• Tidak ada hasil yang ditemukan

INTERAKSI GAYA KEPEMIMPINAN DAN KEMATANGAN BAWAHAN TERHADAP KEEFEKTIFAN KEPEMIMPINAN DI SMP NEGERI LANGSA PROPINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM (UJI EMPIRIS) MODEL KEPEMIMPINAN SITUASIONAL HERSEY DAN BLANCHARD.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "INTERAKSI GAYA KEPEMIMPINAN DAN KEMATANGAN BAWAHAN TERHADAP KEEFEKTIFAN KEPEMIMPINAN DI SMP NEGERI LANGSA PROPINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM (UJI EMPIRIS) MODEL KEPEMIMPINAN SITUASIONAL HERSEY DAN BLANCHARD."

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

INTERAKSI GAYA KEPEMIMPINAN DAN KEMATANGAN

BAWAHAN TERHADAP KEEFEKTIFAN KEPEMIMPINAN

Dl SMP NEGERI LANGSA PROPINSI NANGGROE ACEH

DARUSSALAM

(WI

EMPIRIS)

MODEL

KEPEMIMPINAN

SITUASIONAL HERSEY

DAN BL\NCHJ4\RD

TESIS

Oleh:

OPERIANUS MENDR.OFA

NIM. 071188110058

Diajukan. Un.tuk: Memenuhi

P~j@U'atan

Memperole...\ Gelar

Magiatu

Pendldikan

Program Shtdi Administrui Pendidibn

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

ME DAN

(2)

INTERAKSI GAY A KEPEMIMPINAN DAN KEMATANGAN

BA W AHAN TERHADAP KEEFEKTIFAN KEPEMIMPINAN

DI SMP NEGERI LANGSA PROPINSI NANGGROE ACEH

DARUSSALAM (UJI EMPIRIS) MODEL KEPEMIMPINAN

SITUASIONAL HERSEY DAN BLANCHARD

Disusun Dan Diajukan Oleh

OPERTANUS MENDROFA

NIM 071188110058

Telah dipertahankan di depan Panitia Ujian Tes is pada tanggal 03 September 2009 dan dinyatakan telah memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Magister

Pendidikan Program Studi Administrasi Pendidikan

Prof. Dr. Bclferik Manullang

NIP.

130 518 778

Ketua Program Studi Administrasi Pendidikan

1

Prof. Dr. H. Syaiful Sagala, M.Pd

NIP. 13 1 648 293

Menyetujui Tim Pembimbing

Medan, 03 September 2009

Pembimbing II

()j)

(3)

PERSETUJUAN DEWAN PENGUJI

UJIAN TESIS MAGISTER PENDIDIKAN

No. NAMA

I. Prof. Dr. Belferik Manullang Pembimbing I

2. Prof. Dr. Siman M.Pd Pcmbimhing II

3. Prof. Dr. H. Syaiful Sagala M.Pd Penguji

4. Prof. Dian Armanto M.Sc., MA., M.Pd., Ph.D Penguj i

5. Prof. Dr. lbnu Hajar Damanik M.Si Penguji

Nama Mahasiswa : Operianus Mendrofa

NIM :071188110058

Tanggal Ujian Waktu Tern pat

(4)

KAT A PI':NGANTAR

Puji syukur penulis panjalkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan

karuni a-Nya yang senantiasa memberikan pertolongan sehingga tesi s ini dapat selesai

dt::ngan judul "'lnteraksi Gaya Kepemimpinan dan Kematangan Bawahan tcrhadap

Keefektifan Kepemimpinan di SMP Negeri Langsa Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam

(Uji Empiris) Model Kepemimpinan Situasional Hersey dan Blanchard".

Tesis ini dapat selesai karena atas bantuan moril dan materil dari berbagai pihak.

Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:

I. Bapak Prof. Dr. Belferik Manullang sebagai Pernbimbing I sekaligus Direktur

Pascasarjana Universitas Negeri Medan, Y311g telah banyak memberikan bimbingan dan

arahan sejak mulai proposal tesis ini ditulis hingga selesai, sehingga penul is dapat

menimbang ilmu lebih dalarn lagi dari Bapak secara teoritis.

2. Bapak Prof. Dr. Siman M.Pd sebagai Pembimbing II, yang selalu menyediakan

waktunya untuk membimbing penulis dan pengarahan dalarn metodologi penulisan tesis

sejak mulai menu lis proposal tesis hingga tesis ini selesai.

3. Bapak Prof. Dr. H. Syaiful Sagala M.Pd sebagai narasumber dan selalcu ketua Prodi

Administrasi Pendidikan, yang telah banyak memberikan masukan dalarn penulisan tesis

ini.

4. Bapak Prof. Dr. Dian Armanto M.Sc., MA., M.Pd., Ph.D sebagai narasumber yang telah

memberikan banyak masukan dalarn metode analisis data dan membantu penulis

memahami analisis anava duajalur faktorial4x4 hingga selesai.

5. Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar Damanik M.Si sebagai narasumber yang telah banyak

memberikan masukan kepada penulis dan wawasan yang luas akan masalah dalam

penelitian.

(5)

6. Bapak syarifuddin, M.Si .. Ph.D sebagai Asisten Direklur I yang telah memberikan

kemudahan dalam pengurusan sural izin pcnclitian.

7. Oapak Drs. Yasaratodo Wau M.Pd sebagai sekretaris Prodi Administradi Pendidik.an

yang telah ban yak memberikan dorongan kepada pcnulis dan masukan-masukan dalam

penyelesaian tesis ini.

8. Munzir Phonua SE sebagai pegawai Prodi Administrasi Pendidikan yang telah

membantu penulis dalam pengurusan surat menyurat.

9. Bapak Drs. Abdullah Gade selaku Kepala Dinas Pendidikan Kota Langsa yang telah

memberikan izin melakukan penelitian dilingkungan instansi Dinas Pendidikan Kota

Langsa khususnya di lingkungan SMP Negeri Langsa.

10. Bapak Alawansyah SE dan beserta pegawai yang telah membantu penulis dalam

pengurusan surat izin penelitian dalam lingkungan instansi Dinas Pendidikan Kota

Langsa.

