• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pergantian Auditor Sebagai Pemoderasi Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Leverage, Pada Audit Delay.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pergantian Auditor Sebagai Pemoderasi Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Leverage, Pada Audit Delay."

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

PERGANTIAN AUDITOR SEBAGAI PEMODERASI PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, PROFITABILITAS, LEVERAGE PADA AUDIT DELAY

(Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur di BEI Tahun 2012-2014)

SKRIPSI

Oleh:

GEDE OKA BRAWIDA UTHAMA NIM: 1215351029

PROGRAM EKSTENSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS UDAYANA

(2)

1

PERGANTIAN AUDITOR SEBAGAI PEMODERASI PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, PROFITABILITAS, LEVERAGE PADA AUDIT DELAY

(Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur di BEI Tahun 2012-2014)

JUDUL SKRIPSI

Oleh :

GEDE OKA BRAWIDA UTHAMA 1215351029

Skripsi ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar sarjana Ekonomi

di Program Ekstensi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana

(3)

2

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi ini telah diuji oleh tim penguji dan disetujui oleh Pembimbing, serta diuji

pada tanggal : 14 Januari 2016

Tim Penguji : Tanda tangan

1. Ketua : Dr. I Dewa Nyoman Badera, SE., M.Si., Ak. ……….……….

2. Sekretaris : Gede Juliarsa, SE., M.Si. ……….……….

3. Anggota : Agus Indra Tenaya., SE., MSA (HumBis)., Ak. ……….

Mengetahui,

Ketua Jurusan Akuntansi

Dr. A.A.G.P. Widanaputra, SE, M.Si.,Ak. NIP. 19650323 199103 1 004

Pembimbing

(4)

3

PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa sepanjang pengetahuan saya, di

dalam naskah Skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang

lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu Perguruan Tinggi, dan tidak terdapat

karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang

secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila ternyata di dalam naskah skripsi ini dapat dibuktikan terdapat

unsur-unsur plagiasi, saya bersedia diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan

yang berlaku.

Denpasar, 14 Januari 2016

Mahasiswa

(5)

4

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa atau Tuhan Yang Maha

Esa, karena atas berkat rahmat-Nya, skripsi yang berjudul “Pergantian Auditor Sebagai Pemoderasi Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Leverage pada Audit Delay” dapat diselesaikan sesuai dengan yang direncanakan. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Dr. I Nyoman Mahaendra Yasa, SE., MSi., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Universitas Udayana.

2. Prof. Dr. Ni Nyoman Kerti Yasa, SE., MS., selaku Pembantu Dekan I Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

3. Dr. A. A. G. P. Widanaputra, SE., MSi., Ak, selaku Ketua Jurusan dan Dr. I

Dewa Nyoman Badera SE., MSi., selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

4. Drs. I Ketut Suardhika Natha, M.Si., selaku Ketua Ekstensi Fakultas Ekonomi

Universitas Udayana.

5. Ni Gusti Putu Wirawati, SE., MSi., selaku Koordinator Akuntansi Program

Ekstensi Fakultas Ekonomi Universitas Udayana.

6. Prof. Dr. Ketut Yadnyana, SE., M.Si., Ak., selaku Pembimbing Akademik yang

telah memberikan petunjuk dan nasihat selama mengikuti kuliah pada Fakultas

(6)

5

7. Gede Juliarsa, SE., M.Si., selaku dosen pembimbing atas waktu, bimbingan,

masukan serta motivasinya selama penyelesaian skripsi ini.

8. Seluruh keluarga tercinta, kedua orangtua penulis Drs. Ketut Raka Adnyana dan

Dra. Luh Semi Arini, adik penulis Wahyu, Pramayasa, Indah yang telah

mendukung dan memberi semangat dan doa dalam penyusunan skripsi ini.

9. Sahabat-sahabat seperjuangan penulis Uchi Laksmi, Alansari, Bandem, Hendra,

Sonny, Cokorda Krisna, Yogeswara, Yudha, Timothius, Dismas, Clara, Yenni,

Dwiyani, Liya, Anggi, sahabat-sahabat dari Alumni OSIS SMA Negeri 7

Denpasar, SAPMA Pemuda Pancasila, dan seluruh teman-teman Akuntansi 2012

yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas kebersamaan dan

kekompakannya selama penulis menempuh studi.

10.Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna dan tidak terlepas

dari kekurangan-kekurangan, serta menyadari tidak akan berhasil tanpa bimbingan

dan pengarahan dari berbagai pihak. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan

kemampuan dan pengetahuan Penulis. Akhir kata semoga skripsi ini bermanfaat bagi

semua pihak yang memerlukan dan berkepentingan. Terimakasih.

Denpasar, 14 Januari 2016

(7)

6

Judul : Pergantian Auditor Sebagai Pemoderasi Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Leverage Pada Audit Delay (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur di BEI Tahun 2012-2014) Nama : Gede Oka Brawida Uthama

NIM : 1215351029

ABSTRAK

Audit delay merupakan lamanya waktu penyelesaian audit yang diukur dari tanggal penutupan tahun buku, hingga tanggal diselesaikannya laporan auditor independen. Keterlambatan laporan akuntan publik yang berupa opini auditor akan mempengaruhi keputusan investor untuk berinvestasi dan mengurangi kualitas laporan keuangan tersebut. Peraturan BAPEPAM juga mengharuskan perusahaan yang go public untuk mempublikasikan laporan keuangan tahunan dan laporan audit indepedennya kepada BAPEPAM selambat-lambatnya 90 hari setelah tanggal laporan tahunan perusahaan. Terdapat beberapa faktor yang memengaruhi audit delay. Ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage adalah salah satu faktor yang memengaruhi audit delay, namun faktor tersebut memiliki pengaruh yang tidak konsisten, dan diduga hal tersebut dimoderasi oleh pergantian auditor. Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan bukti empiris kemampuan pergantian auditor dalam memoderasi pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage pada audit delay.

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2014. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah metode purposive sampling. Banyaknya sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 23 perusahaan. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi non participant. Teknik analisis data yang digunakan untuk memecahkan masalah tersebut yaitu análisis Moderate Regression Analysis (MRA).

Berdasarkan hasil pengujian interaksi menunjukkan pergantian auditor memperkuat pengaruh ukuran perusahaan pada audit delay, sedangkan pergantian auditor memperlemah pengaruh profitabilitas, leverage pada audit delay. Hasil pengujian secara parsial menunjukkan hasil bahwa variabel yang berpengaruh pada audit delay hanya variabel ukuran perusahaan, sedangkan variabel profitabilitas dan leverage tidak mempengaruhi audit delay.

(8)

7

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN ORISINALITAS ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah ... 1

1.2Rumusan Masalah ... 10

1.3Tujuan Penelitian ... 11

1.4Kegunaan Penelitian ... 11

1.5Sistematika Penulisan ... 12

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep ... 16

2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) ... 16

2.1.2 Teori Sinyal (Signalling Theory) ... 18

2.1.3 Peraturan Pemerintah Mengenai Rotasi Auditor . 19 2.1.4 Pengertian Auditor... 21

2.1.5 Manfaat Audit ... 21

2.1.6 Tahapan Audit Laporan Keuangan.. ... 23

2.1.7 Laporan Keuangan... 25

2.1.8 Audit Delay ... 27

2.1.9 Ukuran Perusahaan ... 29

2.1.10 Profitabilitas ... 30

2.1.11 Leverage ... 31

2.1.12 Pergantian Auditor... 32

2.2 Hipotesis Penelitian ... 34

(9)

8

2.2.3 Pengaruh Leverage pada Audit Delay ... 36

2.2.4 Pengaruh Ukuran Perusahaan pada Audit Delay yang Dimoderasi oleh Pergantian Auditor ... 37

2.2.5 Pengaruh Profitabilitas pada Audit Delay yang Dimoderasi oleh Pergantian Auditor ... 37

2.2.6 Pengaruh Leverage pada Audit Delay yang Dimoderasi oleh Pergantian Auditor ... 38

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian ... 40

3.2 Lokasi dan Ruang Lingkup Wilayah Penelitian ... 41

3.3 Objek Penelitian ... 42

3.4 Identifikasi Variabel ... 42

3.5 Definisi Operasional Variabel ... 43

3.6 Jenis dan Sumber Data ... 45

3.6.1 Jenis Data ... 45

3.6.2 Sumber Data ... 46

3.7 Populasi, Sampel dan Metode Penentuan Sampel ... 46

3.7.1 Populasi ... 46

3.7.2 Sampel ... 46

3.8 Metode Pengumpulan Data ... 47

3.9 Teknik Analisis Data ... 48

3.9.1 Statistik Deskriptif ... 48

3.9.2 Uji Asumsi Klasik ... 48

3.9.3 Moderate Regression Analysis ... 50

3.9.4 Uji Koefisien Determinasi ... 51

3.9.5 Uji Kelayakan Model (Uji Statistik F) ... 51

3.9.6 Uji Hipotesis (Uji Statistik t) ... 52

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Daerah atau Wilayah Penelitian ... 54

