• Tidak ada hasil yang ditemukan

AKLiK BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "AKLiK BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sejalan dengan isu peningkatan kesejahteraan di berbagai belahan dunia termasuk Indonesia,agenda pembangunan beralih dari permasalahan pemberantasan kemiskinan menjadi tujuan pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Goal’s atau SDG’s). Untuk mendukung hal tersebut, peran dari anggaran menjadi sangat signifikan, termasuk mekanisme Transfer ke Daerah.

“UNDP adalah jaringan pembangunan global PBB, sebuah organisasi yang mengadvokasi perubahan dan menghubungkan negara-negara dengan pengetahuan, pengalaman dan sumber daya untuk membantu peningkatan kualitas kehidupan yang lebih baik.UNDP mendukung implementasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). Di Indonesia, UNDP bekerja sama dengan Pemerintah mengintegrasikan SDGs ke dalam rencana dan kebijakan nasional. ”

Pemerintah Indonesia dan UNDP bekerja sama untuk menjalankan sebuah proyek berjudul “Memperkuat Perencanaan dan Pengelolaan Kawasan Hutan di Kalimantan”. Proyek ini dirancang untuk mengembangkan dan menerapkan berbagai pendekatan untuk meningkatkan perlindungan kawasan berhutan di Kawasan Hutan Negara Non-Nasional (APL), serta lahan dalam kategori Hutan Konversi (HPK), yang keduanya dapat berpotensi konversi (secara administratif) dan / atau secara fisik) untuk tanaman perkebunan dan penggunaan lahan lainnya.

Berbagai upaya untuk melindungi lingkungan termasuk tutupan hutan juga telah dilakukan oleh pemerintah daerah. Beberapa provinsi telah mengembangkan inisiatif 'Provinsi Hijau' seperti Aceh, Kalimantan Timur, Sumatera Selatan dan Papua Barat. Di tingkat kabupaten, inisiatif yang sama dikembangkan seperti di Kapuas Hulu dan Malinau ('Kabupaten Konservasi'),

(2)

Di beberapa negara, skema insentif ini dikembangkan melalui transfer fiskal kepada pemerintah bawahan (negara bagian atau provinsi) sebagai penghargaan atas kinerja dalam pengelolaan lingkungan termasuk kehutanan.

Misalnya, di negara bagian Parana, Brasil telah menerapkan skema insentif ini (transfer fiskal ekologis, EFT) yang, hanya dalam 8 tahun, berhasil meningkatkan total kawasan lindung di Parana dari 637 ribu ha pada 1991 menjadi 1,69 juta ha pada 2000 atau meningkat sekitar 165%. Keberhasilan ini menginspirasi negara- negara bagian lainnya di Brasil dan beberapa negara lain seperti Portugal (2007), India, Jerman, Australia dan Swiss.

Di Indonesia, wacana tentang EFT mulai berkembang dalam 2 tahun terakhir. Pusat Penelitian untuk Perubahan Iklim di Universitas Indonesia / RCCCUI memprakarsai penambahan variabel kawasan hutan dalam formula untuk distribusi Dana Alokasi Umum (DAU) ke daerah. Inisiatif Keuangan Keanekaragaman Hayati (BIOFIN, 2018) yang diprakarsai oleh UNDP mendorong skema Dana Insentif Daerah (DID) untuk keanekaragaman hayati.

Kemudian The Asia Foundation (TAF) bersama dengan jaringan masyarakat sipil mempromosikan EFT melalui 3 skema yaitu Transfer Anggaran Provinsi Berbasis Ekologi (TAPE), Transfer Anggaran Kabupaten Berbasis Ekologi (TAKE), dan Transfer Anggaran Nasional Berbasis Ekologi (TANE).

Daerah-daerah ini harus diberi penghargaan dalam bentuk teks kebijakan tentang insentif untuk daerah yang berorientasi lingkungan melalui skema transfer fiskal dari tingkat pemerintahan yang lebih tinggi ke tingkat pemerintahan yang lebih rendah, tingkat kabupaten ke kecamatan / desa berdasarkan kinerja lingkungan dan kehutanan

Kajian Anggaran Kabupaten Berbasis Lingkungan Hidup dan Kehutanan (AKLiK) belum diterapkan di kabupaten Ketapang, meskipun faktanya sudah ada beberapa lokasi di tingkat kabupaten dan kecamatan / desa yang telah merawat dan merawat kawasan hutan yang mereka miliki. Untuk alasan ini, diperlukan studi yang lebih mendalam tentang penerapan konsep ini sehingga dapat mendorong masyarakat sipil di tingkat lokasi di sektor ketahanan lingkungan, yang juga terlibat dalam proses peningkatan Indeks Desa Mandiri.

(3)

B. IDENTIFIKASI MASALAH

Hingga tahun 2016, pemerintah telah berupaya menurunkan emisi GRK terutama melalui pencegahan kebakaran lahan dan hutan, reforestasi dan percepatan perhutanan sosial. Upaya ini telah berkontribusi menurunkan emisi sekitar 132,256 MTon CO2 pada 2016. Selain itu, pemerintah juga terus berupaya meningkatkan kualitas lingkungan hidup melalui kebijakan perlindungan dan pengelolaan hutan dan lahan yang berkelanjutan antara lain moratorium perijinan perkebunan kelapa sawit (Inpres 8/2018), melanjutkan upaya pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan dan lahan, melakukan restorasi lahan gambut, dan mengembangkan berbagai standar usaha berbasis lahan berkelanjutan.

Berbagai upaya untuk menjaga dan melindungi lingkungan hidup termasuk tutupan hutan juga dilakukan oleh pemerintah daerah. Kawasan APL dan HPK sering dianggap menghasilkan banyak manfaat ekonomi, dipandang sebagai asset yang berkontribusi signifikan terhadap penambahan pendapatan.

Di lain pihak kesejahteraan sosial yang lebih luas berkurang karena pengambilan keputusan publik dan swasta menyebabkan hilangnya tutupan hutan dari area kritis dan, secara kolektif, menyebabkan peningkatan fragmentasi dan penurunan ketahanan. Berbagai upaya untuk melindungi lingkungan termasuk tutupan hutan juga telah dilakukan oleh pemerintah daerah dalam rangka pencegahan deforestasi, kebakaran hutan dan emisi GRK terkait serta hilangnya keanekaragaman hayati.

C. TUJUAN DAN KEGUNAAN

Kajian Alokasi Anggaran Kabupaten Berbasis Lingkungan Hidup dan Kehutanan adalah untuk mendorong transfer fiskal dari kabupaten dengan basis kinerja lingkungan untuk mencapainya dibutuhkan antara lain dukungan kebijakan, pengaturan kelembagaan, penjagaan aspek transparansi dan akuntabilitas publik, begitupun aspek akurasi dari indikator dan metodologi perhitungannya sebagai penentu besaran insentif yang diterima oleh desa.

Untuk memastikan konsep tersebut dapat diuji dibutuhkan permodelan awal yang dibangun berdasarkan indikator ilmiah yang terukur. Tujuan keseluruhan

(4)

Implementasi Konsep Kajian Alokasi Anggaran Kabupaten Berbasis Lingkungan Hidup dan Kehutanan (AKLiK) di Kabupaten Ketapang.

