• Tidak ada hasil yang ditemukan

Effect of Water Content in Soil On C-Organic Levels and Soil Acidity (ph)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Effect of Water Content in Soil On C-Organic Levels and Soil Acidity (ph)"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Effect of Water Content in Soil On C-Organic Levels and Soil Acidity (pH)

Pengaruh Kadar Air dalam Tanah Terhadap Kadar C-Organik dan Keasaman (pH) Tanah

Yuvia Ravi Kusumaa and Ika Yantia,*

aProgram Studi Kimia, Fakultas MIPA, Universitas Islam Indonesia

*Corresponding author: ika.yanti@uii.ac.id ABSTRACT

The effect of water content on soil C-Organic content and soil pH acidity is done by measuring the C- Organic content of soil using the Walkley and Black method while determining the acidity of soil pH is done using actual pH analysis (H2O) and potential pH (pH KCl). The water content in soil samples was highest at 20% with soil C-Organic content of 59,300% and acidity pH H2O 3,114 and pH KCl 1,759.

While the water content in the soil sample was lowest by 13% with soil C-Organic content of 48,640%, acidity pH H2O 3,359 and pH KCl 2,062. The water content (moisture content) in the soil affects the C- Organic content of the soil and the acidity of the soil pH. The greater the water content, the higher the soil's C-Organic content and the smaller the acidity of the soil pH.

Keywords: soil, water content, C-Organic, acidity

ABSTRAK

Pengaruh kadar air terhadap kandungan C-Organik tanah dan keasaman pH tanah dilakukan dengan mengukur kandungan C-Organik tanah menggunakan metode Walkley dan Black sedangkan penentuan keasaman pH tanah dilakukan dengan menggunakan pendekana analisis pH actual (H2O) dan pH pontesial (pH KCl). Kadar air dalam sampel tanah paling tinggi sebesar 20% dengan kadar C-Organik tanah 59,300%, keasamann pH H2O 3,114 dan pH KCl 1,759. Sedangkan kadar air dalam sampel tanah paling rendah sebesar 13% dengan kadar C-Organik tanah 48,640%, keasamann pH H2O 3,359 dan pH KCl 2,062. Kandungan air (kadar air) di dalam tanah mempengaruhi kadar C-Organik tanah dan keasaman pH tanah. Semakin besar kadar air maka semakin tinggi pula kadar C-Organik Tanah dan semakin masam keasaman pH tanah.

Kata kunci: tanah, kadar air, C-Organik, keasaman

(2)

PENDAHULUAN

Tanah mempunyai fungsi utama sebagai tempat tumbuh dan berproduksi tanaman sehingga dapat terjadinya penurunan potensi tanah sebagai sumber hara tanaman, dimana tanah yang masih muda (baru terbentuk) biasanya memiliki cadangan mineral yang lebih tinggi daripada tanah yang telah tua (telah mengalami pelapukan lanjut) (Gusmara et al., 2016). Kesuburan tanah menjadi suatu kualitas suatu tanah menyediakan unsur hara tanaman dalam jumlah yang mencukupi kebutuhan tanaman, dalam bentuk senyawa-senyawa yang dapat dimanfaatkan tanaman dan dalam perimbangan yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman tertentu dengan didukung oleh faktor pertumbuhan lainnya (Rosmarkam dan Yuwono, 2013). Di lahan pertanian, kadar hara tanah merupakan fungsi dari bahan induk, iklim, topografi, organisme, vegetasi, dan waktu (Arifin et al., 2018 dan Kurniawan et al., 2021).

Komponen kimia tanah berperan dalam menentukan sifat dan ciri tanah pada umumnya dan kesuburan pada khususnya.

