• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prevalensi Stunting Per Desa di Wilayah Kerja Puskesmas Hibala Kabupaten Nias Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Prevalensi Stunting Per Desa di Wilayah Kerja Puskesmas Hibala Kabupaten Nias Selatan"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

Analisis Prevalensi Stunting per Desa berdasarkan Wilayah Kerja Puskesmas di Kabupaten Nias Selatan Tahun 2021

1. Grafik Prevalensi Balita Stunting per Desa di Wilayah Kerja Puskesmas Hibala

Dari grafik di bawah ini, terlihat prevalensi stunting sebesar 50% di Desa Sialema dan 50% di Desa Tanomokino pada tahun 2019 dengan jumlah balita yang dientri hanya 2 orang di masing-masing 2 desa tersebut dan prevalensi stuntingnya menurun di tahun 2020 dan 2021 sebesar 0% karena tidak ada pengentrian balita di Desa Sialema Tahun 2020 dan hanya 1 balita yang dientri di tahun 2021, untuk Desa Tanomokino hanya 1 balita yang dientri Tahun 2020 dan 2 balita di tahun 2021. Grafik ini tidak bisa menggambarkan sebaran prevalensi balita stunting.

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

35%

40%

45%

50%

0% 0% 0% 0%

50%

0% 0%

50%

0% 0%

50%

0% 0% 0%

50%

0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%

Prevalensi Stunting Per Desa di Wilayah Kerja Puskesmas Hibala Kabupaten Nias Selatan

2019 2020 2021

(2)

2. Grafik Prevalensi Balita Stunting per Desa di Wilayah Kerja Puskesmas Tanah Masa

Grafik di bawah ini menunjukkan bahwa pada tahun 2019 hanya Desa Hiligeho Sogawu yang memiliki balita stunting dengan prevalensi sebesar 50% dikarenakan terdapat 1 balita stunting dari 2 balita yang dientri pengukurannya di e-ppgbm. Di tahun 2020, prevalensi stunting Desa Baluta mencapai 100% dengan pengertian semua balita yang dientri di e-ppgbm termasuk kategori stunting. Hal ini dipengaruhi oleh tidak semua pengukuran balita yang ada di wilayah kerja Puskesmas Tanah Masa masuk ke dalam e-ppgbm. Tetapi pada tahun 2021 persentase pengentrian mencapai 96% sehingga grafik di bawah ini mampu menggambarkan sebaran prevalensi stunting dengan yang tertinggi yaitu Desa Makole sebesar 13%.

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

50%

14%

100%

13% 10%

5% 11% 8%

Prevalensi Stunting Per Desa di Wilayah Kerja Puskesmas Tanah Masa Kabupaten Nias Selatan

2019 2020 2021

(3)

3. Grafik Prevalensi Balita Stunting per Desa di Wilayah Kerja Puskesmas Pulau Tello

Dari grafik di bawah ini, pada tahun 2019 terdapat 2 desa yang mencapai prevalensi stunting sebesar 100% yaitu Desa Silimaewali dan Sebuasi, hal ini disebabkan jumlah balita yang dientri hanya 1 balita baik di Desa Silimaewali dan Sebuasi dan 1 balita yang dientri tersebut termasuk kategori stunting. Pada tahun 2020, prevalensi balita stunting di Desa Silimaewali masih mencapai 100% dengan alasan yang sama seperti di tahun 2019 dan Desa Sebuasi dengan prevalesi sebesar 0% disebabkan oleh balita yang dientri hanya 1 dan balita tersebut tidak termasuk kategori stunting. Tetapi pada tahun 2021, persentase pengentrian pengukuran balita di Bulan Agustus sebesar 98% dari jumlah balita rill sehingga grafik di bawah ini bisa menggambarkan sebaran prevalensi stunting di setiap desa.

Prevalensi tertinggi ada di Desa Sinauru yaitu sebesar 12% dan sudah berada di bawah target penurunan stunting nasional yaitu 14%.

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

100%

33%

100%

50% 50%

0% 0%

12%

5% 0% 1% 3% 4%

0%

8%

0% 5% 6%

0% 5%

0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%

Prevalensi Stunting Per Desa di Wilayah Kerja Puskesmas Pulau Tello Kabupaten Nias Selatan

2019 2020 2021

(4)

4. Grafik Prevalensi Balita Stunting per Desa di Wilayah Kerja Puskesmas Labuhan Hiu

Persentase pengentrian balita di e-ppgbm pada tahun 2019 sebesar 4% dan tahun 2020 sebesar 2% sehingga prevalensi stunting untuk seluruh desa sebesar 0% tidak bisa menggambarkan prevalensi yang sebenarnya. Walaupun pada tahun 2021 persentase pengentrian belum mencapai 80% tetapi terdapat kemajuan yang cukup signifikan yaitu sebesar 70% sehingga didapat prevalensi stunting tertinggi di Desa Labuan Bajau yaitu sebesar 14% dengan jumlah balita yang dientri sebanyak 14 dari 16 (88%).

