6 BAB II
TINJUAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu
Penelitian merupakan salah satu hal yang penting dan perlu diperhatikan peranannya yaitu penelitian terdahulu. Penelitian terdahulu ini diharapkan dapat membantu melihat perbedaan antara penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dengan penelitian yang dilakukan. Jika hasil penelitian yang baru dilakukan memiliki hasil yang sama dengan penelitian terdahulu, maka hasil dari penelitian terbaru dapat memperkuat hasil dari penelitian terdahulu. Sedangkan apabila hasil dari penelitian terbaru tidak sama dengan hasil penelitian terdahulu, maka terdapat sesuatu hal yang berbeda namun hal tersebut wajar bukan berarti penelitian terbaru salah. Hal ini terjadi dikarenakan objek penelitian yang digunakan setiap penelitian berbeda.
Sebagai bahan pertimbangan dan acuan untuk landasan penelitian yang dilakukan maka peneliti menggunakan penelitian terdahulu seperti hasil penelitian Hendra (2007) yang menggunakan metode analisis regresi linier berganda uji F dan uji t. Hasil penelitian ini terdapat gaya kepemimpinan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai.
Reza (2010) yang menggunakan metode analisis regreasi linier berganda dengan hasil penelitiannya yaitu gaya kepemimpinan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan. Motivasi menunjukkan hasil yang positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan. Disiplin kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan.
Handayani (2010) yang metode yang digunakan adalah analisis regreasi linier berganda. Hasil disiplin kerja kerja pegawai mempunyai pengaruh yang lebih besar terhadap kinerja pegawai dibandingkan dengan pengaruh gaya kepemimpinan.
Bungawati (2016) yang menggunakan metode analisis regreasi linier berganda. Hasil semua varibel bebas berpengaruh positif terhadap kinerja.
Zesbendri dan Arianti (2009) yang menggunakan metode analisis regresi
7
linier berganda. Hasil penelitian ini terdapat disiplin kerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai di BPS Kabupaten Bogor.
Meta (2013) yang menggunakan metode penelitian regresi linier berganda dengan uji F dan uji t. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa disiplin kerja dan kepemimpinan memiliki pengaruh yang signifikan secara bersama-sama (simultan) terhadap kinerja karyawan.
Dwipayana (2013) yang menggunakan metode penelitian analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa kepemimpinan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan.
Pangarso dan Susanti (2016) yang menggunakan metode penelitian analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa disiplin kerja berpengaruh positif terhadap hasil kinerja pegawai di Biro Pelayanan Sosial Dasar Sekertariat Daerah Provinsi Jawa Barat.
Kurniawan (2012) yang menggunakan metode analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan positif antara disiplin kerja dan intensif kerja dengan produktivitas karyawan PT Federal Internasional Finance (FIF) Cabang Kota Bengkulu.
Peronika Taboh (2012) yang menggunakan metode yang digunakan analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian adalah komunikasi berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan. Disiplin kerja menunjukkan hasil positif terhadap kinerja karyawan.
Sehingga dari uraian hasil penelitian diatas dapat diperjelas melalui variabel gaya kepemimpinan dan disiplin kerja yang dapat digunakan sebagai acuan penelitian. Berikut tabel dari penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang:
8
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Judul
Penelitian
Variabel Metode Analisis
Hasil Penelitian Pengaruh Gaya
Kepemimpinan Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT.
PLN Cabang Blitar (Hendra,2007)
Independent:
Gaya
kepemimpinan Dependent:
Kinerja karyawan
Analisi Regresi Linier Berganda
Gaya kepemimpinan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai
Pengaruh Gaya Kepemimpinan, Disiplin Kerja dan Motivasi Terhadap Kinerja Kerja Karyawan PT. Sinar Sentosa Perkasa Banjar Negara (Reza,2010)
Independent:
Gaya
kepemimpinan Disiplin kerja Dependent:
Kinerja kerja
Analisis Regreasi Linier Berganda
Gaya kepemimpinan berpengaruh positif dan sinifikan terhadap kinerja karyawan.
Motivasi menunjukkan hasil yang positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan.
Disiplin kerja
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan.
Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Pegawai Pada Dinas Tenaga Kerja Propinsi Lampung
(Handayani,2010)
Independent:
Gaya
kepemimpinan Disiplin kerja Dependent:
Kinerja kerja
Analisis Regreasi Linier Berganda
Disiplin kerja kerja pegawai pengembangan karier mempunyai pengaruh yang lebih besar terhadap kinerja pegawai dibandingkan dengan pengaruh Gaya kepemimpinan.
Pengaruh Kepemimpinan, Disiplin Kerja dan Motivasi Kerja, terhadap kinerja Guru SMKN 7 Makassar (Bungawati,2016)
Independent:
Gaya
kepemimpinan Disiplin kerja Motivasi kerja Dependent:
Kinerja kerja
Analisis Regreasi Linier Berganda
Semua varibel bebas berpengaruh positif terhadap kinerja guru SMKN 7 Makassar
Pengaruh Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Pegawai Kantor Badan Pusat Statistic
Kabupaten Bogor (Zesbendri dan Arianti,2009)
Independent:
Disiplin kerja Dependent:
Kinerja kerja
Analisis Regreasi Linier Berganda
Disiplin kerja pengaruh yang signifikan
terhadap kinerja di BPS Kabupaten Bogor
9 Pengaruh Disiplin
Kerja dan Kepemimpinan terhadap Kinerja Karyawan Pada PT Pustaka Rizki Putra Semarang (Meta,2013)
Independent:
Disiplin kerja Kepemimpinan Dependent:
Kinerja
Regresi linier brganda dengan uji F dan uji t
Disiplin kerja dan kepemimpinan memiliki pengaruh yang signifikan secara bersama-sama
(simultan) terhadap kinerja karyawan.
