 Analisis 1. Media Pembelajaran 2. Pelaksanaan Pembelajaran 3. Pelaksanaan Penilaian 4. Dokumen 1 5. 12 April 2018 Pelaksanaan 1. Media Pembelajaran 2. Pelaksanaan Pembelajaran 3. Pelaksanaan Penilaian 4. Dokumen 1 6. Juli-Agustus 2018 Analisis Hasil Pendampingan Penyampaian dan pembahasan tentang kendala-kendala yang dialami sekolah sasaran dalam pelaksanaan 10 aspek tersebut. 7. Oktober 2018 Laporan Pendampingan • Menyusun laporan pendampingan • Menghimpun laporan pendampingan Guru dan mengirimkan laporan kepada pihak terkait.

(19)

16 B. Pelaksanaan

Pendampingan Pendidikan dan Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013 dilaksanakan sesuai jadwal yang telah di buat. Sesuai dengan jadwal pendampingan, penulis melakukan pendampingan di MI dan MTs Raudlatul Hasan dengan sasaran kepala sekolah dan guru-guru. Pendampingan terhadap guru meliputi tersosialisasinya konsep Kurikulum 2013, memantau dan membimbing guru dalam kegiatan analisis materi ajar semeter I, analisis buku guru, dan analisis buku siswa, penyusunan RPP, menyusun rencana penilaian, penggunaan media pembelajaran, dan observasi dan diskusi pembelajaran. Pendampingan terhadap kepala sekolah meliputi Penyusunan KTSP, Integrasi Muatan Lokal, Pendikar, Matrikulasi, GLS, Penyusunan RPP, Media Pembelajaran, Pelaksanaan Pembelajaran, Pelaksanaan Penilaian, Pembuatan Dokumen 1.

C. Perspektif Baru Yang Muncul Dari Pendampingan

Dinamika keilmuwan yang muncul selama dalam pendampingan adalah pendefinisian ulang tentang ‘karakter’. Kepala sekolah dan guru bersepakat untuk memaknai karakter sesuai dengan konteks dimana dikembangkan. Di MI dan MTs Raudlatul Hasanah ‘karakter’ dimaknai dengan sebuah kepribadian yang jujur (honest) dan bisa diandalkan (reliable). Dalam bahasa tutur sehari-hari di Australia, ‘reliable’ berarti ‘bisa diandalkan’. Dalam statistik, dikenal istilah ‘reliabilitas’ (konsistensi) atau langgeng (istiqomah). Dari sini, salah satu guru mencoba menformulasi pengertian ‘karakter’ menjadi pribadi yang istiqomah dan jujur. Hanya pribadi istiqamah dan jujur yang bisa diandalkan.

Disamping itu, kurikulum tidak lagi dimaknai dengan seperangkat rencana atau sekedar dipandang sebagai dokumen sebagaimana termaktub dalam Permendiknas. Guru-guru dan kepala sekolah memiliki perspektif baru terkait kurikulum, yakni sebagai aktivitas mendidik yang memberi pengalaman belajar terhadap anak. Dengan demikian, aktivitas kurikuler tidak hanya terjadi di sekolah, melainkan juga di rumah dan masyarakat. Anak-anak memperoleh pengalaman belajar dari lingkungan di luar dirinya, termasuk dari perilaku guru dan seluruh warga sekolah. Dalam hal ini, guru wajib memberi contoh dan teladan yang baik kepada anak-anak.

(20)

17 BAB IV

DISKUSI KEILMUAN

A. Diskusi Data

Selama pendampingan berlangsung, Bapak Asin, Ketua Yayasan Raudlatul Hasanah, banyak bercerita tentang profil sang kakak yang merupakan pendiri Yayasan Raudlhatul Hasanah. Beliau belum lama wafat. “Beliau bukan hanya sosok pengajar, tetapi juga guru dan pemimpin yang visioner dan refleksioner (Bapak Asin). Hal ini dibuktikan dengan karakter dan visi pendidikan dan kepemimpinan beliau yang jauh melampaui jamannya. Beliau adalah peneliti sejati yang sering gelisah, berpikir mendalam tentang suatu persoalan dan dengan penuh pertimbangan dan sangat hati-hati mengupayakan solusi. Dua Madrasah itu, menurut Bapak Asin, merupakan solusi yang ditawarkan sebagai jawaban atas kekhawatiran dan kegelisahan beliau terhadap degradasi moralitas dan reduksi keilmuan lantaran banyaknya ulama yang wafat. Dalam konteks pendidikan kontemporer, beliau menganut perspektif critical

creative thinking (berpikir kritis dan kreatif). Perspektif ini menjadi salah satu komponen

penting Kurikulum 2013, dimana anak-anak dipacu untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran.