II. Kepala sekolah diantaranya; Bapak lr. H. M. Ali Usman, MBA, Bapak M. Thaib

Sabon, S.Ag, Bapak Nurdin M. Pd, Bapak M. Gade, Bapak Amiruddin S.Pd, Bapak

ABO Munir S. Pd serta guru dan pegawai yang tidak bisa saya sebutkan namanya satu

persatu yang telah membantu penulis dan memberikan kemudahan dalam melakukan

penelitian dilapangan.

12. lstri tercinta Pdm Eliya Rita A.Md S.pak., S.Th yang senantiasa mendukung,

membantu dan mendampingin penulis setiap saat hingga tesis ini selesai .

13. Anakku yang tersayang Chelsy Cynthia Putri Mendrofa yang selalu menghibur

papanya melalui canda tawa.

14. lbunda yang tersayang mama Ina Gadinu yang selalu mendukung dan mendoakan.

(6)

15. Saudarali Ortiline Mendrofa, Krisnawati Mendrofa, Soli dannan Jaya Mendrofa,

Fontianus Mendrofa, Kumia Damai Mendrofa yang telah rnendukung penulis.

16. Kcluarga abang Fortumei Mendrofa ( All Cecen), Mei Zaro Mendrofa (All Poei),

Sehati Mendrofa (NI Tegar), Faogoaro S.Pd (All Fakta), keluarga Nl Gilber,

Faebuadodo mendrofa yang telah mendukung dan mendoakan hin~ga selesai tesis ini.

17. Keluarga Nl Ri ski Mendrofa, keluarga Nl Tiora Mendrofa yang telah mendukung dan

mendoakan penulis

18. Pdt. Famahato Lase M. Pd yang telah mendukung dan mendoakan penulis

19. Lius Waruwu, Danna Waruwu yang selalu mendukunt~ dan membantu selama perkuliahan .

20. Ternan-ternan seperjuangan Binahati Waruwu, Marison Rianus Zalukhu, Elisama Lase

yang selalu memberikan ide dan gagasan dalam penulisan tesis ini.

Akhir kata penulis becharap saran dan masukan dari berbagai pihak yang

bersifat konstruktif. Ada banyak hal yang telah penulis terima dalam pem,alisan tesis ini

namun tidak ada yang bisa penulis berikan selain ucapan syukur dan doa kepada semua

pihak yang telah rnenyumbangkan ide, gagasan dan tenaga kiranya Tuhan

Membalaskan berlibat kali ganda berkat yang melimpah dan memberikan umur yang

panjang.

Ya'ahowu God Bless

Medan, Agustus 2009 l'enulis,

Operianus Mendrofa

NIM: 071188110058

(7)

ABSTRACTION

Mendrofa, Operianus. Leadership Style Interaction and Maturity of Subordinate to Effectiveness Leadership in SMP Negeri Langsa Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam (Empiric Test) Situational Leadership Hersey and Blanchard. Thesis, The State University ofMedan, Post Graduate Studies, 2009.

The objectives of thi s research were (I) Effectiveness difference of leadership evaluated from style telling, selling, participating, and delegating, (2) Effectiveness difference of leadership evaluated from maturity of low subordinate, medium, en ough matured, and very matured and (3) Interaction between leadership styles and maturity of subordinate to leadership effectiveness.

This research aim to know (I) Effectiveness difference of leadership evaluated from style instructive, consultative, partisipative, and delegative, (2) Effectiveness difference of leadership evaluated from maturity of low subordinate, medium, enough matured, and very matured and (3) Interaction between leadership styles and maturity of subordinate to leadership effectiveness.

The population in this research is all 384 teacher having status public servant in SMP Ne~eri Langsa and number of research samples based on tables Isaac and Michael is 182 mans who taken at random.

The data analytical technique is done by using descriptive analysis and inferensial with analysis of variance (Anova) two-way factorial 4x4 at level significant 5%. The hypotheses test indicates that (I) as a whole there is effectiveness difference of leadership evaluated from style telling, selling, participating and delegating with Fcoun1 = 3,26 >

Flbi(O,OS)(l;I66) = 2,65; and p3rticipating style more effectiveness is compared to telling, selling, and delegating. (2) as a whole there is effectiveness difference of leadership evaluated from maturity of low subordinate, medium, enough matured, and very matured with Fconl = 3,21 > Ftbi(O,OS)(3;166) = 2,65; and maturity of very matured subordinate more effectiveness is compared to maturity of low subordinate, medium. and enough matured.

(3) there is interaction between leadership styles and maturity of subordinate to leadership effectiveness with Fcoun,

=

2,95 > FII>I(O.OS)(9;166)

=

1,92.
(8)

ABSTRAK

Mendrofa, Operianus. lnteraksi Gaya Kepcmimpinan dan Kematangan Bawahan terhadap Keefel-tifan Kepemimpinan di SMP Negeri Langsa Propinsi Nanggroe Aceh Darus,salam (Uji Empiris) Model Kepemimpinan Situasional Hersey dan Blanchard. Tesis, Medan Program Pascasaljana Universitas Negeri Medan, 2009.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (I) l'erbedaan keefektifan kepemimpinan ditinjau dari gaya instruktif, konsultatif, partisipatif, dan delegatif, (2) Perbedaan keefektifan kepemimpinan ditinjau dari kematangan bawahan rendah, sedang, cukup matang, dan sangat matang dan (3) lnteraksi antara gaya kepemimpinan dan kemalangan bawahan terhadap keefektifan kepemimpinan.

Populasi dalam penelitian ini adalah selwuh guru yang berstatus pegawai negeri di SMP Negeri Langsa yang beljumlah 384 orang dan jumlah sampel penelitian berdasarkan tabel Isaac dan Michael adalah 182 orang yang diambil secara acak. ·

Teknik analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif dan inferensial dengan anal isis anava dua jalur faktorial 4x4 pada taraf signifikan 5%. Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa (I) secara keseluruhan terdapat perbedaan keefektifan

k~mimpinan ditinjau dari gaya instruktif, konsultatif, partisipatif dan delegatif dengan

Fhtg =3,26 > · Ftb~omx

3

;

1661

= 2,65, dan gaya partisipatif lebih efektif dibandingkim dengan

gaya instruktif, konsultatif dan delegatif, (2) secara keseluruhan terdapat perbedaan keefektifan kepemimpinan ditinjau dari kematangan bawahan rendah, sedang, cukup matang, dan sangat matang dengan F1118 = 3,21 > Ftbl(0,05)(J;I66l = 2,65, dan kematangan bawahan sangat matang lebih efektif dibandingkan dengan kematangan bawahan rendah, sedang, cukup matang, dan (3) terdapat interaksi antara gaya kepemimpinan dan kematangan bawahan terhadap keefektifan kepemimpinan dengan fhtg = 2,95 > Ftb~o .o 5x9;, 661 = 1,92,

(9)

DAITARISI

ABSTRACTION ... .

