• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI PROGRAM PUSAT PEMBINAAN DAN LATIHAN OLAH RAGA PELAJAR PADA DINAS PEMUDA DAN OLAHRAGA PROVINSI SULAWESI TENGGARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "IMPLEMENTASI PROGRAM PUSAT PEMBINAAN DAN LATIHAN OLAH RAGA PELAJAR PADA DINAS PEMUDA DAN OLAHRAGA PROVINSI SULAWESI TENGGARA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1

IMPLEMENTASI PROGRAM PUSAT PEMBINAAN DAN LATIHAN OLAH RAGA PELAJAR PADA DINAS PEMUDA DAN OLAHRAGA PROVINSI

SULAWESI TENGGARA

THE IMPLEMENTATION OF STUDENT DEVELOPMENT AND TRAINING CENTER PROGRAM IN SOUTHEAST

SULAWESI REGIONAL OFFICE FOR YOUTH AND SPORTS AFFAIRS

Alimin

1

, La Ode Mustafa

2

, Muh. Amir

3

1) Mahasiswa Program Studi Administrasi Publik PPs UHO; e-mail: alimin@gmail.com 2) Dosen Tetap Jurusan Ilmu Administrasi Publik UHO; e-mail: mustafa07rufini@gmail.com

3) Dosen Tetap Jurusan Ilmu Administrasi Publik UHO; e-mail: amir.fisipuh@gmail.com

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan dan menganalisis implementasi Program Pusat Pembinaan dan Latihan Pelajar (PPLP) pada Dinas Pemuda dan Olah Raga Provinsi Sulawesi Tenggara. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Jenis data dalam penelitian ini adalah berupa data primer dan data sekunder. Data dikumpulkan dengan teknik wawancara, observasi dan studi dokumen. Teknik analisis data adalah analisis deskriptif model interaktif yang mencakup reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi program PPLP oleh Dispora Provinsi Sulawesi Tenggara telah dilaksanakan sesuai prosedur yang telah ditetapkan namun belum optimal.

Kata-kata kunci: Implementasi program, pembinaan dan latihan pelajar, Sistem rekruitmen.

ABSTRACT

The purpose of this study was to describe and analyze the implementation of the Student Training and Development Center (PPLP) Program at the Southeast Sulawesi Regional Office For Youth and Sports Affairs. This study uses a qualitative approach. The data in this study consist of primary data and secondary data which was collected by interview, observation and document study techniques. The data analysis technique is a descriptive analysis of an interactive model that includes data reduction, data presentation, and conclusion drawing. The results showed that the implementation of the PPLP program had been carried out according to established procedures but not yet optimal.

Key words: Program implementation, student training and training, recruitment system.

PENDAHULUAN

Olahraga mengandung nilai-nilai pening untuk meningkatkan kesejahteraan individu, kelompok atau masyarakat pada umumnya. Seiring dengan perkembangan trend ekonomi, maka olahraga juga dapat menjadi bagian dari sistem perkonomian masyarakat, dengan mengembangkan industri olahraga sebagai bagian dari pembangunan

(2)

2

keolahragaan. Pembangunan olahraga mencakup lingkup olahraga pendidikan, olahraga rekreasi/masyarakat dan olahraga prestasi. Ketiga pilar olahraga tersebut saling berinteraksi, bersinergi, sistematik, berjenjang serta berkesinambungan sehingga membentuk sistem pembinaan dan pengembangan keolahragaan daerah yang pada akhirnya berdampak pada pengembangan keolahragaan nasional.

Dalam rangka mewujudkan olahraga yang berdaya saing, dibutuhkan suatu pembibitan, pembinaan, pendidikan, pelatihan serta peningkatan prestasi olahraga yang terus menerus sehingga dapat dicapai prestasi yang diinginkan. Upaya ini melahirkan suatu program yang sifatnya terpusat yang disebut dengan Pusat Pembinaan dan Latihan Olahraga Pelajar (PPLP) yang merupakan sekolah pembibitan olahraga nasional, yang digunakan untuk mencari dan membina bakat olahraga pada usia sekolah. PPLP yang dikembangkan di 33 Provinsi selama ini telah terbukti memberikan kontribusi yang signifikan dalam meningkatkan prestasi olahraga daerah masing-masing pada ajang kejuaraan di tingkat nasional. Disamping itu, banyak siswa PPLP yang kemudian terpilih menjadi olahragawan nasional dan berhasil meraih prestasi di tingkat internasional.

Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Sulawesi Tenggara telah menyelenggarakan program PPLP dengan lima cabang olahraga prioritas: dayung, pencak silat, sepak takraw, atletik dan taekwondo. Jumlah atlit paling banyak yaitu pada cabang olahraga dayung sedangkan jumlah atlit paling sedikit yaitu pada cabang olahraga taekwondo. Hal ini menunjukkan bahwa yang menjadi cabang olahraga andalan yaitu dayung. Namun, dari semua program dan kegiatan yang tertuang pada rencana kerja Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Sulawesi Tenggara, program PPLP pada tahun-tahun lalu secara kuantitatif tidak dapat dilaksanakan sepenuhnya, pembinaan PPLP/PPLM dan pengiriman kejuaraan antar PPLP rata-rata hanya mencapai 80-90%.

Belum ada analisis yang komprehensif dan berbasis bukti empiris tentang bagaimana implementasi program PPLP di Dinas Pemuda dan Olah Raga Provinsi Sulawesi Tenggara. Bowman (2005) dan Edwards III (dalam Winarno, 2014) mengemukakan bahwa analisis tentang implementasi program penting karena implementasi itulah yang memfasilitasi pencapaian tujuan program. Pencapaian tujuan- tujuan program diupayakan melalui tahap implementasi, implementasilah yang membuat program menjadi hidup. Tanpa implementasi yang efektif, keputusan pembuat kebijakan tidak akan bias direalisasikan. Ketika suatu program gagal mencapai tujuan yang ditetapkan maka perlu dipertanyakan bagaimana implementasinya (Hill & Hupe, 2012).

Penelitian ini bermaksud untuk mengisi kesenjangan literatur dimaksud.

(3)

3

Secara etimologis implementasi merupakan terjemahan dari kata implementation, berasal dari kata Latin implementum dari asal kata impere dan plere. Kata implere dimaksudkan to fil up; to fil in, yang artinya mengisi penuh; melengkapi, sedangkan plere maksudnya to fill, yaitu mengisi (Tachjan, 2006). Secara etimologis implementasi adalah aktivitas yang bertalian dengan penyelesaian suatu pekerjaan dengan penggunaan sarana untuk melaksanakan sesuatu dan memperoleh hasil. Istilah implementasi ini selalu disandingkan dengan kata kebijakan. Definisi kebijakan menurut Dye (dalam Winarno, 2014) adalah apa saja yang dipilih oleh pemerintah untuk dilakukan atau tidak dilakukan.

Kebijakan pada dasarnya menitik beratkan pada publik dan masalah-masalahnya.

Kebijakan publik adalah seperangkat tindakan pemerintah yang didesain untuk mencapai hasil-hasil tertentu (Hogwood dan Gunn dalam Winarno, 2014). Sementara itu, Jones (1991) mengatakan bahwa istilah kebijakan dalam praktek sehari–hari digunakan bergantian atau sering ditukarkan dengan tujuan, program, keputusan, standard, proposal, dan grand design. Dengan demikian, istilah implementasi kebijakan pada hakekatnya sama saja dengan implementasi program. Winarno (2014) menguraikan pengertian implementasi kebijakan sebagai alat administrasi hukum dimana berbagai aktor, organisasi, prosedur, dan teknik yang bekerja bersama-sama untuk menjalankan kebijakan guna meraih dampak atau tujuan yang diinginkan.

Implementasi merupakan fenomena yang kompleks yang mungkin dapat dipahami sebagai proses, keluaran maupun sebagai hasil. Yang perlu ditekankan, menurut Winarno (2014), bahwa tahap implementasi tidak akan dimulai sebelum tujuan-tujuan dan saran-saran ditetapkan atau diidentifikasi oleh keputusan-keputusan kebijakan.

Sebagai mana diungkapkan oleh Udoji dalam Wahab (2004) bahwa implementasi kebijakan adalah sesuatu yang penting, bahkan mungkin jauh lebih penting dari pada pembuatan kebijakan. Kebijakan akan sekedar berupa impian atau rencana bagus yang tersimpan rapi kalau tidak diimplementasikan.

