• Tidak ada hasil yang ditemukan

MANAJEMEN PEMBIAYAAN PENDIDIKAN DAN MUTU PENDIDIKAN PADA LEMBAGA PENDIDIKAN SWASTA : Studi Kasus di Lembaga Pendidikan Bahasa Asing, LIA, MMC, ELS dan Cinderella di Bandung Tahun 2002 - 2003.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MANAJEMEN PEMBIAYAAN PENDIDIKAN DAN MUTU PENDIDIKAN PADA LEMBAGA PENDIDIKAN SWASTA : Studi Kasus di Lembaga Pendidikan Bahasa Asing, LIA, MMC, ELS dan Cinderella di Bandung Tahun 2002 - 2003."

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

HO 4£? - Zi26'

MANAJEMEN PEMBIAYAAN PENDIDIKAN DAN MUTU

PENDIDIKAN PADA LEMBAGA PENDIDIKAN SWASTA

(Studi Kasus di Lembaga Pendidikan Bahasa Asing,

LIA, MMC, ELS dan Cinderella di Bandung Tahun 2002 - 2003)

T E S I S

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

pada Program Studi Administrasi Pendidikan

Oleh : Rachman Firdau

019531

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING

Pembimbing I

(Prof. Dr. Mohammad Fakry Gaffar, M.Ed)

Pembimbing II

(3)

Disetujui dan disahkan oleh

Ketua Program Studi Administrasi Pendidikan

(4)

ABSTRAK

Manajemen Pembiayaan Pendidikan dan mutu Pendidikan pada Lembaga

Pendidikan Swasta (Studi Kasus di Lembaga Pendidikan Bahasa Asing, LIA,

MMC, ELS dan Cinderella di Bandung Tahun 2002 - 2003) Oleh : Rachman

Firdaus, Tesis S2 PPS UPI Bandung, 2004.

Pendidikan

di

Indonesia

diselenggarakan

sebagai

upaya

untuk

meningkatkan kualitas sumber daya manusia, sebagai investasi baik bagi individu

maupun masyarakat.

Pembiayaan pendidikan pada Lembaga Pendidikan Swasta, seluruhnya

bersumber dari dana masyarakat, sehingga permasalahan penelitian adalah bagaimana

Lembaga Pendidikan Swasta dapat dimenej secara tepat arah dalam hal

mengembangkan mutu, relevansi, efisiensi dan efektivitasnya sehingga dapat

menjadikan dirinya sebagai alternatif pendidikan bagi masyarakat.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengumpulkan informasi tentang

upaya-upaya strategis Lembaga Pendidikan Swasta dalam menghimpun sumber-sumber

dana untuk membiayai pendidikan, dan informasi mengenai pengelolaan sumber

dana pada Lembaga Pendidikan Swasta, terfokus pada Empat Lembaga Pendidikan

Kursus Bahasa Asing di Bandung.

Penelitian dilakukan

dengan

menggunakan

metoda

deskriptif dan

pendekatan kualitatif. Pengumpulkan data dilakukan melalui teknik observasi,

wawancara dan studi dokumentasi. Lokasi penelitian di Bandung, data diperoleh

dari Ketua, Pembantu Ketua dan Staf. Hasil temuan penelitian antara lain:

Pertama,

proses

penyusunan

pembiayaan

pendidikan

secara

umum

mempertimbangkan komponen-komponen mandat lembaga, tuntutan stakeholders,

dan tuntutan pesaing. Kedua, upaya strategis dalam menggali sumber-sumber

dana

dari masyarakat ditempuh melalui dua pendekatan strategis yaitu

pendekatan eksternal dan pendekatan internal. Ketiga, proses pengawasan kinerja

Lembaga dilaksanakan berkaitan dengan akuntabilitas terhadap mutu pendidikan,

dengan cara evaluasi dan analisis. Keempat, mutu pendidikan menunjukkan

keterkaitan yang erat dengan ketersediaan dana. Sistem pembiayaan yang efektif

efisien dapat mewujudkan pendidikan yang bermutu dan menjamin kelangsungan

hidup Lembaga Pendidikan.

Kesimpulan dan Rekomendasi penelitian ini adalah: Sistem pengelolaan dan

manajemen penggalian dana pembiayaan pendidikan supaya difokuskan pada

upaya diversifikasi pendapatan melalui strategi kemitraan, baik berupa kerjasama

kooperatif maupun joint ventures. Sistem pengawasan internal dan eksternal untuk

menghindari adanya over interest dari pihak luar. Peningkatan mutu pendidikan

diupayakan dengan mengutamakan pengalokasian dana pada komponen yang

langsuna menyentuh kebutuhan proses belajar mengajar. Fungsi manajer yang

berkaitan dengan Enabling, Fasilitating, Consulting, Collaborating, Mentoring, dan

(5)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN

PENGHARGAAN DAN UCAPAN TERIMAKASIH

PERNYATAAN

ABSTRAK

KATA PENGANTAR IV

DAFTAR ISI vi

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR GAM BAR xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

1

B. Fokus Masalah dan Pertanyaan Penelitian

14

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

13

D. Kerangka Berpikir Penelitian

16

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Biaya Pendidikan dalam Konteks Administrasi Pendidikan

20

1. Konsep Administrasi Pendidikan

20

2. Konsep Biaya Pendidikan

24

B. Konsep Manajemen Pembiayaan Pendidikan

33

1. Manajemen Strategis

33

(6)

2. Analisis SWOT 36

3. Proses Manajemen Biaya Pendidikan

39

C. Konsep Lembaga Pendidikan Swasta dan Mutu Pendidikan 47

1. Lembaga Pendidikan Swasta • 47

2. Mutu Pendidikan 54

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

A. Metode Penelitian 73

B. Tahap-tahap Penelitian 75

C. Lokasi dan Waktu Penelitian 75

D. Teknik Pengumpulan Data

76

E. Teknik Analisis Data 79

F. Validasi Temuan Penelitian 81

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN

A. Temuan Penelitian 85

1. Proses Perencanaan Anggaran 94

1.1 Mandat Lembaga Pendidikan 96

1.2 Tuntutan Stakeholders Internal dan Eksternal 97

1.3 Tuntutan Pesaing dan Visi Lembaga

98

2. Sumber Biaya dan Cara Penarikannya

106

2.1 Sumber Dominan Biaya

106

(7)

3. Jenis Kegiatan yang Dibiayai 110

3.1 Kegiatan Belajar Mengajar 110

3.2 Biaya Pembangunan 111

4. Pengawasan dan Evaluasi Pendayagunaan Biaya 113

4.1 Kegiatan Pemeriksaan 113

4.2 Kegiatan Pelaporan Keuangan 116

B. Analisis Temuan Penelitian 117

C. Mutu Pendidikan Lembaga 119

1. Layanan Administrasi 119

2. Layanan Proses Pembelajaran 122

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan 129

B. Implikasi 131

C. Rekomendasi 132

DAFTAR KEPUSTAKAAN 134

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Perkembangan Penerimaan di Empat Lembaga Pendidikan 12

Tabel 4.1 Rata-rata Biaya Total Pendidikan di Empat Lembaga

Pendidikan (2001-2003) 102

Tabel 4.2 Rata-rata Biaya Per-peserta Pendidikan di Empat Lembaga

Pendidikan (2001-2003) 102

Tabel 4.3 Rata-rata Biaya Langsung dan Biaya Penunjang Pendidikan

di Empat Lembaga Pendidikan (2001-2003)

104

Tabel 4.4 Kategori Program dan Biaya Kursus Bahasa Inggris di LIA

106

Tabel 4.5 Kategori Program dan Biaya Kursus Bahasa Inggris di MMC

106

Tabel 4.6 Kategori Program dan Biaya Kursus Bahasa Inggris di ELS

107

Tabel 4.7 Kategori Program dan Biaya Kursus Bahasa Inggris di

CINDERELLA 107

Tabel 4.8 Pengorganisasian Pokok Bahasan oleh Tenaga Pengajar di

[image:8.595.56.487.214.571.2]

Empat Lembaga Pendidikan

122

Tabel 4.9 Komunikasi Efektif oleh Tenaga Pengajar Lembaga Pendidikan 123 Tabel 4.10 Sikap Positif pada Siswa oleh Tenaga Pengajar Lembaga

Pendidikan 124

Tabel 4.11 Keadilan dalam penilaian oleh Tenaga Pengajar Lembaga

(9)

Tabel 4.12 Fleksibilitas Pendekatan Mengajar Tenaga pengajar Lembaga

Pendidikan 126

Tabel 4.13 Rata-rata Prosentase Kelulusan di Empat Lembaga Pendidikan 127

Tabel 4.14 Jumlah dan Penyebaran Lembaga Kursus di Kota Bandung

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Berpikir Penelitian 19

Gambar 2. Keterkaitan antara Biaya Pendidikan dengan Visi, Misi

dan Strategi Pendidikan 32

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan di Indonesia memiliki tujuan sesuai dengan jenis dan

jenjangnya masing-masing. Pendidikan tersebut diselenggarakan sebagai

upaya untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia bangsa Indonesia.

