• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis unjuk kerja jaringan Wireless Distribution System (WDS) : studi kasus Rumah Sakit Grhasia Daerah Istimewa Yogyakarta.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis unjuk kerja jaringan Wireless Distribution System (WDS) : studi kasus Rumah Sakit Grhasia Daerah Istimewa Yogyakarta."

Copied!
111
0
0

Teks penuh

(1)

i

ANALISIS UNJUK KERJA JARINGAN WIRELESS DISTRIBUTION SYSTEM (WDS)

“STUDI KASUS RUMAH SAKIT GRHASIA DAERAH ISTIMEWA

YOGYAKARTA”

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Komputer

Program Studi Teknik Informatika

Oleh

Andri Yudha Pratama 075314093

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)

ii

THE ANALYSIS OF PERFORMANCE NETWORK IN WIRELESS DISTRIBUTION SYSTEM (WDS)

“CASE STUDY GRHASIA HOSPITAL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA”

A THESIS

Presented as Partial Fulfillment of The Requirements to Obtain The Sarjana Komputer Degree

in Informatics Engineering Study Program

By:

Andri Yudha Pratama 075314093

INFORMATICS ENGINEERING STUDY PROGRAM DEPARTMENTS OF SCIENCE AND TECHNOLOGY

SANATA DHARMA UNIVERSITY YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

vii ABSTRAK

Jaringan Wireless Distribution System (WDS) adalah jaringan nirkabel yang

dikembangkan menggunakan beberapa access point tanpa harus memerlukan

backbone jaringan kabel untuk menghubungkan perangkat-perangkat jaringan

komputer. Wireless Distribution System (WDS) dapat direferensikan sebagai mode

repeater, karena WDS bisa tampak sebagai Bridge dan juga menerima wireless client

pada saat bersamaan. Untuk mengetahui performansi jaringan wireless distribution

system perlu dilakukan pengukuran. Parameter-parameter yang digunakan dalam

melakukan pengukuran adalah delay, throughput, dan packet loss.

Dalam skripsi ini, pengukuran dan penghitungan kinerja pada jaringan

wireless distribution system (WDS) yang dimiliki oleh Rumah Sakit Grhasia, DIY.

Pengukuran dilakukan dengan mengunggah dan mengunduh file sebesar 1 MB, 3

MB, 5 MB, dan 6 MB dari server yahoo.com yang berada pada master WDS

Grhasia-WAN, WDS NAKULA, dan WDS NAPZA. Pengukuran tiap WDS dilakukan dalam

kondisi normal dan sibuk dengan berdasarkan jarak 15 meter, 25 meter, dan 35 meter.

Secara keseluruhan kinerja jaringan wireless distribution system pada RS.

Grhasia DIY sudah termasuk baik dalam keadaan secara outdoor karena kinerja

jaringannya pada saat kondisi normal dan sibuk cenderung dalam kategori baik. Pada

waktu normal pentrasmisian data berlangsung cepat dengan throughput yang

diperoleh besar. Pentrasmisian data pada waktu sibuk membutuhkan waktu lebih

lama dengan besar throughput kecil. Besar packet loss tidak terlalu memberi

pengaruh besar terhadap performa jaringan wireless distribution system.

(8)

viii ABSTRACT

Wireless Distribution System Network (WDS) is a wireless network that was

developed using multiple access points without requiring a wired network backbone

to connect computer network devices. Wireless Distribution System (WDS) can be

referenced as a repeater mode, because it can seem as Bridge WDS and wireless

client also received at the same time. To find out performance wireless network

distribution system needs to be measured. The parameters used in measuring the

delay, throughput, and packet loss.

In this thesis, the measurement and calculation of performance in wireless

network distribution system (WDS), which is owned by the Hospital Grhasia, DIY.

Measurements were performed with upload and download files of 1 MB, 3 MB, 5

MB, and 6 MB of server yahoo.com located in the master-WAN Grhasia WDS, WDS

Nakula, and WDS drug. Measurements conducted by WDS in normal and busy with

a distance of 15 meters based, 25 meters, and 35 meters.

The overall performance of the wireless network distribution system on the

RS. Grhasia DIY is included either in the outdoor as network performance during

normal conditions and tend to be busy in either category. In normal time transmission

rapid throughput of data obtained great. Transmission data at a busy time takes more

time with the small throughput. Large packet loss is not too great influence on the

performance of wireless network distribution system.

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus, atas segala rahmat dan

anugerah yang telah diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

Analisis Unjuk Kerja Jaringan Wireless Distribution System (WDS) “Studi Kasus Rumah Sakit Grhasia Daerah Istimewa Yogyakarta” ini dengan baik. Dalam menyelesaikan tugas akhir ini, penulis tidak lepas dari bantuan sejumlah

pihak, oleh sebab itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Tuhan Yesus Kristus, yang selalu menuntun langkah hidup sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Ibu Paulina Heruningsih Prima Rosa, S.Si., M.Sc., selaku Dekan Fakultas

Sains dan Tenologi.

3. Ibu Ridowati Gunawan, S.Kom., M.T., selaku Ketua Program Studi

Teknik Informatika.

4. Bapak Damar Widjaja, S.T., M.T., selaku dosen pembimbing skripsi atas

saran, waktu, motivator, salam The Blues dan humoris yang telah

diberikan.

5. Bapak St. Yudianto Asmoro, S.T., M.Kom. dan Bapak Albertus Agung

Hadhiatma, S.T., M.T. selaku dosen penguji atas saran dan kritikan yang

telah diberikan.

6. Kedua orang tuaku tercinta, Alm. Bapak Yohanes Rehadi Sutimin dan Ibu

Elly Mulyaningrum untuk doa, perhatian, uang saku, dan semangat yang

selalu diberikan.

7. Ade Kurniawan, S.Kom dan staf RS Grhasia selaku pembimbing lapangan

yang telah membantu penulis dalam penelitian dan mengumpulkan data.

8. Keluarga Moelyadi (Mbah ti, Yudhi, A.md.Kep., Tiara, Bela, Aprilla,

Priska Om Ernawan, Om Totok, Om Dr. Heru K, S.P., M.P., Om Ervin

Rudi H, S.Pd., M.Pd., Om Hendro, A.md., Tante Retno, S.Pd., dan Tante

Tutuk) memberikan dorongan dan doa kepada penulis dalam usahanya

(10)
(11)

xi

HALAMAN PERSEMBAHAN

Apa yang kau alami kini

mungkin tak dapat engkau mengerti

cobaan yang engkau alami

tak melebihi kekuatanmu

Tuhanku tak akan memberi

ular beracun pada yang minta roti

satu hal tanamkan di hati

indah semua yang Tuhan b'ri

--Songwriter: Herry

Priyonggo--Kita semua selalu dihadapkan pada ribuan kesempatan emas yang tersamarkan

dengan baik oleh kesulitan.

Dengan kata lain, di balik segala jenis masalah yang menghadang kita,

sebenarnya terdapat banyak sekali kesempatan emas untuk

kehidupan sukses kita.

--Charles Swindoll

Skripsi ini saya persembahkan untuk:

Tuhan Yesus Kristus, Dosen, Keluarga, Teman-teman, dan Kekasih.

(12)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1: WDS Link point to point ... 11

Gambar 2.2: WDS Link point to Multi Point... 12

Gambar 2.3: Mode Ad Hoc... ... 13

Gambar 2.4: Mode wireless Infrastructure ... 13

Gambar 2.5: Lapisan komunikasi data (OSI layer) dan TCP/IP.. ... 15

Gambar 2.6: Screenshoot software Axence Net Tool ... 22

Gambar 2.7: Grafik pengukuran menggunakan DU Meter ... 23

Gambar 3.1: Topologi Jaringan Rumah Sakit Grhasia ... 24

Gambar 3.2: Model Jaringan yang Dianalisis ... 25

Gambar 3.3: Peta Lokasi WDS ... 26

Gambar 3.4: Peta posisi user di WDS Master Grhasia-WAN ... 27

Gambar 3.5: Peta posisi user di WDS NAPZA ... 27

Gambar 3.6: Peta posisi user di WDS NAKULA ... 28

Gambar 3.7: Peta posisi penguji di WDS Master Grhasia-WAN ... 28

Gambar 3.8: Peta posisi penguji di WDS NAPZA ... 29

Gambar 3.9: Peta posisi penguji di WDS NAKULA ... 29

Gambar 4.1: Grafik rata-rata throughput download WDS Grhasia-WAN ... 34

Gambar 4.2: Grafik rata-rata throughput upload WDS Grhasia-WAN ... 35

Gambar 4.3: Grafik rata-rata delay download WDS Grhasia-WAN ... 37

Gambar 4.4: Grafik rata-rata delay upload WDS Grhasia-WAN ... 39

Gambar 4.5: Grafik rata-rata packet loss download WDS Grhasia-WAN ... 40

Gambar 4.6: Grafik rata-rata packet loss upload WDS Grhasia-WAN ... 41

Gambar 4.7: Grafik rata-rata throughput download WDS NAKULA ... 43

Gambar 4.8: Grafik rata-rata throughput Upload WDS NAKULA ... 44

(13)

xiii

Gambar 4.10: Grafik rata-rata delay upload NAKULA ... 47

Gambar 4.11: Grafik rata-rata packet loss download WDS NAKULA ... 49

Gambar 4.12: Grafik rata-rata packet loss upload WDS NAKULA ... 50

Gambar 4.13: Grafik rata-rata throughput download WDS NAPZA ... 52

Gambar 4.14: Grafik rata-rata throughput upload WDS NAPZA ... 53

Gambar 4.15: Grafik rata-rata delay download WDS NAPZA ... 55

Gambar 4.16: Grafik rata-rata delay upload WDS NAPZA ... 57

Gambar 4.17: Grafik rata-rata packet loss download WDS NAPZA ... 58

Gambar 4.18: Grafik rata-rata packet loss upload WDS NAPZA ... 59

Gambar 4.19: Grafik perbandingan throughput download berdasarkan jarak 25m ... 62

