• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHATANI JAGUNG (Zea mays L.) DI DESA MARAYOKA KECAMATAN BANGKALA KABUPATEN JENEPONTO HASBI LUBIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "STRATEGI PENGEMBANGAN USAHATANI JAGUNG (Zea mays L.) DI DESA MARAYOKA KECAMATAN BANGKALA KABUPATEN JENEPONTO HASBI LUBIS"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHATANI JAGUNG (Zea mays L.) DI DESA MARAYOKA KECAMATAN BANGKALA

KABUPATEN JENEPONTO

HASBI LUBIS 105960062610

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

MAKASSAR

2015

(2)

iii KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, penulis panjatkan puji syukur kehadirat Allah subuhanahu wataala oleh karena dengan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian ini.

Dalam penyusunan proposal ini penulis menyadari bahwa tidak akan tersusun dengan baik tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

Ir. Saleh Molla, MM dan St. Aisyah R, S.Pt,MSi, selaku Pembimbing I, dan selaku Pembimbing II, karena beliau berdua dengan penuh perhatian dan semangat telah banyak memberikan bimbingan dan arahan mulai dari awal hingga penyusunan proposal penelitian ini.

Semoga proposal penelitian ini bermanfaat bagi penulis dan setiap orang yang membacanya dan mudah-mudahan mendapat balasan pahala yang setimpal.

Akhirnya, semoga Allah Subhanahu Wataala memberikan yang terbaik kepada kita semua. Amin.

Makassar, Maret 2015

Penulis

(3)

iv RINGKASAN

Hasbi Lubis, 10 596 006 2610. ” Strategi Pengembangan Usaha Tani Jagung (Zea Mays L.) Di Desa Marayoka Kecamatan Bangkala Kabupaten Jeneponto “. Dibimbing oleh Ir. Saleh Molla,MM dan St. Aisyah R,S. S.Pt, Msi

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Marayoka Bangkala Kabupaten Jeneponto. Penetapan Lokasi penelitian dengan mempertimbangkan bahwa Kecamatan Bangkala merupakan daerah sentra jagung di Jeneponto. Waktu penelitian dilaksanakan selama 2 bulan yaitu dari bulan Juni sampai Juli 2014.

Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini mengggunakan analisis situasi model analisis SWOT. Dimana analisis SWOT digunakan untuk mengidentifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengh), dan peluang (opportunity), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan dan ancaman.

Berdasarkan hasil penelitian terhadap Strategi pengembangan usahatani jagung di Desa Marayoka Kecamatan Bangkala Kabupaten Jeneponto dengan menggunakan metode analisa SWOT, maka disimpulkan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pengembangan usahatani jagung adalah tersedianya areal pengembangan jagung yang luas, tersedianya dukungan tenaga kerja terampil, penguasaan teknik budidaya oleh petani, dukungan modal petani yang cukup besar dari pemilik modal, sarana transportasi yang memadai, permintaan pasar yang cukup besar, agroklimat lahan yang cukup baik untuk budidaya jagung, usahatani dapat memberikan keuntungan, semakin tingginya permintaan volume jagung di Pasaran, semakin tingginya harga jagung dari tahun ke tahun, jauhnya lokasi usahatani dari pemukiman petani, terbatasnya tenaga kerja terampil, modal petani masih lemah, saluran pemasaran belum efektif, sulitnya mendapat benih varietas hibrida, gangguan OPT, rendahnya kuantitas dan kualitas produksi, iklim yang tidak terkendali, semakin tingginya harga sarana produksi, dan banyaknya pesaing. Strategi kelompok tani dalam pengembangan usahatani di Desa Marayoka Kecamatan Bangkala Kabupaten Jeneponto adalah strategi SO, dimana strategi ini digunakan untuk memanfaatkan kekuatan dan peluang yang ada untuk meminimalkan kelemahan dan ancaman.

Kata kunci : Usahatani Jagung, Strategi Pengembangan dan Analisis SWOT

(4)

v

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... …….ii

KATA PENGANTAR ... .iii

RINGKASAN ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL. ... vii

DAFTAR GAMBAR. ... ix

DAFTAR LAMPIRAN. ... x

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 2

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1 Tinjauan Umum Jagung (Zea mays L) ... 4

2.2 Strategi Pengembangan ... 5

2.3 Pengembangan Usahatani Jagung ... 8

2.4 Strategi Pengembangan Usaha Tani ... 8

2.5 Analisis SWOT ... 9

2.6 Kerangka Pikir ... 16

III. METODE PENELITIAN ... 18

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 18

3.2 Teknik Pengambilan Sampel ... 18

3.3 Jenis Data dan Sumber Data ... 18

3.4 Analisa Data ... 19

3.5 Defenisi Operasional...23

(5)

vi

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN...25

4.1. Letak Geografis dan Batas Wilayah...25

4.2. Keadaan Iklim...25

4.3. Pola Penggunaan Lahan...26

4.4. Keadaan Penduduk... ... .26

4.5 Keadaan Pertanian...29

V. HASIL DAN PEMBAHASAN... ... 31

5.1. Sumber Daya Manusia... ... .31

5.2 Faktor Internal dan Eksternal. ... 32

5.3 Strategi. ... 35

5.4 Analisis SWOT. ... 37

5.5 Tahapan Analisis.. ... 38

VI. PENUTUP. ... 44

6.1. Kesimpulan. ... 44

6.2 Saran. ... 45 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(6)

vii DAFTAR TABEL

No Teks Halaman

1. Tabel 1. Matriks SWOT………..………..………..14 2. Tabel. 2 Faktor Kekuatan (strengths)……….……….20 3. Tabel. 3 Faktor Kelemahan (weaknees) ……….20

4. Tabel 4 Faktor peluang (opportunities)

………21

5. Tabel 5 Faktor ancaman (treaths) ……….

21

6. Tabel 6 Pemberian nilai bobot faktor internal………22

7. Tabel 7 Pemberian nilai bobot faktor

eksternal………..21

8. Tabel 9 Luas areal tanah Desa Marayoka, Kecamatan Bangkala Kabupaten

Jeneponto Tahun 2014.

………....26

9. Tabel 10 Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin Desa Marayoka Kecamatan Bangkala,Kabupaten Jeneponto Tahun 2014.

………....27

10. Tabel 11 Komposisi Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Umur Desa

Marayoka Kecamatan Bangkala Kabupaten Jeneponto Tahun 2014………...29 11. Tabel 12 Komposisi Jumlah Penduduk Menurut Bidang Usaha di

Desa…….28

Marayoka, Kecamatan Bangkala, Kabupaten Jneponto Tahun 2014………...29

12. Tabel 13 Luas Tanam,Produksi dan Rata-Rata Produksi Tanaman Bahan Makanan Di Desa Marayoka Kecamatan Bangkala

Kabupaten Jeneponto

2014………...31

13. Tabel 14 Distribusi Petani Jagung Kuning Pada Gapoktan Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Marayoka Kecamatan Bangkala Kabupaten

(7)

viii Jeneponto 2014………31 14. Tabel 15 Distribusi petani jagung pada kelompok tani, menurut

pengalaman berusahatani di Desa Marayoka, Kecamatan Bangkala

15. Kabupaten Jeneponto

2014………...………...32

16. Tabel 16 Perkembangan produksi jagung di Desa Marayoka kecamatan Bangkala Kabupaten Jeneponto 2009 – 2012……….….33 17. Tabel 17 Hasil identifikasi data internal dan eksternal di Desa

Marayoka Kecamatan Bangkala Kabupaten Jeneponto 2014… ………42 18. Tabel 18 Faktor-faktor yang menjadi kekuatan,kelemahan,peluang dan

ancaman terhadap pengembangan usahatani jagung di Desa Marayoka

Kecamatan Bangkala Kabupaten Jeneponto

2014………34

19. Tabel 19 Penetapan empat strategi dalam analisis SWOT………38

20. Tabel 20 Faktor Strategis

Internal……….39

21. Tabel 21 Faktor Strategis

Eksternal………..40

22. Tabel 22 Matriks analisis IFAS dan EFAS………..41 23. Tabel 23 Strategi SWOT Dalam Pengembangan Usahatani Jagung

(Zea Mays L.) di Desa Marayoka Kecamatan Bangkala Kabupaten

Jeneponto Tahun 2014.

