PERGANTIAN AUDITOR SEBAGAI PEMODERASI PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, PROFITABILITAS, LEVERAGE PADA AUDIT DELAY
(Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur di BEI Tahun 2012-2014)
SKRIPSI
Oleh:
GEDE OKA BRAWIDA UTHAMA NIM: 1215351029
PROGRAM EKSTENSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS UDAYANA
1
PERGANTIAN AUDITOR SEBAGAI PEMODERASI PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, PROFITABILITAS, LEVERAGE PADA AUDIT DELAY
(Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur di BEI Tahun 2012-2014)
JUDUL SKRIPSI
Oleh :
GEDE OKA BRAWIDA UTHAMA 1215351029
Skripsi ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar sarjana Ekonomi
di Program Ekstensi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana
2
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi ini telah diuji oleh tim penguji dan disetujui oleh Pembimbing, serta diuji
pada tanggal : 14 Januari 2016
Tim Penguji : Tanda tangan
1. Ketua : Dr. I Dewa Nyoman Badera, SE., M.Si., Ak. ……….……….
2. Sekretaris : Gede Juliarsa, SE., M.Si. ……….……….
3. Anggota : Agus Indra Tenaya., SE., MSA (HumBis)., Ak. ……….
Mengetahui,
Ketua Jurusan Akuntansi
Dr. A.A.G.P. Widanaputra, SE, M.Si.,Ak. NIP. 19650323 199103 1 004
Pembimbing
3
PERNYATAAN ORISINALITAS
Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa sepanjang pengetahuan saya, di
dalam naskah Skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang
lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu Perguruan Tinggi, dan tidak terdapat
karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang
secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila ternyata di dalam naskah skripsi ini dapat dibuktikan terdapat
unsur-unsur plagiasi, saya bersedia diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
Denpasar, 14 Januari 2016
Mahasiswa
4
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa atau Tuhan Yang Maha
Esa, karena atas berkat rahmat-Nya, skripsi yang berjudul “Pergantian Auditor Sebagai Pemoderasi Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Leverage pada Audit Delay” dapat diselesaikan sesuai dengan yang direncanakan. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Dr. I Nyoman Mahaendra Yasa, SE., MSi., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Udayana.
2. Prof. Dr. Ni Nyoman Kerti Yasa, SE., MS., selaku Pembantu Dekan I Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.
3. Dr. A. A. G. P. Widanaputra, SE., MSi., Ak, selaku Ketua Jurusan dan Dr. I
Dewa Nyoman Badera SE., MSi., selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.
4. Drs. I Ketut Suardhika Natha, M.Si., selaku Ketua Ekstensi Fakultas Ekonomi
Universitas Udayana.
5. Ni Gusti Putu Wirawati, SE., MSi., selaku Koordinator Akuntansi Program
Ekstensi Fakultas Ekonomi Universitas Udayana.
6. Prof. Dr. Ketut Yadnyana, SE., M.Si., Ak., selaku Pembimbing Akademik yang
telah memberikan petunjuk dan nasihat selama mengikuti kuliah pada Fakultas
5
7. Gede Juliarsa, SE., M.Si., selaku dosen pembimbing atas waktu, bimbingan,
masukan serta motivasinya selama penyelesaian skripsi ini.
8. Seluruh keluarga tercinta, kedua orangtua penulis Drs. Ketut Raka Adnyana dan
Dra. Luh Semi Arini, adik penulis Wahyu, Pramayasa, Indah yang telah
mendukung dan memberi semangat dan doa dalam penyusunan skripsi ini.
9. Sahabat-sahabat seperjuangan penulis Uchi Laksmi, Alansari, Bandem, Hendra,
Sonny, Cokorda Krisna, Yogeswara, Yudha, Timothius, Dismas, Clara, Yenni,
Dwiyani, Liya, Anggi, sahabat-sahabat dari Alumni OSIS SMA Negeri 7
Denpasar, SAPMA Pemuda Pancasila, dan seluruh teman-teman Akuntansi 2012
yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas kebersamaan dan
kekompakannya selama penulis menempuh studi.
10.Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna dan tidak terlepas
dari kekurangan-kekurangan, serta menyadari tidak akan berhasil tanpa bimbingan
dan pengarahan dari berbagai pihak. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan
kemampuan dan pengetahuan Penulis. Akhir kata semoga skripsi ini bermanfaat bagi
semua pihak yang memerlukan dan berkepentingan. Terimakasih.
Denpasar, 14 Januari 2016
6
Judul : Pergantian Auditor Sebagai Pemoderasi Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Leverage Pada Audit Delay (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur di BEI Tahun 2012-2014) Nama : Gede Oka Brawida Uthama
NIM : 1215351029
ABSTRAK
Audit delay merupakan lamanya waktu penyelesaian audit yang diukur dari tanggal penutupan tahun buku, hingga tanggal diselesaikannya laporan auditor independen. Keterlambatan laporan akuntan publik yang berupa opini auditor akan mempengaruhi keputusan investor untuk berinvestasi dan mengurangi kualitas laporan keuangan tersebut. Peraturan BAPEPAM juga mengharuskan perusahaan yang go public untuk mempublikasikan laporan keuangan tahunan dan laporan audit indepedennya kepada BAPEPAM selambat-lambatnya 90 hari setelah tanggal laporan tahunan perusahaan. Terdapat beberapa faktor yang memengaruhi audit delay. Ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage adalah salah satu faktor yang memengaruhi audit delay, namun faktor tersebut memiliki pengaruh yang tidak konsisten, dan diduga hal tersebut dimoderasi oleh pergantian auditor. Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan bukti empiris kemampuan pergantian auditor dalam memoderasi pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage pada audit delay.
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2014. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah metode purposive sampling. Banyaknya sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 23 perusahaan. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi non participant. Teknik analisis data yang digunakan untuk memecahkan masalah tersebut yaitu análisis Moderate Regression Analysis (MRA).
Berdasarkan hasil pengujian interaksi menunjukkan pergantian auditor memperkuat pengaruh ukuran perusahaan pada audit delay, sedangkan pergantian auditor memperlemah pengaruh profitabilitas, leverage pada audit delay. Hasil pengujian secara parsial menunjukkan hasil bahwa variabel yang berpengaruh pada audit delay hanya variabel ukuran perusahaan, sedangkan variabel profitabilitas dan leverage tidak mempengaruhi audit delay.