Konsep (AKLiK) belum diterapkan di kabupaten Ketapang, meskipun faktanya sudah ada beberapa lokasi di tingkat kabupaten dan kecamatan / desa yang telah merawat dan merawat kawasan hutan yang mereka miliki. Untuk alasan ini, diperlukan studi yang lebih mendalam tentang penerapan konsep ini sehingga dapat mendorong masyarakat sipil di tingkat lokasi di sektor ketahanan lingkungan, yang juga terlibat dalam proses peningkatan Indeks Desa Mandiri. Terkait hal ini dan keberadaan Perda No. 6 tahun 2018 di Provinsi Kalimantan Barat mengenai pengelolaan bisnis berbasis lahan berkelanjutan telah menghasilkan regulasi turunan dalam bentuk regulasi No. 60 tahun 2019 tentang Mekanisme dan prosedur serta mekanisme untuk membangun konservasi. area dalam pengelolaan bisnis berbasis lahan yang berkelanjutan.

Peraturan yang ada sangat membantu pemerintah daerah dalam melestarikan dan melestarikan kekayaan alamnya, terutama lingkungan dan kehutanan dalam konteks yang lebih luas. Untuk mendorong komitmen ini untuk dipertahankan dan diimplementasikan dengan benar, perlu untuk menerapkan kebijakan tentang pemberian insentif. Terutama dari kabupaten ke tingkat kecamatan / desa yang dianggap berhasil dalam memelihara dan mengelola kawasan tutupan hutan yang memberikan manfaat pada flora dan fauna yang kaya serta keseimbangan ekologis di daerah.

(5)

BAB II

TINJAUAN LITERATUR

A. Teori Kebijakan Publik

Kebijakan Publik adalah suatu keputusan yang dimaksudkan untuk tujuan mengatasi permasalahan yang muncul dalam suatu kegiatan tertentu yang dilakukan oleh instansi pemerintah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan (Mustopadidjaja, 2002,dalam Yetty Andriani,2017).

Selain pemerintah, pemerintah daerah juga menetapkan kebijakan kabupaten/kota yang merupakan kebijakan publik lingkup wilayah/daerah.

Kebijakan tersebut dapat berbentuk peraturan daerah sebagai turunan dari Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009. Penetapan kebijakan kabupaten/kota tersebut merupakan salah satu tugas dan wewenang pemerintah daerah yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 sebagai perwujudan pelaksanaan desentralisasi. Dengan adanya peraturan daerah tersebut, diharapkan peran pemerintah daerah dalam pelaksanaan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup maupun dalam penyelesaian permasalahan lingkungan hidup menjadi semakin baik

B. Teori Regulasi

Regulasi adalah salah satu norma atau aturan hukum yang harus dipatuhi.

Regulasi mengandung arti mengendalikan perilaku manusia atau masyarakat dengan aturan atau pembatasan (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Pemerintah telah menetapkan regulasi dalam pelaksanaan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang telah beberapa kali mengalami perubahan, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, undang-undang tersebut ditetapkan guna mewujudkan lingkungan hidup yang baik dan sehat yang merupakan hak asasi setiap warga negara Indonesia.Penetapan regulasi pada pemerintah daerah berupa penetapan peraturan daerah atau peraturan bupati/walikota yang merupakan turunan dari Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009. Dengan

(6)

semakin baik dalam menyelesaikan permasalahan lingkungan yang terjadi di daerah.

C. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan

Pengertian lingkungan hidup menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.

Pengertian perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 adalah upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan hukum.

D. Inventarisasi Lingkugan Hidup dan Emisi Gas Rumah Kaca

Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009, pemerintah daerah mempunyai tugas dan wewenang untuk menyelenggarakan inventarisasi sumber daya alam dan emisi gas rumah kaca. Inventarisasi lingkungan hidup dan emisi gas rumah kaca dilaksanakan untuk memperoleh data dan informasi mengenai sumber daya alam yang meliputi: potensi dan ketersediaan, jenis yang dimanfaatkan, bentuk penguasaan, pengetahuan pengelolaan, bentuk kerusakan, dan konflik dan penyebab konflik yang timbul akibat pengelolaan.

Gas rumah kaca merupakan gas-gas yang ada di atmosfer yang menyebabkan efek rumah kaca dan pemanasan global. Gas-gas tersebut sebenarnya muncul secara alami di lingkungan, tetapi dapat juga timbul akibat aktivitas manusia terutama yang berhubungan dengan pembakaran bahan bakar fosil (minyak, gas, dan batubara) seperti pada pembangkitan tenaga listrik, kendaraan bermotor, AC, komputer, memasak, pembakaran dan penggundulan hutan, serta aktivitas pertanian dan peternakan.

(7)

E. Anggaran Kabupaten Berbasisi Lingkungan Hidup dan Kehutanan (AKLiK) AKLiK merupakan bantuan keuangan dari Pemerintah Kabupaten kepada Pemerintah Desa dengan tujuan tertentu yaitu pemberian insentif kinerja berbasis lingkungan Hidup dan Kehutanan.Anggaran Kabupaten berbasisi Lingkungan Hidup dan Kehutanan dirancang sebagai bagian dari Aloaksi Dana Desa (ADD), selain ketentuan di atas, ditambah juga dengan ketentuan mengenai ADD yang diatur dalam Pasal 96 Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 2015 tentang Perubahan PP No. 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa.

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa. Yang di maksud Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pembangunan Desa bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa dan kualitas hidup manusia serta penanggulangan kemiskinan melalui pemenuhan kebutuhan dasar, pembangunan sarana dan prasarana Desa, pengembangan potensi ekonomi lokal, serta pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan secara berkelanjutan.

Alokasi Dana Desa yang selanjutnya disingkat ADD adalah pendapatan desa yang bersumber dari dana perimbangan yang diterima Kabupaten dalam Anggaran dan Pendapatan Belanja Daerah Kabupaten setelah dikurangi Dana Alokasi Khusus,(UU 6/2014,Pasal 72,ayat 4-Desa).

Bagi Kabupaten/Kota yang tidak memberikan alokasi dana Desa, Pemerintah dapat melakukan penundaan dan/atau pemotongan sebesar alokasi dana perimbangan setelah dikurangi Dana Alokasi Khusus yang seharusnya disalurkan ke Desa (UU 6/2014,Pasal 72,ayat 6-Desa).

(8)

BAB III METODELOGI

A. Metode Kajian

Metode yang digunakan dalam kajian Alokasi Anggaran Kabupaten Berbasis Lingkungan Hidup dan Kehutanan (AKLiK) di Kabupaten Ketapang adalah :

1. Sebagian besar menggunakan data dan informasi sekunder yang didapatkan dari studi ataupun penelitian sebelumnya yang di padukan dengan literatur- literatur lainnya.

2. Desk review sumber referensi terkait dengan substansi kajian Alokasi Anggaran Kabupaten Berbasisi Lingkungan Hidup dan Kehutanan (AKLiK) di Kabupaten Ketapang

3. Diskusi / Konsultasi 4. Online

(9)

B. Rencana Kerja

NO KEGIATAN JADWAL KETERANGAN

Juli Agustus 1 Penyusunan Metodologi dan Renja 2 Kick Off Meeting dan konsultasi

para pihak

09 Juli 2020 3 Menghimpun dan mempelajari

peraturan dan kebijakan yang telah ada.

Berkenaan dengan skema fiskal yang berkaitan dengan kab. Ktp 4 Menghimpun dan mempelajari

berbagai inisiatif EFT di Indonesia

Hasil studi dan / atau inisiatif yang telah diimplementasikan

`5 Mempelajari peluang dan tantangan implementasi AKLiK di Kabupaten Ktp.

6 Analisa kemungkinan konsep AKLiK yang dapat diterapkan di Kab.

Ketapang

7 Konsultasi draf AKLiK di Tingkat Kabupaten

15 Juli 2020 8 Menyusun naskah akademik

9 Konsultasi AKLiK dengan akademisi dan LSM

28 Juli 2020 10 Menyusun rancangan peraturan

daerah terkait inisiatif AKLiK

11 Konsultasi Terakhir tentang konsep

Pengalihan Anggaran Kabupaten Berbasis Lingkungan Hidup dan Kehutanan (AKLiK) di tingkat kabupaten

25 Agustus 2020

12 Mengembangkan strategi dan rekomendasi EFT di Kabupaten Ketapang

13 Menyusun Draf final peraturan daerah terkait inisiatif Alokasi Anggaran berbasis Lingkungan Hidup dan Kehutanan (AKLiK).

