© Copyright 2013
PERAN INTERNATIONAL LABOUR ORGANIZATION (ILO) DALAM MELINDUNGI HAK TENAGA KERJA PEREMPUAN DI INDONESIA
BENNY ARDHANA
1NIM. 06560940832002
Abstract:
The purpose of this research is to describe the programs that handled by ILO to women’s labour in Indonesia. This research was using secondary data, the data got from literature review there is collecting data that relevan with the research problem. The literature are from newspaper, magazine and internet browsing.
The result of this research showed that the role of ILO in protecting women’s labour right isn’t optimal its because in reality ILO only act as promoter and facilitator to give work training and skill that involve matters pertaining to manpower in Indonesia. The ILO’s role served are ILO as motivator, catalyst, communicator, and facilitator. While doing the role, ILO had been in cooperation with government and no government organizations, especially in women’s labour in Indonesia.
Keyword : ILO, Women’s Labour in Indonesia
Pendahuluan
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk besar di dunia. Sampi pada Tahun 2010 tercatat Indonesia menduduki peringkat ke empat dunia untuk jumlah penduduk sebesar 237.641.326 jiwa. Jumlah tersebut terus meningkat sampai pada tahun 2011. Dengan jumlah penduduk tersebut, terbagi menurut jumlah angkatan kerja dan menurut jenis kelamin. data dari Badan Pusat Statistik Indonesia tercatat pada Tahun 2010 jumlah penduduk tersebut diantaranya laki-laki mencapai 119.507 juta jiwa dan perempuan sekitar 118.048 juta jiwa. Sedangkan pada tahun 2011 dari jumlah penduduknya, laki-laki mencapai 122.800 juta jiwa dan jumlah perempuan mencapai 124.772 juta jiwa.
Adapun jumlah angkatan kerja laki-laki juga meningkat sekitar 273.472 jiwa dan jumlah angkatan kerja perempuan meningkat menjadi 43.634.210 dari jumlah sebelumnya sekitar 41.200.656 (Katalog Badan Pusat Statistik Indonesia:2011).
1Mahasiswa Program S1 Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman. Email: ardhanabenny@yahoo.co.id
Peningkatan dari jumlah tenaga kerja yang besar tersebut tidak dibarengi dengan jumlah lapangan pekerjaan dan pada akhirnya banyak tenaga kerja Indonesia yang mencari lapangan pekerjaan hingga ke negara lain. Sejalan dengan keterbatasan lapangan pekerjaan di dalam negeri, pilihan untuk bekerja menjadi pekerja rumah tangga (PRT) pun dilakukan oleh sebagian para tenaga kerja perempuan di Indonesia karena minimnya tingkat pendidikan yang mereka jalani dan tidak memiliki keterampilan (Kementrian TenagaKerja dan Transportasi,2011:0110) Kelompok tenaga kerja perempuan Indonesia yang bekerja khususnya dalam bidang pekerja rumah tangga rawan mengalami tindakan yang melanggar hak tenaga kerja dan menimbulkan kasus pelanggaran hukum seperti kerja paksa, pelanggaran kontrak kerja dan pelecehan terhadap tenaga kerja perempuan pada umumnya. Perlindungan terhadap pekerja rumah tangga (PRT) perempuan di Indonesia dirasakan sangat kurang mengingat masih banyaknya celah dimana perlindungan hukum tidak dapat dijalankan. Untuk mengatasi kondisi ini, Pemerintah melakukan upaya-upaya yang berhubungan dengan masalah-masalah ketenagakerjaan di Indonesia (Reformasi krisis ekonomi,www.seasite.niu.edu).
Berbagai permasalahan yang menyangkut tentang pekerja rumah tangga (PRT) perempuan di Indonesia ternyata juga mendapat perhatian dari Dunia Internasional. Salah satu organisasi tersebut adalah International Labour Organization (ILO). Upaya yang dilakukan ILO antara lain memberikan saran penguatan hukum, mempromosikan hak pekerja rumah tangga dengan melakukan kampanye-kampanye terkait permasalahan pekerja rumah tangga dan juga meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya memberikan perlindungan hukum kepada pekerja rumah tangga.
