• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh pemberian reenforcement berupa pemberian poin keaktifan pada pembelajaran bentuk akar terhadap motivasi dan hasil belajar matematika siswa kelas X semester 1 SMA N 2 Sukoharjo.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh pemberian reenforcement berupa pemberian poin keaktifan pada pembelajaran bentuk akar terhadap motivasi dan hasil belajar matematika siswa kelas X semester 1 SMA N 2 Sukoharjo."

Copied!
165
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENGARUH PEMBERIAN REENFORCEMENT BERUPA

PEMBERIAN POIN KEAKTIFAN PADA PEMBELAJARAN

BENTUK AKAR TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL

BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X SEMESTER I

SMA N 2 SUKOHARJO

Agustina Purgo Artonia NIM: 091414060 Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2013

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian

reenforcement berupa poin keaktifan terhadap motivasi dan hasil belajar matematika siswa kelas X I.S. 4 SMA N 2 Sukoharjo pada pembelajaran bentuk akar.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X I.S. 4 SMA N 2 Sukoharjo yang berjumlah 32 orang. Penelitian dilaksanakan pada semester I tahun ajaran 2013/2014 pada pokok bahasan bentuk akar. Penelitian diawali dengan observasi kegiatan pembelajaran siswa. Pelaksanaan pembelajaran dilakukan 3 kali pertemuan. Pengambilan data motivasi belajar dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Pengambilan data prestasi belajar dilakukan dengan menggunakan tes prestasi belajar. Tes awal dan akhir sudah diuji validitas dan reliabilitasnya. Hasil selisih pre-test dan post-test diuji normalitasnya kemudian diuji menggunakan statistik t-test dependent.

Hasil yang didapat dari penelitian ini adalah: (1) selisih pre-test dan

post-test berdistribusi normal. Dari perhitungan dengan rumus t-test diperoleh

ada perbedaan pre-test dan post-test, sehingga diperoleh kesimpulan bahwa pemberian reenforcement berupa poin keaktifan mempengaruhi prestasi belajar matematika siswa kelas X I.S. 4 SMA N 2 Sukoharjo. (2) motivasi yang dimiliki siswa secara keseluruhan dalam mengikuti pembelajaran dapat digolongkan ke dalam motivasi yang baik. Hal ini terbukti dari persentase rata-rata skor yang didapatkan adalah 80,275% dan persentase tersebut tergolong ke dalam kategori motivasi yang baik.

(2)

ABSTRACT

INFLUENCE THE ACTIVITY OF THE REENFORCEMENT

SYSTEM IN THE FORM OF POINTS ON THE MATERIAL

SHAPE OF THE ROOTS OF MOTIVATION AND LEARNING

OUTCOMES OF STUDENTS OF CLASS X SEMESTER 1

PUBLIC HIGH SCHOOL 2 SUKOHARJO

Agustina Purgo Artonia NIM: 091414060 Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2013

This research is aimed to identify the effect of the activity points toward reenforcement in the form of motivation and learning outcomes math class X I.S.4 SMA N 2 Sukoharjo on learning the roots.

The type of this is quantitative research and qualitative research. The subjects of this research were class X I.S.4 students of SMA N 2 Sukoharjo consisting of 32 peoples. This research was conducted in the first semester, in the academic year 2013/2014 on the topic of the roots. The research was started by observations of the students learning activities. Implementation of learning was conducted in three meetings. The data of students motivation were gathered using questionnaire. the data of students achievement were obtained by using achievement tests. The pre-test and post-test had been verified for their validity and reliability. Difference between of pre-test and post-test is tested using normality test statistic then it tested using a t-test dependent.

The results of the research indicated: (1) the difference between the pre-test and post-test is normal. By t-test we can obtained that pre-test and post-test are different. So it can be concluded that a points reenforcement system activity affect students’ mathematics learning achievement of class X I.S.4 SMAN 2 Sukoharjo. (2) motivation of the students as a whole in the following study can be classified into good motivation. This is evident from the average percentage score obtained is 80,275% and the percentage belonging to the category of good motivation.

(3)

i

PENGARUH PEMBERIAN REENFORCEMENT BERUPA

PEMBERIAN POIN KEAKTIFAN PADA PEMBELAJARAN

BENTUK AKAR TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL

BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X SEMESTER I

SMA N 2 SUKOHARJO

S K R I P S I

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh:

Agustina Purgo Artonia NIM: 091414060

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU

PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(4)

i

PENGARUH PEMBERIAN REENFORCEMENT BERUPA

PEMBERIAN POIN KEAKTIFAN PADA PEMBELAJARAN

BENTUK AKAR TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL

BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X SEMESTER I

SMA N 2 SUKOHARJO

S K R I P S I

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh:

Agustina Purgo Artonia NIM: 091414060

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU

PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(5)
(6)
(7)

iv

MOTTO

“Berjuang adalah kata yang mengandung keberanian, ketahanan, dan

kesabaran. Maka jangan menyebut diri kita pejuang bila kita terlampau mudah

menyerah.”

By: Threes Emir

“Dengan usaha keras pasti Tuhan akan beri jalan keluarnya dan indah pada waktu-Nya”

--Bagi Tuhan Tiada yang

(8)

Kupersembahkan untuk: Bapa Surgawiku YESUS Bapak dan Ibu Kakak-kakakku dan adik-adikku Teman-temanku Terimakasih untuk semangat dan senyumannya. Berkat Tuhan beserta kita. amin.

v

(9)
(10)

vii ABSTRAK

PENGARUH PEMBERIAN REENFORCEMENT BERUPA

PEMBERIAN POIN KEAKTIFAN PADA PEMBELAJARAN

BENTUK AKAR TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL

BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X SEMESTER I

SMA N 2 SUKOHARJO

Agustina Purgo Artonia NIM: 091414060 Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2013

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian

reenforcement berupa poin keaktifan terhadap motivasi dan hasil belajar matematika siswa kelas X I.S. 4 SMA N 2 Sukoharjo pada pembelajaran bentuk akar.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X I.S. 4 SMA N 2 Sukoharjo yang berjumlah 32 orang. Penelitian dilaksanakan pada semester I tahun ajaran 2013/2014 pada pokok bahasan bentuk akar. Penelitian diawali dengan observasi kegiatan pembelajaran siswa. Pelaksanaan pembelajaran dilakukan 3 kali pertemuan. Pengambilan data motivasi belajar dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Pengambilan data prestasi belajar dilakukan dengan menggunakan tes prestasi belajar. Tes awal dan akhir sudah diuji validitas dan reliabilitasnya. Hasil selisih pre-test dan post-test diuji normalitasnya kemudian diuji menggunakan statistik t-test dependent.

Hasil yang didapat dari penelitian ini adalah: (1) selisih pre-test dan

post-test berdistribusi normal. Dari perhitungan dengan rumus t-test diperoleh

ada perbedaan pre-test dan post-test, sehingga diperoleh kesimpulan bahwa pemberian reenforcement berupa poin keaktifan mempengaruhi prestasi belajar matematika siswa kelas X I.S. 4 SMA N 2 Sukoharjo. (2) motivasi yang dimiliki siswa secara keseluruhan dalam mengikuti pembelajaran dapat digolongkan ke dalam motivasi yang baik. Hal ini terbukti dari persentase rata-rata skor yang didapatkan adalah 80,275% dan persentase tersebut tergolong ke dalam kategori motivasi yang baik.

(11)

viii ABSTRACT

INFLUENCE THE ACTIVITY OF THE REENFORCEMENT

SYSTEM IN THE FORM OF POINTS ON THE MATERIAL

SHAPE OF THE ROOTS OF MOTIVATION AND LEARNING

OUTCOMES OF STUDENTS OF CLASS X SEMESTER 1

PUBLIC HIGH SCHOOL 2 SUKOHARJO

Agustina Purgo Artonia NIM: 091414060 Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2013

This research is aimed to identify the effect of the activity points toward reenforcement in the form of motivation and learning outcomes math class X I.S.4 SMA N 2 Sukoharjo on learning the roots.

The type of this is quantitative research and qualitative research. The subjects of this research were class X I.S.4 students of SMA N 2 Sukoharjo consisting of 32 peoples. This research was conducted in the first semester, in the academic year 2013/2014 on the topic of the roots. The research was started by observations of the students learning activities. Implementation of learning was conducted in three meetings. The data of students motivation were gathered using questionnaire. the data of students achievement were obtained by using achievement tests. The pre-test and post-test had been verified for their validity and reliability. Difference between of pre-test and post-test is tested using normality test statistic then it tested using a t-test dependent.

The results of the research indicated: (1) the difference between the pre-test and post-test is normal. By t-test we can obtained that pre-test and post-test are different. So it can be concluded that a points reenforcement system activity affect students’ mathematics learning achievement of class X I.S.4 SMA N 2 Sukoharjo. (2) motivation of the students as a whole in the following study can be classified into good motivation. This is evident from the average percentage score obtained is 80,275% and the percentage belonging to the category of good motivation.