………42

(8)

ix DAFTAR GAMBAR

No Teks Halaman

1. Gambar 1. Diagram SWOT……… 12 2. Gambar 2. Alur kerangka pikir strategi pengembangan

usahatani jagung………. 17

(9)

x DAFTAR LAMPIRAN

No Teks Halaman

1. Kuisioner penelitian………... 47

2. Identitas Petani Responden Usahatani Jagung Kuning (Zea Mays L.) di Desa Marayoka Kecamatan Bangkala Kabupaten Jeneponto, 2014. ………... 51

3. Jawaban Petani Responden Usahatani Jagung ( Zea Mays L.) Terhadap Pengaruh Faktor Kekuatan. ……….. 52

4. Jawaban Petani Responden Usahatani Jagung ( Zea Mays L.) Terhadap Pengaruh Faktor Kelemahan………. 53

5. Jawaban Petani Responden Usahatani Jagung ( Zea Mays L.) Terhadap Pengaruh Peluang……….. 54

6. Jawaban Petani Responden Usahatani Jagung ( Zea Mays L.) Terhadap Pengaruh Faktor Ancaman……… 55

7. Perhitungan Rating Faktor Strategis Internal Usahatani Jagung (Zea mays .L) di Desa Marayoka……….. 56

8. Perhitungan Rating Faktor Strategis Eksternal Usahatani Jagung (Zea mays .L) di Desa Marayoka……….. 57

9. Pemberian Skor Faktor Strategis Internal……… 58

10. Pemberian Skor Faktor Strategis Eksternal………. 59

11. Foto-foto kegiatan……… 60

(10)

xi

(11)

DAFTAR TABEL

NO Teks Halaman

1. Tabel 1. Matriks SWOT………..……….. 14

2. Tabel. 2 Faktor Kekuatan (strengths)………. 20

3. Tabel. 3 Faktor Kelemahan (weaknees) ………. 20

4. Tabel 4 Faktor peluang (opportunities) ………. 21

5. Tabel 5 Faktor ancaman (treaths) ………. 21

6. Tabel 6 Pemberian nilai bobot faktor internal……… 22

7. Tabel 7 Pemberian nilai bobot faktor eksternal……….. 23

8. Tabel 8 Luas areal tanah Desa Marayoka, Kecamatan Bangkala Kabupaten Jeneponto Tahun 2014. ……….... 26

9. Tabel 9 Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin Desa Marayoka Kecamatan Bangkala,Kabupaten Jeneponto Tahun 2014. ……….... 27

10. Tabel 10 Komposisi Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Umur Desa Marayoka Kecamatan Bangkala Kabupaten Jeneponto Tahun 2014……….. 28

11. Tabel 11 Komposisi Jumlah Penduduk Menurut Bidang Usaha di Desa Marayoka, Kecamatan Bangkala, Kabupaten Jneponto Tahun 2014………. 29

12. Tabel 12 Distribusi Petani Jagung Kuning Pada Gapoktan Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Marayoka Kecamatan Bangkala Kabupaten Jeneponto 2014……… 31

13. Tabel 13 Distribusi petani jagung pada kelompok tani, menurut pengalaman berusahatani di Desa Marayoka, Kecamatan Bangkala Kabupaten Jeneponto 2014……… 32

14. Tabel 14 Hasil identifikasi data internal dan eksternal di Desa Marayoka Kecamatan Bangkala Kabupaten Jeneponto 2014… ……… 33

15. Tabel 15 Faktor-faktor yang menjadi kekuatan,kelemahan,peluang dan ancaman terhadap pengembangan usahatani jagung di Desa Marayoka Kecamatan Bangkala Kabupaten Jeneponto 2014……… 34

(12)

16. Tabel 16 Penetapan empat strategi dalam analisis SWOT……… 38

17. Tabel 19 Faktor Strategis Internal………. 39

18. Tabel 20 Faktor Strategis Eksternal……….. 40

19. Tabel 21 Matriks analisis IFAS dan EFAS……….. 41

20. Tabel 22 Strategi SWOT Dalam Pengembangan Usahatani Jagung (Zea Mays L.) di Desa Marayoka Kecamatan Bangkala Kabupaten Jeneponto Tahun 2014. ……… 42

(13)

1 I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jagung (Zea mays L) merupakan bahan makanan penghasil karbohidrat kedua setelah padi. Selain dikonsumsi langsung, jagung digunakan sebagai pakan ternak penghasil susu, daging dan juga sebagai bahan baku industri. Oleh karena itu, jagung merupakan komoditas yang mempunyai nilai strategis seperti halnya. Oleh karena itu tantangan bagi indonesia adalah bagaimana meningkatkan produksi jagung guna memenuhi permintaan yang terus meningkat, khususnya untuk kebutuhan industri pangan yang terus meningkat (BPS Kabupaten Jeneponto 2012).

Dewasa ini pemerintah Indonesia terus meningkatkan perhatian terhadap peningkatan produksi jagung unutk memenuhi kebutuhan lokal dan unutk ekspor.

Sulawesi - Selatan berada peringkat kelima daerah penghasil jagung di Indonesia, memberikan kontribusi 7% dari total produksi jagung nasional. Rata – rata total jagung yang diproduksi di daerah ini pada tahun 2009 adalah seluas 213.818 dengan produksi 650.832 ton, atau setar dengan 3.40 ton / Ha. Nilai ini jauh lebih rendah dibandingkan potensi hasil terutama jika dengan mengembangkan varietas hibrida, meningkatkan teknis budidaya dalam usahatani jagung dan meningkatkan peran lembaga tani dan kelompok – kelompok tani. Berdasarkan panen aktual yang telah dicapai dan potensi produksi jagung, nampaknya masih ada ruang untuk pengembangan produktifitas jagung di Sulawesi-selatan (Badan Litbang Pertanian, 2005).

(14)

2 Provinsi Sulawesi-selatan adalah salah satu penghasil jagung terbesar Di Indonesia. Produksi Jagung di Sulawesi - selatan tahun 2011 sebanyak 639, 555 ton.

Areal tersebut tersebar pada beberapa kabupaten , seperti Bone, Sinjai, Bulukumba, Bantaeng, Jeneponto, Takalar Gowa (Badan Litbang Pertanian, 2005). Selama ini, potensi jagung di Sulawesi-selatan terbilang besar dengan lahan yang luas yakni 303,812 Ha yang tersebar diseluruh wilayah Sulawesi selatan.

Kabupaten Jeneponto sebagai salah satu wilayah provinsi Sulawesi Selatan yang mayoritas masyrakatnya adalah petani, mempunyai permasalahan pertanian yang kompleks, sehingga memerlukan acuan optimalisasi sumberdaya usahatani untuk peningkatan pendapatan. Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas mendorong peneliti untuk mengkaji tentang strategi pengembangan usahatani jagung yang berlokasi di Kecamatan Bangkala Kabupaten Jeneponto, mengingat tanaman jagung adalah tanaman pangan yang tidak mudah diadakan perombakan apabila terjadi kerugian dalam usahatani. Untuk itu strategi pengembangan harus dirumuskan secara cermat agar tujuan peningkatan pendapatan serta kesejahhteraan petani dapat tercapai.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu bagaimana strategi pengembangan usahatani jagung di Desa Marayoka Kecematan Bangkala Kabupaten Jeneponto?

(15)

3 1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui strategi pengembangan usahatani jagung di Desa Marayoka Kecamatan Bangkala Kabupaten Jeneponto.

Adapun kegunaan dari penelitian ini yaitu :

a. Dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun strategi serta kebijakan pengembangan agribisnis yang lebih cepat sehingga diharapakan dapat memacu pengembangan pertanian khususnya bidang agribisnis jagung.

b. Dapat bermanfaat bagi pelaku bisnis tanaman pangan, utamanya yang mengarah pada komoditi jagung.

c. Dapat berguna bagi dunia perguruan tinggi serta mahasiswa yang berminat mendalami studi bidang agribisnis atau mengadakan penelitian lebih lanjut.

(16)

4 II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Jagung (Zea mays L.)

Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu serealia yang strategis dan bernilai ekonomis serta mempunyai peluang unutk dikembangkan karena kedudukannya sebagai sumber utama karbohidrat dan protein setelah beras. Hampir seluruh bagian tanaman jagung dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam kebutuhan. Batang dan daun tanaman yang masih muda dapat digunakan untuk pakan ternak, yang tua (setelah dipanen) dapat digunakan untuk pupuk hijau atau kompos. Saat ini cukup banyak yang memanfaatkan batang jagung untuk kertas. Harganya cukup menarik seiring dengan kenaikan harga bahan baku kertas berupa pulp. Buah jagung yang masih muda banyak sebagai sayuran, perkedel, bakwan, dan sebagainya, dan lain sebagainya. Kegunaan lain dari jagung adalah sebagai pakan ternak, bahan baku farmasi, dextrin, perekat, tekstil, minyak goreng, dan etanol (Rukmana. 2010).

Tanaman jagung (Zea mays L.) merupakan sumber kalori yang cukup besar dan karena masyarakat tertentu juga menyenangi untuk mengkomsumsi jagung, maka jagung dianggap sebagai bahan pangan pengganti beras. Komoditi jagung cukup respon terhadap industri pakan ternak dan industri pengolahan. Juga komoditi jagung perlu diusahakan pada skala usaha yang relatif luas agar supply dapat dipenuhi pada tepat waktu, tepat jumlah dan tepat kualitas (Rukmana, 2001).

(17)

5 Di Indonesia jagung mempunyai hibrida masa depan yang cerah untuk dikembangkan, baik untuk memenuhi kebutuhan bahan baku makanan sehari – hari maupun bahan baku industri. Mengingat akan pentingnya jagung sebagai bahan makan pokok dan bahan baku industri, terutama industri pakan ternak, peningkatan produksi jagung melalui penanaman jagung unggul jenis hibrida tidak perlu dikhawatirkan akan masalah pemasarannya, karna jagung merupakan salah satu komoditi yang mempunyai nilai ekonomis yang tinggi (Rukmana, 2001).