7
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
PERNYATAAN ORISINALITAS ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
ABSTRAK ... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah ... 1
1.2Rumusan Masalah ... 10
1.3Tujuan Penelitian ... 11
1.4Kegunaan Penelitian ... 11
1.5Sistematika Penulisan ... 12
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep ... 16
2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) ... 16
2.1.2 Teori Sinyal (Signalling Theory) ... 18
2.1.3 Peraturan Pemerintah Mengenai Rotasi Auditor . 19 2.1.4 Pengertian Auditor... 21
2.1.5 Manfaat Audit ... 21
2.1.6 Tahapan Audit Laporan Keuangan.. ... 23
2.1.7 Laporan Keuangan... 25
2.1.8 Audit Delay ... 27
2.1.9 Ukuran Perusahaan ... 29
2.1.10 Profitabilitas ... 30
2.1.11 Leverage ... 31
2.1.12 Pergantian Auditor... 32
2.2 Hipotesis Penelitian ... 34
8
2.2.3 Pengaruh Leverage pada Audit Delay ... 36
2.2.4 Pengaruh Ukuran Perusahaan pada Audit Delay yang Dimoderasi oleh Pergantian Auditor ... 37
2.2.5 Pengaruh Profitabilitas pada Audit Delay yang Dimoderasi oleh Pergantian Auditor ... 37
2.2.6 Pengaruh Leverage pada Audit Delay yang Dimoderasi oleh Pergantian Auditor ... 38
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian ... 40
3.2 Lokasi dan Ruang Lingkup Wilayah Penelitian ... 41
3.3 Objek Penelitian ... 42
3.4 Identifikasi Variabel ... 42
3.5 Definisi Operasional Variabel ... 43
3.6 Jenis dan Sumber Data ... 45
3.6.1 Jenis Data ... 45
3.6.2 Sumber Data ... 46
3.7 Populasi, Sampel dan Metode Penentuan Sampel ... 46
3.7.1 Populasi ... 46
3.7.2 Sampel ... 46
3.8 Metode Pengumpulan Data ... 47
3.9 Teknik Analisis Data ... 48
3.9.1 Statistik Deskriptif ... 48
3.9.2 Uji Asumsi Klasik ... 48
3.9.3 Moderate Regression Analysis ... 50
3.9.4 Uji Koefisien Determinasi ... 51
3.9.5 Uji Kelayakan Model (Uji Statistik F) ... 51
3.9.6 Uji Hipotesis (Uji Statistik t) ... 52
BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Daerah atau Wilayah Penelitian ... 54
4.2 Deskripsi Data Hasil Penelitian ... 55
4.2.1 Statistik Deskriptif ... 55
4.2.2 Uji Asumsi Klasik ... 57
4.2.3 Moderate Regression Analysis ... 61
4.3 Pembahasan Hasil Penelitian ... 65
4.3.1 Pengaruh Ukuran Perusahaan pada Audit Delay .. 66
9
4.3.3 Pengaruh Leverage pada Audit Delay ... 67
4.3.4 Pengaruh Ukuran Perusahaan pada Audit Delay yang Dimoderasi oleh Pergantian Auditor ... 68
4.3.5 Pengaruh Profitabilitas pada Audit Delay yang Dimoderasi oleh Pergantian Auditor ... 69
4.3.6 Pengaruh Leverage pada Audit Delay yang Dimoderasi oleh Pergantian Auditor ... 70
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1Simpulan ... 72
5.2Saran ... 74
DAFTAR RUJUKAN ... 75
10
DAFTAR TABEL
No. Tabel Halaman
3.1 Kriteria Pemilihan Sampel ... 47
4.1 Hasil Pengujian Statistik Deskriptif ... 55
4.2 Hasil Uji Normalitas ... 58
4.3 Hasil Uji Multikolinearitas... 59
4.4 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 60
4.5 Hasil Uji Autokorelasi ... 61
11
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Halaman
12
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran Halaman
1. Hasil Penelitian Terdahulu ... 82
2. Daftar Sampel Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI dari Tahun 2012-2014 ... 85
3. Tabulasi Nilai Setiap Variabel Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 2012 ... 86
4. Tabulasi Nilai Setiap Variabel Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 2013 ... 87
5. Tabulasi Nilai Setiap Variabel Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 2014 ... 88
6. Hasil Analisis Statistik Deskriptif ... 89
7. Hasil Uji Normalitas ... 90
8. Hasil Uji Multikolinearitas... 91
9. Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 92
10. Hasil Uji Autokorelasi ... 93
1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi yang digunakan
sebagai informasi oleh investor, calon investor, manajemen, kreditor, regulator, dan
para pengguna lainnya untuk mengambil keputusan. Laporan keuangan juga memiliki
fungsi sebagai suatu instrument untuk mengukur kinerja perusahaan. Para pengguna
laporan keuangan membutuhkan laporan keuangan yang akurat dan tepat waktu
dalam pengambilan keputusan (Prasongkoputra, 2013). Dewasa ini semakin banyak
perusahaan yang go public membuat semakin banyaknya kerperluan akan informasi
keuangan. Informasi keuangan tersebut haruslah memberikan manfaat bagi
penggunanya. Hal ini dikarenakan perusahaan yang telah go public memiliki
kewajiban untuk mempublikasikan laporan keuangan tahunannya yang telah diaudit
sebagai sumber informasi untuk pihak ekstern perusahaan, salah satunya investor.
Bagi investor, informasi yang terkandung dalam laporan keuangan tersebut sangat
penting digunakan sebagai dasar penilaian untuk berinvestasi berikutnya. Untuk
menghasilkan laporan keuangan yang memberikan informasi yang relevan, terdapat
beberapa kendala, salah satunya adalah ketepatan waktu. Manfaat suatu laporan
2
Kieso, Weygrandt, dan Warfield (2011), pada kerangka konseptual laporan
keuangan dinyatakan bahwa ketepatan waktu pelaporan keuangan adalah
karakteristik kualitatif utama dalam mendukung relevansi laporan keuangan. Manfaat
laporan keuangan akan berkurang jika laporan keuangan tersebut tidak tersedia tepat
pada waktunya. Menurut Givoly dan Palmon (1982) dalam Septriana (2010), salah
satu faktor penting dalam menentukan ketepatan waktu pelaporan keuangan dan
pengumuman laba adalah lamanya waktu penyelesaian audit.
Ketepatan waktu dalam penyampaian laporan keuangan untuk memenuhi
kewajiban sebagai perusahaan go public telah diatur dalam Undang-undang No. 8
Tahun 1995 tentang Peraturan Pasar Modal dan dikeluarkannya Keputusan Ketua
Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor KEP-346/BL/2011,
dalam lampirannya, yaitu Peraturan Nomor X.K.2, nomor 2.c disebutkan bahwa
laporan keuangan tahunan wajib disampaikan kepada Bapepam dan LK dan
diumumkan kepada masyarakat paling lambat pada akhir bulan ketiga setelah tanggal
laporan keuangan tahunan.
Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) dari Ikatan Akuntansi Indonesia
(IAI, 2001) dalam Abdul Halim (2008:48) khususnya standar pekerjaan lapangan
mengatur pertimbangan-pertimbangan yang harus digunakan dalam pelaksanaan
audit seperti pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya, pemahaman yang
memadai atas struktur pengendalian intern dari klien dan pengumpulan bukti audit
3
pertanyaan dan konfirmasi. Standar audit yang harus dipenuhi oleh auditor dapat
berdampak terhadap lamanya waktu penyelesaian laporan audit, namun juga
berdampak terhadap peningkatan kualitas audit yang dihasilkan. Lamanya waktu
penyelesaian audit ini dapat menyebabkan keterlambatan mempublikasikan laporan
keuangan auditan. Laporan keuangan yang terlambat dapat berdampak negatif pada
reaksi pasar. Hal ini terjadi dikarenakan investor pada umumnya menganggap
keterlambatan pelaporan keuangan merupakan sinyal buruk bagi kondisi perusahaan.
Perbedaan waktu antara tanggal laporan keuangan yang dibuat perusahaan
dengan tanggal opini audit dalam laporan keuangan auditan mengindikasikan tentang
lamanya waktu penyelesaian audit oleh auditor. Perbedaan waktu ini sering disebut
dengan audit delay. Selisih jarak waktu antara berakhirnya tahun fiskal dengan
tanggal diterbitkannya laporan auditor independen inilah yang disebut audit delay
(Prasongkoputra, 2013). Audit delay merupakan rentang waktu antara lamanya waktu
penyelesaian audit oleh auditor yang dilihat dari perbedaan waktu tanggal laporan
keuangan dengan tanggal opini audit laporan keuangan (Subekti dan Widiyanti,
2004). Dalam Wirakusuma 2004, disebutkan bahwa di Indonesia dinilai masih
terdapat banyak perusahaan yang belum patuh terhadap peraturan informasi yang
telah ditetapkan karena adanya keterlambatan dalam mempublikasikan laporan
keuangan tersebut, yang salah satu sebabnya dipengaruhi oleh lamanya waktu
penyelesaian audit atau audit delay di setiap perusahaan. Semakin lama auditor
4
audit delay. Namun, bisa jadi auditor memperpanjang masa auditnya dengan
menunda penyelesaian audit laporan keuangan karena alasan tertentu, semisal
pemenuhan standar untuk meningkatkan kualitas audit oleh auditor yang akhirnya
menuntut waktu lebih lama (Lestari, 2010:2). Panjang pendeknya audit delay
dipengaruhi oleh kerumitan proses audit. Tingkat kerumitan yang tinggi
mengakibatkan auditor memerlukan jumah hari yang lebih banyak untuk mengaudit
perusahaan induk berserta anak perusahaannya (Che-Ahmad dan Abidin, 2008).
Stocken (2000) menyatakan bahwa suatu penyelesaian tugas audit yang memiliki
rentang waktu yang terlalu lama akan mengakibatkan keterlambatan
mempublikasikan laporan keuangan ke pasar modal sehingga berpengaruh pada
pergantian auditor, disebut auditor switching.
