• Tidak ada hasil yang ditemukan

MINORITAS DAKWAH MUSLIM DI ASIA TENGGARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "MINORITAS DAKWAH MUSLIM DI ASIA TENGGARA"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

MINORITAS DAKWAH MUSLIM DI ASIA TENGGARA Hisny Fajrussalam1, Hilma Fauziah2, Raniah Rukmawianfadia 3, Siti Rahmah

Azzahra4, Yunita Sari5

1,2,3Universitas Pendidikan Indonesia, Purwakarta, Indonesia

Email:hfajrussalam@upi.edu, hilma23@upi.edu, raraniahrukma27@upi.edu, sitirahmah19@upi.edu, yunitasari@upi.edu

Abstrak: Islam sebagai agama yang dari penyebutan namanya saja mencerminkan suatu janji bagi pemeluknya berupa keselamatan tentu saja dalam ekspansinya memerlukan peran serta para aktivis dakwah.

Dakwah adalah salah satu kewajiban seorang muslim untuk menyebarkan agama Islam. Dakwah ini dilakukan di seluruh dunia termasuk Asia Tenggara didalamnya. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui penyebaran atau dakwah yang dilakukan minoritas muslim yang ada di Asia Tenggara ini menggunakan penelitian kualitatif dengan metode studi literatur. Tim penulis dapat mengetahui bagaimana dakwah di Asia Tenggara, strategi yang dilakukan oleh minoritas muslim dalam menyampaikan dakwah, serta mengetahui tantangan minoritas muslim tersebut dalam melakukan dakwah, dan mengetahui pengaruh dakwah yang dilakukan minoritas muslim di Asia Tenggara ini terhadap perkembangan Islam di wilayah- wilayah tersebut. Dapat diketahui bahwa penyebaran agama Islam oleh minoritas muslim di beberapa wilayah di Asia Tenggara ini dilakukan melalui berbagai cara seperti perdagangan, perkawinan, pendidikan dan lain-lain. Dakwah di wilayah Asia Tenggara ini disampaikan dengan menggunakan metode yang sesuai dengan kondisi jama’ah yang didakwahinya. Dengan itu masuknya dakwah muslim di Asia Tenggara agar orang-orang lebih bisa untuk mengenal muslim dengan baik. Terdapat beragam tantangan yang dihadap muslim minoritas dalam menyebarkan dakwah disana seperti ini. namun berkat kegigihan umat musli, dakwah dapat terus dilakukan sehingga dapat membuat peningkatan terhadap agama Islam di Asia Tenggara.

Kata Kunci: Dakwah, Minoritas, Asia Tenggara

Abstract: Islam as a religion which from the mere mention of its name reflects a promise to its adherents in the form of safety, of course in its expansion it requires the participation of da'wah activists. Da'wah is one of the obligations of a Muslim to spread the religion of Islam. This da'wah is carried out all over the world including Southeast Asia in it. This study was conducted to determine the spread or da'wah carried out by Muslim minorities in Southeast Asia using qualitative research with literature study methods. The writing team was able to find out how da'wah is in Southeast Asia, the strategies carried out by Muslim minorities in delivering da'wah, as well as knowing the challenges of the Muslim minority in carrying out da'wah, and knowing the influence of da'wah carried out by Muslim minorities in Southeast Asia on the development of Islam in these areas. . It can be seen that the spread of Islam by Muslim minorities in several regions in Southeast Asia is carried out through various means such as trade, marriage, education and others. Da'wah in the Southeast Asian region is delivered using a method that is in accordance with the conditions of the congregation being preached. With that the inclusion of Muslim da'wah in Southeast Asia so that people can get to know Muslims better. There are various challenges faced by minority Muslims in spreading da'wah there like this. but thanks to the persistence of Muslims, da'wah can continue to be carried out so that it can make improvements to Islam in Southeast Asia.

Keyword: Da'wah, Minority, Southeast Asia

PENDAHULUAN

Islam sebagai agama yang dari penyebutan namanya saja mencerminkan suatu janji bagi pemeluknya berupa keselamatan tentu saja dalam ekspansinya memerlukan peran serta para aktivis dakwah. Entah itu disebut mubaligh, da’i, ulama dan lain sebagainya. Dalam memperkenalkan Islam para da’i memerlukan kemampuan yang mendukung aktifitas dakwahnya agar pesan yang disampaikan dapat mengerti dan diterima oleh penerima dakwah (mad’u). Dakwah merupakan salah satu kewajiban seorang muslim. Dakwah ini disampaikan dengan menggunakan metode yang sesuai dengan kondisi jama’ah yang didakwahinya.

Tidak sedikit seorang muslim yang belum faham mengenai kewajiban seorang muslim dan sesama muslim. Yang akhirnya, mereka tidak mengatahui bagaimana cara melaksanakan ibadah wajib dan sunnah, serta mengigatkan pada orang lain dengan cara

(2)

berdakwah. Contoh kecilnya adalah mereka tidak tahu tatacara melaksanakan shalat, Yakni mengenai rukun dan syarat-syaratnya. Salah satu penyebabnya adalah mereka tidak belajar mengenai ilmu fiqih sejak kecil, selain itu banyaknya masyarakat yang tidak peduli dengan sesama muslim. Bagi yang paham ilmu hanya diam sehingga banyak masyarakat tidak mengerti tata cara untuk melakukan ibadah wajib dan sunnah, serta mengamalkan pada sesama. Dengan itu masuknya dakwah muslim di Asia Tenggara agar orang-orang lebih bisa untuk mengenal muslim dengan baik.

Dakwah Islam bertujuan untuk mempengaruhi dan mentransformasikan sikap batin dan prilaku manusia menuju tatanan suatu kesalehan Individu dan kesalihan sosial.