0%

2%

4%

6%

8%

10%

12%

14%

16%

MAHANG LABARA

ADAM BAIS LAMBAK LABUAN RIMA

LABUAN HIU

LABUAN BAJAU

LABARA BAIS BARU LABUAN RIMA BARU

0% 0% 0% 0% 0%

3%

14%

0% 0% 0%

Prevalensi Stunting Per Desa di Wilayah Kerja Puskesmas Labuhan Hiu Kabupaten Nias Selatan

2019 2020 2021

(5)

5. Grafik Prevalensi Balita Stunting di Wilayah Kerja Puskesmas Simuk

Pada tahun 2019, Prevalensi stunting tertinggi di Desa Gobo Baru yaitu sebesar 33% dan menurun pada tahun 2020 yaitu 0% hal ini dkarenakan tidak adanya pengentrian balita di tahun 2020 dan naik kembali di tahun 2021 yaitu sebesar 26%. Presentase pengentrian secara khusus di Desa Gobo baru sebesar 71% dan secara umum sebesar 75%.

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

35%

GONDIA MAUFA GOBO BARU GOBO SILINA SILINA BARU

0% 0%

33%

0% 0% 0%

27%

0%

26%

0%

14%

0%

Prevalensi Stunting Per Desa di Wilayah Kerja Puskesmas Simuk Kabupaten Nias Selatan

2020 2020 2021

(6)

6. Grafik Prevalensi Balita Stunting di Wilayah Kerja Puskesmas Pulau-Pulau Batu Barat

Prevalensi balita stunting di Desa Bawositora mencapai 100% pada tahun 2019 artinya seluruh balita yang dientri di e-ppgbm termasuk kategori stunting. Setelah dianalisa pada tahun 2019 hanya 2 balita yang dientri dengan jumlah rill balita sebanyak 27 balita di Desa Bawositora. Dan pada tahun 2020, tidak terdapat balita stunting karena tidak ada pengentrian. Kemudian di tahun 2021, persentase pengentrian secara keseluruhan sebesar 60%. Desa Bawositora tetap menjadi desa dengan prevalensi tertinggi yaitu sebesar 24%

dengan persentase pengentrian sebesar 91%.

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

0%

100%

0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%

9%

24%

11%

22%

14%

23%

17% 18%

0%

Prevalensi Stunting Per Desa di Wilayah Kerja Puskesmas Pulau-Pulau Batu Barat Kabupaten Nias Selatan

2019 2020 2021

(7)

7. Grafik Prevalensi Balita Stunting di Wilayah Kerja Puskesmas Pulau-Pulau Batu Utara

Karena rendahnya persentase pengentrian di e-ppgbm pada tahun 2019 dan 2020 yaitu sebesar 2% dan 21% maka tidak bisa menghasilkan analisa yang menggambarkan prevalensi stunting di seluruh desa Wilayah Kerja Puskesmas Pulau-Pulau Batu Utara. Untuk Tahun 2021, persentase pengentrian meningkat menjadi 63% sehingga dihasilkan prevalensi tertinggi berada di Desa Memong yaitu sebesar 29%.

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

WAWA TELUK LIMO

BALE BALE MARIT BARU

SILIMA BANUA MARIT

MAJINO LORANG

SIOFA BANUA LORANG

LIMO BIANG

ZIABIANG MEMONG AFORE BALE-BALE SIBOHOU

0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%

20%

0% 0% 0% 0%

0%

25%

0%

4%

0%

8%

5%

7%

22%

29%

20%

8%

Prevalensi Stunting Per Desa di Wilayah Kerja Puskesmas Pulau-Pulau Batu Utara Kabupaten Nias Selatan

2019 2020 2021

(8)

8. Grafik Prevalensi Balita Stunting di Wilayah Kerja Puskesmas Teluk Dalam

Dari grafik di bawah ini, terlihat bahwa pada tahun 2019 Desa Hiligeho mencapai angka prevalensi stunting sebesar 100% dan turun menjadi 57% di tahun 2020 dan turun lagi menjadi 8% di tahun 2021. Adapun faktor yang berhubungan dengan besarnya prevalensi stunting di Desa Hiligeho salah satunya adalah persentase pengentrian di e-ppgbm. Pada tahun 2019 di Desa Hiligeho hanya 1 balita yang dientri, tahun 2020 meningkat menjadi 49 balita yang dientri dari 53 balita dan tahun 2021 ada 40 balita yang dientri dari 42 balita yang ada. Sehingga di tahun 2020 dan 2021 dengan besaran persentase di atas 80% sudah bisa menggambarkan angka prevalensi stunting di Desa Hiligeho.

