11
BAB II
KERANGKA KONSEP
2.1 Tinjauan Karya Sejenis
2.1.1 Asumsi Bersuara
Asumsi Bersuara merupakan salah satu platform digital yang dinaungi oleh Asumsi.co yang memiliki tagline “Di Asumsi, kami mendengar semua orang” . Asumsi Bersuara berfokus pada pembahasan politik, current affairs, dan Pop Culture. Podcast Asumsi Bersuara awalnya dimulai oleh Pangeran Siahaan dan Iman Sjafei dalam kanal Youtube pada tahun 2015. Asumsi Bersuara beralih ke Spotify dengan produk podcast di episode pertamanya saat 2 Januari 2019 dengan judul “Eps 1: Sabda Gus Haye dan Gus Bhaga” dengan durasi 48 menit.
Gambar 2.1 Logo Asumsi Bersuara
Sumber: Anchor.fm
12 Berdasarkan informasi dari chartable.com, Asumsi Bersuara menempati urutan ke-10 di Spotify dalam kategori podcast news and politics di Indonesia per 30 Juni 2021. Konten dengan pembahasan politik
di Indonesia menjadi senjata utama dalam Asumsi Bersuara. Rayestu yang menjadi podcaster Asumsi Bersuara mampu mengulik topik-topik yang dikatakan kontroversi dengan kritis dan mendalam sehingga para pendengarnya mendapatkan informasi yang faktual dan valid dari setiap narasumbernya. Setiap episode Asumsi Bersuara tidak memiliki batasan durasi dalam produksinya dan selalu menghadirkan berbagai narasumber, seperti pengamat politik, akademis politik, bahkan tokoh politik yang terlibat langsung dalam pemerintahan Indonesia.
Karya Asumsi Bersuara menjadi referensi penulis untuk dijadikan acuan karena kreativitas akan topik yang diangkat mampu menarik dan menyesuaikan isu politik yang sedang ada tanpa harus tergesa-gesa dan tetap mengandalkan kekuatan riset dalam penyusunan pertanyaannya ketika melakukan proses wawancaranya. Rayestu menyatakan bahwa dirinya sangat dibantu oleh tim produksi Asumsi Bersuara untuk melakukan riset dari setiap topik-topik yang akan dibahas dan selalu didukung untuk mengundang narasumber-narasumber yang memiliki popularitas yang tinggi pada politik Indonesia di salah satu konten podcast Politik Kemarin Sore.
13 2.1.2 Pinter Politik
PinterPolitik merupakan media digital yang didirikan oleh Wim Tangkilisan dan Stephanie Tangkilisan sejak tahun 2016 dengan tujuan menghadirkan portal berita yang menjunjung tinggi nilai-nilai kebenaran atau berita-berita yang memiliki nilai fakta dan data yang relevan, sehingga mampu membuka wawasan dalam berpikir. Pinter Politik Podcast merupakan salah satu media yang diatur oleh PinterPolitik. Podcast yang episode pertamanya dengan durasi 13 menit dan diunggah di Spotify pada 2 Oktober 2019.
Pada episode pertama, Pinter Politik Podcast membahas tentang sistem politik Autokrasi pada masa pemerintahan Jokowi di awal periode keduanya. Keberanian Pinter Politik Podcast tersampaikan dalam setiap kontennya karena keberpihakan bukan sebuah masalah, justru memihak atau beroposisi menjadi daya tariknya dalam menyampaikan topik politik.
Oleh karena itu, Pinter Politik Podcast harus selalu menyajikan data dan Gambar 2. 2 Logo Pinter Politik Podcast
Sumber: Open.spotify.com
14 fakta dengan ulasan yang tajam dan terpercaya agar para pendengarnya tidak mendapatkan kesan bahwa opininya digiring.
Pembawaan dan pengambilan perspektif yang tajam, relevan, dan santai pada konten Pinter Politik Podcast menjadi referensi penulis untuk menentukkan sudut pandang yang kritis akan suatu isu politik yang nantinya diproduksi. Meskipun, tidak semua konten Pinter Politik Podcast merupakan Talkshow, penulis tetap terfokus pada konten yang bertemakan Talkshow.