Mula-mula visi pendidikan Pendiri menginternalisasi dengan sosok beliau sebagai seorang pendidik sejati. Menurut Bapak Asin, beliau seringkali menegaskan bahwa Madrasah hanya ditujukan “untuk mencetak generasi bermoral” (Bapak Nirwan). Bahkan, lantaran begitu yakinnya dengan ilmunya, sampai-sampai beliau kerapkali berujar, “Mon ta’ alem, copaen…” (Kalau tidak alim, ludahi…) (Musthofa Wiyono; Hasan Badri). Dalam konteks kekinian, ungkapan beliau tersebut dapat diinterpretasikan bahwa seorang pendidik haruslah yakin dengan ilmunya, dan ikhlas dalam mengajarkan ilmu kepada murid-muridnya. Seorang pendidik (guru, ustadz atau apapun namanya) semestinya mengenal diri dan kemampuannya, menghadapkan hati kepada Allah, ‘menghadirkan’ Allah dan merasa diawasi oleh Allah ketika sedang mengajar. Merujuk pada Douglas MacArthur, “mengenal diri dan Tuhan [Allah] adalah landasan ilmu pengetahuan”.

Dalam mendidik anak-anak, MI dan MTs Raudlatul Hasanah lebih mendahulukan rekonstruksi watak/sikap/perilaku ketimbang otak; atau, istilah sekarang, afektif terlebih dahulu, lalu kognitif dan psikomotorik (Bapak Roji), sehingga output lembaga adalah generasi yang disiplin, berakhlaq dan tahu batas. Sebagai ikhtiar untuk tercetaknya generasi semacam itu,

(21)

18 Bapak Syamsuri mengusulkan kegiatan pembelajaran diniyah seyogyanya dilaksanakan pagi, sedangkan pembelajaran umum siang hari. Usulan ini sangat baik untuk menghidupkan kembali religiusitas secara murni, namun tidaklah mudah dalam implementasinya, terutama setelah melihat kondisi sosial ekonomi yang sudah berubah (Bapak Asin). Bahkan, menurut Bapak Asin, Pendiri pernah berkehendak mendirikan sekolah umum dan pondok sebagaimana Pondok Modern Gontor. Ini menandakan bahwa beliau menginginkan ada integrasi antara ilmu umum dan ilmu agama. Ruh dan nilai-nilai Islam hendaknya dihembuskan ke seluruh lembaga formal yang ada dan dijadikan pondasi utama untuk menyelenggarakan pembelajaran yang lebih berorientasi pada azas manfaat, penelitian, proses dan akomodatif terhadap hal-hal yang baru (Ehsan; Hasbullah; Juma’asan; Hasan Badri). Pendidikan harus memiliki kapasitas multidimensi: tawaddu’, ikhlas, derajat karena Allah dan kebebasan (Hilmi). Harapan semestinya dibangun dari 4 elemen ini, bukan dari kekhawatiran dan ketakutan.

Untuk menangkal arus globalisasi dan kapitalisme dewasa ini, setidak-tidaknya ada nilai-nilai yang bisa dikembangkan sebagai core values (nilai inti) di MI dan MTs Raudlatul Hasanah: 1. Istiqomah 2. Ikhlas 3. Disiplin (komitmen) 4. Tanggung jawab 5. Tawaddu’ 6. Inklusif 7. Kesederhanaan

Nilai-nilai karakter diatas seharusnya dapat mewarnai dan menjadi landasan utama dalam menumbuhkembangkan nilai- nilai karakter peserta didik.

B. Follow Up

Tindak lanjut dari pendampingan ini perlu dilakukan secara intensif. Adapun rencana tindak lanjut yang akan dilakukan adalah:

1. Menyusun indikator dari masing-masing nilai karakter inti yang dihasilkan.

2. Menyusun instrumen observasi bagi guru berdasarkan indikator yang telah dibuat. 3. Melakukan monitoring dan supervisi kelas dialogis secara berkala.

