• Tidak ada hasil yang ditemukan

Preliminary Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Berbasis Konstruktivisme untuk Madrasah Aliyah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Preliminary Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Berbasis Konstruktivisme untuk Madrasah Aliyah"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

88 PRELIMINARY PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN

MATEMATIKA BERBASIS KONSTRUKTIVISME UNTUK MADRASAH ALIYAH

Yusmarni

IAIN STS Jamb

Mareyus2203@gmail.com

Submitted: 23-05-2017, Reviewed:25-08-2017, Accepted: 26-03-2018

Abstrak. Kemampuan pemecahan masalah sebagai salah satu kemampaun esesnsial bagi siswa, masih belum tercapai secara maksimal. Terdapat beberapa faktor penyebab rendahnya kemampuan tersebut. Satu diantaranya adalah belum tersedianya bahan ajar yang secara optimal memfasilitasi siswa untuk menumbuh kembangkan kemampuan pemecahan masalah matematisnya. Penelitian ini bertujuan mengembangkan perangkat pembelajaran berupa Rencana Pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan Lembar kerja siswa berbasis konstruktivisme. Untuk materi matematika semester 2 Madrasah Aliyah yang valid, praktis dan efektif. Jenis Penelitian ini adalah Penelitian pengembangan. Penelitian ini menggunakan model Plomp yang terdiri dari tiga fase, yaitu preliminary research, prototyping phase, dan asessment phase. Pada fase prototyping phase dilakukan analisis kebutuhan, analisis peserta didik, analisis kurikulum, analisis konsep, serta analisis bahan ajar yang telah ada. Pada fase prototype dilakukan perancangan RPP dan LKS berbasis konstruktivisme untuk materi matematika semester 2, kemudian dilakukan evaluasi formatif untuk menentukan kevalidan, dan kepraktisan produk berupa RPP dan LKS berbasis konstruktivisme. Pada Asessment phase dilakukan penilaian dengan uji praktikalitas dan efektivitas. Data efektivitas diperoleh dari hasil belajar siswa berupa tes akhir untuk melihat kemampuan pemecahan masalah siswa.

Kata kunci: Pembelajaran Matematika Realistik (PMR), kemampuan pemecahan masalah matematika.

PENDAHULUAN

Berdasarkan Permendiknas No. 69 Tahun 2014, mata pelajaran matematika bertujuan agar siswa SMA/MA/SMK/MAKmemiliki kemampuan, (1) memahami konsep matematika, merupakan kompetensi dalam menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan menggunakan konsep maupun algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah; (2) menggunakan pola sebagai dugaan dalam penyelesaian masalah, dan mampu membuat generalisasi berdasarkan fenomena atau data yang ada; (3) menggunakan penalaran pada sifat, melakukan manipulasi matematika baik dalam penyederhanaan, maupun menganalisa komponen yang ada dalam pemecahan masalah dalam konteks matematika maupun di luar matematika (kehidupan nyata, ilmu, dan teknologi) yang meliputi kemampuan memahami masalah, membangun Perangkat Pembelajaran Matematika matematika, menyelesaikan Perangkat Pembelajaran

(2)

89 Matematika dan menafsirkan solusi yang diperolehtermasuk dalam rangka memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari (dunia nyata); (4) mengomunikasikan gagasan, penalaran serta mampu menyusun bukti matematika dengan menggunakan kalimat lengkap, simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah; (5) memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah; (6) memiliki sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai dalam matematika dan pembelajarannya, seperti taat azas, konsisten, menjunjung tinggi kesepakatan, toleran, menghargai pendapat orang lain, santun, demokrasi, ulet, tangguh, kreatif, menghargai kesemestaan (konteks, lingkungan), kerjasama, adil, jujur, teliti, cermat, dsb; (7)melakukan kegiatan–kegiatan motorik yang menggunakan pengetahuan matematika; (8)menggunakan alat peraga sederhana maupun hasil teknologi untuk melakukan kegiatan-kegiatan matematik.

