1
LAPORAN PENELITIAN
HIBAH KETEKNIKSIPILAN
PENGARUH FAKTOR PENDIDIKAN ANGGOTA SUBAK
TERHADAP PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI TERSIER
SUBAK TEMAGA KECAMATAN DENPASAR TIMUR
TIM PENELITI : I Ketut Suputra
Ida Bagus Ngurah Purbawijaya
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Udayana
2015
Dibiayai Dari :
Dana DIPA BLU Universitas Udayana Tahun Anggaran 2015
Dengan Surat Perjanjian Kontrak Nomor :
2
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN HIBAH PENELITIAN KETEKNIKSIPILAN 2015
Judul Penelitian : Pengaruh Faktor Pendidikan Anggota Subak Terhadap Pemeliharaan Jaringan
Irigasi Tersier Subak Temaga
3
KATA PENGANTAR
Puja dan puji syukur kami panjatkan kehadapan Ida Hyang Whidi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan karuniaNya , penelitian dengan judul : Pengaruh Faktor Pendidikan Anggota Subak Terhadap Pemeliharaan Jaringan Irigasi Tersier Subak Temaga Kecamatan Denpasar timur dapat kami selesaikan.
Laporan penelitian ini dibiayai dari dana DIPA Universitas Udayana Tahun
Anggaran 2015 Dengan Perjanjian Kontrak Nomor :
2623.1/UN14.1.31/PN/SPK/2015. Dalam laporan ini diuraikan dan dianalisis tentang peran subak Temaga yang ada di Denpasar Timur dalam pemeliharaan jaringan irigasi tersier yang merupakan hak dan tanggung jawab petani yang di Bali terkenal dengan nama subak. Untuk meningkatkan peran serta petani dalam pembangunan di bidang pertanian khususnya dalam pemeliharaan jaringan tersier perlu ditingkatkan pendidikan anggota subak di kota Denpasar khususnya di subak Temaga Denpasar Timur.
Dengan terselesainya laporan penelitian ini tak lupa kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkenan membantu selama kami melakukan penelitian. Semoga laporan penelitian ini dapat bermanfaat bagi para pembaca khususnya bagi petani yang ada di subak Temaga Denpasar Timur.
Denpasar, Oktober 2015 Tim Peneliti
4
ABSTRAK
Peranan Subak sebagai mitra pemerintah dalam ikut mensukseskan program-program pembangunan dibidang pertanian, khususnya dalam memproduksi beras, tidak dapat dipungkiri. Oleh sebab itu subak sebagai warisan budaya yang bernilai luhur yang secara factual pada tahun 1017 M subak sudah ada di Bali. Subak kiranya perlu dilestarikan eksistensinya karena peran subak dari tahun ketahun semakin melemah. Dilestarikan dalam arti bukan sekedar mempertahankan nilai-nilai lama, tetapi sekaligus membina dan mengembangkannya, agar subak menjadi lebih kuat dan mandiri sehingga tangguh menghadapi segala tantangan modernisasi. Tantangan yang menghambat laju pembangunan pertanian saat ini menurunnya kuantitas dan kualitas air, alih fungsi lahan yang terus meningkat dan produksi pangan yang tidak sebanding dengan pesatnya pertumbuhan penduduk.
Untuk pembangunan pertanian sangat diperlukan adanya kesadaran dari semua pihak yang terkait sehingga kebutuhan sarana dan prasarana yang menyangkut lahan dan kebutuhan teknologi untuk menuju perbaikan kehidupan petani dalam mengatasi permasalahan-permasalahan yang ada dengan jalan meningkatkan pendidikan anggota subak dalam pemeliharaan jaringan tersier.yang ada di subak Temaga Denpasar Timur. Dalam penelitian ini dilakukan analisis pengaruh faktor pendidikan anggota subak yang diperhitungkan dalam mendukung operasional dalam pemeliharaan jaringan irigasi tersier yang dilakukan oleh pertani antara lain : meningkatkan partisipasi petani dalam proyek peningkatan pembangunan jaringan irigasi, meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan petani dalam bidang yang berkaitan dengan pengelolaan jaringan irigasi dan usaha tani dan penelitian-penelitian mengenai berbagai aspek persubakan.
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan ada pengaruh simultan variabel pendidikan petani terhadap pemeliharaan jaringan irigasi tersier diperoleh hasil : Pengujian pengaruh simultan variabel Tingkat Pendidikan terhadap pemeliharaan jaringan irigasi tersier, diperoleh hasil nilai F hitung (59,338) > dari F tabel (3,95) berarti variable Tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap pemeliharaan jaringan irigasi tersier. Berdasarkan hasil uji parsial (hasil uji – t) dinyatakan bahwa faktor pengetahuan petani berpengaruh secara signifikan terhadap pemeliharaan bangunan air pada jaringan irigasi tersier, seperti hasil yang diperoleh nilai t hitung 7,706 > nilai t tabel (1,66757) dan Berdasarkan hasil uji parsial (hasil uji – t) dinyatakan bahwa Tingkat Pendidikan berpengaruh secara signifikan terhadap pemeliharaan jaringan irigasi tersier, seperti hasil yang diperoleh nilai t hitung 3,32600 > nilai t tabel (1,66342).Implikasi dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan pendidikan subak terhadap pemeliharaan jaringan irigasi tersier dalam pembangunan pertanian.