Pendidikan

merupakan sarana strategis dalam meningkatkan

kualitas

sumberdaya manusia baik dalam pembangunan suatu bangsa maupun dalam

tatanan global. Sumberdaya manusia, seperti diungkapkan oleh Harbison

(dalam Johns dkk, 1983), membangun dasar untuk kekayaan suatu bangsa,

sedangkan sumber-sumber modal dan materi merupakan faktor-faktor

produksi yang pasif yang hanya dapat diaktifkan oleh sumberdaya manusia.

Jadi, pada dasarnya pendidikan itu dilaksanakan untuk meningkatkan

kualitas sumberdaya manusia di setiap bangsa, terutama memasuki era

perdagangan bebas mulai tahun 2003 (AFTA) dan tahun 2020 (APEC).

Tujuan pendidikan untuk membekali peserta didik dengan pengetahuan dan

keterampilan

agar

menghasilkan

lulusan

yang

mampu

menghadapi

kehidupan yang makin kompetitif. Pendidikan adalah investasi bukan hanya

bagi individu tetapi juga bagi masyarakat. Pendidikan memberikan kontribusi

yang substansial terhadap kehidupan yang lebih baik (Jones.(1985)).

Oieh karena itu, penyelenggaraan pendidikan merupakan tanggung

jawab semua pihak, dalam arti bahwa penyelenggaraan pendidikan

memerlukan dukungan berbagai pihak agar dapat berjalan sesuai yang

(12)

pendidikan adalah pembiayaan. Pendidikan yang bernilai strategis itu tidak

akan berjalan tanpa dukungan biaya yang memadai.

Dilihat dari sudut pandang ekonomi, tidak ada kegiatan pendidikan

tanpa biaya. Biaya itu diperlukan untuk memenuhi beragam kebutuhan yang

berkenaan dengan kelangsungan proses pendidikan. Bray and Thomas

(1998) mengungkapkan bahwa pembiayaan pendidikan menyangkut

sumber-sumber biaya baik dari pemerintah maupun dari masyarakat, dan alokasi

belanja untuk proses pengajaran, termasuk pengeluaran sekolah untuk gaji

dan berbagai pelayanan di setiap jenis sekolah. Dengan kata lain,

pembiayaan pendidikan menyangkut sumber-sumber dan alokasi dana untuk

penyelenggaraan pendidikan.

Bagi sekolah negeri di Indonesia sumber dana sekolah terbagi menjadi

dua, yaitu : (a) dari pemerintah yang terdiri atas dana rutin, yaitu gaji

serta biaya operasional sekolah dan perawatan fasilitas; dan (b) dana dari

masyarakat yang berasal dari orang tua siswa maupun sumbangan dari

masyarakat

luas/dunia

usaha.

Penyelenggaraan

pendidikan

dalam

operasionalnya

tidak dapat dipisahkan dari berbagai aspek

yang

menunjang keberhasilan tujuan pendidikan, yakni pengelolaan sumber

-sumber daya yang ada baik di dalam maupun di luar lembaga. Salah satu

aspek tersebut, berkenaan dengan pembiayaan yang harus dipenuhi untuk

memenuhi kebutuhan.

Lembaga pendidikan wajib untuk menunjang penyediaan sarana dan

(13)

operasional pengajaran, pelayanan administrasi dan beasiswa.

Penyelenggaraan pendidikan sangat dipengaruhi faktor-faktor internal dan

eksternal. (Bowen.(1981)).

Dalam hubungannya dengan pembiayaan pendidikan, Roel (1983)

memberikan penjelasan berikut ini. Investasi didefinisikan sebagai pengadaan biaya untuk tujuan penambahan modal. Oleh karena itu belanja

untuk pendidikan merupakan investasi untuk tujuan menambah modal manusia yang berpendidikan. Apabila orang menabung, berarti mereka menahan diri dalam menggunakan pendapatan yang menambah modal. Lebih lanjut Roel menguraikan bahwa pengukuran atas manfaat pendidikan

terkait dengan aspek-aspek : (a) peningkatan produksi melalui peningkatan

kapasitas kekuatan pekerja; (b) peningkatan efisiensi dengan cara mengurangi biaya dalam menyediakan dan mengeluarkan sumber-sumber untuk pencapaian produktif; dan (c) peningkatan kesadaran sosial

masyarakat supaya standar kehidupan meningkat.

Sejalan dengan pandangan Roel, terdapat empat pendekatan yang

dapat digunakan untuk mengukur manfaat pendidikan, yaitu sebagai

berikut:

(1) Pendekatan analisis hubungan. Membandingkan tingkat pencapaian

pendidikan dengan indikator sosioekonomi lain.

(2) Pendekatan Residu. Porsi pertumbuhan ekonomi diukur oleh

peningkatan pendapatan nasional yang tidak dapat dijelaskan oleh

peningkatan produksi tanah, pekerja, dan modal.

(3) Pendekatan Nilai Tunai {Cash Value Approach). Menghubungkan

pendapatan dengan tingkat individu. Individu dengan pendidikan yang

lebih tinggi akan mendapatkan penghasilan yang lebih tinggi pula.

(4) Pendekatan Biaya-Manfaat {Cost-BenefitApproach). Menghubungkan

(14)

nilai kembalian atau perbandingan antara biaya manfaat. Manfaat dari

pendidikan dapat yang bersifat moneter atau nonmoneter dan

individual atau sosial. Kembalian moneter dapat diukur dengan

kajian cost-benefit

Berbicara

mengenai

dinamika

pendidikan,

seyogianya

memperhatikan beragam kecenderungan. Pertama, kecenderungan dalam

jumlah pembiayaan sekolah publik / negeri. Istilah jumlah pembiayaan

sekolah yang digunakan ini termasuk pembiayaan untuk belanja saat ini,

pengeluaran modal, dan bunga utang tetapi tidak termasuk pembayaran

untuk

melunasi

utang

pokok. Kedua,

kecenderungan

dalam

penggajian staf pengajar. Ketiga, kecenderungan dalam pembiayaan

dan penerimaan pendapatan. Jumlah pembiayaan yang cenderung

meningkat memerlukan upaya untuk mengimbangi dengan penerimaan

pendapatan. Keempat, kembalian dari pembiayaan pendidikan yang

meningkat. Program pendidikan khusus mencapai dua sampai lima kali lipat

biaya untuk siswa-siswa pendidikan umum.

Terdapat sejumlah faktor sosial dan ekonomi yang mempengaruhi

tuntutan pendidikan. Dari perspektif masa depan, faktor sosial dan ekonomi

yang dimaksud terkait dengan aspek-aspek berikut ini. Pertama, pengaruh

peningkatan jumlah GNP keseluruhan dan perkapita telah meningkat.

(15)

menciptakan permintaan konsumen untuk semua jenis barang dan

layanan

yang

lebih

banyak

dan lebih baik dari pemerintah maupun

swasta.

Kedua, pengaruh dari perubahan dalam pola keahlian dan

kemampuan. Pola keahlian dan kemampuan dari penduduk yang bekerja

berubah sangat cepat. Perubahan dalam pola keahlian dari penekanan

pada

pekerja biasa kepada penekanan

model - model keahlian dan

kemampuan menuntut pendidikan yang lebih untuk memenuhi permintaan.

Ketiga, perubahan peran pemerintah dalam kehidupan kita menuntut

peningkatan tingkat pendidikan warga negara secara konstan. Banyak

keputusan

yang

dahulu

dibuat dalam

tuntutan

pasar

sekarang

ditentukan oleh tindakan politik. Negara-negara yang kurang mampu di

dunia ini dan kelompok-kelompok yang kurang mampu di semua bangsa

terus berjuang untuk meningkatkan mereka supaya dapat bertahan. Untuk

itu, persamaan kesempatan pendidikan pada semua bangsa harus menjadi

perhatian semua.