Berdasarkan Permendikbud No 69 Tahun 2014 di atas dipahami bahwa peranan matematika yang sangat besar dalam peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia, haruslah didukung dengan suatu pendekatan dan Perangkat Pembelajaran Matematika yang memberikan kesempatan pada siswa untuk dapat melihat, merasakan, memecahkan sendiri permasalahan matematika dalam kehidupan mereka sehari-hari, sehingga siswa akan semakin sadar betapa pentingnya belajar matematika. Ketika siswa berhadapan dengan permasalahan matematika, mereka menyadari bahwa hal tersebut dapat dilihat dari berbagai sudut pandang. Artinya mereka menyadari bahwa untuk menyelesaikan permasalahan tersebut, mereka harus dapat mengkonstruksi pengetahuan secara kreatif dengan pemecahan masalah, mengintegrasikan ide-ide konsep pengetahuan dari berbagai disiplin ilmu yang ia miliki.

Kenyataan di lapangan tujuan-tujuan pembelajaran ini tampaknya masih belum tercapai sepenuhnya.Kondisi ini menimbulkan persepsi yang kompleks terhadap matematika itu sendiri yaitu kemampuan matematis yang sulit berkembang, kualitas hasil belajar matematika yang rendah.Siswa memandang matematika sebagai suatu mata pelajaran yang rumit, tidak bermotivasi, sangat membosankan, kurang bermanfaat /bermakna dan tidak memberi ruang bagi mereka untuk beraktifitas dan berkreaktifitas. Padahal matematika merupakan salah satu di antara mata pelajaran yang diujikan dalam ujian nasional yang merupakan syarat lulus dari siswa sekolah dasar, menengah pertama, maupun menengah atas sebagai tolak ukur dari kemampuan dan kualitas siswa.

(3)

90 Pendekatan konstruktivisme merupakan proses pembelajaran yang menerangkan bagaimana pengetahuan disusun dalam pemikiran siswa. Pengetahuan dikembangkan secara aktif oleh siswa itu sendiri dan tidak diterima secara pasif dari orang disekitarnya.Hal ini bermakna bahwa pembelajaran merupakan hasil dari usaha siswa itu sendiri dan bukan hanya ditransfer dari guru kepada siswa. Hal tersebut berarti siswa tidak lagi berpegang pada konsep pengajaran dan pembelajaran yang lama, dimana guru hanya menuangkan atau mentransfer ilmu kepada siswa tanpa adanya usaha terlebih dahulu dari siswa itu sendiri.

Proses pembelajaran matematika pada umumnya terbatas pada memberikan pengetahuan hafalan, dan kurang menekankan pada aspek kognitif yang tinggi, seperti ketajaman daya analisis dan evaluasi, berkembangnya kreativitas, pemecahan masalah, kemandirian belajar, dan berkembangnya aspek-aspek afektif. Siswa bersikap pasif dan pengetahuan yang diperoleh sering kali tidak berguna dalam hidup dan pekerjaannya.

Kenyataan di lapangan tujuan-tujuan pembelajaran ini tampaknya masih belum tercapai sepenuhnya.Kondisi ini menimbulkan persepsi yang kompleks terhadap matematika itu sendiri yaitu kemampuan matematis yang sulit berkembang, kualitas hasil belajar matematika yang rendah.Siswa memandang matematika sebagai suatu mata pelajaran yang rumit, tidak bermotivasi, sangat membosankan, kurang bermanfaat /bermakna dan tidak memberi ruang bagi mereka untuk beraktifitas dan berkreaktifitas. Padahal matematika merupakan salah satu di antara mata pelajaran yang diujikan dalam ujian nasional yang merupakan syarat lulus dari siswa sekolah dasar, menengah pertama, maupun

Buku-buku matematika dan Perangkat Pembelajaran Matematika yang ada, belum sepenuhnya bisa dimanfaatkankarena buku tersebut belum bisa mengkonstruksi pengetahuan siswa , belum bisa membuat peserta lebih banyak berpikir, belum berkreasi, dan belum memberikan kesempatan untuk mengaplikasikan pengetahuan baru yang didapatkan ke masalah-masalah matematika lainnya. Jadi, siswa tidak terbiasa untuk berpikir dan materinya sangat banyak dan belum praktis dipakai dengan waktu yang sangat terbatas.