6
DAFTAR PUSTAKA ……….. 49
7 BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar belakang
Subak merupakan lembaga irigasi tradisional yang bercorak sosio religius yang terdapat di Bali dan telah dikenal sejak abad XI M dengan dilandasi oleh jiwa dan semangat gotong royong yang tinggi jauh sebelum irigasi teknis dikenal Norken (1993), dimana banyak menarik minat peneliti asing untuk mempelajarinya secara lebih mendalam. Peranan subak sebagai mitra pemerintah dalam ikut mensukseskan program–program pembangunan dibidang pertanian, khususnya dalam produksi beras, tidak dapat diabaikan. Oleh sebab itu subak sebagai warisan budaya yang bernilai luhur , kiranya perlu dilestarikan eksistensinya. Dilestarikan dalam arti bukan sekedar mempertahankan nilai–nilai lama, tetapi sekaligus membina dan mengembangkannya , agar subak menjadi lebih kuat dan mandiri sehingga tangguh menghadapi segala tantangan modernisasi.Tantangan yang menghambat laju pembangunan pertanian saat ini antara lain menurunnya kuantitas dan kualitas air, alih fungsi lahan yang terus meningkat dan peningkatan produksi pangan yang tidak sebanding dengan pesatnya pertumbuhan penduduk (Sutawan, dalam subak 1993)
8
penyusutan lahan sawah. Konversi lahan secara besar–besaran untuk aktivitas non pertanian,
seperti pemukiman, fasilitas umum dan kepariwisataan berpengaruh sangat mendasar
terhadap pembangunan khususnya pada sector pertanian di Denpasar. Perkembangan kondisi lahan–lahan sawah yang masih produktif per kecamatan di kota Denpasar disajikan pada tabel 1.1. Dari tabel 1.1 dapat dikemukakan bahwa selama satu decade (1993–2006) telah terjadi penyusutan lahan sawah produktif yang sangat signifikan sebesar 47,23% atau 3 036 Ha, yaitu dari 5 753,43 Ha pada tahun 1993 menjadi 2 717 Ha pada tahun 2006
Tabel 1.1 Perkembangan luas sawah produktif per kecamatan di kota Denpasar
Kecamatan Luas sawah produktif ( Ha )
1993 2004 2005 2006
Denpasar Timur 1 587,64 777,00 754,00 726,00 Denpasar Barat 2 269,90 1 082,00 1 059,00 284,00 Denpasar Selatan 1 895,89 955,00 955,00 935,00
Denpasar Utara - - - 772,00
9
penyebab terhadap ketidak berlanjutan Empat subak tersebut antara lain : 1) beralih fungsinya seluruh lahan sawah menjadi lahan non pertanian, 2) beralihnya mata pencaharian petani dari sector pertanian ke non pertanian 3) terganggunya jaringan irigasi subak sebagai akibat pembangunan untuk pengembangan pemukiman .Pengaruh lainnya akibat penyusutan lahan yang terlalu tinggi adalah akan mempengaruhi stok pangan daerah dan kontribusi subsektor ini pada PDRB daerah. Dampak yang ditimbulkan secara langsung terhadap sub sector pertanian adalah terjadi peningkatan luas lahan kering serta penurunan produksi padi sawah per tahunnya seperti data pendukung pada tabel 1.2. Sesuai dengan Perda kota Denpasar No. 10 tahun 1999 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) luas wilayah kota Denpasar adalah 12 778 Ha, menurut data ( Denpasar dalam angka 2006 )pada tahun 2001 luas lahan sawah tercatat 23,71% dari luas wilayah dan pada tahun 2005 menurun menjadi 21,66% dari luas wilayah. Jumlah penduduk di Kota Denpasar pada tahun 2005 tercatat sebanyak 574 955 jiwa dengan tingkat kepadatan 4499 jiwa / km2 , sedangkan pada tahun 2004 tercatat sebanyak 562 970 jiwa selengkapnya dapat dilihat pada tabel 1.2
10
5 2005 574 955 2 768 10 001 12 769
Sumber : Denpasar dalam angka 2006.
Sejalan dengan berbagai permasalahan yang terkait antara yang satu dengan yang lainnya akan menempatkan petani pada posisi yang sulit karena berpengaruh terhadap hasil produksi dan kelangsungan usaha tani jangka panjang.
Atas dasar kenyataan tersebut maka sangat diperlukan konsep pemikiran tentang usaha pembinaan, pelestarian, pengembangan dan perlindungan terhadap anggota subak / para petani agar tetap dapat berdaya guna dalam pengembangan pembangunan pertanian khususnya pertanian lahan basah.Hal ini dapat dilakukan dengan mengoptimalkan fungsi dan efektifitas irigasi , peningkatan SDM , memfasilitasi berbagai kepentingan petani dll dengan tujuan dapat meningkatkan peran serta petani dalam menjaga kelangsungan pembangunan pertanian. Menurut pandangan N Sutawan ( 1993 : 193 ) perlu adanya pemikiran tentang strategi pelestarian dan pengembangan subak, dengan langkah–langkah kebijakan yang kiranya perlu ditempuh antara lain :
1) Meningkatkan partisipasi petani dalam proyek–proyek peningkatan/ pembangunan jaringan irigasi.
2) Memberikan peranan yang lebih besar kepada subak dalam pengelolaan jaringan irigasi.
11
4) Memberikan bantuan perbaikan / penyempurnaan jaringan irigasi sebelum diserahkan pengelolaannya kepada subak
5) Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani dalam bidang yang berkaitan dengan pengelolaan jaringan irigasi dan usha tani.
Penekanan dari uraian tentang strategi pelestarian dan pengembangan subak tersebut diatas adalah dengan pendekatan peningkatan pendidikan anggota subak yakni melibatkan para petani (anggota subak) dalam pengambilan keputusan karena telah terbukti dapat memberikan dampak positif terhadap keterpaduan sistim pemeliharaan jaringan irigasi dan operasional pengelolaan air. Disamping itu dengan adanya peningkatan pendidikan anggota subak
Akan mempermudah dalam memecahkan persoalan yang berkaitan langsung dengan usaha pemeliharaan jaringan irigasi tersier di wilayahnya. Kondisi ini sesuai dengan yang termuat dalam Undang–Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 1974 tentang irigasi antara lain menyatakan :
1) Masyarakat ikut berperan dalam pelaksanaan operasi dan pemeliharaan sumber daya air
2) Pelaksanaan operasi dan pemeliharaan sistem jaringan ditetapkan sebagai berikut:
12
- Pelaksanaan operasi dan pemeliharaan sistem irigasi tersier menjadi hak dan tanggung jawab Petani Pemakai Air (P3A) yang di Bali dikenal dengan Subak.
Pelaksanaan dari Undang–Undang ini diharapkan dapat menunjang pencapaian hasil produksi pangan seoptimal mungkin sesuai kemampuan sumber air, serta menjaga/ mempertahankan kelestarian prasarana irigasi agar dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin oleh para petani subak.
Menurut Sunaryo (2004) bahwa, partisipasi masyarakat merupakan aspek penting dalam pengembangan dan pengelolaan sumber daya air secara adil, berkelanjutan dan mantap. Dimasa lalu pemerintah sering kali lebih berperan (dominan) dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi pengembangan sumber air. Namun seiring perubahan cara pandang (khususnya dalam kebijakan sector public), peran masyarakat untuk dilibatkan dalam proses pengembangan dan pengelolaan sumber daya air menjadi penting. Partisipasi masyarakat petani umumnya berwujud peran serta dalam proses pengambilan keputusan dalam pengelolaan jaringan irigasi secara luas merupakan tindakan yang strategis.
Adapun gambaran Kondisi existing terakhir tentang penguasaan lahan sawah dan jumlah subak per kecamatan dapat dilihat dalam tabel 1.3. Data luas baku, luas lahan sawah dan produksi pada tabel 1.4
Tabel 1.3 Status penguasaan lahan sawah per kecamatan di kota Denpasar.