Dakwah dengan pesan- pesan keagamaan dan pesan sosialnya merupakan kesadaran untuk senantiasa memiliki komitmen (istiqomah) di jalan yang lurus. Dakwah adalah ajakan yang dilakukan untuk membebaskan individu manusia dari pengaruh eksternal nilai-nilai kejahatan menuju internalisasi nilai-nilai ketuhanan. Dakwah termasuk dalam tindakan komunikasi, walaupun tidak setiap aktifitas komunikasi adalah dakwah. Dakwah yang merupakan seruan atau ajakan berbuat kebajikan untuk menaati perintah dan menjauhi larangan Allah SWT. Pelaksanaan dakwah tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai keIslaman yang ada didalam Al-Quran dan Hadis. Dakwah Islam berarti menyampaikan ajaran Islam kepada masyarakat luas, sebagaimana telah dilakukan oleh nabi Muhammad SAW. Dalam hal ini ada lima unsur dalam praktek dakwah yaitu da’i, mad’u, maudu, ushlub dan washilah. Media dakwah pada prinsipnya adalah berbagai alat (instrumental), sarana yang dapat digunakan untuk mengembangkan dakwah Islam yang mengacu pada kultur masyarakat dari yang klasik, tradisional sampai yang modern diantaranya meliputi: mimbar, panggung, media massa cetak dan elektronik, lembaga, seni, karya budaya, wisata, dan lain-lain. tujuan penelitian ini adalah untuk Mengetahui dakwah yang dilakukan minoritas muslim di Asia Tenggara. Manfaat penelitian ini yaitu menambah pengetahuan dan pemahaman mengenai tantangan, strategi, dan pengaruh dakwah yang dilakukan minoritas muslim di Asia Tenggara.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan studi pustaka atau studi literatur. Proses pengumpulan data ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan menggunakan studi pustaka atau studi literatur. Secara umum metode penelitian didefinisikan sebagai suatu kegiatan ilmiah yang terencana, terstruktur, sistematis dan memiliki tujuan tertentu baik praktis maupun teoritis (Raco, 2010).

Sementara, Studi pustaka adalah istilah lain dari kajian pustaka, tinjauan pustaka, kajian teoritis, landasan teori, telaah putsaka (literature review), dan tinjauan teoritis. Pada riset pustaka (library research), penelusuran pustaka tidak hanya untuk langkah awal menyiapkan kerangka penelitian (research design) akan tetapi sekaligus memanfaatkan sumber-sumber perpustakaan untuk memperoleh data penelitian (Zed, 2014). Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dari hasil penelitian perpustakan.

Dimulai dengan mencari berbagai suber yang berkaitan dengan minoritas dakwah muslim di Asia Tenggara. Setelah sumber data itu terkumpul lalu diadakan klasifikasi sumber data berdasarkan kuantitasnya, sehingga dari sekian banyak sumber data dapat dipilih data dan dibuat menjadi data yang mudah dibaca dan diinterpretasikan. Dalam penelitian ini metode yang digunakan untuk menganalisa data adalah analisa deskriptif, yakni dimaksudkan untuk eksplorasi dan klarifikasi mengenai sesuatu fenomena atau kenyataan sosial dengan jalan mendeskripsikan sejumlah variable yang berkenaan dengan masalah dan unit yang diteliti.

(3)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Masuknya Islam di wilayah Asia Tenggara berbeda dengan daerah Islam di dunia lainnya yang disebarluaskan melalui penaklukan bangsa Arab dan Turki. Islam masuk di wilayah Asia Tenggara dengan cara damai yang terbuka serta tanpa pemaksaan sehingga islam sangat mudah diterima oleh masyarakat di Asia Tenggara (Zubaidah, 2016).

Dengan disebarkan secara terbuka dan tanpa paksaan, Islam mudah diterima oleh masyarakat di Asia Tenggara sebagai agama yang membawa kedamaian. Dengan begitu, Islam menjadi agama dengan pemeluk terbanyak di Asia Tenggara dimana Islam menjadi agama mayoritas di negara Indonesia, Malaysia dan Brunei Darussalam.

Dakwah adalah mengajak orang lain untuk meyakini dan mengamalkan aqidah dan syariah islam yang sebelumnnya sudah diyakini oleh pendakwah sendiri. Islam masuk ke Asia Tenggara disebarluaskan melalui kegiatan kaum pedagang dan para Sufi.

Hal ini berbeda dengan daerah Islam di dunia lainnya yang disebarluaskan melalui penaklukan bangsa Arab dan Turki. Islam masuk di Asia Tenggara dengan jalan damai, terbuka dan tanpa pemaksaan sehingga Islam sangat mudah diterima masyarakat Asia Tenggara.

Mengenai kedatangan Islam di negara-negara yang ada di Asia Tenggara hampir semuanya didahului oleh interaksi antara masyarakat di wilayah kepulauan dengan para pedagang Arab, India, Bengal, Cina, Gujarat, Iran, Yaman dan Arabia Selatan. Menurut Uka Tjandra Sasmita, prorses masukya Islam ke Asia Tenggara berkembang melalui enam jalur, yaitu saluran perdagangan, perkawinan, tasawuf, pendidikan, kesenian, dan politik.

Sejak abad pertama, kawasan laut Asia Tenggara, khususnya Selat Malaka sudah mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam kegiatan pelayaran dan perdagangan internasional yang dapat menghubungkan negeri-negeri di Asia Timur Jauh, Asia Tenggara dan Asia Barat. Perkembangan pelayaran dan perdagangan internasional yang terbentang jauh dari Teluk Persia sampai China melalui Selat Malaka itu kelihatan sejalan pula dengan muncul dan berkembangnya kekuasaan besar, yaitu China dibawah Dinasti Tang (618-907), kerajaan Sriwijaya (abad ke-7-14), dan Dinasti Umayyah (660-749).

Makin banyak orang Muslim berdatangan ke negeri China, baik sebagai pedagang maupun Mubaligh yang secara khusus melakukan penyebaran Islam. Sejak abad ke-7 dan abad selanjutnya Islam telah datang di daerah bagian Timur Asia, yaitu di negeri China, khususnya China Selatan. Namun ini menimbulkan pertanyaan tentang kedatangan Islam di daerah Asia Tenggara. Sebagaimana dikemukakan di atas, Selat Malaka sejak abad tersebut sudah mempunyai kedudukan penting, karena itu, boleh jadi para pedagang dan Mubaligh Arab dan Persia yang sampai di China Selatan juga menempuh pelayaran melalui Selat Malaka. Kedatangan Islam di Asia Tenggara dapat dihubungkan dengan pemberitaan dari I-Cing, seorang musafir Budha, yang mengadakan perjalanan dengan kapal yang disebutnya kapal PoSse di Canton pada tahun 671.

Proses masuk dan berkembangnya Islam di wilayah Asia Tenggara ini menurut Uka Tjandra Sasmita dalam (Zubaidah, 2016) melalui enam jalur, diantaranya Asia Tenggara merupakan wilayah yang paling banyak dikunjungi oleh para pedagang. Hal ini karena kawasan Asia Tenggara merupakan kawasan yang strategis dengan hasil bumi yang melimpah. Selain itu, selat malaka yang menjadi jalur perdagangan dunia berperan besar terhadap hal tersebut. (Muktarruddin, 2017). Kawasan laut Asia tenggara, khususnya Selat Malaka mempunyai kedudukan penting dalam kegiatan pelayaran serta dalam kegiatan perdagangan yang menghubungkan negri di seluruh wilayah Asia.