Mazmanian dan Sabatier (Wahab, 2004) mengemukakan bahwa mempelajari masalah implementasi berarti berusaha untuk memahami apa yang senyatanya terjadi sesudah suatu program dinyatakan berlaku atau dirumuskan, yakni peristiwa dan kegiatan-kegiatan yang timbul sesudah disahkannya suatu kebijakan, baik menyangkut usaha-usaha untuk mengadministrasikannya maupun usaha-usaha untuk memberikan dampak tertentu pada masyarakat. Meter dan Horn (dalam Winarno, 2014) berpendapat bahwa implementasi merupakan tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh individu-

(4)

4

individu atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam keputusan kebijakan sebelumnya.

Program yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah Pusat Pembinaan dan Latihan Olahraga Pelajar (PPLP) yang merupakan program top-down, artinya program pemerintah pusat yang diimplementasikan di daerah. Program seperti ini diharapkan mampu secara nyata mendongkrak dan meningkatkan prestasi atlet serta memenuhi target menjadi Juara dalam kegiatan pertandingan olah raga (Suyuti, 2012). Pemusatan latihan merupakan bagian dari strategi pembinaan prestasi yang dikembangkan di berbagai tempat untuk mewujudkan proses pembinaan yang terpusat dan terkonsentrasi sehingga pengawasan manajemen mudah dilakukan.

Tujuan PPLP antara lain: 1) membentuk tim lokal yang solid dan tangguh dalam pembinaan dan pengembangan atlet sekaligus memusatkan kegiatan secara focus pada satu tempat; 2) mengikat atlet dan pelatih agar tidak pindah ke daerah atau kabupaten lain pada saat tertentu mereka diperlukan; 3) menjaga program pembinaan dan meningkatkan prestasi atlet; 4) menjaga dan meningkatkan kondisi fisik dan mental atlet; 5) sebagai persiapan dalam menghadapi setiap event kegiatan. Kegiatan teknis pembinaan dalam program pelatihan terpusat meliputi tahapan sebagai berikut: penjaringan dan seleksi atlet; menyelenggarakan tes kesehatan & fisik setelah terjaring dan terseleksi secara administrasi; menyelenggarakan atlet tangkas, latihan fisik dan mental bersama;

melakukan latihan teknik taktik dan mengadakan/mengikutkan kejuaraan; dan monitoring dan evalusi untuk mengetahui perkembangan kemampuan fisik, mental, kemampuan teknis dan taktis dalam setiap cabang olah raga.

METODE

Penelitian ini berlokasi pada Dinas Pemuda dan Olah Raga Provinsi Sulawesi Tenggara. Pendekatan penelitian ini adalah kualitatif dengan tipe tujuan deskriptif yakni menghasilkan data deskriptif dalam rangka untuk memahami fenomena yang diteliti yakni implementasi program PPLP. Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan sekunder. Informan penelitian terdiri dari pimpinan Kepala Dinas, Sekertaris, Kepala Bidang, Kepala Subbagian, Kepala Seksi, dan staf Dinas Pemuda dan Olah Raga, serta anggota DPRD yang terkait dengan proses implementasi program PPLP. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara, observasi, dan studi dokumen. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif yang mencakup open coding, axial coding and selective coding sebagaimaan diajukan

(5)

5

oleh Strauss dan Corbin (1990). Teknik yang digunakan dalam menguji keabsahan data adalah teknik triangulasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Implementasi program PPLP dalam penelitian ini diinvestigasi dari empat aktivitas yakni system rekruitmen, program pengembangan, manajemen penyelenggaraan event keolahragaan, dan jaminan kesejahteraan kepada atlet. Berikut data yang diperoleh dan analisis empiris penulis terhadap keempat aktivitas implementasi program dimaksud.

Sesuai dengan prioritas program maka studi ini difokuskan pada cabang olahraga dayung, pencak silat, sepak takraw, atletik dan taekwondo.

1. Sistem rekruitmen

Sistem rekruitmen adalah proses mencari bibit unggul pada cabang olah raga yang sudah berlangsung selama ini. Adapun pentahapan dalam sistem rekruitmen tersebut meliputi proses identifikasi, seleksi penerimaan, dan kualifikasi. Menurut informan, hal itu dilakukan untuk:

“proses seleksi masuk sudah standar dilakukan agar mereka yang masuk dalam PPLP memenuhi persyaratan fisik, kesehatan, jasmani, rohani, tinggi badan, berat badan ideal serta ketentuan lain yang menjadi persyaratan sesuai dengan cabang olahraga dayung. (wawancara April 2017).

