commit to user
PERBEDAAN PENYULUHAN METODE CERAMAH DAN DISKUSI TERHADAP KETERAMPILAN PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) PADA SISWI
KELAS XI SMA N 1 SEWON
Arsyita Putri Rahmatika *)
Program Studi DIV Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta
*)
Email : arsy.itaputratika@gmail.com
ABSTRAK
Latar Belakang: Kabupaten Bantul memiliki jumlah penderita kanker payudara terbanyak di DIY. Ditemukan 3 penderita dalam rentang usia 15-24 tahun. Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) merupakan deteksi dini kanker payudara. Tujuan: Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbedaan penyuluhan metode ceramah dan diskusi terhadap keterampilan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI). Metode: Penelitian ini menggunakan metode
Eksperimen semu dengan pendekatan postest-only with control group design. Subjek penelitian
adalah siswi kelas XI di SMA N 1 Sewon yang diambil dengan teknik cluster random sampling.
Jumlah sampel sebanyak 60 responden, dengan 30 responden sebagai kelompok eksperimen dan
30 lainnya sebagai kalompok kontrol. Analisis data menggunakan independent t test dengan taraf
signifikansi 95%. Hasil: Rata-rata nilai keterampilan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) pada kelompok diskusi sebesar 70,55, sedangkan pada kelompok ceramah sebesar 55,37. Hasil
analisis t = 5,002 dengan p = 0,000. Kesimpulan: Ada perbedaan penyuluhan metode ceramah
dan diskusi terhadap keterampilan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) pada siswi kelas XI SMA N 1 Sewon. Kata kunci : Ceramah, Diskusi, Keterampilan Pemeriksaan Payudara Sendiri
ABSTRACT
commit to user PENDAHULUAN
Kanker payudara merupakan penyebab tersering kematian wanita akibat kanker di seluruh dunia. Sebanyak 1,7 juta wanita terdiagnosis kanker payudara, 6,3 juta wanita hidup dengan kanker payudara yang terdeteksi dalam lima tahun sebelumnya, dan kematian wanita akibat kanker payudara
sebanyak 522.000 (International Agency for
Research on Cancer, 2012). Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) 2010 menyebutkan kanker payudara menempati urutan pertama pada pasien rawat inap di seluruh RS di Indonesia yakni sebesar 12.014 orang (28,7%) (Kemenkes RI, 2014).
Hasil studi pendahuluan tentang
penderita kanker payudara menurut
kabupaten/kota Provinsi DIY tahun 2013 menyebutkan bahwa Kabupaten Bantul memiliki jumlah penderita kanker payudara terbesar diantara kelima kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta sebanyak 305 orang, dan ditemukan 3 penderita dalam rentang usia 15-24 tahun (SIRS Dinas Kesehatan DIY, 2014).
Deteksi dini kanker payudara
merupakan prioritas. Kesembuhan
meningkat jika kanker payudara ditemukan dalam stadium dini. Hasil penelitian menyebutkan sekitar 90% kanker payudara ditemukan dengan SADARI (Long dalam Suhita, 2008). SADARI tepat dilakukan pada remaja usia 16-17 tahun, dikarenakan pada usia tersebut terjadi perkembangan
puncak atau mendekati sempurnanya
perkembangan payudara seorang wanita (Sumiati, 2009). Hasil studi pendahuluan di SMA N 1 Sewon Bantul didapatkan keterangan bahwa sekolah tersebut belum pernah mendapatkan penyuluhan tentang SADARI. Dari 10 siswa, 8 siswi (80%) belum mengetahui tentang SADARI.
Penyuluhan merupakan suatu yang diperlukan untuk menyampaikan pesan
kesehatan kepada kelompok/individu,
dengan harapan dapat memperoleh
pengetahuan kesehatan dan mendasari
perilaku kesehatan. Penyuluhan tentang pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) diperlukan untuk membentuk keterampilan pemeriksaan payudara sendiri yang baik sehingga akan terbentuk perilaku kesehatan dalam hal mendeteksi kelainan pada payudara. Metode merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi penyuluhan. Ceramah merupakan metode yang paling
sering digunakan dalam penyuluhan
terutama dalam memperkenalkan topik baru. Namun hanya 5% materi yang dapat diingat. Dengan metode diskusi, peserta dapat mengingat 50% materi (Emilia, 2008; Majid, 2013; Zaini, 2008).