2.2 Strategi Pengembangan

Menurut Rangkuti (2013), strategi adalah perencanaan induk komprehensip yang menjelaskan bagaimana perusahaan akan mencapai tujuan yang telah ditetapkan berdasarkan misi yang telah ditentukan sebelumnya. Sedangkan menurut Sukartawi (2005), strategi adalah satu kesatuan rencana yang komprehensip dan terpadu yang menghubungkan kondisi internal perusahaan dengan situasi lingkungan eksternal agar tujuan perusahaan dapat tercapai.

Strategi dapat diklasifikasikan dalam strategi utama (grand strategy) atau strategi akar dan strategi yang dirumuskan secara lebih sempit (strategy program).

Strategi juga dapat dikelompokkan dalam atau fungsi. Misalnya strategi pertumbuhan, strategi produksi, strategi pemasaran dan sebagainya. Bentuk dari strategi dapat bervariasi namun ada sejumlah strategi umum atau strategi generic yang dapat ditetapkan pada berbagai bentuk industri, organisasi atau perusahaan (Soekartawi, 2005).

(18)

6 Strategi memiliki beberapa sifat antara lain : menyatu (Unified) yaitu menyatukan seluruh bagian dalam perusahaan ; menyeluruh (Comprehensive) yaitu mencakup seluruh aspek dalam perusahaan ; Integral (Intergrated) yaitu seluruh strategi akan cocok / sesuai dengan seluruh tingkatan. Sedangkan karakteristik dari masalah – masalah strategis adalah berorientasi pada masa depan, biasanya berhubungan dengan unit bisnis yang sangat komplek, memerlukan perhatian dari manajemen puncak, akan memepengaruhi kemakmuran jangka panjang dari perusahaan serta melibatkan pengalokasian sejumlah besar sumber daya perusahaan yang telah ada sebelumnya (Wahyudi, 2003).

Menurut Glueck (2001), terdapat empat macam strategi generik yaitu strategi stabilitas (stability strategy), strategi ekspansi (expansion strategy), strategi pencintaan (refrenchment strategy) dan strategi kombinasi (combination strategy) :

1. Strategi Stabilitas

Prinsip strategi ini menekankan pada tidak bertambahnya produk, pasar dan fungsi perusahaan, tetapi lebih ditekankan pada efisiensi disegala bidang untuk meningkatkan kinerja / keuntungan. Digunakan pada suatu produk atau bisnis yang berada pada tahap kedewasaan. Strategi ini mempunyai resiko yang rendah jika disbanding dengan jenis strategi lainnya.

2. Strategi Ekspansi

Prinsipnya lebih menitik beratkan pada penambahan / perluasan produk, pasar atau fungsi dalam perusahaan, lebih ditekankan pada peningkatan aktivitas perusahaan. Karena ada perluasan akan mengakibatkan strategi ini

(19)

7 menanggung resiko tinggi. Alasan memakai strategi ekspansi adalah masyarakat akan diuntungkan dengan adanya usaha; adanya tekanan dari pihak luar (pemerintah / pemegang usaha); perluasan usaha akan menghasilkan kekuatan monopoli; motivasi untuk menghadapi resiko yang menantang.

3. Strategi Penciutan

Perusahaan melakukan pengurangan atas suatu produk, pasar atau fungsi tertentu. Ditekankan pada pengurangan atau menutup unit bisnis yang mempunyai cash flow negatif. Biasanya diterapkan pada suatu bisnis yang berada pada tahap menurun. Terkadang unit-unit tertentu yang memerlukan sumber daya lahan untuk mengatasi masalah yang timbul. Jika unit tersebut memiliki kesempatan yang besar untuk berhasil, maka diperlukan menutup unit lain yang kurang menguntungkan dan mengalokasikan sumber dayanya ke unit yang lebih porspektif. Alasan memakai strategi ini adalah adanya kesempatan yang lebih baik dibandingkan usaha lain; kekuatan yang ada tidak mencukupi untuk mengatasi masalah / persaingan; unit bisnis merugi tidak dapat memenuhi target yang telah ditetapkan sebelumnya.

4. Strategi Kombinasi

Pemakaian lebih dari satu strategi di atas untuk jangka waktu berurutan atau pada waktu yang bersamaan. Alasan memakai strategi kombinasi adalah terjadinya perubahan – perubahan yang cepat pada lingkungan luar / dalam

(20)

8 perusahaan; adanya tahap – tahap kehidupan yang berada ( lahir – tumbuh – dewasa - menurun) dari sebuah produk.

2.3 Pengembangan Usahatani Jagung

Menurut Suratiyah (2008), usahatani adalah kegiatan usaha manusia untuk mengusahakan tanahnya dengan maksud untuk memperoleh hasil tanaman atau hewan tanpa mengakibatkan berkurangnya kemampuan tanah yang bersangkutan untuk memperoleh hasil selanjutnya.

Menurut Prawirokusumo (2007) biaya usaha tani dibedakan menjadi: Biaya tetap (fixed cost): biaya yang relatif tetap jumlahnya, dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Yang termasuk biaya tetap adalah sewa tanah, pajak, alat pertanian, dan iuran irigasi; Biaya tidak tetap (variable cost): biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh, seperti biaya saprodi (tenaga kerja, pupuk, pestisida, dan bibit).

2.4 Starategi Pengembangan Usaha Tani

Strategi pengembangan usahatani jagung di Desa Marayoka perlu didasarkan pada dukungan teknologi dan pendekatan partisipatif. Dukungan teknologi dibutuhkan untuk membuat sistem usaha tani menjadi lebih efektif dan efisien serta berdaya hasil tinggi, sedangkan pendekatan partisipatif ditujukan agar masyarakat dapat ambil bagian dalam proses pengambilan keputusan atau secara aktif melakukan pemahaman tentang kondisi kehidupan mereka sehingga tercipta rencana dan tindakan yang berhasil. Berdasarkan karakteristik wilayah dan kondisi sosial masyarakat di Desa Marayoka, seperti kebutuhan bahan makanan pokok, status

(21)

9 kepemilikan lahan, curahan tenaga kerja, kebiasaan dan pengalaman petani. Strategi pengembangan jagung meliputi ekstensifikasi lahan pertanian, penggunaan inovasi teknologi budi daya, dan mitra usaha tani. Ekstensifikasi lahan pertanian masih sangat dimungkinkan karena potensi lahan yang tersedia cukup luas. Kendala utama ekstensifikasi adalah minimnya jumlah tenaga kerja keluarga. Oleh karena itu, selain mengoptimalkan sumber daya manusia, diperlukan alat dan mesin pertanian.

Pembukaan lahan yang dimotori oleh organisasi keagamaan dan lembaga swadaya masyarakat terbukti mampu meningkatkan luas panen secara nyata. Introduksi alsintan perlu didukung dengan sarana prasarana lain, seperti perbengkelan, kios penjual suku cadang, dan jalan. Inovasi teknologi diarahkan untuk memperbaiki teknologi budidaya yang diterapkan petani. Teknologi yang perlu diintroduksikan kepada petani adalah pemupukan organik dan anorganik sesuai takaran anjuran dan pengendalian organisme penganggu tanaman

2.5 Analisis SWOT

Analisis SWOT adalah analisis kondisi internal maupun eksternal suatu organisasi yang selanjutnya akan digunakan sebagai dasar untuk merancang strategi dan program kerja. Analisis internal meliputi penilaian terhadap faktor kekuatan (strength) dan kelemahan (weakness). Sementara, analisis eksternal mencakup faktor peluang (opportunity) dan tantangan (threaths) (Rangkuti, 2006).

Kekuatan (Strenght) kekuatan adalah unsur-unsur yang dapat diunggulkan oleh perusahaan tersebut seperti halnya keunggulan dalam produk yang dapat diandalkan, memiliki keterampilan yang juga dapat diandalkan serta berbeda dengan produk lain

(22)

10 yang mana dapat membuatnya lebih kuat dari para pesaingnya. Kekuatan adalah sumber daya, keterampilan, atau keunggulan keunggulan lain relatif terhadap pesaing dan kebuhrhan pasar yang dilayani atau ingin dilayani oleh perusahaan. Kekuatan adalah kompetensi khusus yang memberikan keunggulan komparatif bagi perusahaan di pasar. Kekuatan dpat terkandung dalam sumber daya, keuangan, citra, kepemimpinan pasar, hubungan pembeli-pemasok, dan faktor-faktor lain.

Kelemahan (Weakness) kelemahan adalah kekurangan atau keterbatasan dalam hal sumber daya yang ada pada perusahaan baik itu keterampilan atau kemampuan yang menjadi penghalang bagi kinerja organisasi. Keterbatasan atau kekurangan dalam sumber daya, keterampilan dan kapabilitas ang secara serius menghambat kinerja efektif perusahaan. Fasilitas, sumber daya keuangan, kapabilitas manajemen, keterampilan pemasaran, dan citra merek dapat merupakan sumber kelemahan.