Auditor switching adalah pergantian auditor atau KAP yang dilakukan oleh
suatu perusahaan yang dapat terjadi karena peraturan pemerintah atau keinginan
perusahaan itu sendiri. Apabila auditor switching dilakukan atas keinginan
perusahaan itu sendiri, maka pergantian ini bersifat sukarela (voluntary). Namun
apabila auditor switching dilakukan karena peraturan pemerintah, maka pergantian
ini bersifat wajib (mandatory). Apabila pergantian auditor dilakukan atas keinginan
perusahaan itu sendiri, maka pasti terdapat faktor-faktor yang memengaruhi
keputusan tersebut (Sinarwati, 2010).
Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi audit delay, seperti ukuran
5
lebih banyak dalam mengaudit perusahaan yang memiliki ukuran perusahaan lebih
besar. Salah satu ukuran perusahaan ini dapat dinilai dengan total aset perusahaan.
Hal ini senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Modugu (2012) yang meneliti
perusahaan di Nigeria dan Ayoib (2008) yang meneliti
perusahaan-perusahaan di Malaysia, hasilnya ukuran perusahaan-perusahaan memiliki pengaruh signifikan
terhadap audit delay.
Dalam hal profitabilitas, perusahaan yang memiliki profitabilitas baik akan
cenderung ingin mempublikasikan laporan keuangan auditannya lebih cepat agar
dapat memberi sinyal positif untuk para penggunanya dalam mengambil keputusan.
Profitabilitas diukur menggunakan rasio laba bersih terhadap aset (ROA) dan rasio
laba terhadap ekuitas (ROE). Sebaliknya, perusahaan dengan profitabilitas buruk
akan cenderung menunda publikasi laporan keuangan auditannya karena hal itu akan
menimbulkan sinyal yang buruk bagi para penggunanya (Givoly dan Palmon, 1982)
dalam (Aryati, 2005). Leverage perusahaan juga merupakan salah satu faktor yang
dapat mempengaruhi audit delay, leverage diukur berdasarkan rasio hutang terhadap
ekuitas perusahaan. Hal ini senada dengan penelitian Indriyani (2012) yang meneliti
perusahaan-perusahaan publik di Indonesia dan Malaysia, hasilnya audit report lag di
Indonesia dan Malaysia secara simultan dipengaruhi oleh profitabilitas dan debt
equity ratio.
Melihat pentingnya jangka waktu penyelesaian audit atas laporan keuangan,
6
penyampaian laporan keuangan sekaligus nilai normatif laporan keuangan bagi para
pengguna laporan keuangan, penulis beranggapan bahwa audit delay merupakan
suatu objek yang masih perlu diteliti lebih lanjut.
Penelitian ini memosisikan pergantian auditor sebagai pemoderasi untuk
meneliti pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage pada audit delay. Saat
perusahaan melakukan pergantian auditor dari auditor lama dengan auditor yang baru
tidak memungkiri bisa saja pergantian auditor menyebabkan terjadinya audit delay,
karena pergantian auditor cenderung akan membutuhkan jangka waktu yang lebih
lama untuk melakukan proses audit perusahaan yang akan menyebabkan terjadinya
audit delay. Hal ini diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh Pawitri dan
Yadnyana (2015) yang menyatakan bahwa, audit delay berpengaruh signifikan pada
pergantian auditor (auditor switching).
Jika dilihat dari peran pergantian auditor dalam memoderasi pengaruh ukuran
perusahaan pada auditor audit delay. Ukuran perusahaan merupakan suatu skala yang
mengkasifikasikan besar kecilnya perusahaan yang berhubungan dengan financial
perusahaan. Dimana perusahaan yang besar dipercayai dapat menyelesaikan
kesulitasn-kesulitan keuangan yang dihadapinya daripada perushaan kecil (Mutchler,
1985). Terlebih apabila ukuran perusahaan tersebut besar, maka perusahaan tentunya
akan menginginkan pemilihan auditor yang memiliki kualitas yang tinggi, yang dapat
7
dan Andayani (2010) yang mengungkapkan bahwa,ukuran perusahaan berpengaruh
signifikan terhadap auditor switching.
Jika dilihat dari peran pergantian auditor dalam memoderasi pengaruh
profitabilitas pada audit delay. Profitabilitas merupakan suatu tolak ukur kinerja
keuangan yang dapat menggambarkan reputasi klien secara menyeluruh (Sartono,
2004). Profitabilitas dapat dilihat dari persentase perubahan Return on Assets (ROA),
yang dapat digunakan sebagai salah satu indicator untuk menilai kondisi keuangan
perusahaan tersebut (Kartika, 2006; dalam Damayanti dan Sudarma, 2008).
Persentase Perubahan ROA yang semakin besar menunjukkan semakin baik pula
prospek bisnisnya. Hal itu dapat mendorong perusahaan untuk mengganti auditor
karena kinerja keuangan perusahaan yang semakin membaik, perusahaan merasa
mampu untuk membayar Kantor Akuntan Publik lain yang mungkin memiliki
kualitas audit yang lebih baik dari Kantor Akuntan Publik yang dipakainya
(Trisnawati dan Wijaya, 2009). Hal ini senada dengan penelitian yang dilakukan
Katrtika (2006) dalam Damayanti dan Sudarma (2008) menyatakan bahwa
profitabilitas berpengaruh terhadap pergantian auditor.
Peran pergantian auditor dalam memoderasi pengaruh leverage pada audit
delay. Rasio leverage atau rasio solvabilitas adalah rasio yang digunakan untuk
mengukur seberapa besar aset perusahaan dibiayai oleh utang. Menurut Kasmir
(2009), rasio leverage digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk
8
perusahaan dilikuidasi. Manajer memiliki kesempatan untuk mengalihkan
kesejahteraan debtholder dengan melakukan berbagai tindakan (Jensen dan
Meckling, 1976). Berdasarkan hal tersebut, maka semakin meningkat jumlah utang,
semakin terbuka kesempatan untuk mentransfer kesejahteraan menjauh dari
debtholder. Perjanjian utang yang umumnya bersumber pada informasi akuntansi
kemudian disusun untuk membatasi pengalihan kesejahteraan itu. Pengauditan yang
berkualitas selanjutnya dibutuhkan untuk meningkatkan reliabilitas informasi
akuntansi yang digunakan untuk meverifikasi kepatuhan perusahaan terhadap
perjanjian utang tersebut. Berdasarkan hal tersebut dapat memungkinkan timbulnya
kecenderungan perusahaan untuk berganti ke auditor yang kualitasnya lebih tingi. Hal
ini senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Eichenseher dan Shield (1983) dan
DeFond (1992) berhasil menemukan secara empiris pengaruh positif tingkat leverage
perusahaan terhadap keputusan perusahaan untuk mengganti auditor dengan
menggunakan KAP Big Eight.
Dalam penelitian ini, objek sampel yang digunakan oleh penulis adalah
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2012
sampai dengan tahun 2014. Hal ini didorong oleh beberapa alasan, diantaranya
perusahaan manufaktur dipilih kerena memiliki emiten terbanyak dibandingkan
dengan jenis industri lainnya, sehingga persaingan antar perusahaan sangat ketat yang
akan menimbulkan keinginan pihak manajamen perusahaan untuk lebih cepat
9
jumlah saham beredar dan volume perdagangan yang paling tinggi dibandingkan
dengan jenis usaha lain di BEI dan sektor manufaktur memiliki auditee dengan opini
audit yang paling bervariasi (Solikah, 2007).
Motivasi dalam penelitian ini adalah menguji kembali faktor-faktor apa saja
yang memengaruhi audit delay pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia selama tahun 2012 sampai dengan tahun 2014. Terdapat banyak
faktor yang dapat mempengaruhi audit delay itu sendiri baik faktor internal maupun
faktor eksternal (Aryaningsih, 2013). Penelitian tentang audit delay juga sudah
banyak dilakukan di Indonesia, namun pada penelitian ini, peneliti menambahkan
pergantian auditor sebagai variabel moderasi. Tujuan penambahan variabel moderasi
dengan menggunakan pergantian auditor adalah untuk mengetahui peran pergantian
auditor memoderasi pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas dan levergae terhadap
audit delay. Masih terdapatnya kontradiksi dan inkonsistensi pada
penelitian-penelitian terdahulu membuat penelitian-penelitian dengan dasar auditor delay ini masih
menarik untuk dilakukan. Ketidaksamaan hasil antar penelitian juga menjadi salah
satu faktor mengapa penulis melakukan penelitian dengan mengangkat topik ini.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya yaitu penelitian ini
menggunakan variabel-variabel yang paling tidak konsisten hasilnya diantara
beberapa penelitian terdahulu dan menggunakan pergantian auditor yang pada
penelitian sebelumnya belum pernah digunakan sebagai variabel pemoderasi antara
10
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka judul yang diangkat
dalam penelitian ini adalah “Pergantian Auditor Sebagai Pemoderasi Pengaruh
Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Leverage pada Audit Delay (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012-2014)”. 1.2 Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang ada, maka peneliti mengangkat
rumusan masalah sebagai berikut:
1) Apakah ukuran perusahaan mempengaruhi audit delay pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2012-2014?
