• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian terdahulu merupakan salah satu parameter peneliti dalam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian terdahulu merupakan salah satu parameter peneliti dalam"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

18 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu merupakan salah satu parameter peneliti dalam melakukan sebuah penelitian adapun bentuk-bentuk penelitian terdahulu yang digunakan sebagai acuan peneliti dalam melakukan penelitian ini. Diantaranya sebagai berikut:

Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu No Nama dan Judul

Penelitian

Temuan dan Hasil Penelitian

Relevansi Dalam Penelitian

1.

Jamaluddin Arifin.

Kohesi Sosial Sanro dan Guru dalam Memaksimalkan

Fungsi Adat di Masyarakat Kabupaten Gowa.

Jurnal Equilibrium Pendidikan Sosiologi, Vol V Mei No. 1 2017

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa hubungan Sanro dengan Guru dalam hal memaksimalkan fungsi adat di masyarakat Ballaparang sangat menyatu dilihat dari kerja sama mereka dalam menjaga tatanan adat yang ada.di Masyarakat Ballaparang masih mempercayai pengobatan tradisional dan sangat menghormati nenek moyang mereka dengan cara menjaga tradisi- tradisi yang sudah ada.

Sanro dan guru saling terikat yang bertujuan untuk memaksimalkan fungsi adat.

Relevansi yang terdapat pada penelitian

terdahulu dengan penelitian yang akan dilakukan adalah terletak pada hubungan saling

membutuhkan satu sama lain untuk mencapai satu tujuan yang sama yakni menjaga tradisi.

Kohesi sosial sendiri terdiri dari kekuatan yang berlaku pada anggota suatu masyarakat.

2.

Morida Siagian.

Kohesi Sosial

Masyarakat di

Kawasan Megapolis (studi Kasus Kawasan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa

Kampung Keling

menjadi kawasan kawasan modern,

Relevansi yang terdapat dalam jurnal penelitian terdahulu dengan penelitian yang

(2)

19 Kampung Keling,

Medan, Indonesia).

Jurnal Lingkungan Binaan Indonesia 7 (2), Juni 2018.

masyarakat Tamil telah bergeser ke kawasan pinggiran sementara masyarakat Cina telah mendominasi kawasan tengah. Hardirnya modernisasi di Kampung

Keling tidak

menimbulkan konflik atnra masyarakat Tamil dan Cina, keadaan ini

malah membuat

keharmonisan yang menciptakan ruang baru yang di dalamnya terjadi kohesi sosial. Kohesi sosial yang terjalin dapat mempertahankan

identitas kawasan dan eksistensi kedua kelompok tersebut.

akan dilakukann adalah terkait dengan daerah yang rawan konflik namun tidak terjadi konflik karena adanya

perbedaan.

3. .

Suzanna Ratih Sari, Nindyo Suwarno, Windu Nuryanti, Diananta.

The Role of Social Cohesion to Reduce Social Conflict in Tourist Destination Area.

Jurnal Komunitas 6 (2) (2014): 25-36. DOI:

10.15294/komunitas.

V6i2.3308. ISSN 2086- 5465.

Hasil dalam penelitian ini dapat menunjukkan

masyarakat di

Borobudur sangat memperdulikan nilai tradisi yang ada di masyarakat untuk menyelesaikan

permasalahan yang disebabkan oleh pariwisata. Melalui interaksi antar wisatawan dengan masyarakat sebagai host tujuan dari wisata, Ada beberapa nilai tradisi diantaranya nilai kebersamaan sebagai kohesi sosial masyarakat yang mulai tergerus.

Relevansi yang terdapat pada penelitian

terdahulu dengan penelitian yang akan dilakukan adalah terletak pada lebih mempererat kohesi sosial yang

ada guna

mengurangi adanya konflik.

4.

Meta Rolitia, Yani Achdiani, Wahyu Eridjana.

Nilai Gotong Royong Untuk Memperkuat

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai gotong royong yang ada di masyarakat untuk memperkuat suatu kohesi

Relevansi yang terdapat pada penelitian

terdahulu dengan penelitian yang

(3)

20

Kohesi dalam

Kehidupan masyarakat Kampung Naga.

dalam kehidupan di Kampung Naga, hal ini digambarkan dengan adanya bentuk-bentuk gotong royong dan nilai yang berkaitan dengan kohesi. Peran masyarakat dalam kegiatan gotong royong dan usaha untuk mempertahankan

kekuatan suatu kohesi yang ada di masyarakat karena adanya nilai-nilai gotong royong tersebut.

akan dilakukan adalah terletak pada kohesi.