Dari beberapa uraian di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa banyaknya siswa yang tidak mampu menyelesaikan soal dikarenakan proses pembelajaran yang kurang bermakna sehingga menyebabkan rendahnya kemampuan siswa memecahkan

(4)

91 masalah. Dengan demikian, tugas guru bukan sekedar mengajarkan ilmu semata kepada siswa, tetapi membantu siswa belajar. Guru juga diharapkan dapat memampukan siswa menguasai konsep dan memecahkan masalah dengan berfikir kritis, logis, sistematis, dan terstruktur.

Produk dari hasil pengembangan ini adalah sebuah Perangkat Pembelajaran Matematika Konstruktivisme yang didokumentasikan dalam bentuk buku. Buku ini memuat aspek yang berkaitan dengan Perangkat Pembelajaran Matematika Matematika Konstruktivisme yang dioptimalkan muncul prinsip-prinsip pembelajaran matematika untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran.

Pengembangan ini dilakukan dengan harapan agar diperoleh Perangkat Pembelajaran Matematika Matematika Konstruktivisme yang valid, praktis, dan efektif yang dapat meningkatkan aktifitas, kreaktifitas, produktifitas serta dapat menumbuhkembangkan kemampuan matematis siswa. Di mana Perangkat Pembelajaran Matematika matemarika yang selama ini tidak begitu menuntut perkembangan kemampuan matematis secara keseluruhan, sikap kritis, kreatifitas, memahami dari penjelasan konsep dan pembelajaran lebih cenderung dilakukan untuk pencapain batasan materi dari pada pengembangan kemampuan siswa, sesuai dengan kerangka pikir dibawah ini:

Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian BahanTrigonometri Berbasis konstruktivisme Masalah Penyelesaian Masalah Hasil Yang Diharapkan

• Efektifitas Pembelajaran matematika rendah

• Masih kurang adanya bahan ajar pembelajaran matematika yang valid

Perlunya Pengembangan Perangkat Pembelajaran yang valid, praktis, efektif

Tersedianya Perangkat Pembelajaran yang valid, praktis, efektif

(5)

92 METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini merupakan penelitian disain (design research).Berdasarkan tujuannya, design research ini menurut Plomp (2013: 16) terbagi dua, yaitu development studies dan validation studies. Tujuan penelitian disain pendidikan (educational design research) dengan jenis development studies adalah untuk mengembangkan penelitian berdasarkan solusi untuk masalah yang kompleks dalam penelitian. Tujuan educational design research dengan jenisvalidation studies adalah untuk pengembangan atau memvalidasi suatu teori.

Berdasarkan definisi educational designresearch dengan jenis development studies dan validation studies tersebut, maka penelitian ini adalah termasuk pada educational design research dengan jenis development studies. Karena tujuan penelitian ini adalah untuk mengembangkan suatu Perangkat Pembelajaran Matematika matematika.Jenis penelitian ini juga dengan istilah penelitian pengembangan (research and development).Definisi yang lebih sederhana menurut sugiyono (2011:407) tentang penelitian dan pengembangan adalah suatu metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut.Produk yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah Perangkat Pembelajaran Matematika matematikabased Constructivisme) yang valid, praktis dan efektif.

Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika matematika ini menggunakan disain pengembangan Plomp (2013:19) yang memiliki tiga tahap atau fase, yaitu:

1. Penelitian Pendahuluan (Preliminary Research) 2. Tahap Prototype (Development or Prototyping Phase) 3. Tahap Penilaian (Assesment Phase)

Berdasarkan ketiga fase tersebut menurut prosedur pengembangan Plomp (2013:19) tersebut, maka bentuk kegiatan yang dilakukan dalam pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika ditampilkan pada Table 1 berikut.