Uraian di atas mendasari peneliti untuk
mengambil judul “Perbedaan Penyuluhan
Metode Ceramah dan Diskusi terhadap Keterampilan Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) pada Siswi Kelas XI SMA N 1 Sewon”.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan desain
penelitian eksperimen semu dengan
pendekatan postest-only with control group
design. Penelitian ini dilakukan di SMA N 1 Sewon, Bantul, Yogyakarta pada bulan Desember 2014 - Juni 2015. Populasi pada penelitian ini adalah siswi Kelas XI SMA N 1 Sewon sejumlah 158 orang.
Teknik sampling yang digunakan adalah
teknik cluster random sampling. Kelas XI
yang terdiri dari 10 kelas diambil 4 kelas secara acak dengan teknik undian. Tiap individu di dalam kelompok/kelas yang terpilih akan diambil sebagai sampel. Empat kelas yang diperoleh secara acak dari hasil undian adalah kelas XI MIA 2 sejumlah 20 siswi, XI MIA 6 sebanyak 10 siswi, XI IIS 1 sebanyak 16 siswi, dan XI IIS 2 sebanyak 14 siswi.
commit to user grup, sehingga total sampel yang diperlukan
yakni 60 responden.
Pemberian intervensi berupa
penyuluhan dengan metode ceramah dan diskusi. Instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah cheklist Pemeriksaan
Payudara Sendiri (SADARI) diambil dari penelitian yang dilakukan oleh Sari (2014) yang sudah dilakukan uji validitas dan reliabilitas.
Analisis univariat dalam penelitian ini
untuk mendeskripsikan karakteristik
responden dan keterampilan sesudah
intervensi dengan menghitung distribusi frekuensi dan presentase. Analisis bivariat pada penelitian ini sebelumnya dilakukan uji
normalitas data menggunakan uji
Kolmogorof–Smirnov. Analisis bivariat yang digunakan adalah uji t test tidak berpasangan (independen sampel t-test) dengan
menggunakan bantuan program SPSS
(Statistical Package for Social Science) For Windows versi 16.
HASIL PENELITIAN Karakteristik Responden
1. Umur responden
Tabel 4.1 : Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Umur di SMA N 1 Sewon
Umur (tahun)
Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol Frekuensi
(n)
Presentase (%)
Frekuensi (n)
Presentase (%)
15 1 3,33 0 0
16 11 36,67 9 30
17 18 60 21 70
Jumlah 30 100 30 100
Sumber: Data Primer, 2015
Tabel 4.1 menunjukkan mayoritas
responden dari kelompok eksperimen
berumur 17 tahun (60%). Sebelas responden (36,67%) berumur 16 tahun, dan 1 responden (3,33%) berumur 15 tahun. Pada kelompok kontrol, sebagian besar responden juga berusia 17 tahun (70%). Responden yang berumur 16 tahun sebanyak 9 orang (30%), dan tidak ada responden yang berusia 15 tahun.
2. Keterpaparan informasi tentang
pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) Tabel 4.2 : Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan keterpaparan informasi tentang pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) di SMA N 1 Sewon
Keterpaparan informasi
Kelompok Eksperimen
Kelompok Kontrol
Frek. (n)
Presentase (%)
Frek. (n)
Presentase (%) Belum 21 70 22 73,33
Sudah 9 30 8 26,67 Jumlah 30 100 30 100
Sumber: Data Primer, 2015
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa pada kelompok eksperimen, 21 responden (70%) belum pernah mengetahui informasi tentang pemeriksaan payudara sendiri sementara itu 9 responden (30%) pernah mendapatkan informasi tentang pemeriksaan payudara sendiri (SADARI). Pada kelompok kontrol, 22 responden (73,33%) belum pernah mengetahui informasi tentang pemeriksaan payudara sendiri, dan 6 responden (26,67%) pernah mendapatkan informasi tentang pemeriksaan payudara sendiri (SADARI).
Keterampilan Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)
Tabel 4.3 Distribusi frekuensi nilai
keterampilan pada kelompok eksperimen (diskusi) dan kelompok kontrol (ceramah) di SMA N 1 Sewon
Keterampilan
Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol Frek.