Lalu-lintas perdagangan yang sangat ramai di abad ke-7 hingga ke 16 ini membuat pedagang muslim ikut mengambil bagian dalam perdagangan hngga ke benua Asia.

Penyebaran agama Islam lewat perdagangan ini berdampak baik sebab penyebarannya

(4)

lewat para petinggi yang ikut andil dalam proses perdangangan. Dalam jalur pernikahan ini, seorang pria atau wanita yang ingin menikahi pasangannya yang seorang muslim, harus masuk agama islam terlebih dahulu. Hal ini biasanya terjadi pada para pedagang yang muslim dan berstatus sosial tingi yang ingin menikahi pribumi, maka pasangan pribumi tersebut haruslah di-islamkan terlebih dahulu. Dengan begitu, akan terlahirlah generasi muslim yang selanjutnya. Namun, akan lebih menguntungkan apabila pernikahan ini terjadi antara saudagar dan bangsawan, karena para bangsawan inilah yang nantinya akan membantu mempercepat proses islamisasi kepada para rakyatnya. Melalui jalur tasawuf ini, para sufi mengajarkan ajarannya dengan campuran ajaran yang telah dikenal luas oleh masyarakat. Dengan begitu, para ahli tasawuf ini mengajarkan Islam dengan cara berpikir sesuai dengan masyarakatnya sehingga agama islam lebih mudah dimengerti dan diterima dengan baik oleh masyarakat.

Melalui pondok atau pesantren yang diselenggarakan oleh Kiai-kiai atau ulama, para muridnya diajarkan pendidikan agama. Ilmu-ilmu yang didapatkan di tempat tersebut kemudian akan disebarkan kepada saudara-saudaranya di tempatnya masing- masing. Begitulah cara islam tersebar melalui pendidikan. Tradisi pendidikan Islam yang melibatkan seluruh lapisan masyarakat, dimana setiap muslim mampu membaca kitab suci Al-Qur’an dan belajar huruf arab serta memahami asas-asas Islam secara rasional.

Selain itu, munculnya karya bermutu di berbagai bidang pendidikan juga menarik para pelajar untuk mempelajari agama di pusat pengajaran agama yang tersebar di banyak daerah di Asia Tenggara seperti Pasai, Malaka, Aceh, dan Pattani.

Islam juga dapat disebarkan melalui kesenian yang berkembang di wilayah tempat agama Islam disyiarkan. Di Indonesia sendiri, dikenal dakwah melalui pertunjukkan wayang oleh Sunan Kalijaga sebagai tokoh yang paling mahir melakukan pementasan tersebut. Ajaran agama Islam disebarkan melalui cerita-cerita yang menarik bagi penontonnya. Dan kesenian lain yang dapat digunakan dalam proses penyebaran agama Islam. Tersebarnya agama Islam di suatu daerah sangat dipengaruhi oleh politik pemimpin di daerah tersebut. Di Indonesia sendiri, banyak kerajaan yang saling memerangi, dan kemenangan kerajaan Islam secara politis ini menari banyak penduduk yang sebelumnya tidak memeluk agama islma menjadi seorang muslim.

Populasi Islam memiliki eksistensi yang tinggi di wilayah Indonesia, Malaysia dan Brunei Darussalam sedangkan populasi muslim di negara Asia Tenggara lain merupakan minoritas yang diakibatkan adanya kolonialisme pada masa itu. Di negara- negara tersebut, Islam mendapatkan pembatasan memperoleh haknya di segala bidang.

Ditambah lagi dengan penindasan, pengekangan dan perampasan kebebasan umat muslim minoritas di beberapa daerah seperti Rohinya di Myanmar, Phatani di Thailand, dan Moro di Filipina.

Myanmar merupakan negara di Asia Tenggara dimana umat uslim merupakan minoritas. Dahulu, Islam masuk ke Myanmar dibawa oleh pedagang Arab muslim.

Kemudian, dakwah Islam berlanjut dengan disampaikan oleh pedagang India dan Malaysia.

Mayoritas penduduk muslim di Myanmar adalah pengikut Sunni yang terbagi dalam tiga jenis yaitu muslim Burma Zerbadee yang merupakan komunitas yang lebih dulu bermukim di Myanmar dan merupakan keturunan mubaligh dari Timur Tengah yang kemudian menjadi masyarakat Burma. Kedua adalah muslim India yang merupakan keturunan India yang terbentuk seiring kolonisasi Burma oleh inggris. Ketiga, Muslim Rohingya (Rakhine) yang bermukim di negara bagian Arakan atau Rahkine, yang berbatasan dengan Bangladesh (Muktarruddin, 2017).

(5)

Di negara Asia Tenggara lainnya yang membentuk sistem monarki konstitusi, masyarakat negara Thailand merupakan mayoritas beragama Budha. Agama Islam merupakan agama minoritas yang masuk di abad ke-10 karena dibawa oleh pedagang Arab an India dan tidak bisa dilepaskan dari sejarah negara Thailand. Sejak berada di kekuasaan kerajaan Siam, Islam menjadi negara minoritas dan terdiskiriminasi oleh pemerintah.

Di Thailand, dakwah dijalankan melalui berbagai macam bidang. Di bidang politik dan hukum muslim minoritas mendapatkan keuntungan sebab pihak kerajaan resah dengan persoalan masyarakat muslim Thailand yang ingin memisahkan diri dari diri Thailand. Gerakan pemberontakan ini mengawali berdirinya beberapa organisasi, diantaranya adalah Pattani United Libeerration Organtation (PULO), Barisan Nasional Pembebasan Pattani (BNPP), barisan Revolusi Nasional serta beberapa organisasi lain yang kurang efektif. Dari hal tersebut, pemerintahan negara Thailand berencana memperluas syariat di provinsi muslim negara Thailand. Seperti yang tertulis dalam majalah Hidayatullah edisi Juli 2009 (Muktarruddin, 2017), terdapat sebuah laporan yang bertajuk “Thailand Rayu Warga Muslim Agar Tidak Pisahkan Diri”. Laporan itu menyebutkan bahwa Thailand berencana akan menambah hak otonomi dan mempertimbangkan untuk memperluas penerapan hukum syariah di propinsi-propinsi Muslim yang berbatasan dengan Malaysia. Pemerintahnya juga telah memberikan kebebasan kepada para muslim untuk beribadah dan turut menghadiri acara penting dalam islam. Pemerintah juga membantu dalam menerjemahkan Al-Qur’an dan memperbolehkan mendirikan masjid dan sekolah muslim yang nantinya akan memudahkan jalan dakwah di negara Thailand. Kaum muslim juga diizinkan untuk membentuk organisasi dan menerbitkan literature keagamaan yang mempermudah dalam proses berdakwah.