5.

Amalia Sari,

Hadiwinarto,

Syahriman. Bimbingan Kelompok Terhadap Interaksi Sosial Anak Binaan Di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Curup KAbupaten Rejang Lebong. Jurnal Ilmiah Bimbingan dan Konseling. Vol 1 No. 1.

ISSN : 2599-1221.

2017

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa interaksi sosial anak binaan di Lapas Kelas II A Curup Kabupaten Rejang Lebong setelah mendapat layanan bimbingan kelompok menunjukkan pada kategori sangat tinggi.

Relevansi yang terdapat pada penelitian

terdahulu dengan penelitian yang akan dilakukan adalah terletak pada interaksi antar narapidana anak yang sangat dibutuhkan untuk melihat tingkat kohesi sosial.

2.2 Tinjauan Pustaka 2.2.1 Kohesi sosial

Kohesi soisal adalah kondisi kesatuan yang kuat, ada kerjasama atau kekompakan, terapi ada nuansa fanatic kelompok, misalnya bangsa Jepang pada masa Perang Dunia II dalam masyarakat modern yang kompleks dan heterogen, konsep ini nampaknya kurang realistik bila bersifat terlalu eksklusif.

Pengertian lainnya tentang kohesi sosial seperti pernyataan Johnson and Johnson (1991) bahwa kohesi sosial di dalam sebuah kelompok masyarakat terjadi ketika antar anggota kelompok saling

(4)

21 menyukai atau menginginkan kedatangan satu dengan lainnya. Kohesi sosial dapat ditinjau dari keikutsertaan anggota kelompok masyarakat, kohesi yang dapat menumbuhkan perasaan bersama dan rasa memiliki terhadap sebuah kelompok masyarakat. Mollering (2001) menyatakan bahwa fungsi dari pentingnya kepercayaan (trust) dalam hubungan sosial bermasyarakat ialah pemeliharan kohesi sosial, kepercayaan membantu mempererat setiap bagian sosial yang tinggal dalam sebuah kelompok masyarakat menjadi satu kesatuan yang tidak akan terpisah. Menurut Faturochman (2006) menyatakan bahwa faktor-faktor yang dapat membentuk suatu kohesivitas adalah setiap anggota kelompok memiliki prinsip yang tinggi, interaksi dikuasai dari kerjasama bukan dari persaingan, hal ini memiliki tujuan yang saling berkaitan satu dan lainnya, seiring berjalannya waktu tujuan yang diusungkan terjadi peningkatan, adanya timbal balik antar anggota masyarakat yang bersifat mengikat dan adanya ketertarikan antar anggota masyarakat sehingga menimbulkan hubungan yang menguatkan jaringan relasi di dalam kelompok masyarakat.

Menurut Forrest dan Kearns dalam pernyataannya bahwa ranah-ranah kohesi sosial yaitu :

1. Adanya nilai-nilai kebersamaan dan budaya masyarakat 2. Keteraturan dalam sosial dan kendali sosial

3. Kohesi sosial

4. Jejaring sosial dan modal sosial

5. Kerekatan dan penentu pada suatu tempat (place attachment and identity)

(5)

22 Pengertian kohesi sosial yang sifatnya sosiologis (seperti pada umunya kajian tentang kohesi sosial) dijadikan landasan menilai kohesi atau kerekatan sosial secara ilmiah. Bollen dan Hoyle mengkaji kesenjangan yang ada perihal kohesi sosial. Pernyataan mereka menyebutkan bahwa selain mengevaluasi secara ilmiah, namun juga mengevaluasi mengenai sudut pandang individual anggota kelompok tentang tingkat kohesi dengan kelompok, seharusnya tidak diabaikan karena sudut pandang ini brpengaruh pada tingkah laku individu maupun kelompok secara keseluruhan. Struktur ini yang dimaksud tanggapan kohesi sosial bersifat subjektif-psikologi.