Sifat kimia pada tanah dapat menunjukkan nilai pH tanah dapat digunakan sebagai indikator kesuburan kimiawi tanah, karena dapat mencerminkan ketersedian hara dalam tanah tersebut. Nilai pH menunjukkan banyaknya konsentrasi ion hidrogen (H+) dan (OH-) di dalam tanah,adanya hal tersebut

menentukan mudah tidaknya unsur- unsur hara diserap tanaman. Pada tanah masam banyak ditemukan ion-ion Al di dalam tanah, selain memfiksasi unsur hara P juga merupakan racun bagi tanaman. Pada tanah- tanah rawa (termasuk pasang surut) pH yang terlalu rendah menujukkan adanya sulfat yang tinggi, yang merupakan racun bagi tanaman serta mempengaruhi perkembangan mikroorganisme (Naoum, 2007). Dalam uji kemasaman menggunakan dua macam pH yaitu pH aktual (pH H2O) dan pH potensial (pH KCl). pH aktual diukur dengan cara mengukur jumlah ion H+ dalam larutan tanah sedangkan pH potensial diukur dengan cara mengukur jumlah ion H+ dalam larutan tanah dan kompleks pertukaran ion. pH H2O dihasilkan lebih tinggi dari pH KCl. Hal ini disebabkan karena kemasaman yang di ukur dengan menggunakan H2O adalah kemasaman aktif sedangkan pH KCl mengukur kemasaman aktif dan kemasaman potensial. KCl mampu mengukur mengukur aktivitas H+ yang ada diluar tanah disebabkan karena ion K+ yang berasal dari KCl dapat ditukar dengan ion H+, sedangkan hal tersebut tidak berlaku untuk H2O (Handayani & Karnilawati, 2018).

Karbon organik tanah (KOT) memainkan peranan penting dalam siklus karbon global, karena ia merupakan pole karbon permukaan bumi yang paling besar.

Tanah dapat berfungsi sebagai sumber

(3)

(source) (CO2, CH4 dan N2O) atau kuburan (sink) (CO2 dan CH4) dan berbagai gas rumah kaca, tergantung pada penggunaan lahan dan pengelolaannya (Neneng &

Jubaedah, 2014). Selain itu karbon organik tanah berhubungan dengan kerapatan tanah bahwa tinggi rendahnya kerapatan tanah ditentukan oleh kandungan karbon organik tanah, semakin tinggi kandungan karbon organik tanah maka semakin rendah kerapatannya. Kerapatan tanah yang meningkat dapat menyebabkan ruang pori tanah mengecil sehingga menyebabkan kandungan karbon organik tanah menjadi rendah (Sari et al., 2017). Oleh karena itu penting sekali studi mengenai pengaruh kadar air di dalam tanah terhadap kandungan C-organik tanah serta keasaman tanah yang mana dapat mempengaruhi kualitas tanah itu sendiri baik sebagai sumber kehidupan dari mikroorganisme di dalamnya maupun tumbh kembang tanaman pada lahan pertanian.

METODE PENELITIAN Alat

Alat yang digunakan adalah botol kocok, gelas ukur Iwaki Pyrex, mesin pengocok, labu semprot, pH meter Hanna, neraca analitik Ohaus, spatula, cawan, corong, pipet ukur Iwaki Pyrex, labu takar Iwaki Pyrex, cuvet, gelas beker Iwaki Pyrex, spektrofotometer UV-Vis, baki dan orbital shaker Dlab.

Bahan

Bahan-bahan yang digunakan meliputi sampel tanah, pereaksi Kalium dikromat (K2Cr2O7) 1 N, pereaksi larutan standar Glukosa (C6H12O6) 5.000 ppm, larutan Asam Sulfat teknis (H2SO4), aquades, larutan buffer pH 10; 7 dan 4, Kalium Klorida (KCl) 1 M.

Preparasi Sampel Tanah

Sampel tanah disebarkan di atas tampah yang dialasi kertas sampul. Akar- akar atau sisa tanaman segar, kerikil dan kotoran lain dibuang. Bongkahan besar dikecilkan dengan tangan. Kemudian disiimpan pada rak di ruangan khusus bebas kontaminan yang terlindungi dari sinar matahari langsung. Sampel tanah yang sudah kering ditumbuk menggunakan lumpang porselen. Hasil tumbukan diayak menggunakan ayakan ukuran 0,05 mm.