Pernyataan tersebut menguatkan bahwa proses identfikasi dan seleksi calon pelatih maupun siswa atau peserta PPLP memenuhi syarat untuk meraih target PPLP sebagai pusat pendidikan dan latihan pelajar khususnya cabang olahraga dayung agar target prestasi jangkapanjang dan berkelanjutan dapat diwujudkan. Hal yang sama juga dikemukakan oleh salah seorang siswa PPLP Sulawesi Tenggara, sebagai berikut:

“Kami mengikuti seleksi, semua yang ada disini diterima dengan cara mengikuti seleksi, dilakukan secara terbuka, prosesnya bertahap, mulai dari teskemampuan, tes fisik, kesehatan dan psiko ts, semuany kami ikuti dan yang memenuhi syarat diterima (Wawancara April 2017).

Informasi tersebut menunjukkan bahwa proses seleksi dilakukan secara adil dan terbka, dan yang masuk dalam PPLP hanya yang memenuhi persyaratan saja, dan mereka yang tidak memenuhi syarat tidak dapat diterima. Hal ini menunjukkan bahwa sistem rekruitmen telah terimplementasi dengan baik. Hal ini dibuktikan dengan pelaksanaan proses rekruitmen dalam mencari bibit unggul pada lima cabang olah raga yang berlangsung selama ini sesuai ketentuan dan standar yang berlaku.

(6)

6 2. Program pengembangan

Program latihan tahunan disusun berdasarkan kalender kompetisi yang ada di induk organisasi cabang olahraganya masing-masing. Hasil pengamatan penulis, para pembina dan pelatih program PPLP Provinsi Sulawesi Tenggara bekerja secara profesional dalam melakukan pembina dan pelatiha karena segala aktivitas dan prosedur pembinaan program PPLP dilakukan sesuatu dengan ketentuan dan standar yang dinjurkan berupa penyusunan program latihan tahunan dan dijabarkan pada program latihan mingguan dan harian. Penyusunan program latihan sebagaimana diungkapkan oleh informan (Kepala Bidang Pembudayaan Olahraga) sebagai berikut:

“Proses seleksi dilakukan secara prosedural, bertahap, menggunakan standard dan persyaratan yang telah baku, baik persyartatan administrasi maupun persyaratan teknis dan fisik untuk memenuhi persyaratan menjadi atlet di Sulawesi Tenggara.

(Wawancara April 2017).

Hasil studi dokumen yang penulis lakukan, dalam proses latihan, materi pelatihan yang diterapkan adalah sesuai dengan standar yang ditentukan dalam penyelenggaraan latihan olahraga dayung yaitu: a) Latihan fisik, yakni latihan fisik ini terdiri atas latihan daya tahan, latihan kekuatan, latihan kecepatan dan latihan fleksibilitas. Latihan ini disiapkan untuk memenuhi persyaratan fisik atlet untuk mencapai prestasi yang maksimal; b) Periodiasi, dimaksud adalah dikaitkan dengan persiapan yang berada pada fase umum dan persiapan pada fase khusus; dan c) Kalender kompetisi dari tingkat daerah, nasional yang tempatnya disesuaikan dengan kesepakatan komite atau panitia penyelenggara, serta jadwalnya dilakukan setiap bulan Juli dan November.

3. Manajemen penyelenggaraan event keolahragaan

Program latihan tahunan disusun berdasarkan kalender kompetisi yang ada di induk organisasi cabang olahraganya masing-masing. Disarankan untuk puncak prestasi setiap tahun ditempatkan pada Kejuaraan Nasional Junior dan atau Kejuaraan Nasional antar PPLP/POPDA–POPWIL atau POPNAS, sedangkan kejuaraan yang lain ditempatkan sebagai sasaran antara atau try-out. Berdasarkan jadwal kejuaraan tersebut pelatih menyusun program latihan. Penjabaran latihan mingguan (mikrosiklus) dan harian juga dapat diperbanyak. Tes sebagai kontrol kemajuan latihan dan kondisi kesehatan pelajar harus dilaksanakan secara periodik. Tes kontrol latihan yang meliputi tes fisik dan teknik dilaksanakan sesuai dengan cabang olahraga masing-masing dengan konsultasi Pengurus Provinsi atau PB/PP cabang olahraga yang bersangkutan. Sedangkan tes

(7)

7

kesehatan dilakukan bersama dengan pelaksana urusan kesehatan untuk mendapatkan masukan mengenai status kesehatan pelajar.