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

0%

100%

50%

81%

19%

0% 0% 0% 0%

50%

0% 0% 0% 0%

50%

0%

0%

57%

37%

0%

19%

0%

57%

46%

19%

3%

13%

2%

27%

69%

44%

53%

2% 8% 4%

14% 10%

2% 5%

36%

15%

0% 4% 2% 5%

0% 2% 6%

Prevalensi Stunting Per Desa di Wilayah Kerja Puskesmas Teluk Dalam Kabupaten Nias Selatan

2019 2020 2021

(9)

9. Grafik Prevalensi Balita Stunting di Wilayah Kerja Puskesmas Bawomataluo

Prevalensi stunting tertinggi ada di Desa Orahili Eho di tahun 2019 prevalensi tertinggi ada di Desa Siliwulawa yaitu sebesar 63% dengan besar persentase pengentrian 66% (19 balita yang dientri dari 29 balita), tahun 2020 yaitu sebesar 100% dengan jumlah pengentrian hanya 2 balita dan tahun 2021 prevalensi stunting tertinggi di Desa Hilizihono sebesar 49% dengan besar persentase pengentrian 89% (24 balita dari 27 balita).

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

4% 5%

50%

18%

12% 14%

3%

35%

43%

14%

29%

17%

45%

0%

63%

36%

11%

2%

88%

41%

50% 50%

61%

38%

0%

40%

9%

35%

100%

29%

13%

6%

25% 25%

9%

42%

49%

27%

32% 31%

9%

17% 22%

11%

25%

43%

17% 13%

0%

24%

40%

Prevalensi Stunting Per Desa di Wilayah Kerja Puskesmas Bawomataluo Kabupaten Nias Selatan

2019 2020 2021

(10)

10. Grafik Prevalensi Balita Stunting di Wilayah Kerja Puskesmas Hilisataro

Dari grafik di bawah ini menunjukkan bahwa pada tahun 2019 Desa Hilindraso Raya mencapai angka prevalensi stunting tertinggi yaitu sebesar 100% dengan persentase pengentrian sebesar 3% (hanya 1 balita yang dientri dari 38 balita). Pada tahun 2020 prevalensi stunting di Desa Hilindraso Raya menurun menjadi 16% dengan persentase pengentrian sebesar 79% dan menurun kembali di tahun 2021 dengan prevalensi stunting sebesar 15% berdasarkan persentase pengentrian sebesar 89%.

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

50%

0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%

100%

13% 16%

8% 11%

3%

17%

6%

33%

23% 19%

13%

8%

37%

16%

25%

13% 15%

30%

24%

13% 13%

24% 28%

18%

24%

16%

29%

15%

Prevalensi Stunting Per Desa di Wilayah Kerja Puskesmas Hilisataro Kabupaten Nias Selatan

2019 2020 2021

(11)

11. Grafik Prevalensi Balita Stunting di Wilayah Kerja Puskesmas Hilisimaetano

Berdasarkan grafik di bawah ini, tahun 2019 tidak ada balita yang termasuk kategori stunting dikarenakan persentase pengentrian balita hanya sebesar 0,75% dengan pengertian hanya 7 balita yang dientri dari 931 jumlah balita rill. Pada tahun 2020, Desa Faomasi Hilisimaetano mengalami kenaikan prevalensi stunting yang sangat besar yaitu 100%. Dilihat dari persentase pengentrian di desa tersebut sebesar 1% yaitu 1 balita yang dienri dari 94 balita. Tahun 2021 hanya 2 desa dengan prevalensi di atas 14% yaitu Desa Hilisimaetano 43% dan Desa Faomasi Hilisimaetano 15%. Dan pengentrian balita juga hanya ada di 2 (dua) desa tersebut dengan besar persentase pengentrian 76% (Desa Hilisimaetano) dan 34% (Faomasi Hilisimaetano).

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%

100%

0% 0% 0% 0% 0% 0%

43%

0% 0% 0% 0% 0% 0%

15%

0% 0% 0% 0% 0% 0%

Prevalensi Stunting Per Desa di Wilayah Kerja Puskesmas Hilisimaetano Kabupaten Nias Selatan

2019 2020 2021

(12)

12. Grafik Prevalensi Balita Stunting di Wilayah Kerja Puskesmas Hilizalootano

Terdapat 3 (tiga) desa yang memiliki prevalensi stunting sebesar 100% pada tahun 2021 yaitu Desa Hilinawalo Mazino, Hilizoroilawa dan Lolomboli dan ditelusuri melalui data pengentrian, didapat hasil persentase di Desa Hilinawalo Mazino sebesar 6% dengan jumlah balita yang dientri 1 dari 17 balita, Desa Hilizoroilawa sebesar 13% dengan jumlah balita yang dientri 2 dari 15 dan Desa Lolomboli sebesar 4%

dengan jumlah balita yang dientri 1 dari 26 balita.

