• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sumber: REKLAMASI TELUK JAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Sumber: REKLAMASI TELUK JAKARTA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

REKLAMASI

TELUK JAKARTA

Sumber: http://nasional.republika.co.id/

(2)

KAJIAN DEPARTEMEN KAJIAN DAN AKSI STRATEGIS BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA FAKULTAS HUKUM 2016

Latar Belakang dan Sejarah Reklamasi di Jakarta

Istilah reklamasi merupakan turunan dari istilah Inggris reclamation yang berasal dari kata kerja reclaim yang berarti mengambil kembali, dengan penekanan pada kata

“kembali”.1 Dalam hal ini, kata kembali disini merujuk pada pemanfaatan kembali kawasan atau lahan yang relatif tidak berguna menjadi lahan yang berguna dengan cara pengurugan, pengeringan lahan atau drainase. Menurut Pasal 1 ayat (23) Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 sebagaimana telah diubah dengan Undang- Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, reklamasi adalah kegiatan yang dilakukan oleh Setiap Orang dalam rangka meningkatkan manfaat sumber daya lahan ditinjau dari sudut lingkungan dan sosial ekonomi dengan cara pengurugan, pengeringan lahan atau drainase. DKI Jakarta dengan pertumbuhan penduduk yang pesat, meningkatnya kebutuhan lahan, dan sulitnya memperoleh pembebasan lahan untuk pengembangan Jakarta menyebabkan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melakukan kebijakan terhadap Pantai Utara Jakarta (Pantura). Kebijakan ini ditandai dengan munculnya program Pemerintah Daerah untuk mereklamasi pantai.2 Proyek pengembangan Pantura bukanlah gagasan baru yang lahir setelah Keputusan Presiden Nomor 52 Tahun 1995. Proyek ini pernah disinggung Professor Ir. H. Van Breen sewaktu melakukan kunjungan ke Jakarta yang saat itu bernama Batavia.3 Reklamasi pantai bukanlah merupakan hal baru bagi Jakarta. Kegiatan untuk meningkatkan manfaat sumber daya lahan dengan pengurukan dan pengeringan lahan atau drainase tersebut

1 Hasni, Hukum Penataan Ruang dan Penatagunaan Tanah, Jakarta: 2010, hlm. 351

2 A.R.Soehoed, Bunga Rampai Pembangunan: Antara Harapan dan Masa Depan, Jakarta: Putri Fadjar Mandiri dan FTUI, 2002, hlm. 107.

3 A.R. Soehoed, Proyek Pantura Transformasi dari Ibukota Provinsi keIbukota Negara: Persiapan-Persiapan bagi Proyek Multifungsi, Jakarta: Djambatan, 2004, hlm 25.

(3)

sudah mulai dilakukan sejak tahun 1980-an.4 PT Harapan Indah mereklamasi kawasan Pantai Pluit selebar 400 meter dengan penimbunan. Daerah baru yang terbentuk digunakan untuk permukiman mewah Pantai Mutiara. Kemudian, PT Pembangunan Jaya melakukan reklamasi kawasan Ancol sisi utara untuk kawasan industri dan rekreasi sekitar tahun 1981. Hutan bakau Kapuk direklamasi untuk kawasan permukiman mewah yang sekarang dikenal dengan sebutan Pantai Indah Kapuk pada tahun 1991. Reklamasi dilakukan pada tahun 1995, digunakan untuk industri, yakni Kawasan Berikat Marunda.5

Reklamasi Pantai Utara Jakarta bertujuan untuk menata kembali kawasan Pantura dengan cara membangun kawasan pantai dan menjadikan Jakarta sebagai kota pantai (waterfront city). Untuk mewujudkan hal tersebut maka Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengadakan proyek reklamasi pantai utara Jakarta yang dibagi dalam beberapa tahap pekerjaan.

1) Zona Barat, termasuk daerah proyek Pantai Mutiara dan proyek Pantai Hijau di daerah Pluit serta wilayah Pelabuhan Perikanan Muara Angke dan daerah proyek Pantai Indah kapuk dimana yang merupakan daerah reklamasi adalah daerah laut seluas kira-kira 1000 ha (kira-kira 6,5 km x 1,5 km).