2.1.3 Politik Kemarin Sore
Politik Kemarin Sore merupakan podcast yang pembahasannya seputar politik dengan gaya yang santai. Politik Kemarin Sore berawal dari Kalo Kataku yang membuat konten di Youtube. Menurut Politik Kemarin Sore, politik merupakan wilayah dimana semua keputusan-keputusan yang akan mempengaruhi kehidupan masyarakat Indonesia. Pengemasan konten Politik Kemarin Sore sangat menyenangkan dan terasa ringan bagi para
Sumber: Stitcher.com
Gambar 2. SEQ Gambar_2. \* ARABIC 3 Logo Politik Kemarin Sore
15 pendengarnya karena meskipun riset datanya tidak terlalu mencolok sebagai senjata tetapi jenaka dan lelucon yang dilontarkan antar satu podcaster dengan podcaster lainnya sangat menghibur.
Politik Kemarin Sore resmi sebagai sebuah podcast pada 29 Oktober 2019, hingga saat ini sudah mencapai episode ke-77 pada tanggal 4 Oktober 2020. Politik Kemarin Sore berbeda dengan podcast yang membahas politik juga karena Dany, Agoy, Faris, dan Ave sebagai podcaster lebih mengedepankan pandangan dan pengetahuan mereka dari pemberitaan di media-media akan politik di Indonesia. Memang terlihat kurang objektif tapi suasananya menjadi lebih hidup karena mereka saling bertukar informasi yang diikuti. Namun, meskipun terdapat 4 podcaster dalam satu podcast, mereka juga sering mengundang para tokoh politik atau pengamat politik dalam podcastnya untuk di kulik dan menjadi penguat pandangan mereka akan politik.
Cara membangun suasana dan pengemasan konten pada Politik Kemarin Sore menjadi referensi penulis. Suasana yang asik dan seru akan membangun minat para pendengar untuk semakin ingin mendengarkan informasi mereka dan memungkinkan para pendengar menganggap perbincangannya ringan karena mampu dikemas dengan lelucon. Terbukti menurut Chartable.com, Politik Kemarin Sore menempati posisi ke-9 dalam katergori News and Politics Podcast.
16
2.2 Teori dan Konsep
2.2.1 Komunikasi Massa
Komunikasi massa adalah proses komunikasi yang dilakukan melalui media massa dengan berbagai tujuan komunikasi dan untuk menyampaikan informasi kepada khalayak luas. Dengan demikian unsur- unsur penting dalam komunikasi massa adalah komunikator, media massa, informasi, gatekeeper, khalayak, dan umpan balik (Hadi, Wahjudianata, &
Indrayani, 2020). Komunikator dalam komunikasi masalah adalah pihak yang mengandalkan media massa dengan teknologi komunikasi modern sehingga dapat diakses dengan cepat oleh publik dan pihak yang menjadi sumber informasi atau pemberitaan yang mewakili institusi formal yang sifatnya mencari keuntungan dari penyebaran informasi itu (Romli K., 2016).
Dalam prosesnya, komunikasi massa melibatkan banyak orang sehingga bersifat kompleks dan rumit. Menurut McQuail (2011), proses komunikasi massa adalah sebagai berikut.
a. Melakukan distribusi dan penerimaan informasi dalam skala besar.
b. cenderung dilakukan melalui model satu arah dan asimetris, yaitu komunikator kepada khalayak.
c. berlangsung non-pribadi dan anonym.
d. Didasarkan pada hubungan kebutuhan-kebutuhan di masyarakat.
17 2.2.2 Media Baru
Karakteristik dari media baru adalah adanya saling keterhubungan, akses terhadap khalayak individu sebagai penerima maupun pengirim pesan, interaktivitasnya, kegunaan yang beragam sebagai karakter yang terbuka, dan sifatnya yang ada dimana – mana (Kurmia, 2005). Saat ini dimana teknologi terus berkembang dengan pesat, muncul sosok media baru yaitu media digital. Media digital kini telah digunakan sebagai kepentingan sumber informasi bagi masyarakat karena kelebihannya yang mampu menjangkau audiens dengan lebih luas dan cepat.
New media adalah suatu media yang cara penggunaannya dan cara mengkonsumsinya tidak seperti media – media mainstream kebanyakan.
Media digital adalah salah satu bentuk dari media baru yang kini terus merambah di kalangan masyarakat menyajikan informasi dalam format yang beragam (Lister, Dovey, Giddings, Kelly, & Grant, 2009). Hal ini semakin memanjakan masyarakat untuk semakin mudah mendapatkan informasi secara lebih jelas dan terperinci dari berbagai sudut pandang.