Setiap PPLP wajib untuk mengikuti kompetisi minimal dua kali pertahun. Satu kompetisi yang bersifat latihan (try-out) dan satu kompetisi yang merupakan puncak prestasi sebagai sarana evaluasi perkembangan prestasi pada tahun tersebut. Uji coba (try out/try in) dan kompetisi cabang olahraga dilaksanakan secara periodik yang telah dituangkan dalam program tahunan. Kalender kejuaraan yang diselenggarakan dan atau diikuti antara lain, pada Tahun 2015 mengikuti kejuaraan Nasional PPLP di Maluku yang dibimbing oleh tiga orang pelatih dan berhasil meraih gelar atau merebut 2 medali emas dan 2 medali perunggu. Dalam menghadapi setiap keuaraan senantiasa tetap konsisten melakukan system pembinaan sampai pada pelaksanaan kejuaraan.

Kehadiran pembina atau pelatih menjadi unsur utama untuk membangun semangat, disilin dan komitmen pada tujuan dan sasaran atau target mendapatkan juara dalam setiap event kejuaraan olah raga dayung, baik tingkat lokal, kejurda, kerjurnas, sampai eventi internasional. Untuk menciptakan tertip pelaksanaan, dan control atas setiap kegiatan maka dibuatlah kalender kegiatan dalam bentuk matriks yang menjelaskan tentang Jenis kejuaraan, Nama Pelatih, Tempat pelaksanaan, Tahun penyelenggaraan, dan jumlah medali yang diperoleh dalam event yang diikuti. Hal dilakukan untuk mengontrol perkembangan prestasi dan kemajuan dalam pembinaan cabang olahraga melalui PPLP. Hal itu sesuai pernyataan informan sebagai berikut:

“Setiap kegiatan yang diselenggarakan di PPLP tercatat dan dibuat dalam bentuk maktriks jadwal penyelenggaraan kegiatan baik pada saat program peatihan,persiapan kejuaraan sampai dengan pencapaian hasil dalam setiap kegiatan. Hal itu dilakukan untuk memberikan informasi mengenai perkembangan pencapaian target dan sasaran pembinaan siswa PPLP Sulawesi Tengara. Hal ini merupakan wujud dari akuntabilitas PPLP dalam mengelola kegiatan karena menggunakan dana APBD. Jadi harus ada informasi tentang progress kegiatan, selain dibuat dalam laporan pelaksanaan kegiatan PPLP setiap tahun.” (Wawancara April 2017).

Monitoring dilakukan oleh Asisten Deputi Pengelolaan Pembinaan Sentra dan Sekolah Khusus Olahraga, Deputi Bidang Pembudayaan Olahraga, Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga. Selama monitoring petugas monitoring menanyakan berbagai kegiatan teknis. Seperti : pengecekan program dan pelaksanaan latihan, catatan hasil latihan, dan sebagainya. Pelaksanaan monitoring dilakukan secara periodic, baik monitoring aktivitas rutin maupun monitoring dan evaluasi proses yang terkait kegiatan PPLP yang bersifat rutin, serta monitoring atas pelaksanaan program pelatihan khusus

(8)

8

yang dislenggarakan untukmenghadapi kejuaraan, baik pada level dunia, nasional maupun level daerah.

4. Jaminan kesejahteraan kepada atlet

Salah satu upaya untuk memaksimalkan pelayanan pada PPLP khususnya atlet adalah jaminan kesejahteraan kepada para atlit PPLP. Jaminan kesejahteraan ini berupa pemenuhan kebutuhan dasar. Pemenuhan kebutuhan dasar atlit sudah menjadi program Dinas Pemuda dan Olah Raga Provinsi Sulawesi Tenggara. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh keterangan bahwa jaminan kesejahteraan kepada atlit berupa pemenuhah fasilitas tempat tinggal, biaya makan, dan jaminan masa depan. Namun fakta dilapangan menunjukkan bahwa pemenuhan tingkat kesejahteraan atlit belum dapat terpenuhi dengan baik. Sesuai hasil wawancara dengan informan mengemukakan bahwa:

“Pemenuhan fasilitas tempat tidur berupa kasur, bantal dan seprai agar anak-anak didik merasakan kenyamanan. Pemenuhan fasilitas tersebut belum terpenuhi dengan baik”. (Wawancara Maret 2017)

Hasil wawancara diatas sesuai dengan data yang diperoleh pada harian kendari pos bahwa pelayanan tempat tidur berupa kondisi kasur, bantal dan seprai tempat tidur yang dinilai tidak layak lagi untuk dipakai para siswa PPLP (Kendari Pos Januari 2017).