13
Sumber : Laporan Inventarisasi Lahan sawah Tahun 2006 Di Kota Denpasar
Tabel 1.4 Data luas sawah, lahan kering, luas baku dan produksi di Kota Sumber : Laporan Statistik petanian tanaman pangan dan hortikultura tahun 2006
Pembangunan pertanian di Bali yang berbasis subak didukung dengan direncanakannya Kebijakan Pembangunan Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Bali Tahun 2007 yaitu : pengembangan SDM melalui program penyuluhan, pemantapan kelembagaan kelompok tani/subak. Keberhasilan pembangunan pertanian di Bali tidak dapat dilepaskan dari besarnya peran subak sebagai suatu organisasi sosio–religius dan pengelola irigasi. Sebagai suatu lembaga irigasi tradisional yang telah ada sejak berabad–abad, subak telah berfungsi memproduksi bahan pangan khususnya beras.
14
dalam produksi beras, tidak dapat diabaikan. Oleh sebab itu, subak sebagai warisan budaya yang bernilai luhur, kiranya perlu dilestarikan eksistensinya. Dilestarikan dalam arti bukan sekedar mempertahankan nilai–nilai lama, tetapi sekaligus membina dan mengembangkannya, agar subak menjadi lebih kuat dan mandiri sehingga tangguh menghadapi segala tantangan modernisasi. Dalam pembangunan pertanian yang berbasis subak ada beberapa langkah strategis pelestarian dan pengembangan subak yang perlu diperhatikan antara lain : 1) meningkatkan partisipasi petani dalam proyek peningkatan / pembangunan jaringan irigasi, 2) meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani dalam bidang yang berkaitan dengan pengelolaan jaringan irigasi dan usahatani, 3) penelitian– penelitian mengenai berbagai aspek persubakan.
Berdasarkan atas urain tersebut diatas untuk dapat menjaga kontinyuitas aliran air dalam pemenuhan kebutuhan air untuk daerah irigasi di subak Temaga perlu memiliki jaringan irigasi dengan efektifitas profil saluran yang optimal. Dipandang perlu untuk melakukan penelitian tentang pendidikan anggota subak yang mempunyai pengaruh secara signifikan dalam pemeliharaan jaringan irigasi tersier subak Temaga di Kecamatan Denpasar Timur
1.2 Pokok Masalah
15
Adakah pengaruh signifikan faktor tingkat pendidikan anggota subak terhadap pemeliharaan jaringan irigasi tersier subak Temaga di Kecamatan Denpasar Timur.
1.3 Tujuan Penelitian
16
BAB II
KAJIAN KEPUSTAKAAN
2.1 Pertanian dan Irigasi Subak
Pembangunan irigasi merupakan salah satu komponen kegiatan yang sangat penting , karena keberhasilan pembangunan pertanian, khususnya pertanian lahan basah akan sangat ditentukan oleh ketersediaan air (kontinyuitas air). Pembangunan pertanian, khususnya dalam usaha meningkatkan produksi pertanian , secara umum dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu intensifikasi dan ekstensifikasi. Untuk pertanian lahan sawah, baik intensifikasi maupun ekstensifikasi harus dibarengi dengan perbaikan serta perluasan irigasi (Wardoyo, 1982). Salah satu pemikiran dalam paradigma baru pembangunan pertanian adalah bagaimana kita dapat menciptakan kebijaksanaan pertanian yang menjamin agar para petani memperoleh hak mereka atas air dan bibit, yang mereka butuhkan untuk mengelola usah tani secara lestari.Oleh karena itu, usaha pertama yang perlu dilakukan untuk menjamin hak petani atas air adalah memberdayakan organisasi Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A). Pemerintah negara–negara yang sedang berkembang perlu memberikan hak - hak politik bagi organisasi tersebut, untuk melindungi dan memperjuangkan hak petani atas air (Loekman Soetrisno, 1999: 62).
17
muncul dan kemampuan petani itu sendiri. Perubahan struktur masyarakat petani diawali dari pengelolaan kegiatan sosial ekonomi produktif. Kegiatan produksi dilakukan untuk menghasilkan pendapatan yang dapat memberikan nilai tambah secara efektif dan efisien sehingga menimbulkan surplus yang dapat dimanfaatkan. Prinsip pembangunan dari, oleh dan untuk rakyat merupakan prasyarat dalam pembangunan pertanian yang berorientasi pada manusia. Guna dapat menempatkan masyarakat petani sebagai pelaku ekonomi pembangunan, maka masyarakat petani perlu dibina dan dipersiapkan guna dapat merumuskan permasalahannya sendiri , melaksanakan dan mengawasi kegiatannya sehingga peran sertanya dalam pembangunan dapat optimal, yang pada akhirnya meningkatkan produksi dan produktivitasnya. Pembangunan pertanian merupakan bagian integral dari pembangunan nasional, karena visi dan misi pembangunan pertanian dirumuskan dalam kerangka dan mengacu pada pencapaian visi dan misi pembangunan nasional. Visi pembangunan pertanian nasional adalah terwujudnya pertanian modern, tangguh dan efisien menuju masyarakat Indonesia yang sejahtera. Sedangkan misi pembangunan pertanian nasional adalah : 1) menggerakan berbagai upaya untuk memanfaatkan sumberdaya pertanian secara optimal dan menerapkan teknologi tepat serta spesifik lokasi dalam rangka membangun pertanian yang berdaya saing tinggi dan berkelanjutan, 2) memberdayakan masyarakat pertanian menuju wiraswasta agribisnis yang mandiri, maju dan sejahtera.
18
pada kemampuan produksi, keragaman sumberdaya pangan, serta kelembagaan dan budaya lokal (Departemen Pertanian 2000). Hal ini bisa ditempuh dengan pemberdayaan petani melalui usaha kelompok agar mampu secara efektif mengartikulasikan aspirasi kepentingan petani. Adanya organisasi petani yang kuat merupakan faktor kunci agar kepentingan petani dapat lebih diperhatikan dalam kebijakan pembangunan dan kemampuan mereka dalam melaksanakan pembangunan pertanian agar dapat lebih diberdayakan.Pengembangan lembaga tradisional dalam pembangunan pertanian yang mengarah ke bidang ekonomi/komersial yang berpola agribisnis perlu mendapat perhatian yang serius. Dewasa ini, pembangunan pertanian masih menjadi prioritas dalam pembangunan nasional kita mengingat sebagian terbesar masyarakat adalah petani baik yang mengusahakan lahan di lahan sawah maupun di lahan kering. Oleh karena itu jumlah petani sangat besar, maka setiap kebijakan yang terkait dengan pertanian haruslah berorientasi pada kesejahteraannya, peningkatan produksi, kualitas produksi dan memiliki daya saing sehingga pada gilirannya meningkatkan kesejahteraan masyarakat petani (Sedana, dalam Revitalisasi Subak dalam Memasuki Era Globalisasi).