Gambar 4.20: Grafik perbandingan rata-rata throughput upload berdasarkan jarak 25m ... 63

Gambar 4.21: Grafik perbandingan delay download berdasarkan jarak 25m ... 65

Gambar 4.22: Grafik perbandingan delay upload berdasarkan jarak 25m ... 66

Gambar 4.23: Grafik perbandingan packet loss download berdasarkan jarak 25m ... 67

Gambar 4.24: Grafik perbandingan packet loss upload berdasarkan jarak 25m ... 69

Gambar 4.25: Grafik perbandingan rata-rata throughput download berdasarkan ukuran file 6144 KB ... 70

Gambar 4.26: Grafik perbandingan rata-rata throughput upload berdasarkan ukuran file 6144 KB ... 71

Gambar 4.27: Grafik perbandingan rata-rata delay download berdasarkan ukuran file 6144 KB ... 73

Gambar 4.28: Grafik perbandingan rata-rata delay upload berdasarkan file 6144 KB ... 74

Gambar 4.29: Grafik perbandingan rata-rata packet loss download berdasarkan ukuran file 6144 KB ... 75

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1: Persentase packet loss ... 18

Tabel 2.2: Standar delay ... 19

Tabel 2.3: Kebutuhan aplikasi terhadap parameter performa jaringan ... 20

Tabel 4.1: Rata-rata Throughput download WDS Grhasia-WAN selama 5 hari(dalam Kbps) 33 Tabel 4.2: Rata-rata Throughput upload WDS Grhasia-WAN selama 5 hari (dalam Kbps) ... 35

Tabel 4.3: Rata-rata Delay Download WDS Grhasia-WAN selama 5 hari (dalam ms/KB) .... 36

Tabel 4.4: Rata-rata Delay Upload WDS Grhasia-WAN selama 5 hari (dalam ms/KB) ... 38

Tabel 4.5: Rata-rata Packet Loss Download WDS Grhasia-WAN selama 5 hari (dalam %) .. 39

Tabel 4.6: Rata-rata Packet Loss Upload WDS Grhasia-WAN selama 5 hari (dalam %) ... 41

Tabel 4.7: Rata-rata Throughput download WDS NAKULA selama 5 hari (dalam Kbps) ... 42

Tabel 4.8: Rata-rata Throughput upload WDS NAKULA selama 5 hari (dalam Kbps) ... 44

Tabel 4.9: Rata-rata Delay Download WDS NAKULA selama 5 hari (dalam ms/KB) ... 45

Tabel 4.10: Rata-rata Delay Upload WDS NAKULA selama 5 hari (dalam ms/KB) ... 47

Tabel 4.11: Rata-rata Packet Loss Download WDS NAKULA selama 5 hari (dalam %) ... 48

Tabel 4.12: Rata-rata Packet Loss Upload WDS NAKULA selama 5 hari (dalam %) ... 50

Tabel 4.13: Rata-rata Throughput download WDS NAPZA selama 5 hari(dalam Kbps) ... 51

Tabel 4.14: Rata-rata Throughput upload WDS NAPZA selama 5 hari (dalam Kbps) ... 53

Tabel 4.15: Rata-rata Delay Download WDS NAPZA selama 5 hari (dalam ms/KB) ... 54

Tabel 4.16: Rata-rata Delay Upload WDS NAPZA selama 5 hari (dalam ms/KB) ... 56

Tabel 4.17: Rata-rata Packet Loss Download WDS NAPZA selama 5 hari (dalam %) ... 57

Tabel 4.18: Rata-rata Packet Loss Upload WDS NAPZA selama 5 hari (dalam %) ... 59

Tabel 4.19: Perbandingan rata-rata Throughput Download WDS Master Grhasia-WAN, NAKULA, NAPZA selama 5 hari (dalam Kbps) ... 61

(15)

xv

Tabel 4.21: Perbandingan rata-rata Delay Download WDS Master Grhasia-WAN,

NAKULA, NAPZA selama 5 hari (dalam ms/KB) ... 64

Tabel 4.22: Perbandingan rata-rata Delay Upload WDS Master Grhasia-WAN, NAKULA,

NAPZA selama 5 hari (dalam ms/KB) ... 65

Tabel 4.23: Perbandingan rata-rata Packet Loss Download WDS Master Grhasia-WAN,

NAKULA, NAPZA selama 5 hari (dalam %) ... 67

Tabel 4.24: Perbandigan rata-rata Packet Loss Upload WDS Master Grhasia-WAN,

NAKULA, NAPZA selama 5 hari (dalam %) ... 68

Tabel 4.25: Perbandingan rata-rata Throughput Download WDS Master Grhasia-WAN,

NAKULA, NAPZA selama 5 hari (dalam Kbps) ... 70

Tabel 4.26: Perbandingan rata-rata Throughput Upload WDS Master Grhasia-WAN,

NAKULA, NAPZA selama 5 hari (dalam Kbps) ... 71

Tabel 4.27: Perbandingan rata-rata Delay Download WDS Master Grhasia-WAN,

NAKULA, NAPZA selama 5 hari (dalam ms/KB) ... 72

Tabel 4.28: Perbandingan rata-rata Delay Upload WDS Master Grhasia-WAN, NAKULA,

NAPZA selama 5 hari (dalam ms/KB) ... 73

Tabel 4.29: Perbandingan rata-rata Packet Loss Download WDS Master Grhasia-WAN,

NAKULA, NAPZA selama 5 hari (dalam ms/KB) ... 75

Tabel 4.30: Perbandingan rata-rata Packet Loss Upload WDS Master Grhasia-WAN,

(16)

xvi

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN HASIL KARYA ... ... v

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... ... vi

ABSTRAK ... ... vii

ABSTRACT ... ... viii

KATA PENGANTAR ... ... ix

HALAMAN PERSEMBAHAN ... ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR ISI ... ... xv

1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penulisan ... 3

1.4 Manfaat Penelitian ... 3

1.5 Batasan Masalah ... 4

1.6 Metodelogi Penelitian ... 4

1.7 Sistematika Penulisan ... 5

2 DASAR TEORI ... 7

2.1 Jaringan Komputer ... 8

2.2 Klasifikasi Jaringan Komputer ... 8

2.2.1 Wireless Local Area Network ... 9

(17)

xvii

2.2.1.2 Standart 802.11a/b/g/n ... 12

2.2.1.3 Mode Jaringan WLAN ... 13

2.3 Model Open System Interconnection ... 14

2.4 Model TCP/IP ... 16

2.5 Parameter Performansi Jaringan Quality of Service ... 17

2.6 Alat Pengukuran ... 21

2.6.1 Software Axence Net Tool ... 21

2.6.2 DU Meter ... 20

3 PERANCANGAN ... 24

3.1 Model Jaringan ... 24

3.2 Pengolahan dan Analisis Data ... 26

3.2.1 Delay ... 26

3.2.2 Throughput ... 26

3.2.3 Packet Loss ... 27

4 DATA DAN ANALISA KINERJA JARING ... 32

4.1 Data Penelitian ... 32

4.1.1 Data Kondisi Normal ... 32

4.1.2 Data Kondisi Sibuk ... 32

4.2 Data dan Analisa Hasil Kinerja Jaringan ... 33

4.2.1 Kondisi Jaringan WDS Grhasia WAN ... 33

4.2.1.1 Throughput download ... 33

4.2.1.2 Throughput Upload ... 34

4.2.1.3 Delay Download ... 36

4.2.1.4 Delay Upload ... 37

4.2.1.5 Packet Loss Download ... 39

4.2.1.6 Packet Loss Upload ... 40

4.2.2 Kondisi Jaringan WDS NAKULA ... 42

(18)