Faktor internal dan eksternal merupakan potensi sumber daya, yang

dijadikan kekuatan dari terselenggaranya pendidikan yang harus dikelola

secara optimal. Faktor internal berkaitan dengan, manajemen sumber daya

menusia, sumber dana, sarana dan prasarana. Adapun faktor eksternal

berkenaan

dengan

masyarakat

konsumen,

kebijakan

pemerintah,

perekonomian,

sosial budaya,

politik

dan

perkembangan

ilmu

(16)

saling mempengaruhi satu sama lain, teristimewa berkenaan dengan rasa

tanggung jawab penyelenggara pendidikan. Orang tua siswa sebagai

elemen masyarakat mempunyai tanggung jawab terhadap kelangsungan

pendidikan melalui kontribusinya.

Dalam pelaksanaannya, pendidikan di suatu negara memiliki prioritas

yang berbeda sesuai dengan kondisi negara yang bersangkutan.

Sebagai contoh, pendidikan di Indonesia saat ini sedang memprioritaskan

pendidikan dasar. Setelah berhasil melaksanakan program wajib belajar

enam tahun, selanjutnya dilaksanakan pula program wajib belajar

sembilan tahun agar semua warga negara Indonesia berpendidikan

sekurang-kurangnya tingkat SLTP. Sementara di negara maju tekanan

mengutamakan pendidikan bisnis. Perbedaan ini menunjukkan bahwa

pelaksanaan pendidikan di suatu negara sangat dipengaruhi oleh kondisi

politik, ekonomi dan sosial budayanya. Di Indonesia krisis ekonomi sangat

berpengaruh terhadap pendidikan. Oleh karena itu, strategi pokok

pembangunan pendidikan nasional jangka menengah (lima tahun

mendatang) seperti dikemukakan oleh Jalal dkk (2001) diorientasikan kepada

upaya-upaya :

(a) mengatasi dampak krisis ekonomi terhadap bidang pendidikan

dengan tujuan untuk mencegah peserta didik agar tidak putus sekolah,

mempertahankan

kelangsungan

layanan

pendidikan,

dan

(17)

melakukan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh

pendidikan yang bermutu dengan fokus wajib belajar pendidikan dasar

sembilan tahun; (c) meningkatkan mutu dan relevansi pendidikan yang

mampu menghadapi tuntutan yang berkembang; (d) mengembangkan

sistem dan manajemen pendidikan yang mendukung pelaksanaan

otonomi

daerah,

manajemen

berbasis sekolah,

efesiensi, dan

akuntabilitas; dan (e) memberdayakan kelembagaan pendidikan yang

produktif dan kondusif sebagai pusat pembelajaran, pendidikan dan

pembudayaan.

Kondisi empirik menunjukkan bahwa penerimaan dana pendidikan

sesungguhnya belum dapat memenuhi tuntutan operasional secara ideal. Hal

itu disebabkan oleh berbagai hal yang mempengaruhi penyediaan dana

pendidikan seperti, terbatasnya dana pemerintah, kebijakan pajak

pendidikan belum ditetapkan, kemampuan masyarakat khususnya orang

tua

masih

bervariasi

pendapatannya

dibandingkan pengeluaran yang

harus ditanggulanginya, demikian pula pihak swasta masih belum

mempunyai kepedulian terhadap sumbangan finansial penyelenggaraan

pendidikan.

Memperhatikan hal tersebut, dalam proses pendidikan dan peningkatan

keterampilan serta keahlian masyarakat, tidak hanya ditempuh melalui

(18)

v^rtiXOft

Pendidikan luar sekolah bisa diikuti oleh siapapun baik pelajar,

mahasiswa, kar/awan ataupun masyarakat lain. Pendidikan luar sekolah

sangat dibutuhkan oleh masyarakat guna meningkatkan keahlian dan

keterampilan maupun sebagai pelengkap pengetahuan yang sudah didapat

dari pendidikan formal baik pendidikan dasar, menengah sampai perguruan

tinggi.

Pendidikan non formal seperti lembaga-lembaga kursus mempunyai

banyak variabel, misalnya bidang bahasa asing, komputer dan

bermacam-macam keterampilan praktis dengan berbermacam-macam manfaat yang bisa didapat,

diantaranya mendidik peserta untuk lebih memfokuskan keahlian dan

keterampilan pada bidang tertentu, biaya yang terjangkau, sistem

pembelajaran yang praktis, dalam arti lebih fokus dan tidak sekedar teori,

karena biasanya tenaga pengajar berasal dari praktisi yang sudah

berpengalaman.

Pendidikan non formal sangat membantu masyarakat peserta didik

untuk langsung mendapatkan pekerjaan bahkan untuk berwiraswasta,

tergantung inisiatif dari pihak manajemen lembaga, dalam mengelola

lembaganya yang berhubungan dengan materi, kurkulum, pengajar dan

(19)

Di kota Bandung terdapat beragam lembaga pendidikan non formal

yang bertujuan menyediakan layanan pendidikan dengan bobot keterampilan

praktis yang lebih besar bagi masyarakat atau peserta didik yang

memerlukannya.

Diantara lembaga-lembaga kursus seperti Lembaga Indonesia Amerika

(LIA); Mulya Mitra College (MMC); ELS Language Centers; dan Cinderella

English School for Children.

Sedangkan secara garis besar profil keempat lembaga tersebut dapat

penulis uraikan sebagai berikut:

Lembaga-lembaga kursus di wilayah kota Bandung sampai dengan

tahun 2002 berjumlah 213 buah yang tersebar di 25 wilayah. Dari jumlah

tersebut, yang masih aktif sebanyak 128 lembaga. Atau, terdapat penurunan

sebesar 40%.

Surutnya jumlah Lembaga Kursus dalam kurun waktu dua tahun

tersebut, menurut penjelasan pihak penyelenggara antara lain disebabkan

oleh faktor-faktor seperti lokasi, fasilitas, manajemen, promosi, pendanaan,

dan sumberdaya manusia. Faktor-faktor itu saling terkait antara satu dengan

lainnya.

Selanjutnya, untuk keperluan penelitian ini penulis akan memusatkan

(20)

10

(LIA) didirikan pada tahun 1990, beralamat di Jl. Guntursari Wetan

NcTl.2 Bandung. Lembaga ini dipimpin oleh Drs. Shofwan Azhar, M.Sc,

dengan pelayanan pendidikan berupa kursus Bahasa Inggris. Kategori kursus

yang disediakan terdiri atas English for Children, First Step to Communicating

in English, General English, dan program khusus berupa Conversation Class.

Rata-rata siswa LIA per-termin (lama belajar 3 bulan) berjumlah 1300

orang

per-termin.

General English memiliki siswa terbanyak.

LIA

menyediakan sembilan kelas ber-AC yang digunakan secara bergilir selama

enam hari belajar, sejak pukul 07.30 sampai dengan pukul 21.00. Kegiatan

kursus tesebut dilayani oleh 23 orang pengajar dan 18 staf non-pengajar.

Selain memperoleh bahan-bahan belajar, siswa LIA juga mendapatkan

majalah berbahasa Inggris dan jaminan asuransi.

Mulya Mitra College (MMC) merupakan lembaga pendidikan kursus

bahasa Inggris yang beralamat di Jl. Buahbatu No. 189 Bandung. Lembaga

kursus yang dipimpin oleh Dra. Ella Rahmalia ini didirikan tahun 1998,

didukung oleh sepuluh tenaga pengajar dan lima staf non-pengajar. Program

yang disediakan berupa English for Children, Teenagers Class, Adult Class,

Conversation, Bussines Communication, Saturday Class {all levels), Super

IntensiveTOZFL, Intensive TOEFL, GMAT, IELT, dan Academic Study Skills.

Fasilitas kursus berupa laboratorium bahasa, laboratorium komputer,

(21)

11

siswa perbulan rata-rata 150 orang, kebanyakan memilih English for Children

dan General English.