4.2 Deskripsi Data Hasil Penelitian ... 55

4.2.1 Statistik Deskriptif ... 55

4.2.2 Uji Asumsi Klasik ... 57

4.2.3 Moderate Regression Analysis ... 61

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian ... 65

4.3.1 Pengaruh Ukuran Perusahaan pada Audit Delay .. 66

(10)

9

4.3.3 Pengaruh Leverage pada Audit Delay ... 67

4.3.4 Pengaruh Ukuran Perusahaan pada Audit Delay yang Dimoderasi oleh Pergantian Auditor ... 68

4.3.5 Pengaruh Profitabilitas pada Audit Delay yang Dimoderasi oleh Pergantian Auditor ... 69

4.3.6 Pengaruh Leverage pada Audit Delay yang Dimoderasi oleh Pergantian Auditor ... 70

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1Simpulan ... 72

5.2Saran ... 74

DAFTAR RUJUKAN ... 75

(11)

10

DAFTAR TABEL

No. Tabel Halaman

3.1 Kriteria Pemilihan Sampel ... 47

4.1 Hasil Pengujian Statistik Deskriptif ... 55

4.2 Hasil Uji Normalitas ... 58

4.3 Hasil Uji Multikolinearitas... 59

4.4 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 60

4.5 Hasil Uji Autokorelasi ... 61

(12)

11

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Halaman

(13)

12

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Halaman

1. Hasil Penelitian Terdahulu ... 82

2. Daftar Sampel Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI dari Tahun 2012-2014 ... 85

3. Tabulasi Nilai Setiap Variabel Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 2012 ... 86

4. Tabulasi Nilai Setiap Variabel Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 2013 ... 87

5. Tabulasi Nilai Setiap Variabel Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 2014 ... 88

6. Hasil Analisis Statistik Deskriptif ... 89

7. Hasil Uji Normalitas ... 90

8. Hasil Uji Multikolinearitas... 91

9. Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 92

10. Hasil Uji Autokorelasi ... 93

(14)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi yang digunakan

sebagai informasi oleh investor, calon investor, manajemen, kreditor, regulator, dan

para pengguna lainnya untuk mengambil keputusan. Laporan keuangan juga memiliki

fungsi sebagai suatu instrument untuk mengukur kinerja perusahaan. Para pengguna

laporan keuangan membutuhkan laporan keuangan yang akurat dan tepat waktu

dalam pengambilan keputusan (Prasongkoputra, 2013). Dewasa ini semakin banyak

perusahaan yang go public membuat semakin banyaknya kerperluan akan informasi

keuangan. Informasi keuangan tersebut haruslah memberikan manfaat bagi

penggunanya. Hal ini dikarenakan perusahaan yang telah go public memiliki

kewajiban untuk mempublikasikan laporan keuangan tahunannya yang telah diaudit

sebagai sumber informasi untuk pihak ekstern perusahaan, salah satunya investor.

Bagi investor, informasi yang terkandung dalam laporan keuangan tersebut sangat

penting digunakan sebagai dasar penilaian untuk berinvestasi berikutnya. Untuk

menghasilkan laporan keuangan yang memberikan informasi yang relevan, terdapat

beberapa kendala, salah satunya adalah ketepatan waktu. Manfaat suatu laporan

(15)

2

Kieso, Weygrandt, dan Warfield (2011), pada kerangka konseptual laporan

keuangan dinyatakan bahwa ketepatan waktu pelaporan keuangan adalah

karakteristik kualitatif utama dalam mendukung relevansi laporan keuangan. Manfaat

laporan keuangan akan berkurang jika laporan keuangan tersebut tidak tersedia tepat

pada waktunya. Menurut Givoly dan Palmon (1982) dalam Septriana (2010), salah

satu faktor penting dalam menentukan ketepatan waktu pelaporan keuangan dan

pengumuman laba adalah lamanya waktu penyelesaian audit.

Ketepatan waktu dalam penyampaian laporan keuangan untuk memenuhi

kewajiban sebagai perusahaan go public telah diatur dalam Undang-undang No. 8

Tahun 1995 tentang Peraturan Pasar Modal dan dikeluarkannya Keputusan Ketua

Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor KEP-346/BL/2011,

dalam lampirannya, yaitu Peraturan Nomor X.K.2, nomor 2.c disebutkan bahwa

laporan keuangan tahunan wajib disampaikan kepada Bapepam dan LK dan

diumumkan kepada masyarakat paling lambat pada akhir bulan ketiga setelah tanggal

laporan keuangan tahunan.

Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) dari Ikatan Akuntansi Indonesia

(IAI, 2001) dalam Abdul Halim (2008:48) khususnya standar pekerjaan lapangan

mengatur pertimbangan-pertimbangan yang harus digunakan dalam pelaksanaan

audit seperti pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya, pemahaman yang

memadai atas struktur pengendalian intern dari klien dan pengumpulan bukti audit

(16)

3

pertanyaan dan konfirmasi. Standar audit yang harus dipenuhi oleh auditor dapat

berdampak terhadap lamanya waktu penyelesaian laporan audit, namun juga

berdampak terhadap peningkatan kualitas audit yang dihasilkan. Lamanya waktu

penyelesaian audit ini dapat menyebabkan keterlambatan mempublikasikan laporan

keuangan auditan. Laporan keuangan yang terlambat dapat berdampak negatif pada

reaksi pasar. Hal ini terjadi dikarenakan investor pada umumnya menganggap

keterlambatan pelaporan keuangan merupakan sinyal buruk bagi kondisi perusahaan.

Perbedaan waktu antara tanggal laporan keuangan yang dibuat perusahaan

dengan tanggal opini audit dalam laporan keuangan auditan mengindikasikan tentang

lamanya waktu penyelesaian audit oleh auditor. Perbedaan waktu ini sering disebut

dengan audit delay. Selisih jarak waktu antara berakhirnya tahun fiskal dengan

tanggal diterbitkannya laporan auditor independen inilah yang disebut audit delay

(Prasongkoputra, 2013). Audit delay merupakan rentang waktu antara lamanya waktu

penyelesaian audit oleh auditor yang dilihat dari perbedaan waktu tanggal laporan

keuangan dengan tanggal opini audit laporan keuangan (Subekti dan Widiyanti,

2004). Dalam Wirakusuma 2004, disebutkan bahwa di Indonesia dinilai masih

terdapat banyak perusahaan yang belum patuh terhadap peraturan informasi yang

telah ditetapkan karena adanya keterlambatan dalam mempublikasikan laporan

keuangan tersebut, yang salah satu sebabnya dipengaruhi oleh lamanya waktu

penyelesaian audit atau audit delay di setiap perusahaan. Semakin lama auditor

(17)

4

audit delay. Namun, bisa jadi auditor memperpanjang masa auditnya dengan

menunda penyelesaian audit laporan keuangan karena alasan tertentu, semisal

pemenuhan standar untuk meningkatkan kualitas audit oleh auditor yang akhirnya

menuntut waktu lebih lama (Lestari, 2010:2). Panjang pendeknya audit delay

dipengaruhi oleh kerumitan proses audit. Tingkat kerumitan yang tinggi

mengakibatkan auditor memerlukan jumah hari yang lebih banyak untuk mengaudit

perusahaan induk berserta anak perusahaannya (Che-Ahmad dan Abidin, 2008).

Stocken (2000) menyatakan bahwa suatu penyelesaian tugas audit yang memiliki

rentang waktu yang terlalu lama akan mengakibatkan keterlambatan

mempublikasikan laporan keuangan ke pasar modal sehingga berpengaruh pada

pergantian auditor, disebut auditor switching.

Auditor switching adalah pergantian auditor atau KAP yang dilakukan oleh

suatu perusahaan yang dapat terjadi karena peraturan pemerintah atau keinginan

perusahaan itu sendiri. Apabila auditor switching dilakukan atas keinginan

perusahaan itu sendiri, maka pergantian ini bersifat sukarela (voluntary). Namun

apabila auditor switching dilakukan karena peraturan pemerintah, maka pergantian

ini bersifat wajib (mandatory). Apabila pergantian auditor dilakukan atas keinginan

perusahaan itu sendiri, maka pasti terdapat faktor-faktor yang memengaruhi

keputusan tersebut (Sinarwati, 2010).

Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi audit delay, seperti ukuran

(18)

5

lebih banyak dalam mengaudit perusahaan yang memiliki ukuran perusahaan lebih

besar. Salah satu ukuran perusahaan ini dapat dinilai dengan total aset perusahaan.

Hal ini senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Modugu (2012) yang meneliti

perusahaan di Nigeria dan Ayoib (2008) yang meneliti

perusahaan-perusahaan di Malaysia, hasilnya ukuran perusahaan-perusahaan memiliki pengaruh signifikan

terhadap audit delay.

Dalam hal profitabilitas, perusahaan yang memiliki profitabilitas baik akan

cenderung ingin mempublikasikan laporan keuangan auditannya lebih cepat agar

dapat memberi sinyal positif untuk para penggunanya dalam mengambil keputusan.

Profitabilitas diukur menggunakan rasio laba bersih terhadap aset (ROA) dan rasio

laba terhadap ekuitas (ROE). Sebaliknya, perusahaan dengan profitabilitas buruk

akan cenderung menunda publikasi laporan keuangan auditannya karena hal itu akan

menimbulkan sinyal yang buruk bagi para penggunanya (Givoly dan Palmon, 1982)

dalam (Aryati, 2005). Leverage perusahaan juga merupakan salah satu faktor yang

dapat mempengaruhi audit delay, leverage diukur berdasarkan rasio hutang terhadap

ekuitas perusahaan. Hal ini senada dengan penelitian Indriyani (2012) yang meneliti

perusahaan-perusahaan publik di Indonesia dan Malaysia, hasilnya audit report lag di

Indonesia dan Malaysia secara simultan dipengaruhi oleh profitabilitas dan debt

equity ratio.

Melihat pentingnya jangka waktu penyelesaian audit atas laporan keuangan,

(19)

6

penyampaian laporan keuangan sekaligus nilai normatif laporan keuangan bagi para

pengguna laporan keuangan, penulis beranggapan bahwa audit delay merupakan

suatu objek yang masih perlu diteliti lebih lanjut.

Penelitian ini memosisikan pergantian auditor sebagai pemoderasi untuk

meneliti pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage pada audit delay. Saat

perusahaan melakukan pergantian auditor dari auditor lama dengan auditor yang baru

tidak memungkiri bisa saja pergantian auditor menyebabkan terjadinya audit delay,

karena pergantian auditor cenderung akan membutuhkan jangka waktu yang lebih

lama untuk melakukan proses audit perusahaan yang akan menyebabkan terjadinya

audit delay. Hal ini diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh Pawitri dan

Yadnyana (2015) yang menyatakan bahwa, audit delay berpengaruh signifikan pada

pergantian auditor (auditor switching).

Jika dilihat dari peran pergantian auditor dalam memoderasi pengaruh ukuran

perusahaan pada auditor audit delay. Ukuran perusahaan merupakan suatu skala yang

mengkasifikasikan besar kecilnya perusahaan yang berhubungan dengan financial

perusahaan. Dimana perusahaan yang besar dipercayai dapat menyelesaikan

kesulitasn-kesulitan keuangan yang dihadapinya daripada perushaan kecil (Mutchler,

1985). Terlebih apabila ukuran perusahaan tersebut besar, maka perusahaan tentunya

akan menginginkan pemilihan auditor yang memiliki kualitas yang tinggi, yang dapat

(20)

7

dan Andayani (2010) yang mengungkapkan bahwa,ukuran perusahaan berpengaruh

signifikan terhadap auditor switching.

Jika dilihat dari peran pergantian auditor dalam memoderasi pengaruh

profitabilitas pada audit delay. Profitabilitas merupakan suatu tolak ukur kinerja

keuangan yang dapat menggambarkan reputasi klien secara menyeluruh (Sartono,

2004). Profitabilitas dapat dilihat dari persentase perubahan Return on Assets (ROA),

yang dapat digunakan sebagai salah satu indicator untuk menilai kondisi keuangan

perusahaan tersebut (Kartika, 2006; dalam Damayanti dan Sudarma, 2008).

Persentase Perubahan ROA yang semakin besar menunjukkan semakin baik pula

prospek bisnisnya. Hal itu dapat mendorong perusahaan untuk mengganti auditor

karena kinerja keuangan perusahaan yang semakin membaik, perusahaan merasa

mampu untuk membayar Kantor Akuntan Publik lain yang mungkin memiliki

kualitas audit yang lebih baik dari Kantor Akuntan Publik yang dipakainya

(Trisnawati dan Wijaya, 2009). Hal ini senada dengan penelitian yang dilakukan

Katrtika (2006) dalam Damayanti dan Sudarma (2008) menyatakan bahwa

profitabilitas berpengaruh terhadap pergantian auditor.

Peran pergantian auditor dalam memoderasi pengaruh leverage pada audit

delay. Rasio leverage atau rasio solvabilitas adalah rasio yang digunakan untuk

mengukur seberapa besar aset perusahaan dibiayai oleh utang. Menurut Kasmir

(2009), rasio leverage digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk

(21)

8

perusahaan dilikuidasi. Manajer memiliki kesempatan untuk mengalihkan

kesejahteraan debtholder dengan melakukan berbagai tindakan (Jensen dan

Meckling, 1976). Berdasarkan hal tersebut, maka semakin meningkat jumlah utang,

semakin terbuka kesempatan untuk mentransfer kesejahteraan menjauh dari

debtholder. Perjanjian utang yang umumnya bersumber pada informasi akuntansi

kemudian disusun untuk membatasi pengalihan kesejahteraan itu. Pengauditan yang

berkualitas selanjutnya dibutuhkan untuk meningkatkan reliabilitas informasi

akuntansi yang digunakan untuk meverifikasi kepatuhan perusahaan terhadap

perjanjian utang tersebut. Berdasarkan hal tersebut dapat memungkinkan timbulnya

kecenderungan perusahaan untuk berganti ke auditor yang kualitasnya lebih tingi. Hal

ini senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Eichenseher dan Shield (1983) dan

DeFond (1992) berhasil menemukan secara empiris pengaruh positif tingkat leverage

perusahaan terhadap keputusan perusahaan untuk mengganti auditor dengan

menggunakan KAP Big Eight.

Dalam penelitian ini, objek sampel yang digunakan oleh penulis adalah

perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2012

sampai dengan tahun 2014. Hal ini didorong oleh beberapa alasan, diantaranya

perusahaan manufaktur dipilih kerena memiliki emiten terbanyak dibandingkan

dengan jenis industri lainnya, sehingga persaingan antar perusahaan sangat ketat yang

akan menimbulkan keinginan pihak manajamen perusahaan untuk lebih cepat

(22)

9

jumlah saham beredar dan volume perdagangan yang paling tinggi dibandingkan

dengan jenis usaha lain di BEI dan sektor manufaktur memiliki auditee dengan opini

audit yang paling bervariasi (Solikah, 2007).

Motivasi dalam penelitian ini adalah menguji kembali faktor-faktor apa saja

yang memengaruhi audit delay pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia selama tahun 2012 sampai dengan tahun 2014. Terdapat banyak

faktor yang dapat mempengaruhi audit delay itu sendiri baik faktor internal maupun

faktor eksternal (Aryaningsih, 2013). Penelitian tentang audit delay juga sudah

banyak dilakukan di Indonesia, namun pada penelitian ini, peneliti menambahkan

pergantian auditor sebagai variabel moderasi. Tujuan penambahan variabel moderasi

dengan menggunakan pergantian auditor adalah untuk mengetahui peran pergantian

auditor memoderasi pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas dan levergae terhadap

audit delay. Masih terdapatnya kontradiksi dan inkonsistensi pada

penelitian-penelitian terdahulu membuat penelitian-penelitian dengan dasar auditor delay ini masih

menarik untuk dilakukan. Ketidaksamaan hasil antar penelitian juga menjadi salah

satu faktor mengapa penulis melakukan penelitian dengan mengangkat topik ini.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya yaitu penelitian ini

menggunakan variabel-variabel yang paling tidak konsisten hasilnya diantara

beberapa penelitian terdahulu dan menggunakan pergantian auditor yang pada

penelitian sebelumnya belum pernah digunakan sebagai variabel pemoderasi antara

(23)

10

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka judul yang diangkat

dalam penelitian ini adalah “Pergantian Auditor Sebagai Pemoderasi Pengaruh

Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Leverage pada Audit Delay (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012-2014)”. 1.2 Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang ada, maka peneliti mengangkat

rumusan masalah sebagai berikut:

1) Apakah ukuran perusahaan mempengaruhi audit delay pada perusahaan

manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2012-2014?

