32
III. METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yaitu metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivistik atau suatu asumsi bahwa suatu gejala dapat diklasifikasikan, dan pengaruh gejala bersifat sebab akibat. Peneliti dapat melakukan penelitian dengan memfokuskan pada beberapa variabel.
Pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner, analisis data bersifat kuantitatif, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2018). Teknik penelitian ini menggunakan teknik survei yang dilakukan dengan cara mengambil sebagian dari populasi dan menggunakan kuesioner (angket) sebagai alat bantu untuk mengambil data penelitian di lapang (Singarimbun & Effendi, 1995). Bentuk rumusan masalah yang digunakan dalam penelitian ini ada dua jenis yaitu bentuk deskriptif dan struktural. Rumusan masalah deskriptif menurut Emory (1985) merupakan rumusan masalah yang berkenaan dengan pertanyaan terhadap nilai variabel secara mandiri (berdiri sendiri) yang pada analisisnya bukan merupakan variabel independen/exogenous, variabel dependen/endogenous, maupun variabel penengah/intervening, melainkan variabel yang berdiri sendiri. Bentuk rumusan masalah struktural menurut (Sugiyono, 2018) adalah rumusan masalah yang menanyakan validitas struktur. Struktur disini merupakan hubungan antara dua variabel atau lebih yang memiliki variabel intervening (penengah) dan pada penelitian ini menggunakan analisis jalur (path anlaysis) untuk menguji struktur hubungan antar variabel yang bersifat kausal.
B. Metode Penentuan Lokasi
Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara purposive dengan mengambil Kecamatan Mijen sebagai daerah sentra produksi bawang merah di Kabupaten Demak untuk dijadikan sebagai lokasi penelitian. Kecamatan Mijen merupakan daerah penghasil bawang merah tertinggi di Kabupaten Demak.
Hampir seluruh desa di Kecamatan Mijen juga telah membudidayakan bawang merah, dari data BPS (2020) dapat diketahui bahwa 14 dari 15 desa yang ada di Kecamatan Mijen memiliki produksi bawang merah. Keberhasilan ini didukung
oleh interaksi petani dari masing-masing anggota kelompok tani di Kabupaten Demak yang turut menyebar luaskan pengetahuan budidaya bawang merah.
Kelompok tani sebagai wadah interaksi bagi petani berperan penting, sehingga sampel dari penelitian ini adalah kelompok tani dan petani anggota sebagai responden.
C. Metode Penentuan dan Cara Penarikan Sampel 1. Populasi
Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan disimpulkan (Sugiyono, 2018).
Populasi dalam penelitian ini adalah kelompok tani bawang merah di Kecamatan Mijen, Kabupaten Demak. Jumlah kelompok tani bawang merah di Kecamatan Mijen, Kabupaten Demak adalah 32 kelompok tani.
2. Sampel
Teknik pengambilan sampel kelompok dilakukan dengan secara purposive dengan asumsi kelompok tani memiliki pola tanam bawang merah.
Teknik pengambilan sampel responden dalam penelitian ini diambil secara acak dengan bantuan secara online berupa Random Number Generator pada website kalkulator.id, caranya dengan memasukkan angka terkecil dan terbesar sesuai dengan masing-masing jumlah anggota pada setiap kelompok, kemudian memasukkan jumlah angka yang diperlukan. Jumlah kelompok tani sebanyak 32 dan responden dalam penelitian ini sebanyak 64 anggota.
Jumlah tersebut didapatkan berdasarkan Teori Roscoe dalam Sugiyono (2010), pada penelitian dengan menggunakan analisis multivariate (korelasi atau regresi berganda) maka jumlah anggota minimal 10 kali dari variabel yang akan diteliti. Variabel dalam penelitian ini sebanyak 6 variabel yang terdiri dari 4 variabel exogenous, 1 variabel intervening, 1 variabel endogenous. Penjabaran jumlah sampel adalah sebagai berikut:
Jumlah sampel penelitian (n) = 10 x Jumlah Variabel
= 10 x 6
= 60 responden
Responden dalam penelitian diambil sejumlah 2 anggota di masing- masing kelompok tani bawang merah. Responden tersebut terdiri dari pengurus dan anggota. Menurut Hariadi (2011), pada penelitian dengan unit analisisnya berupa kelompok maka jumlah responden dapat ditentukan untuk dijadikan sebagai representasi atau perwakilan dari setiap kelompok. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 32 kelompok tani dan dikalikan dengan 2 responden sebagai representasi kelompok, maka didapatkan jumlah total responden sebanyak 64 petani. Kelompok tani bawang merah sebagai sampel dalam penelitian ini dapat dilihat dalam Tabel 3.1 berikut.