19
subak di dalam wilayahnya, 2) subak memelihara dan menjaga prasarana–prasarana irigasi dengan sebaik–baiknya yang diperlukan untuk menjamin kelancaran dan tertibnya di dalam wilayahnya, 3) Dalam melaksanakan urusan rumah tangganya , subak menjalankan peraturan–peraturan, awig–awig dan sima subak yang baru, 4) subak menyelesaikan perselisihan–perselisihan / sengketa yang timbul dalam rumah tangganya, 5) apabila ada pelanggaran dan tindak pidana diselesaikan menurut hukum yang berlaku. Menurut pandangan (Windia,2002) mengatakan bahwa sitem pertanian (subak) sebagai suatu sitem kebudayaan atau sistem teknologi yang telah menjadi fenomena masyarakat budaya masyarakat Bali. Windia mengajukan strategi pembangunan pertanian di Bali melalui tiga aspek, yaitu pola pikir, sosial
dan artefak /kebendaan. Inti dari ketiga aspek tersebut adalah bagaimana
20
budaya/ritual keagamaan (socio cultural sustainability) dan kelestarian DAS dan sumber air bagian hulu (environmental sustainability) dapat dijaga.
2.2 Pemberdayaan Anggota Subak
21
Subak sebagai lembaga tradisional yang bergerak dibidang pertanian dikenal sebagai organiasi agraris, religius yang ada di Bali sejak dahulu dipertahankan keberadaannya sampai sekarang merupakan salah satu kekayaan budaya nasional di Negara Kesatuan Republik Indonesia. Nama subak yang kita warisi ini sudah terkenal di seluruh dunia dan khususnya untuk tingkat nasional telah banyak mempelajari sistem subak ini untuk diterapkan di beberapa daerah di Indonesia (Dinas Kebudayaan Provinsi Bali 2007). John. S. Ambler (1990) menyatakan bahwa “ subak dengan alat keirigasiannya yang nampaknya sederhana
saja merupakan salah satu organisasi petani pemakai air yang paling canggih di seluruh dunia “. Dari pernyataan diatas mengandung makna bahwa keberadaan
subak di Bali hendaknya tetap dipertahankan dan perlu lebih ditingkatkan peranannya di bidang pertanian dalam arti yang seluas–luasnya. Pemberdayaan adalah rangkaian upaya aktif yang dilakukan dalam rangka menjaga agar kondisi dan keberadaann lembaga subak dapat lestari dan makin kokoh, sehingga dapat berperan positif dalam pelaksanaan pembangunan. Kata pemberdayaan mengandung arti bahwa upya yang dilakukan diarahkan untuk meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia baik secara pribadi maupun secara organisatoris dalam rangka memajukan usaha tani khususnya dan usaha–usaha lainnya yang erat kaitannya dengan sektor pertanian (Dinas Kebudayaan Provinsi Bali 2007).
22
23
keringanan pajak bagi petani anggota subak dan insentif lainnya untuk mendorong para petani tidak mengalihkan fungsikan sawahnya, untuk mewujudkan semua itu , maka tidak kalah pentingnya adalah melakukan penelitian mengenai subak dari berbagai aspeknya termasuk penelitian–penelitian mengenai kearifan lokal agar mendapat pemahaman yang lebih holistik (Sutawan dalam Revitalisasi Subak Dalam Memasuki Era Globalisasi 2007).
Melihat bahwa tantangan petani ke depan menuntut adanya berbagai usaha pemberdayaan terhadap petani anggota subak, yang harus dilakukan dengan pendekatan partisipatif. Pemberdayaan subak diharapkan mampu menimbulkan sikap petani yang semakin loyal terhadap profesinya, mandiri dalam pengambilan keputusan dan memiliki wawasan ekonomis/agribisnis. Pemberdayaan ini merupakan prasyarat dalam dalam usaha pelestarian subak (Gede Sedana, dalam Revitalisasi Subak Dalam Memasuki Era Globalisasi 2007).
2.3 Tingkat Pendidikan Anggota Subak
24
25
Lapangan (SL) yang merupakan salah satu metode pembelajaran orang dewasa untuk memberikan keterampilan kepada petani sangat cocok dilakukan sehingga petani mampu menemukenali permasalahan yang dihadapinya, selanjutnya mencari alternatif pemecahannya (Sutawan 1998, dalam Revitalisasi Subak Dalam Memasuki Era Globalisasi). Dapat disimpulkan bahwa pendidikan yang didapat baik formal maupun non formal yang diperoleh secara mandiri atau dari hasil interaksi dapat meningkatkan wawasan dan kepekaan mereka terhadap tuntutan perubahan termasuk kepedulian mereka akan inovasi, dalam hal ini adalah pembangunan pertanian.
2.4 Operasional dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi
26
sebagaiu berikut : a) pelaksanaan operasi dan pemeliharaan sistem irigasi primer dan sekunder menjadi wewenang dan tanggung jawab Pemerintah dan Pemerintah daerah sesuai kewenangannya, b) pelaksanaan operasi dan pemeliharaan sistem irigasi tersier menjadi hak dan tanggung jawab petani pemakai air/subak (Budiasa, dalam Revitalisasi subak dalam memasuki era globalisasi,2005).
Pelaksanaan operasional dan pemeliharaan jaringan irigasi bertujuan untuk dapat mempertahankan adanya kontinyuitas air yang diperlukaan oleh petani , pelaksanaan operasional dan pemeliharaan meliputi : pengaturan, pelaksanaan , pemantauan, dan evaluasi untuk menjamin kelestarian fungsi dari jaringan irigasi beserta bangunannya. Dalam hal perkumpulan petani pemakai air tidak mampu melaksanakan operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi yang menjadi hak dan tanggung jawabnya, pemerintah, pemerintah provinsi, atau pemerintah kabupaten kota, dapat memberikan bantuan dan/atau dukungan fasilitas berdasarkan permintaan dari perkumpulan petani pemakai air dengan memperhatikan prinsip kemandirian (UU RI No 11 tahun 1974).
27
bangunan fasilitas serta produksi hasil pertanian. Meskipun Operasional dan pemeliharaan ditingkat tersier menjadi tanggung jawab petani namun kenyataannya tetap mendapat perhatian dari pemerintah untuk menjaga kontinyuitas air irigasi.