2) Apakah profitabilitas mempengaruhi audit delay pada perusahaan manufaktur

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2012-2014?

3) Apakah leverage mempengaruhi audit delay pada perusahaan manufaktur yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2012-2014?

4) Apakah pergantian auditor memoderasi pengaruh ukuran perusahaan pada

perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun

2012-2014?

5) Apakah pergantian auditor memoderasi pengaruh profitabilitas pada perusahaan

manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2012-2014?

6) Apakah pergantian auditor memoderasi pengaruh leverage pada perusahaan

(24)

11 1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dijelaskan di atas,

maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1) Untuk mengetahui pengaruh ukuran perusahaan pada audit delay

2) Untuk mengetahui pengaruh profitabilitas pada audit delay

3) Untuk mengetahui pengaruh leverage pada audit delay.

4) Untuk mengetahui pergantian auditor sebagai pemoderasi pengaruh ukuran

perusahaan pada audit delay.

5) Untuk mengetahui pergantian auditorsebagai pemoderasi pengaruh profitabilitas

pada audit delay.

6) Untuk mengetahui pergantian auditorsebagai pemoderasi pengaruh leverage pada

audit delay.

1.4 Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1) Kegunaan Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi, informasi, dan wawasan serta

memberikan pemahaman yang lebih luas berkaitan dengan bagaimana pergantian

auditor sebagai pemoderasi pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage

pada audit delay.

2)Kegunaan Praktis

(25)

12

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan referensi tambahan kepada

perusahaan, apakah ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage berpengaruh

padaaudit delay, serta apakah pergantian auditormemoderasi hubungan

diantara ketiganya. Pemahaman ini juga diharapkan agar perusahaan mampu

mengidentifikasi faktor-faktor yang menjadi variabel dalam penelitian ini,

apakah juga berpengaruh pada audit delay di perusahaan mereka.

(2) Bagi Auditor

Penelitian ini diharapkan dapat membantu mengidentifikasi apa saja

faktor-faktor, baik itu dari internal perusahaan maupun yang berasal dari sisi auditor

itu sendiri yang memengaruhi audit delay sehingga auditor mampu

mengoptimalkan kinerjanya agar tidak terjadi audit delay.

(3) Bagi akademisi

Penelitian ini diharapkan memberikan deskripsi tentang pergantian

auditorsebagai pemoderasi pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas,

leverage pada audit delay sehingga dapat dijadikan referensi dalam penelitian

berikutnya.

1.5 Sistematika Penulisan

Sistematika penyusunan skripsi yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini

(26)

13

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini merupakan bagian awal dari skripsi yang memberikan

penjelasan mengenai latar belakang permasalahan dalam penelitian

serta rumusan masalahnya. Latar belakang permasalahan ini

mengungkap apa saja fenomena yang terkait dengan permasalahan

dan juga mengapa penulis tertarik untuk mengangkat permasalahan

tersebut. Alasan menggunakan variabel-variabel dalam penelitian

juga dijabarkan dalam bab ini. Sedangkan pada rumusan masalah,

penulis menegaskan apa saja hal yang ingin diketahui hasilnya

setelah dilakukan penelitian. Selain itu, pada bab pendahuluan ini

juga dipaparkan mengenai tujuan dan kegunaan penelitian sehingga

penelitian yang dilakukan memiliki arah yang jelas sebagai

pemecahan suatu masalah.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Bab ini memaparkan berbagai kepustakaan yakni sebagai teori yang

mendasari permasalahan dari suatu penelitian. Teori-teori yang

telah dapat dibuktikan kebenarannya tentu dijadikan dasar dan

acuan untuk menguatkan peneliti dalam membangun jawaban

sementara atau hipotesis. Selain kajian pustaka tersebut, bab ini

juga menjabarkan hipotesis dalam penelitian. Hipotesis merupakan

(27)

14

dari teori-teori yang terdapat dalam kajian pustaka. Nantinya,

penerimaan atau penolakan hipotesis akan ditentukan dalam bab

pembahasan.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini memaparkan mengenai metode yang akan digunakan dalam

penelitian mulai tahap desain penelitian, ruang lingkup atau wilayah

penelitian, obyek penelitian, jenis dan sumber data, metode

pengumpulan data hingga analisis data. Bab ini juga menjelaskan

tentang variabel dan bagaimana cara pengukurannya, serta

menjelaskan populasi, sampel dan metode penentuan sampel.

Intinya bab ini menjelaskan segala metode dan cara yang terkait

dengan penelitian ini.

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

Bab ini berisi tentang segala pembahasan mengenai hasil analisis

yang dilakukan terkait permasalahan yang diangkat dalam

penelitian. Bahasan hasil analisis haruslah serinci mungkin didasari

pada teori-teori penunjang yang dirujuk dari kepustakaan. Pada

dasarnya, bab ini merupakan bagian terpenting karena seluruh

permasalahan akan terjawab pada bab ini, keberhasilan hasil

analisis akan tergambar jelas pada bahasan materi yang mendalam.

(28)

15

yang relevan kepada pembaca terkait dengan tujuan dan kegunaan

penelitian.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

Bab ini adalah bagian penutup yang terdiri dari simpulan dan saran.

Simpulan disebut juga ikhtisar atau pendapat terakhir yang

merangkum seluruh ide pikiran dalam analisis permasalahan dari

suatu penelitian. Sedangkan pada saran, penulis memberikan

masukan kepada penulis selanjutnya mengenai hal-hal yang perlu

(29)

1 BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Landasan Teori dan Konsep

2.1.1 Teori Keagenan ( Agency Theory )

Jensen dan Meckling (1976), mendefinisikan hubungan keagenan terjadi ketika

adanya sebuah kontrak dimana satu orang atau lebih (principal) mempekerjakan

orang lain (agen) untuk melakukan suatu jasa, kemudian mendelegasikan wewenang

pengambilan keputusan kepada agen tersebut.Menurut Jensen dan Meckling (1976)

Agency Theory adalah sebuah hubungan kerja sama yang dituangkan di dalam

kontrak antara manajer (agent) dan pemilik (principal). Jensen and Meckling (1976)

juga menyatakan bahwa, teori ini mengutamakan adanya perbedaan atau terpisahanya

fungsi antara kepemilikan (prinsipal) dengan fungsi manajemen (agen). Adanya

perbedaan atau terpisahnya fungsi ini menyebabkan timbulnya suatu permasalahan

atau konflik yang disebut sebagai masalah keagenan (agency problem). Timbulnya

konflik ini dikarenakan pihak manajemen memiliki kesempatan untuk mencapai

keinginan pribadi mereka dan tentu saja mengabaikan kepentingan dan keinginan dari

para pihak pemegang saham sebagai pemilik perusahaan.

Konsep dari teori keagenan ini adalah agen mempunyai jauh lebih banyak

(30)

2

informasi yang dimiliki oleh prinsipal. Hal ini tentu saja menimbulkan adanya

asimetri informasi (information assymmetry) dan otomatis pihak prinsipal pun

mewaspadai segala perilaku yang dilakukan oleh agen serta memiliki

ketidakpercayaan apakah kepentingan mereka telah diutamakan oleh para agen.

Konsep lainnya ialah kontrak atau hubungan keagenan ini dimanfaatkan oleh

prinsipal dan agen yang berperilaku rasional dengan tujuan mengoptimalkan

kepentingannya masing-masing, sehingga dapat dinyatakan bahwa agen memiliki

tujuan pribadinya yang mendorong ia untuk tidak mengutamakan tujuan dan

kepentingan dari prinsipal sebagai pemilik perusahaan (Adams, 1994). Tujuan

mementingkan diri sendiri ini dikarenakan adanya moral hazard dari agen dan

masalahnya sering dikenal sebagai moral hazard problem. Selain itu, yang juga

menjadi sebuah permasalahan ialah munculnya adverse selection yang artinya

pemilik perusahaan (prinsipal) tidak dapat dengan pasti mengetahui bahwa

manajemen (agen) yang dipilih memang mempunyai kemampuan sesuai dengan

bidangnya dan apakah ia bersedia untuk mengutamakan kepentingan prinsipal

dibandingkan kepentingan dirinya sendiri (Gilardi, 2001).