ELS Language Centers dipimpin oleh Dra. Una Yulfauzia. Didirikan pada

tahun 1990, beralamat di Jl. Teuku Umar No. 5 Bandung. Bidang pendidikan

yang diberikan adalah bahasa Inggris, yang diasuh oleh 12 pengajar dan 10

tenaga non-pengajar. Lembaga ini menyediakan fasilitas berupa laboratorium

multimedia dan laboratorium komputer, di samping bahan-bahan tertulis

kursus. Program-program yang diberikan meliputi Smart TOEFL (reguler dan

intensif), Smart GMAT, Professional Bussines, New Dynamic English,

Quick.Com, dan Junior. Rata-rata jumlah peserta perbulan 70 orang, dengan

jumlah terbanyak pada program Quick.Com.

CINDERELLA english school for children didirikan pada tahun 1984,

beralamat di Jl. Buah Batu No. 51 Bandung. Lembaga ini dipimpin oleh H.

Sudihardjo dengan pelayanan pendidikan berupa kursus Bahasa Inggris

untuk anak-anak. Kategori kursus yang disediakan terdiri atas Kelas

Kanak-Kanak (CINDERELLA Infant Group) khusus untuk anak-anak usia TK s/d

kelas II SD (usia 5 tahun s/d 7 tahun), Kelas CINDERELLA A (CAl sampai

CA6) dan Kelas CINDERELLA B (CB1 sampai CB6), CA dan CB untuk

anak-anak berusia 7 s/d 15 tahun setinggi-tingginya kelas IIISLTP.

Rata-rata siswa CINDERELLA per-bulan berjumlah 50 orang. Kelas CAl

dan Infant memiliki siswa terbanyak. CINDERELLA menyediakan delapan

(22)

12

oleh 11 orang pengajar dan 15 staf non-pengajar.

Selain memperoleh

bahan-bahan belajar, fasilitas lainnya adalah laboratorium bahasa dan audio

video.

Adapun perkembangan kondisi finansial dan rata-rata jumlah siswa

pada keempat lembaga pendidikan tersebut, dapat penulis perinci dalam

tabel 1.1.

Tabel 1.1

Perkembangan Penerimaan Dana Pendidikan

di Empat Lembaga Pendidikan (2001-2003)

Lembaga / Tahun 2001 2002 2003 Lembaga / Tahun 2001 2002 2003 Lembaga / Tahun 2001 2002 Rata-rata Biaya Kursus 470,000 480,000 500,000 Rata-rata Biaya Kursus 450,000 520,000 540,000 Rata-rata Biaya Kursus 450,000 480,000 Rata-rata Jumlah Siswa/BI 350 400 433 Rata-rata Jumlah Siswa/BI 100 120 150 Rata-rata Jumlah Siswa/BI 50 60 LIA Jumlah Penerimaan per Bulan 164,500,000 192,000,000 216,500,000 MMC Jumlah Penerimaan per Bulan 45,000,000 62,400,000 81,000,000 ELS Jumlah Penerimaan per Bulan 22,500,000 28,800,000

2003 550,000 70 38,500,000

CINDERELLA Jumlah Penerimaan per Tahun 1,974,000,000 2,304,000,000 2,598,000,000 Jumlah Penerimaan per Tahun 540,000,000 748,800,-000 972,000,000 Jumlah Penerimaan perTahun 270,000,000 345,600,000 462,000,000 Lembaga / Tahun Rata-rata Biaya Kursus Rata-rata Jumlah Siswa/BI Jumlah Penerimaan per Bulan Jumlah Penerimaan perTahun 168,000,000 216,000,000 330,000,000 2001 2002 2003 400,000 450,000 550,000 35 14,000,000 40: 18,000,000 50 27,500,000

(23)

13

Selain data sebagaimana tersaji dalam tabel tersebut, dapat pula penulis jelaskan bahwa proses pembelajaran pada empat lembaga itu memiliki tingkat kelebihan tesendiri. Dari segi fasilitas belajar mengajar diantaranya penataan ruang belajar yang nyaman dengan ruangan ber-AC, adanya perpustakaan bahasa, lab bahasa (video dan audio visual, lab. Multimedia (komputer), buku panduan belajar (modul), staf pengajar yang berpengalaman, dan beberapa lembaga yang penulis teliti menggunakan pengajar dari luar/native speaker untuk kelas yang sudah level tinggi, penerapan sistem belajar yang menyenangkan, misalnya belajar menggunakan komputer dengan CD interaktif, permaianan game untuk

bahasa dan Iain-Iain.

Output lulusan di setiap lembaga yang penulis teliti pada umumnya

dikelompokkan pada 3 tingkat yaitu tingkat dasar (elementary), tingkat

menengah (intermediate) dan tingkat lanjut (advance). Pada tingkat dasar diharapkan peserta sudah menguasai percakapan sehari-hari, sedangkan tingkat menengah diharapkan peserta bisa menguasai percakapan bidang bisnis yang sederhana dan menguasai writing, adapun untuk tingkat lanjut peserta harus sudah bisa menguasai percakapan yang lebih luas

wawasannya dan menguasai tenses.

Secara garis besarnya dari tingkatan level kursus bahasa inggris tersebut

(24)

14

Tingkat Dasar (Elementary) : memperkenalkan bahasa Inggris dari dasar,

peserta akan memahami perintah dan pendapat-pendapat yang sederhana,

peserta dapat membedakan pertanyaan dan pernyataan, peserta mendengar

dan memahami dialog-dialog sederhana. Tingkat Menengah (Intermediate) :

peserta memahami penjelasan dan instruksi yang lebih rumit, peserta

memilih topik mengarang yang tepat dan menulis suatu karangan yang

terorganisir, peserta mempresentasikan suatu artikel koran misalnya, peserta

memberikan sebuah ide, nasehat dan sebagainya yang persuasive. Tingkat

Lanjut (Advance) : peserta memahami percakapan native speakers, peserta

dapat berkomunikasi dengan jelas dan lancar, peserta menulis suatu

proposal, argumen dan sebagainya, peserta dapat menggunakan ekspresi

idiomatic dalam percakapan.

Setiap peserta kursus di lembaga pendidikan luar sekolah, pada umumnya

bertujuan untuk melengkapi atau memperdalam keahlian yang dimilikinya,

sekaligus mendapatkan sertifikat, yang nantinya akan digunakan untuk

mendapatkan pekerjaan atau membuka lapangan kerja sesuai dengan latar

belakang dan keahlian pendidikan yang diambilnya.

B.

Fokus Masalah dan Pertanyaan Penelitian

Bertolak dari kendala-kendala yang dihadapi dalam rangka penyediaan

dana pendidikan maka diperlukan suatu strategi yang tepat dan cermat dari

(25)

15

dilandasi oleh kemampuan manajerial, komitmen pihak terkait, dan

kepercayaan yang tinggi dari semua masyarakat yang dilayani. Faktor-faktor

perhitungan anggaran pendidikan, sangat kompleks karena adanya harga

patokan dan pengaruh tingkat inflasi juga faktor ekonomi secara makro,

seperti sosial ekonomi masyarakat, krisis moneter, tingkat inflasi, dan

bencana alam, yang menimbulkan kelangkaan barang keperluan pendidikan,

sehingga anggaran berubah dengan tingkat ketidakpastian. Sedangkan

pemasukan dan pengeluaran dituntut seimbang, sesuai dengan acuan

pemerintah, oleh sebab itu diperlukan suatu perhitungan yang mengarah

kepada pendekatan kepastian anggaran. Latar belakang masalah di atas

selanjutnya penulis jadikan titik tolak untuk memfokuskan masalah penelitian

yang dirumuskan sebagai berikut : Bagaimana manajemen pembiayaan

pendidikan yang ditempuh oleh Lembaga Pendidikan Swasta ? Fokus

masalah tersebut lebih lanjut penulis rinci ke dalam pertanyaan penelitian

sebagai berikut:

1. Bagaimana proses prencanaan anggaran pendidikan dan prosedur

penerimaan dan pendayagunaan biaya pendidikan pada lembaga

pendidikan swasta?

2. Bagaimana cara-cara yang ditempuh lembaga dalam menghimpun dan

menarik sumber-sumber pembiayaan pendidikannya?

3. Jenis-jenis kegiatan apa saja yang dibiayai dalam penyelenggaraan

(26)

16

4.

Bagaimana proses pengawasan dan Evaluasi Pendayagunaan biaya

pendidikan sehubungan dengan pelaksanaan manajemen pembiayaan

dan mutu pendidikan lembaga pendidikan swasta?