Pembuatan Larutan Pereaksi Kalium Dikromat (K2Cr2O7) 1 N

Sebanyak 98,1 gr K2Cr2O7 ditimbang dalam gelas beker 1 Liter lalu dilarutkan dengan aquades. Ditambahkan H2SO4 teknis 100 mL dengan cara melalui dinding gelas beker lalu diaduk sampai homogen di ruang asam. Selanjutnya, ditunggu hingga dingin dan setelah dingin dituang dalam labu takar 1000 mL. Diencerkan dengan aquades

(4)

sampai tanda batas, setelah itu digojog hingga homogen.

Pembuatan Larutan Pereaksi Larutan Standar Glukosa 5.000 ppm

Ditimbang 1,25 gr glukosa p.a dalam gelas beker 100 mL dan dilarutkan dengan aquades lalu diaduk hingga homogen.

Dimasukkan dalam labu takar 100 mL dan diencerkan dengan aquades sampai tanda batas. Digojog hingga homogen dan disimpan dalam lemari pendingin agar tidak terkontaminasi.

Analisis Keasaman (pH) Tanah

Pada analisis keasaman (pH) tanah dilakukan dengan dua cara yaitu pengukuran pH aktual (pH H2O) dan pH potensial (pH KCl).

Pertama untuk menentukan pH actual (pH H2O) yaitu dengan cara menimbang sampel tanah 5 gr dan dimasukkan ke dalam botol kocok. Ditambahkan 25 mL aquades ke dalam botol kocok untuk mengencerkan sampel tanah lalu dikocok menggunakan shaker dengan kecepatan 250 rpm selama 30 menit. pH meter sebelum digunakan dilakukan kalibrasi terlebih dahulu menggunakan larutan buffer pH 10,7 dan 4 setelah itu diukur pH sampel tanah menggunakan pH meter. Kedua untuk menentukan pH potensial (pH KCl) dilakukan dengan cara menimbang sampel tanah 5 gr kemudian dimasukkan ke dalam botol kocok. Ditambahkan 25 mL KCl 1 M

ke dalam botol kocok untuk mengencerkan sampel tanah lalu dikocok menggunakan shaker dengan kecepatan 250 ppm selama 30 menit. Kemudian sampel diukur keasaman dengan menggunakan pH meter.

Analisis kadar C-Organik Tanah

Sampel tanah (5 sampel) sebanyak 0,050 gr dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL lalu ditambah 5 mL larutan standar 5.000 ppm (glukosa) ke dalam labu takar 100 mL.

Selanjutnya ditambahkan 5 mL Kalium dikromat 1 N dan 15 mL Asam sulfat teknis pada standar tinggi dan standar rendah serta masing-masing sampel. Sampel digojog dan didiamkan hingga dingin selama 30 menit lalu ditambahkan aquades sedikit demi sedikit hingga tanda batas dan ditutup. Larutan tanah yang sudah digojog sampai homogen dan dibiarkan semalaman.

Keesokan harinya,aquades; blanko; standar dan sampel dimasukkan ke dalam kuvet lalu diuji dengan spektrofotometer UV-Vis pada panjang geombang 561 nm.

PEMBAHASAN

Pada karbon organik tanah menggunakan metode Walkley dan Black, Kadar bahan organik dalam tanah sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan dan partikel yang ada di dalam tanah.

Semakin tinggi bahan organik, ruang antar partikel nya semakin tinggi. Makin tinggi elevasi dan/atau makin rendah suhu, maka kadar bahan organik makin tinggi disertai dengan nisbah C/N makin besar. Dalam

(5)

Prinsip metode Walkley dan Black adalah C- organik dihancurkan oleh oksidasi Kalium bikromat yang berlebih akibat penambahan asam sulfat. Kelebihan kromat yang tidak direduksi oleh C-Organik tanah kemudian ditetapkan dengan jalan titrasi dengan larutan ferro (Akhmad, 2018).