(n)
Presentase (%)
Frek. (n)
Presentase (%)
Baik 12 40 3 10
Cukup 16 53,33 14 46,67 Kurang 2 6,67 13 43,33 Jumlah 30 100 30 100
Sumber: Data Primer, 2015
Tabel 4.3 menunjukkan distribusi
frekuensi nilai keterampilan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) responden yang dikategorikan menurut Riwidikdo (2013) menjadi baik dengan nilai >76,59, cukup dengan rentang 50,07-76,59,dan kurang dengan nilai <50,07. Pada kelompok
eksperimen (diskusi), responden yang
commit to user kontrol 3 responden (10%) yang memiliki
keterampilan baik. Responden yang memiliki keterampilan dalam kategori cukup sebanyak 16 responden (53,33%) pada kelompok eksperimen, sedangkan pada kelompok kontrol sebanyak 14 responden
(46,67%). Responden yang memiliki
keterampilan dalam kategori kurang, 2
responden (6,67%) pada kelompok
eksperimen, dan 13 responden pada
kelompok kontrol (43,33%).
Tabel 4.4 Skor rata-rata keterampilan pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol di SMA N 1 Sewon
Kelompok N Mean SD Min. Maks. Eksperimen 30 70,55 10,93 50,00 88,89 Kontrol 30 56,11 11,42 33,33 77,78
Sumber: Data Primer, 2015
Tabel 4.4 menunjukkan mean atau
rata-rata keterampilan pemeriksaan payudara sendiri pada kelompok eksperimen yakni 70,55, sedangkan pada kelompok kontrol
sebesar 56,11. Standar deviasi skor
kelompok eksperimen sebesar 10,93,
sedangkan pada kelompok kontrol sebesar 11,42. Nilai minimum pada metode diskusi sebesar 50,00 sedangkan pada kelompok kontrol sebesar 33,33. Nilai maksimum pada
kelompok eksperimen sebesar 88,89
sedangkan pada kelompok kontrol sebesar 77,78.
Analisis Bivariat
Data sebelumnya dilakukan uji
persyaratan analisis yaitu uji normalitas. Uji normalitas dilakukan dengan program SPSS
versi 16 menggunakan uji
Kolmogorof-Smirnov sebagai berikut:
Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas
Kelompok Kolmogorof-Smirnov (Sig.) Eksperimen 0,104
Kontrol 0,158
Sumber: Data Primer, 2015
Hasil uji normalitas menunjukkan
sebaran data dari kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol berdistribusi normal (p>0,05).
Tabel 4.6 Hasil Uji Independent t-test
Levene’s Test for Equa lity
of Va ria nce
s
t-test for Equa lity of Mea ns
Sig t Sig. (2-ta iled)
Mea n Difference Keterampilan
SADARI
0,874 5,002 0,000 14,44533
Sumber: Data Primer, 2015
Hasil t-test menunjukkan p value uji t
sebesar 0,000 (p < 0,05), dengan mean
difference sebesar 14,44533. Maka Ha diterima dan Ho ditolak yang berarti ada perbedaan antara diskusi dan ceramah
terhadap keterampilan pemeriksaan
payudara sendiri (SADARI).
PEMBAHASAN
Karakteristik responden pada penelitian ini dilihat dari umur. Mayoritas umur responden yakni 17 tahun baik dari
kelompok eksperimen (60%) maupun
kelompok kontrol (70%). Responden yang berumur 16 tahun sebanyak 36,67% pada kelompok eksperimen, sedangkan pada
kelompok kontrol sebanyak 30%.
Responden yang berumur 15 tahun hanya satu orang (3,33%) yang berada pada
kelompok eksperimen. Usia tersebut
termasuk dalam masa remaja pertengahan
(15-18 tahun), masa berkembangnya
kemampuan berpikir yang baru, dimana
seorang individu mencapai puncak
perkembangan aspek intelektual.
Berfungsinya kegiatan kognitif tingkat tinggi dan mulai munculnya kemampuan
nalar secara ilmiah, belajar menguji
hipotesis, perencanaan, dan eksplorasi. Hal ini mempengaruhi pengetahuan sehingga
berpengaruh terhadap praktik atau
keterampilan seseorang (Agustiani, 2006).