Konsep Organisasi Internasional
Organisasi internasional secara sederhana dapat didefinisikan sebagai pengaturan bentuk kerjasama internasional yang melembaga antar negara-negara, umumnya berlandaskan suatu persetujuan dasar untuk melaksanakan fungsi-fungsi yang memberikan timbal balik yang diwujudkan dalam pertemuan-pertemuan serta kegiatan-kegiatan staf secara berkala (Teuku May Rudi, 1998:02). Selain itu, organisasi internasional juga dapat diartikan sebagai suatu ikatan formal yang melampaui batas wilayah nasional yang menetap untuk membentuk mesin kelembagaan agar memudahkan kerjasama dalam bidang keamanan, ekonomi, sosial maupun bidang lainnya (Martin Griffiths, 2001:429).
Peran dapat diartikan sebagai orientasi atau konsepsi dari bagian yang dimainkan
oleh suatu pihak dalam posisi sosialnya. Dengan peran tersebut, sang pelaku peran
baik itu individu maupun organisasi akan berprilaku sesuai dengan harapan orang
atau lingkungannya (Teuku May Rudi, 2002:45). Peran sendiri merupakan
seperangkat perilaku yang diharapkan dari perilaku yang dapat berwujud sebagai
perorangan sampai dengan kelompok, baik kecil maupun besar, yang kesemuanya
menjalankan berbagai peran. Baik perilaku yang bersifat individual maupun
jamak dapat dikatakan sebagai struktur.
Perempuan Di Indonesia (Benny Ardhana)
ILO merupakan organisasi internasional publik dan juga disebut sebagai organisasi antar pemerintah (Interngovernmental Organization/IGO). Dimana ILO terdiri dari 180 negara dan tindakan yang dilakukan pemerintah mewakili negaranya sebagai pihak dari organisasi tersebut. Fungsi ILO diselenggarakan dengan memberikan jasa pendapat serta pertukaran informasi, menata standar kerja, serta memobilisasi pendapat dunia untuk mendukung standar kehidupan pekerja yang lebih baik. Berdasarkan penjelasan tentang peran ILO yang telah disebutkan, maka ILO dapat diklasifikasikan yaitu lembaga yang mandiri untuk melaksanakan kegiatan yang diperlukan antara lain kegiatan kemanusiaan.
Salah satu masalah kemanusiaan yang sangat menjadi perhatian ILO adalah masalah tenaga kerja perempuan khususnya pekerja rumah tangga (PRT) perempuan yang belum mendapat perhatian lebih dari mata dunia, sehingga ILO sebagai organisasi yang berhubungan langsung dengan permasalahan tersebut mencoba untuk memberikan bantuan maupun solusi agar perlindungan terhadap pekerja rumah tangga (PRT) perempuan dapat mencapai hasil yang maksimal.
Konsep Tenaga Kerja
Tenaga kerja adalah setiap warga negara yang memiliki tenaga baik berupa pikiran atau fisik serta mampu dan mau bekerja menggunakan tenaga tersebut untuk menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi kebutuhan dirinya dan masyarakat, bangsa dan negara sehingga dapat membantu mencapai tujuan pembangunan nasional yaitu masyarakat yang adil dan makmur (Ida Bagoes Mantra, 2003:224).
Dalam tenaga kerja ada beberapa indikator untuk mengukur keterlibatan dalam kegiatan ekonomi salah satunya ialah upah, dimana banyaknya upah tenaga kerja yang tidak dibayar walaupun mereka bekerja dengan keras. Oleh karena itu, lembaga buruh sedunia ILO (International Labour Organization) selalu berusaha memberikan konstribusi bagi salah satu bagian dari kelompok pekerja yaitu kelompok tenaga kerja perempuan yang bekerja di Indonesia, khususnya dari sudut peranan pemerintah Indonesia dalam melindungi pekerja perempuan nya.