Pengaruh Disiplin Kerja, Gaya
Kepemimpinan,Motivas i dan Terhadap Kinerja Karyawan Pada
Percetakan Sadha Jaya di Denpasar
(Dwipayan,2013)
Independent:
Disiplin kerja Gaya
kepemimpinan Motivasi Dependent:
Kinerja
Analisis Regreasi Linier Berganda
Kepemimpinan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan
Pengaruh Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Pegawai di Biro
Pelayanan Sosial Dasar Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Barat (Pangarso dan Susanti,2016)
Independent:
Disiplin Dependent;
Kinerja kerja
Analisis Regreasi Linier Berganda
Terdapat hubungan positif dari disiplin kerja terhadap hasil kinerja pegawai di Biro Pelayanan Sosial Dasar Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Barat Pengaruh Disiplin
Kerja dan Intensif kerja terhadap Produktivits Karyawan PT Federal Internasional Finance (FIF) Cabang Kota Bengkulu
(Kurniawan,2012)
Independent:
Disiplin kerja Dependent:
Intensif kerja
Analisis Regreasi Linier Berganda
Terdapat hubungan positif antara disiplin kerja dan intensif kerja dengan produktivitas karyawan PT Federal Internasional Finance (FIF) Cabang Kota Bengkulu.
Pengaruh Komunikasi dan Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Karyawan pada PT Sentosa Abadi Semesta Pangkal Pinang
(Taboh,2012)
Independent:
Komunikasi Disiplin kerja Dependent:
Kinerja kerja
Analisis Regreasi Linier Berganda
Komunikasi
berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan. Disiplin kerja menunjukkan hasil positif terhadap kinerja karyawan.
10 B. Tinjuan Teori
1. Gaya Kepemimpinan
a. Pengertian Gaya Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan adalah suatu perilaku dengan tujuan tertentu untuk mempengaruhi aktivitas para anggota kelompok agar dapat mencapai tujuan bersama yang dirancang untuk memberikan manfaat individu dan organisasi, sehingga dalam suatu organisasi kepemimpinan merupakan faktor yang sangat penting dalam menentukan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan oleh organisasi. Menurut Robbins dan Coulter (2002) menyimpulkan ada tiga gaya kepemimpinan; gaya kepemimpinan autokratis, gaya kepemimpinan demokratis, gaya kepemimpinan Laissez-Faire (Kendali Bebas). Menurut Slamet Sentosa (dalam Edy Sutrisno, 201). Kepemimpinan adalah sebagai usaha untuk mempengaruhi anggota kelompok agar mereka bersedia menyumbangkan kemampuannya lebih banyak dalam mencapai tujuan kelompok yang telah disepakati. Sedangkan menurut Tannenbaum, weschler dan Nassarik (Veithzal Rivai, dkk, 2013) kepemimpinan adalah suatu proses memengaruhi aktivitas kelompok yang diatur untuk mencapai pengaruh antar pribadi, dalam situasi tertentu dan langsung melalui proses komunikasi untuk mencapai satu atau beberapa tujuan tertentu. Dari beberapa pengertian kepemimpinan diatas kepemimpinan memiliki beberapa unsur pokok yaitu kepemimpinan melibatkan orang lain dan adanya situasi kelompok atau organisasi tempat pemimpin dan anggotanya berinteraksi, dalam kepemimpinan terjadi pembagian kekuasaan dan proses memengaruhi bawahan oleh pemimpin, dan adanya tujuan bersama yang harus dicapai.
Dalam kepemimpinan tugas seorang pemimpin tidak hanya terbatas pada kemampuannya melaksanakan program-program saja, tetapi lebih dari itu, yaitu pemimpin harus mampu melibatkan seluruh lapisan organisasinya, anggotanya atau masyarakatnya untuk ikut berperan aktif sehingga mereka mampu memberikan kontribusi yang positif dalam usaha mencapai tujuan.
11 b. Fungsi Kepemimpinan
1) Fungsi Instruksi
Fungsi ini bersifat komunikasi satu arah. Pemimpin sebagai komunikator merupakan pihak yang menentukan apa, bagaimana, bila mana dan di mana perintah itu dikerjakan agar keputusan dapat dilaksanakan secara efektif. Kepemimpinan yang efektif memerlukan kemampuan untuk menggerakkan dan memotivasi orang lain agar mau melaksanakan perintah.
2) Fungsi Konsultasi
Fungsi ini bersifat komunikasi dua arah. Pada tahap pertama dalam usaha menetapkan keputusan, pemimpin kerap kali memerlukan bahan pertimbangan, yang mengharuskannya berkonsultasi dengan orang-orang yang dipimpinnya yang dinilai mempunyai berbagai bahan informasi yang diperlukan dalam menetapkan keputusan. Tahap berikutnya konsultasi dari pimpinan pada orang-orang yang dipimpin dapat dilakukan setelah keputusan ditetapkan dan sedang dalam pelaksanaan. Konsultasi itu dimaksudkan untuk memperoleh masukan berupa umpan balik untuk memperbaiki dan menyempurnakan keputusan-keputusan yang telah ditetapkan dan dilaksanakan. Dengan menjalankan fungsi konsultatif dapat diharapkan keputusan-keputusan pimpinan akan mendapat dukungan dan lebih mudah menginstruksikannya, sehingga kepemimpinan berlangsung efektif.
3) Fungsi Partisipasi
Fungsi ini pemimpin berusaha mengaktifkan orang-orang yang dipimpinnya, baik dalam keikutsertaan mengambil keputusan maupun dalam melaksanakannya. Partisipasi tidak berarti bebas berbuat semaunya, tetapi dilakukan secara terkendali dan terarah berupa kerja sama dengan tidak mencampuri atau mengambil tugas pokok orang lain. Keikutsertaan pemimpin harus tetap dalam fungsi sebagai pemimpin dan bukan pelaksanaan.
12 4) Fungsi Delegasi
Fungsi ini dilaksanakan dengan memberikan pelimpahan wewenang membuat atau menetapkan keputusan, baik melalui persetujuan maupun tanpa persetujuan dari pimpinan. Fungsi delegasi pada dasarnya berarti kepercayaan. Orang-orang penerima delegasi itu harus diyakini merupakan pembantu pemimpin yang memiliki kesamaan prinsip, persepsi, dan aspirasi.
