UPAYA ETNIS TIONGHOA DALAM MELESTARIKAN
TRADISI PERAYAAN IMLEK DI KOTA STABAT
Oleh : Ferdiana Arifah NIM 3101121209
Program Studi Pendidikan Sejarah
SKRIPSI Diajukan Untuk
Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
ABSTRAK
FerdianaArifah, Nim : 3101121209, “Upaya Etnis Tionghoa Dalam Melestarikan Tradisi Perayaan Imlek. (Pembimbing : Drs. YusharTanjung, M.Si). Skripsi Jurusan Pendidikan Sejarah Program Studi S1, Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan. 2014.
ii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Alhamdulillahi Rabbil’Alamin, puji syukur saya ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada seluruh makhluk ciptaan-Nya serta Shalawat berangkai salam kepada Nabi Besar Muhammad S.W.T yang telah membawa kehidupan manusia dari zaman kebodohan sampai pada zaman yang penuh dengan pendidikan saat ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “UPAYA ETNIS TIONGHOA DALAM MELESTARIKAN TRADISI PERAYAAN IMLEK”
Penulisan skripsi ini dilakukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana (S-I) pada Fakultas Ilmu Sosial Jurusan Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Medan. Skripsi ini ditulis dengan mendapatkan banyak bimbingan,arahan,serta bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan dan ketulusan hati penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar,M.S selaku Rektor di Universitas Negeri Medan. 2. Bapak Dr.H. Restu, M.S selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas
Negeri Medan.
3. Ibu Dra.Hj. Lukitaningsih,M.Hum, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Medan.
4. Ibu Dra. Hj. Hafnita SD Lubis selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Medan.
5. Bapak Drs. Yushar Tanjung M,Si selaku dosen pembimbing skripsi penulis yang telah banyak sekali memberi arahan, dan masukan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Terima kasih bapak atas dorongan mental yang bapak berikan sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini.
iii
7. Ibu Drs. Ponirin selaku dosen Ahli Pembanding Utama yang telah mengoreksi dan banyak memberikan masukan kepada penulis hingga skripsi selesai. 8. Bapak Dr.Samsidar Tanjug selaku dosen Pembanding Bebas yang juga telah
banyak mengoreksi dan memberikan masukan kepada penulis hingga skripsi selesai.
9. Seluruh Dosen – dosen dan staf administrasi di jurusan pendidikan sejarah. 10.Ayahanda Kaharuddin dan Ibunda tercinta Sunarsih yang telah mendidik dan
membesarkan mendo’akan saya mulai dari saya terlahir di dunia ini dengan penuh kasih sayang dan rasa cinta yang tidak pernah ada habisnya yang tidak pernah saya dapatkan dari orang lain. Mudah – mudahan skripsi ini bisa menjadi sebuah kado kecil sebagai tanda kasih sayang saya sebagai anak kepada ayah dan ibu. Terimakasih yang telah berusaha menyekolahkan kami anak- anakmu ini.
11.Keluarga besar saya yang selalu memberi dukungan dan menjadi penyemangat penulis yaitu adinda Safridha Nurul Janah, Mak cik Saya Maimanah dan Zahriah beserta keluarga yang telah memberi tempat tinggal kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
iv
tidak akan dapat terselesaikan. kepada teman-teman dan pihak yang tidak bisa sebutkan satu-persatu namanya.
Penulis tidak dapat membalas semua kebaikan yang diberikan selama ini,Semoga Tuhan yang membalas dan memberikan semua kebaikan kepada kita semua. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih dan semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi semua pembaca. Penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dalam penyempurnaan skripsi ini.
Medan, Agustus 2014 Penulis,
1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Stabat adalah ibu kota Kabupaten Langkat provinsi Sumatera Utara. Stabat memiiliki luas daerah 90.46 km², merupakan kota kecamatan terbesar sekaligus penduduk terpadat di Kabupaten Langkat. Kecamatan ini dilalui oleh salah satu sungaiterpanjang di Sumatera Utara yakni Sungai Wampu yang sekaligus memisahkan kecamatan ini dengan Kecamatan Wampu di sebelah barat. Stabat juga dilalui oleh Jalan Raya Lintas Sumatera (Jalinsum Lintas Pantai Timur).Sebagian besar penduduk Kecamatan Stabat adalah Suku Melayu 60 % sebagai salah satu suku asli di Propinsi Sumatera Utara terutama di Kabupaten Langkat. Namun, Suku Tionghoa dan Suku Jawa cukup besar sekitar 30 % .
Orang Tionghoa dan Jawa telah lama melakukan migrasi ke bumi Langkat. Hal ini disebabkan dengan pembukaan perkebunan di Sumatera Timur pada masa pemerintahan Kolonial Belanda. Pesebaran orang Tionghoa dan orang Jawa di Sumatera Timur terbilang cepat, dikarenakan pemerintah koloni membutuhkan banyak tenaga kerja atau pekerja diperkebunan, sehingga pemerintah kolonial mengirimkan pekerja dari Cina dan Jawa. Orang Tionghoa pada saat itu hanya dipekerjakan sebagai buruh biasa atau kuli diperkebunan. Hingga periode kolonial Belanda berakhir orang- orang Tionghoa masih menetap di Langkat khususnya kota Stabat.