Tabel 3. 1 Daftar Kelompok Tani dalam Penelitian
No. Nama Kelompok
Tani Desa Jumlah Anggota Jumlah
Responden
1 Tani Jaya Pasir 30 2
2 Mekar Sari Pasir 205 2
3 Tani Barokah Pasir 201 2
4 Lancar Makmur Pasir 197 2
5 Tani Agung Pasir 227 2
6 Tani Makmur Pasir 158 2
7 Tani Maju Pasir 103 2
8 Sido Makmur Bermi 71 2
9 Margo Rejeki Bermi 66 2
10 Wahyu Aji Ngelokulon 29 2
11 Tani Makmur Ngelokulon 62 2
12 Suka Membangun Ngelokulon 44 2
13 Karya Sejati Ngelokulon 100 2
14 Bangun Tani Ngelokulon 183 2
15 Sido Makmur Ngegot 48 2
16 Mawar Melati Ngegot 75 2
17 Mekar Sari Ngegot 68 2
18 Among Tani Jleper 138 2
19 Sri Hesti Jleper 270 2
20 Ngudi Makmur Bantengmati 83 2
21 Makarti Bantengmati 64 2
22 Marsudi Tani Bantengmati 47 2
23 Tani Makaryo Bantengmati 220 2
24 Agung Tulodo Bakung 39 2
25 Rukun Tani Mijen 150 2
26 Tirto Menggolo Pecuk 18 2
27 Tirto Kencono Pecuk 32 2
28 Margo Mulyo Gempolsongo 48 2
29 Mekar Sari Mlaten 77 2
30 Rukun Makaryo Geneng 76 2
31 Pangudi Luhur Ngelowetan 98 2
32 Sido Mulyo Rejosari 55 2
Jumlah 14 3282 64
Sumber: Data Sekunder (2019)
D. Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder yang dijabarkan sebagai berikut:
1. Data primer
Data primer merupakan data yang diperoleh peneliti dari sumber pertama di lapangan secara langsung baik dari individu maupun kelompok.
Data primer dikumpulkan melalui wawancara dengan kuesioner yang telah disiapkan oleh peneliti, survei, dan observasi di lapang. Data primer menjadi sumber data utama karena menjadi bahan yang diteliti. Hasil dari data primer berupa data ordinal dari kuesioner (skala likert).
2. Data sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung di lapang. Data ini bersifat sebagai pelengkap data dan informasi yang diperoleh dari lapang. Data sekunder dapat diperoleh dari lembaga pengumpul data yang dapat dipercaya seperti Badan Pusat Statistik (BPS), surat kabar, website yang kredibel, dan artikel ilmiah.
Jenis data pada penelitian ini akan dijabarkan dalam Tabel 3.2 sesuai dengan variabel yang telah ditetapkan beserta sumber datanya.
Tabel 3. 2 Jenis dan Sumber Data Penelitian
Data Jenis Data Sifat Data
Sumber Data Pr Sk Kn Kl
Data pokok
a. Kohesivitas kelompok
1. Integrasi tugas √ √ Responden
2. Ketertarikan individu terhadap tugas kelompok
√ √ Responden
3. Integrasi sosial √ √ Responden
4. Ketertarikan individu pada hubungan sosial
√ √ Responden
b. Faktor-faktor
1. Daya tarik interpersonal √ √ Responden
2. Stabilitas terhadap anggota √ √ Responden
3. Bentuk struktur 4. Ukuran kelompok
√
√ √
√ Responden
Responden dan BPP Mijen c. Produktivitas kelompok
1. Kelas belajar √ √ Responden
2. Wahana kerjasama √ √ Responden
3. Unit produksi √ √ Responden
Data Pendukung
a. Keadaan umum wilayah √ √ √ Monografi
Kecamatan
b. Kependudukan √ √ √ Monografi
Kecamatan c. Keadaan umum kelompok tani √ √ √ Kelompok Tani d. Administrasi kelompok tani √ √ √ Kelompok Tani Sumber: Data Olahan (2021)
E. Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data merupakan cara-cara atau teknik yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data dari responden. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrumen penelitian. Menurut Arikunto (2005), instrumen penelitian merupakan alat bantu yang digunakan oleh peneliti untuk mempermudah dalam kegiatan mengumpulkan data serta membuatnya lebih sistematis.