(12)
(13)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala

rahmat dan kasih karunia-Nya yang telah dilimpahkan kepada penulis sehingga

dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul PENGARUH PEMBERIAN

REENFORCEMENT BERUPA PEMBERIAN POIN KEAKTIFAN PADA PEMBELAJARAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X SEMESTER I SMA N 2 SUKOHARJO. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana

Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Universitas Sanata Dharma.

Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis mendapat bantuan, bimbingan dan

arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih

yang tak terhingga kepada:

1. Romo Dr. Ir. Paulus Wiryono Pritotamtama, S.J., M.Sc., selaku Rektor

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Bapak Dr. Marcellinus Andy Rudhito, S.Pd., selaku Ketua Program Studi

Pendidikan Matematika Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

4. Bapak Dominikus Arif Budi Prasetyo, S.Si., M.Si., selaku Dosen

Pembimbing Akademik Program Studi Pendidikan Matematika Angkatan

(14)

xi

5. Bapak Drs. A. Sardjana, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing yang telah

banyak meluangkan waktu untuk memberi arahan, masukan dan bimbingan

kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat

waktu.

6. Segenap Dosen Program Studi Pendidikan Matematika, karyawan sekretariat

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam dan staf

perpustakaan Universitas Sanata Dharma yang telah membantu penulis.

7. Bapak Drs. Bambang Suryono, Dipl. Ed., selaku Kepala Sekolah SMA N 2

Sukoharjo telah mengijinkan penulis untuk mengadakan penelitian.

8. Bapak Drs. Sri Riyadi, selaku Wakil Kepala Sekolah Humas yang telah

menerima penulis untuk mengadakan penelitian.

9. Bapak Drs. Juari, M.M., selaku guru pembimbing penulis yang telah

memberikan waktunya kepada penulis untuk mengadakan penelitian.

10. Para siswa kelas X I.S.4 SMA N 2 Sukoharjo yang telah antusias dalam

penelitian.

11. Orangtuaku Bapak Sergius Darto dan Ibu Florentina Heni W. P. H. yang telah

memberikan segala hal yang terbaik di kehidupanku.

12. Kakak-kakakku Francisca Happy Oktavia dan Yohanes Chrisostomus

Yudhistiro Argo Dahono beserta adik-adikku Theresia Putri Kurniawati dan

Antonius Digyo Hendarto atas motivasinya.

13. Teman-temanku Pendidikan Matematika 2009 Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Sanata Dharma terima kasih untuk kebersamaan,

(15)

xii

14. Rostama Adhi Nugroho, Ortolana Yosefina Rensa, Seravina Maretina F. W.

S. N., Fransisca Romana Andriyati, Catharina Niken Putri A., Angelica Nur

Putri W., Ari Nugroho, Sangkin Mundi Asri, Andreas Raharjo Kurniawan,

Agustina Hermin W., Dewi Nogia Kisaimora, Cicilia Viranti, Sr. Maria

Paulien, AK., Tante Cicilia Kustanti, Maria Agustina Tokan, dan Adi Nur

Prasetyo terima kasih atas dukungan dan semangat yang telah diberikan

selama ini.

15. Dan kepada seluruh pihak yang belum sempat disebutkan satu per satu yang

telah membantu penulis baik selama menempuh studi maupun selama proses

penulisan skripsi ini. Penulis mengucapkan banyak terima kasih.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangannya, oleh

karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran. Semoga skripsi ini dapat

bermanfaat bagi pembaca. Atas kritik dan sarannya penulis ucapkan terima kasih.

Yogyakarta, 17 November 2013

(16)

xiii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ...v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT... viii

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... ix

KATA PENGANTAR ...x

DAFTAR ISI... xiii

DAFTAR TABEL... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ...1

A. Latar Belakang...1

B. Identifikasi Masalah ...5

C. Pembatasan Masalah ...5

D. Rumusan Masalah ...6

E. Batasan Istilah ...6

F. Tujuan Penelitan ...7

(17)

xiv

H. Sistematika Penulisan ...9

BAB II LANDASAN TEORI ...10

A. Kajian Pustaka ...10

1. Pengertian pendidikan ...10

2. Pengertian Keaktifan ...11

3. Pengertian Pembelajaran ...12

4. Pengertian Belajar ...15

5. Pengertian Hasil Belajar ...16

6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi hasil Belajar ...17

7. Pengertian Matematika...20

8. Materi Bentuk Akar...22

9. Pengertian Motivasi...29

10. Reenforcement ...37

11. Penilaian ...39

B. Kerangka Berpikir ...41

C. Hipotesis ...42

BAB III METODE PENELITIAN ...43

A. Jenis Penelitian ...43

B. Waktu dan Tempat Penelitian ...44

C. Populasi dan Sampel...44

D. Variabel Penelitian ...45

E. Bentuk Data ...45

(18)

xv

G. Uji Instrumen...50

H. Prosedur pelaksanaan penelitian di Lapangan...53

I. Metode Pengumpulan Data ...54

J. Metode Analisis Data ...55

BAB IV PELAKSANAAN, HASIL PENELITIAN, DAN ANALISIS...59

A. Pelaksanaan Penelitian ...59

1. Sebelum Penelitian ...59

2. Selama Penelitian ...63

3. Sesudah Penelitian...71

B. Hasil Penelitian...71

1. Hasil Pre-test dan Post-test ...71

2. Hasil Kuesioner Motivasi Siswa ...74

C. Analisis Data ...78

1. Data Pre-test dan Post-test ...78

2. Data Kuesioner Motivasi...83

BAB V PENUTUP ...86

A. Kesimpulan...86

B. Saran ...86

C. Kelemahan Peneliti...87

DAFTAR PUSTAKA ...88

(19)

xvi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 : Kisi-kisi Kuesioner Motivasi Belajar ...49

Tabel 3.2: Pernyataan Positif ...49

Tabel 3.3: Pernyataan Negatif...49

Tabel 3.4: Kriteria Koefisien Korelasi ...51

Tabel 3.5: Kisi-kisi Tes ...54

Tabel 3.6 : Perhitungan t-Test ...57

Tabel 3.7 : Kategori Persentase...58

Tabel 4.1 : Hasil Uji Validitas ...60

Tabel 4.2 : Hasil Perhitungan Varian Butir...61

Tabel 4.3 : Pernyataan Kuesioner Awal...62

Tabel 4.4 : Kegiatan Selama Penelitian ...64

Tabel 4.5 : Hasil Pre-Test dan Post-Test ...71

Tabel 4.6: Hasil Kuesioner Motivasi ...75

Tabel 4.7 : Perhitungan Uji Normalitas ...79

Tabel 4.8: Perhitungan Uji t-Test...81

(20)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 4.1 ...66

Gambar 4.2 ...67

Gambar 4.3 ...68

Gambar 4.4 ...69

Gambar 4.5 ...73

Gambar 4.6 ...77

(21)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di dunia yang modern seperti ini, pendidikan sangatlah penting bagi

masyarakat, terutama di Indonesia. Saat ini telah tersedia berbagai macam

bentuk pendidikan yang dimulai dari Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD),

Sekolah Dasar (SD), Home Schooling, Sekolah Menengah Pertama (SMP),

Sekolah Menengah Atas (SMA), dll. Semua itu tidak lepas dari seorang

pendidik yang telah mendidik dan membimbing peserta didik sehingga dapat

menjadi seorang yang berguna di kemudian hari.

Pendidik yang dimaksud ini adalah Guru. Berdasarkan dikutip dari

Adimassana (2007:9) bahwa Profesi guru di Indonesia yang diwadahi dalam

organisasi Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) dalam konggres PGRI

tahun 1975 merumuskan Kode Etik profesi guru di Indonesia sebagai berikut:

1. guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia

Indonesia seutuhnya yang berjiwa Pancasila

2. guru memiliki dan melaksanakan kejujuran profesional

3. guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai bahan

melakukan bimbingan dan pembinaan

4. guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang

berhasilnya proses belajar mengajar

5. guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan masyarakat

sekitarnya untuk membina peran serta dan rasa tanggung jawab bersama terhadap pendidikan

6. guru secara pribadi dan bersama-sama mengembangkan dan

meningkatkan mutu dan martabat profesinya

7. guru memelihara hubungan seprofesi, semangat kekeluargaan, dan

kesetiakawanan sosial

8. guru bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi PGRI

(22)

9. guru melaksanakan segala kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan

Matematika tumbuh dan berkembang karena proses berpikir, oleh

karena itu logika adalah dasar untuk terbentuknya matematika. Matematika

juga membutuhkan kemampuan berpikir secara kreatif, kritis, dan logis.