(22)

19 BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kurikulum 2013 dapat dilaksanakan dengan baik sesuai konsep kurikulum yang diharapkan oleh pemerintah. Kurikulum 2013 menjadikan siswa memiliki nilai karakter yang tinggi dan menjadikan guru merubah pola pikir. Kurikulum 2013 menjadikan semua unsur pendidikan berperan aktif. Sekalipun demikian, beberapa guru masih banyak mengalami kendala dan belum bisa menerapkan Kurikulum 2013 secara maksimal karena masih proses penyempurnaan. Namun semua stakeholder sangat mendukung pelaksanaan pendampingan pengembangan dan implementasi Kurikulum 2013 di MI dan MTs Raudlatul Hasanah Dusun Pettong Kecamatan Pakuniran Kabupaten Probolinggo.

B. Saran

Diharapkan diadakan pelatihan-pelatihan bagi guru-guru sekolah terpencil yang belum mengikuti pelatihan kurikulum 2013.

(23)

20 DAFTAR REFERENSI

Cummins, J 2003, ‘Challenging the Construction of Difference as Deficit: Where Are Identity, Intellect, Imagination, and Power in the New Regime of Truth’, in PP Trifonas (eds), Pedagogies of Difference: Rethinking Education for Social Change, RoutledgeFalmer, New York, pp. 41-60.

Dewey, J 1997, Experience & Education, Touchstone, New York. Keddie, A 2012b, Educating for Diversity, Routledge, New York.

Kristiansen, S & Pratikno 2006, ‘Decentralising education in Indonesia’, International Journal

of Educational Development, vol. 26, pp. 513-531.

Lie, A, Andriono, T & Prasasti, S, Menjadi Sekolah Terbaik, Tanoto Foundation, Jakarta. Moll, LC, Amanti, C, Neff, D & Gonzalez, N1992, ‘Funds of Knowledge for Teaching: using a qualitative approach to connect homes to classrooms’, Theory into Practice, vol. 31, no. 2, pp. 132-141.

Oey-Gardiner, M 2000, ‘Schooling in a Decentralised Indonesia: New Approaches to Access and Decision- making’, Bulletin of Indonesian Economic Studies, vol. 30, no. 3, pp. 127-134. Pearl, A & Knight, T 1999, The Democratic Classroom: Theory to Inform Practice, Hampton Press, New Jersey.

Raihani 2007, ‘Education reforms in Indonesia in the twenty-first century’, International

Education Journal, vol. 8, no.1, pp. 172-183.

Sugiono, 2016, ‘Social Justice Across Indonesian Schooling’, PhD Thesis, Deakin University, Australia.

Sugiono, S, Skourdoumbis, A, Gale, T 2017, ‘Bridging Homes and Classrooms: Advancing Students’ Capalities, Teaching Education Journal, DOI: 10.1080/10476210.2017.1346602.

Referensi

Dokumen terkait

Strategi WO (1) Meningkatkan hasil produksi untuk memenuhi permintaan sayuran organik dengan memperbanyak petani yang menerapkan pertanian organik vertikultur dan (2)

Tujuan dari penelitian ini untuk mengamati diferensiasi saluran pencernaan selama metamorfosis dari larva menjadi yuwana dan aktivitas tripsin dan cimotrypsin untuk memahami

PENERAPAN MATERI DERADIKALISASI UNTUK MENAGGULANGI RADIKALISME PADA EKSTRAKURIKULER KEAGAMAAN.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

[r]

Hormon yang berperan adalah gonadotrophin releasing hormone ( GnRH ) yang disekresikan oleh hipotalamus. GnRH akan merangsang hipofisis anterior untuk mensekresikan

video. I T dapat membantu kita mendapatkan maklumat tcrkini deng nn ccpnt dun pnntas. Kita dapat mencari makluma t yang banyak daripada ensiklopcdia. Un tu k mereka

Sehubungan dengan telah dilakukannya evaluasi administrasi, teknis dan kewajaran harga serta isian Dokumen Kualifikasi untuk penawaran paket pekerjaan tersebut diatas, dengan

Beberapa cara penggunaan media kartu gambar adalah sebagai berikut: (a) Siapkan kartu yang sudah ditempeli gambar berbagai jenis pekerjaan dan hasil yang dihasilkan dari