Tabel 1. Data Hasil Perhitungan Kadar air dan C- Organik Tanah

Sampel Kadar Air %

Kadar C- Organik Tanah %

pH H2O

pH KCl A 13,00 48,640 3,359 2,062 B 18,50 49,020 3,303 1,992 C 19,50 53,580 3,179 1,927 D 19,50 54,242 3,225 1,929 E 20,00 59,300 3,114 1,759

Gambar 1. Kadar air dan C-Organik tanah pada sampel tanah

Dari hasil data pada Tabel 1 dan Gambar 1 diketahui kadar air dapat mempengaruhi nilai kadar C-Organik dan keasaman tanah (pH tanah). Semakin tinggi kadar air dalam tanah maka kadar C-Organik tanah juga semakin tinggi Dimana kadar C- Organik tanah yang tinggi berarti dapat menekan adanya penurunan erosi,

meningkatnya bahan organik tanah dengan kenaikan populasi mikroorganisme serta hasil pemadatan tanah yang membuat keutuhan unsur hara pada tanah tanpa adanya degradasi lahan. Kadar C-Organik tanah yang mengalami kenaikan dapat semakin tinggi laju dekomposisi bahan organik atau semakin cepat turn over bahan organik maka semakin cepat unsur hara menjadi tersedia.

Selain itu semakin banyak air dalam tanah maka semakin banyak reaksi pelepasan H+ sehingga tanah menjadi masam (pH rendah). Hal tersebut berlaku pada hasil analisis keasaman dengan pH aktual (H2O) dan pH potensial (pH KCl). Keasaman (pH) tanah menggambarkan tingkat ketersediaan unsur hara makro maupun mikro dalam tanah bagi pertumbuhan tanaman. pH tanah yang berada pada kisaran netral dapat memberikan ketersediaan unsur hara tanah pada tingkat optimum karena sebagian besar unsur hara mudah larut dalam air. Tanaman dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang memiliki pH netral. Dalam analisis pH H2O dan pH KCl terhadap sampel tanah tersebut bahwa semakin banyak air dalam tanah maka semakin banyak reaksi pelepasan H+ sehingga tanah menjadi masam. Pengaruh pH H2O dan pH KCl terhadap kemasaman tanah bersumber dari asam organik dan anorganik.

(6)

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa kandungan air (kadar air) di dalam tanah mempengaruhi kadar C-Organik tanah dan keasaman pH tanah. Semakin besar kadar air maka semakin tinggi pula kadar C-Organik Tanah dan semakin masam keasaman pH tanah.

Kadar air dalam sampel tanag paling tinggi sebesar 20% dengan kadar C-Organik tanah 59,300% dan keasamann pH H2O 3,114 dan pH KCl 1,759. Sedangkan kadar air dalam sampel tanah paling rendah sebesar 13% dengan kadar C-Organik tanah 48,640% keasamann pH H2O 3,359 dan pH KCl 2,062.

DAFTAR PUSTAKA

Akhmad, R.S., 2018, Bahan Organik Tanah:

Klasifikasi, Fungsi dan Metode Studi, Lambung Mangkurat University Press, ISBN 978-602-6483-65-2 Arifin, M., Putri, N.D., Sandrawati, A. dan

Harryanto, R., 2018, Pengaruh posisi lereng terhadap sifat fisika dan kimia tanah pada Inceptisols di Jatinangor Soilrens, Jurnal Ilmiah Lingkungan Tanah Pertanian, 16(2): 37-44.

Gusmara, H., Abimanyu, D., Hermawan, B., Hendarto, K. S., Hasanudin, Sukisno, Muktamar, Z., 2016, Bahan Ajar Dasar-Dasar Ilmu Tanah, Universitas Bengkulu Fakultas Pertanian, Bengkulu.