Tenaga kerja perempuan adalah para pekerja atau buruh wanita yang ikut
berpartisipasi meningkatkan kesejahteraan keluarga dengan cara bekerja dan
mendapatkan upah yang layak. Para pekerja perempuan ini pun memiliki beberapa
potensi yang juga tidak kalah dibanding dengan kaum pria, baik dari segi
intelektual, kemampuan maupun keterampilan. Pekerja perempuan atau buruh
perempuan yang bekerja di perusahaan saat sekarang ini mengalami dampak
marginalisasi dan privatisasi pekerjaan perempuan, serta menkonsentrasikan di
dalam bentuk pekerjaan pelayanan yang tidak produktif. Kenyataan ini
menimbulkan fenomena menurunnya posisi kaum perempuan dalam bidang
pekerjaan (Iwan Prayitno, 2003:185).
Secara umum hak dan kewajiban bagi tenaga kerja laki-laki maupun perempuan adalah sama, seperti halnya pengaturan jam kerja, waktu kerja dan istirahat, peraturan tentang cuti tahunan, jaminan sosial, pengupahan dan sebagainya, akan tetapi ada beberapa hak dan kewajiban yang bersifat khusus bagi tenaga kerja perempuan seperti kerja malam, cuti haid, cuti hamil, melahirkan dan gugur kandungan, kesempatan menyusukan anak.
Menurut Undang-undang Ketenagakerjaan Nomor 23 Tahun 2004 pasal 2 ayat 1 dijelaskan siapa saja yang termasuk dalam lingkup rumah tangga, yaitu: suami isteri dan anak, orang yang mempunyai hubungan keluarga, dan orang yang bekerja membantu rumah tangga dan menetap dalam rumah tangga tersebut. Dan mengacu kepada konvensi ILO Nomor 189 yaitu memberikan perlindungan khusus bagi pekerja rumah tangga (PRT). Konvensi ini menetapkan hak-hak dan prinsip-prinsip dasar dan mengharuskan negara mengambil langkah untuk mewujudkan kerja layak bagi pekerja rumah tangga (PRT) tersebut.
Pembahasan
Tenaga kerja adalah tiap orang yang mampu melaksanakan pekerjaan baik didalam maupun diluar hubungan kerja guna menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Adapun alasan mengapa banyak tenaga kerja perempuan lebih memilih bekerja pada sektor informal yaitu selain faktor minimnya tingkat pendidikan dan minimnya keterampilan, ternyata faktor lingkungan juga sangat mempengaruhi seperti kebanyakan mereka yang tinggal didaerah terpencil dan juga perekonomian didaerah tersebut sangat buruk.
Tenaga kerja perempuan di Indonesia tidak hanya bekerja pada sektor formal saja.
Namun, ada juga tenaga kerja perempuan di Indonesia yang bekerja pada sektor domestik khususnya menjadi pekerja rumah tangga (PRT). Sampai pada tahun 2011 tercatat sebanyak 1.514.437 perempuan yang memilih bekerja sebagai pekerja rumah tangga di Indonesia dan lebih kurang 63,53% pekerja rumah tangga hanya berpendidikan SMP dan 2,14% berpendidkan SMA (www.bps.go.id, kemiskinan di Indonesia).
Pekerja rumah tangga adalah tenaga kerja yang melakukan pekerjaan rumah tangga dengan menerima upah. Secara umum, keberadaan pekerja rumah tangga (PRT) di Indonesia kurang mendapat perhatian sehingga tidak menapatkan perlindungan baik hukum maupun sosial. Padahal, sebagai pelaku kerja kerumahtanggaan mereka memiliki peran produktif dalam suatu keluarga/rumah tangga. Akibatnya mereka rentan menghadapi berbagai tindakan pelanggaran hukum seperti kekerasan fisik, psikologi, ekonomi dan seksual.