Rendahnya kemampuan berpikir ini dapat menimbulkan dampak yang buruk

pula terhadap prestasi para peserta didik. Dalam pendidikan formal, guru

tidak lepas dari Proses Belajar Mengajar yang biasa dikenal dengan PBM. Di

dalam proses pembelajaran di kelas, Guru sering sibuk sendiri seperti hanya

ceramah di depan kelas, sebaliknya peserta didik hanya menjadi pendengar

yang baik sehingga peserta didik hanya meniru apa yang telah guru lakukan.

Hal ini dapat menyebabkan peserta didik tidak dapat berpikir kreatif dan tidak

mencoba untuk menyelesaikan masalah dengan jalan yang lain. Selain itu,

banyak faktor yang menyebabkan rendahnya prestasi belajar peserta didik,

baik yang berasal dari dalam maupun dari luar. Faktor dari dalam peserta

didik, misalnya: motivasi belajar peserta didik, minat belajar, serta sikap

terhadap matematika. Sedangkan, faktor yang berasal dari luar peserta didik,

misalnya: kemampuan guru dalam mengelola proses belajar, sarana belajar,

cara guru dalam memotivasi peserta didik, dan lingkungan pendukung.

Materi dengan pokok bahasan bentuk akar adalah materi yang terlihat

mudah tetapi di dalam kenyataanya masih banyak siswa yang merasa

kesulitan karena kurangnya ketelitian dan pemahaman yang kuat. Misalnya

pada materi merasionalkan penyebut bentuk akar, menurut peneliti banyak

(23)

mengerjakan soal latihan. Padahal materi bentuk akar ini telah dipelajari

siswa pada waktu kelas IX semester II.

Cara memotivasi peserta didik ada berbagai cara yang dapat dilakukan

oleh seorang guru. Misalnya: jika ada peserta didik yang dapat menjawab

pertanyaan dengan benar, guru dapat memberikan suatu pujian atau

memberikan tepuk tangan. Hal tersebut terlihat sepele dan kurang penting

tetapi bagi peserta didik dapat membangkitkan motivasi dalam diri mereka.

Di sisi lain jika peserta didik menjawab pertanyaan salah, sebaiknya guru

tidak menjatuhkan semangat peserta didik yang berusaha menjawab

walaupun jawabannya kurang tepat. Pada kenyataannya masih terjadi di

beberapa sekolah sehingga membuat peserta didik menjadi takut untuk

menjawab dan mengakibatkan situasi kelas yang tidak efektif. Hal ini dapat

mempengaruhi hasil evaluasi peserta didik jika model pembelajaran seperti

itu tetap dilakukan.

Peneliti melakukan penelitian di SMA N 2 Sukoharjo di kelas X I.S.4

dan telah diijinkan oleh pihak sekolah yang diwakili oleh Bapak Sri Riyadi

selaku Wakasek Humas. Peneliti telah melakukan observasi kepada kelas

tersebut sebanyak dua kali. Dari hasil observasi peneliti, guru matematika

kadang memotivasi peserta didik agar lebih bersemangat lagi dengan

pelajaran matematika. Dari pengamatan peneliti, masih terdapat peserta didik

yang berbicara sendiri dengan teman sebangkunya. Dalam pembelajaran,

guru menggunakan metode diskusi yang beranggotakan 3-4 anggota tiap

(24)

masing-masing. Disini peran guru tidak mendampingi para peserta didik yang

sedang berdiskusi tetapi hanya duduk di depan meja guru dan sedikit

mengawasi para peserta didik dari meja guru. Dari pengamatan tersebut

terlihat kurangnya pendekatan guru terhadap siswa. Pada waktu selesai

berdiskusi, guru meminta siswa untuk menampilkan hasil diskusi di depan

kelas. Di saat guru meminta perwakilan dari kelompok untuk maju, masih ada

siswa yang malu untuk maju di depan kelas sehingga harus ditunjuk oleh

guru.

Berdasarkan pengalaman peneliti sewaktu di sekolah dan sewaktu

Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA N 1 Kalasan periode

Juli-September. Siswa sangat senang apabila apa yang telah dikerjakan oleh

mereka mendapatkan timbal balik dari guru. Biarpun hanya ucapan “bagus” ataupun tepuk tangan dari teman-temanya, itu dapat membangun motivasi

siswa. Selain itu dampaknya, mereka menjadi bersaing secara sehat, seperti

berebutan untuk maju ke depan kelas dan dapat menampilkan hasil pekerjaan

mereka di papan tulis. Oleh karena itu, peneliti ingin mengambil Judul yaitu

PENGARUH PEMBERIAN REENFORCEMENT BERUPA PEMBERIAN

POIN KEAKTIFAN PADA PEMBELAJARAN BENTUK AKAR

TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA

KELAS X SEMESTER I SMA N 2 SUKOHARJO. Peneliti mengambil judul

ini karena ingin menumbuhkan motivasi peserta didik dan membuat peserta

didik menyenangi mata pelajaran matematika yang sebagian besar peserta

(25)

menjadi kebalikannya yaitu menganggap matematika itu mudah dengan

membangkitkan motivasi dalam diri peserta didik. Peneliti mengambil materi

mengenai Bentuk Akar.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, peneliti dapat

mengidentifikasi masalah yang ada, yaitu:

1. kurangnya motivasi dari luar diri peserta didik

2. guru belum sepenuhnya memberikan motivasi kepada seluruh peserta

didik pada saat pembelajaran berlangsung

3. guru belum melakukan pendekatan personal kepada para siswa

4. materi bentuk akar terlihat mudah tetapi dalam kenyataannya materi ini

membutuhkan ketelitian dan penguasaan pada materi yang sebelumnya

C. Pembatasan Masalah

Terdapat berbagai masalah yang terjadi, tetapi dalam penelitian ini akan

dibatasi. Peneliti membatasi masalah pada motivasi dan pemahaman peserta

didik pada materi Bentuk akar Kelas X semester 1. Motivasi yang dimaksud

peneliti ini yaitu dengan pemberian reenforcement. Pemberian reenforcement

bermacam-macam, tetapi peneliti hanya membahas pemberian reenforcement

dengan memberi poin keaktifan kepada peserta didik. Pemberian ini

(26)

pekerjaannya di depan kelas dan mempresentasikannya kepada

teman-temannya.

D. Rumusan Masalah

Permasalahan yang diangkat pada penelitian ini dengan mengacu pada

latar belakang, yaitu:

1. Adakah pengaruh pemberian reenforcement dengan pemberian poin

keaktifan terhadap hasil belajar peserta didik dalam materi Bentuk akar?

2. Bagaimana motivasi belajar siswa setelah adanya pemberian

reenforcement berupa poin keaktifan pada materi bentuk akar?

E. Batasan Istilah

Agar tidak terjadi kesalahpahaman mengenai pengertian dari judul yang

peneliti kemukakan, maka perlu dijelaskan pengertiannya, sebagai berikut:

1. Pengaruh

Daya yang ada atau timbul dari sesuatu orang atau benda yang ikut

membentuk watak, kepercayaan, atau perbuatan seseorang.

2. Pemberian

Proses, cara, perbuatan memberi atau memberikan

3. Reenforcement

Sesuatu yang diberikan kepada seseorang sebagai penghargaan dan

(27)

4. Poin keaktifan

Salah satu penghargaan yang dapat membangkitkan motivasi peserta

didik dengan berperan aktif terhadap materi yang sedang dipelajari.

5. Bentuk akar

Akar-akar dari suatu bilangan riil positif yang hasilnya merupakan

bilangan irasional.

6. Pemahaman

Suatu kemampuan seseorang dalam mengartikan, menafsirkan,

menerjemahkan, atau menyatakan sesuatu dengan caranya sendiri tentang

pengetahuan yang pernah diterima.

Dari pengertian di atas, judul yang diambil peneliti dapat didefinisikan

sebagai Pengaruh Pemberian Reenforcement Berupa Pemberian Poin

Keaktifan pada Pembelajaran Bentuk Akar Terhadap Motivasi dan Hasil

Belajar Matematika Siswa Kelas X Semester I adalah daya yang timbul

melalui proses memberikan suatu penghargaan kepada peserta didik yang

bertujuan untuk membangkitkan motivasi dan meningkatkan hasil belajar

peserta didik di dalam kelas melalui ikut berperan aktif di dalam

pembelajaran di kelas pada materi bentuk akar.

F. Tujuan Penelitian

(28)

1. untuk mengetahui adakah pengaruh pemberian reenforcement dengan

pemberian poin keaktifan terhadap hasil belajar peserta didik dalam

materi Bentuk akar.

2. untuk mengetahui Bagaimana motivasi belajar siswa setelah adanya

pemberian reenforcement berupa poin keaktifan pada materi bentuk akar.