xviii

4.2.2.2 Throughput Upload ... 43

4.2.2.3 Delay Download ... 45

4.2.2.4 Delay Upload ... 46

4.2.2.5 Packet Loss Download ... 48

4.2.2.6 Packet Loss Upload ... 49

4.2.3 Kondisi Jaringan WDS Grhasia NAPZA ... 51

4.2.3.1 Throughput download ... 51

4.2.3.2 Throughput Upload ... 52

4.2.3.3 Delay Download ... 54

4.2.3.4 Delay Upload ... 56

4.2.3.5 Packet Loss Download ... 57

4.2.3.6 Packet Loss Upload ... 58

4.3 Analisis Keseluruhan pada Jarak 15 meter, 25 meter, dan 35 meter ... 60

4.4 Analisis Perbandingan Master WDS Grhasia-WAN, WDS NAKULA, dan WDS NAPZA berdasarakan jarak 25m ... 61

4.4.1 Throughput download ... 61

4.4.2 Throughput Upload ... 62

4.4.3 Delay Download ... 64

4.4.4 Delay Upload ... 65

4.4.5 Packet Loss Download ... 67

4.4.6 Packet Loss Upload ... 68

4.5 Analisis Perbandingan Master WDS Grhasia-WAN, WDS NAKULA, dan WDS NAPZA berdasarakan ukuran file 6144 KB ... 69

4.5.1 Throughput download ... 69

4.5.2 Throughput Upload ... 71

4.5.3 Delay Download ... 72

4.5.4 Delay Upload ... 73

(19)

xix

4.5.6 Packet Loss Upload ... 76

4.6 Analisa Menggunakan server external (yahoo.com) ... 77

5 KESIMPULAN DAN SARAN ... 78

5.1 Kesimpulan ... 78

5.2 Saran ... 79

DAFTAR PUSTAKA ... 80

(20)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Jaringan nirkabel merupakan salah satu alternatif terbaik dalam membangun

sebuah jaringan komputer yang praktis. Salah satu teknologi penting dan menjadi

trend dalam jaringan komputer adalah teknologi jaringan komputer nirkabel (Wireless

Local Area Network / WLAN) [1]. Teknologi ini adalah perkembangan dari teknologi

jaringan komputer lokal (Local Area Network) yang memungkinkan efisiensi dalam

implementasi dan pengembangan jaringan komputer karena dapat meningkatkan

mobilitas user dan mengingat keterbatasan dari teknologi jaringan komputer

menggunakan media kabel.

Kemudahan yang ditawarkan oleh teknologi nirkabel antara lain user dapat

terhubung ke dalam jaringan untuk mengakses file, mengambil data, serta melakukan

koneksi ke internet tanpa perlu menggunakan kabel. Jaringan nirkabel lebih mudah

untuk diimplementasikan karena tidak membutuhkan pemasangan kabel yang

kompleks sehingga dapat menghemat waktu. Jaringan nirkabel relatif lebih mudah

untuk dipelihara dan dilakukan perubahan konfigurasi secara fisik jika ada

penambahan user maupun perubahan posisi user.

Wireless LAN menggunakan frekuensi 2,4 Ghz yang disebut juga dengan

ISM band (Industrial, Scientific, Medical) yang dialokasi oleh FCC (Federal

Communication Commission), sebuah komisi komunikasi dunia untuk keperluan

industri, sains dan badan kesehatan. Tipe untuk standarisasi wireless LAN terbagi

menjadi 802.11a, 802.11b, 802.11g, dan 802.11n [2].

Rumah Sakit Grhasia DIY sebagai salah satu rumah sakit ternama di kota

Yogyakarta mulai mengembangkan teknologi pelayanan. Dengan semakin

berkembangnya Rumah Sakit Grhasia, kebutuhan akan jaringan komunikasi semakin

(21)

komputer di Rumah Sakit Grhasia DIY pada umumnya padat, seperti pengiriman file

dan pengunduhan file.

Pada awalnya, jaringan Rumah Sakit Grhasia DIY masih menggunakan

jaringan wired (Local Area Network). Berdasarkan kondisi jarak gedung di Rumah

Sakit Grhasia DIY yang begitu luas, sehingga Rumah Sakit Grhasia DIY

mengimplementasikan wireless distribution system (WDS) pada jaringan nirkabel.

Jaringan nirkabel di RS. Grhasia merupakan jaringan baru yang dikembangkan pada

tahun 2012 sebagai pengganti beberapa jaringan LAN dengan tujuan untuk dapat

menghemat perawatan jaringan dan mengoptimalkan kinerja para staf yang berada di

lingkungan RS. Grhasia.

WDS memungkinkan interkoneksi beberapa perangkat WLAN dalam satu

area jaringan nirkabel, setidaknya hanya menggunakan satu kabel jaringan sebagai

jalur backbone pada perangkat WLAN utama. Di RS. Grhasia terdapat 4 AP (access

point) yang berfungsi sebagai alat untuk menerapkan WDS. Access point yang

terdapat di RS. Grhasia memiliki cakupan jarak yang berbeda-beda. Empat AP

tersebut terdiri dari AP Grhasia WAN, AP Nakula, AP IPSRS, dan AP Napza. AP

IPSRS sendiri masih dalam perencanaan perbaikan. Jaringan nirkabel di RS. Grhasia

merupakan jaringan nirkabel yang bersifat outdoor.

Jaringan nirkabel di RS. Grhasia tersebut memiliki kelebihan dan kelemahan.

Kelebihan jaringan nirkabel di RS. Grhasia antara lain; menghemat perawatan

jaringan komputer, dapat diakses setiap tempat, dan lebih efektif penggunaannya.

Kelemahan jaringan nirkabel di RS. Grhasia antara lain; mudah terkena interferensi

dan kondisi jarak semakin jauh akan menghambat lajur akses data. Untuk saat ini,

jaringan nirkabel hanya dipakai begitu saja tanpa pernah diketahui baik atau buruk

kinerjanya.

Contoh penelitian lain mengenai wireless distribution system (WDS) antara

lain analisis performa wireless distribution system konfigurasi pada star dan mesh

(22)

menguji, dan mengambil data jaringan wireless untuk hotspot serta menganalisis

perbandingan konfigurasi star dan mesh. Pada pengukuran yang dilakukan oleh

peneliti tersebut, parameter yang diukur adalah throughput.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dan mempelajari apakah

performansi jaringan nirkabel di Rumah Sakit Ghrasia DIY dapat lebih

mengoptimalkan kinerja para staf atau bahkan sebaliknya tidak dapat

mengoptimalkan kinerja para staf. Untuk mengetahui jaringan nirkabel terhadap suatu

traffic tertentu dibutuhkan parameter Quality of Service (QoS). Parameter tersebut

antara lain packet loss, packet drop, frame loss, delay, dan jitter. Pada penelitian ini,

parameter yang diukur adalah delay, packet loss, dan throughput.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dituliskan beberapa permasalahan

yang akan dibahas pada penelitian ini, yaitu:

1. Bagaimana cara mengetahui performansi kinerja jaringan wireless distribution

system pada jaringan nirkabel RS. Grhasia?

2. Bagaimana menganalisa dan menyimpulkan performansi jaringan wireless

distribution system (baik atau buruk) pada jaringan nirkabel RS. Grhasia?

3. Bagaimana solusi atau rekomendasi untuk perkembangan performansi kinerja

jaringan wireless distribution system pada jaringan nirkabel di RS. Grhasia?

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan tugas akhir ini adalah memberikan pengetahuan tentang

kinerja jaringan nirkabel serta mendapatkan hasil kinerja jaringan melalui pengukuran

delay, packet loss, dan throughput.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah agar Rumah Sakit Ghrasia DIY dapat

mengetahui informasi tentang kinerja jaringan, untuk mengoptimalkannya menjadi

(23)

1.5 Batasan Masalah

Untuk menghindari pembahasan yang terlalu luas, penulis akan membatasi

dalam penulisan dengan hal-hal sebagai berikut:

1. Jaringan yang dibahas hanya jaringan nirkabel.

2. Kinerja yang dianalisis hanya mencakup delay, packet loss, dan throughput.

3. Model yang ditinjau dalam pengukuran kinerja nirkabel ini adalah workstation

yang terletak pada 3 WLAN yang berbeda.

4. Tidak membahas algoritma routing pada jaringan nirkabel.

5. Router WLAN yang digunakan adalah router yang ada pada Rumah Sakit

Grhasia DIY.