C.

Tujuan dan Manfaat Penelitian

Secara umum, penelitian ini

bertujuan untuk mengidentifikasi,

mendeskripsikan dan menganalisis fenomena pokok permasalahan. Melalui

penelitian ini diharapkan diperoleh informasi objektif yang berkenaan dengan

strategi pembiayaan dan dampaknya terhadap kinerja Lembaga Pendidikan

Swasta.

Secara Khusus penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi,

mendeskripsikan dan menganalisis hal-hal sebagai berikut:

(a) proses perencanaan anggaran dan evaluasi

pendayagunaan dan

penerimaan biaya pendidikan pada lembaga pendidikan swasta;

(b) jenis-jenis sumber dan cara penarikan biaya pendidikan pada lembaga

pendidikan swasta;

(c) upaya Lembaga Pendidikan Swasta dalam membiayai berbagai jenis

kegiatan pendidikannya;

(d) sistem pengawasan pembiayaan yang efektif dan efisien untuk

mewujudkan pendidikan yang bermutu dan menjamin kelangsungan

hidup Lembaga Pendidikan Swasta.

Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini ditujukan

kepada pihak-pihak yang berkenaan dengan penyelenggaraan Lembaga

(27)

17

(a) sebagai masukan dan gambaran bagi guru tentang kondisi lembaga di dalam mengembangkan keterampilan dan menerapkan konsep perencanaan pembiayaan pendidikan yang diketahuinya; (b) menunjang kesinambungan proses pembelajaran bagi siswa,

terutama dalam mengimplementasikan keahlian dan kemampuannya, karena kelancaran proses belajar mengajar;

(c) memberikan altematif atau dasar teoretik — yang diangkat dari kondisi empirik — bagi peneliti mengenai strategi pembiayaan yang

diterapkan bagi upaya meningkatkan kemampuan dan

kesinambungan hidup Lembaga Pendidikan Swasta.

(d) memberikan sumbangan pemikiran bagi organisasi penyelenggara Lembaga Pendidikan Swasta dalam hal mengidentifikasi, mendeskripsi dan menganalisis aspek-aspek yang menyangkut manajemen pembiayaan pendidikan, untuk kelangsungan visi dan misi Lembaga. (e) memberikan informasi kepada Pemerintah sebagai bahan kebijakan

pembinaan potensi Lembaga Pendidikan Swasta.

D. Kerangka Berpikir Penelitian

Penelitian ini didasarkan atas asumsi bahwa dibandingkan dengan

lembaga-lembaga pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah,

Lembaga Pendidikan Swasta relatif lebih manageable dalam hal

mengembangkan mutu, relevansi, efisiensi, dan efektivitas pendidikannya.

(28)

18

dapat menjadikan dirinya sebagai alternatif pendidikan bagi masyarakat.

Sementara itu, pembiayaan pendidikan pada Lembaga Pendidikan

Swasta, untuk sebagian besar bahkan hampir seluruhnya bersumber dari

dana masyarakat, dalam hal ini peserta didik. Akuntabilitas dan siasat

perolehan dana dari sumber lain, menjadi penting untuk memelihara

kelangsungan hidup dan meningkatkan kinerja Lembaga Pendidikan Swasta.

Dengan kata lain, Lembaga Pendidikan Swasta harus memiliki

strategi

yang cerdas untuk membiayai penyelenggaraan pendidikannya.

Pada tataran operasionalnya, strategi yang dimaksud terkait dengan

perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan terhadap

sumber-sumber dan alokasi dana penyelenggaraan pendidikan sehingga

kinerja sistem pendidikannya senantiasa terjamin. Untuk lebih ringkasnya,

kerangka berpikir penelitian ini dapat penulis sajikan secara skematik melalui

(29)

Visi dan Tujuan

Lembaga Pendidikan Swasta

Keterbatasan Sumber

Pembiayaan

Manajemen Pembiayaan Pendidikan

- Penarikan

- Perencanaan Anggaran

- Prioritas Kegiatan yang dibiayai

- Evaluasi Pendayagunaan Biaya

Mutu Lembaga Pendidikan

- Layanan Administrasi - Layanan PBM

Temuan dan Rekomendasi Penelitian :

Manajemen Biaya dan Mutu

Pendidikan yang Akuntabel

Gambar 1. Kerangka Berpikir Penelitian

(30)
(31)

BAB III

PROSEDUR PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif analitik

dengan pendekatan kualitatif. Penggunaan metode dan pendekatan ini

berawal dari tujuan pokok penelitian, yaitu ingin mendeskripsikan dan

menganalisis data dan informasi sesuai dengan keadaan sebenarnya.

Penelitian deskriptif dirancang untuk memperoleh gambaran tentang

status gejala pada saat penelitian dilakukan {expose de facto). Hal ini

dipertegas

oleh

L.J.

Moleong.(1990:7),

bahwa

penelitian

dengan

menggunakan metode deskriptif lebih mementingkan proses daripada hasil,

membatasi studi dengan fokus, memiliki seperangkat kriteria untuk

memeriksa keabsahan data dan hasil penelitian disepakati oleh kedua belah

pihak yaitu peneliti dan subjek penelitian.

Penelitian kualitatif memiliki sejumlah ciri yang membedakannya

dengan penelitian jenis iainnya. Moleong (2001:4) mempadukan pendapat

Bogdan dan Biklen yang mengajukan lima ciri penelitian kualitatif dengan

pendapat Lincoln dan Guba yang mengajukan sepuluh ciri penelitian

kualitatif sebagai berikut:

(1)

Penelitian kualitatif melakukan penelitian pada latar alamiah atau

pada kotak dari suatu keutuhan.

(2)

Dalam penelitian kualitatif, peneliti sendiri atau dengan bantuan

orang lain merupakan alat pengumpul data utama sehingga setiap

saat dapat

menyesuaikan

dengan

kenyataan-kenyataan

di

lapangan.

(3) Penelitian kualitatif menggunakan metode kualitatif dengan

beberapa pertimbangan. Pertama menyesuaikan metode kualitatif

lebih mudah bila berhadapan dengan kenyataan lain. Kedua,

metode ini menyajikan secara langsung hakikat hubungan

(32)

74

penelitian dengan responden. Ketiga, metode ini lebih peka dan

lebih dapat menyesuaikan diri.

(4) Penelitian kualitatif menggunakan analisis data secara induktif,

karena induktif lebih dapat menemukan kenyataan-kenyataan

ganda sebagai yang terdapat dalam data, dapat membuat

hubungan peneliti-responden menjadi lebih eksplisit, dapat dikenal

dan accountable serta dapat menguraikan latar secara penuh,

dapat

menentukan

pengaruh

bersama

dan

dapat

memperhitungkan nilai-nilai secara eksplisit sebagai bagian dari

struktur analitik.

(5)

Penelitian

kualitatif

lebih

menghendaki

arah

bimbingan

penyusunan teori substantif yang bermasalah dari data, karena

tidak ada teori a priori yang mencakup kenyataan ganda,

mempercayai apa yang dilihat secara netral dan teori dasar lebih

responsive terhadap nilai-nilai kontekstual.

(6) Dalam penelitian ini data yang dikumpulkan berupa kata-kata dan

bukan angka-angka sehingga

menghasilkan analisis berupa

uraian.

(7)

Penelitian ini lebih mementingkan proses daripada hasil.

(8)

Penelitian kualitatif menghendaki ditetapkannya batas dalam

penelitian atas dasar fokus yang menjadi maslah penelitian.

(9) Adanya kriteria khusus untuk keabsahan data. Penelitian ini

meredefinisikan validitas dan objektivitas dalam versi lain.

(10) Penelitian

kualitatif

menyusun

desain

terus

menerus

menyesuaikan dengan lapangan, desainnya tidak ketat, dan tidak

kaku.

'Penelitian kuantitatif dalam pendidikan sering disebut inkuiri

naturalistik atau naturalistic inquiry' (Bogdan dan Biklen, 1982:3). Inkuiri

naturalistik

berarti

proses

pengkajian

yang dilakukan pada situasi

(33)

75

wawancara dan Iain-Iain), dan peneliti berinteraksi secara alami dengan

subjek penelitian. Oleh karena itu dalam penelitian ini peneliti berfungsi sebagai instrumen penelitian dan peneliti mengkonsentrasikan perhatian

dalam memahami perilaku, sikap, pendapat, persepsi dan sebagainya

berdasarkan pandangan subjek yang diteliti tersebut.