G. Manfaat Penelitian

Manfaat utama dari penelitian ini adalah ingin mengetahui adakah pengaruh

pemberian reenforcement berupa poin keaktifan terhadap hasil belajar dan

motivasi siswa. Selain itu, manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi Universitas Sanata Dharma

Diharapkan dapat menambah kepustakaan di Universitas Sanata Dharma

serta dapat membantu mahasiswa lainnya dalam membuat suatu laporan,

menambah wawasan dan pengetahuan.

2. Bagi Guru dan Calon Guru

Diharapkan dapat menambah informasi mengenai bermacam-macam

bentuk motivasi yang dapat diberikan kepada peserta didik, memberi

masukan kepada guru dan calon guru agar dapat memperbaiki prestasi

peserta didik terutama matematika.

3. Bagi Peneliti

Dapat menambah pengalaman dalam pengelolaan kelas dan pendekatan

(29)

reenforcement berupa poin keaktifan terhadap motivasi dan hasil belajar siswa.

4. Bagi Peserta Didik

Diharapkan dapat membantu dalam meningkatkan motivasi peserta didik

serta membantu dalam hasil belajar terutama matematika.

H. Sistematika Penulisan

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah,

rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian.

BAB II : LANDASAN TEORI

Dalam bab ini diuraikan mengenai landasan teori yang

digunakan peneliti.

BAB III : METODE PENELITIAN

Dalam bab ini diuraikan tentang jenis dan rancangan

penelitian, populasi, sampel, data, metode analisis data.

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini diuraikan tentang hasil penelitian, analisis

data, dan pembahasan data yang diperoleh oleh peneliti.

BAB V : PENUTUP

(30)

10 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka

1. Pengertian Pendidikan

Menurut Y. B. Adimassana (2007:26) terdapat berbagai definisi

tentang pendidikan dari berbagai sumber:

a. Menurut Ki Hajar Dewantoro dalam buku Suwarno (1985:2–3) yang

dikutip oleh Y. B. Adimassana, pendidikan adalah tuntunan di dalam

hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya pendidikan yaitu

menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar

mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah

mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.

b. Menurut UU Tentang Sisdiknas, no. 20, th. 2003, ps. 1 yang dikutip

oleh Y. B. Adimassana, pendidikan adalah usaha sadar dan

terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan

Negara.

c. Menurut Ellis, Cogan, and Howey (1986:134) yang dikutip oleh Y.

(31)

experiences during a lifetime, not just organized formal learning experiences. It is a process by which a person gains understanding of self, as well as the environment. Dapat diartikan: pendidikan adalah total penjumlahan dari pengalaman-pengalaman belajar

seseorang selama hidupnya, bukan hanya pengalaman-pengalaman

yang diorganisasikan secara formal. Ini adalah proses dengan mana

seorang pribadi memperoleh pemahaman tentang dirinya maupun

lingkungannya.

Menurut definisi pendidikan di atas, dapat disimpulkan bahwa

pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan potensi yang ada

dalam diri dan memberikan pengalaman belajar terus-menerus bahkan

seumur hidup.

2. Pengertian Keaktifan

Keaktifan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) berasal

dari kata dasar aktif yang berarti giat. Lalu keaktifan merupakan kegiatan

dimana siswa aktif. Sehingga apabila digabungkan keaktifan siswa

adalah kegiatan atau usaha yang dilakukan siswa dalam kegiatan belajar.

Keaktifan ini dapat berupa diskusi, berani mengemukakan pendapat, aktif

dalam kelompok, dll.

Menurut Sardiman (2001:98), keaktifan adalah kegiatan yang

bersifat fisik maupun mental, yaitu berbuat dan berpikir sebagai suatu

(32)

Dari keterangan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa keaktifan

adalah kegiatan yang bersifat fisik maupun non-fisik dalam proses belajar

mengajar di dalam kelas sehingga membuat suasana kelas menjadi lebih

efektif.

3. Pengertian Pembelajaran

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), pembelajaran

adalah proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup

belajar. Dan menurut Ahmad Johari Sihes (2010)

(http://eprints.utm.my/10357/1/bab10.pdf diakses pada tanggal 2 April

2013 pukul 13.37), terdapat pula definisi pembelajaran menurut para ahli

psikologi, sebagai berikut:

a. Robert Gagne (1970) menyatakan bahwa pembelajaran adalah

perubahan atau kemampuan seseorang yang dapat dikekalkan tetapi

tidak disebabkan oleh pertumbuhan.

b. Anita E. Woolfolk (1995) menuturkan bahwa pembelajaran adalah

proses dimana pengalaman menyebabkan perubahan dalam

pengetahuan dan tingkah laku yang kekal.

c. E. R. Hilgard, dkk (1975) menyatakan bahwa pembelajaran adalah

perubahan tingkah laku yang kekal hasil dari pengalaman. Perubahan

ini mungkin tidak jelas sehingga timbul suatu situasi yang

menonjolkan tingkah laku baru ini; pembelajaran biasanya tidak

(33)

Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

merupakan proses pengalaman yang dapat menyebabkan perubahan

pengetahuan dan tingkah laku yang kekal.

Prinsip-prinsip pembelajaran dalam bukunya Sugandi, dkk (2000)

yang dikutip oleh Sanjaya Yasin (dalam

http://www.sarjanaku.com/2012/11/pengertian-pembelajaran-menurut-para.html diakses pada tanggal 5 November 2013 pukul 10.57) antara

lain:

1. Kesiapan Belajar

Faktor kesiapan baik fisik maupun psikologis merupakan kondisi

awal suatu kegiatan belajar.

2. Perhatian

Guru perlu mengetahui barbagai kiat untuk menarik perhatian siswa

pada saat proses pembelajaran sedang berlangsung.

3. Motivasi

Motivasi dapat menjadi aktif dan tidak aktif. Jika tidak aktif, maka

siswa tidak bersemangat belajar. Dalam hal seperti ini, guru harus

dapat memotivasi siswa agar siswa dapat mencapai tujuan belajar

dengan baik.

4. Keaktifan Siswa

Kegiatan belajar dilakukan oleh siswa sehingga siswa harus aktif.

Dengan bantuan guru, siswa harus mampu mencari, menemukan dan

(34)

5. Mengalami Sendiri

Prinsip pengalaman ini sangat penting dalam belajar dan erat

kaitannya dengan prinsip keaktifan. Siswa yang belajar dengan

melakukan sendiri, akan memberikan hasil belajar yang lebih cepat

dan pemahaman yang lebih mendalam.

6. Pengulangan

Untuk mempelajari materi sampai pada taraf insight, siswa perlu

membaca, berfikir, mengingat, dan latihan. Guru dapat mendorong

siswa melakukan pengulangan, misalnya dengan memberikan

pekerjaan rumah, membuat laporan dan mengadakan ulangan harian.

7. Materi Pelajaran Yang Menantang

Keberhasilan belajar sangat dipengaruhi oleh rasa ingin tahu.

Dengan sikap seperti ini motivasi anak akan meningkat. Rasa ingin

tahu timbul saat guru memberikan pelajaran yang bersifat menantang

atau problematis.

8. Balikan dan Penguatan

Balikan atau feedback adalah masukan penting bagi siswa maupun

bagi guru. Dengan balikan, siswa dapat mengetahui sejauh mana

kemampuannya dalam suatu hal, dimana letak kekuatan dan

kelemahannya.

Penguatan atau reinforcement adalah suatu tindakan yang

menyenangkan dari guru kepada siswa yang telah berhasil

(35)

9. Perbedaan Individual

Masing-masing siswa mempunyai karakteristik baik dari segi fisik

maupun psikis. Dengan adanya perbedaan ini, tentu minat serta

kemampuan belajar mereka tidak sama. Guru harus memperhatikan

siswa-siswa tertentu secara individual dan memikirkan model

pengajaran yang berbeda bagi anak didik yang berbakat dengan yang

kurang berbakat.

4. Pengertian Belajar

Belajar merupakan sesuatu hal yang sering dilakukan oleh manusia.

Seperti: dengan membaca buku, melihat orang lain, menonton TV, dan

sebagainya. Belajar pada pihak peserta didik merupakan kunci dalam

proses perkembangan mental atau psikis. Terdapat beberapa definisi

menurut para ahli mengenai belajar, yaitu:

a. Menurut W. S. Winkel (1996:59), belajar adalah semua aktivitas

mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dalam

lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam

pengelolaan pemahaman.

b. Menurut pandangan Good dan Brophy, yang menyatakan bahwa

belajar merupakan suatu proses atau interaksi yang dilakukan

seseorang dalam memperoleh sesuatu yang baru dalam bentuk

perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman itu sendiri,

(36)

kemampuan, pengetahuan, pemahaman, emosi, apresiasi, jasmani

dan etika atau budi pekerti, serta hubungan sosial (Uno. 2006:15).

c. Menurut Gagne, belajar adalah suatu proses untuk memperoleh

motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan tingkah

laku ( Slameto, 2010:13).

d. Menurut Galloway, belajar sebagai suatu perubahan perilaku

seseorang yang relatif cenderung tetap sebagai akibat adanya

penguatan (reinforcement) (Uno. 2006:15).