Kita sering mendengar istilah agency cost, agency cost merupakan biaya-biaya

yang ditanggung oleh pemilik perusahaan (prinsipal) untuk mencegah terjadinya

agency problem. Biaya untuk melakukan monitoring adalah salah satu bentuk biaya

yang dikeluarkan oleh pemilik perusahaan (prinsipal). Contohnya adalah uang yang

(31)

3

(Adams, 1994). Biaya monitoring untuk melakukan audit laporan keuangan

merupakan salah satu cara untuk mencegah terjadinya agency problem. Setiawan

(dalam Rahayu, 2012), dalam teori agensi, auditor adalah pihak yang dianggap

mampu menengahi kepentingan pihak prinsipal dan agen dalam mengelola keuangan

perusahaan. Auditor independen juga berfungsi untuk mengurangi tejadinya agency

problem yang timbul dari perilaku mementingkan diri sendiri yang dilakukan oleh

agen. Perbedaan kepentingan tersebut rentan menyebabkan konflik, terjadinya konflik

cenderung menyebabkan manajemen diganti dan pergantian manajemen diikuti

dengan pergantian auditor.

2.1.2 Teori Sinyal (Signalling Theory)

Teori sinyal memanfaatkan bahwa terdapat kandungan informasi pada

pengumuman suatu informasi yang dapat menjadi sinyal bagi investor dan pihak

potensial lainnya dalam mengambil keputusan ekonomi. Suatu pengumuman

dikatakan mengandung informasi apabila dapat memicu reaksi pasar, yaitu dapat

berupa perubahan harga saham atau abnormal return. Apabila pengumuman tersebut

memberikan dampat positif berupa kenaikan harga saham, maka pengumuman

tersebut merupakan sinyal positif. Namun jika pengumuman tersebut memberikan

dampak negatif, maka pengumuman tersebut merupakan sinyal negatif. Berdasarkan

teori ini maka pengumuman laporan keuangan atau laporan audit merupakan

informasi yang penting dan dapat mempengaruhi dalam proses pengambilan

(32)

4

Manfaat utama teori ini adalah akurasi dan ketepatan waktu penyajian laporan

keuangan ke publik adalah sinyal dari perusahaan akan adanya informasi yang

bermanfaat dalam kebutuhan untuk pengambilan keputusan dari inverstor. Semakin

panjang audit delay menyebabkan ketidakpastian pergerakan harga saham (Wiwik,

2006). Investor dapat mengartikan lamanya audit delay disebabkan perusahaan

memiliki bad news yang dianggap sebagai sinyal negatif karena tidak segera

mempublikasikan laporan keuangannya, yang akan berakibat pada penurunan harga

saham perusahaan.

2.1.3 Peraturan Pemerintah Mengenai Rotasi Wajib Auditor

Akibat dari adanya kasus Enron di Amerika Serikat pada tahun 2001 yang

mengakibatkan runtuhnya KAP Arthur Anderson, berbagai negara kini menetapkan

aturan mengenai rotasi wajib auditor. Indonesia juga pernah mengalami hal serupa,

skandal yang melibatkan auditor pernah terjadi pada perusahaan PT. Kimia Farma

Tbk yang melakukan manajemen laba pada laporan keuangan tanggal 31 Desember

2001. Pada saat itu yang menjadi auditor adalah KAP Hans Tuanakotta & Mustofa

(HTM). Akibat skandal ini, KAP Hans Tuanakotta & Mustofa menghadapi sanksi

yang cukup berat dengan dihentikannya jasa audit mereka dan dikenakan sanksi

denda sebesar Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah). Hal ini terjadi bukan karena

kesalahan KAP HTM semata yang tidak mampu melakukan review menyeluruh atas

semua elemen laporan keuangan, tetapi lebih karena kesalahan manajemen Kimia

(33)

5

Sejak saat itu, Indonesia menetapkan aturan mengenai Pergantian KAP dan

Auditor melalui Keputusan Menteri Keuangan No. 359/ KMK.06/ 2003 tentang “Jasa

Akuntan Publik” yang berbunyi, pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan

dari suatu entitas dapat dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) paling lama 5

(lima) tahun buku berturut-turut dan oleh seorang Akuntan Publik paling lama 3

(tiga) tahun buku berturut-turut.

Peraturan yang mengatur tentang pembatasan masa penugasan auditor ini

kemudian disempurnakan padatanggal 5 Februari 2008 melalui Peraturan Menteri

Keuangan Republik Indonesia No. 17/PMK.01/2008 tentang “Jasa Akuntan Publik”.

Terdapat perubahan mengenai pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan

sebuah entitas. Pada pasal 3 ayat (1) dijelaskan bahwa pemberian jasa audit kepada

satu klien yang sama dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) yang sama

maksimal selama 6 (enam) tahun buku berturut-turut dan oleh seorang Akuntan

Publik yang sama selama 3 (tiga) tahun buku bertutut-turut. Sedangkan pada Pasal 3

ayat (2) dan (3) menyatakan bahwa, Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik

(KAP) dapat menerima kembali penugasan audit umum untuk klien setelah 1 (satu)

tahun buku tidak memberikan jasa audit umum atas laporan keuangan klien yang

sama.

Aturan tersebut mengharuskan perusahaan untuk melaksanakan rotasi audit

dengan jangka waktu yang telah ditetapkan. Penjelasan diatas yaitu mengenai auditor

(34)

6

difokuskan kepada terjadinya auditor switching yang lebih bersifat sukarela

(voluntary) terlepas dari peraturan tersebut.

2.1.4 Pengertian Auditing

Menurut Sukrisno (2004: 3) auditing adalah suatu pemeriksaan yang

dilakukan secara kritis dan sistematis oleh pihak yang independen terhadap laporan

keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan pembukuan

dan bukti-bukti pendukungnya dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat

mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.

Menurut Mulyadi (2002: 9) secara umum auditing adalah suatu proses

sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai

pernyataan-pernyataan tentang kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan

tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah

ditentukan, serta menyampaikan hasilnya kepada pihak yang berkepentingan.

2.1.5 Manfaat Audit

Menurut Abdul (2008) manfaat audit dapat dipandang dari dua sisi, yaitu:

1) Manfaat audit dari sisi ekonomis

a) Meningkatkan kredibilitas perusahaan

Laporan keuangan yang diaudit oleh auditor independen akan lebih

dipercaya oleh para pemakai laporan keuangan dari pada laporan

keuangan yang tidak diaudit. Kredibilitas perusahaan di mata pemakai

(35)

7

terutama investor dan kreditor, akan memandang bahwa risiko investasi

atas perusahaan tersebut relatif rendah daripada perusahaan yang

laporan keuangannya tidak diaudit.

b) Meningkatkan efisiensi dan kejujuran

Audit laporan keuangan yang dilakukan secara berfrekuensi teratur akan

membawa dampak positif bagi efisiensi dan kejujuran karyawan. Bila

karyawan mengetahui bahwa audit independen akan dilakukan, maka ia

akan berusaha menekan sekecil mungkin kesalahan dalam proses

akuntansi dan mengurangi kesalahan penilaian aktiva.

c) Meningkatkan efisiensi operasional perusahaan

Auditor independen, berdasarkan pengujiannya dapat memberikan

rekomendasi-rekomendasi untuk memperbaiki pengendalian internal

dan untuk meningkatkan efisiensi operasional perusahaan klien.

d) Mendorong efisiensi pasar modal

Pada tingkat makro, audit memberi dampak positif yang sangat penting.

Audit yang dilakukan secara efektif akan menghasilkan laporan

keuangan auditan yang berkualitas, relevan dan handal atau reliable.

Dengan demikian, pasar modal yang menggunakan informasi yang

dihasilkan laporan keuangan sebagai sumber informasi utamanya, akan

(36)

8

menghasilkan alokasi sumber daya yang efisien pula sehingga

perekonomian nasional akan berjalan secara efisien.

2) Manfaat audit dari sisi pengawasan

a) Preventive Controll

Tenaga akuntansi akan bekerja lebih berhati-hati dan akurat bila mereka

menyadari akan audit.

b) Detective Controll

Suatu penyimpangan atau kesalahan yang terjadi lazimnya akan dapat

diketahui dan dikoreksi melalui suatu proses audit.

c) Reporting Controll

Setiap kesalahan perhitungan, penyajian, atau pengungkapan yang tidak

dikoreksi dalam keuangan akan disebutkan dalam laporan pemeriksaan.

Dengan demikian pembaca laporan keuangan terhindar dari informasi

yang keliru atau menyesatkan.