ABSTRAK ... II

KATA PENGANTAR ... ... ·-··· ··· ··· iii

DAFTAR 151... ... IV DAFTAR LAMPIRAN ... ... viii

DAFTAR GAMBAR... ix

DAFTAF TABEL ... ·-·- ··· x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ···-··· B. Identifikasi MasalahPembatasan Masalah... 7

C. Batasan Masalah... 7

D. Perumusan Malasah... ... 8

E. Tujuan Penelitian... 8

F. Manfaat Penelitian... ... 8

BAB ll KERANGKA TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Kerangka Teoritis I. Keefektifan Kepemimpinan... ... 10

2. Perilaku Orientasi Hubungan... 14

3. Perilaku Orientasi Tugas... 19

4. Kemampuan Bahawan ···-···- ··· 22

5. Kemauan Bahawan ···-··· 24

6. Konsep Kepemimpinan SituasionaL... 26

B. Penelitian yang Relevan ... 35

C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis I. Kerangka Konseptual... 35

2. Pengajuan Hipotesis ... ... ... ." ... ,. 42

BAB Ill METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 43

(10)

B. Populasi, Sampel ... ... ... ... ... ... ...

43

C. Metode Penelitian... ... ... ... ... ...

44

D. Disain Penelitian... ...

44

E. Teknik Pengumpulan Data...

47

F. Teknik Analisis Data... 52

BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. DeskriptifData ... ... ...

57

B. Pengujian Persyaratan Anal isis... .. ... ...

60

C. Pengujian Hipotesis... 62

D. Pembahasan Hasil Penelitian...

77

E. Keterbatasan Penelitian... ... . .... ... ... ... ... ...

78

BAB V SIMPULAN, IMPLJK.ASI DAN SARAN

A. Simpulan... ... .. ... .. . ... ... .... ... ....

79

B. lmplikasi... .. ... .. . ... ...

80

C.

Kritik... ... ... ... . ... ... ... ...

82

D. Saran...

83

DAFTAR PUSTAKA... ... ..

84

(11)

DAFT AR LAMPIRAN

Lampi ran

Hal

01 Angket Penelitian... 85

02 Uji Validitas... ... 93

03Uji Reliabilitas... ... ... 101

04 Statistik Dasar ... ... ... ... ... ... .. ... .. ... ... 103

05 Uji Persyaratan Analisis Normalitas... 106

06 Uji Persyaratan Analisis Homogenitas ... I 08

07 Uji Hipotesis Anava Dua Jalur Faktorial 4x4... Ill

08 Uji Lanjutan Tukey Beda Sampel ... 117

09 Menentukan Jumlah Sarnpel... ... .. ... 123

I 0 Koefisien Korelasi (r) Pearson ... ... 124

II Distribusi Normal Stan dar... 125

II Daerah distribusi Normal Standar ... ... :... 126

12 Ni1ai Kritis Distribusi X

2 ... ... ... .. .... . . . ...

127

13 Nilai Distribusi

Fo.os...

128

14 Nilai Kritis Distribusi t ... ... ... .. . .. . ... . .. .. . ... ... .... .. . . . .... ... .. ... .... ... ... 129

15 Daerah Penerimaan Ho... 130

Surat Keputusan

Pen~angkatart

Pembimbing ... ... ... 131

Surat Undangan Seminar Proposal... 132

Surat Mendapatkan Data... 133

Surat Izin Penelitian Lapangan... 134

Surat Izin Penelitian dari Dinas Pendidikan Kota

Lan~sa... ... .. .... ... . ...

135

Surat Izin Penelitian dari SMP Negeri Langsa ... ... 136

Surat Undangan U)ian Tesis ... 140

Biodata A1ummi.... ... 141

Riwayat Hidup ... 142

(12)

DAYTAR GAMBAR

Gam bar Hal

2.1 Kombinasi Perilaku Pemimpin dan Kematangan Bawahan ... 27

4.1 Histogram Keefektifan Kepemimpinan ditinjau dari Gaya Pemimpin dan

Kematangan Bawahan Secara Keseluruhan ... . ... .. ... ... ... ... 58

4.2 Histogram Gaya Kepemimpinan Secara Keseluruhan ... ;... ... 59

4.3 Histogram Kematangan Bawahan Secara Keseluruhan ... ... 60

4.4 Interaksi antara Gaya Pemimpin dan Kematangan Bawahan terhadap

Keefektifan Kepemimpinan... ... ... ... 76

(13)

DAFTAR GAMBAR

Gam bar Hal

2.1 Kombinasi Perilaku Pemimpin dan Kcmatangan Bawahan ... 27

4.1 Histogram Keefektifan Kepemimpinanditinjau dari Gaya Pemimpin dan

Kematangan Bawahan Secara Kesellllllhan ... 58

4.2 Histogram Gaya Kepemimpinan Secara Keseluruhan ... 59

4.3 Histogram Kematangan Bawahan Secara Keseluruhan ... 60

4.4 lnteraksi antara Gaya Pemimpin dan Kematangan Bawahan terhadap

Keefektifan Kepemimpinan ... ·-···-·-··· 76

(14)

DAFTAR T ABEL

Tabel Hal

.-2.1 Konsep Gaya Kepemimpinan dan Kcmatangan Bawahan ... 30

3.1 Rancangan Disain Penelitian Anava Dua Jalur Faktorial4x4... 44

3.2 Altematif Jawaban... ... ... 47

3.3 Kisi-kisi lnstrumen Keefektifan Kq~CR~impinan... . .. . . .. ... .. . . .. ... ... 48

3.4 Kisi-kisi lnstrumen Gaya Kepemimpinan ... 48

3.5 Kisi-ki si lnstrumen Kematangan Bawahan ... ... 49

4. 1 Distribusi Data Skor Keefektifan Kepemimpinan Secara Keseluruhan ... 57

4.2 Distribusi Data Gaya Kepemimpinan Secara Keseluruhan ... ... ... 58

4.3 Distribusi Data Kematangan Bawahan Secara Keseluruhan ... 59

4.2 Rangkuman analisis Uji Homogenitas... ... 61

4.3 Rangkuman Analisis Uji Hipotesis Anava Dua Jalur Faktorial 4x4 ... 62

4.4 Rangkuman Anal isis Uji Dua Pihak. Reject H., ... :... 65

[image:14.516.82.431.89.618.2]
(15)