2.2.2 Lembaga Pembinaan Anak

KUHP merrancang berbagai Pasal yang mengatur tentang pemberian pidana kepada sesorang yang belum menginjak usia dewasa, yakni pada Pasal 45, Pasal 46, dan Pasal47. Pada Pasal 45 KUHP Bab III mengatur tentang penghapusan, pengurangan atau pidana berat. Pasal ini diperuntukan pada orang yang belum menginjak usia dewasa yakni anak, orang yang belum menginjak usia 16 thun. Ketika putusan hakim menginstruksikan seorang anak telah melakukan tindak pidana untuk diberikan kpada pemerintah. Anak yang bersangkutan supaya dimasukan ke rumah pendidikan negara. Hal ini bertujuan untuk anak masih mendapat atau menerima pendidikan dari pemerintah, cara lainnya ketika anak diperintah oleh hakim untuk diberikan kepada institusi tertentu seperti, badan hukum, yayasan atau lembaga amal yang berada di Indonesia. Ketika hakim memerintahkan anak yang telah melakukan pelanggaran untuk diserahkan kpada pemerinta. Cara lainnya ialah

(6)

23 diserahkan kepada institusi tertentu seperti, badan hukum, yayasan atau lembaga amal. Cara ini terlaksana hingga dalam waktu anak yang bersangkutan berusia 18 tahun, Pasal 46 ayat 1 ditetapkan dalam Undang-Undang.

Pada Pasal 47 menyebutkan :

(1) ketika hakim memutuskan pidana, maka maksimum pidana pokok terhadap tindak pidananya dikurangi sepertiga.

(2) Ketika tindakan tersebut merupakan salah satu tindak kejahatan yang terancam mendapat pidana mati atau pidana penjara selama seumur hidup, maka diputuskan pidana penjara dalam waktu paling lama 15 tahun.

(3) Pada Pasal 10 butir b, nomor 1 dan 3, yang memuat tentang pidana tambahan tidak dapat diterapkan.

2.2.3 Total Institution

Pandangan tentang The Presentation of Self yang telah disampaikan oleh Erving Goffman tentang pengalaman kehidupan sehari- hari seseorang. Pandangan mengenai Asylums adalah sebuah karya yang memiliki sifat metodologis dan teoritis. Goffman mendalami hal bahwa kehidupan sosal orang yang menghuni rumah sakit dan berhasil dengan sangat baik menyusun “insight” dan dalam pengamatanya merujuk pada sudut pandang teoritis. Goffman berkenan pada hubungan yang seakan- akan sebuah hasil dari suatu sistem yang sifatnya tertutup. Hal ini membuat Goffman ingin untuk melakukan penelitian terhadap sistem yang sifatnya tertutup sebagai sebuah institusi total. Penamanan institusi total digunakan untuk menganalisisa sebuah lembaga yang melakukan

(7)

24 pembatasan perilaku orang melalui proses-proses sistem pemerintahan yang menimbulkan terasingnya orang tersebut dari kehidupan normal disekitarnya.

Goffman (1961) menyatakan institusi total merupakan sebuah tempat bekerja dan tinggal oleh orang yang berjumlah banyak dipersatukan dan terisolir dari masyarakat luar dalam waktu yang cukup lama bersama dinaungi oleh institusi yang sifatnya tertutup. Adanaya aturan secara resmi dalam satu gagasan kehidupan. Institusi total adalah tempat yang peruntuhkan untuk kelompok sosial yang terisolir dari kehidupan masyarakat luar , adanya penerapan berbagai aturan secara resmi meliputi semua hal dalam kehidupan kelompok sosial tersebut.

Institusi total digunakan untuk mengatur sosial berdasarkan 1 rencana yang logis dan menyadari bahwa berada dalam tempat yang sama dan pada keadaan bekerja, bermain, makan, serta tidur (Goffman : 1961). Setiap orang yang dimaksud sudah diatur semua kegiatan dalam hari-harinya, sehingga orang tersebut tidak dapat memilih kreasi dalam penentuan pilihan-pilihan kegiatan masing-masing. Semua kegiatan mulai dari bangun tidur hingga tidur kembali sudah diatur oleh institusi total, orang tersebut tidak dapat mengelak dan melanggar aturan yang sudah dibuat.

Institusi total yang berada di tengah-tengah masyarakat memiliki 5 kategori berdasarkan fungsinya, yakni :

1. Institusi yang dibangun untuk merawat individu berkebutuhan khusus, mereka tidak memberikan ancaman fisik maupun moral bagi masyarakat, tetapi mereka dianggap tidak bisa memberikan kontribusi

(8)

25 dan menjalankan peran sosialnya. Individu yang masuk kategori ini antara lain adalah para manula yang berada dalam panti jompo, yatim piatu, divabel, atau miskin.