2.1.6 Tahapan Audit Laporan Keuangan

Menurut Al. Haryono (2001 : 169) proses audit dalam laporan keuangan baik

audit pada perusahaan besar maupun kecil selalu terdapat empat tahapan kegiatan

yaitu:

1) Penerimaan Penugasan

Tahap awal dalam suatu audit laporan keuangan adalah mengambil

keputusan untuk menerima atau menolak suatu kesempatan menjadi

(37)

9

ini hanya standar umum dari standar auditing yang perlu diterapkan. Pada

umumnya keputusan untuk menerima atau menolak ini sudah dilakukan

sejak enam hingga sembilan bulan sebelum akhir tahun buku yang akan

diperiksa.

2) Perencanaan Audit

Tahap kedua dari suatu audit menyangkut penerapan strategi audit untuk

pelaksanaan dan penentuan lingkup audit. Penerapan merupakan tahap

yang paling sulit dan sangat menentukan keberhasilan penugasan audit.

Dalam tahap ini perlu diterapkan standar umum dan standar pekerjaan dari

standar auditing. Perencanaan audit biasanya dilakukan antar tiga hingga

enam bulan sebelum akhir tahun buku klien.

3) Pelaksanaan Pengujian Audit

Tahap ketiga dalam laporan keuangan adalah melaksanakan pengujian

audit (audit test). Tahap ini sering disebut juga sebagai pelaksanaan

pekerjaan lapangan. Tujuan utama tahap ini adalah mendapatkan bukti

mengenai efektivitas struktur pengendalian intern klien dan kewajaran

laporan keuangannya. Pada tahap ini harus diterapkan standar umum dan

standar lapangan dari standar audit

4) Pelaporan Temuan

Tahap terakhir dari suatu audit adalah pelaporan temuan. Laporan audit

(38)

10

tanpa pengecualian, atau bisa juga menyimpang dari laporan standar. Pada

tahap ini harus dilaksanakan standar umum dan standar pelaporan dari

standar auditing. Laporan audit biasanya antar satu hingga tiga minggu

setelah berakhirnya pekerjaan lapangan.

2.1.7 Laporan Keuangan

Laporan keuangan menjadi salah satu alat yang digunakan oleh penggunanya

untuk mengambil suatu keputusan, dalam laporan keuangan berisi

informasi-informasi penting mengenai kinerja dari perusahaan tersebut. Menurut Standar

Akuntansi Keuangan (2012:1) laporan keuangan merupakan bagian dari proses

pelaporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laba rugi, laporan

perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara misalnya

sebagai laporan arus kas, dan laporan arus dana). Menurut Setiawan (2013), laporan

keuangan perusahaan merupakan salah satu sumber informasi yang penting

disamping informasi lain seperti informasi industri, kondisi perekonomian, pangsa

perusahaan, kualitas manajemen dan lainnya. Berbeda dengan setiawan, menurut

Zaki Baridwan (2013: 17), laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses

pencatatan, merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi

selama tahun buku yang bersangkutan.

Laporan keuangan ini dibuat oleh manajemen dengan tujuan untuk

mempertanggungjawabkan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya oleh para

(39)

11

lain yaitu sebagai laporan kepada pihak-pihak yang berkepentingan di luar

perusahaan.Berdasarkan hal tersebut, informasi yang terkandung dalam laporan

keuangan tersebut haruslah lengkap dan jelas serta dapat menggambarkan secara

tepat kejadian-kejadian ekonomi dalam perusahaan yang berpengaruh terhadap

hasil operasi usaha tersebut.

Konsep pengungkapan yang umumnya diusulkan adalah pengungkapan yang

cukup (adequate), wajar (fair), dan lengkap (full) (Lestari, 2010: 16). Dalam Standar

Akuntansi Keuangan (2012: 5) yang diterbitkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia

disebutkanterdapat empat karakteristik kualitatif pokok dalam laporan keuangan

yaitu:

1) Dapat Dipahami

Kualitas penting informasi dalam laporan keuangan adalah kemudahannya untuk

dapat dipahami oleh pengguna. Dalam hal ini, pengguna diasumsikan memiliki

pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi,

serta kemauan untuk mempelajari informasi dengan ketekunan yang wajar.

2) Relevan

Informasi yang relevan yaitu informasi dapat memenuhi kebutuhan pengguna

dalam proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas relevan

apabila dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pengguna, dengan membantu

mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini dan masa depan, menegaskan atau

(40)

12

pengambil keputusan sebelum kehilangan kesempatan atau untuk mempengaruhi

keputusan yang diambil.

3) Keandalan

Informasi harus bersifat andal (reliable). Informasi memiliki kualitas andal jika

bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan dapat

diandalkan penggunaannya sebagai penyajian yang tulus atau jujur (faithful

representation) dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar

diharapkan dapat disajikan.

4) Dapat dibandingkan

Pengguna harus dapat memperbandingkan laporan keuangan perusahaan antar

periode untuk mengidentifikasikan kecenderungan (trend) posisi dan kinerja

keuangan. Pengguna juga harus dapat memperbandingkan laporan keuangan

antar perusahaan untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja, serta perubahan

posisi keuangan secara relatif. Ketaatan pada standar akuntansi keuangan,

termasuk pengungkapan kebijakan akuntansi yang digunakan oleh perusahaan

dapat membantu dalam mencapai karakteristik ini.

2.1.8 Audit Delay

Audit delay didefinisikan sebagai lamanya waktu penyelesaian audit yang

diukur dari tanggal penutupan tahun buku, hingga tanggal diselesaikannya laporan

auditor independen (Wiwik Utami, 2006). Lamanya waktu audit ini dihitung dari

(41)

13

auditor independen yang dikeluarkan oleh Kantor Akuntan Publik (Prasongkoputra,

2013). Hal ini sesuai dengan definisi Yuliyanti (2011: 13), dimana audit delay adalah

waktu antara tanggal laporan keuangan dan laporan audit. Informasi yang mempunyai

nilai tinggi dapat menjadi informasi yang tidak relevan apabila tidak tersedia pada

saat dibutuhkan atau tepat pada waktunya. Ketepatan waktu dalam menyampaikan

laporan keuangan dan keakuratannya sangat mempengaruhi nilai manfaat bagi

penggunanya, sehingga laporan keuangan harus disajikan tepat pada waktunya.

Menurut Ashtonet.al. (1987) yang didukung oleh Lawence dan Bryan (1998)

menyatakan bahwa proses audit sangat memerlukan waktu yang berakibat adanya

audit delay yang nantinya akan sangat berpengaruh pada ketepatan waktu pelaporan

keuangan. Semakin panjang audit delay maka akan berdampak negatif, karena

informasi yang terkandung dalam laporan keuangan tersebut akan mengurangi nilai

manfaatnya karena tidak lagi relevan bagi para pengguna informasi keuangan tersebut

dalam hal di sini adalah investor. Givoly dan Palmon (1992) menyatakan lamanya

waktu penyelesaian audit akan dapat mempengaruhi ketepatan waktu publikasi

informasi keuangan auditan, sehingga berdampak pada reaksi pasar terhadap

keterlambatan informasi tersebut dan mempengaruhi tingkat ketidakpastian

keputusan yang didasarkan pada informasi yang dipublikasikan. Bamber dan

Schoderbek (1993) menyatakan bahwa penundaan pelaporan keuangan dikaitkan

dengan kesulitan finansial, adanya kontrak dalam proses dan usaha manajemen untuk

(42)

14

Jadi dapat disimpulkan, bahwa ketepatwaktuan dalam penyampaian informasi

merupakan kualitas yang berkaitan dengan ketersediaan informasi pada saat

dibutuhkan. Lamanya waktu antara tanggal laporan keuangan dan laporan audit

(audit delay) mencerminkan ketepatwaktuan penyampaian laporan keuangan.

Ketepatwaktuan penyampaian informasi mengandung arti bahwa informasi tersedia

sebelum kehilangan kemampuannya untuk mempengaruhi atau membuat perbedaaan

dalam keputusan.

2.1.9 Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan merupakan pengukur yang menunjukkan besar atau

kecilnya suatu perusahaan yang dapat dilihat dari jumlah aset yang dimiliki oleh

perusahaan. Setiawan (2013), mengartikan ukuran perusahaan sebagai suatu skala

dimana dapat diklasifikasikan besar kecil perusahaan dengan berbagai cara antara lain

dinyatakan dalam total aktiva, nilai pasar saham, dan lain-lain. Chambers dan

Pennman (1984), melakukan penelitian di Amerika menemukan bukti empiris bahwa

ada hubungan terbalik antara ukuran perusahaan dengan audit delay.