6. Pengukuran dilakukan selama lima hari (senin, selasa, rabu, kamis, dan jumat).

Pengambilan data dilakukan sehari 2 kali saat traffic masih dalam keadaan normal

yang berkisar sekitar jam 09.00 sampai 12.00 dan pada saat traffic masih keadaan

sibuk yang berkisar sekitar jam 12.00 sampai 15.00 (berdasarkan survei dari

karyawan).

1.6 Metodologi Penelitian

Metodologi penelitian yang digunakan oleh penulis pada penulisan Tugas

Akhir ini adalah:

1. Studi kasus

Mewawancarai beberapa staf RS. Grhasia DIY tentang permasalahan mengenai

jaringan nirkabel.

2. Studi literatur

Mempelajari tentang jaringan nirkabel, arsitektur WLAN, FTP, dan parameter

performa jaringan dengan mengumpulkan jurnal-jurnal, buku-buku, dan referensi

lainnya yang dapat mendukung topik ini.

3. Model Sistem

Penelitian dilakukan berdasarkan arsitektur jaringan nirkabel yang telah berjalan

(24)

4. Metode pengumpulan data

Data yang diambil dalam penelitian ini adalah berupa hasil pengukuran terhadap

delay, packet loss, dan throughput pada jaringan nirkabel.

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

a. Metode observasi

Kegiatan observasi dalam penelitian dilakukan untuk melakukan pengujian

secara aktif di setiap access point dengan melakukan mengirim file dan

mengunduh file pada komputer client (para staf).

b. Metode dokumentasi

Dokumentasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah gambar atau foto

tentang tempat penelitian, perangkat dan software serta data-data yang didapat

saat penelitian.

5. Metode analisis data

Penulis menganalisa hasil penelitian yang telah didapat dengan melakukan

perbandingan terhadap data dari beberapa kali pengukuran dan dicari penyebab

jika terjadi perbedaan terhadap data tersebut. Dari hal-hal tersebut dapat ditarik

kesimpulan tentang kinerja nirkabel tersebut sudah baik atau belum dan cara-cara

dilakukan jika ingin memperbaiki kinerjanya.

1.7 Sistematika Penulisan

Sistematika yang digunakan dalam tugas akhir ini adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN, menjelaskan tentang latar belakang, rumusan masalah

yang dihadapi, tujuan penulisan, batasan masalah, metodologi penelitian, manfaat

penulisan, dan sistematika penulisan tugas akhir ini.

BAB II LANDASAN TEORI, menjelaskan tentang dasar-dasar teori yang digunakan

dalam melakukan analisis dan pengukuran pada jaringan komputer di Rumah Sakit

Grhasia DIY.

BAB III RANCANGAN PENELITIAN, menjelaskan tentang rencana kerja yang

(25)

BAB IV HASIL DAN PENGAMATAN, menjelaskan tentang pemodelan jaringan

nirkabel, pengukuran dan analisa terhadap hasil pengukuran yang didapat.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN, menjelaskan tentang kesimpulan yang

(26)

7

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Jaringan Komputer

Jaringan komputer merupakan penggabungan teknologi komputer dan

komunikasi dari sekumpulan komputer berjumlah banyak yang terpisah-pisah, akan

tetapi saling berhubungan dalam melaksanakan tugasnya [4]. Jaringan komputer

adalah sebuah sistem yang terdiri atas komputer dan perangkat jaringan lainnya yang

bekerja bersama-sama untuk mencapai suatu tujuan yang sama. Tujuan dari jaringan

komputer adalah:

1. Membagi sumber daya, misalnya membagi printer, CPU, memory, ataupun

harddisk.

2. Komunikasi, misalnya e-mail, instant messanging, dan chatting.

3. Akses informasi, misalnya web browsing, download file, dan upload file.

Dalam sebuah jaringan komputer, antara satu komputer dan komputer lainnya,

dapat dihubungkan dengan menggunakan media kabel ataupun nirkabel. Pada awal

perkembangannya, jaringan kerap kali dihubungkan dengan menggunakan media

kabel, namun seiring dengan perkembangan dunia teknologi informasi yang kian

pesat, penggunaan media nirkabel kini sudah banyak diterapkan. Hal ini dikarenakan

semakin banyaknya user yang menggunakan laptop, sehingga user dapat mengakses

ke dalam jaringan secara mobilitas.

2.2 Klasifikasi Jaringan Komputer

Jaringan komputer dapat dibedakan berdasarkan luasnya daerah kerja yang

digunakan pada internet tersebut [4]. Rumah Sakit Grhasia DIY juga menerapkan

kelima network ini:

1. Local Area Network

Local Area Network (LAN) merupakan jaringan komputer bersifat pribadi, yang

(27)

pabrik-pabrik untuk pemakaian resource bersama (misalnya: printer dan modem) dan

saling bertukar informasi.

2. Metropolitan Area Network

Metropolitan Area Network (MAN) biasanya terdiri atas dua atau lebih LAN

dalam satu area geografis. MAN mencakup area geografis sebuah kota seperti jasa

televisi kabel dalam sebuah kota dan sebuah bank dengan banyak kantor cabang di

suatu kota.

3. Wide Area Network

Wide Area Network (WAN) merupakan jaringan yang memiliki luas jangkauan

yang sangat besar, biasanya meliputi sebuah negara atau benua. WAN terdiri dari

kumpulan mesin yang bertujuan untuk menjalankan program-program (aplikasi)

pemakai. Mesin-mesin ini dapat disebut sebagai host ataupun bisa juga end system. Host

dihubungkan oleh sebuah subnet komunikasi, atau cukup di sebut dengan subnet. Tugas

subnet adalah untuk membawa pesan dari satu host ke host lainnya, seperti halnya

telepon yang membawa pembicaraan dari pembicara ke pendengar.

4. Jaringan Tanpa Kabel

Komputer mobile, seperti komputer notebook dan personal digital assistant

(PDA), merupakan cabang industri komputer yang paling cepat pertumbuhannya.

Banyak pemilik jenis komputer tersebut mempunyai mesin-mesin desktop personal

computer (PC) yang terpasang pada LAN atau WAN dan menginginkan untuk

terhubung ke komputer pusat. Karena hubungan menggunakan kabel tidaklah

mungkin dibuat dalam mobil ataupun pesawat terbang, maka banyak yang tertarik

pada jaringan tanpa kabel ini. Sesungguhnya, komunikasi digital tanpa kabel

bukanlah hal yang baru.

5. Internetwork

Terdapat banyak jaringan di dunia ini, seringkali dengan perangkat keras dan

perangkat lunak yang berbeda-beda. Orang yang terhubung ke jaringan sangat

berharap untuk bisa berkomunikasi dengan orang lain yang terhubung ke jaringan

(28)

tidak kompatibel dan berbeda. Kadang kala dengan menggunakan sebuah mesin yang

disebut gateway untuk melakukan dan melaksanakan terjemahan yang diperlukan,

baik perangkat keras maupun perangkat lunaknya. Kumpulan jaringan yang

terinterkoneksi disebut internetwork atau internet.

2.2.1 Wireless Local Area Network

Wireless Local Area Network (WLAN) adalah jaringan komputer yang

menggunakan frekuensi radio dan infrared sebagai media trasmisi data [5]. Proses

komunikasi tanpa kabel ini dimulai dengan munculnya alat-alat berbasis gelombang

radio seperti, walkie talkie, remote control, cordless phone dan perangkat radio

lainnya. Hal ini menyebabkan adanya keinginan untuk menjadikan komputer sebagai

barang yang mudah dibawa (mobile) dan mudah digabungkan dengan jaringan yang

sudah ada. Akhirnya muncul pengembangan teknologi wireless untuk jaringan

komputer.

Jaringan nirkabel cocok untuk diterapkan di lokasi yang sukar atau tidak

mungkin untuk memasang kabel jaringan. Untuk menerapkan jaringan nirkabel, PC

harus dilengkapi dengan kartu wireless LAN, yang berfungsi untuk mengirim dan

menerima sinyal radio dari PC ke PC lain dalam jaringan.

2.2.1.1 Wireless Distribution System

Wireless Distribution System (WDS) memungkinkan jaringan

wireless dikembangkan menggunakan beberapa access point tanpa harus

memerlukan backbone jaringan kabel untuk menghubungkan mereka, seperti cara

tradisional [6]. Keuntungan yang bisa dilihat dari Wireless Distribution System

dibanding solusi lainnya adalah bahwa dengan Wireless Distribution System, header

MAC address dari paket traffic tidak berubah antar link access point. Tidak seperti

pada proses encapsulation misalnya pada komunikasi antar router yang selalu

menggunakan MAC address pada hop berikutnya.

Suatu access point bisa menjadi sebuah station utama, relay, atau remote base

(29)

Ethernet. Base station relay merelay station-2 kepada base station utama atau relay

station lainnya. Remote base station menerima koneksi dari client wireless dan

melewatkannya ke main station atau ke relay station juga. Koneksi antar client

menggunakan MAC address dibanding memberikan spesifikasi IP address.