2 kebudayaan dibandingkan dengan keadaan daerah sekelilingnya. Kadang-kadang istilah Zhōngguó dipakai juga untuk menamai ibukota pusat kekaisaran yang membedakan penamaan kota dibawah kuasa pangeran yang berinduk pada kaisar. Sejalan dengan perkembangan zaman Zhōngguó juga dipakai sebagai singkatan penamaan dari republik tahun 1911 yang didirikan Dr. Sun Yat Sen ( Zhonghua Minguo). arti harafiah „negara rakyat Chunghwa‟, atau Republik Chunghwa
(sesuai istilah tata negara). Penyebutan singkat menjadi Chung Guo, dalam dialek Hokkian dibaca Tiongkok.Sedangkan warga masyarakatnya disebut Chunghwa atau dalam dialek Hokkian dilafalkan sebagai Tionghoa.
Di Indonesia Istilah “orang Tionghoa “ masih jadi perdebatan hingga kini
terus berlanjut. Relasi kekuasaan dalam konteks penjulukan yang ditunjukkan pada orang Tionghoa telah dijadikan politik identitas.Politik identitas telah terjadi pada zaman penjajahan Belanda.Sebutan Cina berasal dari bahasa Belanda Chi‟na
yang mengacu pada Cina kunciran.Istilah cina mengandung arti yang merendahkan, dan dianggap oleh orang yang bersangkutan sebagai sebutan yang bersifat menghina dan meremehkan.
3 adalah hal yang berkaitan dengan moralitas pribadi dan pemerintahan yang berdasarkan sifat-sifat ketradisionalan Tionghoa.
Di Indonesia ajaran Konghucu dianggap sebagai agama, fakta ini tidak akan bisa ditemukan di daratan Tiongkok atau negara lain. Karena memang pada dasarnya ajaran Konghucu tidak mengajarkan tentang surga dan neraka seperti yang diajarkan oleh agama pada umumnya melainkan mengajarkan tentang moralitas pribadi dan pemerintahan yang berdasarkan pada sifat-sifat tradisional Tionghoa.
Selain ajaran Konghucu, orang Tionghoa juga menganut ajaran Taoisme yaitu ajaran dari Cina yang menjadi pandangan hidup di Asia Timur yang menekankan pada hubungan harmonis antara manusia dengan alam semesta. Taoisme adalah salah satu ajaran filsafat yang bersifat mistik yang mampu mempengaruhi cara berfikir orang Tionghoa sampai abad ke-20.
Meskipun di Indonesia agama Tao tidak diakui secara resmi oleh pemerintah Indonesia namun banyak dari masyarakat Tionghoa yang menganut agama tersebut meskipun dalam katu identitas mereka tidak mencantumkan Tao sebagai agamanya, bahkan pada tahun 1974 di Medan dibentuk organisasi keagamaan tao yang diketuai oleh Taosu Kusumo, dan karena banyaknya dukungan dari berbagai masyarakat, terutama masyarakat Tionghoa yang memeluk agama Tao akhirnya pada tahun 1992 umat dan simpatisan tao membentuk suatu organisasi keagamaan dengan nama Majelis Taoisme Indonesia (MTI).
4 Salah satu tradisi yang masih dilestarikan oleh masyarakat Tionghoa di Kota Stabat adalah tradisi perayaan Imlek.Imlek adalah tradisi pergantian tahun. Asal-usul Imlek berasal dari Tiongkokdan perayaan ini sudah ada sejak zaman dinasti Xia ( 2100- 1600 M ), Perayaan Imlek pada masa itu disebut dengan “Chun Lie” , berarti Hari Raya Musim Semi. Hari Raya ini jatuh pada bulan Februari dan bila di negeri Tiongkok, Korea dan Jepang ditandai dengan sudah mulainya musim semi.
Pada setiap tahun masyarakat Tionghoa merayakan tradisi perayaan Imlek dengan dengan berbagai acara atau kegiatan diantaranya memasang lentera, menggantung gambar dewa didepan pintu, menyapu rumah, mengadakan jamuan makan bersama saat malam hari sebelum perayaan Imlek, pada saat perayaan imlek berlangsung diadakan sembahyang untuk leluhur, menyulut petasan dan kemudian melakukan kunjungan ketempat kerabat, atraksi barongsai, pesta kembang api, pentas musik yang khiem, warung semawis, dan lain- lain.
5 mengeluarkan undang- undang yang menghapus segala perbedaan antara Tionghoa dan pribumi.