2) Apakah profitabilitas mempengaruhi audit delay pada perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2012-2014?
3) Apakah leverage mempengaruhi audit delay pada perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2012-2014?
4) Apakah pergantian auditor memoderasi pengaruh ukuran perusahaan pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun
2012-2014?
5) Apakah pergantian auditor memoderasi pengaruh profitabilitas pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2012-2014?
6) Apakah pergantian auditor memoderasi pengaruh leverage pada perusahaan
11 1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dijelaskan di atas,
maka tujuan dari penelitian ini adalah:
1) Untuk mengetahui pengaruh ukuran perusahaan pada audit delay
2) Untuk mengetahui pengaruh profitabilitas pada audit delay
3) Untuk mengetahui pengaruh leverage pada audit delay.
4) Untuk mengetahui pergantian auditor sebagai pemoderasi pengaruh ukuran
perusahaan pada audit delay.
5) Untuk mengetahui pergantian auditorsebagai pemoderasi pengaruh profitabilitas
pada audit delay.
6) Untuk mengetahui pergantian auditorsebagai pemoderasi pengaruh leverage pada
audit delay.
1.4 Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1) Kegunaan Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi, informasi, dan wawasan serta
memberikan pemahaman yang lebih luas berkaitan dengan bagaimana pergantian
auditor sebagai pemoderasi pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage
pada audit delay.
2)Kegunaan Praktis
12
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan referensi tambahan kepada
perusahaan, apakah ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage berpengaruh
padaaudit delay, serta apakah pergantian auditormemoderasi hubungan
diantara ketiganya. Pemahaman ini juga diharapkan agar perusahaan mampu
mengidentifikasi faktor-faktor yang menjadi variabel dalam penelitian ini,
apakah juga berpengaruh pada audit delay di perusahaan mereka.
(2) Bagi Auditor
Penelitian ini diharapkan dapat membantu mengidentifikasi apa saja
faktor-faktor, baik itu dari internal perusahaan maupun yang berasal dari sisi auditor
itu sendiri yang memengaruhi audit delay sehingga auditor mampu
mengoptimalkan kinerjanya agar tidak terjadi audit delay.
(3) Bagi akademisi
Penelitian ini diharapkan memberikan deskripsi tentang pergantian
auditorsebagai pemoderasi pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas,
leverage pada audit delay sehingga dapat dijadikan referensi dalam penelitian
berikutnya.
1.5 Sistematika Penulisan
Sistematika penyusunan skripsi yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini
13
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini merupakan bagian awal dari skripsi yang memberikan
penjelasan mengenai latar belakang permasalahan dalam penelitian
serta rumusan masalahnya. Latar belakang permasalahan ini
mengungkap apa saja fenomena yang terkait dengan permasalahan
dan juga mengapa penulis tertarik untuk mengangkat permasalahan
tersebut. Alasan menggunakan variabel-variabel dalam penelitian
juga dijabarkan dalam bab ini. Sedangkan pada rumusan masalah,
penulis menegaskan apa saja hal yang ingin diketahui hasilnya
setelah dilakukan penelitian. Selain itu, pada bab pendahuluan ini
juga dipaparkan mengenai tujuan dan kegunaan penelitian sehingga
penelitian yang dilakukan memiliki arah yang jelas sebagai
pemecahan suatu masalah.
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN
Bab ini memaparkan berbagai kepustakaan yakni sebagai teori yang
mendasari permasalahan dari suatu penelitian. Teori-teori yang
telah dapat dibuktikan kebenarannya tentu dijadikan dasar dan
acuan untuk menguatkan peneliti dalam membangun jawaban
sementara atau hipotesis. Selain kajian pustaka tersebut, bab ini
juga menjabarkan hipotesis dalam penelitian. Hipotesis merupakan
14
dari teori-teori yang terdapat dalam kajian pustaka. Nantinya,
penerimaan atau penolakan hipotesis akan ditentukan dalam bab
pembahasan.
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini memaparkan mengenai metode yang akan digunakan dalam
penelitian mulai tahap desain penelitian, ruang lingkup atau wilayah
penelitian, obyek penelitian, jenis dan sumber data, metode
pengumpulan data hingga analisis data. Bab ini juga menjelaskan
tentang variabel dan bagaimana cara pengukurannya, serta
menjelaskan populasi, sampel dan metode penentuan sampel.
Intinya bab ini menjelaskan segala metode dan cara yang terkait
dengan penelitian ini.
BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
Bab ini berisi tentang segala pembahasan mengenai hasil analisis
yang dilakukan terkait permasalahan yang diangkat dalam
penelitian. Bahasan hasil analisis haruslah serinci mungkin didasari
pada teori-teori penunjang yang dirujuk dari kepustakaan. Pada
dasarnya, bab ini merupakan bagian terpenting karena seluruh
permasalahan akan terjawab pada bab ini, keberhasilan hasil
analisis akan tergambar jelas pada bahasan materi yang mendalam.
15
yang relevan kepada pembaca terkait dengan tujuan dan kegunaan
penelitian.
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
Bab ini adalah bagian penutup yang terdiri dari simpulan dan saran.
Simpulan disebut juga ikhtisar atau pendapat terakhir yang
merangkum seluruh ide pikiran dalam analisis permasalahan dari
suatu penelitian. Sedangkan pada saran, penulis memberikan
masukan kepada penulis selanjutnya mengenai hal-hal yang perlu
1 BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1 Landasan Teori dan Konsep
2.1.1 Teori Keagenan ( Agency Theory )
Jensen dan Meckling (1976), mendefinisikan hubungan keagenan terjadi ketika
adanya sebuah kontrak dimana satu orang atau lebih (principal) mempekerjakan
orang lain (agen) untuk melakukan suatu jasa, kemudian mendelegasikan wewenang
pengambilan keputusan kepada agen tersebut.Menurut Jensen dan Meckling (1976)
Agency Theory adalah sebuah hubungan kerja sama yang dituangkan di dalam
kontrak antara manajer (agent) dan pemilik (principal). Jensen and Meckling (1976)
juga menyatakan bahwa, teori ini mengutamakan adanya perbedaan atau terpisahanya
fungsi antara kepemilikan (prinsipal) dengan fungsi manajemen (agen). Adanya
perbedaan atau terpisahnya fungsi ini menyebabkan timbulnya suatu permasalahan
atau konflik yang disebut sebagai masalah keagenan (agency problem). Timbulnya
konflik ini dikarenakan pihak manajemen memiliki kesempatan untuk mencapai
keinginan pribadi mereka dan tentu saja mengabaikan kepentingan dan keinginan dari
para pihak pemegang saham sebagai pemilik perusahaan.
Konsep dari teori keagenan ini adalah agen mempunyai jauh lebih banyak
2
informasi yang dimiliki oleh prinsipal. Hal ini tentu saja menimbulkan adanya
asimetri informasi (information assymmetry) dan otomatis pihak prinsipal pun
mewaspadai segala perilaku yang dilakukan oleh agen serta memiliki
ketidakpercayaan apakah kepentingan mereka telah diutamakan oleh para agen.
Konsep lainnya ialah kontrak atau hubungan keagenan ini dimanfaatkan oleh
prinsipal dan agen yang berperilaku rasional dengan tujuan mengoptimalkan
kepentingannya masing-masing, sehingga dapat dinyatakan bahwa agen memiliki
tujuan pribadinya yang mendorong ia untuk tidak mengutamakan tujuan dan
kepentingan dari prinsipal sebagai pemilik perusahaan (Adams, 1994). Tujuan
mementingkan diri sendiri ini dikarenakan adanya moral hazard dari agen dan
masalahnya sering dikenal sebagai moral hazard problem. Selain itu, yang juga
menjadi sebuah permasalahan ialah munculnya adverse selection yang artinya
pemilik perusahaan (prinsipal) tidak dapat dengan pasti mengetahui bahwa
manajemen (agen) yang dipilih memang mempunyai kemampuan sesuai dengan
bidangnya dan apakah ia bersedia untuk mengutamakan kepentingan prinsipal
dibandingkan kepentingan dirinya sendiri (Gilardi, 2001).