Karakteristik responden yang lain
commit to user
eksperimen (70%) maupun kelompok
kontrol (73,33%) belum pernah mengetahui
tentang pemeriksaan payudara sendiri
(SADARI). Salah satu penyebabnya adalah belum adanya informasi dan penyuluhan
tentang pemeriksaan payudara sendiri
(SADARI). Berdasarkan wawancara dengan penanggung jawab UKS SMA N 1 Sewon, UKS SMA N 1 Sewon memang belum memiliki program penyuluhan tentang kesehatan remaja yang diprakarsai sendiri dengan melakukan kerja sama dengan pihak
puskesmas ataupun instansi kesehatan
lainnya.
Keterpaparan informasi akan
berpengaruh terhadap pengetahuan yang berdampak pada keterampilan seseorang.
Karayurt (2008) menyebutkan bahwa
pengetahuan yang baik tentang prosedur SADARI sangat penting dimiliki oleh remaja putri karena tahu tentang prosedur SADARI merupakan salah satu alasan yang menyebabkan remaja putri mengaplikasikan SADARI.
Keterampilan pemeriksaan payudara
sendiri (SADARI) pada kelompok
eksperimen didominasi oleh kategori cukup sebesar 53,33%. Kategori baik sebesar 40%
dan hanya 6,67% yang memiliki
keterampilan dengan kategori kurang.
Keterampilan kelompok kontrol didominasi oleh kategori cukup sebesar 46,67%. Kategori baik sebesar 10% dan kategori kurang sebesar 43,33%. Rata-rata skor keterampilan pada kelompok eksperimen yakni 70,55 sedangkan pada kelompok kontrol 56,11. Secara keseluruhan hasil penelitian menujukkan bahwa rata-rata nilai keterampilan pemeriksaan payudara sendiri antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol memilliki perbedaan. Kelompok
eksperimen memiliki rata-rata skor
keterampilan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol.
Hasil penelitian tersebut sesuai dengan penelitian oleh Tarigan (2010) yang berjudul
“Efektivitas Metode Ceramah dan Diskusi
Kelompok Terhadap Pengetahuan dan Sikap tentang Kesehatan Reproduksi pada Remaja di Yayasan Pendidikan Harapan Mekar
Medan”, menyebutkan bahwa perilaku
merupakan respons seseorang terhadap stimulus dari luar berupa respons terbuka
(praktik/tindakan). Perlakuan berupa
penyuluhan pada penelitian ini adalah suatu stimulus yang diberikan dengan dua cara yang berbeda, yaitu dengan metode diskusi dan metode ceramah, hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan stimulus yang berbeda akan menimbulkan hasil atau respon yang berbeda. Metode diskusi memberikan dampak pada nilai yang meningkat pada kelompok eksperimen. Metode diskusi memanfaatkan komunikasi
dua arah (two wa y method) serta interaksi
antarindividu untuk mencapai pemahaman yang lebih mendalam terhadap suatu materi (Notoatmodjo, 2014; Syafrudin, 2009).
Notoatmodjo (2014) menyebutkan
bahwa penyuluhan akan berpengaruh
terhadap keterampilan. Proses belajar yang terjadi yakni pada metode ceramah, peserta
mendapat informasi melalui indera
pendengaran dan penglihatan dengan
menggunakan media slide/powerpoint.