Peluang (Opportunity) peluang adalah berbagai hal dan situasi yang menguntungkan bagi suatu perusahaan. Situasi penting yang menguntungkan dalam lingkungan perusahaan, kecenderungan-kecenderungan penting merupakan salah satu sumber peluang. Identitifikasi segmen pasar yang tadinya terabaikan, perubahan pada situasi persaingan atau perafuran, perubahan tekhnologi, serta membaiknya hubungan dengan pembeli atau pemasok dapat memberikan peluang.

Ancaman (Treats) Ancaman adalah faktor-faktor lingkungan yang tidak menguntungkandalam perusahaan jika tidak diatasi maka akan menjadi hambatan bagi perusahaan yang bersangkutan baik masa sekarang maupun yang akan datang.

Ancaman merupakan pengganggu utama bagi posisi sekarang atau yang diinginkan

(23)

11 perusahaan. Masuknya pesaing baru, lambatnya pertumbuhan pasar, meningkatnya kekuatan tawar-menawar pembeli atau pemasok penting, perubahan tekhnologi, serta peraturan baru atau yang direvisi dapat menjadi ancaman bagi keberhasilan perusahaan

Rangkuti (2006), menyatakan analisis faktor strategis eksternal difokuskan pada kondisi yang ada dan kecenderungan yang muncul dari luar, tetapi dapat memberi pengaruh kinerja organisasi. Setelah mengetahui faktor-faktor strategi eksternal, selanjutnya susun tabel faktor-faktor Strategis Ekstemal (External Strategic Factors Analysis Summary/EFAS), dengan langkah sebagai berikut :

1. Menyusun faktor kekuatan/peluang dan kelemahan/ancaman pada kolom 1.

2. Memberikan bobot masing-masing faktor pada kolom 2,mulai dari 1,0 (sangat penting) sampai dengan 0,0 (tidak penting). Bobot dari semua faktor strategis yang berupa kekauatarlpeluang dan kelemahan/ancaman ini harus berjumlah 1.

3. Menghitung rating dalam (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan memberi skala mulai dari 4 (sangat buVoutstanding) sampai dengan 1 (sangat tidakbaik/poor) berdasarkan pengaruh faktor tersebut pada kondisi organisasi.

Pemberian nilai rating untuk kekuatan/peluang bersifat positif, artinya peluang yang semakin besar diberi rating +4, tetapi jika peluangnya kecil diberi nilai +1.

Sementara untuk rating kelemaharlancaman bersifat sebalikny4 yaitu jika nilai ancamannya besar, maka ratingnya -4 dan jika nilai ancamannya kecil, maka nilainya -1.

(24)

12 4. Mengalikan bobot faktor pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3. Hasilnya

adalah skor pembobotan untuk masing-masing faktor.

5. Menghitung jumlah skor pembobotan. Nilai ini adalah untuk memetakan posisi organisasi pada diagram analisa SWOT.

Analisis faktor strategis internal adalah analisis yang menilai prestasi/kinerja yang merupakan faktor kekuatan dan kelemahan yang ada untuk mencapai tujuan organisasi. Seperti halnya pada Analisis Faktor Strategis Ekstemal, maka dengan cara yang sama menyusun tabel Faktor-faktor Strategis lnternal (Internal Strategic Factors Analysis Summary/ I FAS).

Menurut Rangkuti (2006), nilai dari hasil pembobotan tersebut kemudian dicocokkan pada gambar diagram SWOT :

Opportunity (-,+) (+,+)

Ubah strategi Progresif Kuadran II Kuadran I

Weakness Strength

kuadran IV Kuadran III (-,-) (+,-) Bertahan Difersifikasi

Threath

Gambar 1. Diagram SWOT

(25)

13 Kuadran I (positif, positif) Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat dan berpeluang, Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Progresif, artinya organisasi dalam kondisi prima dan mantap sehingga sangat dimungkinkan untuk terus melakukan ekspansi, memperbesar pertumbuhan dan meraih kemaiuan secara maksimal.

Kuadran II (positif, negative) Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat nilmun menghadapi tantangan yang besar. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Diversifikasi Strategi, artinya organisasi dalam kondisi mantap namun menghadapi sejumlah tantangan berat sehingga diperkirakan roda organisasi akan mengalami kesulitan untuk terus berputar bila hanya bertumpu pada strategi sebelumnya. Oleh karenya, organisasi disarankan untuk segera memperbanyak ragam strategi taktisnya.

Kuadran III (negatif, positif) Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang lemah namun sangat berpeluang. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Ubah Strategi, artinya organisasi disarankan untuk mengubah strategi sebelumnya. Sebab, strategi yang lama dikhawatirkan sulit untuk dapat menangkap peluang yang ada sekaligus memperbaiki kinerja organisasi.

Kuadran IV (negatif, negatif) Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang lemah dan menghadapi tantangan besar. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Strategi Bertahan, artinya kondisi intemal organisasi berada pada pilihan dilematis.

Oleh karenanya organisasi disarankan untuk meenggunakan strategi bertahan

(26)

14 mengendalikan kinerja intenal agar tidak semakin terperosok. stategi ini dipertahankan sambil terus berupaya membenahi diri.

AIat yang diguaakan menyusun faktor-faktor strategis perusahaan adalah matriks SWOT. Matriks ini menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman internal yang dihadapi dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan internal yang dimiliki. Matriks ini dapat menghasilkan empat set kemmgkinam alternatif strategis, seperti pada Tabet l. berikut:

Tabel 1. Contoh Matriks SWOT Internal

Eksternal

STRENGTH (S)

(tentukan faktor kekuatan internal)

WEAKNESS (W)

(Tentukan faktor kelemahan internal )

OPPORTUNITIES (O) (tentukan faktor peluang eksternal)

STRATEGI SO

Daftar kekuatan untuk meraih keuntungtan dari peluang yang ada

STRATEGI WO

Daftar untuk memperkecil kelemahan dengan

memanfaatkan keuntungan dari peluang yang ada THREATHS (T)

(Tentukan faktor ancaman eksternal)

STRATEGI ST

Daftar kekuatan untuk menghindari ancaman

STRATEGI WT

Daftar untuk memperkecil kelemahan dan menghindari ancaman

Sumber : Rangkuti, 2006

Berdasarkan Matriks SWOT diatas maka didapatkan 4 langkah strategi yaitu sebagai berikut :

Strategi SO Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang

(27)

15 sebesar-besarnya. Strategi SO menggunakan kekuatan internal perusahaan untuk memanfaatkan peluang eksternal.

Strategi ST strategi ini menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk mengatasi ancaman. Strategi ST menggunakan kekuatan internal perusahaan untuk menghindari atau mengurangi dampak ancaman eksternal.

Strategi WO strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada. Strategi WO bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal dengan memanfaatkan peluang eksternal.

Strategi WT strattegi ini didassarkan pada kegiatan yang bersifat defensive dan berusaha meminimalkan kelemahan serta menghindari ancaman. Strategi WT bertujuan untuk mengurangi kelemahan internal dengan menghindari ancaman eksternal.

Analisis SWOT merupakan metode yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan-kekuatan (strengths), kelemahan-kelemahan (weaknesses), kesempatan- kesempatan (opportunities) dan ancaman-ancaman (threats) dalam satu proyek, program, atau unit-unit organisasi. Keempat faktor itulah yang membentuk akronim SWOT (strengths, weaknesses, opportunities, dan threats) ( Vincent, 2012).

Menurut Vincent Gasperscz (2012), mengemukakan bahwa analisis SWOT dapat diterapkan dengan cara menganalisis dan memilah berbagai hal yang mempengaruhi keempat faktornya, dimana aplikasinya adalah : (a) bagaimana kekuatan-kekuatan (strengths) yang ada dapat dipergunakan untuk menciptakan kesempatan-kesempatan (opportunities) yang ada ? (b) bagaimana cara mengatasi

(28)

16 kelemahan-kelemaahan (weaknesses) yang ada agar meningkatkan atau menciptakan kesempatan-kesempatan (opportunities) yang ada ? (c) selanjutnya bagaimana kekuatan-kekuatan (strengths) mampu menghadapi dan menangkal ancaman- ancaman (threats) yang ada ? (d) dan terahir adalah bagaimana cara mengatasi kelemahan-kelemahan (weaknesses) yang mampu menghindarkan dari ancaman (threats) yang mungkin terjadi ?

2.6 Kerangka Pikir

Dewasa ini, kerangka acuan bagi pembangunan wilayah selalu dikaitkan dengan potensi sumber daya untuk dikembangkan secara lebih luas sesuai dengan karakteristik dan kemampuan wilayah atau pembangunan daerah merupakan langkah awal yang sangat penting dalam pengembangan agribisnis tanaman pangan.

Agribisnis tanaman pangan merupakan salah satu sumber baru disektor pertanian.