B. Tahap-tahap Penelitian

Prosedur penelitian ini dilakukan secara bertahap. Pertama, tahap

persiapan dengan kegiatan-kegiatan : (a) Membuat proposal penelitian; (b)

seminar proposal penelitian; (c) Perbaikan proposal penelitian; (d) Menyusun

instrumen penelitian; (e) Perbaikan instrumen penelitian; dan (f)

Menyelesaikan surat ijin penelitian.

Kedua, tahap pelaksanaan yang meliputi kegiatan pengumpulan data

dilakukan lembaga pendidikan yang menjadi subjek penelitian. Ketiga, tahap

pengelolaan data. Setelah data terkumpul dilanjutkan dengan menganalisis

data dengan pendekatan kualitatif. Keempat, tahap pembahasan hasil

penelitian dan kesimpulan. Kelima, tahap penyusunan laporan.

C. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini memilih lokasi di Kota Bandung, dengan objek penelitian

berupa Lembaga Pendidikan Pelatihan (LPP) yang sudah dianggap

established , yaitu MMC, LIA, ELS dan CINDERELLA. Aspek-aspek yang

(34)

76

pendidikan, pengelolaan, dan kinerja keempat LPP tersebut. Lebih lanjut

akan dicari keterkaitan di antara aspek-aspek kajian tersebut.

Waktu pelaksanaan penelitian direncanakan mulai bulan Juli sampai

September 2003 mulai dari tahap orientasi, tahap pengumpulan data, tahap

pengolahan data sampai pada tingkat penyimpulan hasil penelitian, serta

sidang tahap I dan tahap II.

Dalam penelitian kualitatif yang dijadikan sampel adalah sumber yang

dapat memberikan informasi kepada peneliti. Penentuan sampel penelitian

dilakukan secara purposive. Berdasarkan uraian diatas, maka sampel

penelitian ini terdiri dari : (1) Ketua Lembaga, (2) Pembantu Ketua Lembaga,

(3) Kepala Bagian Administrasi Lembaga. Sampel Iainnya yang didasarkan

kebutuhan pada saat pengumpulan data di lapangan. Penentuan sampel

penelitian dilakukan secara purposif, yaitu akta-akta, statuta, brosur,

fasilitas, siswa, lingkungan dan para lulusan (alumni) disesuaikan dengan

tujuan yang ingin dicapai. Jumlah sampel tidak dibatasi, tetapi tergantung

pada pertimbangan kelengkapan data dan informasi yang dikumpulkan.

D. Teknik Pengumpulan Data

Di dalam pelaksanaan penelitian, peneliti sebagai instrumen utama,

sehingga memiliki peran yang sangat penting dan menyatu dengan kegiatan

penelitian. Peneliti sebagai instrumen utama penelitian sangat menentukan

(35)

77

pengumpulan data yang diperlukan. Pengumpulan data dalam penelitian ini

dilakukan langsung oleh peneliti melalui penggunaan teknik pengumpulan

data berupa wawancara dan observasi.

Untuk mengumpulkan data secara cermat dan lengkap digunakan instrumen atau alat pengumpul data sebagai berikut: (a) catatan wawancara

dan observasi, (b) alat perekam wawancara, (c) dokumentasi berupa

foto-foto dan dokumen tertulis Iainnya. Agar proses pengumpulan data dapat dilakukan secara terfokus, maka peneliti menyusun pedoman pengumpulan data. Adapun teknik-teknik pengumpulan data yang digunakan dalam

penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Observasi

Teknik observasi digunakan untuk mendapatkan data dan informasi

yang diperlukan. Selain itu, dengan observasi dimaksudkan untuk melakukan

recheck atau triangulasi. Observasi dilakukan dengan cara mendatangi

subjek dan diteliti secara langsung. Berdasarkan observasi, diharapkan

diperoleh data penelitian secara lebih objektif, dengan observasi diperoleh

data dan infomasi yang akurat karena peneliti datang langsung ke lembaga yang diteliti, dengan cara ini juga didapat dokumen - dokumen yang

diperlukan misalnya brosur yang berisi tentang profil lembaga, biaya kursus

dan program-program yang diadakan oleh lembaga tersebut. Selain itu

peneliti bisa melihat langsung mengenai keberadaan lembaga, fasilitas dan

(36)

78

2. Wawancara

Teknik Wawancara digunakan untuk melengkapi data dan informasi

pada observasi. Wawancara dilakukan dengan menggunakan pedoman

wawancara yang dibuat berdasarkan kisi-kisi pengumpulan data. Pedoman

ini dibuat dan dirumuskan dalam bentuk terbuka. Dengan wawancara ini

diharapkan dapat diperoleh data mengenai : (1) Kegiatan promosi,

pelayanan akademik, penyediaan sarana fisik dan sarana non fisik yang

dilakukan untuk memberdayakan masyarakat dalam pembiayaan pendidikan

tinggi; (2) Pelaksanaan pengelolaan keuangan yang berasal dari dana

masyarakat dengan mengetahui jumlah alokasi penerimaan dan pengeluaran

dari tiap kegiatan; (3) Pelaksanaan riset yang berkaitan

dengan

pemberdayaan masyarakat; dan (4) Pelaksanaan kegiatan pengabdian

masyarakat.

3. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi digunakan untuk melengkapi data dan informasi

yang diperoleh dari dua teknik terdahulu, yaitu dengan mempelajari

berbagai dokumen yang berhubungan dengan : (1) kegiatan-kegiatan

promosi dan

kegiatan - kegiatan Iainnya yang bertujuan untuk

meningkatkan peran serta masyarakat dalam pembiayaan pendidikan luar

sekolah; (2) bukti-bukti fisik pengelolaan dana, baik berupa pembukuan,

bukti pembelanjaan dan hal-hal lain yang bersifat kegiatan keuangan; dan

(37)

79

teknik ini diharapkan dapat diperoleh data - data tertulis, baik berupa dokumen, foto - foto, rekaman pembicaraan selama rapat-rapat, notula

rapat dan Iain-Iain.

E. Teknik Analisis Data

Sebelum dianalisis, data dan informasi diklasifikasikan sesuai dengan

pertanyaan penelitian. Catatan wawancara dan observasi yang belum

tersusun secara terstruktur ditata sedemikian rupa sehingga menjadi suatu

catatan yang sistematis. Dengan cara ini proses analisis data dapat dilakukan secara cepat dan tepat. Apabila ada kekurangan data dan informasi akan

segera dapat diketahui untuk dilengkapi. Analisis data dimulai sejak proses

pengumpulan data. Analisis data dilakukan melalui tiga tahap yaitu sebagai

berikut:

1. Reduksi Data

Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang bertujuan

untuk mempertajam, menggolongkan, mengarahkan, membuang

yang tidak diperlukan dan mengorganisasikan data dengan cara sedemikian rupa sehingga dapat ditarik kesimpulan dan dapat

diverifikasi. Selama proses pengumpulan data dilakukan reduksi

(38)

80

segera disusun dalam bentuk yang terpola sesuai dengan

pertanyaan penelitian.

Dalam mereduksi data tersebut peneliti akan menyusun dan

merangkum secara sistematis permasalahan pokok yang berkaitan

dengan fokus masalah sehingga akan terlihat lebih jelas polanya.

Dengan demikian data yang telah direduksi memberikan

gambaran yang lebih tajam tentang hasil pengamatan dan

mempermudah peneliti untuk mencari jawaban jika

sewaktu-waktu diperlukan.

2. Display (Penyajian) Data

Penyajian data merupakan tahapan yang bertujuan untuk

memahami apa yang sedang terjadi, dan apa yang harus

dilakukan selanjutnya, kemudian menganalisis kembali atau

mengambil tindakan yang dianggap perlu. Rangkuman mengenai

pokok-pokok penelitian disajikan dalam bentuk catatan lengkap

sebagai deskripsi data atau temuan penelitian.

3.

Kesimpulan dan Verifikasi

Hasil display data selanjutnya dibahas dengan bertitik tolak pada

teori dan diperkuat dengan data dan informasi dari hasil analisis

dokumentasi.