Semua base station dalam Wireless Distribution System (WDS) harus

dikonfigurasi menggunakan channel radio yang sama, methoda enkripsi (tanpa

enkripsi, WEP, atau WAP) dan juga kunci enkripsi yang sama. WDS bisa

dikonfigurasi dengan menggunakan service set identifiers (SSID) yang berbeda

sebagai identitas. Wireless Distribution System (WDS) juga mengharuskan setiap

base station untuk bisa melewatkan kepada lainnya didalam system.

Wireless Distribution System (WDS) bisa juga direferensikan sebagai mode

repeater, karena WDS bisa tampak sebagai Bridge dan juga menerima wireless client

pada saat bersamaan (tidak seperti system bridge tradisional). Tetapi perlu juga

diperhatikan bahwa throughput dalam metoda ini adalah menjadi setengahnya untuk

semua client yang terhubung secara wireless. Wireless Distribution System (WDS)

bisa digunakan dalam dua jenis mode konekstivitas antar access point.

1. Wireless Bridging

Komunikasi access point Wireless Distribution System hanya satu dengan

lainnya (antar AP) dan tidak membolehkan wireless client lainnya atau Station

(STA) untuk mengaksesnya.

2. Wireless repeater

Access point berkomunikasi satu sama lain dan juga dengan wireless Station

(STA).

Ada dua kerugian dalam system Wireless Distribution System (WDS) ini:

1. Throughput efektif maksimum adalah terbagi dua setelah transmisi pertama (hop)

dibuat. Misalkan, dalam kasus dua router dihubungkan system Wireless

Distribution System (WDS), dan komunikasi terjadi antara satu komputer yang

terhubung ke router A dengan sebuah laptop yang terhubung secara wireless

(30)

separuhnya, karena router B harus re-transmit informasi selama komunikasi

antara dua belah sisi. Akan tetapi jika sebuah komputer dikoneksikan ke router A

dan notebook di koneksi kan ke router B (tanpa melalui koneksi wireless), maka

troughput tidak terbelah dua karena tidak ada re-transmit informasi.

2. Kunci enkripsi yang secara dinamis di berikan dan dirotasi biasanya tidak

disupport dalam koneksi Wireless Distribution System (WDS). Ini berarti

dynamic enkripsi WPA (Wi-Fi Protected Access) dan technology dynamic key

lainnya dalam banyak kasus tidak dapat digunakan, walaupun WPA

menggunakan pre-shared key adalah memungkinkan. Hal ini dikarenakan

kurangnya standarisasi dalam issue ini, yang mungkin saja di selesaikan dengan

standard 802.11s mendatang.

Dengan Wireless Distribution System, infrastrucktur wireless tanpa harus

membangun backbone kabel jaringan sebagai interkoneksi antar bridge. Wireless

Distribution System fitur memungkinkan membuat jaringan 2 wireless yang besar

dengan cara membuat link beberapa wireless access point dengan WDS Links.

Wireless Distribution System normalnya digunakan untuk membangun jaringan yang

besar dimana menarik kabel jaringan adalah tidak memungkinkan, alias mahal,

terbatas, atau secara fisik tidak memungkinkan untuk ditarik. Gambar 2.1 adalah

access point yang dihubungkan dengan WDS Link point to point.

Gambar 2.1 WDS Link point to point [6].

Gambar 2.2 adalah access point yang dihubungkan dengan WDS Link point to Multi

(31)

Gambar 2.2 WDS Link point to Multi Point [6].

2.2.1.2 Standart 802.11a/b/g/n

Pada tahun 1997, sebuah lembaga independen bernama IEEE membuat

spesifikasi/standar WLAN pertama yang diberi kode 802.11 [2]. Peralatan yang

sesuai standar 802.11 dapat bekerja pada frekuensi 2,4 GHz, dan kecepatan transfer

data (throughput) teoritis maksimal 2 Mbps. Pada bulan Juli 1999, IEEE kembali

mengeluarkan spesifikasi baru bernama 802.11b. Kecepatan transfer data teoritis

maksimal yang dapat dicapai adalah 11 Mbps. Kecepatan transfer data sebesar ini

sebanding dengan Ethernet tradisional (IEEE 802.3 10 Mbps atau 10 Base-T).

Peralatan yang menggunakan standar 802.11b juga bekerja pada frekuensi 2,4 GHz.

Salah satu kekurangan peralatan wireless yang bekerja pada frekuensi ini adalah

kemungkinan terjadinya interferensi dengan cordless phone, microwave oven, atau

peralatan lain yang menggunakan gelombang radio pada frekuensi sama.

Pada saat hampir bersamaan, IEEE membuat spesifikasi 802.11a yang

menggunakan teknik berbeda. Frekuensi yang digunakan 5 GHz, dan mendukung

kecepatan transfer data teoritis maksimal sampai 54 Mbps. Gelombang radio yang

dipancarkan oleh peralatan 802.11a relatif sukar menembus dinding atau penghalang

lainnya. Jarak jangkau gelombang radio relatif lebih pendek dibandingkan 802.11b.

Secara teknis, 802.11b tidak kompatibel dengan 802.11a. Namun saat ini cukup

banyak pabrik hardware yang membuat peralatan yang mendukung kedua standar

(32)

Pada tahun 2002, IEEE membuat spesifikasi baru yang dapat menggabungkan

kelebihan 802.11b dan 802.11a. Spesifikasi yang diberi kode 802.11g ini bekerja

pada frekuensi 2,4 GHz dengan kecepatan transfer data teoritis maksimal 54 Mbps.

Peralatan 802.11g kompatibel dengan 802.11b, sehingga dapat saling dipertukarkan.

Misalkan saja sebuah komputer yang menggunakan kartu jaringan 802.11g dapat

memanfaatkan access point 802.11b, dan sebaliknya.

2.2.1.3 Mode Jaringan WLAN

Jaringan nirkabel dikonfigurasi ke dalam dua jenis jaringan, yaitu

1. Peer-to-Peer/Ad Hoc LAN

Ad-Hoc merupakan mode jaringan WLAN yang sangat sederhana, karena pada

ad-hoc ini tidak memerlukan access point agar host dapat saling berinteraksi [7].

Device ini dapat saling berhubungan berdasarkan nama Service Set Identifier (SSID).

SSID adalah nama identitas komputer yang memiliki komponen nirkabel.

Gambar 2.3 Mode Ad Hoc [8].

2. Jaringan Server Based/wireless Infrastructure

Mode infrastruktur access point berfungsi untuk melayani komunikasi utama

pada jaringan wireless [7]. Access point mentransmisikan data pada komputer dengan

jangkauan tertentu pada suatu daerah. Penambahan dan pengaturan letak access point

dapat memperluas jangkauan dari WLAN.

(33)

2.3 Model Open System Interconnection

Open System Interconnection (OSI) terdiri dari tujuh layer yang terpisah, tapi

saling berhubungan, setiap bagian mendefinisikan bagaimana informasi berjalan

melalui jaringan [10]. Dalam arsitektur ber-layer komunikasi antara dua layer yang

berhubungan menggunakan paket data yang disebut protocol data unit (PDU).

Berikut penjelasan tiap-tiap layer dari OSI layer bawah ke atas:

1. Physical Layer

Physical Layer mencakup interface fisik antara peralatan dan peraturan

dimana setiap bit berpindah dari satu ke lainnya.

Contoh: hub dan repeater.

2. Data link Layer

Data link layer bertujuan untuk membuat physical link menjadi lebih reliable

dan menyediakan suatu cara untuk mengaktivasi, menjaga, dan menonaktifkan

suatu link. Service utama yang disediakan oleh layer data link terhadap layer di

atasnya adalah suatu error detection dan control.

Contoh: switch dan bridge.

3. Network Layer

Network layer tersedia untuk transfer informasi antara end system pada suatu

jaringan komunikasi. Pada layer ini sistem komputer berdialog dengan network

untuk menjelaskan alamat tujuan dan untuk me-request beberapa fasilitas

jaringan.

Contoh: router.

4. Transport Layer

Transport Layer menyediakan suatu mekanisme untuk menukar data antara

end system. Transport layer juga dapat digunakan untuk mengoptimasikan

kegunaan dari service network dan menyediakan suatu kualitas permintaan dari

layanan untuk entitas session.

(34)

5. Session Layer

Session Layer mengatur dialog antar jaringan. Tugas lain yang spesifik adalah

penyelarasan yang dilakukan saat pengiriman data. Layer ini juga

mensinkronisasi dialog diantara dua host layer presentation dan mengatur

pertukaran data.