Kita sering mendengar istilah agency cost, agency cost merupakan biaya-biaya
yang ditanggung oleh pemilik perusahaan (prinsipal) untuk mencegah terjadinya
agency problem. Biaya untuk melakukan monitoring adalah salah satu bentuk biaya
yang dikeluarkan oleh pemilik perusahaan (prinsipal). Contohnya adalah uang yang
3
(Adams, 1994). Biaya monitoring untuk melakukan audit laporan keuangan
merupakan salah satu cara untuk mencegah terjadinya agency problem. Setiawan
(dalam Rahayu, 2012), dalam teori agensi, auditor adalah pihak yang dianggap
mampu menengahi kepentingan pihak prinsipal dan agen dalam mengelola keuangan
perusahaan. Auditor independen juga berfungsi untuk mengurangi tejadinya agency
problem yang timbul dari perilaku mementingkan diri sendiri yang dilakukan oleh
agen. Perbedaan kepentingan tersebut rentan menyebabkan konflik, terjadinya konflik
cenderung menyebabkan manajemen diganti dan pergantian manajemen diikuti
dengan pergantian auditor.
2.1.2 Teori Sinyal (Signalling Theory)
Teori sinyal memanfaatkan bahwa terdapat kandungan informasi pada
pengumuman suatu informasi yang dapat menjadi sinyal bagi investor dan pihak
potensial lainnya dalam mengambil keputusan ekonomi. Suatu pengumuman
dikatakan mengandung informasi apabila dapat memicu reaksi pasar, yaitu dapat
berupa perubahan harga saham atau abnormal return. Apabila pengumuman tersebut
memberikan dampat positif berupa kenaikan harga saham, maka pengumuman
tersebut merupakan sinyal positif. Namun jika pengumuman tersebut memberikan
dampak negatif, maka pengumuman tersebut merupakan sinyal negatif. Berdasarkan
teori ini maka pengumuman laporan keuangan atau laporan audit merupakan
informasi yang penting dan dapat mempengaruhi dalam proses pengambilan
4
Manfaat utama teori ini adalah akurasi dan ketepatan waktu penyajian laporan
keuangan ke publik adalah sinyal dari perusahaan akan adanya informasi yang
bermanfaat dalam kebutuhan untuk pengambilan keputusan dari inverstor. Semakin
panjang audit delay menyebabkan ketidakpastian pergerakan harga saham (Wiwik,
2006). Investor dapat mengartikan lamanya audit delay disebabkan perusahaan
memiliki bad news yang dianggap sebagai sinyal negatif karena tidak segera
mempublikasikan laporan keuangannya, yang akan berakibat pada penurunan harga
saham perusahaan.
2.1.3 Peraturan Pemerintah Mengenai Rotasi Wajib Auditor
Akibat dari adanya kasus Enron di Amerika Serikat pada tahun 2001 yang
mengakibatkan runtuhnya KAP Arthur Anderson, berbagai negara kini menetapkan
aturan mengenai rotasi wajib auditor. Indonesia juga pernah mengalami hal serupa,
skandal yang melibatkan auditor pernah terjadi pada perusahaan PT. Kimia Farma
Tbk yang melakukan manajemen laba pada laporan keuangan tanggal 31 Desember
2001. Pada saat itu yang menjadi auditor adalah KAP Hans Tuanakotta & Mustofa
(HTM). Akibat skandal ini, KAP Hans Tuanakotta & Mustofa menghadapi sanksi
yang cukup berat dengan dihentikannya jasa audit mereka dan dikenakan sanksi
denda sebesar Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah). Hal ini terjadi bukan karena
kesalahan KAP HTM semata yang tidak mampu melakukan review menyeluruh atas
semua elemen laporan keuangan, tetapi lebih karena kesalahan manajemen Kimia
5
Sejak saat itu, Indonesia menetapkan aturan mengenai Pergantian KAP dan
Auditor melalui Keputusan Menteri Keuangan No. 359/ KMK.06/ 2003 tentang “Jasa
Akuntan Publik” yang berbunyi, pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan
dari suatu entitas dapat dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) paling lama 5
(lima) tahun buku berturut-turut dan oleh seorang Akuntan Publik paling lama 3
(tiga) tahun buku berturut-turut.
Peraturan yang mengatur tentang pembatasan masa penugasan auditor ini
kemudian disempurnakan padatanggal 5 Februari 2008 melalui Peraturan Menteri
Keuangan Republik Indonesia No. 17/PMK.01/2008 tentang “Jasa Akuntan Publik”.
Terdapat perubahan mengenai pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan
sebuah entitas. Pada pasal 3 ayat (1) dijelaskan bahwa pemberian jasa audit kepada
satu klien yang sama dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) yang sama
maksimal selama 6 (enam) tahun buku berturut-turut dan oleh seorang Akuntan
Publik yang sama selama 3 (tiga) tahun buku bertutut-turut. Sedangkan pada Pasal 3
ayat (2) dan (3) menyatakan bahwa, Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik
(KAP) dapat menerima kembali penugasan audit umum untuk klien setelah 1 (satu)
tahun buku tidak memberikan jasa audit umum atas laporan keuangan klien yang
sama.
Aturan tersebut mengharuskan perusahaan untuk melaksanakan rotasi audit
dengan jangka waktu yang telah ditetapkan. Penjelasan diatas yaitu mengenai auditor
6
difokuskan kepada terjadinya auditor switching yang lebih bersifat sukarela
(voluntary) terlepas dari peraturan tersebut.
2.1.4 Pengertian Auditing
Menurut Sukrisno (2004: 3) auditing adalah suatu pemeriksaan yang
dilakukan secara kritis dan sistematis oleh pihak yang independen terhadap laporan
keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan pembukuan
dan bukti-bukti pendukungnya dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat
mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.
Menurut Mulyadi (2002: 9) secara umum auditing adalah suatu proses
sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai
pernyataan-pernyataan tentang kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan
tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah
ditentukan, serta menyampaikan hasilnya kepada pihak yang berkepentingan.
2.1.5 Manfaat Audit
Menurut Abdul (2008) manfaat audit dapat dipandang dari dua sisi, yaitu:
1) Manfaat audit dari sisi ekonomis
a) Meningkatkan kredibilitas perusahaan
Laporan keuangan yang diaudit oleh auditor independen akan lebih
dipercaya oleh para pemakai laporan keuangan dari pada laporan
keuangan yang tidak diaudit. Kredibilitas perusahaan di mata pemakai
7
terutama investor dan kreditor, akan memandang bahwa risiko investasi
atas perusahaan tersebut relatif rendah daripada perusahaan yang
laporan keuangannya tidak diaudit.
b) Meningkatkan efisiensi dan kejujuran
Audit laporan keuangan yang dilakukan secara berfrekuensi teratur akan
membawa dampak positif bagi efisiensi dan kejujuran karyawan. Bila
karyawan mengetahui bahwa audit independen akan dilakukan, maka ia
akan berusaha menekan sekecil mungkin kesalahan dalam proses
akuntansi dan mengurangi kesalahan penilaian aktiva.
c) Meningkatkan efisiensi operasional perusahaan
Auditor independen, berdasarkan pengujiannya dapat memberikan
rekomendasi-rekomendasi untuk memperbaiki pengendalian internal
dan untuk meningkatkan efisiensi operasional perusahaan klien.
d) Mendorong efisiensi pasar modal
Pada tingkat makro, audit memberi dampak positif yang sangat penting.
Audit yang dilakukan secara efektif akan menghasilkan laporan
keuangan auditan yang berkualitas, relevan dan handal atau reliable.
Dengan demikian, pasar modal yang menggunakan informasi yang
dihasilkan laporan keuangan sebagai sumber informasi utamanya, akan
8
menghasilkan alokasi sumber daya yang efisien pula sehingga
perekonomian nasional akan berjalan secara efisien.