5) Fungsi Pengendalian
Fungsi pengendalian bermaksud bahwa kepemimpinan yang efektif mampu mengatur aktivitas anggotanya secara terarah dan dalam koordinasi yang efektif sehingga memungkinkan tercapainya tujuan bersama secara maksimal. Fungsi pengendalian dapat diwujudkan melalui kegiatan bimbingan, pengarahan, koordinasi, dan pengawasan.
c. Tipe Gaya Kepemimpinan
Untuk melaksanakan fungsi kepemimpinan, maka akan berlangsung aktivitas kepemimpinan. Apabila aktivitas tersebut dipilah-pilah, maka akan terlihat gaya kepemimpinan dengan polanya masing-masing. Gaya kepemimpinan tersebut merupakan dasar dalam mengklasifikasikan tipe kepemimpinan. Gaya kepemimpinan memiliki tiga pola dasar, yaitu:
1) Gaya kepemimpinan yang berpola pada kepentingan pelaksanaan tugas.
2) Gaya kepemimpinan yang berpola pada pelaksanaan hubungan kerja sama.
3) Gaya kepemimpinan yang berpola pada kepentingan hasil yang dicapai Berdasarkan ketiga pola dasar tersebut terbentuk perilaku kepemimpinan yang berwujud pada kategori kepemimpinan yang terdiri dari tiga tipe pokok kepemimpinan, yaitu:
a. Tipe kepemimpinan otoriter, tipe kepemimpinan ini menempatkan kekuasaan di tangan satu orang. Pemimpin bertindak sebagai penguasa tunggal. Kedudukan dan tugas anak buah semata-mata hanya pelaksana keputusan, perintah, dan bahkan kehendak pimpinan. Pimpinan
13
memandang dirinya lebih dalam segala hal, dibandingkan dengan bawahannya. Kemampuan bawahan selalu dipandang rendah sehingga dianggap tidak mampu berbuat sesuatu tanpa diperintah.
b. Tipe kepemimpinan kendali bebas, tipe kepemimpinan ini merupakan kebalikan dari tipe kepemimpinan otoriter. Pemimpin berkedudukan sebagai simbol. Kepemimpinan dijalankan dengan memberikan kebebasan penuh pada orang yang dipimpin dalam mengambil keputusan dan melakukan kegiatan menurut kehendak dan kepentingan masing-masing, baik secara perorangan maupun kelompok-kelompok kecil. Pemimpin hanya memfungsikan dirinya sebagai penasihat.
c. Tipe kepemimpinan demokratis, tipe kepemimpinan ini menempatkan manusia sebagai faktor utama dan terpenting dalam setiap kelompok/organisasi. Pemimpin memandang dan menempatkan orang- orang yang dipimpinnya sebagai subjek yang memiliki kepribadian dengan berbagai aspeknya, seperti dirinya juga. Kemauan, kehendak, kemampuan, buah pikiran, pendapat, kreativitas, dan inisiatif yang berbeda-beda dan dihargai disalurkan secara wajar. Tipe pemimpin ini selalu berusaha untuk memanfaatkan setiap orang yang dipimpin.
Kepemimpinan demokratis adalah kepemimpinan yang aktif, dinamis, dan terarah. Kepemimpinan tipe ini dalam mengambil keputusan sangat mementingkan musyawarah, yang diwujudkan pada setiap jenjang dan di dalam unit masing-masing.
d. Indikator Gaya Kepemimpinan
Indikator-indikator gaya kepemimpinan menurut Sutrisno (2014:222):
1) Persuasive yaitu kepemimpinan dengan menggunakan pendekatan yang menggugah perasaan, pikiran, atau dengan kata lain dengan melakukan ajakan atau bujukan.
2) Refresif yaitu kepemimpinan dengan cara memberikan tekanan-tekanan, ancaman-ancaman, sehingga bawahan merasa ketakutan.
14
3) Partisifatif yaitu kepemimpinan dimana memberikan kesempatan kepada bawahan untuk itu secara baik spritual, fisik, maupun materil dalam kiprahnya di organisasi.
4) Inovatif yaitu pemimpin yang selalu berusaha dengan keras untuk mewujudkan usaha-usaha pembaruan di dalam segala bidang, baik bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, atau setiap produk terkait dengan kebutuhan manusia.
5) Investigative yaitu pemimpin yang selalu melakukan penelitian yang disertai dengan rasa penuh kecurigaan terhadap bawahannya sehingga menimbulkan dan menyebabkan kreativitas, inovasi, serta inisiatif dari bawahan kurang berkembang, karena bawahan takut melakukan kesalahan-kesalahan.
6) Inspektif yaitu pemimpin yang suka melakukan acara-acara yang sifatnya protokoler, kepemimpinan dengan gaya inspektif menuntut penghormatan bawahan, atau pimpinan yang senang apabila dihormati.
7) Motivatif yaitu pemimpin yang dapat menyampaikan informasi ide- idenya, program-program dan kebijakan-kebijakan kepada bawahan dengan baik.
8) Naratif yaitu pemimpin yang banyak bicara namun tidak disesuikan dengan apa yang ia kerjakan, atau dengan kata lain pemimpin yang banyak bicara sedikit bekerja.
9) Edukatif yaitu pemimpin yang suka melakukan pengembangan bawahan dengan cara memberikan pendidikan dan keterampilan kepada bawahan, sehingga bawahan menjadi memiliki wawasan dan pengalaman yang lebih baik dari hari ke hari.
10) Retrogresif yaitu pemimpin tidak suka melihat bawahannya maju, apalagi melebihi dirinya. Untuk itu pemimpin yang bergaya retrogresif selalu menghalangi bawahannya mengembangkan pengetahuan dan keterampilan.
15 e. Tugas Gaya Kepemimpinan
Tugas-tugas kepemimpinan menurut Edy Sutrisno (2014:228-232) sebagai berikut:
1) Sebagai konselor merupakan tugas seorang pemimpin dalam suatu unit kerja, dengan membantu atau menolong SDM untuk mengatasi masalah yang dihadapinya dalam melakukan tugas yang dibebankan kepadanya.