28
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kota Denpasar khususnya di Subak Temaga Kecamatan Denpasar Timur, yang memiliki kateristik kawasan sub sektor pertanian adalah pertanian dengan sistim irigasi semi teknis. Yang dimaksud dengan irigasi semi teknis adalah sitim pemanfaatan air irigasi untuk pertanian dimana salurannya masih berfungsi ganda yaitu untuk irigasi dan drainase serta bangunan fasilitas tidak sepenuhnya permanen
3.2 Identifikasi Variabel
Berdasarkan uraian hipotesis dan tujuan penelitian yang ingin dicapai , maka dapat dilakukan identifikasi baik terhadap varabel terikat (dependen variabel) yaitu Pemeliharaan Jaringan Irigasi Tersier sedang variabel bebas (independen variabel) adalah Tingkat Pendidikan anggota Subak, Identifikasi terhadap variabel tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
Tingkat pengetahuan petani meliputi a) Tingkat pendidikan petani
b) Pemahaman pemeliharaan jaringan
Pemeliharaan jaringan irigasi tersier meliputi
a) Adanya rutinitas monitoring jaringan irigasi b) Kontinyuitas kebutuhan air irigasi
c) Berfungsinya bangunan fasilitas irigasi dengan baik d) Adanya koordinasi yang baik antara subak dan pemerintah e) Kesiapan subak terhadap O&P
f) Adanya insentif dari pemerinta
3.3 Definisi Operasional Variabel
Untuk melihat dimensi variabel penelitian maka sebelumnya dibuat operasional konsep variabel menjadi definisi operasional, sehingga jelas dimensi yang diukur dari masing–masing variabel sebagai berikut :
1) Tingkat Pendidikan Anggota Subak
Yang dimaksud dengan pengetahuan petani adalah pemahaman petani tentang organisasi subak, pemahaman tentang perkembangan teknologi, pemahaman tentang operasional dan pemeliharaan jaringan irigasi dan pemahaman tentang produksi serta pemasarannnya.
Definisi operasional dari tingkat pengetahuan petani dapat dilihat dari dimensi : a) Tingkat pendidikan petani, diukur dari latar belakang pendidikan yang mempengaruhi pengetahuannya dalam memelihara jaringan irigasi b) Pemahaman dalam memelihara jaringan irigasi tersier
d) Pengetahuan petani tentang pentingnya kontinyuitas kapasitas aliran irigasi pada jaringan tersier
e) pengetahuan petani tentang operasional dan pemeliharaan jaringan irigasi diukur dari kemampuan petani dapat memanfaat secara optimal fasilitas irigasi.
f) Pengetahuan anggota subak tentang pentingnya menjaga kebersihan saluran irigasi baik dari sampah maupun dari limbah pencemaran
2) Pemeliharaan Jaringan Irigasi Tersier
Operasional dan pemeliharaan jaringan irigasi merupakan suatu rutinitas kegiatan yang dilakukan baik oleh petani maupun instansi terkait dalam pengoperasian dan pemeliharaan khususnya diwilayah jaringan irigasi pengelolaan perkumpulan petani pemakai air (tersier) dan jaringan sekunder, primer pada umumnya.
Definisi operasional dari pemeliharaan jaringan irigasi tersier dapat dilihat dari dimensi :
a) Rutinitas monitoring jaringan irigasi dapat diukur dari jaringan irigasi dapat mengalirkan air sesuai pola aliran yang direncanakan.
b) Terpenuhinya kebutuhan atau kontinyuitas air irigasi dapat diukur dari tercapainya ketinggian air minimum di lahan pertanian.
c) Berfungsinya bangunan fasilitas irigasi dengan baik dapat diukur dari tidak pernah terjadi keluhan dari anggota petani.
diukur dari sering dilakukan peninjauan langsung ke lahan pertanian oleh pemerintah.
e) Kesiapan subak terhadap O & P dapat diukur dari kemampuan subak untuk mengelola secara mandiri jaringan irigasinya tanpa campur tangan pemerintah.
f) Adanya intensif dari pemerintah dapat diukur dari jumlah bantuan yang telah disalurkan oleh pemerintah dalam penanganan O & P jaringan irigasi.
3.4 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 1999:72). Populasi anggota subak Temaga di kecamatan Denpasar Timur adalah 520 orang anggota.
3.4.1 Metode Penentuan Sampel
pertimbangan tertentu., penentuan jumlah sampel dari populasi sebanyak 520 orang dengan taraf kesalahan 10% menurut rumus Slovin didapat sebanyak 84 orang
3.4.2 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1) Data kuantitatif yaitu data dalam bentuk angka seperti jumlah penduduk , jumlah subak, jumlah anggota subak Temaga Kecamatan Denpasar Timur 2) Data kualitatf yaitu data yang berupa pernyataan responden dan pertanyaan
yang diberikan dalam bentuk kuisioner.
3.4.3 Skala Pengukuran
Skala pengukuran yang akan dipakai dalam penelitian ini adalah Skala Likert, yaitu skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau kelompok tentang kejadian atau gejala sosial. Dengan menggunakan skala Likert, maka dimensi dijabarkan menjadi variabel kemudian variabel dijabarkan lagi menjadi indikator-indikator yang dapat diukur. Akhirnya indikator-indikator yang terukur ini dapat dijadikan titik tolak untuk membuat item instrumen yang berupa pertanyaan atau pernyataan yang perlu dijawab oleh responden. Setiap jawaban dihubungkan dengan bentuk pernyataan atau dukungan sikap dalam kategori skala pengukuran sebagai berikut:
3.4.4 Teknik Analisis Data
1) Ukuran sampel dalam penelitian pengaruh pendidikan terhadap pemeliharaa jaringan irigasi di subak Temaga kecamatan denpasar Timur dihitung dengan menggunakan rumus Slovin (Husein Umar, 2005)sebagai berikut:
2
Ne 1
N n
Keterangan:
n = ukuran sampel N = ukuran populasi
e = persentase kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir.
2) Uji validitas dan reliabilitas
Untuk mengetahui kelayakan dari instrumen penelitian (questionair) yang akan dipakai dalam penelitian ini, sebelumnya dilakukan uji coba instrumen pada 40 responden di kawasan Denpasar.
Menutur Lerbin R (2005) menjelaskan bahwa validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat keandalan atau kesahihan suatu alat ukur. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat.
setiap butir alat ukur dengan skor total yang merupakan jumlah setiap skor butir, dengan rumus Pearson Product Moment adalah :
∑Yi = Jumlah skor total (seluruh item) n = Jumlah responden
Selanjutnya, dihitung dengan Uji-t dengan rumus :
2
r = Koefisien korelasi hasil rhitung
n = Jumlah responden
Distribusi (Tabel t) untuk α = 0,05 dan derajat kebebasan (dk = n-2) Kaidah keputusan : Jika thitung > ttabel berarti valid, sebaliknya
jika thitung < ttabel berarti tidak valid
Selanjutnya terhadap skor jawaban tiap item dilakukan uji reliabilitas dengan tujuan menunjukkan sejauh mana pengukuran itu memberikan hasil yang relative tidak berbeda bila dilakukan pengukuran kembali terhadap subyek yang sama mengenai kemantapan, keandalan/stabilitas dan keadaan tidak berubah dalam waktu pengamatan pertama dan selanjutnya. Menurut Sugiyono (2007), instrument yang reliable adalah instrument yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama.
Uji reliabilitas dilakukan secara eksternal dengan test-retest yaitu dengan cara mencobakan instrumen yang sama dua kali pada responden yang sama dalam waktu yang berbeda. Reliabilitas diukur dari koefisien korelasi antara percobaan pertama dengan yang berikutnya. Bila koefisien korelasi positif dan significant maka instrument tersebut dinyatakan reliable.