Secara umum konsepsi pengembangan tanaman pangan termasuk jagung telah mengarah pada sistem agribisnis. Namun dalam penerapan banyak kendala yang dihadapi dalam usahatani jagung, sehingga sistem agribisnis belum secara utuh dapat terwujudkan.

Dalam pengembangan usahatani yang sesuai dengan visi mewujudkan kemampuan berkompetensi, peningkatan produksi, produk yang berkualitas sehingga dapat bersaing baik di Pasar domestik maupun internasional serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat maka strategi dan kebijakan yang ada perlu dievaluasi, guna menetapkan perencanaan yang lebih sesuai.

(29)

17 Pendekatan masalah dalam penelitian ini berupa evaluasi kondisi perkembangan usahatani yang telah dikembangkan khususnya untuk tanaman jagung.

Kajian dilakukan melalui sistem melalui sub sistem usahatani, pengolahan dan pemasaran hasil serta sub sistem penunjang.

Gambar 2. Alur kerangka pikir strategi pengembangan usahatani jagung

Faktor Eksternal

 Peluang

 Ancaman Faktor Internal

Kekuatan

Kelemahan

Identifikasi Lingkungan Strategis

Strategi pengembangan usahatani jagung USAHATANI JAGUNG

(30)

18 III. METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Desa Marayoka Kecamatan Bangkala Kabupaten Jeneponto. selama 2 bulan yaitu dari bulan Juni sampai Juli 2014.

3.2 Populasi dan Sampel

Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan karna lokasi tersebut merupakan salah satu sentra penanaman usahatani jagung. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah petani jagung di Desa Marayoka Kecamatan Bangkala Kabupaten Jeneponto, yang berjumlah 5 kelompok tani. Penentuan sampel dilakukan dengan sengaja (purposive sampling) yaitu dengan mengambil satu orang dari masing-masing kelompok tani yaitu ketua dan ditambah satu orang dari instansi yang terkait sehingga jumlah sampel berjumlah 6 orang.

3.3 Jenis Data dan Sumber Data

Adapun jenis data dalam penelitian ini yaitu :

(31)

19 a. Data kuantitatif, yaitu data yang dinyatakan dalam bentuk angka atau

merupakan hasil dari perhitungan dan pengukuran

b. Data kualitatif, yaitu data yang dinyatakan dalam bentuk kata-kata.

Adapun sumber data dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut :

1. Data primer adalah salah satu jenis data yang diperoleh secara langsung baik itu hasil penelitian maupun wawancara

2. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari berbagai jenis instansi terkait seperti Dinas Pertanian maupun instansi lainnya.

3.4. Analisa Data

Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini mengggunakan analisis situasi model analisis SWOT. Dimana analisis SWOT digunakan untuk mengidentifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi dalam menganalisa faktor yang menjadi kekuatan (strengths), kelemahan (weaknees), ancaman (threaths) dan peluang (opportunities). Adapun langkah langkah dalam menganalisis SWOT adalah :

1. Pemberian nilai rating, pemberian nilai rating untuk faktor faktor internl dan eksternal pada pengembanagan usahatani jagung didesa Marayoka Kecematan Bangkala Kabupaten Jeneponto.

Faktor Internal

(32)

20 a. Pemberian nilai rating faktor faktor yang menjadi kekuatan

1) Bila kekuatan kecil : 1 2) Bila kekuatan sedang : 2 3) Bila kekuatan besar : 3 4) Bila kekuatan sangat besar : 4

b. Pemberian nilai rating faktor-faktor yang menjadi kelemahan 1) Bila kelemahan kecil : 1

2) Bila kelemahan sedang : 2 3) Bila kelemahan besar : 3 4) Bila kelemahan sangat besar : 4

NO Faktor Kekuatan (strengths) Jawaban /skor

1 Tersedianya areal pengembangan jagung yang luas 1 2 3 4 2 Keadaan lahan yang mendukung dalam budidaya

jagung

1 2 3 4

3 Tersedianya tenaga kerja terampil 1 2 3 4

4 Sarana transportasi yang memadai 1 2 3 4

5 Tidak membutuhkan keahlian khusus dalam budidayanya

1 2 3 4

NO Faktor Kelemahan (weaknees) Jawaban /skor

1 Jauhnya lokasi usahatani dari pemukiman petani 1 2 3 4

2 Modal petani masih lemah 1 2 3 4

3 Saluran pemasaran belum efektif 1 2 3 4

4 Teknik budidaya yang masih belum efektif 1 2 3 4 5 Kurangnya pemahaman petani terhadap informasi 1 2 3 4

(33)

21 harga

Faktor eksternal

a. Pemberian nilai rating faktor faktor yang menjadi peluang 1) Bila kekuatan kecil : 1

2) Bila kekuatan sedang : 2 3) Bila kekuatan besar : 3 4) Bila kekuatan sangat besar : 4

b. Pemberian nilai rating faktor faktor yang menjadi ancaman 1) Bila kelemahan kecil : 1

2) Bila kelemahan sedang : 2 3) Bila kelemahan besar : 3 4) Bila kelemahan sangat besar : 4

NO Faktor peluang (opportunities) Jawaban /skor

1 Permintaan pasar yang cukup besar 1 2 3 4

2 Tersedianya lembaga permodalan usaha 1 2 3 4 3 Meningkatnya harga jagung dari tahun ke tahun 1 2 3 4

(34)

22 4 Agroklimat lahan yang baik untuk budidaya jagung 1 2 3 4 5 Semakin tingginya permintaan jagung di paasaran 1 2 3 4

NO Faktor ancaman (treaths) Jawaban /skor

1 Adanya gangguan OPT 1 2 3 4

2 Semakin tingginya harga sarana produksi 1 2 3 4 3 Ketersediaan sarana produksi yang tidak tepat waktu 1 2 3 4

4 Iklim yang tidak menentu 1 2 3 4

5 Banyaknya pesaing 1 2 3 4

2. Pemberian nilai bobot, pemberian nilai bobot untuk faktor faktor internl dan eksternal pada pengembanagan usahatani jagung didesa Marayoka Kecematan Bangkala Kabupaten Jeneponto.

Faktor internal

Pemberian nilai bobot dilaksanakan secara saling ketergantungan dengan pemberian nilai rating dimana untuk menentukan nilai pembobotan maka terlebih dahulu menentukan nilai rating yang kemudian total dari nilai rating dibagi dengan nilai tiap rating dari tiap-tiap faktor internalnya.

Faktor internal Jawaban /skor

Kekuatan

1. Tersedianya areal pengembangan jagung yang luas 2. Keadaan lahan yang mendukung dalam budidaya jagung 3. Tersedianya tenaga kerja terampil

4. Sarana transportasi yang memadai

5. Tidak membutuhkan keahlian khusus dalam budidayanya Kelemahan

1. Jauhnya lokasi usahatani dari pemukiman petani 2. Modal petani masih lemah

(35)

23 3. Saluran pemasaran yang belum efektif

4. Teknik budidaya yang masih belum efektif

5. Kurangnya pemahaman petani terhadap informasi harga Total Bobot

Faktor eksternal

Pemberian nilai bobot dilaksanakan secara saling ketergantungan dengan pemberian nilai rating dimana untuk menentukan nilai pembobotan maka terlebih dahulu menentukan nilai rating yang kemudian total dari nilai rating dibagi dengan nilai tiap rating dari tiap-tiap faktor eksternalnya.

Faktor eksternal Jawaban /skor

Peluang 1. Permintaan pasar yang cukup besar 2. Tersedianya lembaga permodalan usaha

3. Meningkatnya harga jagung dari tahun ketahun 4. Agroklimat lahan yang baik untuk budidaya jagung 5. Semakin tingginya permintaan jagung di paasaran

Ancaman 1. Adanya gangguan OPT

2. Semakin tingginya harga sarana produksi

3. Ketersediaan sarana produksi yang tidak tepat waktu 4. Iklim yang tidak menentu

5. Banyaknya pesaing

(36)

24 Total Bobot

3.5. Defenisi Operasional

a. Usahatani adalah suatu rangkaian kegiatan usaha manusia untuk mengusahakan tanahnya dengan maksud untuk memperoleh hasil tanaman atau hewan tanpa mengakibatkan berkurangnya kemampuan tanah yang bersangkutan untuk memperoleh hasil selanjutnya.

b. Identifikasi lingkungan strategis merupakan suatu kegiatan menganalisa aspek kesesuaian lingkungan terhadap pengembangan sutau komoditi yang sesuai dengan keadaan dan kondisi lingkungan tersebut.

c. Faktor internal merupakan suatu faktor yang berasal dari dalam yang dapat mempengaruhi keberlangsungan suatu kegiatan tertentu

d. Fator eksternal adalah suatu faktor luar yang dapat memberikan pengaruh pada kegiatan tertentu.

e. Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengh) dan peluang (opportunuties), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats).

f. Strategi pengembangan usahatani jagung merupakan suatu perencanaan pengembangan usahatani jagung diwilayah tertentu.