2. Institusi yang dibangun untuk merawat individu yang tidak mampu merawat dirinya sendiri serta dianggap sebagai ancaman bagi komunitas. Individu dalam kelompok sosial ini masuk dalam kategori sakit dan membutuhkan perawatan dari spesialis yang memahami cara untuk menangani mereka. Contoh dari institusi total ini adalah rumah sakit jwa, sanitarium, serta pusat rehabilitasi candu.

3. Institusi yang dikelola untuk melindungi komunitas dari individu- individu yang menjadi ancaman aktif bagi keberlangsungan hidup masyarakat. individu yang masuk dalam kategori ini bukan hanya para pelaku tindakan kriminalitas saja, imigran yang datang bergelombang untuk mencari tempat tinggal juga masuk dalam kategori ini. Para imigran tersebut memang masuk dalam kelompok rentan yang membutuhkan pertolongan, namun bagi masyarakat sekitar imigran merupakan kelompok asing yang belum berkontribusi, imigran juga memiliki landasan nilai, norma, serta kebiasaan yang berbeda.

Kehadiran imigran dapat menggangu tatanan sosial yang sudah ada.

Institusi total yang masuk dalam kategori ini antara lain adalah penjara serta pusat detensi imigran.

4. Institusi yang diperuntukan untuk mempersiapkan partisipasinya supaya dapat menjalankan peran tertentu di dalam masyarakat. peran tersebut membutuhkan persiapan khusus yang hanya diperoleh dari

(9)

26 sebuah lembaga dengan karakter institusi total, misalnya barak tentara, pesantren, sekolah, asrama.

5. Instisusi yang dibangun sebagai sarana retret atau menarik diri dari keduniaan, disaat yang bersamaan lembaga tersebut juga memberikan pendidikan dan pelayanan keagamaan. Institusi keagamaan seperti seperti ini dikelola dengan tingkat disiplin yang tinggi terhadap ajarannya. Beberapa pesantren masuk dalam kategori model institusi total ini.

Institusi total membagi anggotanya kedalam dua kategori untuk menjalankan fungsinya, yakni inmates dan staf. Inmates yang dimaksud meliputi narapidana di dalam penjara, pasien rumah sakit jiwa, santri sebuah pesantren, dan prajurit dalam barak tentara. Inmates merupakan kelompok yang dikelola yang tinggal di dalam institusi dan memiliki kontak yang terbatas dengan dunia dibalik tembok institusi. Staf yang hadir dalam institusi dengan peran sebagai pengelola dalam kurun waktu sebatas jam kerja dan masih terintegrasi dengan dunia luar institusi.

2.2.4 Narapidana anak

Berdasarkan Pasal 1 angka 8 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 yang membahas tentang Pemasyarakatan (UU 12/1995), bahwa anak pidana, anak negara, dan anak sipil adalah jenis dari anak didik pemassyarakatan adapun penjelasanya seperti berikut :

a. Anak Pidana adalah seorang anak yang berdasarkan hasil pengadilan menjalani pidana di Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS) anak paling lama hingga berusia 18 Tahun.

(10)

27 b. Anak Negara adalah seorang anak yang berdasarkan hasil

pengadilan diserahkan pada negara untuk mendapat didikan dan ditempatkan di LAPAS Anak paling lama hingga berusia 18 Tahun.

c. Anak Sipil adalah seorang anak atas permintaan dari orang tua atau wali memperoleh penetapan pengadilan untuk mendapat didikan di LAPAS Anak paling lama hingga berusia 18 Tahun.

2.2.5 Undang-Undang tentang Pembinaan Narapidana Anak

Sistem pembinaan pidana anak merupakan semua proses penyelesaian permasalahan seorang anak yang bertumbukkan dengan hokum. Pertama dimulai dari tahapan penyelidikan hingga sampai tahapan pembinaan setelah menjalani rangkaian pidana. Pada Bab V Undang-Undang yang memuat tentang cara pembinaan seorang anak di mana mengacu pada tindakan yang dilakukan pada seorang anak yang terbukti melakukan tindak pidana. Pada pasal 71 Undang-Undang No.11 Tahun 2012 menjelaskan mengenai pidana yang dpat diberikan kpada anak yaitu :

(1) Pidana pokok untuk anak terdiri atas : a. Pidana peringatan

b. Pidana dengan syarat

1) Pembinaan yang dilakukan diluar lembaga 2) Pelayanan masyarakat

3) Pengawasan

c. Adanya pelatihan kerja

d. Pembinaan yang dilakukan dalam lembaga

(11)

28 e. Menjalani hukuman di Lembaga Pembinaan.