Ada beberapa daerah atau wilayah yang banyak mempekerjakan pekerja rumah
tangga. Berdasarkan data hasil survei ILO IPEC tahun 2011 di Indonesia yaitu
jumlah pekerja rumah tangga di Indonesia mencapai 2,5 juta jiwa. Dari jumlah
tersebut tersebar ke berbagai daerah meliputi: DKI Jakarta dengan jumlah terbesar
yaitu 801.566 jiwa, kemudian Jawa Timur sebanyak 402.762 jiwa, Jawa Tengah
Perempuan Di Indonesia (Benny Ardhana)
sebanyak 399.159 jiwa, Jawa Barat sebanyak 276.939 jiwa, Banten sebanyak 100.352 jiwa, Bali sebanyak 99.277 jiwa, Sulawesi Selatan sebanyak 62.237 jiwa, Lampung sebanyak 60.461 jiwa dan Yogyakarta sebanyak 39.914 jiwa. Serta provinsi lain seperti Sumatera Utara, Riau, Sumatera Selatan, NTB, NTT, Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur dimana jumlahnya tidak terpaut jauh (www.ilo.org, Ragam pekerja rumah tangga nasional).
Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan Badan PBB yang bertugas memajukan ksempatan bagi laki-laki dan perempuan untuk memperoleh pekerjaan yang layak dan produktif dalam kondisi yang merdeka, setara, aman, dan bermartabat. ILO adalah Organisasi Internasional yang bertanggung jawab untuk menyusun dan mengawasi standar perburuhan Internasional. ILO adalah lembaga Tripartit bagian dari Badan PBB yang menyatukan perwakilan pemerintah, pengusaha dan pekerja untuk bersama-sama membentuk kebijakan dan program mempromosikan pekerjaan yang layak untuk semua.
Adapun peran yang dilakukan oleh International Labour Organization (ILO) dalam melindungi hak pekerja rumah tangga diantaranya: melakukan Kampanye tentang penetapan standar ketenagakerjaan pekerja rumah tangga, mendukung Pemerintah dalam menggalang aksi untuk pekerja rumah tangga di Indonesia dari kerja paksa, melakukan program tentang usaha penguatan perlindungan hukum pekerja rumah tangga, meningkatkan Kesadaran dan Pemahaman Terkait Pelecehan ditempat kerja, dan menjalankan program penanganan pekerja rumah tangga di Tambun Bekasi.
International Labour Organization (ILO) adalah Badan Perserikatan Bangsa- bangsa (PBB) yang terus berupaya mendorong terciptanya peluang bagi perempuan dan laki-laki untuk memperoleh pekerjaan yang layak dan produktif secara bebas, adil dan bermartabat baik dalam pekerjaan disektor formal maupun domestik. Adapun peran yang dilakukan ILO dalam masalah ini yaitu peran ILO sebagai Motivator, Katalisator, Komunikator dan Fasilitator.
Peran ILO sebagai Motivator
Artinya ILO bertindak memberikan dorongan kepada orang lain untuk berbuat sesuatu guna mencapai tujuan. Peran ILO sebagai motivator di Indonesia yaitu dengan memberikan motivasi kepada para pekerja rumah tangga agar dapat menjalankan pekerjaannya semaksimal mungkin dengan berbekal pengetahuan dan pendidikan, karena selama ini faktor pendidikan juga menyebabkan perempuan memilih profesi pekerjaan sebagai pekerja rumah tangga. Dalam menjalankan peran tersebut, ILO melakukan proyeknya di Yogyakarta pada tanggal 1 Maret 2008 yang bekerjasama dengan Rumpun Tjoet Njak Dien yaitu Lembaga Swadaya Masyarakat yang bergerka dibidang pendampingan dan advokasi terhadap pekerja rumah tangga di Yogyakarta.