A. Latar Belakang Masalah

BABI

PENDAHULUAN

Kepemimpinan menjadi suatu kekuatan yang sangat penting dalam pengelolaan

sekolah. Oleh karena itu kemampuan memimpin secara efektif merupakan kunci untuk

keberhasilan sekolah. Esensi kepemimpinan adalah kepengikutan, kemauan orang lain

atau bawahan mengikuti kcinginan pemimpin.

Kepemimpinan yang efektif adalah kemampuan melihat secara tajam apa yang

dapat dilakukan untuk mcmperbaiki pelaksanaan pendidikan di sekolah, kemampuan

mempersatukan anggota organisasi yang terdiri dari individu-individu agar menjadi

satu kesatuan kekuatan bergerak ke arab yang sama dalam melaksanakan tugas dan

tujuan sekolah, dan kemampuan memahami kondisi situasi sekolah dan kemampuan

mengenal kematangan para guru sebagai bawahan.

Kepemimpin yang efektif harus mampu mendorong timbulnya kemauan yang

kuat dengan penuh semangat dan percaya diri para guru, staf, dan siswa dalam

.. . . . . .

melaksanakan tugas masing-masing dan memberikan bimbingan kepada para guru, dan

staf mengenai tugas dan tanggungjawabnya serta memberikan informasi mengenai

sekolah dalam mencapai tujuan serta harus mampu memberikan petunjuk, pengarahan

dan pengawasan kepada para tenaga kependidikan, membina hubungan yang harmon is,

dan mendelegasikan tugas kepada bawahan.

Perilaku kepemimpinan situasional (Situasional Leadership Theories) yang di

kembangkan oleh Hersey dan Blanchard merupakan teori kontingensi yang

memfokuskan pembahasan pada para pengikut atau anggota organisasi sebagai

bawahan. Teori ini bertolak dari prinsip bahwa kepemimpinan yang efektif dapat

(16)

diwujudkan melalui kemampuan manilih perilaku atau gaya kepemimpinan yang tepat

berdasarkan "tingkat kesiapan (readiness) dan kematangan (maturation) bawahan.

Hersey dan Blanchard berpendapat bahwa gaya kepemimpinan pada dasarnya

merupakan perwujudan dari tiga komponen, yaitu pemimpin itu sendiri, kematangan

bawahan, serta situasi di mana proses kepemimpinan tersebut dirumuskan sebagai : k =

f (p, b, s).

Pimpinan (p) adalah seseorang yang dapat mempengaruhi orang lain atau

kelompok untuk melakukan unjuk kerja maksimum yang telah ditetapkan sesuai dengan

tujuan organisasi. Organisasi akan berjalan dengan baik jika pimpinan mempunyai

kecakapan dalam bidangnya, dan setiap pimpinan mempunyai keterampilan yang

berbeda, seperti keterampilan teknis, manusiawi dan konseptual. Sedangkan bawahan

(b) adalah seorang atau sekelompok orang yang merupakan anggota dari suatu

perkumpulan atau pengikut yang setiap saat siap melaksanakan perintah atau tugas

yang telah disepakati bersama guna mencapai tujuan. Oalam suatu organisasi, bawahan

mempunyai peranan yang sangat strategis, karena sukses tidaknya pemimpin

dipengaruhi oleh para pengikut, oleh sebab itu pemimpin harus dapat memilih bawahan

dengan secermat mungkin, dan situasi (s) adalah suatu keadaan yang kondusif, di mana

pemimpin berusaha pada saat-saat tertentu mempengaruhi perilaku orang lain agar

dapat mengikuti kehendaknya dalam rangka mencapai tujuan bersama, dalam satu

situ'!Si misalnya; tindak211 pemimpin pada beberapa tahun yang lalu tentunya tidak

sama dengan yang dilakukan pada saat sekarang, karena memang situasinya telah

berlainan. Ketiga unsur yang mempengaruhi gaya kepemimpinan tersebut, yaitu

pimpinan, bawahan dan situasi merupakan unsur yang saling terkait satu dengan

lainnya, dan akan menentukan tingkat keberhasilan kepemimpinan.

(17)

Teori kepemimpinan situasional dibangun atas dasar asumsi tidak ada satupun

gaya atau perilaku kepemimpinan yang dapat mempengaruhi perilaku manusia/anggota

organisasi untuk bertindak, berbuat atau bekerja pada semua situasi, untuk itu

pemimpin yang efektif harus memiliki perilaku atau gaya kepemimpinan yang

fleksibel dan mampu mendi~osa situasi yang dihadapinya dan menggunakan perilaku

atau gaya kepemimpinan y.g sesuai dengan kematangan bawahan. Kematangan yang

dimaksud dalam teori situasional adalah bukan dalam arti usia atau stabilitas emosional,

melainkan keinginan untuk berprestasi, kesadaran untuk menerima tanggung jawab,

dan kemampuan serta penplaman yang berhubungan dengan tugas.