Setelah

itu

dibuat kesimpulan

tentang hasil

(39)

F. Validasi Temuan Penelitian

Menurut Moleong.(2001 : 173 ) bahwa untuk menetapkan keabsahan

diperlukan teknik pemeriksaan atau pengujian dan bahwa tingkat

kepercayaan hasil penelitian kualitatif ditentukan oleh criteria - kriteria :

(1) kredibilitas atau derajat kepercayaan (validitas Internal), (2) transferabilitas atau keteralihan (validitas eksternal), (3) dependabilitas atau

ketergantungan (reabilitas) dan (4) konfirmabilitas, objektivitas atau

kepastian (Nasution 1988:144-124; Muhadjin, 2000: 171-177; dan Usman

dan Akbar 2001:88-89). Dengan mempedomani kriteria tersebut penelitian

ini akan dilaksanakan mengikuti kriteria di atas. Selanjutnya akan

dijelaswkan kriteria dimaksud seperti di bawah ini.

1. Kredibilitas

Kredibilitas merupakan ukuran tentang kebenaran data yang

dikumpulkan, dan dalam penelitian kuantitatif validitas internal. Kredibilitas dalam penelitian kuantitatif menggambarkan kecocokan atau kesesuaian

konsep peneliti dengan konsep yang ada pada responden atau nara sumber.

Untuk memperoleh hal tersebut dalam penelitian ini dilakukan beberapa

kegiatan antara lain trianggulasi dan member check yang bertujuan mengecek kebenaran data yang diperoleh dengan cara membandingkan data

dari sumber lain.

Dengan demikian yang satu dengan Iainnya saling terkait dan saling

(40)

82

pengumpulan

data dilakukan

malalui

observasi, wawancara,

dan

dokumentasi. Dalam lintas kerja seperti ini, setiap data/informasi yang

disampaikan seorang nara sumber Iainnya, sekaligus dilakukan pengecekan

kebenaran data/informasi yang ada. Proses triangulasi dan membercheck

tidak hanya sekedar mengetahui kebenaran data tertentu, tetapi juga

sekaligus menyelidiki validitas tafsiran mengenai data serta melengkapi

kekurangan di sana-sini. Semuanya ini dimaksudkan untuk menjaga

kredibilitas data.

2. Transferabilitas

Transferabilitas ialah apabila hasil penelitian kualitatif itu dapat

digunakan atau diterapkan pada kasus atau situasi lain. Artinya sejauh

manakah hasil penelitian ini bisa diaplikasikan atau atau digunakan dalam

objek lain. Dengan kata lain transferabilitas dalam penelitian kualittaif

menurut Nasution (1988:188) adalah : 'bagi peneliti kualitatif,

transferabilitas tergantung pada si pemakai yakni hingga manakah hasil

penelitian itu dapat mereka gunakan dalam konteks dan sutuasi tertentu''

Oleh karena transferabilitas hasil penelitian ini diserahkan kepada kalangan

penggunanya.

3. Dependabilitas

Dalam penelitian kuantitatif dependabilitas dapat diartikan sejajar

dengan

reliabilitas yang dimaksudkan dengan

pembahasan

masalah

(41)

berupa

pengujian, artinya apakah penelitian ini dapat diulangi atau

direplikasikan dengan menemukan hasil yang sama. Hal ini berkaitan dengan

pemikiran, bahwa situasi sosial/manusia pada hekekatnya bersifat unik dan

tidak dapat dikonstruksi sepenuhnya seperti semula.

Oleh karena itu sangat sulit mengukur konsistensi hasil penelitian manusia. Untuk menjaga kebenaran dan konsistensi hasil penelitian ini

melakukan

audit trail,

yang dengan

melakukan

pemeriksaan guna

meyakinkan hal-hal yang dilaporkan memang demikian adanya. Hal ini ditempuh dengan jalan : (1) mencatat selengkap mungkin hasil wawancara,

observasi,

maupun

studi

dokumentasi

sebagai

data

mentah

guna

kepentingan analisis selanjutnya; (2) menyusun hasil-hasil dengan cara

menyeleksi data mentah tersebut, kemudian merangkum atau menyusunnya

dalam bentuk deskripsi sebagai display data; (3) kemudian melaporkan

keseluruhan proses penelitian dari sejak studi orientasi dan menyusun disain sampai pengolahan data sebagaimana disampaikan dalam penelitian ini.

Dengan demikian kebermaknaan data yang dikumpulkan dalam

penelitian ini sudah sewajarnya pula terbatas, tetapi tetap bergantung kepada kesamaan situasi atau kondisi yang ada. Kebermaknaan hasil

penelitian akan bermuara pada kebermaknaan data yang terkumpul yang

dalam hal ini pelaksanaan pengelolaan Lembaga Pendidikan.

4. Konfirmabilitas

(42)

84

berhubungan dengan objektivitas hasil penelitian. Mengingat penelitian

kualitatif ini dilakukan langsung oleh peneliti dalam menjaring data, maka

objektivitas data yang dijaring sangat bergantung pada peneliti sendiri,

sehingga wajar saja bila muncul kata tanya apa, bagaimana, dan mengapa

penjaringan itu ? Berbeda dengan kuantitatif yang instrumen penjaringan

datanya berupa angket yang bisa siapa saja menyebarkannya. Dalam

pelaksanaan penelitian ini, peneliti selalu menjaga objektivitas semaksimal

(43)

BABV

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

1. Proses penyusunan pembiayaan pendidikan pada Lembaga Pendidikan

Swasta. Berdasarkan hasil pengamatan dan kajian dokumen di

keempat lembaga yang penulis teliti, secara umum proses penyusunan

RPP-nya mempertimbangkan komponen-komponen mandat lembaga

pendidikan, tuntutan stakeholders, dan tuntutan pesaing.

2. Upaya strategis Lembaga Pendidikan Swasta dalam menggali

sumber-sumber dana untuk membiayai pendidikannya. Sumber dominan biaya

pendidikan pada keempat lembaga tersebut berasal dari biaya kursus

yang dibayarkan oleh peserta sesuai dengan program yang mereka

pilih.

Untuk menghimpun sumber biaya tersebut, keempat lembaga

pendidikan itu menempuh strategi yang hampir sama. Pertama,

menganalisis kebutuhan biaya periode sebelumnya, untuk kemudian

diperkirakan kemungkinan-kemungkinan peningkatan atau tambahan

kebutuhan biaya pada periode yang akan datang. Kedua, melakukan

penyesuaian-penyesuaian besarnya biaya dengan

kemungkinan-kemungkinan perubahan harga, termasuk juga gaji staf dan pengajar.

(44)

Karena sumber pembiayaan pendidikan pada keempat lembaga

tersebut hampir seluruhnya berasal dari peserta, maka dengan

sendirinya penyelenggara harus berusaha meyakinkan layanan terbaik

bagi para peserta. Secara ideal, sumber-sumber pemasukan biaya

pendidikan bisa saja berasal dari uang pembangunan, uang pembinaan

peserta, uang pendaftaran, uang ujian, uang praktikum, dan

sebagainya.

Namun demikian, karena sifat dan durasi program pendidikan

yang diselenggarakan berbeda dengan sekolah, akademi, dan

universitas, maka sumber pembiayaan yang paling mungkin dipungut

agak besar adalah dari biaya kegiatan. Sumber pembiayaan pada

umumnya terdiri atas biaya kursus, biaya administrasi, biaya ujian, dan

biaya bahan-bahan kursus.

3. Sistem pembiayaan yang efektif dan efisien agar dapat mewujudkan

pendidikan yang bermutu dan menjamin kelangsungan hidup Lembaga

Pendidikan Swasta. Kebermutuan pendidikan di lembaga-lembaga

pendidikan yang penulis teliti menunjukkan keterkaitan yang erat

dengan ketersediaan biaya. Satu hal yang merupakan gejala umum

pada semua lembaga pendidikan tersebut adalah, bahwa sumber

pembiayaan pendidikan terbatas kepada sumber utama yaitu peserta

(45)

131

B. Implikasi

Berdasarkan kesimpulan yang dikemukakan secara umum

mempunyai implikasi terhadap manajemen pembiayaan pendidikan

dan mutu pendidikan pada lembaga pendidikan swasta. Adapun

implikasi tersebut dapat dilihat sebagai berikut:

1. Pada keempat lembaga pendidikan swasta tersebut sumber

pembiayaan berasal dari peserta pendidikan, hal ini merupakan

potensi besar dalam melaksanakan manajemen pendidikan dan

merupakan modal bagi keberlangsungan pendidikan.