Handayani, S., & Karnilawati, K., 2018, Karakterisasi Dan Klasifikasi Tanah

Ultisol Di Kecamatan Indrajaya Kabupaten Pidie, Jurnal Ilmiah Pertanian, 14, 52–59.

Kurniawan, M.F., Rayes, M.L., Agustina, C., 2021, Analisis Kualitas Tanah pada Lahan Tegalan Berpasir di Das Mikro Supiturung, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, Jurnal Tanah dan Sumber Daya Lahan, 8(2).

Naoum, S.G., 2007, Dissertation Research and Writing for Construction Students. 2nd Edition, Butterworth- Heinemann, Cambridge.

Neneng, N. L., & Jubaedah, 2014, Konservasi Tanah Menghadapu Perubahan Iklim. Teknologi Peningkatan Cadangan Karbon Lahan Kering Dan Potensinya Pada Skala Nasional, 53–81.

Rosmarkam dan Yuwono, N. W., 2013, Journal of Chemical Information and Modeling, 53, 1689–1699.

Sari, T., Rafdinal, & Linda, R., 2017, Hubungan Kerapatan Tanah, Karbon Organik Tanah dan Cadangan Karbon Organik Tanah Di Kawasan Agroforestri Tembawang Nanga Pemubuh Sekadau Hulu Kalimantan Barat, Jurnal Protobiont, 6, 263–269.

Gambar

Tabel 1. Data Hasil Perhitungan Kadar air dan C- C-Organik Tanah  Sampel  Kadar  Air %  Kadar  C-Organik  Tanah %  pH H2 O  pH  KCl  A  13,00  48,640  3,359  2,062  B  18,50  49,020  3,303  1,992  C  19,50  53,580  3,179  1,927  D  19,50  54,242  3,225  1,

Referensi

Dokumen terkait

Hasil sampel yang sudah terkumpul dianalisis di laboratorium untuk menentukan nilai kandungan C-organik dan permeabilitas tanah dan akan di tentukan juga pengaruhnya

Di dalam tanah yang merupakan bahan padat juga terdiri dari air, bahan organik, bahan mineral dan udara, sehingga perubahan sifat dari air serta udara di dalam

Beberapa per masalah an pentin g yan g dapat dian gkat dalam penyelesaian permasalahan tersebut antara lain: metode pengembangan informasi kandungan air tanah aktual

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan sari lengkuas merah terhadap kadar air, kadar garam, pH dan warna kuning pada telur asin serta

Untuk meningkatkan kandungan N, P dan K pupuk organik padat dari Sludge biogas feses sapi perah dengan perbandingan air yang berbeda dapat dilakukan dengan penambahan

Berdasarkan hasil amatan sifat kimia terhadap beberapa vegetasi berupa kelapa sawit, karet, campuran, duku dan hutan.Dapat diliat bahwa setiap vegetasi memiliki

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dosis cangkang keong mas sebagai kapur dalam meningkatkan pH air rawa dengan kandungan C-organik tanah 19,72%,

perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user86.Sawi Monumen Sawi monumen tubuhnya amat tegak dan berdaun kompak. Penampilan sawi jenis ini sekilas mirip dengan petsai. Tangkai daun berwarna putih berukuran agak lebar dengan tulang daun yang juga berwarna putih. Daunnya sendiri berwarna hijau segar. Jenis sawi ini tegolong terbesar dan terberat di antara jenis sawi lainnya. D.Syarat Tumbuh Tanaman Sawi Syarat tumbuh tanaman sawi dalam budidaya tanaman sawi adalah sebagai berikut : 1.Iklim Tanaman sawi tidak cocok dengan hawa panas, yang dikehendaki ialah hawa yang dingin dengan suhu antara 150 C - 200 C. Pada suhu di bawah 150 C cepat berbunga, sedangkan pada suhu di atas 200 C tidak akan berbunga. 2.Ketinggian Tempat Di daerah pegunungan yang tingginya lebih dari 1000 m dpl tanaman sawi bisa bertelur, tetapi di daerah rendah tak bisa bertelur. 3.Tanah Tanaman sawi tumbuh dengan baik pada tanah lempung yang subur dan cukup menahan air. (AAK, 1992). Syarat-syarat penting untuk bertanam sawi ialah tanahnya gembur, banyak mengandung humus (subur), dan keadaan pembuangan airnya (drainase) baik. Derajat keasaman tanah (pH) antara 6–7 (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user9E.Teknik Budidaya Tanaman Sawi 1.Pengadaan benih Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani. Kebutuhan benih sawi untuk setiap hektar lahan tanam sebesar 750 gram. Benih sawi berbentuk bulat, kecil-kecil. Permukaannya licin mengkilap dan agak keras. Warna kulit benih coklat kehitaman. Benih yang akan kita gunakan harus mempunyai kualitas yang baik, seandainya beli harus kita perhatikan lama penyimpanan, varietas, kadar air, suhu dan tempat menyimpannya. Selain itu juga harus memperhatikan kemasan benih harus utuh. kemasan yang baik adalah dengan alumunium foil. Apabila benih yang kita gunakan dari hasil pananaman kita harus memperhatikan kualitas benih itu, misalnya tanaman yang akan diambil sebagai benih harus berumur lebih dari 70 hari. Penanaman sawi memperhatikan proses yang akan dilakukan misalnya dengan dianginkan, disimpan di tempat penyimpanan dan diharapkan lama penyimpanan benih tidak lebih dari 3 tahun.( Eko Margiyanto, 2007) Pengadaan benih dapat dilakukan dengan cara membuat sendiri atau membeli benih yang telah siap tanam. Pengadaan benih dengan cara membeli akan lebih praktis, petani tinggal menggunakan tanpa jerih payah. Sedangkan pengadaan benih dengan cara membuat sendiri cukup rumit. Di samping itu, mutunya belum tentu terjamin baik (Cahyono, 2003). Sawi diperbanyak dengan benih. Benih yang akan diusahakan harus dipilih yang berdaya tumbuh baik. Benih sawi sudah banyak dijual di toko-toko pertanian. Sebelum ditanam di lapang, sebaiknya benih sawi disemaikan terlebih dahulu. Persemaian dapat dilakukan di bedengan atau di kotak persemaian (Anonim, 2007). 2.Pengolahan tanah Sebelum menanam sawi hendaknya tanah digarap lebih dahulu, supaya tanah-tanah yang padat bisa menjadi longgar, sehingga pertukaran perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user10udara di dalam tanah menjadi baik, gas-gas oksigen dapat masuk ke dalam tanah, gas-gas yang meracuni akar tanaman dapat teroksidasi, dan asam-asam dapat keluar dari tanah. Selain itu, dengan longgarnya tanah maka akar tanaman dapat bergerak dengan bebas meyerap zat-zat makanan di dalamnya (AAK, 1992). Untuk tanaman sayuran dibutuhkan tanah yang mempunyai syarat-syarat di bawah ini : a.Tanah harus gembur sampai cukup dalam. b.Di dalam tanah tidak boleh banyak batu. c.Air dalam tanah mudah meresap ke bawah. Ini berarti tanah tersebut tidak boleh mudah menjadi padat. d.Dalam musim hujan, air harus mudah meresap ke dalam tanah. Ini berarti pembuangan air harus cukup baik. Tujuan pembuatan bedengan dalam budidaya tanaman sayuran adalah : a.Memudahkan pembuangan air hujan, melalui selokan. b.Memudahkan meresapnya air hujan maupun air penyiraman ke dalam tanah. c.Memudahkan pemeliharaan, karena kita dapat berjalan antar bedengan dengan bedengan. d.Menghindarkan terinjak-injaknya tanah antara tanaman hingga menjadi padat. ( Rismunandar, 1983 ). 