Lebih lanjut pula hasil wawancara dengan informan bahwa:

“PPLP jangan bermimpi mendidik anak-anak untuk meraih prestasi yang baik kalau tempat tidurnya saja sudah tidak beres. Menurutnya, bagaimana mungkin mereka bisa nyaman tidur kalau kasurnya, bantalnya dan seprainya sudah tidak beres”. (Wawancara Maret 2017).

Lebih lanjut pula hasil wawancara dengan salah seorang informan mengungkapkan bahwa:

“Di sini kita terhambat dari segi fasilitas olahraga, banyak cabang olahraga yang belum lengkap peralatannya. Sebenarnya cukup banyak atlet di daerah kita, cuman biasanya banyak yang kurang puas dengan pembinaannya sehingga banyak atlet kita yang lari atau memundurkan diri saja karena kurang puas.

Sehingga kalau ada kegiatan atau kejuaraan lagi kita harus mencari bibit-bibit baru. Sebaiknya itu memang atlet harus diperhatikan dan dilayani dengan baik karena dia sangat susah payah latihan sehingga berprestasi tapi tidak diperhatikan (Wawancara Maret 2017).”

Jaminan kesejahteraan lainnya dilihat pula dari makanan yang diperoleh siswa PPLP hanya makanan yang hanya sekedar memberi kenyang. Kesimpulan awal yang ditangkap, bahwa perlu pembenahan besar-besaran. Hasil wawancara dengan informan selaku Kadis Kepemudaan dan Olahragaga mengemukakan bahwa:

(9)

9

“Saat ini, biaya makan untuk setiap siswa PPLP per hari sebesar Rp 100 ribu, lalu dipotong pajak diperkirakan tinggal menyisakan sekitar Rp 90 ribu. Anggaran Rp 90 ribu kalau untuk makan sudah luar biasa dapat memenuhi kecukupanb gizi untuk mempersiapkan atlet, memastikan bahwa anak-anak perlu dibina dengan baik. Perlu penyedia makanan yang layak dan paham agar ada kepastian angka kecukupan gizi (Wawancara Maret 2017).

Selain itu, jaminan kesejahteraan dapat dilihat pula dari jaminan masa depan sebagai bonus bagi setiap atlit yang meraih prestasi baik dalam bentuk uang maupun pengangkatan para atlit berprestasi menjadi PNS. Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Sulawesi Tenggara telah menerima beberapa atlet yang diangkat menjadi PNS yang berasal dari berbagai cabang olahraga, terbanyak dari cabang olahraga dayung, sesuai dengan jumlah prestasi yang telah mereka raih.

Dari pengamatan penulis ditemukan di lapangan masih minimnya penghargaan yang didapatkan oleh atlet. Banyak atlet yang berpotensi namun segera memundurkan diri karena merasakan pembinaan yang tidak berkesinambungan, atlet merasa tidak berguna lagi setelah tidaka ada kejuaraan, bahkan banyak atlit yang mengundurkan diri PPLP dan mencari daerah yang bisa memberikan hadian dan/atau bonus yang besar jika meraih prestasi dalam ajang/kejuaraan. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan salah seorang informan yang mengatakan bahwa:

“atletnya Sultra cukup berprestasi di bidang olahraga terutama olahraga Dayung, Ada beberapa atlet kita yang mendapat medali emas diajang kejuaraan PPLP.

Kalau yang menghambat sebanarnya semuanya adalah masalah dana yang berlanjut pada kurangnya sarana atau peralatan olahraga. Kondisi ini menyebabkan pemberian bonus pada para atlit yang meraih medali mengalami keterlambatan terlebih jaminan kesejahteraan, itu masih jauh dari harapan (Wawancara Maret 2017).”

Berdasarkan uraian di atas menunjukkan bahwa untuk pemenuhan tingkat kesejahteraan atlit belum dapat terpenuhi dengan baik. Hal ini disebabkan karena minimnya anggaran untuk program yang dicanangkan oleh Dispora Provinsi Sulawesi Tenggara khususnya program pembinaan olahraga pada PPLP. Kondisi ini menyebakan penyediaan sarana prasara olahraga, fasilitas tempat tinggal, pemenuhan kebutuhan energi dan gizi (makanan/minuman), serta pemerian bonus dan pemenuhan kesejahteraan belum bisa terpenuhi dengan baik bahkan masih jauh dari yang diharapkan.