Machfoedz (dalam Indriani, 2014), menyebutkan pada dasarnya Ukuran

Perusahaan terbagi pada tiga kategori, yaitu perusahaan besar (large firm),

perusahaan menengah (medium size), dan perusahaan kecil (small firm). Penentuan

perusahaan ini didasarkan pada total aset perusahaan, kategori ukuran perusahaan

(43)

15 1) Perusahaan Besar

Perusahaan besar adalah perusahaan yang memiliki kekayaan bersih lebih besar

dari Rp 10 Milyar termasuk tanah dan bangunan. Memiliki penjualan lebih dari

Rp50Milyar/tahun.

2) Perusahaan Menengah

Perusahaan menengah adalah perusahaan yang memiliki kekayaan bersih Rp

1-10 Milyar termasuk tanah dan bangunan. Memiliki hasil penjualan lebih besar

dari Rp 1 Milyar dan kurang dari Rp 50 Milyar.

3) Perusahaan Kecil

Perusahaan kecil adalah perusahaan yang memiliki kekayaan bersih paling

banyak Rp 200 juta tidak termasuk tanah dan bangunan dan memiliki hasil

penjualan minimal Rp 1Milyar/tahun.

2.1.10 Profitabilitas

Profitabilitas mencerminkan suatu keberhasilan perusahaan dalam

memperoleh keuntungan dari kegiatan operasionalnya. Menurut Hanafi dan Halim

(2000), profitabilitas mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan

(profitabilitas) pada tingkat penjualan, aset, dan modal saham tertentu. Profitabilitas

merupakan suatu indikator kinerja yang dilakukan oleh manajemen dalam mengelola

kekayaan perusahaan yang ditunjukan oleh laba yang dihasilkan. Secara garis besar

laba yang dihasilkan perusahaan berasal dari penjualan dan investasi yang dilakukan

oleh perusahaan.Perusahaan tidak akan menunda penyampaian informasi yang berisi

(44)

16

cenderung mengalami audit delay yang lebih pendek, sehingga hal tersebut dapat

segera disampaikan kepada para investor dan pihak-pihak yang berkepentingan

(Indriani, 2014).

Penelitian ini mengukur profitabilitas dengan menggunakan ROA karena

dapat menilai apakah perusahaan telah efisien dalam menggunakan aktivanya pada

kegiatan operasionalnya menghasilkan keuntungan. ROA (Return on Assets) adalah

perbandingan antara jumlah laba yang dihasilkan terhadap asset yang digunakan,

sehingga menunjukan sejumlah perusahaan mampu dalam menghasilkan laba dari

sumber daya (asset) yang dimiliki. Dengan demikian kemungkinan Profitabilitas

yang diukur dengan Return on Asset dapat mempengaruhi audit delay (Setiawan,

2013). Sedangkan Courtis (1976), tidak menemukan hubungan yang signifikan antara

keterlambatan pelaporan dan ukuran perusahaan, umur, jumlah pemegang saham, dan

panjang laporan tahunan di Selandia Baru. Tetapi, ditemukannya hubungan terbalik

antara laba mutlak dan keterlambatan pelaporan pada penelitian tersebut.

2.1.11 Leverage

Rasio leverage atau rasio solvabilitas adalah rasio yang digunakan untuk

mengukur seberapa besar aset perusahaan dibiayai oleh utang. Menurut Kasmir

(2009), rasio leverage digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk

membayar seluruh kewajibannya baik jangka pendek maupun jangka panjang apabila

(45)

17

Menurut Brigham dan Houston (2009), rasio leverage memiliki tiga

implikasi penting yaitu:

a) Dengan memperoleh dana melalui utang, para pemegang saham dapat

mempertahankan kendali mereka atas perusahaan tersebut sekaligus membatasi

investasi yang mereka berikan.

b) Kreditor akan melihat pada ekuitas, atau dana yang diperoleh sendiri, sebagai

suatu batasan keamanan, sehingga semakin tinggi proporsi dari jumlah modal

yang diberikan oleh pemegang saham, maka semakin kecil risiko yang harus

dihadapi kreditor.

c) Jika perusahaan mendapatkan hasil dari investasi yang didanai dengan dana hasil

pinjaman lebih besar daripada bunga yang dibayarkan, maka pengembalian dari

modal pemilik akan diperbesar, atau “diungkir” (leveraged).

2.1.12 Pergantian Auditor

Pergantian auditor (auditor switching) adalah pergantian Akuntan Publik

atau Kantor Akuntan Publik (KAP) yang dilakukan oleh perusahaan klien. Menurut

Halim (1997), terdapat beberapa faktor penyebab dari adanya pergantian auditor

yakni adanya merjer antara dua perusahaan yang memiliki kantor akuntan publik

yang berbeda, ketidakpuasan atas kinerja kantor akuntan publik yang terdahulu, dan

mungkin saja karena adanya merjer antar kantor akuntan publik.

Secara garis besar terdapat dua faktor yang melatarbelakangi perusahaan dalam

(46)

18

(client related factor) yang terdiri dari kesulitan keuangan, manajemen yang gagal,

perubahan ownership, Initial Public Offering (IPO) dan faktor selanjutnya adalah

faktor yang berasal dari eksternal perusahaan atau faktor auditor (auditor related

factor) yang terdiri dari fee audit dan kualitas audit (Mardiyah, 2002). Hal ini

dipertegas oleh Rahayu (2012), yang mengungkapkan dua pendekatan untuk

mengetahui apa yang menyebabkan perusahaan memutuskan untuk melakukan

pergantian Akuntan Publik atau Kantor Akuntan Publik (KAP) yaitu dari segi auditor

dan segi perusahaan itu sendiri.

Jika perusahaan mengganti auditornya bukan dalam kondisi yang

mengharuskan ia untuk mengganti auditor, maka dapat diprediksi bahwa terdapat dua

kemungkinan yang terjadi. Pertama, pihak auditor mengundurkan diri dari

pekerjaannya atau yang kedua adalah pihak perusahaan memutus ikatan kontrak

kepada auditor tersebut. Salah satunya mungkin akan terjadi diantara dua

kemungkinan tersebut, namun fokus utama bukanlah pada hal itu melainkan apa saja

alasan yang melatar belakangi perusahaan mengganti auditornya secara sukarela

(voluntary) dan siapa yang akan menjadi auditor selanjutnya dari perusahaan tersebut.

Menurut Wijayani (2011), alasan yang paling umum dari terjadinya pergantian

auditor adalah tidak sepakatnya perusahaan sebagai klien pada praktik akuntansi

tertentu yang dilakukan oleh auditor sehinggamenyebabkan perusahaan mengganti

auditor terdahulu dengan auditor baru yang mampu sepakat dengan kebijakan dan

(47)

19

Nagy (2005) menyatakan bahwa, saat perusahaan mengganti auditornya ke

auditor yang baru, tentu saja akan timbul ketimpangan informasi atau suatu keadaan

yang sering dikenal sebagai asimetri informasi antara perusahaan dengan auditor

yang baru. Hal ini disebabkan karena perusahaan memiliki informasi yang jauh lebih

banyak dan lebih mencerminkan keadaan perusahaan sesungguhnya dibandingkan

informasi yang dimiliki oleh auditor baru. Jika auditor menerima permintaan

pelaksanaan penugasan audit oleh perusahaan, maka dapat diprediksi ada dua alasan

yang mendasarinya. Pertama, auditor menerima permintaan tersebut karena memiliki

akses yang cukup baik kepada auditor terdahulu sehingga dapat lebih mudah untuk

meminta informasi mengenai keseluruhan usaha perusahaan. Alasan kedua, bisa saja

auditor menerima permintaan pelaksanaan penugasan audit oleh perusahaan karena

hal selain alasan pertama, contohnya adalah alasan finansial, padahal auditor baru ini

belum tentu memahami dengan baik apa usaha dari perusahaan tersebut.

2.2 Rumusan Hipotesis Penelitian

2.2.1 Pengaruh Ukuran Perusahaan pada Audit Delay

Penelitian yang dilakukan oleh (Carslaw dan Kaplan, 1991 dalam

Prasongkoputra, 2013:30) meyatakan bahwa internal kontrol pada perusahaan besar

lebih kuat dan terencana, sehingga membuat kemungkinan kesalahan pada laporan

keuangan lebih sedikit dan memungkinkan auditor dapat mengandalkan

informasi yang terdapat pada laporan keuangan. Penelitian yang dilakukan oleh

(48)

20

diaudit maka audit delay akan semakin lama, ini berkaitan dengan semakin

banyaknya sampel yang harus diambil dan semakin luas prosedut audit yang harus

ditempuh. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Yuliyanti (2011); Ettredge (2009);

Kartika (2009); Rachmawati (2008) yaitu ukuran perusahaan berpengaruh positif

terhadap audit delay. Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis pertama yang

terbentuk yaitu:

H1: Ukuran perusahaan berpengaruh positif pada audit delay.