Dari beberapa definisi yang telah dikemukakan oleh para ahli,

dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan semua aktivitas mental

ataupun psikis yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan

dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku.

Dalam uraian di atas dikatakan bahwa belajar menghasilkan

perubahan-perubahan yang bersifat internal seperti pemahaman dan

sikap, serta yang bersifat eksternal seperti keterampilan motorik dan

berbicara dalam bahasa asing. Yang bersifat internal tidak dapat langsung

diamati, sedangkan yang bersifat eksternal dapat diamati.

5. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan proses dimana guru mengetahui hasil

siswa yang menunjukkan sejauh mana kemampuan siswa dalam

menangkap suatu pelajaran. Hasil belajar ini memiliki peranan penting

(37)

hasil belajar merupakan pengalaman-pengalaman belajar yang diperoleh

siswa dalam bentuk kemampuan-kemampuan tertentu (Uno: 2006:17).

6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Belajar merupakan kegiatan yang berproses dan merupakan unsur

yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang

pendidikan. Seseorang belajar pasti menginginkan hasil yang terbaik.

Menurut uraian H.C. Witherington dan Lee J. Cronbach Bapemsi,

faktor-faktor serta kondisi-kondisi yang mendorong perbuatan belajar, sebagai

berikut (Mustaqim:2008:69):

a. Situasi Belajar (kesehatan jasmani, keadan psikis, pengalaman dasar)

1) Kesehatan jasmani

Keadaan fungsi-fungsi jasmani tertentu, seperti fungsi-fungsi

panca indra, lebih-lebih mata dan telinga mempunyai pengaruh

besar sekali dalam belajar.

2) Keadaan psikis

Faktor-faktor psikis memang memiliki peranan yang sangat

menentukan di dalam belajar. Karenanya akan dibahas lebih

panjang daripada faktor-faktor yang lain:

a) Perhatian

Semakin siswa intensif dalam memperhatikan belajar makin

(38)

penyampaiannya sebaiknya mampu menimbulkan perhatian

yang intensif.

b) Kognitif

Pengamatan secara umum manusia mengenal dunia nyata

melalui pengamatan yaitu dengan melihat, mendengar,

membau, mengecap, meraba. Melalui pengamatan, dapat

memunculkan suatu tanggapan-tanggapan serta dapat

terekam menjadi sebuah ingatan yang dapat membantu

belajar dan berpikir dalam memecahkan suatu masalah.

c) Faktor afektif

Faktor ini meliputi perasaan, emosi, dan suasana hati.

Dalam keadaan stabil, faktor ini dapat membantu dalam

proses belajar. Tetapi jika keadaan dalam tidak stabil seperti

marah, bingung, cemas,dll, ini dapat menghambat belajar.

d) Faktor motivasi

Motivasi adalah keadaan jiwa individu yang mendorong

individu untuk mencapai suatu tujuan.

3) Pengalaman dasar/ pendidikan dasar

Meskipun secara umum individu memiliki kesehatan jasmani

yang baik, panca indera yang mendukung keadaan psikis,

motivasi yang kuat dan murni, namun pengalaman yang

(39)

yang sejalan maka aktivitas belajar akan membawa hasil yang

kurang baik.

b. Penguasaan Alat-alat Intelektual

Tak perlu dipertanyakan lagi, alat-alat ini sangat membantu dalam

belajar.

c. Latihan yang Aktif

Seseorang tidak dapat belajar berenang, menulis, berbicara asing dan

sejenisnya hanya dengan melihat orang lain melakukan hal-hal

tersebut. Prinsip ini ialah individu hanya bisa belajar sesuatu dengan

mengerjakan sendiri maksudnya individu belajar berpikir sendiri.

Belajar naik sepeda mencoba mengendarai sendiri, belajar

menghafal dengan mengingat-ingat sendiri secara aktif.

d. Kebaikan Bentuk dan Sistem

Individu akan merasakan enak jika membaca buku yang disusun

secara sistematis. Hal ini akan sangat mempengaruhi aktivitas

belajar.

e. Efek Penghargaan (reward) dan Hukuman

Pemberian reward dan hukuman ini harus diketahui oleh semua

pendidik karena tiap siswa itu berbeda-beda. Ada anak yang akan

merasa terhormat apabila ditunjuk maju untuk mengerjakan latihan,

tetapi ada pula anak yang akan merasa terpaksa apabila diminta maju

mengerjakan latihan atau mereka merasa sengaja dihukum oleh

(40)

f. Tindakan-tindakan Pedagogis

Banyak anggapan bahwa guru membantu mendorong dan

membimbing perbuatan belajar anak didiknya tetapi perlu diketahui

pula bahwa ada siswa yang dapat berhasil dalam belajar meskipun

mereka menerima pelajaran yang jelek dari gurunya.

g. Kapasitas Dasar

Guru tidak perlu mengharapkan hasil akhir yang sama dari semua

siswa karena mereka memiliki kapasitas yang berbeda-beda. Mereka

dapat berjalan sesuai dengan kemampuan dan kecepatan

masing-masing.

Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi hasil belajar siswa tersebut sangat berkaitan dan

berhubungan, baik faktor dari dalam maupun faktor dari luar diri siswa.

7. Pengertian Matematika

Kata matematika tentu sudah tidak asing lagi bagi kita, matematika

merupakan ratu dari ilmu pengetahuan dimana materi matematika

dipakai dalam semua jurusan, bahkan dalam kehidupan sehari-hari

matematika juga dipakai.

Istilah matematika berasal dari bahasa Latin mathematica, yang

(41)

berarti “ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan bernalar” (dalam http://www.sarjanaku.com/2011/06/pengertian-matematika.html tanggal

10 Maret 2013) .

Menurut Riedesel, matematika adalah kumpulan kebenaran dan

aturan, matematika bukanlah sekedar berhitung. Matematika merupakan

sebuah bahasa, kegiatan pembangkitan masalah dan pemecahan masalah,

kegiatan menemukan dan mempelajari pola serta hubungan (dikutip dari

http://www.pengertianahli.com/2013/10/pengertian-matematika-menurut-ahli.htmldiakses pada tanggal 14 November 2013 pukul 22.00).

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, matematika adalah ilmu

tentang bilangan, hubungan antara bilangan, dan prosedur operasional

yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa matematika

adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang aljabar, analisis,

(42)

8. Materi Bentuk Akar Berdasarkan Buku MATEMATIKA Kelas X Semester 1 (Sartono Wirodikromo. 2007:204-227)

a. Bilangan Rasional

Adalah bilangan real yang dapat dinyatakan dalam bentuk pecahan

dengan a, b B, ≠ 0dan B adalah himpunan bilangan bulat.

Contoh:

Ubahlah pecahan desimal di bawah ini menjadi pecahan biasa!

1) 0.25 =

2) 0,333… = A

3,333… = 10A 3,33…-0,33… = 10A–A

3 = 9A

(43)

b. Bilangan Irasional

Merupakan kebalikan dari bilangan rasional, yaitu suatu bilangan

yang tidak dapat dinyatakan dalam bentuk pecahan ,dengan

a, b B, ≠ 0.

Contoh:√2 , √3 , log 7, log 11 , , .

Bilangan Bentuk Akar merupakan Bilangan Irasional. Namun, tidak semua bilangan yang menggunakan tanda akar merupakan

bilangan bentuk akar.

Contoh:

1) √5 bilangan irasional

2) √9 bilangan rasional

3) 3√7 bilangan irasional

c. Menyederhanakan Bentuk Akar

Hal yang dilakukan terlebih dahulu yaitu mencari faktornya terlebih

dahulu kemudian dipilih faktor yang dapat ditarik akarnya.

Contoh:

1) √27 = √9 ∙ √3 = 3√3

2) 5√128 = 5 ∙ √64 ∙ √2 = 5 ∙ 4 ∙ √2 = 20√2

d. Jenis-jenis Akar

1) Akar Senama

Dikatakan senama jika pangkat akar dari bentuk-bentuk itu

(44)

Contoh: √13 , √5 , √11

2) Akar Sejenis

Dikatakan sejenis jika bilangan tersebut memuat akar senama

dan bilangan yang terdapat dibawah tanda akar juga sama.