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

46%

3% 0%

9%

0%

19%

13% 14%

71%

0%

64%

14%

5%

12% 8%

4% 5%

27%

6%

0% 0% 0%

44%

80%

100% 100% 100%

38%

21%

40% 36%

27%

50%

Prevalensi Stunting Per Desa di Wilayah Kerja Puskesmas Hilizalootano Kabupaten Nias Selatan

2019 2020 2021

(13)

13. Grafik Prevalensi Balita Stunting di Wilayah Kerja Puskesmas Luahagundre Maniamolo

Pada tahun 2019, Desa Bawomaenamolo mencapai angka prevalensi stuntng tertinggi sebesar 67%, jika dihubungkan dengan persentase pengentrian maka Desa Bawomaenamolo juga mencapai angka tertinggi yaitu sebesar 54% dengan jumlah balita yang dientri sebanyak 58 dari 108 balita. Di tahun 2020, prevalensi stunting di Desa Bawomaenamolo menurun menjadi 22% dan persenetase pengentrian sebesar 68% dengan jumlah balita dientri sebanyak 73 dari 107 balita. Di tahun 2021, prevalensi stunting menurun lagi menjadi 5% (sudah berada di bawah target nasional) dan persentase pengentrian sebesar 83% dengan jumlah balita sebanyak 75 dari 90 balita.

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

0% 0% 0% 0% 0% 0%

67%

60%

0%

25%

32% 31% 33% 35%

24%

11%

22%

36% 38% 36%

3%

8%

13%

2%

8%

1%

5% 3%

10%

1%

Prevalensi Stunting Per Desa di Wilayah Kerja Puskesmas Luahagundre Maniamolo Kabupaten Nias Selatan

2019 2020 2021

(14)

14. Grafik Prevalensi Balita Stunting di Wilayah Kerja Puskesmas Onolalu

Dari tahun 2019 sampai 2021 Puskesmas Onolalu tidak melakukan pengentrian balita di e-ppgbm sehingga tidak terdata balita yang masuk kategori stunting.

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%

Prevalensi Stunting Per Desa di Wilayah Kerja Puskesmas Onolalu Kabupaten Nias Selatan

2019 2020 2021

(15)

15. Grafik Prevalensi Balita Stunting di Wilayah Kerja Puskesmas Amandraya

Tahun 2019 tidak ada balita yang termasuk kategori stunting yang tercatat dalam e-ppgbm dikarenakan rendahnya persentase pengentrian yaitu 3% dari seluruh desa. Sedangkan di tahun 2020 mulai ada peningkatan persentase pengentrian sebesar 36% dan masih jauh di bawah target yaitu minimal 80%, sehingga walaupun terdapat 2 desa dengan angka prevalensi tertinggi yaitu 95% (Desa Lolozaria dan Desa Sirofi) tidak dapat menggambarkan angka prevalensi yang sebenarnya. Dan di tahun 2021 hanya 1 desa yang tercatat prevalensi stuntingnya yaitu di Desa Tuindaro sebesar 25%. Hal ini juga dikarenakan hanya Desa Tuindrao yang dientri pengukuran balitanya di e- ppgbm yaitu sebesar 12%.

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

0% 0%

67% 71%

29%

66%

95%

0% 0% 0%

95%

0% 0%

37%

81% 79% 86%

0% 0%

94%

50%

25%

Prevalensi Stunting Per Desa di Wilayah Kerja Puskesmas Amandraya Kabupaten Nias Selatan

2019 2020 2021

(16)

16. Grafik Prevalensi Balita Stunting di Wilayah Kerja Puskesmas Aramo

Prevalensi Stunting di Desa Aramo adalah yang tertinggi yaitu mencapai 100% pada tahun 2019 dengan jumlah balita yang dientri sebanyak 1 dari 56 balita dan pada tahun 2020 prevalensi stunting menurun menjadi 0% karena tidak ada pengentrian balita di e -ppgbm.

Pada tahun 2021, prevalensi stunting di Desa Aramo kembali naik menjadi 35% dengan jumlah balita yang dientri sebanyak 23 dari 39 balita.

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

0% 0% 0% 0%

100%

0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%

30%

100%

67%

21% 21%

31%

0%

36%

50%

35% 33%

20%

0% 0%

5%

0% 0% 0%

20%

55%

Prevalensi Stunting Per Desa di Wilayah Kerja Puskesmas Aramo Kabupaten Nias Selatan

2019 2020 2021

(17)

17. Grafik Prevalensi Balita Stunting di Wilayah Kerja Puskesmas Ulususua

Dari grafik di bawah ini, dapat dilihat bahwa prevalensi stunting di Desa Orahili Fondrako mencapai 33% dengan jumlah balita yang dientri sebanyak 3 dari 32 balita dan prevalensi stunting di Desa Orahili Fondraku turun menjadi 6% di tahun 2020 dengan jumlah balita yang dientri sebanyak 18 dari 24 balita yaitu sebesar 75%. Kemudian pada tahun 2021, Desa Orahili Hilifondrako dengan besar persentase pengentrian yang sama dengan tahun 2020, prevalensi stunting menurun drastis menjadi 0%.