Direkomendasi oleh Bappeda / Badan Litbang Kab Ketapang

(10)

C. Gambaran Umum Lokasi Kajian

C.1 Keadaan Geografis

Kabupaten Ketapang merupakan kabupaten terluas dibanding 14 kabupaten/kota lain di Provinsi Kalimantan Barat d engan luas sebesa 31.588 km2 atau sekitar 21,28 persen dari luas total Provinsi Kalimantan Barat yang memiliki luas sebesar 146.807 km2. Secara geografis, Kabupaten Ketapang berada pada posisi 0°19’26,51” Lintang Selatan (LS) sampai dengan 3°4’16,59”

Lintang Selatan (LS) dan 109°47’ 36,55” Bujur Timur (BT) sampai dengan 111°21’37,36” Bujur Timur (BT), dengan posisi terletak pada bagian paling selatan Provinsi Kalimantan Barat.

Batas wilayah administratif Kabupaten Ketapang adalah sebagai berikut:

Sebelah Utara: berbatasan dengan Kabupaten Sanggau dan Kabupaten Sekadau Sebelah Selatan: berbatasan dengan Laut Jawa

Sebelah Barat : berbatasan dengan Kabupaten Kubu Raya, Kabupaten Kayong Utara, dan Selat Karimata

Sebelah Timur :berbatasan dengan Kabupaten Melawi, Kabupaten Sintang dan Provinsi Kalimantan Tengah.

Wilayah Kabupaten Ketapang terdiri dari 20 Kecamatan, dimana 13 kecamatan berada di daerah perhuluan dan selebihnya merupakan kawasan pesisir, yaitu wilayah kecamatan yang sebagian wilayah desanya berbatasan langsung dengan laut/pantai. Kecamatan terluas di Kabupaten Ketapang adalah Kecamatan Kendawangan dengan luas wilayah sebesar 5.859 Km2 atau sekitar 18,55 persen terhadap total luas wilayah Kabupaten Ketapang, sedangkan kecamatan terkecil di Kabupaten Ketapang adalah Kecamatan Delta Pawan dengan luas sebesar 74 km2 atau sekitar 0,23 persen dari total luas wilayah Kabupaten Ketapang.

(11)

C.2 Lahan dan Hutan

Di Provinsi Kalimantan Barat secara umum, termasuk di Kabupaten Ketapang, penunjukan kawasan hutan ditetapkan berdasarkan KEPUTUSAN

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor:

SK.733/Menhut- II/2014 TENTANG KAWASAN HUTAN DAN KONSERVASI PERAIRAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT. Sedangkan secara khusus untuk luas kawasan hutan dan perairan Kabupaten Ketapang memiliki luas 3.019.579 hektar, dengan rincian menurut fungsinya sebagai berikut :,

Tabel 1.

Luas Kawasan Hutan dan Perairan Kabupaten Ketapang

1. Taman Nasional/Cagar Alam 167.675

2. Hutan lindung 308.759

3. Hutan Produksi Terbatas 630.780

4. Hutan Produksi Tetap 596.173

5. Hutan Produksi Konversi 78.733

6. Areal Pengunaan Lain 1.220.392

7. Sungai / Danau 15.445

8. Kawasan Konservasi Bernilai Tinggi 1.622

3.019.579 Ha

Sumber : Ketapang dalam angka 2018

Kondisi lahan dan hutan yang terdapat di Kabupaten Ketapang sangat dipengaruhi oleh kebakaran hutan dan lahan serta alih fungsi lahan dan hutan.

Sedangkan khusus untuk kondisi hutan di Kabupaten Ketapang sangat dipengaruhi oleh aktivitas penebangan liar (illegal logging) dan perambahan hutan. Untuk mengetahui luas Lahan Kritis di tiap kecamatan Kabupaten Ketapang dapat dilihat pada Tabel 2

(12)

Tabel 2.

Luas Lahan Kritis Tiap Kecamatan Kabupaten Ketapang

Kecamatan Lahan Kritis Jumlah

Dalam Kawasan Luar Kawasan ( Ha) Kendawangan 275.453 129.707 405.159

Manis Mata 3.706 - 3.706

Marau 63.682 133.405 197.086

Singkup - - -

Air Upas - - -

Jelas Hulu 1.919 1.873 3.792

Tumbang Titi 56.263 129.539 185.802

Pemahan - - -

Sungai Melayu - - -

Rayak

109.094 100.663 209.757

Matan Hilir Selatan

- - -

Benua Kayong

100.487 53.976 154.463

Matan Hilir Utara

- - -

Delata Pawan

- - -

Muara Pawan

143.762 104.922 248.684

Nanga Tayap

528.855 60.505 589.359

Sandai

- - -

Hulu Sungai

107.454 56.463 163.917

Sungai Laur

293.692 29.242 322.934

Simpang hulu

- - -

Simpang Dua

1 684 365 800 294 2 484 659

Kabupeten Ketapang dalam angka 2018

(13)

C.3 Ketapang dan Perubahan iklim

Pemerintah dalam upaya mitigasi perubahan iklim sebagai bentuk pendekatan politik terhadap isu green economy, sudah dinyatakan secara tegas oleh Presiden melalui penyusunan Perpres No 61 Tahun 2011 tentang Rencana Aksi Nasional (RAN) Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (GRK).Dalam Perpres tersebut Presiden menyatakan komitmennya untuk mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 26 persen dengan upayasendiri dan 41 persen dengan bantuan asing. Aksi mitigasi akan dilaksanakan di lima bidang prioritas (Pertanian, Kehutanan dan Lahan Gambut, Energi dan Transportasi,Industri, Pengelolaan Limbah) serta kegiatan Pendukung lainnya.

Hingga tahun 2016, pemerintah telah berupaya menurunkan emisi GRK terutama melalui pencegahan kebakaran lahan dan hutan, reforestasi dan percepatan perhutanan sosial. Upaya ini telah berkontribusi menurunkan emisi sekitar 132,256 MTon CO2e pada 20164. Selain itu, pemerintah juga terus berupaya meningkatkan kualitas lingkungan hidup melalui kebijakan perlindungan dan pengelolaan hutan dan lahan yang berkelanjutan antara lain moratorium perijinan perkebunan kelapa sawit (Inpres 8/2018), melanjutkan upaya pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan dan lahan, melakukan restorasi lahan gambut, dan mengembangkan berbagai standar usaha berbasis lahan berkelanjutan

Kebijakan ini tentunya perlu dukungan dari seluruh pemerintah daerah di Indonesia, salah satunya Kabupaten Ketapang yang secara aktual masih memiliki areal hutan, baik di dalam maupun di luar kawasan yang ditetapkan sebagai hutan. Dalam mendukung kegiatan mitigasi GRK dan memberikan payung aktifitas teknis, dikeluarkan Perpres nomor 61 tahun 2011 tentang penyelenggaraan inventarisasi gas rumah kaca nasional, dimana gubernur dan bupati dan turut terlibat dalam mendukung upaya mitigasi GRK melalui inventarisasi GRK dengan menggunakan pembiayaan dari APBN maupun APBD.