Uji reliabilitas dilakukan secara internal, yaitu dengan menganalisis data yang berasal dari satu kali pengjian kuesioner. Reliabilitas diukur dari koefisien Alpha (Malhotra, 1999). Bila koefisien alpha (Cronbach's Alpha) > 0,6 maka instrument tersebut dinyatakan reliabel. Nilai koefisien alpha dihitung dengan rumus sebagai berikut (Bilson, 2004).
K = banyaknya butir pertanyaan
b2 = jumlah varians butir
t2 = varians total
Analisis penelitian ini dilakukan sesuai dengan kerangka alur berpikir seperti pada diagram 3.3
3.4.5 Uji Signifikansi Koefisien Regresi
Untuk mengetahui diterima atau tidaknya hipotesis yang diajukan, dapat dilakukan dengan uji signifikansi koefisien regresi
3.4.5.1 Uji Signifikansi Koefisien Regresi secara simultan
Untuk melihat signifikan tidaknya pengaruh variabel bebas secara simultan terhadap variabel terikat, langkah-langkah pengujiannya dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut (Nata Wirawan,2002):
(1) Merumuskan hipotesis
0 : 1 2 3 4 5 6
0
Artinya, tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan dari seluruh variabel bebas terhadap variabel terikat.
Hi : Minimal salah satu dari i 0 dimana i = (1,2,...,5,6)
Artinya, terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan dari seluruh variabel bebas terhadap variabel terikat.
(2) Menentukan taraf nyata yaitu α = 0.05
Gambar 3.1
Pengujian Hipotesis Pengaruh Simultan
Sumber: Nata Wirawan, 2002
4) Menghitung statistik uji berdasarkan initial -2 log Likehood rasio (χ2) (Imam Ghozali,2005)
5). Menarik kesimpulan/keputusan pengujian
3.4.5.2 Uji signifikansi koefisien regresi secara parsial
Untuk mengetahui signifikan tidaknya pengaruh masing-masing variabel bebas secara parsial terhadap variabel terikatnya, digunakan uji t.
Dengan langkah- langkah pengujian berikut ini (Nata Wirawan,2002)). (1) Merumuskan hipotesis
H0 : βi = 0
Artinya tidak ada pengaruh yang signifikan secara parsial dari masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat dimana (i=1,2,3,4,5,6) Hi : βi > 0
Artinya ada pengaruh positif yang signifikan secara parsial dari masing-masing variabel bebas terhadapvariabel terikat.
2 tabel
(2) Menentukan nilai t tabel tingkat signifikan α = 0.05 dengan derajat kebebasan dk = n-k dimana n adalah jumlah observasi, k adalah
jumlah variabel (Sugiyono, 2004). (3) Statistik Uji dan Daerah Kritis
Statistik uji dan daerah kritis disesuikan dengan arah pengujian hipotesis yang dipergunakan (uji satu sisi kiri atau uji sisi kanan). Bila pengujiannya menggunakan uji satu sisi kanan maka dapat dgambarkan seperti Gambar 3.2
Gambar 3.2
Pengujian Hipotesis Pengaruh Parsial Sumber: Nata Wirawan,2002 (4) Menghitung statistik uji
Nilai statistik yang digunakan untuk menguji pengaruh parsial variabel bebas terhadap variabel terikat adalah Wald statistik. Nilai statistik Wald koefisien regresi sebuah variabel bebas dihitung dengan rumus sebagai berikut (Imam Ghozali,2005).
Wald = (/s.e )2
Nilai statitik Wald adalah nilai kuadrat dari statistik t hitung Selanjutnya nilai t hitung dapat dicari dengan rumus berikut.
tic Waldstatis
t
t tabel
0 Daerah Penerimaan H0
(5) Menarik kesimpulan / mengambil keputusan pengujian
a) Jika thitung > ttabel maka H0 ditolak, artinya variabel bebas yang diuji
secara parsial mempunyai pengaruh yang bermakna atau signifikan terhadap variabel terikat.
b) Jika thitung < ttabel maka H0 diterima, artinya variabel bebas yang diuji
Kerangka Alur Berpikir
Ide
Latar belakang dan permasalahan
Kajian Pustaka
Metodeligi Penelitian
Data Skunder Data Primer
Pengumpulan dan tabulasi data
Uji Validitas Data Uji Reliabilitas Data
Hasil Penelitian
Pembahasan
Analisis Kualitatif
Simpulan Dan Saran
41
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Uji Validitas Dan Reliabilitas
4.1.1 Uji Validitas
42
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
b) Variabel Bebas X1
43
Correlations
X1.1 X1.2 X1.3 X1.4 X1.5 X1.6 X1
X1.1 Pearson Correlation 1 .058 -.040 .115 .086 .110 .374**
Sig. (2-tailed) .597 .719 .298 .437 .318 .000
N 84 84 84 84 84 84 84
X1.2 Pearson Correlation .058 1 .332** .219* .364** .142 .597**
Sig. (2-tailed) .597 .002 .046 .001 .198 .000
N 84 84 84 84 84 84 84
X1.3 Pearson Correlation -.040 .332** 1 .438** .496** .126 .664**
Sig. (2-tailed) .719 .002 .000 .000 .252 .000
N 84 84 84 84 84 84 84
X1.4 Pearson Correlation .115 .219* .438** 1 .213 .046 .571**
Sig. (2-tailed) .298 .046 .000 .052 .680 .000
N 84 84 84 84 84 84 84
X1.5 Pearson Correlation .086 .364** .496** .213 1 .299** .707**
Sig. (2-tailed) .437 .001 .000 .052 .006 .000
N 84 84 84 84 84 84 84
X1.6 Pearson Correlation .110 .142 .126 .046 .299** 1 .547**
Sig. (2-tailed) .318 .198 .252 .680 .006 .000
N 84 84 84 84 84 84 84
X1 Pearson Correlation .374** .597** .664** .571** .707** .547** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 84 84 84 84 84 84 84
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
44
No Variabel Terikat Pemeliharaan Jaringan Irigasi Tersier (Y)
Koefisien Korelasi Keterangan
1 Rutinitas monitoring jaringan irigasi dapat diukur dari jaringan irigasi sehingga dapat mengalirkan air sesuai dengan pola aliran yang direncanakan
0.625 Valid
2 Terpenuhinya kebutuhan atau kontinyuitas air irigasi dapat diukur dari tercapainya ketinggian air minimum di lahan pertanian
0.517 Valid
3 Berfungsinya bangunan fasilitas irigasi dengan baik dapat diukur dari tidak pernah terjadi keluhan dari anggota petani
0.536 Valid
4 Adanya koordinasi yang baik antara subak dan pemerintah dapat diukur dari sering dilakukan peninjauan langsung ke lahan pertanian oleh pemerintah
0.697 Valid
5 Kesiapan subak terhadap O & P dapat diukur dari kemampuan subak untuk mengelola secara mandiri jaringan irigasinya tanpa campur tangan pemerintah
0.656 Valid
6 Adanya intensif dari pemerintah dapat diukur dari jumlah bantuan yang telah disalurkan oleh pemerintah dalam penanganan O & P jaringan irigasi
0.458 Valid
Variabel Bebas Tingkat Pendidikan (X1) 7 Petani mampu memanfaatkan secara
optimal fasilitas jaringan irigasi 0.374 Valid
45
memadai terhadap proses tata kelola penggunaan air
0.597 Valid
9 Meningkatnya kemampuan bekerjasama sesama anggota subak dalam penggunaan
air irigasi 0.664 Valid
10 Adanya kerjasama yang baik diantara sesama anggota subak dalam mengatasi perselisihan
0.571 Valid
11 Meningkatnya pemahaman anggota subak tentang pentingnya pelestarian sistim irigasi tradisional
0.707 Valid
12 Meningkatnya kemampuan anggota subak terhadap intensitas tanam guna meningkatkan hasil produksi pertanian
0.547 Valid
Dari hasil rekapitulasi uji validitas instrumen penelitian seperti pada tabel dapat diketahui bahwa semua instrumen penelitian tentang Pemeliharaan Jaringan Irigasi Tersier (Y), dan Tingkat Pendidikan (X1) dapat dinyatakan valid, karena masing-masing butir pertanyaan memiliki koefisien korelasi lebih besar dari 0.30.