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

35%

25%

33%

5%

3%

9%

0% 0% 0% 0%

7% 7%

5% 6% 6%

10%

8%

21%

Prevalensi Stunting Per Desa di Wilayah Kerja Puskesmas Ulususua Kabupaten Nias Selatan

2019 2020 2021

(18)

18. Grafik Prevalensi Balita Stunting di Wilayah Kerja Puskesmas Lahusa

Pada tahun 2019, terdapat 1 desa yang prevalensi stuntignya di atas target nasional yaitu Desa Sinar Baho sebesar 17%, naik menjadi 25% di tahun 2020 dan turun menjadi 0% di tahun 2021. Hal ini bukan karena berkurangnya jumlah balita stunting di Desa Sinar Baho melainkan persentase pengentrian balita di e-ppgbm yang sangat rendah yaitu di tahun 2019 sebesar 71%, tahun 2020 sebesar 17% dan tahun 2021 sebesar 0%. Begitu pula pada tahun 2021, ada 6 Desa yang angka prevalensinya mencapai 100% antara lain: Desa Bawolato, Desa Lahusa, Desa Sarahililaza, Desa Hiligambukha, Desa Lahusa 1 dan Desa Hilinawalo Balaekha, hal ini dikarenakan persentase pengentrian secara berurutan sebesar 10%, 6%, 12%, 5%, 2% dan 2%.

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

0%

11%

0% 0% 3% 0% 0% 3% 0% 0% 2% 0% 0% 0%

8% 8%

0%

17%

1% 4%

0% 0% 2%

0% 0%

19% 20%

0% 0% 0%

27%

0%

100%

33% 40%

0% 0%

29%

0% 0%

25%

7%

100%

0% 0%

30%

20%

0%

57% 58%

0%

100% 100%

0%

52%

0%

25%

100%

0%

33%

100%

0%

64%

0%

100% 100%

67%

0% 0%

Prevalensi Stunting Per Desa di Wilayah Kerja Puskesmas Lahusa Kabupaten Nias Selatan

2019 2020 2021

(19)

19. Grafik Prevalensi Balita Stunting di Wilayah Kerja Puskesmas Siduaori

Berdasarkan grafik di bawah ini, pada tahun 2019 prevalensi stunting tertinggi ada di Desa Uluidanoduo yaitu 60%, turun menjadi 57% di tahun 2020 dan turun kembali menjadi 15% di tahun 2021. Dengan persentase pengentrian di tahun 2019 sebesar 63%, tahun 2020 sebesar 40% dan tahun 2021 sebesar 93%.

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

11%

46%

20%

46%

60%

38%

29% 30%

9%

13% 14%

0%

22%

0%

45%

57%

43%

39%

33%

50%

0%

20%

26%

11% 14%

10%

15% 17%

55%

28%

22%

11%

29%

Prevalensi Stunting Per Desa di Wilayah Kerja Puskesmas Siduaori Kabupaten Nias Selatan

2019 2020 2021

(20)

20. Grafik Prevalensi Balita Stunting di Wilayah Kerja Puskesmas Somambawa

Pada tahun 2019 dan tahun 2020, tidak ada balita yang masuk dalam kategori stunting karena tidak adanya juga pengentrian balita di e- ppgbm. Sedangkan pada tahun 2020, Desa Mehaga mencapai prevalensi tertinggi sebesar 58% dengan n persentase pengentrian sebesar 62% dan secara keseluruhan sebesar 55%.

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%

26%

37% 39%

58%

13%

55%

36%

41%

29%

33%

50%

30%

22%

40%

Prevalensi Stunting Per Desa di Wilayah Kerja Puskesmas Somambawa Kabupaten Nias Selatan

2019 2020 2021

(21)

21. Grafik Prevalensi Balita Stunting di Wilayah Kerja Puskesmas Gomo

Prevalensi stunting tertinggi di tahun 2019 berada di Desa Gunung Gabungan yaitu sebsar 88% dengan persentase pengentrian sebesar 75%, pada tahun 2020 prevalensi stuntingnya menurun menjadi 53% dengan persentase pengentrian sebesar 96% dan pada tahun 2021 prevalensi stuntingnya kembali menurun menjadi 26% dengan persentase pengentrian sebesar 95%. Grafik ini sudah mampu menggambarkan sebaran prevalensi stunting yang sebenarnya karena secara keseluruhanpun, besaran persentase sudah di atas 80%

yaitu sebesar 95%.