Salah satu contoh media baru adalah podcast sebagai media baru yang seperti radio menggunakan format audio dalam penyebaran informasi (Fadilah, Yudhapramesti, & Aristi, 2017).
2.2.3 Karakteristik Siaran Radio
Menurut Triartanto (2010), radio memiliki karakteristik imajinatif, auditori, akrab, dan memiliki gaya percakapan sehari-hari. Imajinatif di sini dipandang sebagai sebuah bentuk karya dimana pendengar dapat menikmati
18 suatu cerita dengan daya persepsinya masing-masing. Hal ini dikarenakan radio hanya memakai suara sebagai sarananya dalam menyampaikan pesan.
Radio yang juga bersifat auditori yang pesannya bisa tersampaikan melalui telinga. Jadi, apa yang mau disampaikan oleh penyiar harus jelas dan bisa dicerna. Inilah mengapa radio lebih banyak menggunakan bahasa tutur sehari-hari agar pesannya dapat lebih mudah disampaikan oleh pendengar.
Sementara itu, sifat akrab dari radio juga memberikan kesan pendengar hanya mengobrol dua arah dengan penyiarnya.
Meskipun pada akhirnya akan dikemas dalam bentuk podcast, penulis melihat karakteristik radio tersebut dapat diterapkan dalam pembuatan podcast Tugas Akhir. Karena, sifat akrab dan gaya percakapan yang santai pada radio dapat membuat narasumber jadi lebih nyaman saat berbincang bersama penyiar podcastnya, dan sifat imajinatif dapat dipakai pada saat rekonstruksi adegan. Walaupun podcast memiliki durasi yang lebih fleksibel, sifat auditori atau penyampaian pesan yang singkat, padat dan jelas dapat diterapkan, sehingga segala penyampaian dari narasumber pun penyiar podcast dapat dimaksimalkan dan tidak bertele-tele.
Selain itu, mengutip Jurnal dari Universitas Padjajaran bertajuk
“Podcast sebagai Alternatif Distribusi Konten Audio" yang ditulis oleh Eni Fadilah, Pandan Yudhapramesti, dan Nindi Aristi pada 2017 memiliki gambaran seperti karakteristik radio siaran, misalnya sifat radio dalam membangun imajinasi seseorang. Jadi, meski terdapat perbedaan, kedua hal tersebut sama-sama memiliki ciri khas utama, yaitu kekuatan audio.
19 2.2.4 Karakteristik Podcast
Dalam Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi, terdapat jurnal ilmiah dengan judul Podcast: Potensi dan Pertumbuhannya di Indonesia karya RN Rafiza mengutip karakteristik podcast secara singkat dari tulisan Kang dan Gretzel (2012). Karakteristik podcast yang mereka paparkan adalah gaya narasi percakapan karena dianggap lebih efisien dalam meningkatkan kehadiran sosial, karena itulah podcaster memiliki peran penting dalam sebuah podcast (Rafiza, 2020).
Hal senada juga diungkapkan oleh Geoghegan dan Klass melalui kutipan Jurnal karya Fadilah, Yudhapramesti, & Aristi (2017) yang memaparkan bahwa podcast memiliki karakteristik yang praktis, terutama dalam cara mengaksesnya, mudah digunakan, fleksibel untuk didengarkan kapan saja dan di mana saja, sebab kontrol dari podcast tersebut ada di tangan pendengar podcast itu sendiri.
2.2.5 Teknik Wawancara
Wawancara merupakan suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan secara terstruktur maupun tidak terstruktur dan bisa dilakukan dengan cara tatap muka atau secara langsung maupun tidak langsung dengan melalui telepon (Arifin Z., 2020). Tujuan wawancara adalah memperoleh informasi yang akurat dari narasumber dengan menyampaikan beberapa pertanyaan tertentu kepada narasumber.
20 Selain memiliki tujuan, dampak dari wawancara terdapat beraneka macam, yaitu (Ilham, 2020):
1. Agar terhindar kesalahan informasi atau data yang simpang siur.
2. Informasi atau data dari hasil wawancara menjadi pelengkap informasi awal.
3. Menggali kemungkinan adanya perspektif baru atas suatu masalah.
4. Mendapatkan informasi secara komprehensif, akurat, jujur, dan juga mendalam.
5. Memperoleh informasi dan data yang objektif dan berimbang.
2.2.6 Teknik Vokal
Teknik vokal adalah bagian dari paralanguage yang merupakan klasifikasi dari pesan nonverbal. Pesan yang disampaikan menggunakan kata, frasa, atau kalimat penting dalam proses komunikasi. Namun, cara penggunaan bahasa jauh lebih penting sebagai sumber informasi dari pada kata-kata itu sendiri (Rubani, 2010).