2) Manfaat audit dari sisi pengawasan
a) Preventive Controll
Tenaga akuntansi akan bekerja lebih berhati-hati dan akurat bila mereka
menyadari akan audit.
b) Detective Controll
Suatu penyimpangan atau kesalahan yang terjadi lazimnya akan dapat
diketahui dan dikoreksi melalui suatu proses audit.
c) Reporting Controll
Setiap kesalahan perhitungan, penyajian, atau pengungkapan yang tidak
dikoreksi dalam keuangan akan disebutkan dalam laporan pemeriksaan.
Dengan demikian pembaca laporan keuangan terhindar dari informasi
yang keliru atau menyesatkan.
2.1.6 Tahapan Audit Laporan Keuangan
Menurut Al. Haryono (2001 : 169) proses audit dalam laporan keuangan baik
audit pada perusahaan besar maupun kecil selalu terdapat empat tahapan kegiatan
yaitu:
1) Penerimaan Penugasan
Tahap awal dalam suatu audit laporan keuangan adalah mengambil
keputusan untuk menerima atau menolak suatu kesempatan menjadi
9
ini hanya standar umum dari standar auditing yang perlu diterapkan. Pada
umumnya keputusan untuk menerima atau menolak ini sudah dilakukan
sejak enam hingga sembilan bulan sebelum akhir tahun buku yang akan
diperiksa.
2) Perencanaan Audit
Tahap kedua dari suatu audit menyangkut penerapan strategi audit untuk
pelaksanaan dan penentuan lingkup audit. Penerapan merupakan tahap
yang paling sulit dan sangat menentukan keberhasilan penugasan audit.
Dalam tahap ini perlu diterapkan standar umum dan standar pekerjaan dari
standar auditing. Perencanaan audit biasanya dilakukan antar tiga hingga
enam bulan sebelum akhir tahun buku klien.
3) Pelaksanaan Pengujian Audit
Tahap ketiga dalam laporan keuangan adalah melaksanakan pengujian
audit (audit test). Tahap ini sering disebut juga sebagai pelaksanaan
pekerjaan lapangan. Tujuan utama tahap ini adalah mendapatkan bukti
mengenai efektivitas struktur pengendalian intern klien dan kewajaran
laporan keuangannya. Pada tahap ini harus diterapkan standar umum dan
standar lapangan dari standar audit
4) Pelaporan Temuan
Tahap terakhir dari suatu audit adalah pelaporan temuan. Laporan audit
10
tanpa pengecualian, atau bisa juga menyimpang dari laporan standar. Pada
tahap ini harus dilaksanakan standar umum dan standar pelaporan dari
standar auditing. Laporan audit biasanya antar satu hingga tiga minggu
setelah berakhirnya pekerjaan lapangan.
2.1.7 Laporan Keuangan
Laporan keuangan menjadi salah satu alat yang digunakan oleh penggunanya
untuk mengambil suatu keputusan, dalam laporan keuangan berisi
informasi-informasi penting mengenai kinerja dari perusahaan tersebut. Menurut Standar
Akuntansi Keuangan (2012:1) laporan keuangan merupakan bagian dari proses
pelaporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laba rugi, laporan
perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara misalnya
sebagai laporan arus kas, dan laporan arus dana). Menurut Setiawan (2013), laporan
keuangan perusahaan merupakan salah satu sumber informasi yang penting
disamping informasi lain seperti informasi industri, kondisi perekonomian, pangsa
perusahaan, kualitas manajemen dan lainnya. Berbeda dengan setiawan, menurut
Zaki Baridwan (2013: 17), laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses
pencatatan, merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi
selama tahun buku yang bersangkutan.
Laporan keuangan ini dibuat oleh manajemen dengan tujuan untuk
mempertanggungjawabkan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya oleh para
11
lain yaitu sebagai laporan kepada pihak-pihak yang berkepentingan di luar
perusahaan.Berdasarkan hal tersebut, informasi yang terkandung dalam laporan
keuangan tersebut haruslah lengkap dan jelas serta dapat menggambarkan secara
tepat kejadian-kejadian ekonomi dalam perusahaan yang berpengaruh terhadap
hasil operasi usaha tersebut.
Konsep pengungkapan yang umumnya diusulkan adalah pengungkapan yang
cukup (adequate), wajar (fair), dan lengkap (full) (Lestari, 2010: 16). Dalam Standar
Akuntansi Keuangan (2012: 5) yang diterbitkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia
disebutkanterdapat empat karakteristik kualitatif pokok dalam laporan keuangan
yaitu:
1) Dapat Dipahami
Kualitas penting informasi dalam laporan keuangan adalah kemudahannya untuk
dapat dipahami oleh pengguna. Dalam hal ini, pengguna diasumsikan memiliki
pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi,
serta kemauan untuk mempelajari informasi dengan ketekunan yang wajar.
2) Relevan
Informasi yang relevan yaitu informasi dapat memenuhi kebutuhan pengguna
dalam proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas relevan
apabila dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pengguna, dengan membantu
mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini dan masa depan, menegaskan atau
12
pengambil keputusan sebelum kehilangan kesempatan atau untuk mempengaruhi
keputusan yang diambil.
3) Keandalan
Informasi harus bersifat andal (reliable). Informasi memiliki kualitas andal jika
bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan dapat
diandalkan penggunaannya sebagai penyajian yang tulus atau jujur (faithful
representation) dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar
diharapkan dapat disajikan.
4) Dapat dibandingkan
Pengguna harus dapat memperbandingkan laporan keuangan perusahaan antar
periode untuk mengidentifikasikan kecenderungan (trend) posisi dan kinerja
keuangan. Pengguna juga harus dapat memperbandingkan laporan keuangan
antar perusahaan untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja, serta perubahan
posisi keuangan secara relatif. Ketaatan pada standar akuntansi keuangan,
termasuk pengungkapan kebijakan akuntansi yang digunakan oleh perusahaan
dapat membantu dalam mencapai karakteristik ini.
2.1.8 Audit Delay
Audit delay didefinisikan sebagai lamanya waktu penyelesaian audit yang
diukur dari tanggal penutupan tahun buku, hingga tanggal diselesaikannya laporan
auditor independen (Wiwik Utami, 2006). Lamanya waktu audit ini dihitung dari
13
auditor independen yang dikeluarkan oleh Kantor Akuntan Publik (Prasongkoputra,
2013). Hal ini sesuai dengan definisi Yuliyanti (2011: 13), dimana audit delay adalah
waktu antara tanggal laporan keuangan dan laporan audit. Informasi yang mempunyai
nilai tinggi dapat menjadi informasi yang tidak relevan apabila tidak tersedia pada
saat dibutuhkan atau tepat pada waktunya. Ketepatan waktu dalam menyampaikan
laporan keuangan dan keakuratannya sangat mempengaruhi nilai manfaat bagi
penggunanya, sehingga laporan keuangan harus disajikan tepat pada waktunya.
Menurut Ashtonet.al. (1987) yang didukung oleh Lawence dan Bryan (1998)
menyatakan bahwa proses audit sangat memerlukan waktu yang berakibat adanya
audit delay yang nantinya akan sangat berpengaruh pada ketepatan waktu pelaporan
keuangan. Semakin panjang audit delay maka akan berdampak negatif, karena
informasi yang terkandung dalam laporan keuangan tersebut akan mengurangi nilai
manfaatnya karena tidak lagi relevan bagi para pengguna informasi keuangan tersebut
dalam hal di sini adalah investor. Givoly dan Palmon (1992) menyatakan lamanya
waktu penyelesaian audit akan dapat mempengaruhi ketepatan waktu publikasi
informasi keuangan auditan, sehingga berdampak pada reaksi pasar terhadap
keterlambatan informasi tersebut dan mempengaruhi tingkat ketidakpastian
keputusan yang didasarkan pada informasi yang dipublikasikan. Bamber dan
Schoderbek (1993) menyatakan bahwa penundaan pelaporan keuangan dikaitkan
dengan kesulitan finansial, adanya kontrak dalam proses dan usaha manajemen untuk
14
Jadi dapat disimpulkan, bahwa ketepatwaktuan dalam penyampaian informasi
merupakan kualitas yang berkaitan dengan ketersediaan informasi pada saat
dibutuhkan. Lamanya waktu antara tanggal laporan keuangan dan laporan audit
(audit delay) mencerminkan ketepatwaktuan penyampaian laporan keuangan.