(2). Adapun pidana tambahan yang dapat diberikan terdiri dari : a. Perampasan keuntungan yang diperoleh dan tindak pidana b. Memenuhi kewajiban adat.

(3). Ketika dalam hukum materil mendapat ancaman pidana kumulatif berupa menjalani hukuman di Lembaga Pembinaan dan mendapat denda, maka pidana denda dapat diganti dengan pelatihan kerja.

(4). Pidana yang diterapkan kepada seorang anak dilarang melanggar harkat dan martabat yang dimiliki anak.

(5). Ketentuan mengenai bentuk dan tata cara pelaksanaan pidana seperti yang dimaksudkan pada ayat 1, ayat 2, dan ayat 3 yang telah diatur pada peraturan pemerintah.

Pasal 72 mengenai idana peringatan pada anak yang melakukan tindak pidana. Pidana peringatan merupakan pidana ringan yang tidak mengakibatkan pembatasan kebebasan anak. Pasal 73 mengatur mengenai jatuhan pidana dengan ketentuan bisa diberikan kepada anak dengan pertimbangan berbagai ketentuan yang tertera di undang-undang ini disebut dengan ketentuan umum dan ketentuan khusus. ketentan umum ialah anak tidak akan mengulangi tindak pidananya selama menjalani masa pidana dengan ketentuan, sedangkan ketentuan khusus ialah melakukan atau tidaknya hal tertentu yang sudah ditetapkan dalam putusan hakim serta kebebasan anak tetap diperhatikan. Ketika menjalani pidana ini, seorang anak diawasi oleh jaksa seperti yang telah dimuat

(12)

29 dalam Pasal 73 ayat 7 yaitu “selama menjalani masa pidana dengan syarat, penuntut umum melakukan pengawasan dan pembimbing kemasyarakatan melakukan pembimbingan agar anak menempati persyaratan yang telah ditetapkan.”

Dalam pasal 78 (1) diatur mengenai pelatihan kerja yang sesuai dengan usia anak. Selanjutnya dalam pasal 80 menjelaskan “Pidana pembinaan didalam lembaga dilakukan ditempat pelatihan kerja atau lembaga pembinaan yang diselenggarakan, baik oleh pemerintah maupun swasta. Pasal 81 menyatakan bahwa anak dijatuhi pidana penjara di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) apabila keadaan dan perbuatan anak akan membahayakan masyarakat. Pidana penjara yang dijatuhkan kepada anak separuh dari maksimum ancaman yang diberikan kepada pidana penjara terhadap orang dewasa.

2.2.6 Kriminalitas Anak

Kriminalitas atau yang dapat disebut tindak kriminal merupakan semua tindakan yang melanggar hukum atau sebuah tindak kejahatan..

Tindakan yang dapat dikatakan tindak kriminal adalah seorang yang mengambil barang orang lain atau biasa disebut pencuri, seorang pembunuh, pelaku perampokan dan juga pelaku teroris. Pelaku teroris tidak sama dengan seorang kriminal, sebab pelaku teorirs melakukan tindak kejahatandidasari oleh motif politik atau paham. Ketika seorang criminal melakukan kesahalan dan belum ditetapkan oleh hakim, maka seorang tersebut menjadi seorang terdakwa. Hal ini dikarenakan sebuah asas dasar negara hukum: seseorang tidak dapat disalahkan sebelum adanya bukti yang menyatakan bahwa telah melakukan kesalahan atau

(13)

30 pelanggaran. Tindakan kriminalitas bukan sebuah kejadian atau bawaan sejak lahir bahkan bukan juga warisan secara biologis. Tindakan kriminal dapat dilakukan ole semua orang, baik wanita ataupun pria, bahkan dapat dilakukan dari usia anak hingga orang tua. Tindak kriminal dapat dilakukan dengan kesadaran penuh yang didasari oleh paksaan yang sangat kuat dan adanya suatu obsesi yang kuat juga. Tindak kriminal jugadapat dilakukan dengan tidak sadar sama seklai. Contohnya, melakukan tindakan kriminal didasari keterpaksaan untuk mempertahankan hidupnya, ketika seseorang dihadapkan dengan situasi yang harus melakukan perlawanan dan dengan penuh keterpaksaan membalas untuk menyerang balik sehingga mengakibatkan terjadinya peristiwa pembunuhan.

Faktor yang melatarbelakangi anak melakukan tindak pidana (Soekanto : 2000) :

1. Faktor Keluarga, seorang anak yang dibesarkan pada kondisi keluarga yang kurang baik dapat menyebabkan resiko terhadap anak rentan mengalami gangguan terhadap kepribadian.