Dakwah di Thailand juga dijalankan di bidang pendidikan dengan bekerja sama dengan beberapa lembaga pendidikan dari negara lain untuk mengadakan seminar internasional mengenai pendidikan Islam. Muslim disana juga mengirikan warganya untuk belajar si Universitas Islam yang ada di Indonesia seperti UII dan UIN serta menyekolahkan remaja muslim untuk belajar di pondok pesantren yang ada di Indonesia.

Diluar Asia Tenggara, mereka juga mengirimkan kadernya ke Al-Azhar di Mesir dan Madinah.

Di Filipina, muslim merupakan kelompok minoritas yang hanya menempati 4-7 persen populasinya disana. Filipina sendiri merupakan negara dengan penduduk majemuk yang berasal dari berbagai suku, ras dan agama dengan mayoritas beragama Kristen.

Kemajemukan ini tentu saja akan berpotensi menimbulkan konflik. Masuknya agama Islam di Filipina ini tak bisa dilepaskan dari sejarah kesultanan Sulu disana. Namun, saat itu islam dijajah oleh Spayol dan mengalami kondisi yang memprihatinkan. Kemudian penjajahan berlanjut oleh Amerika Serikat. Namun, saat itu dibawah pimpinan Misuari, Islam Moro membentuk bagian negara yang tonomi di Filipina dan berhasil mendapatkan kemerdekaannya. Setelah itu, berbagai organisasi perjuangan politik dibentuk seperti MIM, Anshar-el-Islam, MNLF, MILF, MNLF-Reformis, BMIF. Namun, terjadi perpecahan dan membuat organisasi organisasi tersebut berpisah. Salah satunya memilih berdamai dengan Filipina seperti yang dijelaskan oleh Muktarruddin (2017) Nur Misuari menandatangani perjanjian perdamaian dengan Fidel Ramos. Sementara organisasi lain yang masih kontra itu mengawali kehadiran kelompok Abu Sayyaf yang juga dikenal sebagai Al Harakat Al Islamiyya yang merupakan sebuah kelompok separatis yang terdiri dari teroris Muslim yang berbasis di sekitar kepulauan selatan Filipina (Muktarruddin, 2017).

446

(6)

Seperti yang telah dijelaskan oleh Muktarruddin (2017), Asosiasi Islam yang paling aktif adalah Asosiasi Muslim Filipina (Manila), Ansar al Islam (Kota Marawi), Masyarakat Islam Mualaf (Manila) dan yayasan Islam Sulu (Jolo). Tahun 1983, Dewan Dakwah Islam Filipina telah dibentuk untuk mempersatukan organisasi-organisasi Muslim di utara dan selatan.

Berbeda dengan beberapa daerah yang telah disebutkan, di Singapura sendiri perkembangan Islam di wilayah ini prospek kemajuan Islam sangat menjanjikan mengingat Singapuran merupakan negara maju di kawasan Asia Tenggara. Namun, jika hal ini tidak dimanfaatkan dengan baik, maka Islam akan tetap tertinggal. Ditambah lagi karena Singapura merupakan sebuah negara kecil, maka secara umum Islam tidak terlalu menonjol.

Meskipun begitu, Singapura memiliki sebuah lembaga Islam yang didirikan dibawah ketentuan Administratif of Muslim Law Act of 1966 yang diberi nama MUIS atau Majlis Ugama Islam Singapura. Seperti MUI di Indonesia, MUIS bertanggung jawab mengatur adinistrasi hukum Islam di Singapura. Selain itu, MUIS juga berwengang mengeluarkan fatwa-fatwa di Singapura. MUIS juga membantu menjalankan dakwah dengan membantu memfungsikan masjid sebagai tempat berdakwah dan melaksanakan kegiatan muslim yang lain.

Di Kamboja sendiri penyebaran agama Islam ini dibantu dengan suatu organisasi yang disebut dengan FORSIMAS. Menurut Juhari (2019) FORSIMAS adalah organisasi Islam yang bergerak dalam bidang pembinaan dan penguatan umat Islam jaringan masjid yang dimulai pada tahun 2005 di Banda Aceh atas inisiatif Drs. H. M. Hasan Basry, MA.

Misi utama organisasi ini adalah menjalin hubungan persaudaraan antar masjid sedunia melalui jaringan pengurus masjid dan organisasi Islam dengan baik. Dalam rangka membangkitkan semangat dan menghidupkan syiar agama untuk umat Islam, FORSIMAS mengiriman da’I ke Kamboja untuk menyebarkan agama Islam disana. Di Kamboja ini mereka tidak hanya menyebarkan agama melalui tausyiahnya, namun juga bertugas menjadi imam shalat dan hal-hal lainnya untuk kepentngan umat Islam disana.

Tantangan dakwah yang semakin hebat, baik yang bersifat internal maupun eksternal. Tantangan itu muncul dalam berbagai bentuk kegiatan masyarakat modern, seperti perilaku dalam mendapatkan hiburan (entertainment), kepariwisataan dan seni dalam arti luas, yang semakin membuka peluang munculnya kerawanan-kerawanan moral dan etika.

Problem internal sangat beragam, yang bisa kita klasifikasikan ke dalam lima kelompok dan kategori. Pertama, problem-problem, permasalahan-permasalahan, dan hambatan-hambatan dakwah internal yang bersumber dan berasal dari kondisi internal diri setiap dai sendiri. Kedua, yang bersumber dan berasal dari kondisi internal setiap kelompok, golongan, organisasi, jamaah, dan pergerakan dakwah yang ada di tubuh kaum muslimin. Ketiga, yang bersumber dan berasal dari kondisi internal kalangan para dai dan kelompok dakwah secara umum. Keempat, yang bersumber dan berasal dari kondisi internal ummat Islam dalam lingkup Ahlus-Sunnah wal-Jama'ah. Dan kelima, yang bersumber dan berasal dari kondisi internal kaum muslimin secara keseluruhan (Wulur, 2016)

Problem, hambatan-hambatan dan tantangan-tantangan dakwah yang bersifat eksternal, tentu saja banyak dan beragam sekali. Namun secara umum bisa kita ilustrasikan dan ringkaskan dalam empat poin di bawah ini:

a) Berupa makar yang terus-menerus dan bertubi-tubi dari musuh-musuh Islam dan kaum muslimin (lihat: QS.Al-Anfaal [8]: 30; QS. Ar-Ra'd [13]: 42; QS.

Ibrahim [14]: 46; QS. Saba' [34]: 33; QS. Ath-Thaariq [86]: 15 17; Dan lain- lain).