Ketepatwaktuan penyampaian informasi mengandung arti bahwa informasi tersedia
sebelum kehilangan kemampuannya untuk mempengaruhi atau membuat perbedaaan
dalam keputusan.
2.1.9 Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan merupakan pengukur yang menunjukkan besar atau
kecilnya suatu perusahaan yang dapat dilihat dari jumlah aset yang dimiliki oleh
perusahaan. Setiawan (2013), mengartikan ukuran perusahaan sebagai suatu skala
dimana dapat diklasifikasikan besar kecil perusahaan dengan berbagai cara antara lain
dinyatakan dalam total aktiva, nilai pasar saham, dan lain-lain. Chambers dan
Pennman (1984), melakukan penelitian di Amerika menemukan bukti empiris bahwa
ada hubungan terbalik antara ukuran perusahaan dengan audit delay.
Machfoedz (dalam Indriani, 2014), menyebutkan pada dasarnya Ukuran
Perusahaan terbagi pada tiga kategori, yaitu perusahaan besar (large firm),
perusahaan menengah (medium size), dan perusahaan kecil (small firm). Penentuan
perusahaan ini didasarkan pada total aset perusahaan, kategori ukuran perusahaan
15 1) Perusahaan Besar
Perusahaan besar adalah perusahaan yang memiliki kekayaan bersih lebih besar
dari Rp 10 Milyar termasuk tanah dan bangunan. Memiliki penjualan lebih dari
Rp50Milyar/tahun.
2) Perusahaan Menengah
Perusahaan menengah adalah perusahaan yang memiliki kekayaan bersih Rp
1-10 Milyar termasuk tanah dan bangunan. Memiliki hasil penjualan lebih besar
dari Rp 1 Milyar dan kurang dari Rp 50 Milyar.
3) Perusahaan Kecil
Perusahaan kecil adalah perusahaan yang memiliki kekayaan bersih paling
banyak Rp 200 juta tidak termasuk tanah dan bangunan dan memiliki hasil
penjualan minimal Rp 1Milyar/tahun.
2.1.10 Profitabilitas
Profitabilitas mencerminkan suatu keberhasilan perusahaan dalam
memperoleh keuntungan dari kegiatan operasionalnya. Menurut Hanafi dan Halim
(2000), profitabilitas mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan
(profitabilitas) pada tingkat penjualan, aset, dan modal saham tertentu. Profitabilitas
merupakan suatu indikator kinerja yang dilakukan oleh manajemen dalam mengelola
kekayaan perusahaan yang ditunjukan oleh laba yang dihasilkan. Secara garis besar
laba yang dihasilkan perusahaan berasal dari penjualan dan investasi yang dilakukan
oleh perusahaan.Perusahaan tidak akan menunda penyampaian informasi yang berisi
16
cenderung mengalami audit delay yang lebih pendek, sehingga hal tersebut dapat
segera disampaikan kepada para investor dan pihak-pihak yang berkepentingan
(Indriani, 2014).
Penelitian ini mengukur profitabilitas dengan menggunakan ROA karena
dapat menilai apakah perusahaan telah efisien dalam menggunakan aktivanya pada
kegiatan operasionalnya menghasilkan keuntungan. ROA (Return on Assets) adalah
perbandingan antara jumlah laba yang dihasilkan terhadap asset yang digunakan,
sehingga menunjukan sejumlah perusahaan mampu dalam menghasilkan laba dari
sumber daya (asset) yang dimiliki. Dengan demikian kemungkinan Profitabilitas
yang diukur dengan Return on Asset dapat mempengaruhi audit delay (Setiawan,
2013). Sedangkan Courtis (1976), tidak menemukan hubungan yang signifikan antara
keterlambatan pelaporan dan ukuran perusahaan, umur, jumlah pemegang saham, dan
panjang laporan tahunan di Selandia Baru. Tetapi, ditemukannya hubungan terbalik
antara laba mutlak dan keterlambatan pelaporan pada penelitian tersebut.
2.1.11 Leverage
Rasio leverage atau rasio solvabilitas adalah rasio yang digunakan untuk
mengukur seberapa besar aset perusahaan dibiayai oleh utang. Menurut Kasmir
(2009), rasio leverage digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk
membayar seluruh kewajibannya baik jangka pendek maupun jangka panjang apabila
17
Menurut Brigham dan Houston (2009), rasio leverage memiliki tiga
implikasi penting yaitu:
a) Dengan memperoleh dana melalui utang, para pemegang saham dapat
mempertahankan kendali mereka atas perusahaan tersebut sekaligus membatasi
investasi yang mereka berikan.
b) Kreditor akan melihat pada ekuitas, atau dana yang diperoleh sendiri, sebagai
suatu batasan keamanan, sehingga semakin tinggi proporsi dari jumlah modal
yang diberikan oleh pemegang saham, maka semakin kecil risiko yang harus
dihadapi kreditor.
c) Jika perusahaan mendapatkan hasil dari investasi yang didanai dengan dana hasil
pinjaman lebih besar daripada bunga yang dibayarkan, maka pengembalian dari
modal pemilik akan diperbesar, atau “diungkir” (leveraged).
2.1.12 Pergantian Auditor
Pergantian auditor (auditor switching) adalah pergantian Akuntan Publik
atau Kantor Akuntan Publik (KAP) yang dilakukan oleh perusahaan klien. Menurut
Halim (1997), terdapat beberapa faktor penyebab dari adanya pergantian auditor
yakni adanya merjer antara dua perusahaan yang memiliki kantor akuntan publik
yang berbeda, ketidakpuasan atas kinerja kantor akuntan publik yang terdahulu, dan
mungkin saja karena adanya merjer antar kantor akuntan publik.
Secara garis besar terdapat dua faktor yang melatarbelakangi perusahaan dalam
18
(client related factor) yang terdiri dari kesulitan keuangan, manajemen yang gagal,
perubahan ownership, Initial Public Offering (IPO) dan faktor selanjutnya adalah
faktor yang berasal dari eksternal perusahaan atau faktor auditor (auditor related
factor) yang terdiri dari fee audit dan kualitas audit (Mardiyah, 2002). Hal ini
dipertegas oleh Rahayu (2012), yang mengungkapkan dua pendekatan untuk
mengetahui apa yang menyebabkan perusahaan memutuskan untuk melakukan
pergantian Akuntan Publik atau Kantor Akuntan Publik (KAP) yaitu dari segi auditor
dan segi perusahaan itu sendiri.
Jika perusahaan mengganti auditornya bukan dalam kondisi yang
mengharuskan ia untuk mengganti auditor, maka dapat diprediksi bahwa terdapat dua
kemungkinan yang terjadi. Pertama, pihak auditor mengundurkan diri dari
pekerjaannya atau yang kedua adalah pihak perusahaan memutus ikatan kontrak
kepada auditor tersebut. Salah satunya mungkin akan terjadi diantara dua
kemungkinan tersebut, namun fokus utama bukanlah pada hal itu melainkan apa saja
alasan yang melatar belakangi perusahaan mengganti auditornya secara sukarela
(voluntary) dan siapa yang akan menjadi auditor selanjutnya dari perusahaan tersebut.
Menurut Wijayani (2011), alasan yang paling umum dari terjadinya pergantian
auditor adalah tidak sepakatnya perusahaan sebagai klien pada praktik akuntansi
tertentu yang dilakukan oleh auditor sehinggamenyebabkan perusahaan mengganti
auditor terdahulu dengan auditor baru yang mampu sepakat dengan kebijakan dan
19
Nagy (2005) menyatakan bahwa, saat perusahaan mengganti auditornya ke
auditor yang baru, tentu saja akan timbul ketimpangan informasi atau suatu keadaan
yang sering dikenal sebagai asimetri informasi antara perusahaan dengan auditor
yang baru. Hal ini disebabkan karena perusahaan memiliki informasi yang jauh lebih
banyak dan lebih mencerminkan keadaan perusahaan sesungguhnya dibandingkan
informasi yang dimiliki oleh auditor baru. Jika auditor menerima permintaan
pelaksanaan penugasan audit oleh perusahaan, maka dapat diprediksi ada dua alasan
yang mendasarinya. Pertama, auditor menerima permintaan tersebut karena memiliki
akses yang cukup baik kepada auditor terdahulu sehingga dapat lebih mudah untuk
meminta informasi mengenai keseluruhan usaha perusahaan. Alasan kedua, bisa saja
auditor menerima permintaan pelaksanaan penugasan audit oleh perusahaan karena
hal selain alasan pertama, contohnya adalah alasan finansial, padahal auditor baru ini
belum tentu memahami dengan baik apa usaha dari perusahaan tersebut.