2) Zona Tengah, meliputi wilayah Muara Baru dan wilayah Sunda Kelapa, begitu pula daerah Kota, Ancol Barat dan Ancol Timur hingga pada batas daerah Pelabuhan Tanjung Priok, dimana yang merupakan daerah reklamasi adalah daerah laut seluas kira-kira 1400 ha (kira-kira 8 km x 1,7 km).

3) Zona Timur, yang meliputi wilayah Pelabuhan Tanjung Priok ke Timur termasuk daerah Marunda dengan luas daerah laut yang akan direklamasi kurang lebih 300 ha (kira-kira 3 km x 1 km).6

4 Rosalina, M puteri, Jalan Panjang Reklamasi di Teluk Jakarta dari era Soeharto sampai Ahok,

http://megapolitan.kompas.com/read/2016/04/04/10050401/Jalan.Panjang.Reklamasi.di.Teluk.Jakarta.dari.era.S oeharto.sampai.Ahok diakses pada tanggal 2 Mei 2016 pukul 22.10 WIB.

5 Ibid.

6 Peraturan Daerah No. 8 tahun 1995 , diakses pada 2 Mei 2016 pukul 17:02 WIB.

(4)

Pro-kontra perizinan reklamasi Teluk Jakarta sudah ada sejak era kepemimpinan Tjokro Pranolo pada tahun 1981 hingga era Basuki Tjahaja Purnama.

Sejak tahun 1995, Pemprov DKI terlibat perang dingin dengan Kementerian Lingkungan Hidup terkait perizinan reklamasi. Pemprov DKI berpendapat bahwa reklamasi dibutuhkan karena Jakarta kekurangan lahan serta membutuhkan solusi lain untuk mengatasi banjir. Hal ini berbanding terbalik dengan penilaian Kementerian Lingkungan Hidup.7 Menurut Kementerian Lingkungan Hidup, proyek reklamasi akan meningkatkan potensi dan intensitas banjir di Jakarta.8

Reklamasi untuk menambah ruang pembangunan Jakarta merupakan salah satu pendapat yang mendukung proyek reklamasi. Kawasan selatan Jakarta sudah tidak mungkin dikembangkan karena fungsinya sebagai daerah konservasi. Juga dengan wilayah timur dan barat yang sudah telanjur padat penduduk karena sejak 1985 pengembangan wilayah Jakarta sudah diarahkan ke timur dan barat.9

Argumentasi pihak yang menentang reklamasi karena akan berdampak negatif pada lingkungan adalah karena akan mengakibatkan rusaknya habitat- habitat ikan yang hidup di daerah pesisir. Seperti yang kita ketahui, daerah pesisir adalah daerah yang kaya akan terumbu karang dan juga hutan bakau sebagai tempat berkembangbiaknya ikan-ikan. Rusaknya habitat ikan tentu akan merubah ekosistem yang ada. Alhasil ikan-ikan yang tidak memiliki tempat untuk berkembang biak akan mencari tempat lain untuk menaruh telur-telur nya. Konsekuensinya adalah berkurangnya jumlah ikan tangkapan nelayan dan mengurangi penghasilan mereka.

Namun di sisi lain, Pemerintah menganggap Reklamasi bersamaan dengan pembuatan tanggul merupakan langkah untuk menyelesaikan berbagai

7 Harbowo, Nikolaus, https://m.tempo.co/read/news/2016/04/27/090766440/jokowi-akan-keluarkan-perpres- reklamasi-teluk-jakarta diakses pada tanggal 28 April 2016 pukul 22.38 WIB.

8 Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia, http://www.menlh.go.id/pertanyaan-pertanyaan-yang- sering-diajukan-tentang-proyek-reklamasi-pantura-jakarta/ diakses pada 3 Mei 2016 pukul 22.00 WIB.