Menurut Budyatna dalam buku teori komunikasi antarpribadi, ada empat karakteristik yang menjadi karakter utama dari vokal (2011), yaitu:
1. Pola titinada atau pitch.
merupakan tinggi atau rendahnya nada vokal. Suara-suara yang lebih rendah dalam titinada cenderung mengandung kepercayaan dan kredibilitas.
21 1. Volume.
Dapat diartikan dengan kerasnya atau lembutnya nada. Orang mempunyai volume suara yang berbeda tergantung pada situasi dan topik pembicaraan.
1. Kecepatan atau rate.
Mengacu kepada kecepatan pada saat orang berbicara. Orang cenderung berbicara cepat pada saat sedang berbahagia, terkejut, gugup atau sedang gembira. Berbicara lebih lambat apabila mereka sedang memikirkan jalan keluar penyelesaian atau mencoba menegaskan pendirian.
1. Kualitas.
Merupakan bunyi dari suara seseorang. Setiap suara manusia memiliki nada yang berbeda. Beberapa suara bersifat serak atau parau, suara yang tidak enak atau tidak menyenangkan, suara yang bersifat nyaring, suara seperti tertahan di leher.
Sementara dalam buku Broadcasting to be Broadcaster (2010) dijelaskan juga tentang teknik olah vokal untuk melatih pengucapan, artikulasi, penekanan, warna kata, kecepatan dan kerongkongan yang rileks, serta harmonisasi dari bahasa tuturnya yang baik ini melalui proses tiga gerakan bibir, lidah, rahang yang kuat.
1. Penekanan suara. Penyiar menggunakan penekan untuk tempo, infleksi (Perubahan nada suara) perilaku, gaya, pemahaman, penghafalan dan sinkronisasi kata-kata pada waktu penyiaran.
22 Kejelasan pengucapan, pengucapan dan tutur bahasa yang benar menjadi hal yang sangat penting bagi seorang broadcaster radio baik televisi dan mudah dipahami khalayak.
2. Kejelasan akan arti sebuah Artikulasi sangat berkaitan dengan pengucapan huruf vokal dan konsonan artikulasi harus jelas seperti pengucapan, a.i.u.e.o dan menyenangkan telinga pendengar dengan menjaga jarak antara mulut dengan mikrofon posisinya kurang lebih lima jari dari mulut, kalau terlalu dekat akan berakibat pada pengucapan artikulasi yang tidak menarik.
3. Tidak jelas terutama untuk mikrofon yang sensitif akan nada rangsangan voice.
4. Menunjukkan suatu ekspresi hal yang penting atau tidak penting dalam suatu materi bacaan. Untuk penyiar di dalam studio melakukan suatu ekspresi dengan gerak tubuh akan membantu dalam suatu penekanan dan kejelasan pada apa yang disampaikan.
5. Warna kata, sangat berkaitan dengan penekanan terutama dengan lemah kuatnya suatu warna suara. Warna kata dengan kualitas suara serta sikap emosional seorang penyiar bukan saja hanya menampilkan 14 denotation (tanda) akan tetapi dengan impression (kesan), behavior (perilaku), dan mood (suasana jiwa).
6. Kecepatan dalam tempo. Ada dua faktor dalam hubungan kecepatan dan tempo, pertama adalah kecepatan keseluruhan yaitu jumlah kata
23 per menit, kedua dalam mengucapkan kata perkata melalui siaran dibutuhkan keragaman dalam, karena banyak jenis materi siaran.
7. Infleksi (perubahan nada suara), penyiar harus familiar dengan latihan variasi makna dan emosi dengan mengatakan “Ow” atau
“Ya” “Apa Kabar?” dalam berbagai acara memperlihatkan suatu kedekatan fisik biasanya penyiar menggunakan “infleksi”.