Beberapa persyaratan yang harus dimiliki seorang konselor:
a) Memiliki kesadaran yang tinggi
b) Mempunyai kata yang cocok antara kata dan perbuatan.
c) Menghormati orang Iain d) Bersikap jujur.
2) Sebagai instruktur, Seorang pemimpin pada tingkat manapun ia berada, sebenarnya pada jabatannya itu melekat tugas sebagai instruktur, atau sebagai pengajar yang baik terhadap SDM yang ada di bawahnya.
Instuktur yang baik akan mempunyai peran sebagai guru yang bijaksana, yang memungkinkan setiap bawahan semakin lama semakin pintar dan profesional dalam melaksankan tugasnya.
3) Memimpin rapat, Seorang pemimpin pada tingkat manapun pada suatu waktu perlu mengadakan rapat dan memimpinya. Suatu rencana yang akan disusun biasanya didahului oleh rapat, agar pelaksanaan rencana itu lebih mudah dilaksanakan. Suatu rapat perlu diadakan, karena alasan sebagai berikut:
a) Untuk memecahkan masalah yang terjadi dalam organisasi b) Untuk menentukan sasaran yang akan dicapai.
c) Untuk mengantisipasi adanya perubahan-perubahan yang sedang atau akan terjadi.
d) Untuk melakukan koordinasi suatu peiaksanaan rencana.
e) Untuk memudahkan pelaksanaan tugas.
f) Untuk menyusun sistem dan prosedur kerja.
16
4) Mengambil keputusan, pengambilan keputusan oleh seorang pemimpin mempunyai dampak luas terhadap mekanisme organisasi dan seorang pemimpin mempunyai keberanian dalam mengambil keputusan, karena pemimpin mempunyai wawasan dan teknik analisis yang tinggi dan sudah terlatih menghadapi masalah.
5) Mendelegasikan wewenang, pendelegasian disebut juga pelimpahan.
Seorang pemimpin tidak mungkin dapat mengerjakan sendiri seluruh pekerjaannya, kerena keterbatasan waktu dan keterbatasan kemampuannya. Tujuan pendelegasian wewenang dapat kita rinci sebagai berikut;
a) Agar pemimpin lebih dapat memusatkan pemikirannya pada tugas- tugas pokok saja.
b) Agar tugas yang tepat dikerjakan oleh orang yang lebih cepat sesuai dengan keahliannya.
c) Agar semua pekerjaan berjalan lancar, tanpa tergantung pada kehadiran pimpinan.
d) Untuk lebih dapat mengembangkan potensi dan kemampuan para bawahan.
e) Tiap pekerjaan dapat diselesaikan pada jenjang waktu yang tepat, sehingga dapat ditangani lebih cepat.
f) Dalam rangka mendidik dan melatih para bawahan untuk mengembangkan tugas dan tanggung jawab lebih besar.
f. Peningkatan Kualitas Kepemimpinan
Peningkatan kualitas kepemimpinan berarti suatu upaya untuk meningkatkan kemampuan, kualifikasi, dan kompetensi seseorang dalam memimpin organisasi atau yang lainnya. Sebagai seorang pemimpin ia harus memahami bahwa eksistensi dirinya sangat dibutuhkan oleh orang lain, sehingga ia harus berusaha menyesuaikan dirinya dengan tuntutan organisasi dengan memperbaiki dan memingkatkan kualitas dirinya. Untuk meningkatkan kualitas kepemimpinan harus dilakukan secara terus-menerus
17
dan berkesinambungan, mengingat kondisi kehidupan masyarakat yang dinamis. Usaha-usaha tersebut adalah sebagai berikut:
1) Berfikir efektif dalam menetapkan keputusan Proses berfikir yang berlangsung dalam diri seseorang dapat dibedakan menjadi:
a) Berpikir yang bersifat intra-personal yakni yang berlangsung di dalam psikis atau otak seseorang, yang bersangkutan dengan atau untuk dirinya sendiri
b) Berpikir yang bersifat inter-personal, yakni yang berlangsung di dalam psikis atau otak seseorang, yang berhubungan dengan dan berakibat sesuatu pada orang kepemimpinan dapat berjalan secara efektif, bila setiap masukan berupa umpan balik dalam proses berfikir intra- personal atau yang berasal dari orang lain dalam berpikir inter-personal, dimanfaatkan secara maksimal dalam menganalisis sesuatu, termasuk masalah yang sedang dipikirkan. Disamping itu, berpikir seperti iitu harus diusahakan agar menghasilkan sesuatu yang logis dan kreatif mengandung unsur inovatif bagi dinamika organisasi. Adapun tolak ukur dalam berpikir efektif adalah tidak boleh berfikir dalam keadaan emosional, berpikir terbuka, menghasilkan buah pikiran yang cocok dengan masalah yang ada, serta tidak didasarkan atau bebas dari prasangka terhadap jenis masukan atau orang yang memberikan masukan.
2) Mengkomunikasikan hasil berpikir
Pemimpin tidak cukup hanya memiliki kemampuan membuat komitmen atau keputusan di dalam proses berpikir. Komitmen atau keputusannya itu harus diterjemahkan menjadi gagasan, prakarsa, inisiatif, kreativitas, pendapat, saran, perintah dan lainnya yang sejenis, baik lisan maupun tertulis, agar diketahui oleh orang lain, khususnya anggota kelompok sendiri. Dengan demikian, berarti hasil berpikir itu harus dikomunikasikan, agar mendapat perangsang bagi orang lain untuk ikut
18
memikirkan dan mempertimbangkannya, sebelum diwujudkan menjadi tindakan atau kegiatan organisasi.
3) Meningkatkan partisipasi dalam memecahkan masalah
Kemampuan mewujudkan dan membina kerja sama pada dasarnya berarti mampu mendorong dan memanfaatkan partisipasi anggota organisasi secara efektif dan efisien. Kemampuan mewujudkan dan membina partisipasi dalam memecahkan masalah itu, akan bermuara pada perkembangan rasa tanggung jawab dalam melaksanakan tugas secara operasional.