(14)

BAB IV HASIL KAJIAN

A. Kajian Teoritik

Kabupaten Ketapang merupakan kabupaten terluas dibandingkan dengan 14 kabupaten/kota lain di Provinsi Kalimantan Barat. Kabupaten Ketapang dengan luas wilayah 31.588 km2 (3.158.880 Ha) memiliki jumlah kecamatan sebanyak 20, dengan jumlah kelurahan 9 Kelurahan serta jumlah desa 253 desa. Dengan wilayah yang tergolong luas, Kabupaten Ketapang hanya berpenduduk sekitar 544.309 Jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk 2

%/tahun dan tingkat kepadatan penduduknya 18 Jiwa/Km2. Dari Luasan tersebut, Kabupaten Ketapang memiliki areal perizinan perkebunan dan pertambangan terluas di Kalimantan Barat. Sektor swasta yang berinvestasi dibidang pertambangan memiliki total luas lahan peizinan 1.331.231,50 hektar (156 unit tambang)- (sumber : Publish What You Pay (PWYP) Indonesia merupakan koalisi masyarakat sipil untuk transparansi dan akuntabilitas tata kelola sumber daya ekstraktif migas, pertambangan dan sumber daya alam.

Berdiri sejak tahun 2007, dan terdaftar sebagai badan hukum Indonesia sejak tahun 2012 dengan nama Yayasan Transparansi Sumberdaya Ekstraktif dengan nomor registrasi yayasan AHU-002650.10.2014.). Sedangkan di sektor perkebunan kelapa sawit total luas di Kabupaten Ketapang adalah 399.999 hektar. Keberadaan perusahaan perkebunan dan pertambangan ini membuka peluang peningkatan ekonomi bagi masyarakat dan terbukanya akses jalan menuju desa-desa terpencil. Disisi lain, ancaman deforestasi hutan, rusaknya ekosistem dan degradasi lahan tidak dapat dihindarkan.

Pemerintah telah berkomitmen dalam upaya mitigasi perubahan iklim sebagai bentuk pendekatan politik terhadap isu green economy, sudah dinyatakan secara tegas melalui penyusunan Perpres No 61 Tahun 2011 tentang Rencana Aksi Nasional (RAN) Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (GRK).

Dalam Perpres tersebut Presiden menyatakan komitmennya untuk mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 26 persen dengan upaya sendiri dan 41 persen dengan bantuan asing di tahun 2020. Untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dari sektor kehutanan, Indonesia antara lain telah mengambil inisiatif untuk

(15)

melakukan moratorium terhadap hutan, perbaikan perizinan restorasi ekosistem dan jasa lingkungan atau hasil hutan non-kayu, kegiatan demonstrasi REDD+, rehabilitasi daerah aliran sungai dan hutan kota, mangrove, hutan rakyat dan kemitraan dengan hutan rakyat, pengendalian kebakaran hutan, peningkatan tuntutan atas perbuatan pelanggaran hukum kehutanan, pengelolaan ekosistem dan perlindungan hutan serta pelestarian hutan tanaman.

Dalam tataran implementasi, dukungan pembiayaan merupakan faktor yang sangat strategis untuk terlaksananya kegiatan di atas. Disamping mengurangi jumlah penduduk miskin, meningkatkan pendapatan serta memajukan ekonomi daerah, setiap Desa perlu dimotivasi bahkan diarahkan untuk merpertimbangkan aspek lingkungan dan kehutanan menuju terwujudnya green economy. Isu perubahan iklim dan pembangunan berkelanjutan yang saat ini telah mengemuka perlu disikapi serius oleh semua pihak, tak terkecuali oleh pemerintahan kabupaten dan Desa. Intervensi aspek lingkungan dan kehutanan terhadap alokasi anggaran dari pemerintah tingkat atas ke tingkat bawah merupakan salah satu alternatif untuk efektifiktas implementasi kebijakan sustainable development yang mengedepankan aspek lingkungan dan kehutanan. Di tingkat Kabupaten, Bupati yang memiliki diskresi tentang pelaksanaan Alokasi Dana Desa (ADD), dapat memperkenalkan mekanisme transfer anggarannya melalui konsep alokasi anggaran kabupaten berbasis lingkungan dan kehutanan (AKLiK).

B. Kajian Prinsip dan Filosofi AKLiK

AKLiK atau alokasi anggaran kabupaten yang berbasis lingkungan dan kehutanan, adalah transfer keuangan dari pemerintah kabupaten ke pemerintah desa berdasarkan upaya dan kinerja dalam pengelolaan lingkungan hidup dan kehutanan, yang mereformulasi Alokasi Dana Desa (ADD) konvensional menjadi berbasis lingkungan dan kehutanan. Kehutanan yang dimaksud adalah kegiatan pengelolaan hutan yang berada di luar kawasan sebagaimana yang diatur dalam UU nomor 41 tahun 1999 tentang Kahutanan, termasuk skema Tahura (Taman Hutan Raya)

(16)

Adapun prinsip dan filisofi AKLiK adalah :

• Prinsipnya tidak menambah beban anggaran tetapi lebih mereformulasi mekanisme pengalokasian.

• Pengelolaan urusan lingkungan hidup dan kehutanan kabupaten memerlukan dukungan, koordinasi dan sinergi dari pemerintah desa.

• Sebagai perwujudan komitmen pemerintah kabupaten terhadap perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dan pembangunan berkelanjutan.

• Pemerintah Kabupaten memiliki diskresi fiskal dalam pengelolaan bantuan keuangan alokasi dana desa.

• Skema AKLiK akan memperkuat peran pemerintah kabupaten dalam mewujudkan visi dan misinya, serta pendampingan kepada pemerintah desa dalam pengelolaan lingkungan hidup.

C. Kajian Regulasi

Besarnya alokasi dana desa minimal 10 persen dari jumlah anggaran perimbangan yang diterima Kabupaten setelah dikurangai dana alokasi khusus, atau ADD ≥ 10% (DAU + DBH - DAK) seperti tertuang dalam Pasal 72 ayat (6) UU No. 6/2014 tentang Desa. Apabila pemerintah kabupaten tidak mengalokasikan sesuai ketentuan, maka pemerintah pusat akan menunda/memotong DAU dan DBH sesuai dengan jumlah yang tidak dialokasikan (Pasal 72 ayat (6) UU No. 6 Tahun 2014). Ketentuan mengenai pengalokasian ADD dan pembagian ADD kepada setiap Desa diatur dengan peraturan bupati/walikota (ayat (4) PP 47 Tahun 2015).

Pembagian ADD dari Kabupaten kepada setiap desa mempertimbangkan:

(i) Alokasi Merata untuk membayar penghasilan Kepala Kampung dan perangkat desa; (ii) Alokasi proporsional berdasarkan jumlah penduduk, jumlah penduduk miskin, luas wilayah, dan kesulitan geografis; (iii) Alokasi tertentu sesuai dengan kebijakan kabupaten, antara lain berdasarkan afirmasi dan kinerja desa.

(17)

D. Kajian Konsep AKLiK D.1. Indikator AKLiK

Indikator AKLiK yang digunakan untuk Kabupaten Ketapang khususnya adalah luas tutupan hutan disamping persentase alokasi anggaran linkungan hidup dan kehutanan dalam struktur APBDes, serta variabel-variabel lingkungan dalam IDM. Indikator luas tutupan hutan merupakan salah satu indikator penting, karena berdasarkan data dalam SRAP REDD+ Provinsi Kalimantan Barat dan hasil monitoring pelaksanaannya, tingkat deforestrasi dan degradasi hutan di kabupaten Ketapang di bandingkan dengan kabupaten lainnya di Kalimantan Barat adalah yang tertinggi. Maka bagi Desa yang dapat menjaga dan/atau meningkatkan luas tutupan hutannya akan mendapat insentif yang signifikan.