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

45%

69%

21%

63% 66%

47%

56%

40%

67%

60%

88%

36%

64%

13%

53%

25% 20%

55% 54% 57%

41%

53%

18%

30%

7% 3%

10%

29%

19%

4%

18%

46%

26%

Prevalensi Stunting Per Desa di Wilayah Kerja Puskesmas Gomo Kabupaten Nias Selatan

2019 2020 2021

(22)

22. Grafik Prevalensi Balita Stunting di Wilayah Kerja Puskesmas Susua

Pada tahun 2019, tidak ada balita stunting yang tercatat di e-ppgbm karena persentase pengentrian hanya sebesar 1% dengan jumlah balita yang dientri sebanyak 1 dari 253 balita. Tahun 2020 terdapat 1 desa yang memiliki prevalensi stunting 50% yaitu Desa Hiliwaebu dengan jumlah balita yang dientri sebanyak 2 dari 19 balita. Di tahun 2021, prevalensi stunting di Desa Hiliwaebu meningkat menajdi 100%, hal ini juga dikarenakan rendahnya persentase pengentrian balita di e-ppgbm yaitu sebesar 1 dari 21 balita.

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%

50%

0% 0% 0% 0% 0% 0%

0%

73%

33%

0%

73%

0%

72%

0% 0%

62%

50%

100%

50%

36%

0% 0% 0% 0%

Prevalensi Stunting Per Desa di Wilayah Kerja Puskesmas Susua Kabupaten Nias Selatan

2019 2020 2021

(23)

23. Grafik Prevalensi Balita Stunting di Wilayah Kerja Puskesmas Mazo

Puskesmas Susua tidak melakukan pegentrian di Bulan Agustus Tahun 2019 dan 2021. Sehingga grafik di bawah ini hanya menunjukkan prevalensi stunting di Tahun 2020 dengan yang paling tinggi adalah Desa Hilimaufa sebesar 100% karena hanya 1 balita yang dientri.

Sehingga 1 balita yang dientri di e-ppgbm termasuk kategori stunting.

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

0%

67%

0% 0% 0%

100%

0%

60%

37%

0%

Prevalensi Stunting Per Desa di Wilayah Kerja Puskesmas Mazo Kabupaten Nias Selatan

2019 2020 2021

(24)

24. Grafik Prevalensi Balita Stunting di Wilayah Kerja Puskesmas Umbunasi

Tahun 2019 hanya 1 desa yang tercatat prevalensi stuntingnya yaitu Desa Ambukha sebesar 50% dengan jumlah hanya 2 balita yang dientri di e-ppgbm. Pada tahun 2020, prevalensi stunting Desa Ambukha naik menjadi 54% dengan persentase pengentrian sebesar 68%

dan pada 2021 angka prevalensi di Desa Ambukha naik menjadi 67% dengan persentase pengentrian sebesar 94%.

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

0% 0% 0% 0% 0%

50%

0% 0% 0% 0% 0%

55%

64%

53% 53% 58%

54%

46%

37%

0%

57%

50%

75%

69%

0%

94%

67% 67%

75%

85% 89%

85%

31%

Prevalensi Stunting Per Desa di Wilayah Kerja Puskesmas Umbunasi Kabupaten Nias Selatan

2019 2020 2021

(25)

25. Grafik Prevalensi Balita Stunting di Wilayah Kerja Puskesmas Idanotae

Desa Umbu Idanotae menempati posisi pertama dengan prevalensi stunting sebesar 12% pada tahun 2019 dan naik menjadi 55% pada tahun 2020 dan turun kembali menjadi 51% pada tahun 2021. Pada tahun 2020, Desa Awoni mecapai angka prevalensi sebesar 100%

karena jumlah balita yang dientri hanya 4 dari 14 balita.

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

0% 0% 0% 0% 0%

12%

0% 0% 0% 0% 0% 0%

53%

74%

62%

50% 54% 55%

100%

76%

33%

50%

30% 33%

37%

48%

70%

26%

31%

51%

67%

40%

32%

62%

56%

38%

Prevalensi Stunting Per Desa di Wilayah Kerja Puskesmas Idanotae Kabupaten Nias Selatan

2019 2020 2021

(26)

26. Grafik Prevalensi Balita Stunting di Wilayah Kerja Puskesmas Ulu Idanotae

Berdasarkan grafik di bawah ini, prevalensi stunting tertinggi ada di Desa Lawa-Lawa Luo Idanotae yaitu sebesar 71% dengan persentase pengentrian sebesar 13% yaitu 4 balita yang dientri dari 54 jumlah balita rill. Prevalensi stunting di Desa Lawa-Lawa Luo Idanoate tiba-tiba naik drastis menjadi 100% di tahun 2020 karena hanya ada 1 balita yang dientri di e-ppgbm. Dan pada tahun 2021 prevalensi stunting di desa tersebut turun kembali menjadi 25% dengan persentase pengentrian sebesar 97% yaitu 57 balita yang dientri dari 59 jumlah balita rill.

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

71%

21% 27%

0%

7%

50%

33%

0% 0% 0% 0%

100%

0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%

41%

26% 26%

16% 11%

36%

20% 23%

0%

23%

35%

26%

Prevalensi Stunting Per Desa di Wilayah Kerja Puskesmas Ulu Idanotae Kabupaten Nias Selatan

2019 2020 2021

(27)

27. Grafik Prevalensi Balita Stunting di Wilayah Kerja Puskesmas Boronadu Tidak ada pengentrian balita di e-ppgbm dari tahun 2019, 2020 dan 2021.