Kepribadian pada anak tersebut dapat berubah menjadi pribadian yang antisoasial dan dapat melakukan perilaku menyimpang. Keadaan keluarga yang kurang harmonis menjadi faktor yang lebih besar dibandingkan dengan anak yang dibesarkan pada keluarga harmonis. Tolak ukur keadaan keluarga yang kurang harmonis ialah :

a. Keadaan keluarga yang sudah tidaak utuh (broken home)

(14)

31 b. Rutinitas kedua orang tua, tidak adanya atau tidak bersama

orang tua dengan anak ketika berada di rumah.

c. Hubungan antara anggota keluarga (ayah,ibu, dan anak) yang kurang baik.

2. Faktor Sekolah, lingkungan sekolah yang kurang baik dapat mempengaruhi kegiatan belajar mengajar peserta didik, antara lain:

a. kualitas dan kuantitas tenaga pengajar yang kurang memadai

b. kualitas dan kuantitas tenaga bukan guru yang kurang memadai

c. kelangsungan hidup yang sejahtera bagi guru yang kurang memadai

d. Letak sekolah yang berada di daerah rawan.

3. Faktor Masyarakat, keadaan lingkungan sosial yang kurang baik atau rawan dapat berpengaruh bagi anak untuk melakukan perbuatan yang menyimpang , faktor masyarakat dapat dibedakan menjadi dua macam antara lain :

a. Faktor lingkungan yang rawan, contohnya tempat hiburan yang buka sampai larut malam bahkan dini hari, penjualan alkohol yang meraja lela, serta penyalahgunaan obat- obatan yang terlarang, faktor lainnya adalah keadaan seorang anak yang mengalami putus sekolah atau anak jalanan.

(15)

32 b. Daerah rawan , penyebaran alkohol, penyalahgunaan obat

terlarang, dan zat adiktif, tawuran, balapan liar, pencurian, perampasan, penodongan, pengompasan, perampokan.

2.3 Landasan Teori Kohesi Sosial Emile Durkheim

Emile Durkheim dilahirkan di Epinal tanggal 15 April tahun 1858 dan besar di Perancis dan Durkheim merupakan seorang akademisi yang memberi pengaruh karena berhasil mengorganisasikan sosisologi sebagai suatu disiplin ilmu akademisi yang shah. Perang dunia I mengakibatkan pengaruh yang tragis terhadap hidup Durkheim. Pandangan kiri Durkheim selalu patriotik dan bukan internasionalis. Durkheim enggan tunduk kepada semangat nasionalis yang sederhana membuat Durkheim menjadi sasaran yang wajar dari golongan kanan Perancis yang kini berkembang. Dalam Perang ini Durkheim seperti mendapat pukulan mental karena anak Laki-lakinya tewas (George Ritzer, 2012 : 81-82 ).

Karya Durkheim yang berjudul The Elementary From of Religious Life memberikan suatu analisa yang terperinci mengenai kepercayaan-kepercayaan dan ritual-ritual agama tetomik orang Arunta suku bangsa Primitif di Australia Utara. Organisasi sosial dalam suku-suku bangsa ini didasarkan pada klan sebagai satuan sosial yang primer. Analisa Durkheim bertujuan untuk menunjukkan hubungan yang erat antara tipe organisasi sosial dan tipe tetomik.

Durkheim melihat bahwaagama memiliki hubungan dengan suatu Dunia yang suci atau sakral. (Durkheim, 2017 : 62)

Durkheim menginterprestasikan agama menjadi suatu sistem yang

koheren mengenai kepercayaan dan praktek yang memiliki hubungan dengan benda suci dalam bentuk simbol di mana Agama dapat menjadi salah satu faktor untuk menciptakan penyatuan sosial. Durkheim mememukakan bahwa tidak

(16)

33 dapat dibayangkan suatu institusi total seperti agama yang demikian kuat dan berkuasanya dapat didasarkan pada tidak lebih daripada ilusi atau imajinasi. Ide tentang yang suci menurut Durkheim harus mencerminkan atau berhubungan dengan suatu yang riil (Robert, 1986 : 196).