(18)

D.2. Skema AKLiK

Berdasarkan hasil kajian dan konsultasi publik, skema AKLIK kabupaten Ketanga adalah sebagaimana bagan di bawah ini:

(19)
(20)

D.3 Formula AKLiK

Formula AKLiK Kabupaten Ketapang berdasarkan kajian di atas adalah sebagai berikut:

ADDx = ADDMx + ADDPx + ADDAx + ADDIx Keterangan :

ADDx= Alokasi Dana Desa untuk Desa x

ADDMx= Alokasi Dana Desa Merata yang diterima Desa x ADDPx= Alokasi Dana Desa Proporsional untuk Desa x ADDAx= Alokasi Dana Desa Afirmatif untuk Desa x ADDIx= Alokasi Dana Desa Insentif untuk Desa x

ADDMx = bm*ADD/n

Keterangan :

ADDMx= Alokasi Dana Desa Merata yang diterima Desa x bm= bobot Alokasi Dana Desa Merata

ADD= Total Alokasi Dana Desa yang ditetapkan Kabupaten n= Jumlah Desa se Kabupaten

*= kali /= bagi

(21)

ADDPx = bp*ADD (k1+k2+k3+k4)

Keterangan :

ADDP x= Alokasi Dana Desa Proporsional untuk Desa x;

bp= bobot ADDP

k1= bobot variabel1*indeks variabel1 (25% * jml pddk desa/jml pddk kab)

k2= bobot variabel2*indeks variabel2 (30% * jml pddk miskin desa/jml pddk miskin kab) k3= bobot variabel3*indeks variabel3 (25% * luas wilayah desa/luas wilayah kab)

k4= bobot variabel4*indeks variabel4 (20% * besarnya nilai IKG Desa/Total nilai IKG) IKG= Indek Kesulitan Geografis

ADDAx= ba*ADD (v1 +v2) Keterangan :

ADDAx= Alokasi Dana Desa Afirmatif untuk Desa x ba= bobot ADDA

v1= variabel tutupan hutan (30%*indeks htn Desax/total indeks htn Desa se Kabupaten)

indeks htn Desax = luas tutupan hutan Desax/luas wilayah Desax

v2= variabel alk Desa (70%*indeks alk Desax/total indeks alk Desa se Kabupaten) indeks alk Desax = anggaran lingkungan dan kehutanan Desax /APBDesx

ADDIx= bi*ADD*iDes Keterangan :

ADDIx= Alokasi Dana Desa Insentif untuk Desa x bi= bobot ADDI

iDes= kinerja IDM Desa/Total kinerja IDM Desa se Kabupaten

(22)

D.4. Simulasi perhitungan ADD dengan skema AKLiK

Dengan menggunakan data false (bukan sesungguhnya), formula tersebut dapat diaplikasikan dengan efektif.

Alokasi Dana Desa Kabupaten Ketapang

Alokasi Dana Desa Kab.

Ketapang

124,218,596,100

ADD dasar (80%) 99,374,876,880

ADD Proposional (15%) 18,632,789,415 -jumlah penduduk 25%

- luas wilayah 25%

- angka kemiskinan 30%

- indeks kesulitan geografis 20%

ADD Afirmasi (3%) 3,726,557,883

-Tutupan Lahan, 30%

- Anggaran program Lingkungan dan Kehutanan, 70%

ADD Kinerja (2%) 2,484,371,922

(23)

Kecamatan/Desa

ADD MERATA

ADD PROPOSIONAL

ADD AFIRMAS

I

ADD

INSENTIF TOTAL (Rp.)

80% 15

%

3

%

2%

Kec.Mt.Utara

SUNGAI PUTRI 392,786,075 131,809,542.92 9,924,251 20,661,049 555,180,917.28 TANJUNG BAIK HUDI 392,786,075 200,341,090.59 11,875,093 14,861,186 619,863,444.69 KUALA TOLAK 392,786,075 166,822,698.89 21,444,238 19,737,994 600,791,005.33 KUALA SATONG 392,786,075 127,463,230.89 20,875,235 1,169,203 542,293,743.88 Laman Satong 392,786,075 125,661,607.22 69,532,148 17,968,805 605,948,635.15

KEC.Marau - - - - -

Suka Karya 392,786,075 43,655,498.71 6,745,664 30,522,354 473,709,591.42 Randai 392,786,075 57,800,291.04 11,491,820 2,876,855 464,955,040.09 Belahan 392,786,075 59,899,589.05 8,064,077 5,507,562 466,257,302.93 RUNJAI JAYA 392,786,075 31,828,092.53 8,154,598 13,138,150 445,906,915.54 KARYA BARU 392,786,075 46,754,131.91 12,502,211 19,953,374 471,995,790.77 RIAM BAT U GADING 392,786,075 49,921,488.54 10,069,048 19,984,142 472,760,753.03 BATU PAYUNG DUA 392,786,075 87,569,356.94 5,969,776 14,922,723 501,247,931.38 BANTAN SARI 392,786,075 48,385,758.18 13,186,862 24,199,427 478,558,121.74 PELANJAU JAYA 392,786,075 45,557,529.33 11,397,178 938,439 448,802,342.15 RANGKUNG 392,786,075 50,125,715.88 6,566,754 16,122,695 465,601,239.53

KEC.MANIS MATA - - - - -

MANIS MATA 392,786,075 107,341,782.44 15,848,958 4,646,044 520,622,858.73 AH DEKAKAH 392,786,075 67,094,188.23 8,357,687 32,583,844 500,821,793.34 SUKA RAMAI 392,786,075 32,216,021.12 27,436,096 27,260,893 479,699,084.04 SUAK BURUNG 392,786,075 73,064,368.06 9,193,456 8,999,787 484,043,685.11 SILAT 392,786,075 51,811,928.05 12,291,728 1,707,652 458,597,382.73 TERUSAN 392,786,075 58,392,251.89 10,355,806 2,584,554 464,118,686.29

(24)

KELAMPAI 392,786,075 56,860,714.61 7,964,298 4,661,428 462,272,515.09 BUKIT GAJAH 392,786,075 42,484,785.08 7,880,105 20,291,827 463,442,791.55 LEMBAH MUKTI 392,786,075 44,544,343.48 8,208,443 30,583,891 476,122,751.56 ASAM BESAR 392,786,075 160,309,896.65 8,208,443 17,291,898 578,596,311.87 BATU SEDAL 392,786,075 81,422,130.32 9,999,451 2,938,392 487,146,047.43 JAMBI 392,786,075 34,287,310.34 8,650,531 8,445,954 444,169,869.67 SEGULING 392,786,075 39,875,496.53 37,292,872 26,245,532 496,199,974.94 KAL1MANTAN 392,786,075 40,514,382.37 8,353,690 2,876,855 444,531,002.39 PELEMPANGAN 392,786,075 34,515,385.77 9,521,793 27,276,277 464,099,530.68

SENGKUANG MERABONG

392,786,075 58,415,473.58 9,502,910 32,353,080 493,057,537.99 PAKIT KELAHA 392,786,075 72,645,124.88 7,025,453 16,414,996 488,871,648.08 SUNGAI BULUH 392,786,075 59,256,574.23 27,802,275 15,630,399 495,475,322.88 RATU ELOK 392,786,075 76,391,328.46 8,808,318 31,891,552 509,877,273.04 MEKAR JAYA 392,786,075 40,786,919.04 6,566,754 33,014,603 473,154,350.26 TRIBUN JAYA 392,786,075 53,069,565.82 10,835,144 11,338,193 468,028,977.51