(37)

25 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1. Letak Geografis dan Batas Wilayah

Luas wilayah Desa Marayoka Kecamatan Bangkala Kabupaten Jeneponto adalah 14,13 Km2. Dan terbagi dalam 5 dusun yaitu dusun Borongkasea, Batumenteng, Batu’ Kanayya, Bonto Lebang, Bonto Tinggi. Dengan batas-batas geografis Desa Marayoka Kecamatan Bangkala Kabupaten Jeneponto yaitu sebagai berikut :

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Pappalluang b. Sebelah Timur berbatasan degan Kecamatan Bonto ramba c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kapita

d. Sebelah Barat berbatasan dengan Gunung Silanu

(38)

26 Jarak Desa Marayoka dengan ibu kota Kecamatan adalah ±16 Km, sedangkan jarak antara ibu kota kabupaten Jeneponto adalah ±50 Km, sedangkan jarak ibu kota Provinsi adalah ±100 Km.

4.2 Keadaan Iklim

Hasil pencatatan hari hujan dan curah hujan di Desa Marayoka Kecamatan Bangkala Kabupaten Jeneponto menunjukkan jumlah rata-rata hari hujan selama setahun sebanyak 15 hari dan curah hujan 247,5 mm. curah hujan tertinggi mulai dari desember hingga januari sedangkan curah hujan terendah dan bahkan tidak ada adalah pada bulan juli hingga September.

4.3 Pola Penggunaan Lahan

Lahan merupakan komponen dalam lingkungan sebagai tempat berpijak dan melaksanakan aktifitas hidup dengan manusia dengan mahluk lainnya. Desa marayoka mempuyai luas area tanah 2.294,50 ha. Dapat difungsikan dengan berbagai pola kegunaan. Pola pegunaaan lahan di Desa Marayoka dapat dilihat pada Tabel 9.

Bidang Usaha Luas Lahan ( Ha ) Persentase (%)

(39)

27 Tabel 9. Luas areal tanah Desa Marayoka, Kecamatan Bangkala Kabupaten

Jeneponto Tahun 2014.

Sumber : BPS Kabupaten Jeneponto 2014.

Pada Tabel 9 di atas menunjukkan bahwa lahan Pertanian yang paling luas yaitu 1.050 ha, Lalu hutan lindung dengan luas 1.000 ha, dan lahan perkebunan dengan luas 29,50 ha, sedangkan lahan pekarangan atau bangunan dengn luas 10 ha, tetapi masih banyak lahan tidak difungsikan sebagai mana mestinya dengan luas 205 ha.

4.4. Keadaan Penduduk

Penduduk merupakan subjek sekaligus objek pembangunan apabila Di manfaatkan secara maksimal akan menjadi potensi sangat strategi untuk memajukan Bangsa ,dan Negara. Penduduk modal dasar bagi perkembangan dalam skala nasional. Untuk mengetahui keadaan di Desa Marayoka dapat dilihat dari segi umur, jenis kelamin, pendidikan, maupun jenis mata pencaharian. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin Desa Marayoka Kecamatan Bangkala,Kabupaten Jeneponto Tahun 2014.

Jenis Kelamin Jumlah ( Jiwa ) Persentase ( % ) Pertanian

Bangunan Perkebunan Hutan

Lahan tak difungsikan

1050,00 10,00 29,50 1000,00

205,00

45,76 0,44 1,28 43,58

8,93

Jumlah 2.294,50 100,00

(40)

28 Laki – laki

Perempuan

1.766 1.865

48,64 51,36

Jumlah 3,631 100,00

Sumber; Monografi Desa Marayoka, 2014.

Pada Tabel 10 menunjukkan bahwa di Desa Marayoka, Kecamatan Bangkala, Kabupaten Jeneponto memiliki jumlah penduduk 3.631 jiwa, yang terdiri atas Laki- Laki 1.766 jiwa dn perempuan 1.865 jiwa. Untuk mengetahui pola penyebaran penduduk berdasarkan kelompok umur maka dapat dilihat pada Tabel 11.

4.4.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Umur

Penyebaran penduduk menurut tingkat umur yang mendominasi umur antara 26- 30 dengan jumlah 976 jiwa,dari usia tersebut masih termasuk produktif atau masih kuat bekerja ,lalu di ikuti antara umur 31-35 dengan jumlah 519 jiwa, usia ini juga masih produktif atau usia yang masih sangat mudah dan umur yang paling rendah adalah umur 0-5 tahun dengan jumlah 152 jiwa, umur tesabut masih belum produktif ligi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11 : Komposisi Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Umur Desa Marayoka Kecamatan Bangkala Kabupaten Jeneponto Tahun 2014.

Umur ( Tahun) Jumlah ( Jiwa ) Persentase ( % ) 0 – 5

6 – 10 11 – 15 16 – 20 21 – 25

152 258 306 343 511

4,19 7,10 8,43 9,45 14,07

(41)

29 26 – 30

31 – 35 36 – 40 41- Keatas

976 519 313 253

26,88 14,29 8,62 6,97

Jumlah 3.631 100,00

Sumber; Monografi Desa Marayoka, 2014.

Pada Tabel 11 menggambarkan bahwa di Desa Marayoka Kecamatan Bangkala Kabupaten Jeneponto, didominasi oleh kelompok umur 26-30 tahun dengan persentase 26,88% atau berkisar 976 jiwa, kelompok umur ini juga merupakan usia produktif. Komposisi jumlah penduduk di desa tersebut sangat beragam dan relatif masih didominasi oleh kelompok usia kerja.

4.4.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

Penduduk yang ada di Desa Marayoka dalam memenuhi kebutuhan hidupnya mereka melakukan berbagai bidan usaha ,mulai dari pertanian, perdaganngan, pegawai negri sipil sampai penyediaan jasa angkutan. Tetapi sebagian besar Desa Marayoka, Kecamatan Bangkala, Kkabupaten Jeneponto rata-rata bekerja di sektor pertanian, karena mereka menganggap bahwa berusaha tani jagun dapat memberikan keuntungan, selai sebagai petani responden juga menjadikan sebagai makanan pokok, hal ini dapa dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12 Komposisi Jumlah Penduduk Menurut Bidang Usaha di Desa Marayoka, Kecamatan Bangkala, Kabupaten Jneponto Tahun 2014.

Mata Pencaharian Jumlah

( Jiwa )

Persentase ( % )

Pertanian 1710 91,74

(42)

30 Sumber; Monografi Desa Marayoka, 2014.

Tabel 12 menunjukkan bahwa penduduk di Desa Marayoka memiliki mata pencaharian yang berbeda – beda. Akan tetapi pada umumnya sebagian besar masyarakat di Desa Marayoka berprofesi sebagai petani. Dimana jumlah petani realif lebih besar jika dibandingkan dengan bidang-bidang lainnya yaitu berkisar 91,74 % atau sekitar 1,710 jiwa. Sedangkan sisanya tersebar dalam berbagai bidang usaha seperti perdagangan dengan persentase 1,98%, PNS 0,80% dan jasa angkutan yang berkisar 0,64%.

4.5 Keadaan Pertanian

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Desa Marayoka bahwa dengan luas tanah memcapai 2294,50 ha, dengan kondisi wilayah daratan tinggi dengan pH tanah 5-6, berpotensi untuk dilakukan usaha pertanian, perkebunan, hutan lindung. Untuk usaha pertanian biasanya ditanam jagung, padi, kacang, cabe dan ubi jalar untuk usaha perkebuan ditanam jambu mete. Dari sekian banyak komoditi diatas yang paling diutamakan adalah jagung Hirida dengan Varietas Bisi 2 dengn alasan bahwa varietas tersebut mempunyai kelebihan (erat dan besar) dan sangat cocok daerah tersebut. Masyarakat Desa Marayoka masih banyak yang tidak mengikuti tehnologi budidaya jangung yang diterapkan oleh pemerintah, sebagian dari mereka hanya

Perdagangan PNS

Jasa Angkutan

37 15 12

1,98 0,80 0,64

Jumlah 1.864 100,00

(43)

31 memakai kebiasaannya sendiri karena sumber daya manusianya yang relatif masih rendah (pendidikan rendah).

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Sumber Daya Manusia

(44)

32 Dalam pengembangan usaha tani jagung sumber daya manusia sangat berperan penting, karena berfungsi sebagai tenaga kerja, memimpin, mengatur, mengurus, dan mengendalikan pengembangan usaha tani jagung. Dalam menjalankan fungsinya sebagai sumber daya manusia yang meliputi sebagai berikut :

5.1.1 Tingkat Pendidikan

Dalam mengelolah usahatani tingkat pendidikan petani akan berpengaruh.

Adapun tingkat pendidikan responden dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Distribusi Petani Jagung Kuning Pada Gapoktan Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Marayoka Kecamatan Bangkala Kabupaten Jeneponto 2014.

Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase (%) Tidak Pernah Sekolah

Tamat Sekolah Dasar Sekolah Dasar (SD) Tamat SLTP

Tamat SLTA S1

1 - 1 2 1 1

16,66 - 16,66 33,33 16,66

Jumlah 6 100,00

Sumber : Data Setelah Diolah, 2014.