Contoh:

a) √2 , 2√2 , 7√2

b) √3 , 4√3 , 9√3

3) Akar Sekawan

Dikatakan sekawan jika kedua bentuk akar itu dikalikan

menjadi bilangan rasional.

contoh:

a) (a -) sekawan dengan (a +√

b) √ sekawan dengan√

e. Operasi Aljabar pada Bentuk Akar

1) Penjumlahan dan Pengurangan Bentuk Akar

Contoh:

a) 7√5 + 4√5 = (7 + 4)√5 = 11√5 b) 5√7 − 2√7 = (5 − 2)√7 = 3√7

2) Perkalian dan Pembagian Bentuk Akar

Jika bentuk akar tersebut senama maka dapat memakai

sifat-sifat di bawah ini:

√ − √ = ( − )√

√ + √ = ( + )√ dan

dan √

√ =

(45)

Contoh:

a) 2√3 ∙ 7√6 = (2 ∙ 7)√3 ∙ 6 = 14√18

= 14 ∙ √9 ∙ √2

= 14 ∙ 3√2

= 42√2

b) √

√ = = 2√7

Apabila bentuk akar belum senama, ubahlah bentuk akar

tersebut menjadi senama terlebih dahulu.

Contoh:

a) √5 ∙ √4 = √5∙ ∙ √4∙ = √5 ∙ 4∙ = √2.000∙ = √2.000

b) √ √ = √ ∙ √ ∙ = ∙ =

3) Penarikan Akar Kuadrat dari hasil Pengkuadratan suatu

Penjumlahan atau Pengurangan Bentuk Akar

a) Penarikan akar kuadrat dari hasil pengkuadratan suatu

penjumlahan

√ + √ = √ + 2 ∙ √ ∙ √ + √

= ( + ) + 2√ ∙

√ + √ = ( + ) + √ ∙ √ √ = √ ∙ √ ∙ = ∙ √ ∙ √ = √∙ ∙ √∙

(46)

b) Penarikan akar kuadrat dari hasil pengkuadratan suatu

pengurangan

√ − √ = √ − 2 ∙ √ ∙ √ + √

= ( + ) − 2 √ ∙

√ − √ = ( + ) − √ ∙ , a > b

a > b karena hasil dari ( + ) − √ ∙ adalah bilangan positif. Jika a < b maka harus diberi tanda mutlak sehingga

menghasilkan bilangan positif.

Jadi, berdasarkan keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa:

Contoh:

a) 5 + 2√6 = (3 + 2) + 2√3 ∙ 2

= √3 + √2

b) 11 − 4√7 = (7 + 4) − 2 ∙ 2√7

= (7 + 4) − 2√7 ∙ 4

= √7 − √4

f. Merasionalkan Penyebut Pecahan Bentuk Akar

Amatilah pecahan-pecahan berikut ini:

1 √2 ,

2 3√2 ,

√2 √3 ,

2 5 − √2

(47)

Pecahan-pecahan di atas mempunyai penyebut yang memuat bentuk

akar, atau penyebutnya adalah bilangan irasional. Berikut ini akan

kita pelajari mengenai cara mengubah nilai penyebut itu menjadi

bilangan rasional.

1) Pecahan Bentuk

Cara merasionalkan penyebut pecahan bentuk

√ dengan

mengalikan pembilang dan penyebut pecahan oleh suatu

bentuk akar tetapi tetap tidak mengubah nilaidari pecahannya.

√ ∙ √ √ = ∙√ √ ∙√ = √ Contoh: a) √ =√ ∙ √

√ = √5

b) √

√ =

√ √ ∙

√ = ∙ √7 ∙ 3 = √21

2) Pecahan Bentuk

±√ Contoh: a) √ = √ ∙ √ √ = √ √ ∙ √ =

= 4 − 2√3

b) √ = √ ∙ √ √ = ∙ √ √ √ = √

= −6 3 + 2 √3 3

√ = √

+ √ =

− √

− dan − √ =

(48)

3) Pecahan Bentuk √ ±√

Contoh:

2 √5 − 3 √2 5 √5 + 2 √2=

2 √5 − 3 √2 5 √5 + 2 √2∙

5 √5 − 2 √2 5 √5 − 2 √2

= 2 √5 − 3 √2 5 √5 − 2 √2 5 √5 + 2 √2 5 √5 − 2 √2

=50 − 4 √10 − 15 √10 + 12 125 − 8

=62 − 19 √10 117

g. Mengubah Bilangan akar manjadi Bilangan Pangkat

Sama artinya dengan =

Pengertian terakhir ini dapat digunakan untuk mengubah suatu

bilangan akar menjadi bentuk pangkat pecahan. Perhatikan uraian

berikut:

√ =

√ = ( )

=

= × × × … ×

=

1 =

=1

√ + √ =

√ − √

− dan √ − √ =

√ + √ −

√ =

(49)

Berdasarkan contoh-contoh tersebut, didefinisikan:

9. Pengertian Motivasi

Istilah motivasi berasal dari kata “motif” yang dapat diartikan

kekuatan baik dari dalam diri maupun dari luar yang mempengaruhi

hasil belajar peserta didik. Ada bermacam-macam pengertian motivasi

menurut para ahli.

Menurut Merriam-Webster (1993) memaknai motif sebagai “suatu

(kebutuhan atau hasrat) yang menyebabkan seseorang bertindak” (Sprenger, 2011:17). Tetapi jika siswa ditanya tentang kebutuhan

mereka, akan banyak sekali daftar yang ditulis. Para siswa tidak

menganggap penting pelajaran, seperti: matematika, fisika, atau yang

lainnya. Agar peserta didik termotivasi, guru harus dapat meyakinkan

mereka bahwa topik yang akan dibahas tersebut menarik dan berhasil

membuat mereka merasa tertarik untuk mempelajarinya. √ =

n (bilangan ganjil) a (bilangan rasional)n (bilangan genap) a (bilangan asli)

• ≠ 0

√ = ( ) =

n (bilangan ganjil) a (bilangan rasional)n (bilangan genap) a (bilangan asli)

(50)

Menurut David McClelland et al., berpendapat bahwa: A motive is

the redintegration by a cue of a change in an affective situation, yang berarti motif merupakan implikasi dari hasil pertimbangan yang telah

dipelajari (redintegration) dengan ditandai suatu perubahan pada situasi

afektif. Sumber utama munculnya motif adalah dari rangsangan

(stimulasi) perbedaan situasi sekarang dengan situasi yang diharapkan,

sehingga tanda perubahan tersebut tampak pada adanya perbedaan afektif

saat munculnya motif dan saat usaha pencapaian yang diharapkan.

Motivasi dalam pengertian tersebut memiliki dua aspek, yaitu adanya

dorongan dari dalam dan dari luar untuk mengadakan perubahan dari

suatu keadaan pada keadaan yang diharapkan, dan usaha untuk mencapai

tujuan (Uno. 2006:9).

Atkinson mengemukakan bahwa kecenderungan sukses ditentukan

oleh motivasi, peluang, serta intensif; begitu pula sebaliknya dengan

kecenderungan untuk gagal. Motivasi dipengaruhi oleh keadaan emosi

seseorang. Guru dapat memberikan motivasi siswa dengan melihat

suasana emosional siswa tersebut. Menurutnya, motivasi berprestasi

dimiliki oleh setiap orang, sedangkan intensitasnya tergantung pada

kondisi mental orang tersebut (Uno. 2006:8).

Berdasarkan pengertian yang telah diungkapkan oleh para ahli

tersebut, dapat disimpulkan bahwa, motivasi merupakan suatu dorongan

dari luar sehingga seseorang berkeinginan untuk mengadakan perubahan

(51)

atau dorongan internal dan eksternal dalam diri seseorang untuk

mengadakan perubahan tingkah laku, yang mempunyai indikator sebagai

berikut: adanya hasrat dan keinginan untuk melakukan kegiatan, adanya

dorongan dan kebutuhan melakukan kegiatan, adanya harapan dan

cita-cita, penghargaan dan penghormatan atas diri, adanya lingkungan yang

baik, dan adanya kegiatan yang menarik.

Hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal

pada siswa-siswa yang sedang belajar. Indikator motivasi belajar dapat

diklasifikasikan sebagai berikut (Uno. 2006:23):

a. adanya hasrat dan keinginan berhasil

b. adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar

c. adanya harapan dan cita-cita masa depan

d. adanya penghargaan dalam belajar

e. adanya kegiatan yang menarik dalam belajar

f. adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan

siswa dapat belajar dengan baik

Dari sudut sumber yang menimbulkannya, motif dibedakan

menjadi dua macam, yaitu:

a. Motif Intrinsik

Motif Intrinsik yaitu bentuk motivasi yang timbul dari dari dalam

diri sendiri tanpa memerlukan rangsangan dari luar yang dapat

(52)

karena ingin mendapatkan pengetahuan, nilai atau keterampilan agar

dapat berubah tingkah lakunya secara konstruktif.

b. Motif ekstrinsik

Motif ekstrinsik yaitu bentuk motivasi yang timbul karena adanya

rangsangan dari luar individu, seperti: memberikan penghargaan

ataupun hukuman. Sebagai contoh: siswa belajar karena mengetahui

besok pagi akan ada ujian dengan harapan mendapat nilai yang baik,

mendapat pujian ataupun hadiah.