Informasi mulai disadari, dipersepsi dan
diketahui oleh peserta (a wareness) dan
retensi pengetahuan muncul sebesar 5%. Pada kelompok eksperimen dilanjutkan dengan metode diskusi. Proses yang terjadi dalam tahap ini yang pertama adalah fase perkenalan yang akan mengaktifkan kembali pengetahuan yang telah diberikan melalui
metode ceramah. Fase kedua adalah
eksplorasi, dimana responden didorong untuk memahami materi secara mendalam, terlibat aktif dengan saling tukar-menukar
informasi melalui interaksinya dengan
fasilitator maupun dengan peserta yang lain. Hal ini akan menyebabkan informasi yang
didapat lebih banyak, meningkatkan
commit to user topik, mengembangkan pemikiran kritis
serta perkembangan sosial. Fase selanjutnya
yakni penutup dimana fasilitator
meringkaskan poin-poin utama diskusi (Eggen & Kauchak, 2012; Jacobsen, 2009; Emilia, 2008). Retensi pengetahuan pada metode diskusi sebesar 50%.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Qiftiyah (2012) yang didapatkan bahwa terjadi perubahan yang signifikan pada perilaku merokok siswa laki-laki kelas XI IPS SMA Negeri 4 Tuban setelah diberikan penyuluhan dengan menggunakan metode diskusi. Hal ini dikarenakan oleh beberapa hal yaitu dalam diskusi kelompok ada hubungan yang kuat antara pengetahuan dengan praktek sehari-hari, yang biasanya tidak terdapat dalam metode lain seperti ceramah atau media massa, bahasa yang digunakan dalam diskusi lebih akrab bagi peserta, sehingga memungkinkan peserta tidak malu untuk berbicara, peserta dapat memberikan pertanyaan, menyampaikan gagasan atau memperbaiki pernyataan yang pernah diungkapkannya terdahulu, peserta diskusi berkesempatan untuk menemukan aspek masalah yang tidak diketahuinya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterampilan pada kelompok eksperimen didominasi dengan kategori cukup dan terdapat 2 responden (6,67%) yang memiliki kategori kurang hal ini dapat disebabkan karena berbagai faktor yang mempengaruhi seperti pengetahuan, sikap, kepercayaan,
nilai, tradisi serta hubungan sosial
responden. Motivasi dapat berpengaruh
terhadap keterampilan seperti yang
disebutkan dalam penelitian Melina (2014) bahwa individu yang memiliki motivasi tinggi memiliki tingkat keterampilan yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang
memiliki motivasi rendah. Fasilitas
pelayanan kesehatan, serta sikap dan perilaku tenaga kesehatan dan tokoh masyarakat juga berpengaruh terhadap keterampilan pemeriksaan payudara sendiri
(SADARI) (Notoatmodjo, 2014). Faktor-faktor tersebut tidak dikendalikan sehingga dapat berpengaruh terhadap keterampilan responden.
Metode ceramah yang dilakukan pada kelompok kontrol menunjukkan bahwa keterampilan juga didominasi oleh kategori cukup sebesar 46,67%, disusul 43,33% dengan kategori kurang dan terdapat pula responden yang memiliki keterampilan baik
sebesar 10%. Sementara itu mean/ rata-rata
skor keterampilan lebih rendah
dibandingkan pada kelompok eksperimen.
Banyaknya responden yang memiliki
keterampilan dalam kategori kurang dapat disebabkan karena kurangnya penguasaan materi oleh siswa. Hal tersebut dapat disebabkan karena ceramah hanya memiliki retensi pengetahuan sebesar 5% (Emilia, 2008), yang memungkinkan responden lupa
dengan langkah-langkah pemeriksaan
payudara sendiri (SADARI), sehingga
berpengaruh pada keterampilan dalam
memperagakan pemeriksaan tersebut. Pada metode ceramah, penyuluh lebih aktif, dan komunikasi hanya terjadi satu arah. Hal ini
menyebabkan informasi tidak lama
mengendap atau diingat hanya untuk jangka pendek (Susilo, 2011).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian oleh Wulandari (2013) yang berjudul “Perbedaan Penyuluhan Kesehatan Metode Ceramah dan Diskusi terhadap Sikap tentang SADARI ditinjau dari
Pengetahuan”, menyebutkan bahwa
commit to user
Hasil analisis bivariat
menunjukkan adanya perbedaan yang
bermakna antara keterampilan
pemeriksaan payudara sendiri
(SADARI) siswi setelah diberikan penyuluhan dengan metode ceramah dan penyuluhan dengan metode diskusi. Metode diskusi lebih meningkatkan enyuluhan dengan metode diskusi dapat
meningkatkan keterampilan
pemeriksaan payudara sendiri
(SADARI) pada siswi SMA N 1 Sewon. Penyebabnya adalah pada penyuluhan metode diskusi terdapat keterlibatan siswi berupa interaksi antarpeserta maupun dengan fasilitator, adanya asesmen dan umpan balik dan adanya kesempatan untuk memperdalam materi dikarenakan sebelumnya sudah ada
dasar pengetahuan dari metode
ceramah.