4.1.2 Uji Reliabilitas
46
a. Listwise deletion based on all variables in the
47
a. Listwise deletion based on all variables in the
48
No Variabel Koefisien Alpha Keterangan
1 Pemeliharaan Jaringan Irigasi Tersier (Y)
0.710 Reliabel
2 Tingkat Pendidikan (X1) 0.709 Reliabel
Dari hasil rekapitulasi uji reliabilitas instrumen penelitian seperti pada tabel dapat diketahui bahwa semua intrumen penelitian tentang Pemeliharaan Jaringan Irigasi Tersier (Y), dan Tingkat Pendidikan (X1) adalah reliabel, karena seluruhnya mempunyai koefisien Alpha lebih besar dari 0.60
4.2 Hasil Analisis Regresi
Hasil Uji Analisis Regresi Linier Berganda
49
Dari hasil uji Analisis Regresi Linier Berganda didapat persamaan Y = 2.097 + 0.528X1 Dari persamaan regresi linier berganda tersebut, maka dapat diinterpretasikan bahwa variabel bebas mempunyai pengaruh terhadap pemeliharaan bangunan air pada jaringan irigasi tersier. Besarnya koefisien dari variabel tingkat pendidikan petani dalam mempengaruhi Pemeliharaan Jaringan Irigasi Tersier adalah 0.528.
4.3 Uji Ketepatan Model Secara Simultan
Pengujian secara simultan menggunakan uji - f. Analisis uji - f pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel terikat. Hipotesis awal yang digunakan adalah H0 : 0 yang artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan dari
seluruh variabel bebas terhadap variabel terikat serta Hi : 0 yang artinya terdapat
pengaruh yang signifikan secara simultan dari seluruh variabel bebas terhadap variabel terikat.
50
Diperoleh : f hitung = 59.388
f tabel = df untuk pembilang : 1 (jumlah variabel) ; df untuk penyebut = 84 (jumlah sampel), diperoleh f tabel = 3.95
f hitung > f tabel (berpengaruh signifikan secara simultan)
Gambar 4.1. Pengujian pengaruh simultan variabel tingkat pendidikan terhadap pemeliharaan jaringan irigasi tersier
4.4 Uji Ketepatan Model Secara Parsial
Signifikansi Koefisien Secara Parsial
Pengujian secara parsial menggunakan uji - t. Analisis uji - t menunjukkan apakah variabel bebas secara parsial atau individual memberikan pengaruh terhadap variabel terikat. Dengan dilakukan uji - t ini akan dapat diketahui apakah variabel tingkat pendidikan berpengaruh terhadap pemeliharaan jaringan irigasi tersier. Hipotesis awal yang digunakan adalah H0 : 10 yang artinya tidak ada pengaruh yang signifikan secara parsial dari
variabel bebas terhadap variabel terikat serta Hi : 10 yang artinya ada pengaruh positif
yang signifikan secara parsial dari variabel bebas terhadap variabel terikat.
Pengujian dilakukan dengan cara membandingkan t hitung dengan t tabel. Apabila t hitung > t tabel maka H0 ditolak dan Hi diterima, dan sebaliknya.
t tabel diperoleh : α = 0.05 ; df = 84-1 = 83
fhitung =59.388
51
t tabel = 1.66342
No Variabel Bebas t - hitung t - tabel Probabilitas
1 Tingkat
Pendidikan
7.706 1.66342 0.000
Berdasarkan hasil uji - t dinyatakan bahwa faktor tingkat pendidikan berpengaruh signifikan terhadap pemeliharaan jaringan irigasi tersier. Hal ini dibuktikan dengan nilai t hitung > t tabel sehingga H0 ditolak.
Gambar 4.2. Pengujian pengaruh parsial variabel tingkat pendidikan terhadap pemeliharaan jaringan irigasi tersier
4.5 Koefisien determinasi
Koefisien determinasi digunakan untuk mengukur seberapa jauh pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Dari tabel pengujian regresi linier berganda dapat diketahui bahwa koefisien determinasi sebesar 0.658. Hal ini menunjukkan bahwa 65.8% dari variasi yang terjadi didalam variabel pemeliharaan jaringan irigasi tersier dipengaruhi oleh variabel tingkat pendidikan petani. Sedangkan sisanya sebesar 34.2% dipengaruhi oleh faktor-faktor diluar faktor tersebut.
Daerah Penerimaan H0
Daerah Penolakan H0
t hitung = 7.706
52
Deskriptif Statistik
Y1
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
53
Y5
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
54
X1.3
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
55
BAB V PENUTUP
5.1Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan pada bab sebelumnya maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Pengujian pengaruh simultan variabel Tingkat Pendidikan terhadap pemeliharaan jaringan irigasi tersier, diperoleh hasil nilai F hitung (59,338) > dari F tabel (3,95) berarti variable Tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap pemeliharaan jaringan irigasi tersier.