Kepercyaan dan ritual Agama dapat memperkuat ikatan sosial di mana adanya kehidupan kolektif. Hal ini menunjukkan bahwa adanya hubungan antara Agama dan masyarakat memiliki ketergantungan yang kuat. Dhurkeim menyatakan kepercayaan menunjukkan keadaan masyarakat dalam bentuk simbol. Ritual yang dilakukan dapat mempersatukan individu dalam kegiatan bersama dan memiliki tujuan yang sama dan memperkuat rasa percaya. Perasaan dan komitmen moral yang merupakan dasar struktural sosial. Durkehim menyatakan bhwa semua anggota kelompok bersatu untuk memperkuat kembali nilai dasar dengan melakukan peringatan peristiwa penting dalam sejarah bersama. (Ritzer, 2012 : 84).

Ketergantungan manusia dalam kehidupan masyarakat memperlihatkan bahwa untuk mempertahankan kembali nilai-nilai dasar, seperti Kohesi sosial narapidana anak membutuhkan Agama dan hubungan kelompok untuk memperkuat nilai-nilai dasar dari manusia.

Durkheim memperlihatkan bahwa hubungan dengan kekuasaan ilahi yang bersifat supernatural yang dirasakan manusia sama dengan hubungan mereka dengan masyarakat. Contohnya individu memiliku hubunga suatu hubungan ketergantungan dan perilaku individu dibimbing atau dikontrol yang berlawanan dengan kepentingan pribadinya. Individu tersadarkan oleh adanya kekuasaan yang dilandasi pada suatu interaksi dan saling mempengaruhi dalam hal-hal tertentu yang bisa dibandingkan dengan pergerakan psikologi kerumunan. Individu bersatu semua pada saat kegiatan upacara atau ritual dan

(17)

34 melakukan interaksi antar sesama. Adanyasebuah keterikatan rasa emosional secara signifikan yang membuat kereratan melekat pada seseorang dikarena menyadari bahwa semua individu berada dalam sebuah penglaman yng sama.

setiap perilaku individu memberikan sumbangsih terhadap pengalaman bersama, akan tetapi pengalaman kolektif dapat melayani semua individu.

Proses saling mempengaruhi satu sama lain dengan cara kolektif ialah adanya sebuah kondisi emosional di mana semua individu hilang keindividualitasnya dan tidak bisa mengontrol diri serta masuk kedalam sebuah jenis kondisi yang meningkatkan emosional (Robert, 1986 : 197).

Pengetahuan agama dan pikiran perihal yang suci ialah hasil dari kehidupan kolektif di mana rasa percaya dan ritual agama dapat menguatkan ikatan sosial di mana kehidupan kolektif berada. keterkaitan antara Agama dengan masyarakat menunjukkan adanya ketergantungan yang sangat kuat. Durkheim menyatakan bahwa kepercayaan tetomik menunjukkan keadaan nyata masyarakat kedalam bentuk simbol. Ritual totemik dapat menyatukan rasa percaya, perasaan dan komitmen moral merupakan bagian dasardari struktur sosial. Pikiran perihal yang suci dikuatkan karena semua anggota kelompok berkali-kali menghadapi keadaan nyata pada kelompok tersebut. Keadaan nayat diwujudkan pada perasaan dan kegiatan bersama yang ada kaitanya dengan pelaksanaan ritual agama yang dilakukan berkali-kali atau menegaskan kembali tentang kepercayaan yang sama perihal suci.

Durkheim memperluas pokok pikiran utamanya dengan mengemukakan bahwa tidak hanya pikiran Agama melainkan juga pengetahuan pada umumnya berlandaskan pada dasar sosialnya. Kategori-kategori berpikir seperti, waktu, ruang, kelas, kekuatan, sebab, dan masih banyak hal lain yang tercipta dari kehidupan sosial dan menunjukkan struktur sosial. Kategori waktu tercipta berawal pada dunia kuno

(18)

35 dikarenakan terdapat kebutuhan untuk mengatur dinamika kehidupan individu dan kolektif. Kategori ruang sebagai suatu katergori akal budi yang memiliki sifat umum muncul dan menunjukkan penyebaran anggota kelompok, ruang dalam suatu daerah terntentu. kategori kelas muncul dari pembgian sosial dalam suatu kelompok. Tanpa adanya pengalaman bersama tentang berbagai kategori sosial tersebut dengan nama para anggota kelompok itu dapat digolongkan dan diseleksi menurut beberapa kriteria yang relevan. kategori kekuatan didasari akan kesadaran yangsubyektif perihal kekuasaan kelompok yang mengharuskan semua anggotanya yang memilikinya.

kategori tumbuh berdasar pada pengalaman bersama yang ada pada setiap individu perihal tindakan yang ditunjukkan dan menghasilkan sebuah akibat tertentu dalam kehidupan emosional mereka secara kolektif (Robert, 1986 : 203).