Teori ini menekanbn hubungan pemimpin dengan bawahan sehingga tercipta

kepemimpinan yang efdttif. Perilaku pemimpin yaitu; (a) perilaku berorientasi

hubungan (suportif) adalah kadar sejauhmana pemimpin melakukan hubungan dua arab

dengan orang-orangnya: menyediakan dukungan, dorongan , dan memudahkan perilaku,

(b) perilaku berorientasi tugas (direktif) adalah kadar sejauhmana pemimpin

menyediakan araban kepada orang-orangnya dengan memberikan mereka apa yang

harus dilakukan, kapan melakukannya, dan bagaimana melakukannya, Sedangkan

kematangan bawahan adalah: (a) kemampuan (kemalangan pekerjaan) bawahan adalah

sejauhmana kemampuan bahawan melakukan peketjaan atau tugas yang dibebankan

kepad<mya, dan (b) kemauan (kemoJangan Psilwlogis} bawahan adalah sejauhmana

bawahan mau melakukan pekerjaan atau tugas yang telah dibebankan kepadanya

Menurut Hersey dan Blanchard ada 4 level kematangan bawahan. Level pertama

rendah yaitu bawahan tidak mampu dan tidak mau, yaitu: bawahar. yang tidak memiliki

kemampuan dan juga kemauan rendah, level kedua scdang yaitu bawahan tidak mampu

tetapi mau, yaitu: bawahan yang tidak memiliki kemampuan tetapi mempunyai

(18)

kemauan untuk melakukan

t11!3S,

level ketiga cukup matang yaitu bawahan mampu

tetapi tidak mau, yaitu: bawaban mempunyai kemampuan untuk melakukan tugas tetapi

tidak mempunyai keyakinan alaS pekerjaan tersebut, dan level keempat sangat matang

yaitu bawahan yang mempunyai kemampuan dan kemauan, yaitu: bawahan yang

mempunyai kemampuan dan kemauan untuk melakukan peketjaan yang ditugaskan

kepadanya .

Dari keempat level dimensi kematangan bawahan tersebut, maka dimensi

perilaku kepemimpinan (dirdlif dan suporti.f) terdiri dari empat perilaku, yaitu:

I) lnstruktif yaitu; gaya kepcmimpinan yang tinggi dalam perilaku direktif (tinggi

tugas ) tetapi rendah dalam perilaku suportif (rendah hubungan). Pemimpin

memberikan petunjuk yang spesifik dan mengawasi secara ketat pelaksanaan tugas,

anggota diberi instruksi yang jelas dan dibiasakan dengan peraturan, struktur, dan

prosedur ketja tetapi juga menjelaskan rencana langkah demi langkah tentang

bagaimana tugas tersebut diselesaikan. Gaya kepemimpinan ini akan efektif pada

kematangan bawahan rendah.

2) Konsultatif yaitu; gaya kepemimpinan yang tinggi dalam perilaku direktif (tinggi

tugas) dan tinggi dalam perilaku suportif (tinggi hubungan). Pemimpin masih

menyediakan seluruh araban dan membangun komunikasi dua arah, pemimpin

berusaha agar secara spikologis pengikut "turut andil" dalam tugas dan

bertanggungjawab. Gaya ini akan efektif pada kematangan bawahan sedang yaitu;

bawahan yang tidak memiliki kemampuan tetapi mempunyai kemauan

3) Partisipatif yaitu; gaya kepemimpinan yang rendah dalam perilaku direktif (rendah

tugas) tetapi tinggi dalam perilaku suportif (tinggi hubungan). Pemimpin

memberikan fasilitas dan mendukung usaha bawahan kearah penyelesaian tugas,

(19)

mendengarkan saran-saran bawahan dan memudahkan interaksi, dan I'Jlelllbagi

tanggungjawab untuk mcmbuat keputusan. Artinya pemimpin mengikutscdai:an

bawahan dalam pengambilan keputusan, dan untuk membangun rasa percaya dilj

dan motivasi mereka, pemimpin mendorong dan memuji serta mendoroog

keberanian mengambil resik.o. Gaya ini akan cocok pada bawahan cukup INiang

yaitu; mampu melakukan tugas tetapi tidak mempunyai kemauan).

4) Delegatif yaitu; gaya kepemimpinan yang rendah dalam perilaku direktif (rmdah

tugas) dan rendah dalam perilaku suportif (rendah hubungan). Pemimpin

menyerahkan tanggungjawab atas pengambilan keputusan dan pemecahan masalah

sehari-hari kepada orang yang melaksanakan tugas. Gaya kepemimpinan ini akan

efektif pada bawahan matang yaitu; bawahan yang mempunyai kemauan dan

kemampan dalam melakukan tugas (Hersey dan Blanchard 1982: 181-184).

Teori kepemimpinan situasional lebih mengutamakan kesesuaian antara gaya

yang digunakan pemimpin dengan tingkat kematangan bawal.an. Teori ini mcnuntut

pemimpin harus mampu mendiagnosa kematangan para bawahan, dan setelah tahu

situasi kematangan bawahan baru menerapkan gaya kepemimpinan ~ang tepat sesuai dengan situasi kematangan bawahan tersebut, seperti halnya; gaya instruklif lebih

efektif pada kematangan bawahan yang tidak mampu dan tidak mau atau

kematangan bawahan rendah, gaya konsultatif lebih efektif pada kematangan

bawahan yang tidak mampu tetapi mau melakukan tugas atau kematangan bawahan

sedang, gaya partisipatif lebih efektif pada kematangan bawahan yang mampu tetapi

tidak mau melakukan tugas atau kematangan bawahan cukup matang, dan gaya

delegatif lebih efektif pada kematangan bawahan yang mampu dan mau melakukaJa

tugas atau kematangan bawahan san gat matang.

(20)

Hasil wawancara oldl beberapa kepala sekolah di SMP Negeri Langsa,

diantaranya; 13apak ABO, Muair, S.Pd, Bapak M. Gade, Bapak lr. H. Ali Usman,

MBA, Bapak Nurdin M.Pd, dan Bapak Amirruddin S.Pd mengatakan bahwa di dal301

memimpin sebuah organisasi sekolah, kepala sekolah dalam menghadapi guru yang

berbcda karakter dan kemampuannya dalam melaksanakan tugas maka gaya yang

digunakan pemimpin juga bcrbeda-beda sesuai dengan situasi, misalnya saja dalam

menghadapi guru yang kemampuannya tidak mampu menyusun rencana proses

pembelajaran (RPP) dan silabus, maka gaya yang digunakan pemimpin adalah harus

menjelaskan kepada guru secara mendetail bagaimana langkah-langkah menyusun RPP

dan silabus, dan demikian juga halnya jika guru yang bersangkutan sudah mampu untuk

menyusun RPP dan silabus, maka gaya delegatif yang tepat untuk mempengarubi

bawahan tersebut, dengan manberikan tugas atau tinggal menyuruh guru tersebut untuk