1.2. Identifikasi Masalah
1. Asal usul etnis Tionghoa di Kota Stabat 2. Istilah Tionghoa
3. Upaya etnis Tionghoa di kota Stabat dalam mempertahankan tradisi imlek
4. Proses pelaksanaan perayaan Imlek di kota Stabat
5. Makna dan nilai yang terkandung dalam pelaksanaan tradisi perayaan imlek
1.3. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dibuat perumusan masalah yaitu:
1. Bagaimana sejarah kedatangan etnis Tionghoa di Kota Stabat ?
2. Bagaimana upaya masyarakat etnis Tionghoa di Kota Stabat dalam mempertahankan tradisi perayaan imlek ?
6 1.4. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan :
1. Untuk mengetahui sejarah kedatangan etnis Tionghoa di Kota Stabat 2. Untuk mengetahui upaya apa saja yang dilakukan masyarakat Tionghoa
di kota Stabat dalam mempertahan tradisinya dalam perayaan imlek. 3. Untuk mengetahui persiapan apa saja yang dilakukan masyarakat
Tionghoa dalam penyambutan perayaan imlek
4. Untuk mengtahui makna dan nilai apa saja yang terkadung dalam pelaksanaan tradisi perayaan imlek
1.5. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini :
1. Menambah wawasan bagi peneliti dan pembaca mengenai salah satu tradisi etnis Tionghoa
2. Memberikan pengalaman pada peneliti dalam penulisan karya ilmiah 3. Sebagai tambahan kepustakaan yang dijadikan karya ilmiah pada
63
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam mempertahankan tradisi imlek, para petua mengenalkan tradisi apa saja dalam perayaan imlek kepada para pemuda tionghoa. Selain itu para petua juga, melibatkan para pemuda untuk memeriahkan perayaan imlek setiap tahunnya, seperti menyuruh para pemuda untuk keliling kota dengan membawa lilin. Tradisi adat dan kebudayaan tahun baru Imlek di Indonesia tidak jauh berbeda dengan di China,hanya beberapa saja tradisi dan kebudayaan di Indonesia dengan China antara lain:
Tradisi Makan yang berbeda antara lain yaitu:
Di Indonesia pada saat tahun baru Imlek makanan mie yang disajikan
tidak ada pantangan untuk dipotong-potong.
Ikan yang disajikan tidak harus disisakan atau boleh dihabiskan
(Indonesia).
Makanan yang disajikan atau disediakan pada waktu tahun baru Imlek di Indonesia tidak harus berjumlah 12 macam sesuai Shio,hal ini tergantung pada keadaan dan kondisi ekonomi atau kemampuan ekonominya.
64 Tradisi tahun baru Imlek lainnya yaitu:
a. Tradisi pemberian Angpao pada saat tahun baru Imlek tidak ada pantangan atau larangan bahwa jumlah uangnya jumlahnya harus mengandug angka 8 dan dilarang yang mengandung angka4.
b. Pada saat malam tahun baru Imlek di Indonesia tidak ada tradisi atau tidak ada anjuran untuk berjudi.
c. Ucapan atau salam yang biasa diucapkan pada saat tahun baru Imlek di Indonesia hanya “Gong Xi fa Cai”
B. Saran
1. Kepada Pemerintah Daerah
Peneliti menyarankan agar pemerintah kelurahan Desa Perdamaian mendukung
dan mengijinkan setiap kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka diadakanya Tradisi
Imlek.Dengan adanya dukungan dari pemerintah setempat diharapkan Tradisi Imlek
ini dapat dilestariakan terus menerus.
2. Kepada masyarakat Tionghoa di Kota Stabat
Peneliti menyarankan supaya masyarakat Tionghoa di Kota Stabat selalu
mengadakan atau merayakan tradisi Imlek ini setiap tahunnya, serta masyarakat juga
harus mewariskan tradisi ini kepada anak cucu mereka dengan mengajak mereka
65 3. Kepada generasi muda Tionghoa di Kota Stabat
Peneliti menyarankan kepada generasi muda Tionghoa di Kota Stabat untuk tetap
melestarikan tradisi Imlek yaitu dengan turut berperan aktif dalam setiap kegiatan
ketika perayaan Imlek di tiba. Meraka hendaknya melestarikan tradisi leluhur mereka
DAFTAR PUSTAKA
Cushman, Gungwu.1991.Perubahan Identitas orang cina di Asia Tenggara.Jakarta:Grafiti
Keping Wang.2011. Etos Kebudayaan Cina.Jakarta:Gramedia
Suhadinata. 2009. WNI Keturunan Tonghoa dalam Stabilitas Ekonomi dan Politik Indonesia. Jakarta: Gramedia
Koentjaraningrat.2007.Manusia dan Kebudayaan di Indonesia.Jakarta:Djambatan _____________.1986. Pengantar ilmu Antropologi. Jakarta: Aksara Baru
Suryadinata, Leo. 2004. Dilema Minoritas Tionghoa.Jakarta:Grafitipers. Tan Mely.1981.Golongan Etnis Tionghoa di Indonesia.Jakarta: Gramedia Nazir Moh.2009. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia
Setiadi Elly.2008.Ilmu Sosial dan Budaya Dasar.Bandung:Perdana Media Group Sunarto Kumanto.2004.Pengantar Sosiologi.Jakarta:Lembaga penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.