Menurut Hamzah B. Uno (2006: 34) terdapat beberapa teknik

motivasi yang dapat dilakukan dalam pembelajaran sebagai berikut:

a. Pernyataan penghargaan secara verbal

Contoh dari pernyataan verbal yaitu “Bagus sekali”, “Hebat”, “menakjubkan”, dan lain-lain.

b. Menggunakan nilai ulangan sebagai pemacu keberhasilan

Pengetahuan atas hasil pekerjaan merupakan cara untuk

meningkatkan motif belajar siswa.

c. Menimbulkan rasa ingin tahu

Rasa ingin tahu ini dapat ditimbulkan oleh suasana yang dapat

mengejutkan, keragu-raguan, ketidaktentuan, menghadapi masalah

yang baru. Hal ini menimbulkan rasa penasaran dan dengan

sendirinya menyebabkan siswa berupaya keras untuk

(53)

d. Memunculkan sesuatu yang tidak diduga oleh siswa

Dalam upaya itu pun, guru sebenarnya bermaksud untuk

menimbulkan rasa ingin tahu siswa.

e. Menjadikan tahap dini dalam belajar mudah bagi siswa

Hal ini memberikan semacam hadiah bagi siswa pada tahap pertama

belajar yang memungkinkan siswa bersemangat untuk belajar

selanjutnya.

f. Menggunakan materi yang dikenal siswa sebagai contoh dalam

belajar.

Sesuatu yang telah dikenal siswa, dapat diterima dan diingat lebih

mudah.

g. Menggunakan kaitan yang unik dan tak terduga untuk menerapkan

suatu konsep dan prinsip yang telah dipahami

Sesuatu yang unik, tak terduga, dan aneh lebih dikenang oleh siswa

daripada sesuatu yang biasa-biasa saja.

h. Menuntut siswa untuk menggunakan hal-hal yang telah dipelajari

sebelumnya

Dengan jalan tersebut, selain siswa belajar dengan menggunakan

hal-hal yang telah dikenalnya, siswa dapat juga menguatkan

pemahaman atau pengetahuannya tentang hal-hal yang telah

(54)

i. Menggunakan simulasi dan permainan

Simulasi merupakan upaya untuk menerapkan sesuatu yang

dipelajari atau sesuatu yang sedang dipelajari melalui tindakan

langsung.

j. Memberi kesempatan kepada siswa untuk memperlihatkan

kemahirannya di depan umum

Hal ini akan menimbulkan rasa bangga dan dihargai oleh umum.

k. Mengurangi akibat yang tidak menyenangkan dan keterlibatan siswa

dalam kegiatan belajar

Hal-hal positif dari keterlibatan siswa dalam belajar hendaknya

ditekankan, sedangkan hal-hal yang berdampak negatif sebaiknya

dikurangi.

l. Memahami iklim sosial dalam sekolah

Pemahaman iklim dan suasana sekolah merupakan pendorong

kemudahan berbuat bagi siswa. Dengan pemahaman tersebut, siswa

mampu memperoleh bantuan yang tepat dalam mengatasi masalah

atau kesulitan.

m. Memanfaatkan kewibawaan guru secara tepat

Jenis-jenis pemanfaatan kewibawaanya itu adalah dalam

memberikan ganjaran, dalam pengendalian perilaku siswa,

kewibawaan berdasarkan hukum, kewibawaan sebagai rujukan, dan

(55)

n. Memperpadukan motif-motif yang kuat

Seorang siswa giat belajar mungkin karena latar belakang motif

berprestasi sebagai motif yang kuat. Dia dapat pula belajar karena

ingin menonjolkan diri dan memperoleh penghargaan, atau karena

dorongan untuk memperoleh kekuatan. Apabila motif-motif kuat

dipadukan, maka siswa memperoleh penguatan motif yang jamak,

dan kemauan untuk belajar pun bertambah besar, sampai mencapai

keberhasilan yang tinggi.

o. Memperjelas tujuan belajar yang hendak dicapai

Seseorang akan berbuat lebih baik dan berhasil jika dia memahami

yang harus dikerjakannya dan yang dicapai dengan perbuatannya itu.

Makin jelas tujuan yang akan dicapai, makin terarah upaya untuk

mencapainya.

p. Merumuskan tujuan-tujuan sementara

Tujuan belajar merupakan rumusan yang sangat luas dan jauh untuk

dicapai. Agar upaya dalam mencapai tujuan itu lebih terarah, maka

tujuan-tujuan belajar yang umum seharusnya dipilah menjadi tujuan

sementara yang lebih jelas dan lebih mudah dicapai.

q. Memberitahukan hasil kerja yang telah dicapai

Dalam belajar, hal ini dapat dilakukan dengan selalu

memberitahukan nilai ujian atau nilai pekerjaan rumah. Dengan

mengetahui hasil yang telah dicapai, maka motif belajar siswa

(56)

hasil belajar yang telah baik, maupun untuk memperbaiki hasil

belajar yang kurang memuaskan.

r. Membuat suasana persaingan yang sehat di antara para siswa

Suasana ini memberikan kesempatan kepada para siswa untuk

mengukur kemampuan dirinya melalui kemampuan orang lain.

Selain itu, belajar dengan bersaing menimbulkan upaya belajar yang

sungguh-sungguh. Digunakan pula prinsip keinginan individu selalu

lebih baik dari orang lain. Guru dapat pula memberikan poin

tambahan bagi siswa yang aktif di dalam kelas sehingga lebih

terlihat persaingan tersebut.

s. Mengembangkan persaingan dengan diri sendiri

Persaingan semacam ini dilakukan dengan memberikan tugas dalam

berbagai kegiatan yang harus dilakukan sendiri. Dengan demikian,

siswa akan dapat membandingkan keberhasilannya dalam

melakukan berbagai tugas.

t. Memberikan contoh yang positif

Masih banyak guru yang mempunyai kebiasaan untuk membebankan

pekerjaan para siswa tanpa kontrol. Biasanya guru memberikan suatu

tugas kepada kelas, dan guru meninggalkan kelas untuk

melaksanakan pekerjaan lain. Keadaan ini bukan saja tidak baik,

tetapi dapat merugikan para siswa. Seharusnya guru tidak cukup

(57)

pengawasaan dan pembimbingan yang memadai selama siswa

mengerjakan tugas tersebut.

Guru pun dapat melihat bagaimana ciri-ciri siswanya yang

memiliki motivasi, Menurut Sardiman (1986:82-83) yang dikutip oleh

risfikawati (2010:21) ciri-ciri siswa yang mempunyai motivasi belajar

antar lain adalah:

a. tekun menghadapi tugas

b. ulet menghadapi kesulitan(tidak mudah putus asa)

c. menunjukan minat yang besar terhadap bermacam-macam masalah

belajar

d. lebih senang bekerja mandiri dan tidak bergantung pada orang lain

e. tertarik untuk mengerjakna hal-hal yang menuntut kreatifitas

f. dapat mempertahankan pendapatnya

g. tidak mudah melepaskan apa yang diyakini

h. senang mencari dan memecahkan masalah/soal-soal

10. Reenforcement

Reenforcement tidak hanya diberikan kepada anak kecil atapun setingkat Sekolah Dasar (SD), tetapi anak setingkat Sekolah Menengah

Pertama (SMP) atapun tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) juga

memerlukan reenforcement. Hal ini dapat menunjang siswa untuk lebih

meningkatkan prestasinya. Reenforcement diberikan jika siswa

(58)

Reward merupakan salah satu bentuk reenforcement dalam dunia pendidikan yang dapat membangun dan membangkitkan belajar para

siswa baik di sekolah maupun di rumah. Dalam hal ini, reward tidak

diberikan sembarangan kepada siswa, tetapi tergantung dari usaha yang

telah dicapai para siswa itu sendiri.

Terdapat 3 metode pemberian reenforcement, yaitu

(http://www.masbied.com/2010/06/03/reinforcement/#more-2906 13

Januari 2013 pukul 13.34):

a. Penguatan terhadap pribadi tertentu.

Penguatan terhadap pribadi tertentu adalah cara penguatan yang

dimaksudkan, jika seorang guru atau orang tua hendak memberikan

penguatan kepada siswa tertentu atas tingkah laku ditampilkannya

maka penguatan tersebut harus jelas ditujukan kepada anak yang

bersangkutan. Sehingga nantinya ia dapat merasakan secara

langsung bahwa penguatan ditujukan kepadanya.

b. Penguatan terhadap kelompok siswa/ anak.

Penguatan ini tidak hanya ditujukan kepada siswa tertentu melainkan

untuk seluruh kelompok siswa atau anak yang berada di kelas,

penguatan ini cenderung di gunakan di kelas (sekolah). Jadi

penguatan diberikan tidak didasarkan atas prestasi yang ditampilkan

(59)

c. Memberikan penguatan dengan segera.