(7)

b) Kerja sama mereka dalam membuat dan melaksanakan konspirasi terhadap Islam, dakwah Islam dan Ummat Islam (QS. Al-Anfaal [8]: 73; QS. An-Naml [27]: 48-53).

c) Keragaman cara dan strategi mereka dalam upaya-upaya menghambat, menghadang dan menghentikan setiap perjalanan serta laju dakwah Islam, dari kelompok, organisasi, pergerakan dan jamaah manapun.

d) Kekuatan, kecanggihan dan kemodernan sarana serta prasarana yang mereka pakai dan gunakan dalam membuat dan melaksanakan makar atau konspirasi mereka terhadap Islam, dakwahnya, pergerakannya dan kaum muslimin.

Arus moderenisasi masuk dalam wilayah dakwah sekaligus menjadi problem dakwah bagi para aktivis dakwah. Ketika masyarakat perkotaan tak lagi memiliki waktu untuk pergi ke majelis ta'lim. Namun kebutuhan mereka dalam era tekhnologi dan informasi sangat tergantung dalam pelayanan berbasis tekhnologi. Dan sikap hedonisme masyarakat, maka dakwah tak lagi bisa dilakukan dengan sekedar ceramah dan tabliq Akbar di mesjid-mesjid, namun dakwah harus dijalankan sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang sejalan dengan logika masyarakat industry atau masyarakat modern.

Fenomena da'i yang sebagai catatan yang menjadi penghambat dakwah, diantaranya adalah:

1) Adanya kesenjangan antara da'i dan mad'u

Tidak adanya komunikasi yang sejajar antara keduanya. Masyarakat terasa sungkan untuk mengadu masalah yang dihadapinya, sementara da'i tidak tahu apa yang menjadi kebutuhan masyarakat. Dan nampaknya para da'i menjadi pihak yang terlayani, dan masyarakat menjadi pihak yang melayani.

2) Krisis Keteladanan.

Sebelum mengajak sebaiknya seorang da'i lebih dulu melakukannya. Dan sekarang ini kita mengalami krisis figur seorang da'i. Karena sebagian para da'i tidak konsisten dengan apa yang diucapakan dan apa yang dilakukannya.

Sehingga terkadang umat bingung dengan sikap da'i tersebut.

3) Lemahnya Strategi dakwah

Strategi dakwah yang dijalankan para da'i terasa hampa dan mendatar. Hal ini nampak bahwa kegiatan dakwah dianggap hanya sebatas ceramah di mimbar, atau tabliq. Namun banyak bentuk-bentuk kegiatan dakwah yang memilki varian-varian yang cocok untuk digunakan. Baik lewat media, atapun bisnis, dan sosial budaya.dll.

Isu-isu sosial kemasyarakatan juga menjadi tantangan bagi dakwah, seperti:

1. Kemiskinan

2. Penyalahgunaan narkotika 3. Ekploitasi anak

4. Korupsi dan kolusi 5. Global warning 6. Fenomena bunuh diri

7. Pelecehan seksual orang-orang terdekat

Dakwah Islamiah di Malaysia juga menghadapi tantangan daripada serangan luar.

Sebelum kemerdekaan, kedatangan penjajah dengan membawa gerakan Kristianisasi di samping proses sekularisasi telah menjadi ancaman kepada perkembangan dakwah di negara ini. Sewaktu berdirinya YADIM, dakwah mereka dipenuhi dengan cobaan dan tantangan. Antara faktor penghambatnya dakwah YADIM saat berdirinya adalah faktor

(8)

kehidupan masyarakat khususnya di semenanjung Malaysia yang masih dipengaruhi oleh adat dan budaya setelah pernah menjadi jajahan kerajaan Angkor Wat. Majapahit dan penjajah British beberapa abad sebelumnya (Khairul, 2017)

Pengaruh budaya dan adat mereka sangat kuat, sehinggakan berlaku beberapa percampuran praktek seharian orang Melayu sampai sekarang. Selain itu, ada sengketa atau permasalahan tentang agama dan bangsa di kalangan masyarakat yang berbilang kaum. Sikap rasis yang begitu menebal di dalam masing-masing kelompok kaum membuatkan sering berlaku perselisihan dan menciptakan suatu permusuhan di antara mereka sampai sekarang. Konflik antara kalangan kaum tua dan kaum muda yang tidak kurang hebatanya menjadi salah satu faktor penghambat Konflik yang terjadi ini telah melambatkan proses perkembangan dakwah. Tantangan yang juga dihadapi dakwah sejak dahulu hingga kini mempunyai kaitan yang erat dengan masalah pendekatan. Penguasaan masyarakat Islam secara umum tentang pendekatan dakwah yang betul masih lagi tidak minimal. Bermulanya zaman yang modern ini juga semakin banyak tantangan dan mehnah tribulasi dalam menyebarkan dakwah Islamiyyah Timbulnya bermacam-macam isme dan ajaran sesat yang menyesatkan terus menghir dakwah dari berbagai sudut. Selain itu, munculnya budaya populer seperti yang diungkapkan Zulkiple Abdul Ghani dan Faisal Ashaari (Khairul, 2017) khususnya berkaitan dengan musik dan film yang dickploitasi bagi memperoleh keuntungan dan kelahiran golongan liberal dengan penjenamaan tertentu terus menjadi jalur berliku yang melambatkan lagi perjalanan dakwah untuk sampai ke tujuan. Ini terkait rapat dengan yang namanya hendonisme.

Faktor berikutnya adalah karena murtad ataupun keluar dari agama Islam. Diskusi tentang murtad (pindah agama) merupakan salah satu hal yang banyak diperbincangkan oleh berbagai pihak. Banyak pandangan yang telah dikemukan dan tidak kurang juga jumlah persoalan yang diutarakan. Golongan orientalis tidak pernah berdiam diri dalam usaha mereka untuk menghancurkan Islam. Tantangan dakwah yang ditempuh sangat hebat sekali. Antara lain, terdapat banyak situs yang menampilkan hal-hal yang tidak sepatutnya disebarkan. Hal-hal yang memalukan tidak lagi menjadi hal-hal yang dapat disembunyikan. Sedangkan, Islam yang indah mengajar kita supaya bersifat malu dan berakhlak mulia. Selain itu, tantangan dari sudut keilmuan.