KEC.KEDAWANGAN - - - - -

KENDAWANGAN KIRI 392,786,075 221,445,381.27 8,467,258 4,138,364 626,837,077.44 BANJAR SARI 392,786,075 130,360,736.70 6,566,754 39,537,525 569,251,090.34 KENDAWANGAN KANAN 392,786,075 90,617,762.03 33,424,098 30,830,039 547,657,973.39 PANGKALAN BATU 392,786,075 111,544,548.28 7,966,463 22,691,770 534,988,855.84 BANGKAL SERAI 392,786,075 130,401,074.70 9,298,697 9,692,078 542,177,924.30 AIR HITAM BESAR 392,786,075 90,386,505.33 12,786,362 10,645,902 506,604,843.74 SUKA HARAPAN 392,786,075 31,449,071.92 6,924,941 26,507,064 457,667,151.56 SUKA DAMAI 392,786,075 44,031,014.39 6,566,754 969,208 444,353,050.83 SELIMANTAN JAYA 392,786,075 34,721,378.89 7,880,105 11,445,883 446,833,441.05 DANAU BUNTAR 392,786,075 282,634,984.01 48,155,934 33,414,593 756,991,586.19 MEKAR UTAMA 392,786,075 113,802,398.41 13,070,589 18,676,481 538,335,542.37 PEMBEDILAN 392,786,075 68,510,674.78 20,879,490 14,353,506 496,529,745.59

(25)

AIR HITAM HULU 392,786,075 67,832,220.43 8,852,321 4,246,053 473,716,669.15 NATAI KUINI 392,786,075 53,048,914.87 12,376,071 15,507,325 473,718,385.95 KERAMAT JAYA 392,786,075 126,330,599.07 14,929,029 19,753,378 553,799,081.01 SERIAM 392,786,075 79,558,757.99 6,566,754 17,291,898 496,203,484.72 KEDONDONG 392,786,075 99,723,716.60 12,312,701 28,014,721 532,837,213.57 SUNGMJELAYAN 392,786,075 59,623,152.91 8,208,443 3,261,461 463,879,131.24 AIR TARAP 392,786,075 59,242,305.07 6,380,217 15,230,408 473,639,005.43

KEC.SANDAi - - - - -

SANDAI 392,786,075 119,802,738.93 104,199,070 0 616,787,883.07 RANDAU JUNGKAL 392,786,075 56,139,266.82 39,338,657 5,384,488 482,879,510.11 PENJAWAAN 392,786,075 113,083,877.42 9,944,923 9,030,555 524,845,430.64 MUARA JEKAK 392,786,075 84,674,105.99 9,296,133 18,076,495 504,832,808.25 PETAI PATAH 392,786,075 118,998,667.43 16,278,357 2,338,406 525,724,693.14 RANDAU 392,786,075 61,319,961.23 12,289,638 20,614,896 487,010,570.57 SANDAIKJRI 392,786,075 81,634,147.84 10,008,143 784,597 483,643,768.82 DEMIT 392,786,075 45,936,987.68 40,210,219 8,907,481 487,840,763.03 PENDAMAR INDAH 392,786,075 174,340,057.44 11,376,129 323,069 578,825,330.58 MERIMBANG JAYA 392,786,075 62,206,077.65 13,252,471 2,399,943 470,644,566.88 ALAM PAKUAN 392,786,075 52,579,293.39 6,861,430 11,430,498 463,657,296.02 JAGU BERSATU 392,786,075 45,646,677.59 11,186,695 10,599,749 439,019,698.27 ISTANA 392,786,075 56,118,435.31 6,566,754 4,522,970 459,994,233.72

KEC.SUNGAI LAUR - - - - -

RIAM BUNUT 392,786,075 48,104,981.12 39,399,469 11,461,267 491,751,791.75 SEMPURNA 392,786,075 105,117,358.67 26,853,433 3,430,688 521,326,178.68 BENGARAS 392,786,075 49,585,965.93 26,758,716 7,492,130 476,622,887.01 SEPOTONG 392,786,075 94,062,697.58 33,528,284 2,107,642 522,484,699.06 SUKA RAMAI 392,786,075 218,327,846.73 24,001,395 5,722,941 640,838,257.96 TANJUNG BERINGIN 392,786,075 69,829,743.97 31,612,382 830,750 493,397,451.54

(26)

HAHAPAN BARU 392,786,075 52,584,281.98 23,948,775 23,168,682 492,487,813.20 RANDAU LIMAT 392,786,075 63,388,443.13 33,528,284 13,384,298 503,087,100.57 BAYUN SARI 392,786,075 73,129,790.07 28,453,100 4,692,197 499,061,161.73 TELUK BAYUR 392,786,075 67,508,554.88 33,052,143 9,369,009 502,715,781.83 TANJUNG MAJU 392,786,075 48,545,067.63 25,864,677 1,953,800 465,242,018.97 SUNGAI DAKA 392,786,075 45,967,055.22 23,948,775 7,261,366 469,963,270.92 MEKAR HARAPAN 392,786,075 33,133,565.54 42,884,232 1,661,499 467,142,373.41 SINAR KURI 392,786,075 42,577,488.23 25,832,593 1,415,351 462,611,507.09 SELANGKUT RAYA 392,786,075 52,027,046.84 26,822,628 2,876,855 474,512,603.97 LANJUT MEKAR SARI 392,786,075 57,328,861.24 29,864,611 292,301 480,271,847.64 KEPARI 392,786,075 68,574,174.72 27,780,579 10,722,823 499,863,650.84 TELUK MUTIARA 392,786,075 90,248,689.91 24,064,540 5,076,803 502,022,501.71 MERABU JAYA 392,786,075 32,549,282.13 22,990,824 1,369,198 446,956,982.06

KEC.SIMPANG HULU - - - - -

BALAI PINANG 392,786,075 99,726,257.64 45,849,481 31,891,552 570,253,365.05 SEMANDANG KiRI 392,786,075 62,262,141.46 24,685,463 9,322,856 489,056,535.61 KUALAN HULU 392,786,075 197,290,752.97 28,738,530 6,353,696 625,169,052.80 SEMANDANG HULU 392,786,075 95,211,340.06 24,001,395 14,107,358 526,106,168.08 MERAWA 392,786,075 173,054,066.61 23,948,775 6,230,622 583,558,294.21 KUALAN 'I ENGAH 392,786,075 139,796,784.84 23,948,775 7,522,899 564,054,532.81 KUALAN HILIR 392,786,075 185,748,390.19 34,632,040 6,938,297 620,104,802.03 8EKUCING LABAI 392,786,075 131,169,628.71 30,368,491 4,569,123 549,755,072.19 PAOH CONCONG 392,786,075 44,758,904.38 35,338,434 5,784,478 478,667,891.49 LEGONG 392,786,075 66,814,640.68 23,948,775 846,134 484,395,623.73 KENANGA 392,786,075 69,953,352.33 26,822,628 20,845,660 510,407,714.61 BALAI PINANG HULU 392,786,075 120,038,728.06 29,327,881 14,630,423 556,783,105.96 SEKUCING KUALAN 392,786,075 95,910,947.55 28,222,592 292,301 516,627,313.25 LABAI H1LIR 392,786,075 83,473,970.44 24,011,919 1,476,888 501,748,852.53

(27)