Tabel 1 Tahap Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Pembelajaran Matematika Think Create and Applybased Constructivisme

(MPMTCAC) No Tahap Pengembangan Aktivitas Penelitian Deskripsi Kegiatan 1 Tahap Peneltian Pendahuluan (Preliminary Analisis kebutuhan dan Konteks

Investigasi awal Perangkat Pembelajaran Matematika based Constructivisme Menganalisis tujuan dan isi mata pelajaran

(6)

93

Research) matematika

Menganalisis karkateristik siswa Review

Literatur

Menganalisis teori dan konsep terkait dengan Perangkat Pembelajaran Matematika Pengembangan Kerangka Konseptual dan Kerangka Teori

Merancang dan mengembangkan kerangka konseptual dan kerangka teori untuk Perangkat Pembelajaran Matematika based Constructivisme 2 Tahap Prototipe (Prototyping Phase) Mendisain Prototipe

Mendesain Perangkat Pembelajaran Matematika matematika berbasis konstruktivisme

Evaluasi Formatif

Melakukan uji validitas (expert review, focus groups dan field test) terhadap prototype

Revisi Melakukan revisi terhadap prototype berdasarkan hasil evaluasi formative 3 Tahap Penilaian

(Assesmen Phase)

Evaluasi Sumatif

Melakukan uji praktikalitas dan efektifitas terhadap prototype

Sumber: Plomp (2013:19) setelah diadaptasi sesuai dengan kebutuhan penelitian) Instrumen yang digunakan dalam penelitian untuk pengumpulan data ini adalah menggunakan lembar validasi/format validasi, lembar observasi, wawancara, lembar penilaian, angket respon siswa, lembar evaluasi.

1. Lembar/Format validasi prototype

Format validasi disusun untuk memperoleh data yang menyatakan validitas isi dan konstruk dari bahan ajar/Perangkat Pembelajaran Matematika yang dikembangkan. 2. Lembar observasi

Lembar observasi yang dimaksudkan adalah lembar observasi yang dapat digunakan untuk mengetahui praktikalitas dan efektifitas MPMTCAC dalam keterpakaian/keterlaksanaan dan aktifitas, kreaktifitas, dan produktifitas siswa. 3. Wawancara

Wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi data secara langsung dari pakar/validator, teman sejawat, guru, praktisi pendidikan, siswaatau pengguna dan yang ikut terlibat dalam pengumpulan data tentang keberadaan produk.

4. Lembar Penilaian/ Instrumen tes hasil belajar

Lembar penilaian yang dimaksud adalah lembar penilaian terstruktur dengan Perangkat Pembelajaran Matematika melalui soal-soal yang akan digunakan untuk

(7)

94 mengetahui kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dengan menggunakan bahan ajar

5. Angket respon siswa

Angket respon siswa disusun untuk memperoleh data tentang sikap dan pendapat siswa terhadap Perangkat Pembelajaran Matematika pembelajaran, respon siswa terhadap komponen, pelaksanaan pembelajaran dan respon siswa terhadap dampak pembelajaran dengan bahan ajar

6. Lembar evaluasi

Lembar evaluasi disusun untuk memperoleh data tentang ketuntasan belajar siswa sebagai data utama keefektifan. Lembar evaluasi yang dimaksudkan adalah lembar evaluasi hasil belajar.

7. Fokus diskusi kelompok/ focus group discussion (FGD)

FGD ini dilakukan agar Perangkat Pembelajaran Matematika yang dikembangkan sesuai dengan tujuan yang dirancang. Mengungkapkan makna dan kebutuhan serta masalah yang menjadi fokus pengembangan, sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh dari pandangan bersama terhadap Perangkat Pembelajaran Matematika yang dikembangkan atau terhadap masalah yang diteliti.

Data yang diperoleh dari berbagai instrumen dianalis secara deskriptif, kualitatif dan kuantitatif untuk dapat mengidentifikasi Perangkat Pembelajaran Matematika pembelajaran yang dikembangkan apakah sudah valid, praktis dan efektif atau belum. Demikian juga untuk mengidentifikasi apakah Perangkat Pembelajaran Matematika yang dikembangkan dapat terlaksana dikelas dengan baik dan dapat menunjukan hasil kemampuan matematis siswa.