4) Menggali dan meningkatkan kreativitas
Setiap pemimpin yang menyadari akan pentingnya menggali dan memanfaatkan kreativitas anggota organisasi, juga akan selalu berusaha meningkatkan kemampuan tersebut. Pemimpin secara terus-menerus berusaha memberikan motivasi agar anggota organisasi menjadi potensi yang kreatif dan berani menyampaikannya.
2. Disiplin Kerja
a. Pengertian Disiplin Kerja
Menurut Afandi (2018:11) disiplin kerja merupakan suatu tata tertib atau peraturan yang dibuat oleh manajemen suatu organisasi yang disahkan oleh dewan komisaris atau pemilik modal, disepakati oleh serikat pekerja dan diketahui oleh dinas tenaga kerja seterusnya orang-orang yang bergabung dalam organisasi tunduk dan patuh pada tata tertib yang ada dengan rasa senang hati, sehingga dapat tercipta dan terbentuk melalui proses dan serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, ketertiban, dan keteraturan. Karena sudah menyatu dalam dirinya, maka sikap atau perbuatan yang dilakukan bukan lagi dirasakan sebagai beban, bahkan sebaliknya akan membebani dirinya sendiri apabila pegawai berbuat sebagaimana mestinya.
19
Menurut Rivai (2009:78) disiplin kerja adalah suatu alat yang digunakan para manajer untuk berkomunikasi dengan karyawan agar mereka bersedia untuk meningkatkan kesadaran seseorang untuk mentaati semua peraturan yang diterapkan.
Nilai-nilai kepatuhan telah menjadi bagian dari perilaku kedalam hidupnya. Sikap dan perilaku yang demikian tercipta melalui proses binaan dari keluarga, pendidikan, pengalaman, keteladanan dan lingkungannya.
Disiplin akan membuat dirinya tahu membedakan hal-hal yang seharusnya melakukan hal yang wajib, yang boleh dilakukan, yang tak sepatutnya dilakukan (karena hal-hal tersebut dilarang).
Menurut Sutrisno (2009:86) mengatakan disiplin adalah sikap kesediaan dan kerelaan seseorang untuk mematuhi dan mentaati norma- norma peraturan yang berlaku disekitarnya.
Disiplin kerja adalah suatu alat yang digunakan paran manajer untuk mengukur suatu perilaku serta sebagai suatu upaya untuk meningkatkan kesadaran dan kesediaan seseorang untuk mentaati semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku. Dari uraian tersebut dapat dikemukakan bahwa disiplin kerja adalah suatu alat atau sarana bagi suatu organisasi yang mempertahankan eksistensinya. Hal ini karena dengan disiplin kerja yang tinggi akan mentaati semua peraturan-peraturan yang ada sehingga pelaksanaan pekerja dapat sesuai dengan rencana yang telah ditentukan.
Kedisiplinan merupakan fungsi operasional manajemen sumber daya manusia yang terpenting karena semakin baik disiplin kerja pegawai, semakin baik kinerja yang dicapai. Tanpa adanya disiplin yang baik, sulit bagi organisasi untuk mencapai hasil yang optimal. Kedisiplinan merupakan faktor utama yang diperlukan sebagai alat peringatan terhadap pegawai yang tidak mau berubah sifat dan perilakunya. Sehingga seseorang pegawai dikatakan memiliki disiplin yang kurang baik jika pegawai tersebut memiliki rasa kurang tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan kepadanya (Ghalih, 2013:38).
20
Menurut Hasibun (2013:193) disiplin kerja adalah kesadaran atau kesediaan seseorang mentaati semua peraturan perusahaan, budaya organisasi yang diterapkan dan norma-norma sosial yang berlaku.
Disiplin pada dasarnya merupakan tindakan manajemen untuk mendorong agar para anggota organisasi dapat memenuhi berbagai ketentuan dan peraturan yang berlaku dalam suatu organisasi, yang didalamnya mencakup:
1) Adanya tata tertib atau ketentuan-ketentuan 2) Adanya kepatuhan para pegawai
3) Adanya sanksi bagi para pelanggar b. Tujuan Disiplin Kerja
Tujuan disiplin kerja menurut Sutrisno (2009:126), mengemukakan bahwa tujuan disiplin kerja adalah sebagai berikut:
1) Tingginya rasa kepedulian pegawai terhadap pencapaian tujuan kantor.
2) Tingginya semangat dan gairah kerja dan inisiatif para pegawai untuk melaksanakan pekerjaannya.
3) Besarnya rasa tanggung jawab pada pegawai untuk melaksanakan tugas dengan sebaik baiknya.
4) Berkembangnya rasa memiliki dan rasa solidaritas yang tinggi dikalangan pegawai.
5) Meningkatkan efisiensi dan kinerja pegawai.
c. Faktor Yang Mempengaruhi Disiplin Kerja
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi tegak tidaknya suatu disiplin kerja dalam suatu perusahaan atau perkantoran. Menurut Saydam (2000:291), faktor-faktor tersebut antara lain:
1) Besar kecilnya pemberian kompensasi
2) Ada tidaknya keteladanan pimpinan dalam perusahaan 3) Ada tidaknya aturan pasti yang dapat dijadikan pegangan
21
4) Keberanian pimpinan dalam mengambil keputusan 5) Pengawasan pimpinan terhadap bawahan
6) Perhatian yang diberikan oleh pimpinan terhadap bawahan 7) Diciptakan kebiasaan yang menduukung tegaknya disiplin.
d. Indikator Disiplin Kerja
Menurut Hasibun (2013:194) pada dasarnya banyak indikator yang mempengaruhi kedisiplinan suatu organisasi, diantaranya:
1) Tujuan dan kemampuan
Tujuan yang akan dicapai harus jelas dan ditetapkan secara ideal serta cukup menantang bagi kemampuan pegawai yang bersangkutan, agar pegawai bekerja lebih bersungguh-sungguh dan disiplin dalam mengerjakannya.
2) Teladan pemimpin
Teladan sangat berperan dalam menentukan kedisiplinan pegawai karena pemimpin dijadikan panutan oleh para bawahannya.