BOTUH BOSI 392,786,075 58,449,740.63 28,738,530 4,969,113 484,943,457.86

KEC.NANGA TAYAP - - - - -

NANGA TAYAP 392,786,075 116,940,566.69 15,541,668 1,169,203 524,099,106.66 PANGKALAN TELOK 392,786,075 92,657,292.85 11,744,549 24,076,353 521,264,269.04 PANGKALAN SUKA 392,786,075 119,075,606.29 48,989,430 1,123,050 559,728,060.76 BETUNUNG 392,786,075 41,933,005.29 10,894,001 6,184,469 451,797,550.05 BATU MAS 392,786,075 62,536,867.49 8,408,476 15,138,103 478,869,521.10 SUNGAI KELIK 392,786,075 92,074,902.82 52,258,103 5,784,478 542,903,559.26 LEMBAH HIJAU I 392,786,075 35,362,951.24 6,671,995 2,246,101 437,067,121.76 LEMBAH HIJAU ii 392,786,075 34,383,857.62 12,744,190 4,384,512 444,298,634.25 SIANTAU RAYA 392,786,075 75,899,666.53 10,155,406 492,296 479,333,442.97 SEBADAK RAYA 392,786,075 94,066,413.46 29,522,770 38,091,405 554,466,663.52 SIMPANG TIGA/SBLN 392,786,075 55,603,016.44 9,902,036 584,602 458,875,728.52 MENSUBANG 392,786,075 61,619,254.90 37,781,236 4,707,581 487,478,984.86 TAJOK KAYONG 392,786,075 64,977,963.24 9,309,221 23,537,904 490,611,162.85 KAYONG UTARA 392,786,075 56,023,101.35 10,334,316 5,815,247 464,958,738.77 KAYONG HULU 392,786,075 61,314,902.78 12,034,970 5,092,187 471,228,134.06 SEPAKAT JAYA 392,786,075 57,376,371.45 7,258,449 0 457,420,894.84 CEGOLAK 392,786,075 30,043,908.50 7,617,435 7,815,199 438,262,617.26 PATEH BENTENG 392,786,075 26,693,156.37 13,186,354 1,753,805 430,911,780.41 TANJUNG MEDAN 392,786,075 47,311,182.44 6,304,084 2,338,406 448,739,747.05 KAYONG TUHE 392,786,075 32,478,005.51 9,850,131 8,292,111 443,406,322.41

KEC.MH.SELATAN - - - - -

SUNGAI JAWI 392,786,075 98,270,933.62 5,969,776 10,122,837 507,149,621.75 PESAGUAN KIRI 392,786,075 69,571,159.22 8,837,800 4,938,345 466,256,689.53 SUNGAI PELANG 392,786,075 295,233,510.90 13,017,968 1,707,652 702,745,205.40 SUNGAI BAKAU 392,786,075 109,645,008.44 6,871,954 969,208 510,272,244.52 PEMATANG GADING 392,786,075 131,165,733.29 9,471,338 26,307,069 559,730,214.69

(28)

PASUGUAN KANAN 392,786,07 5 202,028,218.40 12,586,404 29,276,230 636,676,926.36 SUNGAI BESAR 392,786,07 5 204,799,074.28 26,407,629 2,307,638 626,300,415.32 SUNGAI NANJUNG 392,786,075 158,573,991.65 28,231,599 13,322,761 592,914,426.89 KEMUNING BIUTAK 392,786,075 97,322,293.30 9,092,469 1,769,189 500,970,025.86 HARAPAN BARU 392,786,075 105,608,835.30 7,375,813 14,953,492 520,724,214.60 PAGAR MENTIMUN 392,786,075 68,469,570.31 44,714,545 676,907 506,647,097.26

KEC.TUMBANG TITI - - - - -

TUMBANG TITI 392,786,075 79,374,304.77 5,969,776 3,646,067 481,776,223.24 NATAI PANJANG 392,786,075 56,994,426.40 9,850,131 16,953,445 476,584,076.60 SERENGKAH 392,786,075 71,269,953.06 7,616,269 10,399,754 482,072,050.39 MAHAWA 392,786,075 83,299,665.19 6,566,754 5,815,247 488,467,740.69 NANGA KELAMPAI 392,786,075 47,474,458.18 8,208,443 1,353,814 449,822,789.40 BATU TAJAM 392,786,075 67,447,314.16 9,193,456 3,707,604 473,134,448.87 KALIMAS BARU 392,786,075 45,779,978.61 8,208,443 12,922,771 459,697,266.56 PEMUATAN JAYA 392,786,075 36,238,143.12 10,835,144 5,692,173 445,551,534.71 SENGKAHARAK 392,786,075 33,502,554.98 5,969,776 3,015,313 435,273,719.16 BELABAH TUJUH 392,786,075 31,935,181.28 9,193,456 2,830,702 431,084,009.32 SEGAR WANGI 392,786,075 60,806,791.79 8,208,443 323,069 461,478,239.65 PETEBANG JAYA 392,786,075 58,773,046.74 6,566,754 2,246,101 460,371,976.01 AUR GADING 392,786,075 46,724,904.74 8,865,118 4,938,345 453,314,441.83 BERINGIN RAYO 392,786,075 40,759,122.20 8,208,443 11,492,035 453,245,674.81 TITI BARU 392,786,075 68,275,284.71 8,357,687 14,845,802 484,264,848.44 TANJUNG BELUANG 392,786,075 37,717,373.28 6,566,754 6,153,700 443,223,902.29 BATU BERANGSAK 392,786,075 47,359,352.46 9,824,903 0 449,970,330.24 SERENGKAH KANAN 392,786,075 66,379,290.30 13,036,194 4,215,285 476,416,843.56 SEPAUHAN JAYA 392,786,075 44,731,621.22 7,617,435 1,461,504 446,596,634.33 JUNGKAL 392,786,075 48,877,182.15 8,208,443 1,461,504 451,333,203.12 JELAYAK 392,786,075 36,333,052.17 6,304,084 1,169,203 436,592,413.71

(29)

PENGATAPAN RAYA 392,786,075 56,008,288.14 9,850,131 3,415,304 462,059,797.48 SUKA DAMAI 392,786,075 28,281,256.96 9,963,807 5,707,557 436,738,695.29 TANJUNG MALOI 392,786,075 30,812,506.05 5,969,776 7,522,899 437,091,255.77 SEPURING INDAH 392,786,075 25,155,339.59 6,840,814 10,738,207 435,520,435.66

KEC.JELAI HULU - - - - -

PERIANGAN 392,786,075 89,173,707.48 11,174,156 12,215,095 505,349,033.57 TANGGERANG 392,786,075 62,610,239.65 11,268,798 40,337,506 507,002,618.54 KESUMA JAYA 392,786,075 32,454,395.36 9,955,447 8,276,727 443,472,644.40 PENYARANG 392,786,075 48,075,489.35 7,495,775 507,680 448,865,018.87 BIKU SARANA 392,786,075 52,609,170.58 11,795,080 2,030,721 455,159,603.69 SEMANTUN 392,786,075 70,273,871.37 8,964,090 1,661,499 473,685,534.87 RIAM DANAU KANAN 392,786,075 58,798,176.66 8,208,443 4,984,497 464,777,191.10 LIMPANG 392,786,075 63,304,824.13 8,208,443 3,446,072 467,745,413.48 PASIR MAYANG 392,786,075 78,938,300.32 9,410,099 9,245,935 490,380,409.28 TEBING BERSERI 392,786,075 36,333,106.84 7,187,677 6,015,242 442,322,101.03 DERANUK 392,786,075 56,987,660.20 12,340,094 16,922,676 479,036,505.00 RANGGA INTAN 392,786,075 35,387,615.40 10,260,722 18,338,027 456,772,439.36 PANGKALAN SUKA 392,786,075 71,059,049.96 11,491,820 3,153,771 478,490,715.54 TELUK RUNJAI 392,786,075 58,935,806.45 8,208,443 4,307,590 464,237,913.85 ASAM JELAI 392,786,075 63,007,146.42 9,737,413 9,399,777 456,130,857.11 AIR DUA 392,786,075 62,307,878.11 10,522,959 4,399,896 470,016,807.86 SIDAHARI 392,786,075 44,034,991.15 8,461,022 16,445,764 461,727,851.59 KUSILBATU LAPU 392,786,075 62,719,932.89 10,624,737 3,415,304 469,546,047.95 KARANG DANGIN 392,786,075 30,494,638.41 8,208,443 11,199,735 442,688,890.25 PERIGI 392,786,075 41,786,107.74 9,193,456 8,307,496 452,073,133.50 BAYAM RAYA 392,786,075 28,346,124.12 7,163,732 9,461,314 437,757,244.74 PANGKALAN PAKET 392,786,075 31,099,237.63 7,617,435 10,938,202 442,440,949.34