3.Penanaman Pada penanaman yang benihnya langsung disebarkan di tempat penanaman, yang perlu dijalankan adalah : a.Supaya keadaan tanah tetap lembab dan untuk mempercepat berkecambahnya benih, sehari sebelum tanam, tanah harus diairi terlebih dahulu. perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user11b.Tanah diaduk (dihaluskan), rumput-rumput dihilangkan, kemudian benih disebarkan menurut deretan secara merata. c.Setelah disebarkan, benih tersebut ditutup dengan tanah, pasir, atau pupuk kandang yang halus. d.Kemudian disiram sampai merata, dan waktu yang baik dalam meyebarkan benih adalah pagi atau sore hari. (AAK, 1992). Penanaman dapat dilakukan setelah tanaman sawi berumur 3 - 4 Minggu sejak benih disemaikan. Jarak tanam yang digunakan umumnya 20 x 20 cm. Kegiatan penanaman ini sebaiknya dilakukan pada sore hari agar air siraman tidak menguap dan tanah menjadi lembab (Anonim, 2007). Waktu bertanam yang baik adalah pada akhir musim hujan (Maret). Walaupun demikian dapat pula ditanam pada musim kemarau, asalkan diberi air secukupnya (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). 4.Pemeliharaan tanaman Pemeliharaan dalam budidaya tanaman sawi meliputi tahapan penjarangan tanaman, penyiangan dan pembumbunan, serta pemupukan susulan. a.Penjarangan tanaman Penanaman sawi tanpa melalui tahap pembibitan biasanya tumbuh kurang teratur. Di sana-sini sering terlihat tanaman-tanaman yang terlalu pendek/dekat. Jika hal ini dibiarkan akan menyebabkan pertumbuhan tanaman tersebut kurang begitu baik. Jarak yang terlalu rapat menyebabkan adanya persaingan dalam menyerap unsur-unsur hara di dalam tanah. Dalam hal ini penjarangan dilakukan untuk mendapatkan kualitas hasil yang baik. Penjarangan umumnya dilakukan 2 minggu setelah penanaman. Caranya dengan mencabut tanaman yang tumbuh terlalu rapat. Sisakan tanaman yang tumbuh baik dengan jarak antar tanaman yang teratur (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user12b.Penyiangan dan pembumbunan Biasanya setelah turun hujan, tanah di sekitar tanaman menjadi padat sehingga perlu digemburkan. Sambil menggemburkan tanah, kita juga dapat melakukan pencabutan rumput-rumput liar yang tumbuh. Penggemburan tanah ini jangan sampai merusak perakaran tanaman. Kegiatan ini biasanya dilakukan 2 minggu sekali (Anonim, 2007). Untuk membersihkan tanaman liar berupa rerumputan seperti alang-alang hampir sama dengan tanaman perdu, mula-mula rumput dicabut kemudian tanah dikorek dengan gancu. Akar-akar yang terangkat diambil, dikumpulkan, lalu dikeringkan di bawah sinar matahari, setelah kering, rumput kemudian dibakar (Duljapar dan Khoirudin, 2000). Ketika tanaman berumur satu bulan perlu dilakukan penyiangan dan pembumbunan. Tujuannya agar tanaman tidak terganggu oleh gulma dan menjaga agar akar tanaman tidak terkena sinar matahari secara langsung (Tim Penulis PS, 1995 ). c.Pemupukan Setelah tanaman tumbuh baik, kira-kira 10 hari setelah tanam, pemupukan perlu dilakukan. Oleh karena yang akan dikonsumsi adalah daunnya yang tentunya diinginkan penampilan daun yang baik, maka pupuk