Pada tabel 14 menunjukkan bahwa jumlah petani dilapangan yang tidak pernah sekolah sebanyak 1 orang , tamat sekolah dasar (SD) hanya 1 orang sedangkan tamat SLTP sebanyak 2 orang. Sisanya hanya masing-masing 1 orang baik itu tamat SLTA ataupu strata satu (S1).

5.1.2 Pengalaman Berusahatani

(45)

33 Setiap petani memiliki perbedaan pengalaman dalam berusahatani, hal tersebut dapat ditentukan dengan berapa tahun petani tersebut melakukan kegiatan usahataninya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15. Distribusi petani jagung pada kelompok tani, menurut pengalaman berusahatani di Desa Marayoka, Kecamatan Bangkala Kabupaten Jeneponto 2014.

Pengalaman (Tahun) Jumlah (Jiwa) Persentase (%) 6 - 20

21 - 40

3 3

50 50

Jumlah 6 100

Sumber : Data setelah diolah 2014.

Berdasarkan tabel 15 menunjukkan bahwa tingkat pengalaman berusahatani di Desa Marayoka Kecamatan Bangkala Kabupaten Jeneponto di tempati oleh kelompok umur produktif yaitu kisaran umur 6 sampai 40 tahun. Dimana pada umur 6-20 tahun sebanyak 3 orang sedangkan umur 21-40 tahun senyak 3 orang.

5.5 Faktor Internal dan Eksternal

Pengembangan usahatani jagung merupakan suatu kegiatan yang berorientasi pada peningkatan hasil produksi, kinerja usahanya sangat ditentukan oleh cara budidaya yang dilakukan petani, pedagang sebagai pelaku utama dalam membantu pengembangan usahatani petani di Desa Marayoka. Peranan yang optimal dipengaruhi oleh lingkungan internal dan eksternal dimana petani, pedagang dan penyuluh tersebut berada, dengan hal tersebut pengembangan usahatani juga ditentukan oleh faktor – faktor tersebut. Berikatan dengan hal itu tersebut di atas

(46)

34 maka diperlukan suatu identifikasi kekuatan dan dan kelemahan (faktor internal) serta peluang dan tantangan (faktor eksternal) yang dimiliki suatu usaha. Faktor – faktor tersebut dicari titik temunya untuk merumuskan strategi pengembangan pemasaran.

Berikut data yang telah di identifikasi faktor internal dan eksternal berdasarkan hasil wawancara dari petani responden dapat dilihat pada Tabel 17.

Tabel 17. Hasil identifikasi data internal dan eksternal di Desa Marayoka Kecamatan Bangkala Kabupaten Jeneponto 2014.

Faktor Internal Faktor Eksternal

1. Tersedianya areal pengembangan jagung yang luas

2. Keadaan lahan yang mendukung dalam budidaya jagung

3. Tersedianya tenaga kerja terampil 4. Sarana transportasi yang memadai 5. Tidak membutuhkan keahlian

khusus dalam budidayanya

6. Permintaan pasar yang cukup besar 7. Tersedianya lembaga permodalan

usaha

8. Meningkatnya harga jagung dari tahun ketahun

9. Agroklimat lahan yang baik untuk budidaya jagung

10. Semakin tingginya permintaan jagung di paasaran

1. Jauhnya lokasi usahatani dari pemukiman petani

2. Modal petani masih lemah 3. Saluran pemasaran yang belum

efektif

4. Teknik budidaya yang masih belum efektif

5. Kurangnya pemahaman petani terhadap informasi harga 6. Adanya gangguan OPT

7. Semakin tingginya harga sarana produksi

8. Ketersediaan sarana produksi yang tidak tepat waktu

9. Iklim yang tidak menentu 10. Banyaknya pesaing

Sumber : Data Primer setelah diolah 2014.

Berdasarkan Tabel 17 menjelaskan bahwa ada 2 faktor yang berpengaruh dalam pengembangan usahatani jagung di Desa Marayoka Kecematan Bangkala Kabupaten Jeneponto yaitu faktor internal dan eksternal. Dimana kedua faktor

(47)

35 tersebut masing-masing terdapat 10 point faktor yang paling sering dijumpai dalam pengembangan usahatani jagung di Desa Marayoka.

Setelah faktor-faktor internal dan eksternal diidentifikasi maka selanjutnya faktor tersebut diklasifikasi lagi berdasarkan faktor-faktornya antara lain faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan ancaman). Dari hasil identifikasi tersebut dapat diambil strategi-strategi dalam pengembangan usahatani jagung di Desa Marayoka Kecamtan Bangkala Kabupaten Jeneponto seperti pada Tabel 18.

Tabel 18 Faktor-faktor yang menjadi kekuatan,kelemahan,peluang dan ancaman terhadap pengembangan usahatani jagung di Desa Marayoka Kecamatan Bangkala Kabupaten Jeneponto 2014.

Kekuatan (Strengths)

1. Tersedianya areal pengembangan jagung yang luas

2. Keadaan lahan yang mendukung dalam budidaya jagung

3. Tersedianya tenaga kerja terampil

4. Sarana transportasi yang memadai

5. Tidak membutuhkan keahlian khusus dalam budidayanya

Peluang (Opportunities) 1.Permintaan pasar yang cukup besar 2. Tersedianya lembaga permodalan usaha 3. Meningkatnya harga jagung dari tahun

ketahun

4. Agroklimat lahan yang baik untuk budidaya jagung

5.Semakin tingginya permintaan jagung di paasaran

Kelemahan (Weaknesses) 1. Jauhnya lokasi usahatani dari

pemukiman petani

2. Modal petani masih lemah

Ancaman (Threts) 1. Adanya gangguan OPT

2. Semakin tingginya harga sarana produksi

(48)

36 3. Saluran pemasaran yang belum

efektif

4. Teknik budidaya yang masih belum efektif

5. Kurangnya pemahaman petani terhadap informasi harga

3. Ketersediaan sarana produksi yang tidak tepat waktu

4. Iklim yang tidak menentu 5. Banyaknya pesaing

Sumber : Data Primer setelah diolah 2014.

Berdasarkan Tabel 18 menjelaskan beberapa faktor internal maupun eksternal yang dikelompokkan dalam faktor kekuatan dan kelemahan yang termasuk faktor internal sedangkan faktor eksternal yaitu peluang dan ancaman. Diamana setiap kelompok faktor tersebut terdiri dari masing masing 5 faktor.

Setelah menentukan faktor strategi yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman, maka dilanjutkan ke tahapan selanjutnya yaitu penentuan strategi apa yang akan digunakan dalam pengembangan usahatani jagung di Desa Marayoka Kecamatan Bangkala Kabupaten Jeneponto.

5.6 Strategi

Strategi pengembangan usahatani jagung di Desa Marayoka perlu didasarkan pada dukungan teknologi dan pendekatan partisipatif. Dukungan teknologi dibutuhkan untuk membuat sistem usaha tani menjadi lebih efektif dan efisien serta berdaya hasil tinggi, sedangkan pendekatan partisipatif ditujukan agar masyarakat dapat ambil bagian dalam proses pengambilan keputusan atau secara aktif melakukan pemahaman tentang kondisi kehidupan mereka sehingga tercipta rencana dan tindakan yang berhasil guna, Saragih (2002). Berdasarkan karakteristik wilayah dan

(49)

37 kondisi sosial masyarakat di Desa Marayoka, seperti kebutuhan bahan makanan pokok, status kepemilikan lahan, curahan tenaga kerja, kebiasaan dan pengalaman petani.

Strategi pengembangan jagung meliputi ekstensifikasi lahan pertanian, penggunaan inovasi teknologi budi daya, dan mitra usaha tani. Ekstensifikasi lahan pertanian masih sangat dimungkinkan karena potensi lahan yang tersedia cukup luas.

Kendala utama ekstensifikasi adalah minimnya jumlah tenaga kerja keluarga. Oleh karena itu, selain mengoptimalkan sumber daya manusia, diperlukan alat dan mesin pertanian. Pembukaan lahan yang dimotori oleh organisasi keagamaan dan lembaga swadaya masyarakat terbukti mampu meningkatkan luas panen secara nyata.

Introduksi alsintan perlu didukung dengan sarana prasarana lain, seperti perbengkelan, kios penjual suku cadang, dan jalan. Inovasi teknologi diarahkan untuk memperbaiki teknologi budi daya yang diterapkan petani. Teknologi yang perlu diintroduksikan kepada petani adalah pemupukan organik dan anorganik sesuai takaran anjuran dan pengendalian OPT secara terpadu. Pengairan dengan memompa air permukaan atau air tanah dapat dikaji sebagai upaya mengatasi kekurangan air pada musim kemarau. Mitra usaha diperlukan untuk menampung produksi jagung dengan harga yang layak serta menyediakan saprodi dengan harga terjangkau. Mitra difasilitasi oleh pemerintah daerah agar pelaksanaannya saling menguntungkan.