2.2.7 Naskah Siaran
Berdasarkan situs radio.co, Jamie Ashbrook (2016) menjabarkan tips dalam penulisan naskah. Pertama, penulis perlu mengetahui dan menentukan bentuk siaran apa yang mau dikemasnya, entah itu siaran musik ataupun talkshow. Dalam tugas akhir ini, penulis akan menerapkan konsep podcast dalam mengemas pembicaraan dengan narasumbernya.
Kedua, menulis naskah disarankan dengan bahasa yang akan diucapkan, bukan dengan bahasa yang dibaca. Hal ini bertujuan untuk menghindari penulis agar tidak terlalu sering membaca naskah dan dapat membuat jalannya talk show menjadi lebih mengalir dan tidak kaku.
Kemudian, naskah sebaiknya dibuat dalam bentuk poin yang singkat, padat dan jelas agar penulis ingat jangkauan hal yang mau dibahas dan mencegah mereka membuat siaran jadi bertele-tele.
Tujuan dari penulisan naskah yaitu untuk memudahkan dalam perencanaan produksi, menjadi media berpikir kreatif, menjadi sarana komunikasi seluruh kerabat kerja dan menjadi acuan materi yang akan
24 direkam. Ada tiga hal yang harus diperhatikan dalam penulisan naskah siaran (Romli A. S., 2004), yaitu:
1. Bahasa tutur yakni bahasa percakapan, informal atau kata-kata dan kalimat yang biasa digunakan dalam bahasa sehari-hari.
2. KISS (keep it simple and short), yakni gunakan kalimat yang simple dan mudah dimengerti.
3. ELF (easy listening formula), yaitu susunan kalimat yang enak didengar dan enak dimengerti oleh pendengar pertama.
2.2.8 Politik
Politik adalah usaha untuk menentukan peraturan-peraturan yang dapat diterima baik oleh sebagian besar warga untuk membawa masyarakat ke arah kehidupan bersama yang harmonis (Budiardjo, 2008). Usaha ini menyangkut bermacam-macam kegiatan yaitu menyangkut proses penentuan tujuan dari sistem politik. Politik adalah usaha yang ditempuh warga negara untuk membicarakan dan mewujudkan kesejahteraan bersama yang berkaitan dengan penyelenggaraan negara dan pemerintahan. Politik juga merupakan kegiatan untuk mencari dan mempertahankan kekuasaan dalam masyarakat. Selain itu politik berkaitan dengan perumusan dan pelaksanaan kebijakan umum (Surbakti, 2015).
25 2.2.9 Partisipasi Politik
Sundariningrum membagi partisipasi menjadi dua berdasarkan cara keterlibatannya:
1. Partisipasi Langsung: individu menampilkan kegiatan tertentu dalam proses partisipasi. Partisipasi berupa pengajuan pandangan, pembahasan pokok permasalahan, pengajuan keberatan terhadap kebijakan atau peraturan tertentu.
2. Partisipasi Tidak Langsung: individu mengutus hak partisipasinya pada orang lain (Sundariningrum, 2001).
Menurut Samuel P. Huntington dan Joan Nelson, partisipasi politik adalah kegiatan privat warga negara (private citizen) yang bertujuan mempengaruhi pengambilan keputusan oleh pemerintah. Huntington dan Nelson juga menjelaskan adanya empat aspek penting dalam kegiatan tingkat partisipasi politik, yaitu sebagai berikut:
1. Tingkat partisipasi politik mencakup kegiatan-kegiatan, namun bukan sikap. Pengetahuan tentang politik ini membicarakan tentang minat terhadap politik, perasaan mengenai kompetisi dan keefektifan politik, persepsi tentang relevansi politik, semua hal tersebut berkaitan dengan tindakan politik.
2. Peranan politik warga negara perorangan sebagai pribadi warga negara. Maksudnya kegiatan politik mereka yang bertingkat partisipasi bersifat sambilan atau terputus- putus dan tidak
26 mencakup kegiatan pejabat pemerintah, pejabat partai, politikus dan lobi profesional.
3. Pokok perhatian ialah kegiatan tingkat partisipasi politik yang dapat mempengaruhi pemerintah.
4. Tingkat partisipasi politik mencakup semua kegiatan, adapun kegiatan tersebut dimaksud untuk mempengaruhi pemerintah, tidak peduli apakah kegiatan tersebut memiliki efek atau tidak (Ardial, 2010).