Dakwah pada era kini tidak lagi bersifat biasa, sementara dan segera tetapi membutuhkan kekuatan ilmu. Dengan adanya keilmuan dakwah Islamiyah, tentunya aspek-aspek yang terkait dengan strategi pelaksanaan dakwah dapat dilaksanakan berdasarkan teori dakwah dan teori yang telah diperkatakan oleh para ulama atau para cendekiawan yang terdahulu. Di samping itu juga, masyarakat harus melihat contoh realiti pesakit-pesakit di Malaysia yang terlantar di rumah atau rumah. Ramai pesakit yang beragamanya Islam terutamanya meninggalkan solat ketika sakit. Antara yang menjadi faktornya adalah tidak tahu bertayamum,tiada pakaian yang sesuai yang boleh dipakai untuk solat, tiada insan yang dapat membantu mengambil whudu' dan ada yang mengakui tidak mampu bersuci. Mengingatkan shalat adalah kewajipan yang tidak bisa ditinggalkan oleh setiap muslim yang mukhallaf dalam apa jua keadaan termasuk sakit, maka persentase mereka yang meninggalkan shalat sangatlah besar. Ini karena kurangnya perhatian dari para praktisi medis dalam menangani permasalahan seperti ini. Malah kasus seperti ini sudah lama berlangsung dan dibiarkan tanpa ada yang peduli.

Tantangan di Singapura Berkaitan Dakwah Akidah dan Pemikiran Islam: Dalam konteks tantangan, secara umumnya dikategorikan kepada dua yaitul tantangan primer dan tantangan sekunder. Apa yang dimaksudkan dengan tantangan primer di sini merujuk kepada tantangan yang paling mendasar, utama dan fundamental kepada Islam dan kaum muslimin di Singapura manakala tantangan sekunder juga lebih kepada tantangan.

(9)

persoalan dan permasalahan yang timbul dari tantangan dan persoalan utama dan fundamental tadi.

Dari segi tantangan fundamental ini, di antara yang terpenting seperti yang dijelaskan oleh WZ Kamaruddin dan Ahmad Zuhdi (2017) adalah sebagai berikut:

Pertama, tantangan dalam usaha pengekalan dalam mempertahankan kedudukan Islam sebagai "a way of life" bagi golongan Muslim Melayu di Republik Singapura yang merupakan golongan minoritas. Kedua, tantangan dalam usaha dan langkah untuk mengekalkan aliran pemikiran madhhab Ahl al-Sunnah wa al-Jama'ah sebagai aliran pemikiran resmi dan ikutan utama dalam semua aspek kehidupan, meliputi usuluddin dan syariah, berhadapan dengan era globalisasi dan dunia tanpa batasan dengan berbagai tantangan dari dalam dan luar. Dari dalam merujuk kepada golongan Muslim Melayu Singapura itu sendiri manakala dari luar juga merujuk kepada golongan-golongan muslim China, India. Arab dan lain-lain. Ketiga, tantangan dalam usaha mengekalkan keotoritasan badan tertinggi berkaitan Islam di Singapura yang diketuai MUIS, karena dari segi otoritas, ia tidak mempunyai kuasa untuk membuat keputusan berkaitan Islam.

Ia hanya memberikan nasehat dan pandangan kepada kerajaan republik tersebut dalam isu-isu berkaitan Islam. Keempat, tantangan dalam usaha mempertahankan Islam hanya boleh dilakukan menurut perkara-perkara berkaitan "ketenteraman umum" dan

"keselamatan dalam negeri" saja. Tindakan hanya akan diambil oleh kerajaan republik tersebut sekiranya ia berkaitan dengan perkara di atas. Isu-isu yang tidak berkaitan dianggap isu-isu biasa. Contoh: Isu Qadiani, walaupun tidak diakui MUIS, namun mereka bebas dan ada dalam kelompok tersendiri dan tanpa tindakan. Isu ini tidak mudah diselesaikan karena otoritas atau kuasa yang terbatas. Kelima, tantangan dalam usaha untuk mengukuhkan Islam menurut pengukuhan akidah dan pemikiran Islam menjadi suatu bebanan karena generasi pelapis lebih menjuruskan pemikiran mereka kepada bidang syariah semata-mata karena permintaan masyarakat Muslim Melayu Singapura.

Tantangan sekunder yang ditimbulkan lanjutan dan ekoran dari tantangan, persoalan dan permasalahan fundamental juga adalah seperti berikut, di antaranya:

1. Isu perbedaan aliran pemikiran di Singapura, tidaklah seperti yang terjadi di Malaysia. Keberagaman diterima dengan baik. Justeru, keadaan aliran Wahhabi, Syi'ah dan lain-lain dapat diterima sebagaimana seadanya. Apa yang semua pihak secara umum bersepakat dan bersependapat adalah untuk tidak bersikap ekstrim atau taksub terhadap sesuatu punk, pihak, kunjugan sehingga melihat segala-galanya adalah mereka saja.

2. Isu berkaitan Islam lebih banyak menjurus kepada bidang syariah, berbanding Usuluddin dan akidah. Fenomena ini sekiranya tidak ditangani secara bijaksana oleh pihak pemerintah pada jangkamasa panjang mungkin akan menimbulkan masalah dan problem baru yang lebih berakarumbi kepada persoalan kepercayaan dan keyakinan terhadap agama secara umumnya, dan Islam secara khusus.

3. isu kemasyarakatan atau "social problems" yang ada adalah kecil walaupun dampaknya besar kepada masyarakat Muslim Melayu di Singapura. Contoh:

isu "gay", "women slaves", Jemaah Islamiah, "racial harmony" dan lain- lain.

Pada awal abad ke-20, ketika Vietnam menjadi jajahan Perancis, bangsa Melayu Islam mulai memiliki pengaruh kuat terhadap orang Cham, dan masjid-masjid serta madrasah banyak didirikan di daerah Selatan Vietnam. Sejak masa itu, para ulama Melayu mulai memberi khutbah di masjid-masjid dalam bahasa Melayu, dan mulai banyak orang belajar ke madrasah-madrasah yang didirikan oleh orang Melayu Cham

450

(10)

(Khozin, 2019). Akan tetapi, lagi-lagi, pada masa awal kemerdekaan Vietnam (1975), kehidupan orang Islam relatif terisolasi bahkan terkesan disisihkan. Nasib mereka bertambah malang setelah perang berakhir dan seluruh Vietnam dikuasai Partai Komunis.

Tahun pertama masa Republik Sosialis Vietnam yang ditandai reunifikasi (penyatuan kembali seluruh Vietnam), kehidupan umat Islam makin tertekan. Mereka dikontrol, diawasi dan dipantau aktivitasnya. Memang tidak mengalami kekerasan fisik, namun banyak masjid ditutup oleh pemerintah dan orang Islam dilarang berhubungan bahkan berbicara dengan orang asing. Pada masa sekarang, masyarakat muslim Vietnam secara substansial masih sama dengan pada awal kemerdekaan. Yang membedakan, sekarang aktivitas pemantauan dilakukan secara sembunyi-sembunyi, atau dilakukan oleh intel- intel pemerintah sehingga tidak kasat mata.