Contoh: OS dan penjadwalan suatu aplikasi.

6. Presentation layer

Layer ini bertugas untuk mengubah kode/data yang dikirim oleh aplikasi

pengirim menjadi format yang lebih universal. Di penerima, layer ini bertanggung

jawab memformat kembali data ke data. Jika diperlukan pada layer ini dapat

menterjemahkan beberapa data format yang berbeda, kompresi dan enkripsi.

Contoh: JPEG, GIF, ASCII, EBCDIC.

7. Application layer

Layer ini adalah layer yang paling dekat dengan user, layer ini menyediakan

sebuah layanan jaringan kepada pengguna aplikasi. Layer ini berbeda dengan

layer lainnya yang dapat menyediakan layanan kepada layer lain.

Contoh: Telnet, HTTP, FTP, WWW browser, SMTP Gateway / mail client

(outlook).

(35)

2.4 Model TCP/IP

Arsitektur protokol Transmission Control Protocol/Internet Protocol

(TCP/IP) merupakan hasil dari penelitian protokol dan pengembangan dilakukan pada

jaringan percobaan packet-switched, ARPANET, yang didanai DARPA, dan secara

umum ditujukan sebagai satu set protokol TCP/IP [10]. Set protokol ini terdiri atas

sekumpulan besar protokol yang telah diajukan sebagai standard internet oleh

Internet Architecture Board (IAB).

Model TCP/IP terdiri atas lima layer, yaitu:

1. Physical Layer

Physical layer meliputi antar muka fisik diantara alat transmisi data dan media

transmisi atau jaringan, layer ini bekerja dengan menspesifikasi karakteristik dari

media transmisi, dasar dari sinyal, kecepatan data, dan sebagainya.

2. Network access layer

Meliputi pertukaran data antara end system (server, workstation, dan

sebagainya) dan jaringan dimana sistem itu terhubung. Komputer yang mengirim

harus menyediakan jaringan dengan alamat dari komputer yang dituju, agar

jaringan dapat mengirimkan data pada alamat yang benar.

3. Internet layer

Internet layer hampir sama dengan network access layer namun internet layer

menggunakan protokol internet untuk menyediakan fungsi routing yang meliputi

banyak jaringan. Protokol ini tidak hanya pada end system saja tetapi bekerja di

router.

4. Host-tohost layer

Layer ini disebut juga Transport layer berfungsi untuk menjamin agar data

yang dikirim sampai ke alamat tujuan, dan data yang diterima sama dengan data

(36)

5. Application Layer

Berisi logika yang dibutuhkan untuk mendukung berbagai aplikasi user,

misalkan aplikasi untuk mengirim file, modul yang terpisah diperlukan secara

khusus untuk aplikasi tersebut.

2.5 Parameter Performansi Jaringan Quality of Service

Quality of Service (QoS) didefinisikan sebagai suatu pengukuran tentang

seberapa baik suatu jaringan dan merupakan suatu usaha untuk mendefinisikan

karaktristik dan sifat dari suatu layanan [12]. QoS mengacu pada kemampuan suatu

jaringan untuk menyediakan layanan yang lebih baik pada trafik jaringan tertentu

dengan teknologi yang berbeda-beda. Tujuan dari QoS adalah untuk memenuhi

layanan yang berbeda yang menggunakan infrastruktur yang sama.

Kinerja jaringan dapat bervariasi akibat dari beberapa masalah, seperti halnya

masalah bandwidth, delay, jitter, throughput, dan packet loss yang dapat membuat

efek yang cukup besar bagi beberapa aplikasi. Sebagai contoh, komunikasi suara atau

video streaming dapat membuat pengguna mengeluh ketika paket data yang dialirkan

di atas bandwidth yang tidak cukup baik dengan delay yang tidak dapat diprediksi

atau jitter yang berlebihan. Fitur QoS bisa digunakan untuk memprediksi bandwidth,

jitter, dan delay dapat diprediksi.

Beberapa alasan yang menyebabkan QoS penting adalah:

1. Memberikan prioritas terhadap aplikasi-aplikasi yang kritis.

2. Memaksimalkan penggunaan investasi jaringan.

3. Merespon perubahan aliran trafik yang ada di jaringan.

4. Meningkatkan performansi untuk aplikasi yang sensitif terhadap delay, seperti

voice dan video.

Terdapat banyak hal yang bisa terjadi pada paket ketika ditransmisikan dari

asal sampai tujuan yang mengakibatkan masalah-masalah dilihat dari sudut pandang

(37)

1. Throughput

Throughput yaitu kecepatan (rate) transfer data efektif, yang diukur dengan

satuan bps (bit per second). Throughput merupakan jumlah total kedatangan paket

yang sampai ke tujuan selama interval tertentu dibagi oleh durasi interval waktu

tersebut. Ada juga yang disebut dengan goodput. Goodput merupakan kecepatan

transfer yang berada antara aplikasi di pengirim ke aplikasi di penerima. Semakin

besar nilai throughput, maka semakin baik kualitas jaringan tersebut. Jika tp adalah

throughput, dz adalah ukuran data yang dikirim, dan t adalah waktu yang dibutuhkan,

maka rumus untuk menentukan throughput jaringan komputer sebagai berikut:

t dz

Throughput ………(2.1)

2. Packet Loss

Packet Loss merupakan parameter yang menunjukkan jumlah total paket yang

hilang pada saat transmisi. Packet loss diukur dalam persen (%). Paket dapat

hilang karena disebabkan oleh collision dan congestion pada jaringan. Jika terjadi

congestion yang cukup lama, maka buffer akan penuh dan tidak bisa menampung

data baru yang akan diterima, sehingga mengakibatkan paket selanjutnya hilang.

Adapun tabel untuk menunjukkan persentase packet loss untuk jaringan,

berdasarkan standar ITU-T X.642 (rekomendasi X.642 International

Telecommunication Union) adalah :

Tabel 2.1 Persentase packet loss [12].

Kategori Degredasi Packet Loss

Sangat bagus 0

Bagus 1-3%

Sedang 4-15%

Jelek 16-25%

(38)

%

suatu antrian yang sudah penuh, maka paket akan didrop / dibuang sesuai dengan

jenis antrian yang dipakai.

4. Delay (Latency)

Delay adalah waktu yang dibutuhkan data untuk menempuh jarak dari asal

sampai ke tujuan. Delay dapat dipengaruhi oleh jarak, media fisik, congestion

atau juga waktu proses yang lama. Selain itu adanya antrian atau mengambil rute

lain untuk menghindari kemacetan juga dapat mempengaruhi delay, oleh karena

itu mekanisme antrian dan routing juga berperan. Adapun tabel untuk

menunjukkan performa kategori delay untuk jaringan, berdasarkan standar ITU-T

X.642 (rekomendasi X.642 International Telecommunication Union) adalah :

Tabel 2.2 Standar delay [12]

Kategori Delay Besar Delay

Excellent < 150 ms

Good 150 s/d 300 ms

Poor 300 s/d 450 ms

Unacceptable > 450 ms

Secara sistematis, packet loss dapat dihubungkan dengan cara:

R L

Delay  ……….(2.3)

(39)

5. Jitter

Jitter didefinisikan sebagai variasi delay dari sebuah paket yang berasal dari

aliran data yang sama. Jitter yang tinggi artinya perbedaan waktu delay-nya besar,

sedangkan jitter yang rendah artinya perbedaan waktu delay-nya kecil. Jitter

dapat diakibatkan oleh variasi-variasi panjang antrian, waktu pengolahan data,

dan juga dalam waktu penghimpunan ulang (reasembly) paket-paket di akhir

perjalanan.

6. Reliability

Realibility adalah karakteristik kehandalan sebuah aliran data dalam jaringan

internet. Masing-masing program aplikasi memiliki kebutuhan realibility yang

berbeda. Untuk proses pengiriman data, e-mail, dan pengaksesan internet jaringan

internet harus dapat diandalkan dibandingkan dengan konferensi audio atau

saluran telepon.

7. Bandwidth

Bandwidth adalah lebar jalur yang dipakai untuk transmisi data atau kecepatan

jaringan. Aplikasi yang berbeda membutuhkan bandwidth yang berbeda.

Dalam beberapa aplikasi, kebutuhan akan parameter performa jaringan di atas

berbeda-beda. Adapun tabel untuk menunjukkan perbedaan-perbedaan ini adalah:

Tabel 2.3 Kebutuhan aplikasi terhadap parameter performa jaringan [12].

Aplication Reliability Delay Jitter Bandwidth

E-mail High Low Low Low

File transfer High Low Low Medium

Web Access High Medium Low Medium

Remote login High Medium Medium Low

Audio on demand Low Low High Medium

Video on demand Low Low High High

Telephony Low High High Low

(40)

2.6Alat Pengukuran

Proses pengukuran dalam Tugas Akhir ini akan menggunakan Software

Axence Net Tool dan DU meter.