Salah satu penggunaan reenforcement atau penguatan secara efektif,

yaitu memberikan penguatan dengan segera setelah munculnya

tingkah laku yang diharapkan baik secara individu maupun dalam

kelas yang bersangkutan, namun perlu diketahui pemberian

penguatan dengan cepat kadang-kadang terhambat oleh beberapa

faktor sehingga penguatan tersebut ditunda pelaksanaannya.

11. Penilaian

Di dalam proses belajar mengajar, penilaian adalah salah satu tolok

ukur untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa. Menurut Nana

Sudjana (1989:3), penilaian adalah proses memberikan atau menentukan

nilai kepada objek tertentu berdasarkan suatu kriteria tertentu.

Selain itu, munsul konsep-konsep penilaian baru yang

dikembangkan oleh Michael Seriven, Robert E. Stake, Daniel L.

Stufflebeam, dan lain-lain sebagai berikut (Sudjana. 1989:215):

a. penilaian tidak hanya diarahkan pada pemeriksaan terhadap

tujuan yang telah ditetapkan, melainkan mencakup pula

tujuan-tujuan yang tersembunyi, termasuk efek samping yang timbul

b. penilaian yang dilakukan hanya melalui pengukuran perilaku siswa

melainkan juga melalui pengkajian langsung terhadap aspek

(60)

c. penilaian tidak hanya dimaksudkan untuk mengetahui seberapa jauh

tujuan-tujuan telah tercapai malainkan juga untuk mengetahui

apakah tujuan-tujuan tersebut penting untuk dicapai

d. mengingat tujuan dan objek penilaian cukup luas, cara dan alat

penilaian pun cukup beragam dalam arti tidak hanya menggunakan

tes melainkan juga observasi, wawancara, kuesioner, analisis

dokumen, dan sebagainya.

Di samping konsep-konsep yang ada, adapun tujuan dari penilaian

ini menurut Nana Sudjana (1989:3):

a. alat untuk mengetahui tercapai-tidaknya tujuan instruksional

(perubahan tingkah laku yang diinginkan pada diri siswa)

b. umpan balik bagi perbaikan proses belajar mengajar

c. dasar dalam menyusun laporan kemajuan belajar siswa kepada para

orang tuanya dalam bentuk nilai-nilai prestasi yang dicapainya

Penilaian pada pelaksanaan proses belajar mengajar di dalam kelas

ada bermacam-macam cara. Hal itu dilakukan demi menunjang nilai

peserta didik. Seperti: memberikan Pekerjaan Rumah (PR), Tugas, Kuis,

Poin Keaktifan, kuesioner dan sebagainya.

Poin keaktifan merupakan salah satu penilaian yang mengacu pada

keaktifan peserta didik selama proses belajar. Poin keaktifan ini diambil

dari kegiatan peserta didik, seperti: berani untuk mengerjakan

pekerjaannya di papan tulis, mempresentasikan pekerjaan di depan kelas,

(61)

memunculkan motivasi kepada peserta didik untuk berlomba-lomba

memperbanyak poin keaktifan ini.

B. Kerangka Berpikir

Matematika sangatlah penting bagi peserta didik karena dapat dipakai

ketika mereka memasuki ke pendidikan yang lebih tinggi. Di semua jurusan

pasti akan memakai unsur-unsur dalam matematika. Matematika mengajak

para siswa untuk dapat berpikir secara logis dan konsisten.

Di samping itu, siswa juga membutuhkan motivasi untuk mendapatkan

hasil belajar yang memuaskan. Teknik dalam memberikan motivasi tersebut

banyak sekali. Dalam pokok bahasan bentuk akar ini, guru akan memberikan

sebuah motivasi berupa pemberian reenforcement poin keaktifan. Dengan

adanya reenforcement ini, siswa bersaing secara sehat untuk dapat

mengumpulkan poin sebanyak-banyaknya dan dapat menunjang hasil belajar

mereka pada akhirnya. Poin ini akan bertambah jika peserta didik berani

untuk mengerjakan pekerjaanya di papan tulis, mempresentasikan hasil

pekerjaanya di depan kelas, atau pun berani menjawab pertanyaan dari guru.

Reenforcement ini dilakukan untuk mengajak siswa berani berbicara di depan umum dan berani memberikan hasil pekerjaannya di depan kelas.

Sikap keaktifan dan berani untuk mengemukakan hasilnya pekerjaanya

ini dapat membuat situasi kelas menjadi lebih hidup, lebih efektif, keadaan

kelas menjadi lebih kondusif, siswa akan menjadi lebih aktif dalam

(62)

siswa. Dan akhirnya dapat membuat para siswa tersebut menjadi lebih

mandiri, aktif, dan dapat menghargai pendapat orang lain.

C. Hipotesis

Berdasarkan pemikiran di atas, pemberian reenforcement berupa poin

keaktifan dapat memberikan pengaruh dalam hasil belajar siswa dan motivasi

(63)

43 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Menurut Zainal Arifin (2011: 29), Penelitian Kuantitatif adalah

penelitian yang digunakan melalui teknik pengukuran yang cermat terhadap

variabel-variabel tertentu, sehingga menghasilkan simpulan-simpulan yang

dapat digeneralisasikan, lepas dari konteks waktu dan situasi serta jenis data

yang dikumpulkan terutama data kuantitatif, sedangkan Penelitian Kualitatif

adalah penelitian untuk menjawab permasalahan yang memerlukan

pemahaman secara mendalam dalam konteks waktu dan situasi yang

bersangkutan, dilakukan secara wajar dan alami sesuai dengan kondisi

objektif di lapangan tanpa adanya menipulasi, serta jenis data yang

dikumpulkan terutama data kualitatif. Proses penelitian yang dimaksud antara

lain melakukan pengamatan terhadap guru pendamping yang sedang

mengajar, berinteraksi dengan para siswa yang dibimbing, dan berupaya

memotivasi para siswa yang dimbing. Jadi, Penelitian ini merupakan jenis

penelitian kuantitatif dan kualitatif.

Di dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana

pengaruh pemberian reenforcement berupa poin keaktifan terhadap motivasi

(64)

B. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan pada semester 1 tahun ajaran 2013/2014

yaitu bulan Juli-September.

2. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA N 2 Sukoharjo.

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Menurut Arikunto (2006:130), populasi adalah keseluruhan subjek

penelitian. Populasi pada penelitian ini adalah siswa kelas X I.S. SMA N

2 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2013/2014. Pada setiap kelas terdiri dari 32

siswa dan siswa-siswa yang berada di kelas tersebut tidak dikelompokkan

berdasarkan tingkat kecerdasannya tetapi berdasarkan minat, tes dan dari

orang tua.

2. Sampel

Menurut Arikunto (2006:131), sampel adalah sebagian atau wakil

populasi yang diteliti. Sampel yang diambil merupakan sampel

non-random. Pemilihan sampel disini ditentukan oleh guru mata pelajaran

Gambar

Tabel yang akan digunakan sebagai berikut:
Tabel 3.7 Kategori Persentase Persentase Kategori 76% - 100% Baik 56% - 75% Cukup 40% - 55% Kurang Baik
Gambar 4.5.010203040506070809012345678 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32Skor Siswa  ke-Pre-Test Post-Test
Gambar 4.6.010203040506070809012345678 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32Skor Siswa ke-Kuesioner Motivasi Kuesioner Motivasi
+2

Referensi

Dokumen terkait

 Almamater (Universitas Muhammadiyah Surakarta) tempat bagi kami menuntut ilmu.. KELAYAKAN ISI LEMBAR KERJA SISWA BAHASA INDONESIA SMA KELAS X SEMESTER 2 KURIKULUM

Untuk meningkatkan keaktifan belajar matematika bagi siswa kelas. VIIB Semester Genap SMP Muhammadiyah 1 Kartasura

Aspek kognitif ranah pengetahuan yang meliputi prinsip terbesar terdapat dalam buku karangan Sukino yang berjudul “Matematika untuk SMA/MA Kelas X semester 1”

Sehingga penulis dapat menyelesaikan seluruh rangkaian penelitian dan penyusunan skripsi yang berjudul Meningkatkan Hasil Belajar dan Keaktifan Siswa Kelas X SMA Negeri

Hubungan Antara Nilai Matematika Ujian Nasional SMP Dan Nilai Seleksi Penerimaan Siswa Baru SMA Dengan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas X SMA Negeri 2 Jember

Aspek kognitif ranah pengetahuan yang meliputi prosedur terbesar terdapat dalam buku karangan Sukino yang berjudul “Matematika untuk SMA/MA Kelas X semester 1”

Ada hubungan yang positif dan signifikan dari masing-masing variabel yaitu motivasi keaktifan dan gaya belajar dengan prestasi belajar matematika siswa kelas X SMA

Modul ajar untuk mata pelajaran matematika kelas X semester 2 di SMA Negeri 2 Kotabaru membahas aljabar dan fungsi dengan prasyarat menguasai sistem persamaan linear dua