KEC.DELTA PAWAN - - - - -

(30)

SUKABANGUN 392,786,075 230,536,236.08 10,524,258 29,276,230 663,122,798.63 KALINILAM 392,786,075 207,321,693.16 18,385,197 19,153,392 637,646,357.32 PAYA KUMANG 392,786,075 100,647,303.28 9,521,793 4,599,891 498,355,280.17 SUKA BANGUN DALAM 392,786,075 86,210,964.27 10,347,813 2,538,401 486,806,450.20

KEC.MUARA PAWAN - - - - -

SEI.AWAN KANAN 392,786,075 126,365,939.03 17,459,149 507,680 536,103,482.50 SEI,AWAN KIRI 392,786,075 166,920,753.44 8,703,152 1,999,953 570,409,932.24 TEMPURUKAN 392,786,075 83,364,893.14 12,016,086 1,769,189 489,936,242.89 ULAK MEDANG 392,786,075 71,259,830.42 11,965,480 7,076,755 483,088,140.79 TANJUNG PURA 392,786,075 48,825,461.63 30,667,369 2,969,160 475,248,065.19 MAYAK 392,786,075 41,710,937.39 25,099,740 8,199,806 467,796,557.40 TANJUNG PASAR 392,786,075 61,626,548.61 27,172,917 2,984,545 484,570,085.21 SUKA MAJU 392,786,075 79,320,774.24 7,145,581 584,602 479,837,031.32

KEC.BANUA KAYONG - - - - -

PADANG 392,786,075 110,661,085.65 8,208,443 569,217 511,086,385.49 SUNGAI KINJIL 392,786,075 70,954,401.00 5,969,776 16,015,005 485,725,257.26 SUKA BARU 392,786,075 74,753,555.98 10,237,509 1,492,272 479,269,411.94 BARU 392,786,075 105,172,248.66 7,416,311 14,738,112 520,112,746.38 NEGERI BARU 392,786,075 189,743,377.85 48,156,367 14,015,053 644,700,872.53 MEKAR SARI 392,786,075 80,988,726.31 8,208,443 13,261,224 495,244,467.78 KINJIL PESISIR 392,786,075 62,034,175.38 6,566,754 13,999,668 475,386,672.40

KEC.HULU SUNGAI - - - - -

MENYUMBANG 392,786,075 127,611,415.68 19,995,463 14,553,501 554,946,455.19 SENDURUHAN 392,786,075 88,226,456.64 7,043,237 37,399,114 525,454,882.60 CINTA MANIS 392,786,075 78,201,559.40 10,566,355 13,968,900 495,522,888.72 BEGINCI DARAT 392,786,075 74,665,485.69 10,407,910 38,076,021 515,935,491.16 BENUA KRIO 392,786,075 101,105,858.81 16,394,556 13,676,599 523,963,088.15 RIAM DADAP 392,786,075 52,606,884.35 8,629,408 14,261,201 468,283,567.17

(31)

SEKUKUN 392,786,075 33,807,157.52 9,071,421 13,968,900 449,633,552.85 BATU LAPIS 392,786,075 65,695,927.70 6,401,266 41,106,719 505,989,986.46 KRIO HULU 392,786,075 96,653,420.24 7,566,979 28,245,485 525,251,958.61 KENYABUR 392,786,075 63,563,101.76 7,985,346 21,999,479 486,334,001.34 SUNGE BENGARAS 392,786,075 56,373,955.90 9,521,793 30,168,516 488,850,340.00

LUBUK KAKAP 392,786,075 61,002,855.33 8,587,311 36,337,601 498,713,841.79

KEC.SIMPANG DUA - - - - -

SEMANDANG KANAN 392,786,075 139,334,127.01 18,164,774 2,630,707 552,915,682.22 GEMA 392,786,075 75,333,272.67 9,850,131 11,768,952 489,738,430.29 MEKAR JAYA 392,786,075 71,348,918.94 43,136,359 17,599,583 524,870,936.07 KAMPER SEBOMBAN 392,786,075 47,031,709.13 33,266,386 10,599,749 483,683,918.83 BATU DAYA 392,786,075 47,003,688.20 14,933,359 36,876,050 491,599,171.34 KAMORA 392,786,075 50,520,944.93 7,163,732 13,676,599 464,147,350.31

KEC.AIR UPAS - - - - -

AIR UPAS 392,786,075 166,676,134.80 9,521,793 3,230,693 572,214,695.43 SARI BEKAYAS 392,786,075 29,079,002.03 6,566,754 876,902 427,554,928.35 AIR DURIAN JAYA 392,786,075 31,782,818.93 9,113,517 4,876,808 428,805,603.32 HARAPAN BARU 392,786,075 94,829,134.80 10,344,765 6,861,376 491,098,598.40 SEKARIA 392,786,075 48,611,952.05 5,969,776 8,922,866 456,290,668.61 BENDA SARI 392,786,075 34,547,535.69 7,617,435 1,630,731 436,581,775.56 MEMBULUH BARU 392,786,075 40,408,515.03 10,460,605 3,123,003 446,778,198.04 GAHANG 392,786,075 48,679,192.17 6,693,044 5,738,326 453,896,635.92 MEKAR JAYA 392,786,075 39,764,610.23 9,850,131 10,892,050 453,292,865.55

KEC.SINGKUP - - - - -

SUKA MULYA 392,786,075 34,365,068.65 7,177,520 3,430,688 437,759,350.85 SUKARAJA 392,786,075 62,673,357.89 6,566,754 5,476,793 467,502,979.87 BUKIT KELAMBING 392,786,075 28,686,892.83 8,208,443 11,230,503 440,911,913.16 MUNTAI 392,786,075 23,950,864.47 7,880,105 1,999,953 422,617,091.27

Referensi

Dokumen terkait

Perlakuan pupuk anorganik berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah anakan maksimum, jumlah anakan produktif, berat gabah kering panen, dan berat gabah kering oven, dimana

Berdasarkan Tabel 5 menjelaskan sebanyak 57,6% pasien yang memanfaatkan pelayanan kesehatan Puskesmas Puu’Weri akan mencari tahu tentang Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada

Pada aspek perencanaan program Adiwiyata kesenjangan yang dihadapi diantaranya: seluruh warga sekolah belumlah mengetahui program Adiwiyata yang direncanakan oleh

negeri yang menerima premi atau menanggung resiko di Indonesia BENTUK USAHA TETAP Pasal 2 ayat (5) DAPAT BERUPA DITETAPKAN OLEH DIRJEN PAJAK TEMPAT TINGGAL ORANG PRIBADI TEMPAT

Interview adalah suatu bentuk dialog yang dilakukan oleh pewawancara (interviewer). Peneliti menanyakan secara lisan pertanyaan-pertanyaan langsung pada salah seorang

pengaruh yang optimal dalam mempertahankan kesegaran bunga mawar potong yaitu perlakuan larutan air kelapa dengan kadar konsentrasi 60% dengan penambahan larutan gula 10%, hal ini

Reaktivitas : Tidak ada data tes khusus yang berhubungan dengan reaktivitas tersedia untuk produk ini atau bahan bakunya. Dalam kasus debu produk organis kemungkinan ledakan debu