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

Prevalensi Stunting Per Desa di Wilayah Kerja Puskesmas Boronadu Kabupaten Nias Selatan

2019 2020 2021

(28)

28. Grafik Prevalensi Balita Stunting di Wilayah Kerja Puskesmas Lolomatua

Tahun 2019, prevalensi stunting tertinggi ada di Desa Orudua Lawa-Lawa Luo yaitu sebesar 100% dengan jumlah balita yang di entri hanya 1 dari 58 balita. Prevalensi stunting di Desa Orudua Lawa-Lawa Luo turun menjadi 0% di tahun 2020 karena tidak ada pengentrian.

Dan pada tahun 2021, prevalensi di Desa tersebut naik menjadi 27% dengan besar persentase pengentrian sebesar 51%.

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%

100%

0% 0%

48%

38%

60%

36%

56%

26%

33%

0%

65%

47%

27%

40%

60%

Prevalensi Stunting Per Desa di Wilayah Kerja Puskesmas Lolomatua Kabupaten Nias Selatan

2019 2020 2021

(29)

29. Grafik Prevalensi Balita Stunting di Wilayah Kerja Puskesmas Ulunoyo

Tahun 2019, prevalensi stunting di Desa Orahili Ulunoyo mencapai 100% dan hal ini disebabkan oleh jumlah balita yang dientri hanya 1 dari 63 balita. Pada tahun 2020 prevalensi stunting di Desa Orahili Ulunoyo durun drastis menjadi 0% karena tidak ada balita yang dientri.

Dan pada tahun 2021, prevalensi stunting di Desa Orahili Ulunoyo naik kembali menjadi 42% dengan persentase pengentrian sebes ar 70%.

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

0% 0% 0% 0%

100%

0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%

0%

25% 24%

37% 42%

33%

50%

15%

30%

50%

35% 32%

25%

Prevalensi Stunting Per Desa di Wilayah Kerja Puskesmas Ulunoyo Kabupaten Nias Selatan

2019 2020 2021

(30)

30. Grafik Prevalensi Balita Stunting di Wilayah Kerja Puskesmas Lolowau

Tahun 2019, prevalensi stunting di Desa Lolohowa mencapai 43% turun menjadi 33% di tahun 2020 dan turun kembali menjadi 7% di tahun 2021. Berbanding lurus dengan besar persentase pengentrian yaitu 78% di tahun 2019 naik menjadi 88% di tahun 2020 dan naik menjadi 100%. Grafik di Desa Lolohowa sudah bisa menggambarkan sebaran prevalensi balita stunting yang sebenarnya.

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

35%

40%

45%

0% 0% 0% 0%

43%

4% 2%

0% 0% 0% 0% 0%

44%

38%

17%

0%

33% 35%

30%

0%

7%

0%

33%

23%

0% 0% 0% 0%

7%

11%

26%

0%

8%

0%

35%

22%

Prevalensi Stunting Per Desa di Wilayah Kerja Puskesmas Lolowau Kabupaten Nias Selatan

2019 2020 2021

(31)

31. Grafik Prevalensi Balita Stunting di Wilayah Kerja Puskesmas Hilimegai

Tidak ada pengentrian balita yang diukur di tahun 2019 dan 2020 sehingga grafik prevalensi balita menyatakan 0% di seluruh desa pada tahun 2019 dan 2020. Sedangkan pada tahun 2021, persentase pengentrian secara keseluruhan desa sebesar 25%, dan prevalensi tertinggi ada di Desa Hilitoese yaitu sebesar 32% dengan persentase pengentrian sebesar 42%.

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

35%

20%

0%

14%

4%

11%

32%

0%

31%

22%

0%

Prevalensi Stunting Per Desa di Wilayah Kerja Puskesmas Hilimegai Kabupaten Nias Selatan

2019 2020 2021

(32)

32. Grafik Prevalensi Balita Stunting di Wilayah Kerja Puskesmas Oou

Berdasarkan grafik di bawah ini, terdapat 1 desa yang mencapai 100% di tahun 2019 yaitu Desa Hilinamazihono dengan jumlah 1 balita yang dientri, di tahun 2020 prevalensi stunting turun menjadi 0% karena tidak ada pengukuran balita yang dientri di e-ppgbm dan tahun 2021 naik menjadi 10% dengan persentase pengentrian sebesar 23%. Rendahnya persentase pengentrian balita di e-ppgbm sehingga grafik ini tidak bisa menggambarkan sebaran prevalensi stunting yang sebenarnya.