menyusun RPP dan silabus. Begitu juga halnya bagi guru yang kelihatannya kurang

tennotivasi dalam melaksanakan tugas, maka gaya pemimpin memberikan motivasi dan

perhatian kepada guru tersebut. Pemyataan di atas secara keseluruhan dapat

disimpulkan bahwa dalam mempengaruhi guru, perilaku pemimpin harus berbeda-beda

sesuai dengan tingkat kesulitan tugas yang hendak dibebankan kepada para guru, serta

pernyataan beberapa kepala sekolah di SMP Negeri Langsa, hampir seluruh perilaku

kepala sekolah lebih mendominasi gaya otoriter atau instruktif pada semua guru dan

gaya partisipatif, serta kepala sekolah lebih banyak menggunakan gaya delegatif. Hasil

wawancara diatas kalau dilihat dari teori kepemimpinan situasional Hersey dan

Blanchard hampir mendekati, di ma na gaya instruktif digunakan pada kematangan

bawahan rendah, gaya partisipatif digunakan pada kematangan cukup matang dan gaya

delegatif digunakan pada kematangan bawahan sangat matang. Berdasarkan fenomena

(21)

ini maka timbul pemtayaan. apakah Gaya kepemimpinan yang efektif, dan bagaimana

tingkat kematangan bawahan di SMP Negeri Langsa dilihat dari perspektif

kepemimpinan situasional Hersey dan Blanchard, untuk itu perlu dilakukan penelitian.;.

Penulis mcmilih teori kepemimpinan situasional Hersey dan Blanchard, karena

teori kepemimpinan situasional sangat tleksibel untuk dapat diterapkan, karena model ini

tidak hanya memfokuskan pada perilaku atau gaya kepemimpinan yang digunakan

seorang pemimpin, melainkan juga memperhatikan tingkat kematan~ bawahan.

Kemampuan dan kemaun bawahan dalam setiap organisasi sekolah tentunya bervariasi,

dengan kenyataan ini tentunya juga perilaku pemimpin berbeda-beda, oleh sebab itu

pemimpin harus dapat memahami kemampuan dan kemauan bawahan (guru) dalam

melakukan tugas dalam rangka pencapaian tujuan sekolah. Hal inilah yang mendorong

penulis untuk melakukan penelitian, untuk melihat interaksi antara gaya kepemimpinan

dan kematangan bawahan terbadap keefektifan kepemimpinan di SMP Negeri Kota

Langsa Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam dilihat dari perspektif model kepemimpinan

situasional Hersey dan Blanchard.

B. ldentifikasi Masalab

Beberapa ahli berpendapat bahwa kepemimpinan yang efektif di pengaruhi oleh

beberapa variabel ; sifat-sifat pemimpin, perilaku hubungan pemimpin-anggota, perilaku

tugas, perilaku berorientasi pengembangan, posisi jabatan, kepribadian dan pengalaman

masa lalu p::mimpin, karakteristik pemimpin, kemauan bawahan, kemampuan bawahan,

sikap bawahan, disiplin bawahan, budaya, iklim sekolah dan lain sebagainya.

(22)

C. Batasan Masalah

Pemberian batasan masalah perlu dilakukan, guna memfokuskan pembahasan, dan

agar tidak terjadi pembahasan yaang luas diluar masalah. Berdasarkan latar belakang •·

dan identifikasi masalah di atas, maka Penulis memfokuskan pembahasan pada "lnteraksi

Gaya Kepemimpinan dan Kematangan Bawahan terhadap Keefektifan Kepemimpinan di

SMP Negeri Langsa Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam (Uji Empiris) Model

Kepemimpinan Situasional Hersey dan Blanchard"

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penulisan tesis ini, maka rumusan masalah adalah:

I. Apakah terdapat perbedaan Keefektifan Kepemimpinan ditinjau dari Gaya lnstruktif,

Konsultatif, Partisipatif, dan Delegati f.

2. Apakah terdapat perbedaan Keefektifan Kepemimpinan ditinjau dari Kematangan

Bawahan Rendah, Sedang, Cuk.up Matang, dan Sangat Matang.

3. Apakah terdapat interaksi antara Gaya Kepemimpinan dan Kematangan Bawahan

terhadap Keefektifan Kepemimpinan.

E. Tujuan Penelitiao

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui :

I. Perbedaan Keefektifan Kepemimpinan ditinjau dari Gaya lnstruktif, Konsultatif,

Partisipatif, dan Delegatif

2. Perbedaan Keefektifan Kepemimpinan ditinjau dari Kematangan Bawahan

Rendah, Sedang, Cukup Matang, dan Sangat Matang

3. Interaksi antara Gaya Kepemimpinan dan Kematangan Bawahan terhadap

Keefektifan Kepemimpinan.

(23)

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat:

I. Secara Teoretis

Untuk melihat gaya kepemimpinan yang efektif dan level kematangan

bawahan di SMP Negeri Langsa berdasarkan perspektif model kepemimpinan

Hersey dan Blanchard.

2. Secara Praktis

a. Sebagai kontribusi bagi Dinas Pendidikan dalam memberikan pelatihan terhadap

kepala sekolah bagaimana pemimpin yang efektif dan efesien berdasarkan toeri

kepemimpinan situasional.

b. Sebagai kontribusi bagi kepala sekolah dalam memimpin dan menggerakkan

seluruh komponen dalam mencapai tujuan bersama.

(24)

BABV

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A.SIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis data dapat ditarik simpulan bahwa keefektifan

kepemimpinan ditinjau dari gaya kepemimpinan dan kematangan bawahan di SMP

Negeri Langsa Propinsi Naggroe Aceh Darussalam dilihat dari perspektif model

kepemimpinan Hersey dan Blanchard sebagai berikut;

Pertama,

terdapat perbedaan keefektifan kepemimpinan ditinjau dari gaya

kepemimpinan instruktif, konsultatif, partisipatif, dan delegatif, dan gaya partisipatif

lebih efektif dibandingkan dengan gaya instruktif konsultatif dan delegati f.

Kedua,

terdapat perbedaan keefektifan kepemimpinan ditinjau dari kematangan . . .

~

bawahan rendah, sedang, cukup matang, dan sangat matang, dan kematangan bawahan

san~at matan~ lebih efektif dibandin~kan den~an kematangan bawahan rendah, sedan¥,

dan cukup matang

Ketiga,

terdapat interaksi antara gaya kepemimpinan dan kematangan bawahan

terhadap keefektifan kepemimpinan.