1. Validitas

Untuk menguji validitas Perangkat Pembelajaran Matematika ini, digunakan pendapat dari ahli (judgment experts). Para validator/ahli diminta pendapatnya tentang Perangkat Pembelajaran Matematika yang dikembangkan.Validasi yang dikembangkan ini meliputi Validitas kontruk (contruct validity) dan validitas isi (content validity).Validitas kontruk yaitu kesesuaian komponen Perangkat Pembelajaran Matematika dengan unsur yang sudah ditetapkan dalam pengembangan bahan ajar.Validasi isi yaitu apakah Perangkat Pembelajaran Matematika yang dikembangkan sudah sesuai dengan tujuan dan aspek-aspek

(8)

95 pembelajaran yang ditetapkan. Hasil penilain terhadap Perangkat Pembelajaran Matematika yang diberikan validator di analisis dengan langkah- langkah yang di adopsi dari Muliyardi (2006) yaitu menentukan rerata skor dengan menggunakan rumus: n V R n i i

= = 1

Keterengan : R = rerata hasil penilaian dari para ahli/validator Vi = skor hasil penilaian validator ke-i

n = banyaknya validator

Kemudian dihitung rerata semua aspek untuk validasi Perangkat Pembelajaran Matematika dengan menggunakan kriteria sebagai berikut:

1) Bila rerata > 3,20 maka dikategorikan sangat valid 2) Bila 2,40 < rerata ≤ 3,20 maka dikategorikan valid 3) Bila 1,60 < rerata ≤ 2,40 maka dikategorikan cukup valid 4) Bila 0,80 < rerata ≤ 1,60 maka dikategorikan kurang valid 5) Bila rerata ≤ 0,80 maka dikategorikan tidak valid

Untuk pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika ini dikatakan valid jika nilai rerata dari validator yang bernilai cukup valid.

2. Praktikalitas

Data kepraktisan Perangkat Pembelajaran Matematika ditentukan dari hasil penilaian mudah digunakan, dan dipahami dalam pelaksanaan pembelajaran kepraktisan dinilai oleh praktisi, pelaksanaan pembelajaran oleh observer dan penggunaan mudah digunakan dan dipahami oleh guru dan siswa. Analisis hasil dari kepraktisan dengan langkah-langkah yang di adopsi dari Muliyardi (2006) yaitu menentukan rerata skor dengan menggunakan rumus:

n V R n i i

= = 1

dengan R = rerata hasil penilaian dari para ahli/validator Vi = skor hasil penilaian validator ke-i

n = banyaknya validator

(9)

96 Kemudian dihitung rerata semua aspek untuk praktikalitas Perangkat Pembelajaran Matematika dengan menggunakan kriteria sebagai berikut:

1) Bila rerata > 3,20 maka dikategorikan sangat praktis 2) Bila 2,40 < rerata ≤ 3,20 maka dikategorikan praktis 3) Bila 1,60 < rerata ≤ 2,40 maka dikategorikan cukup praktis 4) Bila 0,80 < rerata ≤ 1,60 maka dikategorikan kurang praktis 5) Bila rerata ≤ 0,80 maka dikategorikan tidak praktis

Untuk pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika ini dikatakan praktis jika nilai rerata dari praktisi yang bernilai cukup praktis.

Untuk menggambarkan data hasil observasi digunakan teknik deskriptif.Angket praktikalitas prototipe Perangkat Pembelajaran Matematika dideskripsikan dengan teknik analisis frekuensi data dengan rumus :

% 100 maksimum Skor rata -rata Skor n kepraktisa Tingkat = ×

Dengan pengkategorian nilai pencapaian observer dan responden, selanjutnya dikonfirmasikan dengan interval penentuan mudah digunakan dan dipahami dengan mengikuti kriteria sebagai berikut’

No Tingkat MP (mudah digunakan)/praktis (%) Kriteria 1 2 3 4 5 90 < tp ≤ 100 80 < tp ≤ 89 65 < tp ≤ 79 55 < tp ≤ 64 0 < tp ≤ 54

Sangat mudah digunakan Mudah

Cukup mudah

Sulit di gunakan & dipahami Sangat Sulit digunakan &

dipahami

Untuk pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika dikatakan mudah digunakan dan dipahami jika lebih dari 70% responden menilai cukup mudah/ cukup praktis.