2.6.1 Software Axence Net Tool

Software Axence Net Tool ini dibuat oleh Axence Software, Inc yang berfungsi

untuk memonitor performansi jaringan dengan cepat. Axence Net Tool berbasis grafik

(GUI) sehingga dapat mudah dipahami. Terdapat berbagai macam menu yang dapat

digunakan untuk mengukur performansi jaringan.

1. New Watch

Menu ini menampilkan host yang dimonitor, response time dan paket yang

dikirim maupun yang hilang. Terdapat juga grafik yang menunjukkan antara

response time dan packet lost (%).

2. Win Tool

Untuk mengidentifikasi informasi tentang perangkat/device yang dimiliki

suatu host.

3. Local Info

Menampilkan beberapa tabel informasi tentang konfigurasi jaringan seperti

statistik TCP/UDP dan ICMP, IP address table, ARP table, IP routing table,

dan informasi network adapter.

4. Net Stat

Menampilkan daftar koneksi yang masuk dan koneksi yang keluar, dan

informasi tentang port-port TCP/UDP.

5. Ping

Melakukan pengecekan terhadap koneksi suatu host dengan proses ping.

6. Trace

Menunjukkan rute koneksi dan informasi yang dilakukan suatu host.

7. Lookup

(41)

8. Bandwidth

Untuk mengetahui berapa bandwidth yang ada dijaringan.

9. Net Check

Untuk mengukur kualitas hardware yang ada di jaringan.

10.TCP/IP Workshop

Untuk melakukan troubleshooting terhadap koneksi TCP dan UDP serta

melakukan tes terhadap layanan yang berbeda.

11.Scan Host

Melakukan scanning terhadap host yang berada di jaringan beserta port-port

yang digunakan.

12.Scan Network

Melakukan scanning terhadap jaringan untuk menemukan IP address, nama

host, MAC, service, system dan response time.

13.SNMP

Untuk melakukan pencarian informasi terhadap suatu host dengan memakai

bantuan SNMP agent.

(42)

2.6.2 DU Meter

DU Meter merupakan sebuah software untuk mengukur kecepatan transfer

data aktual atau throughput sebuah jaringan. Tanda anak panah ke bawah dengan

warna merah menunjukkan transfer rate karena aktivitas download, sedangkan tanda

anak panah ke atas dengan warna hijau menunjukkan transfer rate karena aktivitas

upload.

(43)

24

BAB III PERANCANGAN

3.1 Model Jaringan

Sebagai salah satu contoh model jaringan yang dimiliki oleh Rumah Sakit

DIY, jaringan internet tersebut dihubungkan dari jaringan kantor provinsi kepatihan

dan melalui Internet Service Provider Jogja Media Net (ISP JMN). Contoh model

jaringan tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.1 sebagai berikut:

Master-WDS

(44)

Gambar 3.2 menunjukkan jaringan nirkabel yang dimiliki oleh RS. Grhasia

DIY. Jaringan Wireless Distribution System (WDS) menghubungkan access point

utama antar access point Nakula, access point IPSRS, dan access point NAPZA

melalui jaringan nirkabel.

Master-WDS AP – Grhasia WAN

AP – Nakula

AP – IPSRS

AP – NAPZA

WDS-2 WDS-1

WDS-3 192.168.1.23

192.168.96.21

512 Kbps

PoE Switch

PoE

PoE

192.168.96.22

± 132 mete

r

± 6 3 m

eter

5 Mbps

Gambar 3.2 Model Jaringan yang Dianalisis.

Terdapat beberapa asumsi sebelum melakukan pengukuran terhadap kinerja

(45)

1. Pengukuran yang dilakukan tidak mempertimbangkan kondisi internal yang

ada dalam jaringan nirkabel WDS, misalnya gangguan pada media transmisi.

2. Pengukuran hanya dilakukan pada Rumah Sakit Grhasia DIY dari access

point Ghrasia WAN, access point Nakula, dan access point NAPZA. Tidak

melakukan pengukuran pada AP IPSRS, karena AP IPSRS masih dalam

perencanaan pengembangan.

3. Besar bandwidth yang disediakan oleh kantor Provinsi Kepatihan 5 Mbps, dan

besar bandwidth yang disediakan untuk jaringan WDS 512 Kbps.

4. Frekuensi perangkat access point yang digunakan adalah 2,4 GHz.

5. Paket yang akan dikirimkan ke server email yahoo.com sebesar 1 MB, 3 MB,

5 MB, 6 MB (berdasarkan dengan kebutuhan para staf RS. Grhasia DIY).

3.2 Peta Lokasi 3.2.1 Posisi WDS

Peta keseluruhan WDS yang ada di Rumah Sakit Grhasia dapat dilihat pada gambar

3.3 sebagai berikut:

(46)

3.2.2 Posisi User

Gambar 3.4 menunjukkan posisi user/staf yang berada di jaringan WDS

Master Grhasia-WAN.

U

p

Ruang Kassa Ruang

Apotek Klinik GigiRuang

Pendaftaran

Informasi Ruang Rekam

Medis (CM)

Klinik Umum Klinik

Psikologi dan Alkukuntur

Gedung Utama

Gambar 3.4 Peta posisi user di WDS Master Grhasia-WAN.

Gambar 3.5 menunjukkan posisi user/staf yang berada di jaringan WDS

NAPZA.

U

p

Gedung Napza

(47)

Gambar 3.6 menunjukkan posisi user/staf yang berada di jaringan WDS

NAKULA.

Gedung Nakula

B

an

gsa

l P

asi

en

Ji

w

a P

ria

Gedung Srikandi

B

an

gsa

l P

asi

en

Ji

w

a W

an

ita

Gambar 3.6 Peta posisi user di WDS NAKULA

3.2.3 Posisi Penguji

Gambar 3.7 menunjukkan posisi penguji yang berada di jaringan WDS Master

Grhasia-WAN.

(48)

Gambar 3.8 menunjukkan posisi penguji yang berada di jaringan WDS NAPZA.

Gambar 3.8 Peta posisi penguji di WDS NAPZA

Gambar 3.9 menunjukkan posisi penguji yang berada di jaringan WDS NAKULA.

(49)

3.3 Pengolahan dan Analisis Data 3.3.1 Delay

Pengukuran delay dilakukan dengan mengirim dan mengunduh file yang

disimpan pada server email yahoo.com dari client workstation sebagai client. Dari

data hasil pengunduhan file tersebut, waktu yang dibutuhkan data dari server sampai

pada client akan dapat diketahui. Delay akan dibandingkan dengan teori-teori yang

ada. Dari hasil perbandingan tersebut, besarnya delay dapat diketahui apakah

termasuk dalam kategori baik atau buruk. Jika termasuk dalam kategori buruk, maka

penyebab dari perbedaan waktu atau besarnya delay pada setiap pengiriman paket

akan dicari.

3.3.2 Throughput

Pengukuran dilakukan tiap-tiap access point dengan melakukan mengirim file

dan mengunduh file dari server di internet dari client workstation melalui jaringan

WDS nirkabel. Penggunaan DU Meter akan langsung memperlihatkan besarnya

throughput. Besarnya throughput masuk dapat diketahui apakah masuk klasifikasi

baik atau buruk. Dari hasil tersebut, penyebab throughput dan pengaruh besar paket

yang dikirimkan terhadap besarnya throughput dapat dianalisis.

3.3.3 Packet Loss

Dari hasil pengukuran, besarnya packet loss pada setiap pengiriman dan

pengunduhan data dari server dapat dilihat. Berdasarkan standar ITU-T X.642,

standar persentase packet loss untuk jaringan adalah sebagai berikut: Sangat bagus

(0%), Bagus (1% - 3% ), Sedang (4-15%), dan Jelek (16% - 25%) [12]. Berdasarkan

standarisasi tersebut, packet loss saat pengiriman tersebut termasuk dapat diketahui

apakah dalam ketegori sangat bagus, bagus, sedang ataupun jelek.

3.4 Rencana Kerja

Rencana kerja yang digunakan dalam proses pengukuran adalah sebagai

(50)

1. Pengukuran dilakukan dua kali, yaitu:

a. Pada jam 09.00 – 12.00 dalam lima hari. Dilakukan pada saat traffic

dalam keadaan normal.

b. Pada jam 12.00 – 15.00 dalam lima hari. Dilakukan pada saat traffic

dalam keadaan sibuk (berdasarkan survey dari karyawan).

2. Penulis melakukan pengujian secara aktif di setiap access point dengan

melakukan mengirim file dan mengunduh file.