Hambatan dakwah terjadi karena adanya permasalahan-permasalahan yang ditemukan di lapangan. Masalah sering juga disebut problem, yang berasal dari bahasa Inggris, yaitu hal yang harus dipecahkan dan dihadapi suatu masalah muncul karena adanya suatu peristiwa atau kejadian. Begitu pula dalam pelaksanaan dakwah tidak terlepas dari permasalah yang dapat menghambat tujuan dakwah. Dalam hal ini tidak terlepas dari faktor-faktor penghambat dalam pelaksanaan kegiatannya adalah dana, politik dan budaya untuk memperlancarkan kegiatan dakwah. Ada beberapa hambatan dalam proses strategi dakwah dalam mengembangkan Islam pada masyarakat Patani adalah:

Faktor pertama, penghambat lembaga Majlis Agama Islam Patani dalam melaksanakan kegiatannya adalah dana. Lembaga Majlis Agama Islam Patani tidak mempunyai masukan dana sama sekali dari pihak kerajaan (pemerintah), oleh karena itu sulit sekali untuk mendapat dukungan dari kerajaan pusat terutama dalam hal dana karena kerajaan di Thailand ini mayoritas beragama Budha jadi mereka tidak pernah mengetahui bagaimana pentingnya program-program yang dirancang oleh lembaga Majlis Agama Islam Patani tersebut.

Faktor kedua, ialah ada ketidak setujuan dari warga negara Thailand yang menganut agama Budha. Warga negara Thailand nonmuslim tidak setuju kepada pemerintahnya untuk mengeluarkan undang-undang tentang agama Islam, dikarenakan timbul sifat fanatisme terhadap umat Islam di selatan Thailand dan khawatir terhadap umat Islam di Selatan Thailand dalam pemisahan diri dari negara Thailand. Demikianlah ada pertentangan dari nonmuslim terhadap umat Islam di Selatan Thailand, hingga menjadi hambatan dalam melaksanakan syariah Islam di selatan Thailand.

Faktor ketiga, penghambat lembaga Majlis Agama Islam Patani dalam melaksanakan kegiatannya adalah Politik dan budaya. Politik dan budaya juga menjadi salah satu faktor penghambat bagi Majlis Agama Islam Patani, oleh karena keadaan rakyat Selatan Thailand berada di bawah pemimpin Siam (Thailand), maka program apa saja yang dilihat paling cocok dan baik bagi rakyat selatan Thailand, belum tentu diterima oleh pemerintah pusat. Jadi program yang akan diterapkan oleh Majlis Agama Islam Patani harus ada pertimbangan lebih mendalam. Meskipun lembaga Majlis Agama Islam Patani kurang atau bahkan tidak mendapat dukungan dari kerajaan dalam segi materi tetapi lembaga Majlis Agama Islam Patani tetap bekerja keras karena sadar akan pentingnya sebuah lembaga agama di Patani sebagai lembaga yang bertanggung jawab untuk mendidik masyarakanya menjadi masyarakat Islam yang seutuhnya. Meskipun yang bekerja di lembaga Majlis Agama Islam Patani ini, tidak mendapatkan gaji langsung dari pemerintah yang seharusnya menjadi tugas pemerintah untuk mendanai para pegawai di lembaga Majlis Agama Islam di selatan Thailand.

Di Filipina Islam menjadi agama minoritas. Meskipun Islam menjadi minoritas, terdapat wilayah yang yang menjadikan Islam sebagai agama mayoritas yaitu di Filipina

(11)

bagian Selatan. Perlu perjuangan untuk menjadikan Islam sebagai agama mayoritas disana. Banyak Negara yang menjajah negera itu seperti Spanyol dan Amerika, selain menajah mereka juga sebagai misionaris yang mempersulit untuk berkembangnya agama Islam. Umat Islam di Filipina menghadapi beberapa kendala penting, diantaranya kekurangan dai sehingga masyarakat sering salah paham tentang hukum Islam. Selain itu, kendala yang dihadapi masih adanya kesalahpahaman non Muslim Filipina tentang Islam, perpecahan dari umat Islam sendiri disebabkan perbedaan suku dan kelompok.

Kurangnya dana juga dirasakan oleh Muslim Filipina. Zakat yang seharusnya menjadi sumber utama belum dikekola dengan baik sehingga kegiatan sosial dan dakwah tidak maksimal.

Keberadaan Islam di wilayah Asia tenggara hingga saat ini salah satunya karena adanya dakwah-dakwah yang dilakukan oleh pemuka agama dan umat Islam di setiap negara Asia Tenggara. Dakwah Islam dipengaruhi oleh eksistensi, corak, dan arahnya dalam perubahan masyarakat yang ditentukan oleh sistem sosio-kultural. Dakwah Islam dapat bersifat statis maupun dinamis dengan kadar yang tidak berarti bagi perubahan sosio-kultural. Dakwah Islam mentransformasikan semua aspek kehidupan masyarakat secara bertahap (Ahmad Zaini, 2016).

Islam adalah agama hasil dakwah, sebab dalam agama Islam banyak mengajurkan untuk menyebarluaskan kebenaran yang terdapat dalam Islam bahkan mewajibkan umatnya untuk ikut menyebarluaskan kebenaran dengan dakwah. Metode dan cara yang dapat dikembangkan dalam dakwah Islam, diantaranya :

1. Pengembangan metode dakwah bil lisan (ceramah, khutbah, pidato, diskusi, nasihat, dan lain-lain) dan bil amal sesuai dengan tantangan dan kebutuhan.

2. Mempertimbangkan metode, cara, dan media dakwah sesuai dengan tantangan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang ada di wilayah Asia tenggara.

3. Memilih metode dan media dakwah yang relevan dengan kondisi umat di setiap negara Asia tenggara.

4. Mengembangkan media atau metode dakwah yang kultural dan struktural, seperti pranata sosial, kesenian, wisata alam, dan karya budaya.

5. Mempertimbangkan struktur sosial masyarakat dalam kadar intelektual, yakni khawas, awam, dan yang menentang. Sehingga dakwah yang dilakukan nantinya berjalan dengan damai dan tidak menimbulkan kontra dari masyarakat non muslim.

6. Mengembangkan dan mengakomodasi metode dan media seni budaya yang relevan dengan masyarakat setempat untuk digunakan dalam dakwah, seperti halnya yang terjadi di Indonesia menggunakan media wayang, musik, lukisan, dan lainnya.

7. Mempertimbangkan dan mengkaji metode pendekatan spiritual yang relevan, seperti melalui doa dan salat, silaturahmi, dan sebagainya.

Metode dan cara dakwah yang berprinsip dapat digunakan sebagai pijakan untuk mengembangkan dan meningkatkan presentase Islam di kawasan Asia Tenggara dan tentu harus disesuaikan dengan kondisi masing-masing dari wilayah dan negara.