3) Balas jasa
Balas jasa (gaji dan kesejahteraan) ikut mempengaruhi kedisiplinan karyawan karena balas jasa akan memberikan kepuasan dan kecintaan pegawai terhadap kantor atau pekerjaan.
4) Keadilan
Keadilan yang dapat dijadikan dasar kebijakan dalam pemberian balas jasa (pengakuan) atau hukuman akan merangsang kedisiplinan pegawai yang baik.
5) Pengawasan melekat
Pengawasan melekat merupakan suatu tindakan nyata dan efektif untuk mencegah atau mengetahui kesalahan, membetulkan kesalahan, memelihara kedisiplinan, meningkatkan prestasi kerja, mengaktifkan peranan antara atasan dan bawahan, menggali sistem kerja yang paling efektif, serta menciptakan sisitem internal kontrol yang terbaik dalam mendukung terwujudnya organisasi dan masyarakat.
22 6) Sanksi atau hukuman
Berat ringannya sanksi hukuman yang diterapan ikut mempengaruhi kedisiplinan pegawai. Sanksi hukuman harus dipertimbangkan secara logis, masuk akal dan di informasikan secara jelas kepada semua pegawai.
Adapun yang menjadi indikator dari rendahnya angka disiplin kerja karyawan adalah:
a) Turunnya produktivitas kerja
Salah satu indikasi rendahnya kedisiplinan kerja adalah ditunjukkan dari turunnya produktivitas kerja. Produktivitas kerja yang turun karena kemalasan, penundaan pekerjaan dan lainnya.
b) Tingkat absensi yang tinggi
Apabila tingkat kedisiplinan menurun maka dapat dilihat dari tingkat kehadiran pegawai dalam bekerja tidak tepat waktu datang dan pulangnya.
c) Adanya kelalaian dalam peneyelesaian pekerjaan
Rendahnya tingkat disiplin kerja dapat dilihat dari seringnya terjadi kelalaian sehingga menyebabkan keterlambatan penyelesaian pekerjaan.
d) Tingkat kecerobohan atau kecelakaan yang tinggi
Kecerobohan karyawan dalam melaksanakan pekerjaan masih sering dijumpai, seperti karyawan tidak memakai atribut kerja yang telah ditentukan dan disediakan oleh kantor sehingga seringkali terjadi kecalakaan bekerja.
e) Konflik
Ketidak senangan karyawan dalam bekerja yang dapat mengganggu pekerjaan yang sedang dilaksanakan dan menurun produktivitas yang diharapkan kantor.
e. Pendekatan Disiplin Kerja
Menurut para ahli yang dikutip Hariandja (2007:300) menyebutkan beberapa pendekatan untuk meningkatkan disiplin yaitu:
1) Disiplin Preventif
23
Disiplin kerja preventif adalah disiplin yang ditunjukkan untuk mendorong pegawai agar berdisiplin diri dengan mantaati dan mengikuti berbagai standart dan peraturan yang telah ditetapkan, dengan demikian disiplin preventif adalah kegiatan yang dilakukan untuk mendorong disiplin diri para pegawai sehingga mereka dapat menjaga sikap disiplin mereka bukan karena paksaan.
2) Disiplin Korektif
Disiplin Korektif yang dimaksud untuk menangani pelanggaran terhadap aturan-aturan yang berlaku dan memperbaikinya untuk masa yang akan datang. Berdasarkan hal diatas maka dapat disimpulkan bahwa disiplin korektif merupakan suatu upaya untuk memperbaiki dan menindak pegawai yang melakukan pelanggaran terhadap aturan yang berlaku.
3) Disiplin Progresif
Disiplin Progresif merupakan pemberian hukuman yang lebih berat terhadap pelanggaran yang berulang. Tujuannya adalah memberikan kesempatan kepada pegawai untuk mengambil tindakan korektif sebelum hukuman-hukuman yang lebih serius.
3. Kinerja Pegawai
a. Pengertian Kinerja Pegawai
Pada umumnya, kinerja diberi batasan sebagai kesuksesan seseorang didalam melaksanakan suatu pekerjaan. Kinerja merupakan singkatan dari kinetika energy kerja dalam Bahasa inggris performance dan sering disebut performa. Kinerja adalah keluaran yang dihasilkan oleh fungsi-fungsi atau indikator-indikator suatu pekerjaan atau profesi dalam waktu tertentu, hal tersebut menurut hasil penelitian (Wirawan, 2012:5).
Kinerja pegawai adalah hasil karyawan yang dilihat dari segi kualitas, kuantitas, waktu kerja, dan kerja sama untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan oleh organisasi (Sutrisno, 2011:172).
24
Menurut Rivai dan Basri (2012:6) kinerja adalah hasil atau tingkat keberhasilan seseorang atau keseluruhan selama periode tertentu didalam melaksanakan tugas dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, seperti standar hasil kerja, target dan kriteria yang telah ditentukan dan disepakiti bersama.
Dengan adanya kinerja dapat diketahui seberapa jauh kemampuan pegawai dalam melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya. Untuk itu perlu adanya penentuan kriteria yang jelas dan tertukar serta ditetapkan secara bersama-sama yang dijadikan sebagai acuan.
b. Tujuan Kinerja Pegawai
Berhasil tidaknya kinerja yang telah dicapai oleh kantor tersebut dapat dipengaruhi oleh tingkat kinerja pegawai secara individu maupun secara kelompok dengan asumsi semakin baik kinerja pegawai maka semakin baik pula kinerja perusahaan. Dengan kata lain, adanya pegawai yang baik diharapkan pula kinerja pegawai akan berprestasi.
c. Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Pegawai
Menurut Kasmir (2016:189) faktor-faktor yang mempengaruhi pencapain kinerja pegawai adalah:
1) Kemampuan dan keahlian, merupakan kemampuan skill yang dimiliki seseorang dalam melakukan suatu pekerjaan. Semakin memiliki kemampuan dan keahlian maka dapat menyelesaikan pekerjaannya secara benar, sesuai dengan yang telah ditetapkan.
2) Pengetahuan, yaitu pengetahuan tentang pekerjaan. Seseorang yang memiliki pengetahuan tentang pekerjaan secara baik akan memberikan hasil pekerjaan yang baik, demikian sebaliknya.