3. Analisa data Efektivitas

Analisis terhadap keefektivan dari Perangkat Pembelajaran Matematika berbasis konstruktivisme diperoleh hasil dari aktivitas, respon, hasil belajar siswa, dan perkembangan kemampuan pemecahan masalah matematis.

(10)

97 a) Data aktivitas diperoleh dengan cara menghitung jumlah skor

observer/pengamat yang melakukan pengamatan aktivitas. Sebagaimana terdapat pada lembar observasi. Data tersebut dianalisis dengan teknik persentase dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

% 100 × = N f P

Keterangan : P = persentase aktivitas f = frekwensi aktivitas N = jumlah siswa

Untuk mengetahui tingkat keberhasilan aktivitas belajar siswa,memodifikasi Dimyati (2010) memberikan kriteria sebagai berikut:

Tabel 3 Kriteria Keberhasilan Aktivitas Kriteria Tingkat Keberhasilan Persentase Sedikit sekali Sedikit Banyak Banyak sekali Tidak berhasil Kurang berhasil Berhasil Sangat berhasil 1 < tk ≤ 25 26 < tk ≤ 50 51 < tk ≤ 75 76 tk ≤ 100

b) Untuk kemampuan pemecahan masalah, menggunakan dua jenis data yaitu jenis data kuantitatif dan data kualitatif..

Data yang diperoleh ditafsirkan, dan dianalisis untuk kepentingan generalisasi. Analisis data menggunakan uji-t, ANAVA satu jalur, ANAVA dua jalur, dan Chi-Square ( χ2)

Sebelum uji statistik dilakukan uji prasyarat, yaitu normalitas dan uji homogenitas varians kelompok data. Pengujian ini dilakukan agar pengambilan kesimpulan. Pengujian ini dilakukan agar pengambilan kesimpulan tentang populasi yang didasarkan pada sampel lebih mendekati kebenaran (Ruseffendi, 993). Uji normalitas dan homogenitas menggunakan Uji Kolmogorof-Smirnov dan Uji Levene.

Wawancara

Data yang diperoleh dari wawancara dianalisis secara deskriptif.Analisis data dilakukan untuk menggambarkan data hasil wawancara dengan validator, praktisi, observer, siswa mengenai validitas, praktikalitas bahan ajar.

(11)

98 c) Tes Hasil Belajar.

Data yang diperoleh dari tes hasil belajar dianalisis dengan menggunakan perhitungan persentase siswa yang memenuhi kriteria ketuntasan minimal sesuai dengan penetapan sekolah masing-masing. Selain itu siswa juga memenuhi kriteri ketuntasan secara klasikal, karena persentase jumlah siswa telah mencapai kompetensi yang telah ditentukan.

4. Kelompok diskusi /focus group discusstion (FGD)

Diskusi melibatkan berbagai pihak yang dapat memberikan sumbangan pemikiran terhadap Perangkat Pembelajaran Matematika yang sedang dikembangkan. Hasil dari diskusi dirumuskan dan dideskripsikan sebagai panduan dalam pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika pembelajaran matematika.

DAFTAR PUSTAKA

Attard, Catherine. 201. Engagement with Mathematics: The Influence of Barab,S.&

Squire,K.2004.Design-BasedResearch:PuttingaStakeintheGround.JournaloftheLearningSciences,13(1), 1-14.

Baroody, A. J. (1993). Problem Solving, Reasoning, and Communicating, K-8:

Bay, J. (2000). Linking Problem Solving to Student Achievement in Mathematics: Issues and Outcomes. [Online] Tersedia: http://www.ngacasi.org/jsi/ 2000v1i2/problem_solv_3

Bell, F.H. (1978). Teaching and Learning Mathematics (In Secondary School). Iowa: Wm. C. Brown Company Publisher.

Bloom, B. S., Engelhart, M. D., Furst, E. J., Hill, W. H., & Krathwohl, D. R. 1956. Taxonomy of Educational Objectives: The Classification of Educational Goals. Handbook I. Cognitive Domain.New York: David McKay.