9 Rosalina, Puteri. "Dilema Reklamasi Pantai Jakarta." Print.kompas.com, diakses pada 29 April 2016 pukul 13.21 WIB.

(5)

permasalahan yang dialami ibukota. berbagai diantaranya adalah banjir rob, penurunan muka tanah, peningkatan muka air laut, kurangnya lahan perkotaan, kurangnya suplai air minum, dan persoalan pencemaran air di Teluk Jakarta.10 Reklamasi atau yang dikenal dengan nama terbarunya National Capital Integrated Coastal Development atau NCICD, dianggap mampu untuk menjadi solusi dengan dibentuknya tanggul raksasa bersamaan dengan pulau-pulau untuk mencegah banjir rob dan tidak lagi melakukan pembangunan gedung yang dapat menurunkan tanah di bagian utara Jakarta. Pada akhirnya proyek reklamasi Teluk Jakarta ini pun menuai banyak dukungan sekaligus cacian dari masyarakat. yang mendukung merasa reklamasi memang diperlukan sebagai obat dari permasalahan yang ada.

Namun yang menolak memperhatikan berbagai aspek ekologis dan juga sosiologis maupun ekonomis yang akan terjadi. Adapun penolakan ini juga disebabkan oleh adanya prosedural yang dirasa telah menyalahi peraturan.

10 Dian Tri Irawati , “Pembangunan Atas Nama Bencana” http://ncicd.com/tag/rujak/, diakses pada t Selasa 3 Mei 2016 pukul 19.51 WIB.

Sumber: http://beta.tirto.id/

(6)

Izin Lingkungan

Secara sederhana proses perizinan lingkungan reklamasi berawal dari perencanaan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang dilaksanakan melalui 3 tahapan, yakni inventarisasi lingkungan hidup, penetapan wilayah ekoregion, dan penyusunan RPPLH (Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup).

Inventarisasi lingkungan hidup adalah kegiatan untuk meperoleh data dan informasi mengenai sumber daya alam yang meliputi

1. Potensi dan ketersediaan;

2. Jenis yang dimanfaatkan;

3. Bentuk penguasaan;

4. Pengetahuan pengelolaan;

5. Bentuk kerusakan; dan

6. Konflik dan penyebab konflik yang timbul akibat pengelolaan.

Inventarisasi lingkungan hidup kemudian menjadi dasar dalam penetapan wilayah ecoregion. Penetapan wilayah ecoregion dilakukan oleh Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia. Penetapan wilayah ecoregion kemudian digunakan untuk menentukan daya dukung dan daya tampung serta cadangan sumber daya alam.

Tahap selanjutnya dari perencanaan adalah penyusunan RPPLH. RPPLH memuat rencana tentang:

1. Pemanfaatan dan/atau pencadangan sumber daya alam;

2. Pemeliharaan dan perlindungan kualitas dan/atau fungsi lingkungan hidup;

3. Pengendalian, pemantauan, serta pendayagunaan dan pelestarian sumber daya alam; dan

4. Adaptasi dan mitigasi terhadap perubahan iklim.

RPPLH adalah perencanaan tertulis yang memuat potensi, masalah lingkungan hidup, serta upaya perlindungan dan pengelolaannya dalam kurun waktu tertentu. RPPLH terdiri atas RPPLH nasional, RPPLH provinsi dan RPPLH kabupaten/kota. RPPLH kemudian menjadi dasar dan penyusunan rencana pembangunan jangka panjang dan rencana pembangunan jangka menengah.

RPPLH Nasional akan digunakan untuk RPJM dan RPJP Nasional dan RPPLH Provinsi atau kabupaten akan digunakan untuk RPJM atau RPJP Daerah.

(7)

Ruang lingkup dari perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup selanjutnya adalah tahap pemanfaatan. Pemanfaatan sumber daya alam dilakukan berdasarkan RPPLH. Namun apabila RPPLH belum juga tersusun, pemanfaatan sumber daya alam dilaksanakan berdasarkan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup11 dengan memperhatikan:

1. Keberlanjutan proses dan fungsi lingkungan hidup;

2. Keberlanjutan produktivitas lingkungan hidup; dan

3. Keselamatan, mutu hidup, dan kesejahteraan masyarakat.

Selain melalui tahap perencanaan yang matang, perizinan reklamasi harus juga melalui langkah-langkah pencegahan. Langkah pertama adalah diadakannya Kajian Lingkungan Hidup Strategis, yang selanjutnya disingkat KLHS. KLHS adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh, dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan satu wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau program.12