3) Rancangan pekerjaan, merupakan sebuah rancangan pekerjaan yang akan memudahkan dalam mencapai tujuannya. Artinya jika suatu pekerjaan memiliki rancangan yang baik, maka akan memudahkan untuk menjalankan pekerjaan tersebut secara tepat dan benar.
25
4) Kepribadian, yaitu kepribadian seseorang atau karakter yang dimiliki seseorang pegawai.
5) Motivasi kerja, merupakan suatu dorongan bagi seseorang untuk melakukan pekerjaan.
6) Kepemimpinan, merupakan perilaku seorang pemimpin dalam mengatur, mengelolah dan memerintah bawahannya untuk mengerjakan suatu tugas dan tanggung jawab yang diberikan.
7) Budaya organisasi, merupakan kebiasaan-kebiasaan atau norma-norma yang berlaku dan dimiliki oleh suatu organisasi atau perusahaan.
8) Lingkungan kerja, merupakan suasana atau kondisi disekitar lokasi tempat bekerja. Dapat berupa ruang, layout, sarana dan prasarana serta hubungan kerja dengan sesama rekan kerja.
9) Gaya kepemimpinan, merupakan gaya atau sikap seseorang pemimpin dalam menghadapi atau memerintah bawahan.
10) Kepuasan kerja, merupakan perasaan senang atau gembira, dan perasaan suka seseorang sebelum dan setelah melakukan suatu pekerjaan.
11) Disiplin kerja, merupakan usaha karyawan untuk menjalankan aktivitas kerjanya secara bersungguh-sungguh.
d. Indikator Kinerja Pegawai
Menurut Sutrisno (2011:180) mengemukakan standart pengukuran kinerja atau prestasi kerja sebagai berikut:
1) Kualitas kerja, dapat menyelesaikan pekerjaan dengan teliti dan tepat sesuai dengan yang diharapkan.
2) Kuantitas kerja, dapat menyelesaikan sejumlah pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya.
3) Pengetahuan tentang pekerjaan, memiliki pengetahuan yang cukup tentang tugas atau kewajibannya dan melakukannya sehingga mendekati standart perusahaan.
4) Pendapat atau pengukuan yang disampaikan. Memiliki kemampuan kerja sama dengan pendapat orang lain dan pendapat yang konstruktif dalam tim.
26
5) Daerah organisasi kerja, memiliki kemampuan dalam organisasi kerja seperti kepemimpinan bisa mengarahkan dan membimbing, kreativitas, keterampilan, tanggung jawab dalam organisasi kerja serta sikap didalam organisasi.
e. Penilaian Kinerja Pegawai
Pada prisipnya kinerja unit-unit organisasi dimana seseorang atau kelompok orang yang berbeda didalamnya merupakan cerminan dari kinerja sumber daya manusia bersangkutan. Ada enam kinerja yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja (Sutrisno, 2011:178) berikut ini:
1) Quality, merupakan tingkat sejauh mana proses atau hasil pelaksanaan kegiatan mendekati kesempurnaan atau mendekati tujuan yang diharapkan.
2) Quantity, merupakan jumlah yang dihasilkan, misalnya jumlah rupiah, unit, dan siklus kegiatan yang dilakukan.
3) Timeliness, merupakan sejauh mana suatu kegiatan diselasaikan pada waktu yang dikehendaki, dengan memperhatikan koordinasi output lain serta waktu yang tersedia untuk kegiatan orang lain.
4) Cost Effectiveness, merupakan tingkat sajauh mana penggunaan sumber daya manusia dimaksimalkan guna untuk mencapai hasil tertinggi atau pengurangan kegiatan dari setiap unit penggunaan sumber daya,
5) Need for Supervision, merupakan tingkat sejauh mana seseorang pekerja dapat melakukan suatu fungsi pekerjaan tampa memerlukan pengawasan seseorang supervisor untuk mencegah tindakan yang kurang diinginkan.
6) Interpersonal Impact, merupakan tingkat sejauh mana pegawai memelihara harga diri, nama baik, dan kerja sama diantaranya rekan kerja dan bawahan.
C. Hubungan Antar Variabel
1. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Kinerja Pegawai
Menurut Hendra (2007) mengungkapkan bahwa gaya kepemimpinan adalah perwujudan tingkah laku seorang pemimpin yang menyangkut kemampuannya dalam memimpin dan mempengaruhi pegawainya dalam
27
menjalankan tugas. Hal ini dipertegas oleh Reza (2010) yang mengungkapkan bahwa gaya kepemimpinan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan. Hal ini menunjukan jika naik turunnya kinerja pegawai dipengaruhi oleh gaya kepemimpinan yang diterapkan. Sehingga dapat disimpulkan jika gaya kepemimpinan memiliki peran yang besar dalam meingkatkan kinerja pegawai.
2. Pengaruh Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Pegawai
Kedisiplinan adalah kesadaran dan kesediaan seseorang menaati semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku. Kedisiplinan dapat diartikan bilamana pegawai selalu datang dan pulang tepat waktu serta tidak ada yang keluar pada saat jam kerja untuk kepentingan pribadi, mengerjakan pekerjaannya dengan baik, mematuhi semua peraturan dan norma-norma sisoal yang berlaku di perusahaan.
Menurut penelitian Zesbendri dan Arianti (2009) menyimpulkan bahwa disiplin kerja pengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai di BPS kabupaten Bogor, hal ini membuktikan bahwa disiplin kerja merupakan faktor penting dalam meningkatkan kinerja pegawai. Dengan adanya disiplin kerja yang baik dari pegawai seperti datang tepat waktu, melaksanakan pekerjaan sesuai dengan apa yang telah ditetapkan, mentaati peraturan maka akan dapat meningkatkan kinerja dari pegawai tersebut sehingga target akan tercapai. Disiplin yang baik mencerminkan rasa tanggung jawab seseorang terhadap tugas yang diberikan kepadanya. Hal ini dapat mendorong gairah kerja, semangat kerja dan terwujudnya tujuan suatu organisasi.
3. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Disiplin Kerja Terhadap Kinerja
Gaya kepemimpinan dan disiplin kerja merupakan dua variabel yang saling mendukung tercapainya kinerja pegawai yang baik. Jika gaya kepemimpinan dan disiplin kerja baik maka kinerja akan meningkat, namun berbeda halnya jika gaya kepemimpinan yang diterapkan tidak tepat maka akan memberikan pengaruh pada disiplin kerja, karena pegawai akan bekerja sendiri, disebabkan tidak mendapatkan perhatian dan pengawasan dari pimpinan,
28
sehingga jika gaya kepemimpinan yang diterapkan tidak tepat dan disiplin kerja pegawai akan turun maka kinerja pegawai juga akan menurun. Maka akan lebih baik jika kedua variabel antara gaya kepemimpinan dan disiplin kerja semuanya baik, karena akan meningkatkan kinerja pegawai, dengan meningkatnya kinerja pegawai maka akan tercapai target yang diinginkan.
D. Kerangka Konsep
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Penelitian
Kerangka diatas terlihat bahwa gaya kepemimpinan dan disiplin kerja dapat mempengaruhi kinerja kerja pegawai suatu kantor. Kepemimpinan seseorang dalam suatu organisasi berdampak pada kenyamanan pegawai dalam bekerja. Sehingga pegawai merasa nyaman di bawah pimpinanya dan dapat bekerja dengan optimal.
Disiplin kerja dapat mempengaruhi kinerja pegawai karena dengan memiliki disiplin kerja yang tinggi maka seorang pegawai akan melaksanakan tugas atau pekerjaannya dengan tertib dan lancar sehingga hasil kinerjanya pun akan meningkat serta akan berdampak pula pada tujuan perusahaan yang dapat dicapai secara optimal.
E. Hipotesis
Hipotesis merupakan dugaan sementara atas perumusan masalah yang diteliti.
Hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang empiris (Sugiyono, 2014:93). Dari uraian,
Gaya Kepemimpinan (X1)
Disiplin Kerja (X2)
Kinerja (Y)
29
penelitian terdahulu serta tinjauan teori yang telah diuraikan sebelumnya maka diajukan berikut beberapa hipotesis dalam penelitian ini:
1. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Kinerja Pegawai
Berdasarkan hasil penelitian Hendra (2007) menyimpulkan bahwa Gaya kepemimpinan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai.
Dapat disimpulkan bahwa gaya kepemimpinan adalah perwujudan tingkah laku seorang pemimpin yang menyangkut kemampuannya dalam memimpin dan mempengaruhi pegawainya dalam menjalankan tugas. Menurut hasil penelitian Reza (2010) dapat menyimpulkan bahwa gaya kepemimpinan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan. Hal ini berarti menunjukan jika naik turunnya kinerja pegawai dipengaruhi oleh gaya kepemimpinan yang diterapkan.
H1 = Diduga terdapat pengaruh positif dan signifikan antara gaya kepemimpinan terhadap kinerja pegawai pada Kantor Kecamatan Maron Kabupaten Probolinggo.
2. Pengaruh Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Pegawai
Berdasarkan hasil penelitian Zesbendri dan Arianti (2009) menyimpulkan bahwa disiplin kerja pengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai di BPS kabupaten Bogor, hal ini membuktikan bahwa disiplin kerja merupakan faktor penting dalam meningkatkan kinerja pegawai. Dengan adanya disiplin kerja yang baik dari pegawai seperti datang tepat waktu, melaksanakan pekerjaan sesuai dengan apa yang telah ditetapkan, mentaati peraturan maka akan dapat meningkatkan kinerja dari pegawai tersebut sehingga target akan tercapai.
Menurut hasil penelitian dari Pangarso dan Susanti (2016), juga dapat menyimpulkan bahwa disiplin kerja pengaruh positif terhadap hasil kinerja pegawai di Biro Pelayanan Sosial Dasar Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Barat.
H2 = Diduga terdapat pengaruh positif dan signifikan antara disiplin kerja dan kinerja pegawai pada Kantor Kecamatan Maron Kabupaten Probolinggo.
30
3. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Pegawai Gaya kepemimpinan yang dimiliki oleh pimpinan akan menentukan disiplin kerja pegawai sehingga tercapai kinerja yang maksimal. Menurut hasil penelitian Meta (2013) menyatakan bahwa kepemimpinan merupakan kemampuan untuk memberikan pengaruh yang konstruktif kepada orang lain, untuk melakukan satu usaha kooperatif mencapai tujuan yang sudah direncanakan. Selain gaya kepemimpinan, disiplin kerja menjadi saalah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja pegawai. Disiplin pegawai yang baik akan mempercepat pencapaian suatu organisasi, sedangkan disiplin yang merosot akan menjadi penghalang dan memperlambat pencapaian suatu organisasi. Dengan demikian dapat disimpulkan dari hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kepemimpinan dan disiplin kerja memiliki pengaruh yang signifikan secara bersama-sama (simultan) terhadap kinerja karyawan.
H3 = Diduga terdapat pengaruh secara simultan antara gaya kepemimpinan dan disiplin kerja terhadap kinerja pegawai pada Kantor Kecamatan Maron Kabupaten Probolinggo.
4. Pengaruh Yang Paling Dominan Terhadap Kinerja Pegawai
Disiplin seseorang merupakan hasil dari sosialisasi dan interaksi dengan lingkungan, terutama lingkungan sosial. Disiplin kerja yang tinggi tidak muncul begitu saja tapi merupakan suatu proses belajar secara terus-menerus. Menurut hasil penelitian dari Handayani (2010) dengan hasil penelitianya bahwa disiplin kerja mempunyai pengaruh yang lebih besar terhadap kinerja pegawai dibandingkan dengan pengaruh gaya kepemimpinan. Dengan demikian dapat membuktikan jika kedisiplinan pegawai memiliki pengaruh terhadap kinerja pegawai.
H4 = Diduga disiplin kerja paling berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja pegawai pada Kantor Kecamatan Maron Kabupaten Probolinggo.