Proses pengambilan keputusan strategi selalu berkaitan dengan misi dan tujuan. Dengan demikian perencanaan strategi harus menganalisa faktor-faktor

(50)

38 strategis dan menyesuaikan dengan kondisi saat ini. Hal ini disebut dengan analisis situasi. Model paling populer untuk menganalisa situasi adalah analisa SWOT.

Berdasarkan analisa SWOT, dapat dilakukan penentuan Grand Strategy atau strategi utama dalam usahatani. Cara mengetahui kinerja perusahaan apakah pada kuadran I, II, III, atau IV adalah dengan mengkombinasikan pertemuan antar garis absis ( kekuatan - kelemahan) dengan ordinat ( peluang - ancaman) pada diagram analisis SWOT.

5.7 Analisis SWOT

Rangkuti, (2006), mengartikan analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengh) dan peluang (opportunuties), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats). Analisa SWOT merupakan suatu analisa yang akan membantu dalam menentukan perencanaan strategi dan membantu klasifikasi pilihan kebijaksanaan yang dihadapi perusahaan.

Untuk menentukan strategi yang akan digunakan maka dapat digunakan matrik SWOT yang dapat dilihat pada Tabel 19.

Tabel 19 Penetapan empat strategi dalam analisis SWOT

(51)

39 Internal

eksternal

Strength (S) (Kekuatan)

Weaknesses (W) (Kelemahan) Opportunities (O)

(Peluang)

Strategi S-O

Menggunakan kekuatan untuk menciptakan peluang

Strategi W-O

Menciptakan peluang melalui menghilang kelemahan

Threats (T) (Ancaman)

Strategi S-T

Menggunakan kekuatan untuk menghindari ancaman

Strategi W-T

Menghilangkan kelemahan dan menghindari ancaman Sumber : Vincent G (2012).

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa dalam menentukan faktor- faktor strategis yang dapat meminimalisir ancaman-ancaman dan kelemahan maka dapat digunakan matrik SWOT, yang dapat menciptakan peluang dalam kegiatan usaha tersebut.

5.8 Tahapan Analisis

Setelah mengumpulkan semua informasi yang berpengaruh terhadap kelangsungan kegiatan usahatani, maka tahap selanjutnya adalah memanfaatkan semua informasi tersebut dalam model-model kuantitatif atau perumusan strategi.

Dalam hal ini digunakan model matrik SWOT dan matrik internal-eksternal. Setelah tahapan analisis tersebut selesai maka, faktor-faktor internal dan eksternal tersebut diberi bobot, guna memberikan gambaran terhadap seberapa besar peluang atau ancaman dalam kegiatan usahatani tersebut. Hasil pemeberian bobot dan skala rating dapat dilihat pada data Tabel 20.

Tabel 20. Faktor Strategis Internal

(52)

40 Sumber : Data setelah diolah 2014

Berdasarkan Tabel 20 menunjukkan nilai pembobotan dari setiap faktor internal baik itu kekuatan (strength) dan kelemahan (weaknesses). Akan tetapi sebelum memberikan nilai bobot pada setiap poin faktornya terlebih dahulu menentukan nilai rating disetiap faktornya, sehingga nilai bobot disetiap faktor dapat diperoleh. Dimana pada hasil pembobotan diperoleh persentase antara kekuatan (strength) dan kelemahan (weaknesses) yaitu berkisar 0,97 % untuk kekuatan (strength) sedangkan kelemahan (weaknesses) berkisar 0,98%.

Tabel 21. Faktor strategi eksternal No.

Faktor Strategi Internal Bobot Rating Skor B x R 1

2 3 4 5

Kekuatan (Strengh)

Tersedianya areal pengembangan jagung yang luas Keadaan lahan yang mendukung dalam budidaya jagung

Tersedianya tenaga kerja terampil Sarana transportasi yang memadai

Tidak membutuhkan keahlian khusus dalam budidayanya

0,11 0,09 0,11 0,09 0,11

3,5 3,1 3,5 3,1 3,5

0,38 0,27 0,38 0,27 0,38

1 2 3 4 5

Kelemahan (Weaknesses)

Jauhnya lokasi usahatani dari pemukiman petani Modal petani masih lemah

Saluran pemasaran yang belum efektif Teknik budidaya yang masih belum efektif Kurangnya pemahaman petani terhadap informasi harga

0,09 0,11 0,09 0,11 0,09

3,1 3,5 3,1 3,5 3,1

0,27 0,38 0,27 0,35 0,27

Jumlah 1,00 33 3,22

(53)

41

No. Faktor Strategi Eksternal bobot Rating Skor

B x R

1 2 3 4 5

Peluang (Opportunuty)

Permintaan pasar yang cukup besar Tersedianya lembaga permodalan usaha Meningkatnya harga jagung dari tahun ketahun Agroklimat lahan yang baik untuk budidaya jagung Semakin tingginya permintaan jagung dipasaran

0,09 0,1 0,09

0,1 0,1

2,3 2,5 2,3 2,5 2,5

0,20 0,25 0,20 0,25 0,25

1 2 3 4 5

Ancaman (Threats) Adanya Gangguan OPT

Semakin tingginya harga saran produksi

Ketersediaan sarana produksi yang tidak tepat waktu

Iklim yang tidak menentu Banyaknya pesaing

0,1 0,1 0,11 0,11 0,1

2,5 2,5 2,8 2,8 2,5

0,25 0,25 0,30 0,30 0,25

Jumlah 1,00 25,2 2,53

Sumber : Data setelah diolah 2014.

Berdasarkan Tabel 21 menunjukkan nilai pembobotan pada faktor eksternal yang terdiri dari peluang (Opportunity) dan ancaman (Threats). Pada hasil pembobotan diperoleh nilai peluang (Opportunity) yaitu berkisar 0,98% sedangkan ancaman (Threats) yaitu 0,97%. Hasil ini menunjukkan bahwa peluang (Opportunity) lebih tinggi dibanding dengan ancaman (Threats).

(54)

42 Dari kedua tabel diatas yaitu tabel 20 dan 21 diperoleh nilai pembobotan dan rating yang nantinya dapat dijadikan sebagai nilai statistic dalam melakukan analisis peluang pengembangan usahatani jagung di Desa Marayoka, dengan menggunakan matriks IFAS dan EFAS seperti berikut :

Tabel 22. Matriks analisis IFAS dan EFAS Faktor Strategis

Internal/Eksternal O T

S SO

(3,26 + 2,42 = 5.68)

ST

( 3,26+ 2.06= 5.32)

W WO

( 3,1+ 2,42 = 5.52 )

WT

( 3,1+ 2.06 = 5.16 )

Sumber : Data Primer Setelah Diolah 2014

Dari analisis di atas, maka alternatif strategi pengembangan usahatani jagung di Desa Marayoka Kecamatan Bangkala Kabupaten Jeneponto dengan prioritas berdasarkan jumlah skor tertinggi adalah sebagai berikut pertama Strategi SO = 5,68 Strategi WO = 5,52, Strategi ST = 5,32, strategi WT = 5,16

Sesuai hasil analisis dan pembahasan di atas bahwa faktor strategi yang dapat menentukan kondisi usahatani jagung guna pengembangan kedepan, menunjukkan pada keadaan kekuatan dan peluang lebih besar dari kelemahan dan ancaman.

Dengan demikian prioritas utama strategi yang perlu diterapkan adalah strategi SO dengan upaya memanfaatkan kekuatan dan peluang yang ada untuk meminimalkan kelemahan dan ancaman.

Gambar

Gambar 1. Diagram SWOT
Tabel 1. Contoh Matriks SWOT  Internal
Gambar  2. Alur kerangka pikir strategi pengembangan usahatani jagung
Tabel 10.  Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin Desa Marayoka Kecamatan  Bangkala,Kabupaten Jeneponto Tahun 2014
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini yaitu penggunaan media peta sebagai media pembelajaran pada

Model pembelajaran tematik untuk menumbuhkan keterampilan berpikir kritis siswa hasil pengembangan terbukti dapat meningkatkan kualitas pembelajaran yang dilihat

Instalasi Medan Group PT Pertamina (Persero) Medan, Sumatera Utara • Instalasi Labuhan Deli Direktorat Pemasaran dan Niaga, Region I.. • Depot LPG Tandem Medan •

Analisis sidik ragam berdasarkan perhitungan metoda Rancangan Acak Lengkap (RAL) dilakukan untuk mengetahui taraf signifikan antar kultivar untuk kadar masing-masing komponen yang

Prioritas yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kapasitas pemahaman manajemen pemasaran bagi pelaku dan pengelola UMKM di Depok Jawa Barat melalui Kegiatan

Penyimpanan hari ke 0 memiliki kadar asam lemak bebas yang rendah disebabkan karena pada penyimpanan hari ke 0 belum dilakukan pengemasan terhadap ayam bakar

Bangkala. Faktor eksternal berupa modal, penyuluhan kehutanan, kelompok tani hutan, dan sumber informasi. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan secara deskriktif

Untuk itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara skor APRI dengan derajat keparahan sirosis hati yang diukur berdasarkan skor Child Turcotte di RSUD