Temuan penelitian sebagaimana diuraikan di atas menunjukkan bahwa aparat di Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Sulawesi Tenggara sudah mengimplementasikan program PPLP. Dari empat aktivitas implementasi yang diinvestigasi dalam penelitian ini, yakni sistem rekruitmen, program pengembangan, manajemen penyelenggaraan event

(10)

10

keolahragaan, dan jaminan kesejahteraan kepada atlet, semuanya telah diupayakan namun belum terlaksana secara efektif. Aparat pelaksana belum melaksanakan semua tahapan langkah implementasi yang dianjurkan, belum merepresentasikan makna substansial implementasi menurut Tachjan (2006) yakni aktivitas yang bertalian dengan penyelesaian suatu pekerjaan dengan penggunaan sarana untuk melaksanakan sesuatu dan memperoleh hasil. Temuan penelitian ini juga belum konsisten dengan makna inti dari implementasi program menurut Winarno (2014) yakni menjalankan kebijakan guna meraih dampak atau tujuan yang diinginkan. Dengan demikian, temuan penelitian ini memperkuat Udoji dalam Wahab (2004) bahwa kebijakan akan sekedar berupa impian atau rencana bagus yang tersimpan rapi kalau tidak diimplementasikan dengan baik.

SIMPULAN

Implementasi program PPLP oleh Dispora Provinsi Sulawesi Tenggara, ditinjau dari aspek sistem rekruitmen, program pengembangan, manajemen penyelenggaraan event keolahragaan, dan jaminan kesejahteraan kepada atlet, telah dilaksanakan sesuai prosedur yang telah ditetapkan namun belum optimal. Dalam mengimplementasikan program tersebut, aparat pelaksana belum dapat merealisasikan makna paling inti dari konsep implementasi, yakni penyelesaian suatu pekerjaan dengan penggunaan sarana untuk melaksanakan sesuatu dan memperoleh hasil atau tujuan yang telah ditetapkan dalam keputusan kebijakan.

REFERENSI

Bowman, Ann O’M., 2005. “Policy Implementation”. In Encyclopedia of Public Administration and Public Policy, edited by Jack Rabin. Boca Raton, FL.: Taylor

& Francis Group. Pp. 209-212.

Hill, M. and Hupe, P., 2012. Implementing Public Policy. London: Sage Publication.

Jones, Charles O., 1991. Pengantar Kebijakan Publik (Public Policy). Jakarta: Rajawali.

Strauss, A. dan Corbin, J., 1990. Qualitative Research: Grounded Theory Procedure and Techniques. London: Sage Publication.

Tachjan, 2006. Implementasi Kebijakan Publik. Bandung: Penerbit Aipi.

Wahab, Solichin Abdul, 2004. Analisis Kebijakan dari Formulasi ke Implementasi Kebijahanaan Negara. Jakarta: Bumi Aksara.

Winarno, Budi, 2014. Kebijakan Publik: Teori dan Proses. Yogyakarta: Media Presindo.

Referensi

Dokumen terkait

Upaya-upaya yang dapat dilakukan oleh pihak bank untuk mengatasi kredit bermasalah tersebut pada tahapan pertama adalah upaya penyelamatan kredit, dengan syarat apabila

Berfungsi untuk (1) meletakkan dan menambat batang rel, (2) menjaga kelebaran trek (track gauge, adalah ukuran lebar trek rel. Indonesia memiliki track gauge 1067

[r]

We do ®nd, however, that cumulative default rates on loans were quite similar to compa- rably rated corporate bonds in our sample period for maturities of four and ®ve years, but

My analysis uses the ratio of chemical segment revenue to total revenue (CHEMSEG) and the level of environmental disclosure (DISCLOSE) mea- sures used by Blacconiere and Patten

[r]

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Konsentrasi substrat naringenin 6 mg/mL dapat menyulitkan deteksi hasil reaksi transglikosilasi naringenin

Sehubungan dengan telah dilakukannya evaluasi administrasi, evaluasi teknis, evaluasi harga dan evaluasi kualifikasi serta formulir isian Dokumen Kualifikasi untuk penawaran