Peran ILO sebagai Katalisator
Peran ILO sebagai katalisator artinya bertindak dalam memberikan bantuan berupaya untuk mempercepat proses dengan sedikit sekali campur tangan atau pengaruhnya terhadap kegiatan yang dilakukan. Mengacu pada Konvensi ILO Nomor 105 Tahun 1954 Tentang Penghapusan Kerja Paksa dalam Lingkungan Pekerjaan, maka ILO mendukung program pemerintah untuk melindungi pekerja rumah tangga dari kerja paksa yang dialami pekerja rumah tangga oleh majikan yang mempekerjakan mereka. Program pemerintah ini dilakukan di Jakarta pada tanggal 19 Mei 2011 yang bertujuan untuk menyikapi kondisi pekerja rumah tangga di Indonesia dengan mengadakan dialog interaktif serta konsultasi nasional di Jakarta yang dihadiri oleh perwakilan dari Departemen Tenaga kerja (Muji Handoyo, Direktorat Pengawasan Ketenagakerjaan), APINDO (Hasanuddin Rachman, Ketua), serta Direktur ILO untuk Indonesia (Alan Boulton).
Peran ILO sebagai Komunikator
Peran ILO sebagai komunikator artinya ILO bertindak untuk menyampaikan komunikasi sebanyak-banyaknya secara benar dan dapat dipertanggungjawabkan.
Peran ILO sebagai komunikator dalam pekerja rumah tangga yaitu dengan mengadakan forum konsultasi nasional serta melakukan kampanye untuk melindungi hak pekerja rumah tangga dan pengakuan yang lebih sebagai pekerja rumah tangga yang bertuujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pekerja rumah tangga. ILO menjalankan programnya yaitu forum konsultasi nasional yang dilakukan ILO selama tiga hari di Bogor dari tanggal 23 Maret sampai 25 Maret 2010 yaitu tentang pemahaman terkait pelecehan ditempat kerja yang banyak dialami leh pekerja rumah tangga di Indonesia. Adapun program ILO melakukan kampanye di 6 Kota di Indonesia yaitu di Medan, Samarinda, Semarang, Makassar, Ygyakarta dan Surabaya. Program ini dijalankan sejak bulan November sampai Desember tahun 2009. Lebih kurang sekitar 300 orang yang mengikuti karnaval yang diantaranya adalah pekerja rumah tangga. Berbagai pesan ditujukan kepada pemerintah, majikan yang mempekerjakan pekerja rumah tangga agar dapat memperhatikan lebih lanjut tentang pekerja rumah tangga yang bekerja dalam lingkugan mereka. Kampanye ini merupakan bagian dari upaya ILO untuk memberikan perlindungan dan pengakuan yang lebih kepada pekerja rumah tangga di Indonesia.
Peran ILO sebagai Fasilitator
Peran ILO sebagai fasilitator artinya ILO juga merupakan sumber fasilitas, jasa,
dan keahlian yang diperlukan masyasrakat, sedangkan didalam masyarakat
tersebut tidak memilikinya. ILO menjalankan programnya dengan menyediakan
fasilitas dan menjalankan program kerja di Tambun Bekasi yang bertujuan untuk
memberikan keterampilan kepada pekerja rumah tangga agar memiliki
pengetahuan dan keahlian dalam suatu bidang yang nantinya dapat berguna bagi
pekerja rumah tangga tersebut. Proyek ini dijalankan ILO dimulai pada bulan Juli
2009 yang diikuti sebanyak 182 pekerja rumah tangga dikawasan tersebut dan
dalam programnya, ILO menjalankan strategi seperti pendekatan kepada
masyarakat, pendekatan kepada pekerja rumah tangga dan juga pendekatan
kepada majikan yang mempekerjakan pekerja rumah tangga. ILO juga
Perempuan Di Indonesia (Benny Ardhana)