KLHS berperan penting sebagai bahan pertimbangan dan dasar dalam pelaksanaan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP), dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) atau kebijakan, rencana, dan/atau program yang berpotensi menimbulkan dampak dan/atau risiko lingkungan hidup.13 Hal ini dilakukan guna memastikan bahwa baik Pemerintah maupun pemerintah daerah memperhatikan adanya aspek lingkungan dalam setiap pembangunan, baik pembangunan yang ditujukan dalam waktu singkat maupun dalam waktu yang lebih panjang. Bersama dengan RPPLH, KLHS menjadi

11 Menteri untuk daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup nasional dan pulau/kepulauan; gubernur untuk daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup provinsi dan ekoregion lintas kabupaten/kota;

bupati/walikota untuk daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup kabupaten/kota dan ekoregion di wilayah kabupaten/kota.

12 Pasal 1 Angka 10 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 Mengenai Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

13 Pasal 14 Ayat (2) Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 Mengenai Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

(8)

dasar dalam menetapkan RPJP maupun RPJM, baik nasional, provinsi, ataupun kabupaten/walikota.

KLHS selain berisi kajian mengenai program pembangunan terhadap lingkungan disekitarnya, memuat alternatif penyempurnaan program pembangunan itu sendiri. KLHS juga memberikan rekomendasi perbaikan untuk lebih mengedepankan prinsip pembangunan berkelanjutan dalam setiap pembangunan.

Dapat disimpulkan, KLHS merupakan penentu arah pembangunan apakah suatu proyek dilaksanakan, diperbaiki, ataupun tidak dijalankan sama sekali.14

Tahapan selanjutnya adalah penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah atau yang disingkat menjadi RTRW. Untuk menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup dan keselamatan masyarakat, setiap perencanaan tata ruang wilayah wajib didasarkan pada KLHS. Pemerintah Jakarta bersama dengan DPRD DKI Jakarta sebenarnya telah mengeluarkan Perda Nomor 1 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah. Di dalam perda tersebut telah dicanangkan rencana pemprov untuk menjalankan proyek reklamasi pada Pantai Utara Jakarta atau Pantura. Idealnya, perencanaan tata ruang wilayah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup.

Namun fakta bahwa timbul perdebatan di kalangan ahli lingkungan menimbulkan pertanyaan, “Apakah Pemerintah sudah menerapkan prinsip kehati-hatian pada aspek lingkungan dalam menjalankan pembangunan?”

Namun untuk benar-benar memiliki izin lingkungan terdapat satu dokumen yang harus lulus tes terlebih dahulu, yakni Amdal atau UKL UPT. Analisis mengenai dampak lingkungan hidup, atau yang kerap disapa Amdal adalah kajian mengenai dampak penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan.15 Pada dasarnya, setiap usaha maupun

14 Pasal 17 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 Mengenai Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

15 Pasal 1 Angka 11 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 Mengenai Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

(9)

kegiatan yang memiliki dampak penting16 terhadap lingkungan diharuskan untuk memiliki amdal. Kriteria usaha dan/atau kegiatan yang berdampak penting yang wajib dilengkapi dengan amdal terdiri atas:

1. Pengubahan bentuk lahan dan bentang alam;

2. Eksploitasi sumber daya alam, baik yang terbarukan maupun yang tidak terbarukan;

3. Proses dan kegiatan yang secara potensial dapat menimbulkan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup serta pemborosan dan kemerosotan sumber daya alam dalam pemanfaatannya;

4. Proses dan kegiatan yang hasilnya dapat mempengaruhi lingkungan alam, lingkungan buatan, serta lingkungan sosial dan budaya;

5. Proses dan kegiatan yang hasilnya akan mempengaruhi pelestarian kawasan konservasi sumber daya alam dan/atau perlindungan cagar budaya;