2. Berdasarkan hasil uji parsial (hasil uji – t) dinyatakan bahwa faktor pengetahuan petani berpengaruh secara signifikan terhadap pemeliharaan bangunan air pada jaringan irigasi tersier, seperti hasil yang diperoleh nilai t hitung 7,706 > nilai t tabel (1,66757)
3. Berdasarkan hasil uji parsial (hasil uji – t) dinyatakan bahwa Tingkat Pendidikan berpengaruh secara signifikan terhadap pemeliharaan jaringan irigasi tersier, seperti hasil yang diperoleh nilai t hitung 3,32600 > nilai t tabel (1,66342)
6.1Saran
1. Dari hasil analisis yang diperoleh perlu dilakukan analisis berupa penelitian lanjutan dengan menambahkan beberapa faktor lainya seperti kebutuhan air irigasi, efisiensi saluran irigasi dll. Hal ini dimaksudkan untuk dapat memenuhi kebutuhan air irigasi secara kontinyu di daerah irigasi.
56
DAFTAR PUSTAKA
Algifari. 1997.Analisis Regresi , BPFE , Yogyakarta
Dinas Kebudayaan Provinsi Bali Tahun 2007 , Pedoman Dan Kriteria Penelitian Subak Provinsi Bali.
Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Pengairan.1997. Pedoman Umum Operasi Dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi .
Dinas Pertanian Dan Kelautan Kota Denpasar.2006. Laporan Inventarisasi Lahan Sawah di Kota Denpasar
Loekman Soetrisno. 1999. Paradigma Baru Pembangunan Pertanian Sebuah Tinjauan Sosiologis, Kanisius, Yogyakarta.
Pitana I Gede Dan Setiawan I Gede.2005. Revitalisasi Subak Dalam Memasuki Era Globalisasi, Andi Yogyakarta
Pitana I Gede.1993. Sistem Irigasi Tradisional Di Bali, Upada Sastra Denpasar.
Rosady Ruslan. 2003. Metode Penelitian, Pubilc Relations Dan Komunikasi, Raja Grafindo Persada Jakarta.
Robert. J. Kodoatie dan Roestam Sjarief. 2005. Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu , Andi Yogyakarta.
Sugiyono.2007. Metode Penelitian Kuantitatif , Kualitatif dan R&D, Alfabeta Bandung. Sumarta I Ketut.1992. Subak Inspirasi Manajemen Pembangunan Pertanian , Cita Budaya. Trie M Sunaryo.2005. Pengelolaan Sumber Daya Air, Bayumedia Publishing, Malang Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun1974, tentang Irigasi
57
Lampiran 1
TINGKAT PENDIDIKAN
Pada bagian ini Bapak/Ibu/Saudara diminta menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan pengaruh tingkat pendidikan terhadap pemeliharaan jaringan irigasi tersier di kecamatan Denpasar timur
Mohon diberikan jawaban dengan memberikan tanda (X) dari pernyataan berikut:
SS : Sangat Setuju S : Setuju
TS : Tidak Setuju STS : Sangat Tidak Setuju
No PERNYATAAN SS S TS STS
1 Petani mampu memanfaatkan secara optimal fasilitas jaringan irigasi
2 Petani memiliki pemahaman yang memadai terhadap proses tata kelola penggunaaan air 3 Meningkatnya kemampuan bekerjasama sesama
anggota subak dalam penggunaan air irigasi 4 Adanya kerjasama yang baik diantara sesama
anggota subak dalam mengatasi perselisihan 5 Meningkatnya pemahaman anggota subak tentang
pentingnya pelestarian sistim irigasi tradisional 6 Meningkatnya kemampuan anggota subak terhadap
58
Lampiran 2
PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI TERSIER
Pada bagian ini Bapak/Ibu/Saudara diminta menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan pemeliharaan jaringan irigasi tersier di kecamatan Denpasar timur
Mohon diberikan jawaban dengan memberikan tanda (X) dari pernyataan berikut:
SS : Sangat Setuju S : Setuju
TS : Tidak Setuju STS : Sangat Tidak Setuju
No PERNYATAAN SS S TS STS
1 Rutinitas monitoring jaringan irigasi dapat diukur dari jaringan irigasi dapat mengalirkan air sesuai pola aliran yang direncanakan.
2 Terpenuhinya kebutuhan atau kontinyuitas air irigasi dapat diukur dari tercapainya ketinggian air minimum di lahan pertanian
3 Berfungsinya bangunan fasilitas irigasi dengan baik dapat diukur dari tidak pernah terjadi keluhan dari anggota petani.
4 Adanya koordinasi yang baik antara subak dan pemerintah dapat diukur dari sering dilakukan peninjauan langsung ke lahan pertanian oleh pemerintah
5 Kesiapan subak terhadap O & P dapat diukur dari kemampuan subak untuk mengelola secara mandiri jaringan irigasinya tanpa campur tangan pemerintah.
59
Lampiran 3 : Jawaban Responden Terhadap Variabel Terikat
61
3 3 4 4 3 4 3.5
4 4 3 4 4 4 3.83
3 4 4 4 3 4 3.67
4 4 3 3 3 4 3.5
Lampiran 4 : Jawaban responden Terhadap Variabel Bebas
TINGKAT PENDIDIKAN
X1.1 X1.2 X1.3 X1.4 X1.5 X1.6 X1
64
LAMPIRAN. 5
1. Jadwal Penelitian
No Uraian Waktu Pelaksanaan Penelitian Tahun 2015
Juni Juli Agustus September
1 Persiapan
2 Survey Lapangan 3 Analisis Data
4 Pembuatan Laporan
5 Penyerahan Laporan
Bukit Jimbaran, Mei 2015 Ketua Tim Peneliti
( Ir. I Ketut Suputra, MT )
65
2. Personalia Penelitian Tim Peneliti :
Dosen : Ketua Tim Peneliti
Nama : Ir I Ketut Suputra, MT Golongan Pangkat dan NIP : IV/a 195408171986011001 Jabatan Fungsional : Lektor Kepala
Jabatan Struktural : -
Bidang Keahlian : Hidrologi
Anggota Tim Peneliti
Nama : Ir IBN Purbawijaya, MSi ,MT Golongan Pangkat dan NIP : IV/a 196004171986011001 Jabatan Fungsional : Lektor Kepala
Jabatan Struktural : -
Bidang Keahlian : Hidro (Irigasi)
Nama Mahasiswa
66
3. Rencana Biaya Penelitian
Biaya Penelitian Terdiri Dari :
A Honorarium Tim Peneliti (max 30 % dari total biaya Rp 10.000.000)
Nilai (RP)
Ketua Tim Peneliti 950.000
Anggota Tim Peneliti 850.000
Mahasiswa 1 550.000
Mahasiswa 2 550.000
Jumlah 2.900.000
B Biaya Operasional
Usulan Penelitian 700.000
Pembuatan Dan penyebaran Kuesioner 3.000.000
Transportasi 1.600.000
Pengolahan Dan Analisa Data 900.000
Laporan Penelitian 900.000
Jumlah 7.100.000
Total 10.000.000
Bukit Jimbaran, 30 September 2015
Ketua Tim Peneliti