2.2 Rumusan Hipotesis Penelitian
2.2.1 Pengaruh Ukuran Perusahaan pada Audit Delay
Penelitian yang dilakukan oleh (Carslaw dan Kaplan, 1991 dalam
Prasongkoputra, 2013:30) meyatakan bahwa internal kontrol pada perusahaan besar
lebih kuat dan terencana, sehingga membuat kemungkinan kesalahan pada laporan
keuangan lebih sedikit dan memungkinkan auditor dapat mengandalkan
informasi yang terdapat pada laporan keuangan. Penelitian yang dilakukan oleh
20
diaudit maka audit delay akan semakin lama, ini berkaitan dengan semakin
banyaknya sampel yang harus diambil dan semakin luas prosedut audit yang harus
ditempuh. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Yuliyanti (2011); Ettredge (2009);
Kartika (2009); Rachmawati (2008) yaitu ukuran perusahaan berpengaruh positif
terhadap audit delay. Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis pertama yang
terbentuk yaitu:
H1: Ukuran perusahaan berpengaruh positif pada audit delay.
2.2.2 Pengaruh Profitabilitas pada Audit Delay
Perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas yang tinggi membutuhkan
waktu audit lebih cepat karena adanya pertanggungjawaban untuk
menyampaikan kabar baik kepada publik (Estrini, 2013). Profitabilitas pada
penelitian ini menggunakan ROA, perusahaan dengan ROA yang tinggi berarti
perusahaan telah menggunakan aset-asetnya secara efisien sehingga dapat
menghasilkan laba yang tinggi bagi perusahaan maupun pemegang saham. Jadi,
perusahaan memiliki insentif yang besar untuk menerbitkan laporan keuangan
lebih cepat untuk memberikan sinyal positif kepada para pengguna laporan
keuangan khususnya investor (Scott, 2010 dalam Prasongkoputra, 2013:62).
Hal ini dapat dijelaskan dalam penelitian Purnamasari (2012), menyatakan
tingkat profitabilitas perusahaan yang lebih tinggi membutuhkan waktu dalam
pengauditan laporan keuangan lebih cepat dikarenakan keharusan untuk
21
(2013); Rachmawati (2008); Yulianty (2011); Aryati (2005) menejelaskan bahwa
profitabilitas berpengaruh negatif signifikan terhadap audit delay. Berdasarkan uraian
di atas, maka hipotesis kedua yang terbentuk yaitu:
H2: Profitabilitas tidak berpengaruh pada audit delay.
2.2.3 Pengaruh Leverage pada Audit Delay
Menurut Kartika (2011), solvabilitas mencerminkan kemampuan perusahaan
untuk membayar seluruh kewajiban perusahaan. Perusahaan dikatakan mampu
apabila perusahaan mempunyai aktiva yang cukup untuk membayar semua
hutangnya. Sebaliknya, apabila proporsi hutang lebih besar dari aktiva yang dimiliki
perusahaan akan mengakibatkan kerugian dan dapat meningkatkan kehati-hatian dari
auditor terhadap laporan keuangan yang akan diaudit. Kehati-hatian auditor dalam
menyelesaikan audit laporan keuangan akan mengakibatkan keterlambatan dalam
menyampaikan laporan keuangan kepada publik.
Lianto dan Kusuma (2010) mengungkapkan proporsi hutang yang besar
terhadap total aktiva akan meningkatkan kecenderungan kerugian dan dapat
meningkatkan kehati-hatian auditor terhadap laporan keuangan yang akan diaudit,
sehingga penyelesaian audit atas laporan keuangan dapat mengalami keterlambatan.
Hasil penelitian yang dilakukan Silvia dan Wirakusuma (2013); Yuliyanti (2011);
Lestari (2010:65) menjelaskan bahwa, variabel leverage berpengaruh positif terhadap
lamanya audit delay. Berdasarkan uraian tersebut maka dapat disusun hipotesis ketiga
22
H3: Leverage berpengaruh positif pada audit delay.
2.2.4 Pengaruh Ukuran Perusahaan pada Audit Delay yang Dimoderasi oleh Pergantian Auditor
Ukuran perusahaan merupakan suatu skala yang mengkasifikasikan besar
kecilnya perusahaan yang berhubungan dengan financial perusahaan. Dimana
perusahaan yang besar dipercayai dapat menyelesaikan kesulitasn-kesulitan keuangan
yang dihadapinya daripada perushaan kecil (Mutchler, 1985). Perusahaan besar
cenderung lebih mempunyai kendali internal yang lebih ketat sehingga memudahkan
proses audit oleh auditor independen, sehingga dapat mengurangi audit delay (Habib
dan Bhuiyan, 2011). Terlebih apabila ukuran perusahaan tersebut besar, maka
perusahaan tentunya akan menginginkan pemilihan auditor yang memiliki kualitas
yang tinggi, yang dapat menyebabkan terjadinya pergantian auditor. Hasil penelitan
Setiawan (2013); Rachmawati (2008); Subekti dan Widiyanti (2004) menyatakan
ukuran perusahaan berpengaruh signifikan pada audit delay. Berdasarkan uraian di
atas, maka hipotesis keempat adalah:
H4: Pergantian auditor memperkuat pengaruh ukuran perusahaan pada audit delay.
2.2.5 Pengaruh Profitabilitas pada Audit Delay yang Dimoderasi oleh Pergantian Auditor
Profitabilitas merupakan suatu tolak ukur kinerja keuangan yang dapat
menggambarkan reputasi klien secara menyeluruh (Sartono, 2004). Profitabilitas
23
digunakan sebagai salah satu indikator untuk menilai kondisi keuangan perusahaan
tersebut (Kartika, 2006; dalam Damayanti dan Sudarma, 2008). Persentase Perubahan
ROA yang semakin besar menunjukkan semakin baik pula prospek bisnisnya. Hal itu
dapat mendorong perusahaan untuk mengganti auditor karena kinerja keuangan
perusahaan yang semakin membaik, perusahaan merasa mampu untuk membayar
Kantor Akuntan Publik lain yang mungkin memiliki kualitas audit yang lebih baik
dari Kantor Akuntan Publik yang dipakainya (Trisnawati dan Wijaya, 2009). Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Estrini (2013); Lestari (2010); dan Siwy (2012)
menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh terhadap audit delay. Berdasarkan
uraian di atas, maka hipotesis selanjutnya adalah:
H5: Pergantian auditor memperkuat pengaruh profitabilitas pada audit delay.
2.2.6 Pengaruh Leverage pada Audit Delay yang Dimoderasi oleh Pergantian Auditor
Rasio leverage atau rasio solvabilitas adalah rasio yang digunakan untuk
mengukur seberapa besar aset perusahaan dibiayai oleh utang. Menurut Kasmir
(2009), rasio leverage digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk
membayar seluruh kewajibannya baik jangka pendek maupun jangka panjang apabila
perusahaan dilikuidasi. Manajer memiliki kesempatan untuk mengalihkan
kesejahteraan debtholder dengan melakukan berbagai tindakan (Jensen dan
Meckling, 1976). Berdasarkan hal tersebut, maka semakin meningkat jumlah utang,
24
debtholder. Perjanjian utang yang umumnya bersumber pada informasi akuntansi
kemudian disusun untuk membatasi pengalihan kesejahteraan itu. Pengauditan yang
berkualitas selanjutnya dibutuhkan untuk meningkatkan reliabilitas informasi
akuntansi yang digunakan untuk meverifikasi kepatuhan perusahaan terhadap
perjanjian utang tersebut. Berdasarkan hal tersebut dapat memungkinkan timbulnya
kecenderungan perusahaan untuk berganti ke auditor yang mempunyai kualitas lebih
baik. Klien akan menginginkan KAP yang memiliki auditor berpengalaman dan
mempunyai alat-alat yang canggih atau prosesing data elektronik yang canggih
sehingga akan mengurangi terjadinya audit delay. Hasil penelitian Rachmawati
(2008); Widiyanti dan Wirakusuma (2012); Sumartini (2014); dan Juanita (2012)
menyatakan bahwa lev