Penelitian ini didukung oleh
penelitian Green dalam Emilia (2008) yang menyebutkan bahwa metode
diskusi kelompok lebih efektif
dibandingkan metode ceramah
kelompok bila diperlukan adanya
perubahan sikap, atau keterampilan
problem solving atau penjelasan tentang keterampilan. Kusumawardani (2012)
menambahkan bahwa adanya
pemberian penyuluhan kesehatan maka pengetahuan akan bertambah sehingga praktik juga akan lebih baik.
Keterbatasan penelitian ini adalah
tidak adanya pretest sehingga tidak
dapat diketahui besarnya peningkatan keterampilan sebelum penyuluhan dan sesudah penyuluhan. Selain itu peneliti
tidak mengkaji faktor-faktor yang
mempengaruhi keterampilan seperti
pengetahuan, sikap, dan motivasi.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan
1. Mayoritas umur responden yakni 17
tahun baik dari kelompok eksperimen,
sebanyak 60% maupun kelompok
kontrol, sebanyak 70%. Umur 16 tahun
sebanyak 36,67% pada kelompok
eksperimen dan 30% pada kelompok kontrol. Umur 15 tahun sebanyak 3,33% pada kelompok eksperimen. Mayoritas responden dari kelompok eksperimen, sebanyak 70% dan kelompok kontrol
sebanyak 73,33% belum pernah
mengetahui tentang pemeriksaan
payudara sendiri (SADARI). Responden yang sudah mendapatkan informasi tentang pemeriksaan payudara sendiri
(SADARI) 30% pada kelompok
eksperimen dan 26,67% pada kelompok kontrol.
2. Responden pada kelompok eksperimen
yang memiliki keterampilan pemeriksaan
payudara sendiri (SADARI) baik
sebanyak 40%, cukup 53,33%, dan
kurang 6,67%. Rata-rata skor
keterampilan responden sebesar 70,55.
3. Responden pada kelompok kontrol yang
memiliki keterampilan pemeriksaan
payudara sendiri (SADARI) baik 10%, cukup 46,67%, dan kurang 43,33%. Rata-rata skor keterampilan responden sebesar 56,11.
4. Ada perbedaan penyuluhan dengan
metode ceramah dan diskusi terhadap
keterampilan pemeriksaan payudara
sendiri (SADARI) dengan p-value
sebesar 0,000 (p < 0,05) Saran
1. Bagi sekolah
commit to user (SADARI) kepada seluruh siswi di
sekolah tersebut dengan menggunakan metode diskusi.
2. Bagi responden
Responden diharapkan dapat melakukan kegiatan diskusi baik saat pelajaran
maupun membahas topik-topik
kesehatan agar dapat lebih meningkatkan keterampilan dalam hal ini pemeriksaan
payudara sendiri (SADARI) dan
responden diharapkan melakukan
pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) secara teratur setiap bulan.
3. Bagi Bidan/petugas kesehatan bidang
kesehatan reproduksi puskesmas wilayah Sewon
Bidan/petugas kesehatan bidang
kesehatan reproduksi puskesmas wilayah Sewon sebaiknya juga membuat program penyuluhan kesehatan remaja, termasuk SADARI yang bekerja sama dengan
pihak sekolah menengah atas di
Kecamatan Sewon dengan metode
diskusi.
4. Bagi peneliti selanjutnya
Peneliti selanjutnya dapat
mengembangkan penelitian tentang
metode penyuluhan kesehatan untuk meningkatkan keterampilan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) atau topik kesehatan reproduksi lainnya. Selain itu peneliti selanjutnya yang melakukan penelitian serupa agar meneliti skor
pretest sehingga diketahui kenaikan
rata-rata skor yang dikehendaki, serta
melakukan kajian terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi keterampilan seperti pengetahuan, sikap, motivasi, dll.
DAFTAR PUSTAKA
Agustiani, H., 2006. Psikologi
Perkembangan-Pendekatan Ekologi Kaitannya dengan Konsep Diri dan Penyesuaian Diri pada Remaja. Bandung: PT Refika Aditama. pp.121
Direktorat Tenaga Kependidikan, 2008.
Strategi Pembelajaran dan Pemilihannya.
https://www.scribd.com/doc/215061565
/14-KODE-03-B5-Strategi-Pembelajaran-Dan-Pemilihannya (4
Januari 2015)
Efendi, F., 2008. Kepera watan Kesehatan
Komunitas. Jakarta: Salemba Medika. pp. 62-5.