Eksistensi dakwah Islam yang dilakukan di wilayah Asia tenggara mampu memberikan hasil dan pengaruh terhadap lingkungan dakwah dalam memberi dasar filosofi, arahan, dorongan, dan pedoman mengenai perubahan masyarakat hingga terbentuknya keinginan seseorang untuk mendalami Islam seutuhnya. Keinginan tersebut berkembang dan membulatkan tekad untuk ikut berperan dalam menyebarkan kebenaran Islam. Sehingga, dapat disimpulkan pengaruh dakwah Islam dalam meningkatkan presentase muslim di wilayah Asia Tenggara sangatlah besar.

(12)

KESIMPULAN

Islam sebagai agama yang dari penyebutan namanya saja mencerminkan suatu janji bagi pemeluknya berupa keselamatan tentu saja dalam ekspansinya memerlukan peran serta para aktivis dakwah. Dakwah adalah salah satu kewajiban seorang muslim untuk menyebarkan agama Islam. Dakwah ini dilakukan di seluruh dunia termasuk Asia Tenggara didalamnya. Islam masuk di wilayah Asia Tenggara dengan cara damai yang terbuka serta tanpa pemaksaan sehingga islam sangat mudah diterima oleh masyarakat di Asia Tenggara. Dengan disebarkan secara terbuka dan tanpa paksaan, Islam mudah diterima oleh masyarakat di Asia Tenggara sebagai agama yang membawa kedamaian.

Proses masuk dan berkembangnya Islam di wilayah Asia Tenggara melalui jalur perdagangan, perkawinan, tasawuf, pendidikan, kesenian, saluran politik. Tentu diimbangi dengan adanya strategi dakwah seperti : Myanmar melalui dakwah pedagang Arab, India, dan Malaysia; Thailand melalui bidang politik, hukum, dan pendidikan;

Filipina melalui dibentuk dan dipersatukannya organisasi-organisasi Muslim di bagian utara dan selatan; Singapura melalui lembaga Islam yang didirikan dibawah ketentuan Administratif of Muslim Law Act of 1966 yang diberi nama MUIS atau Majlis Ugama Islam Singapura; dan Kamboja melalui organisasi Islam FORSIMAS yang bergerak dalam bidang pembinaan dan penguatan umat Islam.

Metode dan cara dakwah yang berprinsip dapat digunakan sebagai pijakan untuk mengembangkan dan meningkatkan presentase Islam di kawasan Asia Tenggara dan tentu harus disesuaikan dengan kondisi masing-masing dari wilayah dan negara.

Eksistensi dakwah Islam yang dilakukan di wilayah Asia tenggara mampu memberikan hasil dan pengaruh terhadap lingkungan dakwah dalam memberi dasar filosofi, arahan, dorongan, dan pedoman mengenai perubahan masyarakat hingga terbentuknya keinginan seseorang untuk mendalami Islam seutuhnya.

BIBLIOGRAFI

Ahmad, Z. (2016). Peranan Dakwah dalam Pengembangan Masyarakat Islam. Hikmah, 141.

Hidayati, U. (2015). Penyelenggaraan Madrasah di Daerah Minoritas Muslim. EDUKASI:

Jurnal Penelitian Pendidikan Agama dan Keagamaan , 269-290.

Juhari. (2019). Kiprah Organisasi Islam untuk Muslim Minoritas di Asia Tenggara. Jurnal Al-Bayan: Media Kajian dan Pengembangan Ilmu Dakwah, 246-269.

Kamaruddin, W., & Zuhdi, A. (2017). Masyarakat Muslim Melayu di Singapura: Kajian Terhadap Isu dan Tantangan dalam Dakwah dan Pemikiran Islam Era Globalisasi.

Wardah, 1-12.

Khairul, M. (2017). Sejarah Dan Perkembangan Yayasan Dakwah Islamiah Malaysia (Yadim) Tahun 1974-2016 M.

Khozin, W. (2019). Pendidikan Agama Dan Keagamaan Di Vietnam: Studi Kasus Madrasah Al Nur Dan Pesantren Darussalam. Edukasi: Jurnal Penelitian Pendidikan Agama dan Keagamaan, 256-268.

Lahea, A. (2019). Sejarah Masuk dan Berkembangnya Dakwah Islam di Patani Selatan Thailand.

Muktarruddin. (2017). Sejarah Dakwah. Medan: Perdana Publishing.

Raco, J. R. (2010). Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT. Grasindo.

Rehayati, R. (2011). Minoritas Muslim: Belajar dari Kasus Minoritas Muslim di Filipina.

Jurnal Ushuluddin, 225-242.

Wulur, M. B. (2016). Problematika Dakwah di Indonesia. MIMBAR, 105-121.

Zed, M. (2014). Metode Penelitian Kepustakaan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Zubaidah, S. (2016). Sejarah Peradaban Islam. Medan: Perdana Publishing.

(13)

Ahmad Zaini. (2016). Peranan Dakwah Dalam Pengembangan Masyarakat Islam.

Hikmah, 1(1), 141.

454

Referensi

Dokumen terkait

Beberapa penyebab pada perdarahan ini antara lain karena kelainan anatomis rahim (seperti adanya polip rahim, mioma uteri), adanya siklus anovulatoir

Apakah anda setuju atas revisi PSAK 36 (1996) menjadi PSAK 36(revisi 2010) sebagai standar spesifik yang mengatur akuntansi asuransi jiwa melengkapi PSAK 62: Kontrak

Penelitian ini akan memberikan prevalensi dan gambaran tentang risiko tingkat ketergantungan penggunaan alkohol, rokok, dan zat adiktif pada pelajar SMU sehingga dapat

Pada HAp rasio Ca/p 0,67 dan 1,67 mengalami peningkatan nilai rasio Ca/P akhir, hal ini disebabkan karena adanya absorpsi CO 2 yang sangat tinggi dari udara

Hasil tersebut sesuai dengan uji beda yang sebelumnya dilakukan untuk melihat perbedaan kinerja antara perusahaan yang melakukan diversifikasi dengan yang tidak dengan hasil

Dari penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya oleh Erwin (2011) yang berjudul “ Pengaruh Faktor Harga, Promosi, Dan Pelayan Terhadap Keputusan Konsumen Untuk Belanja Di

Maka dari itu guna membantu maasyarakat khususnya remaja dalam menambah pengetahuan tentang Tabuik dan menambah minat baca masyarakat terutama remaja juga membantu

Hipotesis yang diajukan adalah terdapat keragaman genetik yang luas pada empat populasi F 2 tomat dan terdapat karakter kuantitatif pada tanaman tomat yang memiliki