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

0% 0% 0% 0%

50%

100%

0%

50%

0% 0% 0%

0% 0%

100%

0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%

60%

100%

23%

100%

0%

10%

0%

12%

0% 0% 0%

Prevalensi Stunting Per Desa di Wilayah Kerja Puskesmas Oou Kabupaten Nias Selatan

2019 2020 2021

(33)

33. Grafik Prevalensi Balita Stunting di Wilayah Kerja Puskesmas Onohazumba

Tidak ada pengentrian pengukuran balita di e-ppgbm di tahun 2019 dan tahun 2020 sehingga tidak ada prevalensi balita stunting yang tercatat di e-ppgbm. Pada tahun 2021, persentase pengentrian secara keseluruhan sebesar 17% kemudian di dapat prevalensi balita stunting terttinggi ada di Desa Orahili Huruna yaitu 100% karena di Desa Orahili Huruna hanya 3 balita yang dientri.

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

67%

30%

50%

100%

0% 0% 0%

59%

23%

0%

Prevalensi Stunting Per Desa di Wilayah Kerja Puskesmas Onohazumba Kabupaten Nias Selatan

2019 2020 2021

(34)

34. Grafik Prevalensi Balita Stunting di Wilayah Kerja Puskesmas Hilisalwaahe

Tahun 2019 terdapat 2 Desa dengan prevalensi balita stunting mencapai 100% yaitu Desa Hiliadulo dan Desa Umbuasi Barat dengan jumlah balita yang dientri masing-masing adalah 1 balita. Dan tahun 2020 prevalensi stunting di Desa Hiliadulo menurun menjadi 13%

dengan persentase pengentrian sebesar 100% dan prevalensi stunting Desa umbuasi barat juga menurun menjadi 25% dengan persentase pengentrian sebesar 86%. Sedangkan pada tahun 2021 kedua desa tersebut mengalami penurunan drastis menjadi 0%, hal tersebut dikarenakan tidak adanya pengentrian balita di e-ppgbm.

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

0% 0% 0%

100%

0% 0% 0% 0% 0% 0%

100%

55%

13% 14% 13%

0%

7%

31%

0% 0%

6%

25%

Prevalensi Stunting Per Desa di Wilayah Kerja Puskesmas Hilisalawaahe Kabupaten Nias Selatan

2019 2020 2021

(35)

35. Grafik Prevalensi Balita Stunting di Wilayah Kerja Puskesmas Huruna

Puskesmas Huruna tidak melakukan pengentrian balita di e-ppgbm dari tahun 2019, 2020 dan 2021. Sehingga tidak ada grafik prevalensi stunting yang bisa dianalisa.

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

Prevalensi Stunting Per Desa di Wilayah Kerja Puskesmas Huruna Kabupaten Nias Selatan

2019 2020 2021

(36)

36. Grafik Prevalensi Balita Stunting di Wilayah Kerja Puskesmas Hilianombasela

Puskesmas Hilianombasela berada di Kecamatan yang sama dengan Puskesmas Hibala yaitu Kecamatan Hibala. Ada 7 desa yang berada di wilayah kerja Puskesmas Hilianombasela dan tidak ada balita yang dientri di e-ppgbm sehingga tidak bisa dilihat sebaran prevalensi balita stunting di wilayah kerja puskesmas Hilianombasela.

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

Prevalensi Stunting Per Desa di Wilayah Kerja Puskesmas Hilianombasela Kabupaten Nias Selatan

2019 2020 2021

(37)

Gambar

Grafik di bawah ini menunjukkan bahwa pada tahun 2019 hanya Desa Hiligeho Sogawu yang memiliki balita stunting dengan prevalensi  sebesar  50%  dikarenakan  terdapat  1  balita  stunting  dari  2  balita  yang  dientri  pengukurannya  di  e-ppgbm

Referensi

Dokumen terkait

Larutan buffer basa juga dapat terjadi dari campuran suatu basa lemah dengan suatu asam kuat di mana basa lemah dicampurkan berlebih1. Reaksi dissosiasinya adalah sebagai

Nah dalam hal ini untuk mengurangi limit Following kita agar kita bisa tetap Following orang lain, maka anda saya sarankan untuk Unfollow akun yang tidak Follow Back akun

Dengan penelitian eksplanatif ini diharapkan penulis dapat mengetahui hasil dari penelitian yang penulis lakukan tentang Pengaruh Program Corporate Social

Pada soal soal nomor 1 dikatakan sudah konsisiten pada KI, namun belum konsisten dengan KD karena pada KD 3.2 (membandingkan teks eksposisi baik lisan maupun tulisan)

Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 mendapatkan prevalensi stunting pada anak usia sekolah (5-12 tahun) di Indonesia mencapai 30,7%. Prevalensi stunting pada anak usia yang sama

Program pemberian makanan tambahan pada tahap input dalam penatalaksanaan balita stunting di wilayah kerja Puskesmas Sirampog sudah cukup terintegrasi. Setiap bulan bidan

[r]

Pegawai Negeri Sipil Kejaksaan Republik Indonesia yang menduduki jabatan fungsional jaksa dan diangkat dalam jabatan struktural serta pangkatnya masih satu tingkat