Secara keseluruhan hasil temuan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa; ~aya

partisipatif lebih efektif pada kematangan bawahan rendah, gaya instruktif lebih efektif

pada kematangan bawahan sedang, gaya delegatif lebih efektif pada kematan~an

bawahan cukup matang, dan gaya delegatif lebih efektif pada kematangan bawahan

sangat matang.

Berdasarkan hasil penelitian di atas dilihat dari perspektif model kepemimpinan

situasional dapat disimpulkan bahwa gaya konsultatif yaitu tinggi tugas dan tin~~i

hubungan tidak diterapkan atau digunakan oleh kepala sekolah di SMP Negeri Langsa.

aka tetapi gaya kepemimpinan yan~ diterapkan oleh kepala sekolah di SMP Ne~eri

(25)

Langsa adalah ada 3 gaya yakni; gaya instruktif, gaya partisipatif dan gaya delegatif,

sedangkan level kematangan bawahan di SMP Negeri Langsa ada empat yakni

kematangan bawahan rendah, sedang, cukup matang dan san gat matang.

Dari ketiga gaya dan kematangan bawahan di atas, maka gaya yang paling efektif

adalah gaya delegatif pada kematangan bawahan sangat matang (i

=

96,83).

Hasil temuan ini menunjukkan bahwa kematangan bawahan di SMP Negeri

Langsa Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam sangat matang atau guru-guru yang

berstatus pegawai negeri di SMP Negeri Langsa Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam

memiliki kemampuan dan kemauan dalam melakukan tugas, dan gaya kepemimpinan

yang paling efektif dalam mempengaruhi bawahan yang sangat matang adalah gaya

delegatif. Hal ini berarti semakin sangat matang bawahan dalam melakukan tugas, maka

pemimpin tidak perlu menjelaskan secara mendetail kepada bawahan apa yang harus

dikerjakan, di mana, dan bagaimana melakukan tugas, akan tetapi pemimpin tinggal

mendelegasikan tugas dan mengawasi dari jauh bawahan.

B. IMPLIKASI

Hasil temuan dalam penelitian ini khususnya di SMP Negeri Langsa Propinsi

Nanggroe Aceh Darussalam menunjukkan bahwa;

Pertama,

gaya kepemimpinan yang paling efektif pada kematangan bawahan

rendah adalah gaya partisipatif, hal ini berarti jika kematangan bawahan dengan situasi

rendah atau tidak mampu dan tidak mau melakukan tugas, maka agar kepemimpinan

efektif gunakanlah gaya partisipatif yaitu tinggi hubungan dan rendah tugas. Perilaku

tinggi hubungan artinya; pemimpin memberikan fasilitas dan mendukung usaha bawahan

kearah penyelesaian tugas, mendengarkan saran bawahan dan memudahkan interaksi,

dan membagi tanggungjawab untuk membuat keputusan serta pemimpin

(26)

mengikutsertakan bawahan dalam pengambilan keputusan dan untuk membangun rasa

percaya diri dan motivasi mereka, pemimpin mendorong dan memuji serta mendorong ·

keberanian mengambil resiko. Perilaku rendah tugas artinya; pemimpin tidak perlu

menjelaskan secara mendetail hal-hal apa yang harus dilakukan bawahan, tetapi cukup

menjelaskan garis-garis besar saja tentang tugas bawahan.

Kedua, gaya kepemimpinan yang paling efektif pada kematangan bawahan sedang

adalah gaya instruktif, hal ini berarti jika kematangan bawahan dengan situasi sedang

atau tidak mampu tetapi mau melakukan tugas, maka agar kepemimpinan efektif

gunakanlah gaya instruktif yaitu tinggi tugas dan rendah hubungan. Perilaku tinggi tugas

artinya; pemimpin memberikan petunjuk yang spesifik dan mengawasi secara ketat

pelaksanaan tugas yang di:akukan bawahan, pemimpin memberi instruksi yangjelas dan

terarah serta bawahan dibiasakan dengan peraturan-peraturan, struktur, dan prosedur

kerja tetapi juga menjelaskan rencana langkah demi langkah tentang bagaimana tugas

tersebut dilaksanakan dan pemimpin memecahkan masalah dan membuat keputusan

sendiri. Perilaku rendah hubungan adalah pemimpin tidak perlu melakukan komunikasi

dua arah terhadap bawahan, tetapi pemimpin sebaiknya melakukan komunikasi satu arah.

Ketiga, gaya kepemimpinan yang paling efektif pada kematangan bawahan cukup

matang adalah gaya delegatif, hal ini berarti jika kematangan bawahan dengan situasi

cukup matang atau mampu tetapi tidak mau melakukan tugas, maka agar kepemimpinan

efektif gunakanlah gaya delegatif yaitu rendah hubungan dan rendah tugas. Perilaku

rendah tugas artinya pemimpin tidak perlu lagi menjelaskan kepada bawahan secara

mendetail apa yang harus dikerjakan karena pada situasi ini bawahan sudah memaharni

apa dan bagaimana melakukan tugas, dan perilaku rendah hubungan artinya pemimpin

tidak perlu lagi menjalin persahabatan atau melakukan pendekatan kepada bawahan yang

(27)

sangat matang, tetapi pemimpin menganggap bawahan sudah mampu dalam melakukan

pekerjaan, namun dari jauh pemimpin mengawasi tindakan dan keputusan apa yang

dilakukan bawahan dalam pekerjaan.

Keempat,

ga~a kepemimpinan yang paling efektif pada kematangan bawahan

sangat matang adalah gaya delegatif, hal ini berarti jika kematangan bawahan dengan

situasi sangat matang, maka agar kepcmimpinan efektif gunakanlah gaya delegatif yaitu

rendah tugas dan rendah hubungan.

C.KRITIK

Berdasarkan hasil temuan penelitian, maka ada beberapa kritikan penulis tentang

teori Hersey dan Blanchard berdasarkan hasil temuan di SMP Negeri Langsa Propinsi

Nanggroe Aceh Darussalam sebagai berikut:

Pertama,

berdasarkan model kepemimpinan situasional Hersey dan Blanchard

menyatakan bahwa gaya instruktif lebih efektif digunakan pada kematangan bawahan

rendah, hasil temuan menunjukkan bahwa gaya instruktif tidak efektif digunakan pada

kematangan bawahan rendah di SMP Negeri Langsa, akan tetapi yang lebih efektif gaya

yang digunakan pada situasi kematangan bawahan rendah adalah gaya partisipatif.