yang diberikan sebaiknya mengandung Nitrogen (Anonim, 2007). Pemberian Urea sebagai pupuk tambahan bisa dilakukan dengan cara penaburan dalam larikan yang lantas ditutupi tanah kembali. Dapat juga dengan melarutkan dalam air, lalu disiramkan pada bedeng penanaman. Satu sendok urea, sekitar 25 g, dilarutkan dalam 25 l air dapat disiramkan untuk 5 m bedengan. Pada saat penyiraman, tanah dalam bedengan sebaiknya tidak dalam keadaan kering. Waktu penyiraman pupuk tambahan dapat dilakukan pagi atau sore hari (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user13Jenis-jenis unsur yag diperlukan tanaman sudah kita ketahui bersama. Kini kita beralih membicarakan pupuk atau rabuk, yang merupakan kunci dari kesuburan tanah kita. Karena pupuk tak lain dari zat yang berisisi satu unsur atau lebih yang dimaksudkan untuk menggantikan unsur yang habis diserap tanaman dari tanah. Jadi kalau kita memupuk berarti menambah unsur hara bagi tanah (pupuk akar) dan tanaman (pupuk daun). Sama dengan unsur hara tanah yang mengenal unsur hara makro dan mikro, pupuk juga demikian. Jadi meskipun jumlah pupuk belakangan cenderung makin beragam dengan merek yang bermacam-macam, kita tidak akan terkecoh. Sebab pupuk apapun namanya, entah itu buatan manca negara, dari segi unsur yang dikandungnya ia tak lain dari pupuk makro atau pupuk mikro. Jadi patokan kita dalam membeli pupuk adalah unsur yang dikandungnya (Lingga, 1997). Pemupukan membantu tanaman memperoleh hara yang dibutuhkanya. Unsur hara yang pokok dibutuhkan tanaman adalah unsur Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K). Itulah sebabnya ketiga unsur ini (NPK) merupakan pupuk utama yang dibutuhkan oleh tanaman. Pupuk organik juga dibutuhkan oleh tanaman, memang kandungan haranya jauh dibawah pupuk kimia, tetapi pupuk organik memiliki kelebihan membantu menggemburkan tanah dan menyatu secara alami menambah unsur hara dan memperbaiki struktur tanah (Nazarudin, 1998). 5.Pengendalian hama dan penyakit Hama yang sering menyerang tanaman sawi adalah ulat daun. Apabila tanaman telah diserangnya, maka tanaman perlu disemprot dengan insektisida. Yang perlu diperhatikan adalah waktu penyemprotannya. Untuk tanaman sayur-sayuran, penyemprotan dilakukan minimal 20 hari sebelum dipanen agar keracunan pada konsumen dapat terhindar (Anonim, 2007). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user14OPT yang menyerang pada tanaman sawi yaitu kumbang daun (Phyllotreta vitata), ulat daun (Plutella xylostella), ulat titik tumbuh (Crocidolomia binotalis), dan lalat pengerek daun (Lyriomiza sp.). Berdasarkan tingkat populasi dan kerusakan tanaman yang ditimbulkan, maka peringkat OPT yang menyerang tanaman sawi berturut-turut adalah P. vitata, Lyriomiza sp., P. xylostella, dan C. binotalis. Hama P. vitatamerupakan hama utama, dan hama P. xylostella serta Lyriomiza sp. merupakan hama potensial pada tanaman sawi, sedangkan hamaC. binotalis perlu diwaspadai keberadaanya (Mukasan et al., 2005). Beberapa jenis penyakit yang diketahui menyerang tanaman sawi antara lain: penyakit akar pekuk/akar gada, bercak daun altermaria, busuk basah, embun tepung, rebah semai, busuk daun, busuk Rhizoctonia, bercak daun, dan virus mosaik (Haryanto et al., 1995). 6.Pemanenan Tanaman sawi dapat dipetik hasilnya setelah berumur 2 bulan. Banyak cara yang dilakukan untuk memanen sawi, yaitu: ada yang mencabut seluruh tanaman, ada yang memotong bagian batangnya tepat di atas permukaan tanah, dan ada juga yang memetik daunnya satu per satu. Cara yang terakhir ini dimaksudkan agar tanaman bisa tahan lama (Edy margiyanto,