6. Introduksi jenis tumbuh-tumbuhan, hewan, dan jasad renik;

7. Pembuatan dan penggunaan bahan hayati dan nunhayati;

8. Kegiatan yang mempunyai risiko tinggi dan/atau mempengaruhi pertahanan negara; dan/atau

9. Penerapan teknologi yang diperkirakan mempunyai potensi besar untuk mempengaruhi lingkungan hidup.

16 Dampak Penting menurut ayat 2 pasal yang sama, memiliki kriteria sebagai berikut:a. besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha dan/atau kegiatan;

b. luas wilayah penyebaran dampak;

c. intensitas dan lamanya dampak berlangsung;

d. banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang akan terkena dampak;

e. sifat kumulatif dampak;

f. berbalik atau tidak berbaliknya dampak; dan/atau kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

(10)

10. Dokumen Amdal17 merupakan dasar penetapan keputusan kelayakan lingkungan hidup.18 Dokumen Amdal harus disusun oleh pemrakarsa dengan melibatkan masyarakat.19 Pelibatan masyarakat20 harus dilakukan berdasarkan prinsip pemberian informasi yang transparan dan lengkap serta diberitahukan sebelum kegiatan dilaksanakan. Masyarakat dapat mengajukan keberatan terhadap dokumen amdal.

17 Berdasarkan Pasal 25 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 Mengenai Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan HidupDokumen amdal memuat:

a. pengkajian mengenai dampak rencana usaha dan/atau kegiatan;

b. evaluasi kegiatan di sekitar lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan;

c. saran masukan serta tanggapan masyarakat terhadap rencana usaha dan/atau kegiatan;

d. prakiraan terhadap besaran dampak serta sifat penting dampak yang terjadi jika rencana usaha dan/atau kegiatan tersebut dilaksanakan;

e. evaluasi secara holistik terhadap dampak yang terjadi untuk menentukan kelayakan atau ketidaklayakan lingkungan hidup; dan

f. rencana pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup

18 Berdasarkan Pasal 25 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 Mengenai Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan HidupDokumen amdal memuat:

a. pengkajian mengenai dampak rencana usaha dan/atau kegiatan;

b. evaluasi kegiatan di sekitar lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan;

c. saran masukan serta tanggapan masyarakat terhadap rencana usaha dan/atau kegiatan;

d. prakiraan terhadap besaran dampak serta sifat penting dampak yang terjadi jika rencana usaha dan/atau kegiatan tersebut dilaksanakan;

e. evaluasi secara holistik terhadap dampak yang terjadi untuk menentukan kelayakan atau ketidaklayakan lingkungan hidup; dan

f. rencana pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup

19 Pasal 26 ayat (1) Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 Mengenai Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

20 Masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:yang terkena dampak;

b. pemerhati lingkungan hidup; dan/atau yang terpengaruh atas segala bentuk keputusan dalam proses amdal.

Referensi

Dokumen terkait

diajukan masih dalam tenggang waktu dan dengan tata cara serta memenuhi persyaratan sebagaimana yang ditentukan oleh Pasal 123 ayat (1), 125 ayat (2), dan 126 ayat (1)

atas rahman dan rahim-Nya sehingga Panduan Bantuan Program Peningkatan Mutu Pengabdian Kepada Masyarakat Direktorat Pendidikan Tinggi Islam (DIKTIS) Direktorat

Kesulitan yang disebabkan oleh guru, misalnya: guru tidak mampu memilih atau menggunakan metode mengajar yang sesuai dengan pokok bahasan dan kedalaman materinya;

Dalam penelitian ini dilakukan seleksi penerimaan calon manajer menggunakan metode Fuzzy TOPSIS sehingga diperoleh alternatif A9 sebagai alternatif terbaik

Penjelasan mengenai Port Firewire (beserta gambar slot dan alat yang digunakan) Penjelasan mengenai Port HDMI (beserta gambar slot dan alat yang digunakan) Penjelasan mengenai

Berdasarkan hasil pengujian dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan bahwa Support Vector Machine (SVM) dengan metode Support Vector Regression

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan jenis data kuantitatif berupa data harga saham dan volume perdagangan harian dari emiten yang masuk ke dalam Indeks LQ45.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Pengembangan kompetensi guru produktif dalam meningkatkan sikap kewirausahaan siswa melalui MGMP, (2) Pelaksanaan