Kedua,

berdasarkan teori kepemimpinan situasional Hersey dan Blanchard menyatakan

bahwa gaya konsultatif lebih efektif digunakan pada kematangan bawahan sedang, hasil

temuan menunjukkan bahwa gaya konsultatif tidak efektif digunakan pada kematangan

bawahan sedang, akan tetapi yang lebih efektif digunakan gaya pada situasi kematan~an

bawahan sedang adalah gaya instruktif.

Ketiga,

berdasarkan model kepemimpinan

situasional Hersey dan Blanchard menyatakan bahwa gaya partisipatif lebih efektif

digunakan pada kematangan bawahan cukup matang, sedan~kan hasil penelitian

(28)

menunjukkan bahwa gaya partisipatiftidak efektif digunakan pada kematangan bawahan

cukup matang, akan tetapi yang lebih efektif digunakan gaya pada kematangan bawahan

cukup matang adalah gaya delegatif.

Keempat,

berdasarkan model kepemimpinan

situasional Herse~ dan Blanchard menyatakan bahwa gaya delegatif lebih efektif

digunakan pada kematangan bawahan sangat matang, sedangkan hasil penelitian

menunjukkan bahwa gaya delegatif lebih efektif pada kematangan bawahan sangat

matang, hal ini berarti untuk gaya kepemimpin delegatif efektif pada kematangan

bawahan sangat matang sesuai dengan model kepmimpinan Hersey dan Blanchard

dengan hasil penelitian di SMP Negeri Langsa Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam.

D. SARAN

Berdasarkan simpulan dan implikasi dalam penelitian ini, maka ada beberapa

saran sebagai berikut:

1. Disarankan kepada Dinas Pendidikan Kota Langsa Propinsi Nan~~oe Aceh

Darussalam, agar melakukan pelatihan kepada kepala sekolah dan wakil kepala

sekolah tentang bagaimana memimpin sekolah yang efektif sesuai dengan hasil

penelitian di SMP Negeri Langsa Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam di lihat dari

perspektifmodel kepemimpinan situasional Hersey dan Blanchard.

2. Disarankan kepada kepala sekolah agar selalu memperhatikan kematangan bawahan

sebelum me~~unakan sara kepemimpinan sesuai dengan situasi

3. Disarankan kepada ."Jenelitian lain agar melakukan penelitian tentang teori Hersey

dan Blanchard tentallg keefektifan kepemimpinan ditinjau dari gaya dan kematangan

bawahan didaerah lain atau melanjutkan penelitian ini ditahun berikutnya.

(29)

DAFTAR RUJUKAN

Arikuntn, S. 2005_ Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Prak.tik. Jakarta: Rineka Cipta

13lanchard dan Hersey_ 1982. Management Of Organizational Behavior uJilizihg human resources, (4th ed). Terjemahan Agus Dharma. 1996. Jakarta: Erlangga.

Blanchard dkk. 1996. Leadership and the One Minute Manager. TCJjemahan Anton Adiwijoyo. 1997. Jakarta: Bina rupa Aksara.

Blanchard Kenneth. 2001. 71ze Heart of A Leader. Terjemahan Arvin Sapurta. Batam: lnteraksara.

Gibson dkk. 1985. Organization. 5th Ed. Terjemahan Djarkasih. 1993. Jakarta: Erlangga. lrianto Agus. 2007. Satistik. Jakarta: Kencana

Kamars, Dachnel, H. M. 2005. Administrasi Pendidikan. Padang: Suryani lndah.

Kartono Kartini. 2008. Pemimpin dan Kepemimpinan. Jakarta: Grafindo Persada.

Manullang Berferi k. 2006. Kepemimpinan Pedagogis. Medan: PPS Unimed.

Muhidin Sambas Ali dan Abdurahman Marnan. 2007. Ana/isis Korelasi, Regresi, dan Jalur dalam penelitian_ Bandung: Pustaka Setia.

Nawawi , Hadari, H. 2003. Kepemimpinan Mengefektijkan Organisasi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

P. Siagian, S. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi .Aksara.

Rivai, Veithzal. 2003. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Robbins, S t~phen P. 2003. Organization Behavior (Tenth Ed). Tajemahan Benyamin Molan . Perilalcu Organisasi. 2006. Jakarta: lndeks kelompok Gramerlia.

Stoner, James A. F. 1982. Manajemen (2nd ed.). Terjemahan Agus Maulana dkk. 1986. Jakarta: Erlangga.

Sudjana. 2005. Metode Statistika.Handung: Tarsito

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Sukmadinata, N. S. 2005. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya

Wahjosumidjo. 1999. Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta: Raja Gralindo Persada.

Gambar

Tabel Hal .-

Referensi

Dokumen terkait

Air lebih bersifat penghormatan dan perlindungan terhadap hak asasi atas air, karena hak guna pakai menurut Penjelasan Pasal 8 Undang-Undang a quo hanya dinikmati

Here, the teacher runs the activity using jigsaw technique and following the procedure such as; First, teacher divided students into groups of four and each student

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh implementasi pembelajaran tematik berbantuan cerita terhadap aktivitas dan prestasi belajar calistung siswa kelas

Puja dan puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan anugerah berupa kesehatan dan kekuatan kepada penulis sehingga dapat

Seringkali tujuan dari intervalometer pada timelapse fotografi adalah untuk mengurangi sumber daya yang dibutuhkan baik untuk mengambil gambar ataupun post process

Silakan Anda pelajari dengan baik teknik pencahayaan yang tepat, sehingga Anda nanti tak akan perlu lagi repot – repot untuk menggunakan flash yang terlalu

Didapatkan data di hari selanjutnya yaitu suhu udara hari ke-2 dalam greenhouse dengan kondisi sistem otomasi dalam keadaan hidup yang ditunjukkan oleh Gambar 4.2

Mengingat Negara Republik Indonesia adalah bekas jajahan Belanda, Eropa selama 350 tahun lebih sejak tahun 1596 M bahkan sampai Desember tahun 1949 Belanda baru