3. Melihat pada output alat pengukuran, saat melakukan mengirim file dan

mengunduh file, pengukuran packet loss akan dilakukan dengan

menggunakan Software Axence Net Tool dan pengukuran throughput akan

dilakukan menggunakan DU meter.

4. Analisa terhadap hasil pengukuran yang didapat pada jaringan nirkabel WDS

(51)

32 BAB IV

DATA DAN ANALISA KINERJA JARINGAN

4.1 Data Penelitian

Hasil pengukuran yang didapat dari penelitian selama 4 bulan adalah data

mentah yang didapat dari Axence Net Tool dan DU meter. Data tersebut digunakan

untuk menghitung besarnya delay, packet loss, dan throughput.

Data mentah yang sudah didapat kemudian dihitung menggunakan persamaan

pada bab 2. Packet loss didapatkan dari prosentase paket yang mengalami drop

dengan paket yang dikirim. Hasil perhitungan parameter-parameter kinerja jaringan

Wireless Distribution System (WDS) di Rumah Sakit Ghrasia DIY disajikan dalam

tabel pada masing-masing kondisi berikut ini.

4.1.1 Data Kondisi Normal

Data performansi jaringan pada kondisi normal diambil pada waktu jam kerja

yaitu pada pukul 09.00 sampai 12.00 secara realtime (survey). Pengguna jaringan saat

kondisi normal pada setiap WDS berbeda-beda. Pengguna jaringan master WDS

Grhasia WAN rata-rata 8 pengguna, WDS Nakula rata-rata 4 pengguna, dan WDS

NAPZA rata-rata 6 pengguna.

4.1.2 Data Kondisi Sibuk

Data performansi jaringan pada kondisi sibuk diambil pada waktu jam kerja

yaitu pada pukul 13.00 sampai 16.00 secara realtime (survey). Pengambilan data ini

selama waktu transisi dari waktu akhir bulan Oktober sampai pertengahan bulan

Januari. Pengguna jaringan saat kondisi sibuk pada master WDS Grahsia WAN

rata-rata 12 pengguna, WDS Nakula rata-rata-rata-rata 7 pengguna, dan WDS NAPZA rata-rata-rata-rata 9

(52)

4.2 Data dan Analisa Hasil Kinerja Jaringan 4.2.1 Kondisi Jaringan WDS Grhasia WAN

Jaringan WDS Grhasia-WAN merupakan master jaringan wireless yang

terdapat di Rumah Sakit Grhasia. Router WDS Grhasia-WAN terletak di gedung

utama yang bersebelahan dengan gedung IGD.

4.2.1.1 Throughput download

Berdasarkan hasil pengukuran jarak 15 meter, 25 meter, dan 35 meter yang

telah dilakukan, besarnya rata-rata throughput jaringan wireless distribution system di

Rumah Sakit Grhasia pada saat pengujian download dapat digambarkan seperti

Gambar 4.1. Jarak keseluruhan throughput yang dihasilkan pada jarak 15 meter lebih

besar dari pada saat pengujian jaringan WDS Grhasia WAN pada jarak 25 meter dan

35 meter. Jarak yang semakin jauh menyebabkan luas cakupan signal menjadi lemah

dan terbagi dengan jumlah pengguna yang lain, sehingga pengguna pada jarak yang

jauh throughput menjadi kecil. Tabel 4.1 menunjukkan rata-rata data pengukuran

throughput download file 1024 KB, 3072 KB, 5120 KB, dan 6144 KB yang

dilakukan selama lima hari.

Tabel 4.1 Rata-rata throughput download WDS Grhasia-WAN

selama 5 hari (dalam Kbps)

File (KB) Normal

Dari ketiga jarak perbedaan antara keadaan sibuk terlihat throughput lebih

(53)

yang berukuran 1024 KB, 3072 KB, 5120 KB, dan 6144 KB menunjukkan

throughput yang hampir terlihat sama yaitu dibawah 90 kbps. Hal ini dikarenakan

banyaknya pengguna jaringan tersebut dalam keadaan sibuk, sehingga besarnya

throughput menjadi semakin kecil.

Sesuai dengan teori, semakin besar throughput, semakin baik kualitas jaringan

tersebut. Kepadatan pada jam sibuk membuat kualitas throughput lebih jelek daripada

jam normal. Dari ketiga jarak selama 5 hari cenderung terlihat stabil karena

throughput waktu sibuk selalu di bawah waktu normal. Jadi kualitas jaringan waktu

normal lebih baik daripada waktu sibuk.

Gambar 4.1 Grafik rata-rata throughput download WDS Grhasia-WAN

4.2.1.2 Throughput Upload

Tabel 4.2 menunjukkan data yang didapat selama lima hari berupa rata-rata dari

throughput upload WDS Grhasia-WAN berdasarkan ukuran file di ketiga jarak.

Throughput upload berdasarkan jarak juga dapat digambarkan dalam grafik pada

(54)

Tabel 4.2 Rata-rata Throughput upload WDS Grhasia-WAN

selama 5 hari (dalam Kbps)

File (KB) Normal 15m

Sibuk 15m

Normal 25m

Sibuk 25m

Normal 35m

Sibuk 35m

1024 242.78 152.28 105.36 100.48 67.6 45.66

3072 224.48 144.6 122.54 106.88 73.6 55.54

5120 213.02 148.52 124.76 107.82 71.8 59.16

6144 221.86 141.28 111.42 100.34 74.76 54.48

Gambar 4.2 Grafik rata-rata throughput upload WDS Grhasia-WAN

Gambar 4.2 menunjukkan throughput upload pada ketiga jarak dalam keadaan

sibuk dan normal selama lima hari. Pada 15m throughput pada keadaan normal selalu

lebih besar daripada keadaan sibuk, jadi semakin besar throughput, kualitas jaringan

semakin baik. Sebagai contoh file dengan ukuran 6144 KB pada jarak 15m sebesar

221.86 Kbps pada saat kondisi normal dan 141.28 Kbps pada saat kondisi sibuk.

Jika mengacu pada BAB 2 sesuai dengan teori throughput yaitu semakin

besar throughtput pada sebuah jaringan semakin baik juga kualitas jaringannya.

(55)

keadaan normal dan pada keadaan sibuk throughput di ketiga jarak dalam kondisi

yang sama. Throughput upload saat kondisi normal lebih tinggi daripada kondisi

sibuk. Hal ini terjadi karena lalu lintas traffic pada kondisi sibuk lebih tinggi sehingga

throughput menjadi lebih kecil. Kondisi ini mengindikasikan saat kondisi jaringan

sibuk mempunyai beban jaringan yang cukup besar.

4.2.1.3 Delay Download

Tabel 4.3 menunjukkan data berupa rata-rata dari delay (latency) download

berdasarkan jarak. Gambar 4.3 menunjukkan delay download berdasarkan jarak

dengan ukuran file 1024 KB, 3072 KB, 5120 KB, dan 6144 KB.

Tabel 4.3 Rata-rata Delay Download WDS Grhasia-WAN

selama 5 hari (dalam ms/KB)

File

Sesuai dengan standar ITU-T X.642 delay (latency) download pada jarak 15m

Gambar

Gambar 2.1 WDS Link point to point [6].
Gambar 2.3 Mode Ad Hoc [8].
Gambar 2.5 Lapisan komunikasi data (OSI layer) dan TCP/IP [11]
Tabel 2.1 Persentase packet loss [12].
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tingkat pengungkit operasi ( degree of operating leverage = DOL ) untuk tingkat penjualan tertentu dapat diukur dengan menggunakan rasio margin kontribusi terhadap laba.

Mengacu pada Lemma 1.8, Lemma 1.9 dan Lemma 1.10 pada bagian selanjutnya dibuktikan interval kekontraktifan pemetaan dengan kondisi tipe kontraktif pada [3] untuk

Adapun batasan masalah dalam perancangan ini hanya meliputi perancangan layanan SaaS yang dapat digunakan pada setiap laboratorium tanpa membahas kinerja seluruh jaringan

Melihat gelagat konsumen generasi baru ini, para pemain besar seperti Microsoft mulai 'mengundang' jutaan orang untuk mendownload versi beta dari softwarenya untuk di-test

Dalam pembuatan akta pendirian yayasan, pendiri dapat diwakili oleh orang. lain berdasarkan

“Nah, sudah berapa cara mengontrol perasaan marah yang kita pelajari?. Sekarang kita tambahkan jadual kegiatannya dengan minum obat. Jangan lupa laksanakan semua dengan teratur

Keahlian komite audit (X1) yang diukur dengan Indikator persentase memiliki nilai probabilitas sebesar 0.8650 yang lebih besar dari tingkat signifikansi α = 0,05 yang

Pada kegiatan penelitian ini sekaligus akan diketahui manfaat ubi kayu dalam menggantikan pakan sumber energi yang berasal dari impor yaitu wheat pollard;