Eggen, P., Kauchak, D., 2012. Strategi
Model Pembelajaran Mengajarkan Konten dan Keterampilan Berpikir. 6th ed. Jakarta: Indeks. pp.155-64.
Emilia, O., 2008. Promosi Kesehatan dalam
Lingkup Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Pustaka Cendekia Press. pp. 31-5, 66-7.
Hidayat, AA., 2011. Metode Penelitian
Kebidanan dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika. pp. 60-1.
International Agency For Research on Cancer, 2012. World Cancer Factsheet.
http://www.cruk.org/cancerstats (20
November 2014)
Jacobsen, DA., Eggen, P., Kauchak, D.,
2009. Methods For Teaching
Metode-metode Pengaja ran Meningkatkan Belajar Siswa TK – SMA. 8th ed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. pp. 215-7, 238-41.
Kemenkes RI, 2014. Hilangkan Mitos
tentang Kanker.
http://www.depkes.go.id/article/print/20 1407070001/hilangkan-mitos-tentang-kanker.html (22 November 2014)
Kusumawardani, E., 2012. Pengaruh
commit to user Berdarah Dengue pada Anak.
Universitas Diponegoro. Skripsi.
Majid, A., 2013. Strategi Pembelajaran.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya. pp. 194-7, 200-5.
Melina, F., 2014. Perbedaan Media
Pembelajaran (Leaflet dan Video) terhadap Keterampilan SADARI Ditinjau dari Motivasi. http://s2mkk.pasca.uns.ac.id/?cat=2&pa
ged=17(30 Mei 2015)
Notoatmodjo, S., 2014. Ilmu Perilaku
Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. pp. 29-33.
Qiftiyah, M., 2012. Perbedaan Penyuluhan
dengan Metode Ceramah dan Diskusi terhadap Perilaku Merokok di SMA
Negeri 4 Tuban.
http://lppm.stikesnu.com/wp- content/uploads/2014/02/1-Mariyatul-Q.pdf (30 Mei 2015)
Riwidikdo, H., 2013. Statistik Untuk
Penelitian Kesehatan dengan Aplikasi Progra m R dan SPSS . Yogyakarta: Pustaka Rihama. pp. 125-142, 185-208.
Sari, DA., 2014. Pengaruh Penyuluhan
Metode Demonstrasi terhadap Keterampilan SADARI Siswi Kelas X dan XI SMA N 1 Kasihan. Poltekkes Kemenkes Yogyaka rta. KTI.
SIRS Dinas Kesehatan DIY, 2013. Jumlah
Penderita Kanker Payudara menurut Usia dan Kabupaten/Kota P rovinsi DIY Tahun 2013.
Suhita, BM., 2008. Perbedaan Health
Education terhadap Pengetahuan dan Keterampilan Wanita Dewasa tentang “ SADARI “ dalam Upaya Deteksi Dini Ca Mammae di Kediri. Universitas Sebelas Maret. Tesis
Sumiati, dkk., 2009. Kesehatan Remaja dan
Konseling. 1st ed. Jakarta: Trans Info Media. pp 10-6.
Susilo, R., 2011. Pendidikan Kesehatan
dalam Kepera watan. Yogyakarta: Nuha Medika. pp. 82-5.
Syafrudin, FY., 2009. Promosi Kesehatan
untuk Mahasiswa Kebidanan. Jakarta: Trans Info Medika. pp. 70-7.
Tarigan, AP., 2010. Efektivitas Metode
Ceramah dan Diskusi Kelompok Terhadap Pengetahuan dan Sikap tentang Kesehatan Reproduksi pada Remaja di Yayasan Pendidikan Harapan Mekar Medan. Universitas
Sumatera Utara. Tesis.
http://repository.usu.ac.id/handle/12345 6789/21925 (8 Januari 2015)
Wulandari, FI., 2013. Perbedaan
Penyuluhan Kesehatan Metode Ceramah dan Diskusi terhadap Sikap tentang SADARI ditinjau dari Pengetahuan. Universitas Sebelas Maret. Tesis
Zaini, H., 2008. Strategi pembelajaran Aktif.