Menurut pengertian scra tipologis, kategori dari kohesi sosial dapat dibagi menjadi dua tipe yakni, kohesi sosial intramasyarakat dan kohesi sosial antarmasyarakat. Kohesi sosial intramasyarakat dulunya ada melalui sebuah mekanisme perbentukan sosio-kultur dalam masyarakat tunggal. Masyarakat pada umumnya tinggal pada satu wilayah mukim atau beberapa namun meyakini nilai dan norma yang sama. Nilai dan norma yang sama dapat dijadikan pedoman dalam proses interaksi (Previari dkk, 2019 : 114).

a. Kohesi sosial antarmasyarakat dulunya ada dikarenakan adanya pertemuan sosial antar masyarakat. Pertemuan sosial didasari oleh rasa saling membutuhkan satu sama lain. hal ini dapat menciptakan sebuah mekanisme soisal yang saling bekerja sama. Kohesi sosial antarmasyarakat lebih mengarah pada mekanisme prakmatis-ekonomis. Secara teologis-kultural kohesi sosial antarmasyarakat terbentuk oleh semangat antar tetangga dan saling bantu yang diolah dari sumber-sumber tata adab mengenai etika

(19)

36 berkoeksistensi dan persamaan makhluk ciptaan Tuhan yang diambil dari teks-teks keagamaan.

b. Kohesi sosial intramasyarakat tercipta melalui mekanisme interaksi soisal yang terjalin pada satu masyarakat tunggal yang didukung oleh rasa kesadaran dan kekerabatan.

Peneliti menyimpulkan bahwa kohesi social merupakan suatu bentuk implementasi dari suatu interaksi antar individu dengan individu yang tak lepas juga oleh sebuah lembaga atau institusi, sehingga interaksi ini menjadi suatu pokok pikiran yang sangan penting. Di mana hal ini tidak lepas dari prinsip- prinsip norma-norma yang berlaku di lembaga yang menjadi wadah bagi narapidana, kemudian juga hak asasi manusia (HAM) yang harus seutuhnya di lindungi oleh lembaga pembinaan masyarakat. konsep ham sendiri bukan untuk dipenuhi, tapi hak asasi manusia itu melekat pada tiap individu sejak lahir.

interaksi narapida ini menjadi suatu gambaran yang komperhensif di mana banyak sekali ruang-ruang untuk mereka saling memberikan gambaran kehidupan mereka dalam lapas. ini juga tidak lepas dari anggapan mereka sebagai narapidana anak yang telah melanggar norma-norma yang berlaku dalam masyarakat, sehingga persepsi pada tiap narapidana anak menjadi seakan mereka mengalami nasip yang sama dan menjadikan ini sebagai landasan kohesi para narapidana.

Referensi

Dokumen terkait

Mesin pemotong daging tanaman lidah buaya yang dirancang mampu memotong daging tanaman lidah buaya dengan ukuran 10x10x10 [mm] dengan kapasitas 100 [kg/jam].. Mesin ini

yang didukung oleh gambar, dapat diungkapkan makna ilokusi (makna tersirat) dari tuturan (2), yaitu tokoh Titeuf tidak hanya sekedar memikirkan Nadia (makna lokusi),

Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah merupakan model pembelajaran yang berdasarkan yang berlandaskan konstruktivisme dan mengakomodasi

Diharapkan kepada seluruh masyarakat Kabupaten Berau dapat menerapkan Protokol Kesehatan menerapkan sebagaimana berikut:.. Tidak melakukan aktifitas di luar rumah jika

Sedangkan Istarani (2011: 15) model pembelajaran adalah seluruh rangkaian penyajian materi ajar yang meliputi segala aspek sebelum dan sesudah pembelajaran yang

Hasil analisis fitokimia ekstrak daun kapur menun- jukkan bahwa ekstrak heksan mengandung senyawa metabolit sekunder steroid, ekstrak etil asetat me- ngandung senyawa metabolit

Pada penelitian ini menggunakan sensor DHT 11 untuk menguur suhu ruang dan pada penelitian ini hanya mengatur suhu ruang dengan menggunakan 1 subjek yakni pendingin,

Selain itu keluarga juga memiliki peran dalam memantau dan memberikan pengawasan terhadap tumbuh kembang anak, sehingga jika peran tersebut tidak memadai maka tumbuh