Brown,A.L.1992.Design

Experiments:TheoreticalandMethodologicalChallengesinCreatingComplexInterv entionsinClassroomsettings.TheJournalofTheLearning Sciences,2(2),141-178.AKSES 1 November 2014

Choy, Ng Kim. (1999). Perbezaan Pembelajaran Kolaboratif & Pembelajaran Koperatif.[online] Tersedia: http://www.teachersrock.net.

Ploom Tjeer, Nieveen (2013),Educational Design Research Part : An Indoduction.International .slo.nl

(12)

99 Dahar, R.W. 1989. Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Dimyati dan Mudjiono. 2010. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta Ernest, P. 1991. The Philosophy of Methematics Education. London:Falmer.

FitzSimons, G. 1992. Contructivism in Vocational and Further EducationClasses. In M Horne and M. Supple (Eds.). Mathematics Meeting the Challenge (pp.77 - 82). Melbourne: The Mathematical Associtiaon of Victoria.

Freudental, H. 1991. Revisiting Mathematics Education. Netherlands: KluwerAcademicPublishers.

Hanbury, L. 1996. Constructivism: So What? In J. Wakefield and L. Velardi (Eds.). Celeberating Mathematics Learning (pp.3 - 8). Melbourne: The Mathematical Assciation of Victoria.

Horsley, S.L. 1990. Ementary School Science for the 90S. Virginia: Association Supervision and Curriculum Development.

Hudoyo, H. 1990. Strategi Mengajar Belajar Matematika. Malang: IKIP Malang. Hudoyo, H. 1998. Pembelajaran Matematioka Menurut Pandangan Konstruktivistik.

Makalah Disajikan dalam Seminar Nasional Upaya Meningkatkan Peran

Pendidikan Matematika dalam Menghadapi Era Globaliasasi. PPS IKIP Malang: Tidak Diterbitkan..

Iryanti, Puji. 2004. Penilaian Untuk kerja. Yogyakarta: depdiknas.

Joyce,B.,Weil, M.,danCalhoun,E.2000.ModelofTeaching (6th Edition). Sydney:Allyn & Bacon

Lie, Anita. 2010. Cooperative Learning Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-ruang kelas. Jakarta : Grasindo. Rusefendi, E.T. (1993). Statistika Dasar Untuk Penelitian Pendidikan. Dikti : Depdikbud. Jakarta.

Sudjana, Nana. 2008. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Sudjana, Nana. 2005. Metoda Statistik. Bandung: Tarsito

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R &D. Bandung: ALFABETA.

Gambar

Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian
Tabel 3 Kriteria Keberhasilan Aktivitas  Kriteria  Tingkat Keberhasilan  Persentase

Referensi

Dokumen terkait

Surplus dana adalah selisih lebih penerimaan dan pengeluaran (sisa) dana kegiatan atau proyek yang dilaksanakan oleh BEM STT NF, dimana surplus dana dari suatu

Model PR yang digunakan untuk mengukur tingkat persaingan di sektor perbankan menunjukkan bahwa perbankan di Indonesia pada tahun 2010-2014 masuk ke dalam

Untuk menjaga agar pergerakan lidah terbatas ke arah posterior dan menjaga agar lidah tetap pada tempatnya, lidah berhubungan langsung dengan frenulum lingual, yaitu

Kehidupan informan sebagai personal trainer di panggung depan merupakan hasil pengelolaan pesan dan kesan yang di bentuk dan dirancang sedemikian rupa agar memenuhi

Dalam rangka memberikan pelayanan dan jasa yang terbaik untuk konsumen, Indihome tidak bisa hanya berfokus untuk mengembangkan produknya saja tetapi perusahaan juga harus

Disimpulkan bahwa penggunaan pupuk organik sampah pasar hingga level 2,5 kg/polybag memberikan hasil yang terbaik terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun tanaman

Pada kasus petani di dataran tinggi, tingkat sensitivitas tersebut berkaitan dengan 9 aspek yaitu sumber pendapatan utama pertanian, sumber pendapatan sampingan, pengeluaran

[r]