2. Proses penggalian biaya pendidikan yang dilakukan oleh keempat

lembaga pendidikan dengan melihat komponen biaya yang dikeluarkan dan besaran-besaran biaya yang dikeluarkan menjadi

acuan dan dasar penghimpunan dan penarikan dana kepada

peserta.

3. Sistem pengawasan yang dilakukan dengan evaluasi dan

melibatkan akuntan publik dan audit eksternal menjamin

keterbukaan lembaga dan akan meningkatkan kepercayaan

masyarakat kepada lembaga pendidikan tersebut.

4. Mutu output pendidikan tergantung pada kelangsungan

pembiayaan pendidikan. Manajemen pembiayaan pendidikan yang

(46)

C. Rekomendasi

Menganalisa dari pembahasan kesimpulan dan implikasi yang telah

dikemukakan di atas maka untuk lebih mengoptimalkan manajemen

pembiayaan pendidikan sehingga dapat mencapai mutu pendidikan

yang baik pada lembaga pendidikan swasta maka rekomendasi yang

dapat diusulkan sebagai berikut:

1. Sistem pengelolaan dan manajemen pembiayaan pendidikan

dengan mengutamakan sumber pembiayaan dari peserta didik

akan memberikan kontribusi yang terbatas, maka dari itu untuk

meningkatkan sumber pembiayaan yang permanen dan lebih

optimal perlu diadakan sumber-sumber lain, sehingga akan

memperkuat jaminan pembiayaan lembaga dalam eksistensinya.

2. Strategi penggalian biaya pendidikan yang lebih berorientasi pada

lingkup internal akan mengalami keterbatasan. Untuk dapat

menggali biaya pendidikan yang tidak terbatas maka harus

melibatkan

pihak eksternal,

caranya

dengan

membangun

kemitraan dan kerjasama dengan berbagai pihak dengan tidak

mengikat.

3. Sistem pengawasan yang sudah dilaksanakan dengan melibatkan

pihak eksternal harus diimbangi dengan system pengawasan

internal yang intensif sehingga tidak dimungkinkan adanya over

(47)

4. Peningkatan mutu pendidikan pada lembaga pendidikan swasta

sebaiknya tidak kalah dengan mutu pendidikan formal non swasta,

maka untuk dapat meningkatkan mutu pendidikan jangan

tergantung pada aspek pembiayaan saja akan tetapi lebih

ditonjolkan pada aspek-aspek yang lain misalnya aspek layanan

pendidikan.

5. Berkaitan dengan penerimaan pembiayaan pendidikan, upaya

peningkatannya bisa ditempuh dengan memberdayakan bagian

pemasaran sebagai unit organisasi yang bertugas menyebarkan

(48)

DAFTAR PUSTAKA

Afee, R.B.M. and Poffen,B.W. (1982). Productivity strategies. New Jersey:

Prentice Hall.

Aragon, G.A. (1982). A Manager's Complete Guide To Financial

Techniques. London : The Free Press.

Benghart, W.F. (1973). Educational Planning. New York : The Mc Millan

Company.

Blaugh, M. (1970). An Introduction to the economic of education.

Sheffield: Penguin Modern Economic Text.

Bogdan, R.C. And Knop, B.S. (1982). Qualitative Research for education.

Boston Inc: Allyn & Bacon

Bowen,R.H. (1981). The cost ofhigher education. Jossey Bassm Publisher. Bowman, M. and Jeans-et,A.I.(1968). Reading in the economic of

education. Unesco Paris.

Boyles, J.E. and Frank, J.R. (1979). Modern Managerial Finance. New York

: Mc hmillan Publishing Company.

Byrne, D.S. and William-Son, W. (1974). The Effectof LEA Resources and

polices on Educational Attainment. Boston: British library landing

Division.

Cohn, E. (1979). The economic of Education. Billinger Publisher Company Cambridge Massacueshetts.

Combs-Philip, H. (1970). Cost analysis and education publisher for the world bank. London.

David, W. (1988). Isues in naturalistic inquiry. IKIP Bandung : Seminar

Fakultas Pasca Sarjana.

Dawson. D.A. (1977). Deteminans of local authority expenditure. London :

appendix 7 to report of layfiesld commite on local government.

Dubrin-AndrewJ. (1984). Foundations of organizational Behavior An

Applied Perspective. Prentice hall Inc. Englewood.

(49)
(50)

135

Faure. E., dkk. (1981). Belajar untuk hidup, dilemma Pendidikan harflftfemfS? *

dan hari esok. Jakarta: Bhatara Aksar.

S^^^j*^

•**?&• sti

Frans,M.H. (t.t). Sistem perencanaan penyusunan program, dan penganggaran, karakteristik, prosedur dan kemungkinan penerapannya

di Indonesia.

Fromkin, J.T. atau Al. (1976). Education as an industri. Cambridge,

Massachussetss : National Bureu of Economic Research, Inc.

Gaffar, M.F. (1984). Fungsi perencanaan dalam menciptakan Ketepaduan

Upaya untuk mengembangkan Kuallitas SDM. IKIP Bandung.

Hallah,J. (1969). The Analysis of Educational Cost and Cupanditure.

Unesco. diterjemahkan oleh Drs. Harso. Jakarta: Bharata,

Harley, H. (1968). Educational planning, programming Budgetting, a

system approach. Tokyo: Mc. Graw Hill.

Hough, J.R. (1981). A Study School cost, Nelson Publ. Co. : NFER.

Jones, T.H. (1985). Introductions to school Fiance. New York : Mc Millan Publishing Company.

Knezev, J.S. (1975). Administration of Public Educaton Harper & Row Publisher. New York.

Mali, P. (1978). Improving total Productivity. New York : John wiley & and

s o .

Milles, B.M. and Hubernan, A.M. (1985). Quality data analysis a Source book of New York.

. (1987). Perencanaan Pendidikan Teoridan Metodologi. Jakarta :

P2LPTK Depdikbud.

Moleong, L. (1989). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remadja

Karya CV.

Musgrave, R. and Peggy, B.M. (1983). Public Finance in Theory and

(51)

136

Ross, J.E. (1995). Total Quality Management, Text, Cases and Readings.

New Delhi : St. Lucie Press.

Samuelson, P. (1985). Economic. New York : McGraw Hill Book Company.

Sanusi, A. (1986). Produktivitas Pendidikan Nasional. IKIP Bandung.

Schermerchon, Y. (1984). Management for Productivity. Inc. New York :

Jon Willey & Son.

Seymor, E.H. (1960). More Resources for Education New York : Harper &

Brothers.

Smith, I.G. (1973). The Measurement of Productivity. Esses : Gorver

Press.

Sumanth, D. (1984). Productivity Engineering and Management. New

York : Mc. Graw Hill Book Company.

Sutermeister, R. (1976). People and Productivity. New York : Mc Graw Hill

Book Co.

Thomas, J.A. (1971). The Productive School, ASystem Analysis Approach

to Educational Administration. Inc. New York: John Willwy &Sond.

Zymelman, M. (1975). Pembiayaan dan Effisiensi dalam Pendidikan

Gambar

Tabel 4.9 Komunikasi Efektif oleh Tenaga Pengajar Lembaga Pendidikan

Referensi

Dokumen terkait

Model air terjun ini merupakan model klasik yang bersifat sistematis dalam membuat suatu perangkat lunak dan juga paling sering digunakan. Pada fase analisis fungsi,kemampuan

Agar sekolah terlihat bersih, siswa dapat berperan dalam menjaga kebersihan Agar sekolah terlihat bersih, siswa dapat berperan dalam menjaga kebersihan lingkungan sekolah dengan

[r]

Of the total UK woodland area, 0.87 million hectares (27.6%) is publicly owned by the Forestry Commission (in England and Scotland), Natural Resources Wales (in Wales) or the

Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Kementerian Agama R.I, menyatakan bahwa lembaga di bawah ini telah melakukan updating data Pendidikan Islam (EMIS) Periode Semester GENAP

[r]

lаbor unions, employee positions, employee productivity, аnd the government hаve significаnt effect on compensаtion policy thаt cаn be seen from the significаnt vаlue

[r]