Efek dari mengkonsumsi media sosial dengan konten politik terhadap individu bisa berupa:
1. Cognitive: Bentuk konseptualisasi dari tingkat terpaan media terhadap proses mental individual.
2. Attitude: berfokus pada bagaimana individu melakukan penilaian terhadap suatu objek yang memiliki variasi dalam pengukuran sikap mulai dari negative hingga positif.
3. Belief: penilaian tentang probabilitas terhadap sesuatu yang sedang terjadi.
4. Affective: perasaan yang dialami oleh seseorang dan mungkin atau tidak menyangkut suatu objek atau peristiwa tertentu (Fortner &
Flecker, 2014).
27 2.2.10 Konsep Kemerdekaan Pers dalam Demokrasi
Pers di Indonesia berpedoman dengan konsep the freedom of the press yang diartikan juga sebagai free from the dom atau bebas dari tekanan
penguasa. Dalam sejarah perjuangan pers Indonesia, kata kemerdekaan lebih awal dan banyak dipakai untuk menggambarkan beberapa sejarah pers di Indonesia serta hukum positif Indonesia. Dalam pasal 28a Undang- Undang Dasar 1945, kemerdekaan memang berarti mengeluarkan isi pikiran dengan lisan dan tulisan. Dalam Undang-Undang No. 40 tahun 1999 tentang pers, tercantum bahwa kemerdekaan pers adalah salah satu wujud kedaulatan rakyat yang berasaskan prinsip-prinsip demokrasi, keadilan, dan supremasi hukum (Abidin W. I., 2005). Istilah kemerdekaan pers bukanlah sekedar alasan yang historis dan yuridis melainkan untuk menekan pemerdekaan pers dari pengaruh kekuasaan terhadap konfigurasi politik dalam menjalankan sistem negara yang demokrasi.
2.2.11 Gerakan Mahasiswa dan Pemuda Sebagai Aktor Perubahan Politik Indonesia
Menurut Rajendra Singh, gerakan sosial adalah mengekspresikan usaha-usaha kolektif untuk menuntut kesetaraan dan keadilan sosial dan mobilisasi anggota-anggota masyarakat untuk berusaha menyuarakan keluhan melawan pihak yang oposisi dengan tujuannya dan mungkin pihak tersebut adalah negara, institusi, dan atau bagian lain masyarakat (Singh, 1996). Namun, pergerakan sosial membutuhkan adanya aktor untuk melakukan perubahan yang diinginkan. Aktor gerakan sosial ini
28 didefinisikan sebagai orang-orang yang tidak puas dan kecewa atau mereka yang tersingkir dalam kehidupan kelompok marginal di tengah masyarakat, hingga kelompok minoritas tertekan (Hasibuan, 2008). Pergerakan mahasiswa dan pemuda merupakan gerakan yang termasuk dalam perwujudan arti dari gerakan sosial serta berperan sebagai aktor karena mahasiswa dan pemuda sama-sama ingin melakukan sesuatu perubahan atas tujuan yang telah dibuat bersama. Menurut Suharko, jenis-jenis gerakan sosial diantaranya (Suharko, 2006):
1. Gerakan Protes merupakan gerakan yang bertujuan mengubah atau menentang sejumlah kondisi sosial yang ada.
2. Gerakan Regresif merupakan gerakan yang bertujuan membalikkan perubahan sosial atau menentang sebuah gerakan protes.
3. Gerakan Religius merupakan gerakan yang berkaitan dengan isu-isu spiritual atau hal-hal yang gaib (supernatural).
Orientasi pada nilai-nilai ideal dan kebenaran membuat mahasiswa peka dan peduli terhadap persoalan-persoalan di lingkungannya terutama yang menyangkut bentuk-bentuk pelanggaran dan penyelewengan (Prasetyantoko & Indriyo, 2001). Dalam konteks inilah, mahasiswa sering berperan mewarnai perkembangan masyarakat, perubahan sosial, dan kehidupan politik. Gerakan mahasiswa di dunia banyak dilakukan dan tidak hanya di Indonesia. Tidak sedikit dari gerakan mahasiswa mampu membawa banyak dampak sehingga gerakan mahasiswa dilabeli sebagai agent of change, agent of control, iron stock, and moral force (Anwar,
29 1981). Label tersebut menuntut mahasiswa untuk dapat bertanggung jawab secara tidak langsung akan situasi politik atau sosial yang sedang bermasalah dari masyarakat umum.