2.2.2 Pengaruh Profitabilitas pada Audit Delay

Perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas yang tinggi membutuhkan

waktu audit lebih cepat karena adanya pertanggungjawaban untuk

menyampaikan kabar baik kepada publik (Estrini, 2013). Profitabilitas pada

penelitian ini menggunakan ROA, perusahaan dengan ROA yang tinggi berarti

perusahaan telah menggunakan aset-asetnya secara efisien sehingga dapat

menghasilkan laba yang tinggi bagi perusahaan maupun pemegang saham. Jadi,

perusahaan memiliki insentif yang besar untuk menerbitkan laporan keuangan

lebih cepat untuk memberikan sinyal positif kepada para pengguna laporan

keuangan khususnya investor (Scott, 2010 dalam Prasongkoputra, 2013:62).

Hal ini dapat dijelaskan dalam penelitian Purnamasari (2012), menyatakan

tingkat profitabilitas perusahaan yang lebih tinggi membutuhkan waktu dalam

pengauditan laporan keuangan lebih cepat dikarenakan keharusan untuk

(49)

21

(2013); Rachmawati (2008); Yulianty (2011); Aryati (2005) menejelaskan bahwa

profitabilitas berpengaruh negatif signifikan terhadap audit delay. Berdasarkan uraian

di atas, maka hipotesis kedua yang terbentuk yaitu:

H2: Profitabilitas tidak berpengaruh pada audit delay.

2.2.3 Pengaruh Leverage pada Audit Delay

Menurut Kartika (2011), solvabilitas mencerminkan kemampuan perusahaan

untuk membayar seluruh kewajiban perusahaan. Perusahaan dikatakan mampu

apabila perusahaan mempunyai aktiva yang cukup untuk membayar semua

hutangnya. Sebaliknya, apabila proporsi hutang lebih besar dari aktiva yang dimiliki

perusahaan akan mengakibatkan kerugian dan dapat meningkatkan kehati-hatian dari

auditor terhadap laporan keuangan yang akan diaudit. Kehati-hatian auditor dalam

menyelesaikan audit laporan keuangan akan mengakibatkan keterlambatan dalam

menyampaikan laporan keuangan kepada publik.

Lianto dan Kusuma (2010) mengungkapkan proporsi hutang yang besar

terhadap total aktiva akan meningkatkan kecenderungan kerugian dan dapat

meningkatkan kehati-hatian auditor terhadap laporan keuangan yang akan diaudit,

sehingga penyelesaian audit atas laporan keuangan dapat mengalami keterlambatan.

Hasil penelitian yang dilakukan Silvia dan Wirakusuma (2013); Yuliyanti (2011);

Lestari (2010:65) menjelaskan bahwa, variabel leverage berpengaruh positif terhadap

lamanya audit delay. Berdasarkan uraian tersebut maka dapat disusun hipotesis ketiga

(50)

22

H3: Leverage berpengaruh positif pada audit delay.

2.2.4 Pengaruh Ukuran Perusahaan pada Audit Delay yang Dimoderasi oleh Pergantian Auditor

Ukuran perusahaan merupakan suatu skala yang mengkasifikasikan besar

kecilnya perusahaan yang berhubungan dengan financial perusahaan. Dimana

perusahaan yang besar dipercayai dapat menyelesaikan kesulitasn-kesulitan keuangan

yang dihadapinya daripada perushaan kecil (Mutchler, 1985). Perusahaan besar

cenderung lebih mempunyai kendali internal yang lebih ketat sehingga memudahkan

proses audit oleh auditor independen, sehingga dapat mengurangi audit delay (Habib

dan Bhuiyan, 2011). Terlebih apabila ukuran perusahaan tersebut besar, maka

perusahaan tentunya akan menginginkan pemilihan auditor yang memiliki kualitas

yang tinggi, yang dapat menyebabkan terjadinya pergantian auditor. Hasil penelitan

Setiawan (2013); Rachmawati (2008); Subekti dan Widiyanti (2004) menyatakan

ukuran perusahaan berpengaruh signifikan pada audit delay. Berdasarkan uraian di

atas, maka hipotesis keempat adalah:

H4: Pergantian auditor memperkuat pengaruh ukuran perusahaan pada audit delay.

2.2.5 Pengaruh Profitabilitas pada Audit Delay yang Dimoderasi oleh Pergantian Auditor

Profitabilitas merupakan suatu tolak ukur kinerja keuangan yang dapat

menggambarkan reputasi klien secara menyeluruh (Sartono, 2004). Profitabilitas

(51)

23

digunakan sebagai salah satu indikator untuk menilai kondisi keuangan perusahaan

tersebut (Kartika, 2006; dalam Damayanti dan Sudarma, 2008). Persentase Perubahan

ROA yang semakin besar menunjukkan semakin baik pula prospek bisnisnya. Hal itu

dapat mendorong perusahaan untuk mengganti auditor karena kinerja keuangan

perusahaan yang semakin membaik, perusahaan merasa mampu untuk membayar

Kantor Akuntan Publik lain yang mungkin memiliki kualitas audit yang lebih baik

dari Kantor Akuntan Publik yang dipakainya (Trisnawati dan Wijaya, 2009). Hasil

penelitian yang dilakukan oleh Estrini (2013); Lestari (2010); dan Siwy (2012)

menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh terhadap audit delay. Berdasarkan

uraian di atas, maka hipotesis selanjutnya adalah:

H5: Pergantian auditor memperkuat pengaruh profitabilitas pada audit delay.

2.2.6 Pengaruh Leverage pada Audit Delay yang Dimoderasi oleh Pergantian Auditor

Rasio leverage atau rasio solvabilitas adalah rasio yang digunakan untuk

mengukur seberapa besar aset perusahaan dibiayai oleh utang. Menurut Kasmir

(2009), rasio leverage digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk

membayar seluruh kewajibannya baik jangka pendek maupun jangka panjang apabila

perusahaan dilikuidasi. Manajer memiliki kesempatan untuk mengalihkan

kesejahteraan debtholder dengan melakukan berbagai tindakan (Jensen dan

Meckling, 1976). Berdasarkan hal tersebut, maka semakin meningkat jumlah utang,

(52)

24

debtholder. Perjanjian utang yang umumnya bersumber pada informasi akuntansi

kemudian disusun untuk membatasi pengalihan kesejahteraan itu. Pengauditan yang

berkualitas selanjutnya dibutuhkan untuk meningkatkan reliabilitas informasi

akuntansi yang digunakan untuk meverifikasi kepatuhan perusahaan terhadap

perjanjian utang tersebut. Berdasarkan hal tersebut dapat memungkinkan timbulnya

kecenderungan perusahaan untuk berganti ke auditor yang mempunyai kualitas lebih

baik. Klien akan menginginkan KAP yang memiliki auditor berpengalaman dan

mempunyai alat-alat yang canggih atau prosesing data elektronik yang canggih

sehingga akan mengurangi terjadinya audit delay. Hasil penelitian Rachmawati

(2008); Widiyanti dan Wirakusuma (2012); Sumartini (2014); dan Juanita (2012)

menyatakan bahwa lev

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga Laporan Tugas Akhir dengan Judul “ Tinjauan Atas Prosedur

Pembuangan  produk­produk  plastik  dan  bahan­ bahan  polimer  berbasis  petrakimla  pada  akhir  penggunaannya  terah  menyebabkan  problem  lingkungan yang 

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul, LITERASI MEDIA REMAJA

Data yang diukur adalah jumlah nyamuk yang pindah dari sisi yang diberi perlakuan, yang dianalisis menggunakan uji ANAVA satu arah, dilanjutkan dengan uji beda

Dari tim kreatif melihat dulu mengapa Mamah menolak usulan tema, lalu apakah Mamah Dedeh juga memiliki tema yang lebih sesuai dan layak untuk materi ceramah mamah..

Ini bukan tanpa alasan mengingat banyak hal yang bisa saya dapat seperti menambah ilmu, ajang pembersihan diri dan hal terpenting bagi saya adalah, momen Haul

Dari hasil uji BNT dapat disimpulkan bahwa penambahan blotong kering sebesar 400 gram memberikan peningkatan jumlah badan buah (16,333) dan berat kering (101,667) jamur kuping

c. Terjalin kerjasama yang lebih baik dengna pemerintah daerah dan instasi terkait untuk pengmebangan pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi... Praktik Pengalaman Lapangan