1. Interview (wawancara)
Wawancara merupakan interaksi peneliti dengan responden dengan cara melakukan tanya jawab. Instrumen dalam menggunakan teknik ini berupa pedoman wawancara Menurut Sugiyono (2019), wawancara
digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dengan jumlah responden sedikit/kecil. Teknik ini mendasarkan diri pada laporan diri sendiri atau self-report, atau setidak-tidaknya pada pengetahuan dan atau keyakinan pribadi. Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur dan tidak terstruktur, serta dapat dilakukan secara tatap langsung dan tidak langsung melalui telepon.
2. Kuesioner (angket)
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang berupa seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis untuk dijawab oleh responden. Instrumen dalam teknik ini berupa lembaran kuesioner (angket) secara tertulis. Menurut Sugiyono (2019), kuesioner menjadi teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu hal-hal yang bisa diharapkan dari responden. Kuesioner cocok dan tepat digunakan untuk penelitian dengan jumlah responden banyak dan tersebar.
3. Observasi (pengamatan)
Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti untuk mengetahui gejala perilaku manusia dan obyek alam.
Instrumen dalam teknik observasi adalah peneliti itu sendiri dan dibantu dengan pedoman pengamatan. Menurut Sutrisno Hadi dalam Sugiyono (2019), observasi merupakan suatu proses yang kompleks. Suatu proses yang tersusun dari pelbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan.
4. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan suatu proses kegiatan mengumpulkan data dengan cara penelusuran dan pencatatan data, dokumen, arsip, maupun referensi yang relevan dari instansi-instansi yang terkait dengan penelitian.
Menurut Winarno (2011) yang menjelaskan bahwa dalam metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku,
majalah, dokumentasi, peraturan-peraturan, dan notulen rapat. Metode dokumentasi dapat dilaksanakan dengan membuat pedoman dokumentasi yang memuat garis-garis besar atau kategori yang dicari datanya dan checklist atau daftar variabel yang akan dikumpulkan datanya.
F. Metode Analisis Data 1. Uji Instrumen Penelitian
Uji instrumen dalam penelitian ini terdiri dari uji validitas dan uji reliabilitas. Uji validitas digunakan untuk mengetahui kesahihan suatu instrumen penelitian, sedangkan uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui ketepatan suatu instrumen. Penjabaran dan hasil uji instrumen yaitu sebagai berikut:
a. Uji Validitas
Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan derajat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen penelitian. Pengajuan validitas mengacu pada sejauh mana suatu instrumen dalam menjalankan fungsi.
Menurut Riyanto & Hatmawan (2020), instrumen dikatakan valid apabila instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur. Hasil uji validitas tidak berlaku secara universal, artinya bahwa suatu instrumen dapat memiliki validitas tinggi pada waktu dan tempat tertentu, namun dapat menjadi tidak valid pada waktu dan tempat yang berbeda. Penelitian ini menggunakan uji korelasi bivariate (Pearson Product Moment) dengan bantuan aplikasi IBM SPSS versi 16.0 for windows. Dasar pengambilan keputusannya dapat dilihat dari nilai r hitung, apabila nilai r hitung lebih dari r tabel maka instrumen tersebut valid, sebaliknya apabila r hitung lebih kecil dari r tabel maka instrumen tersebut tidak valid. Nilai r tabel didapatkan dari nilai N dan taraf signifikansi, nilai N pada penelitian ini adalah 64 dengan taraf signifikansi 5% sehingga didapatkan nilai r tabel sebesar 2,444 (Lampiran 9). Hasil uji validitas data per item soal dapat dilihat pada tabel-tabel berikut.
Tabel 3. 3 Uji Validitas Instrumen pada Variabel Exogenous
Item Soal r hitung r tabel Keterangan
18 0,716 0,244 Valid
19 0,926 0,244 Valid
20 0,854 0,244 Valid
21 0,896 0,244 Valid
22 0,829 0,244 Valid
23 0,880 0,244 Valid
24 0,869 0,244 Valid
Sumber: Analisis Data Primer (2021)
Berdasarkan hasil uji validitas pada variabel exogenous tersebut dapat diketahui bahwa instrumen pada variabel tersebut adalah valid.
Variabel exogenous terdiri dari variabel daya tarik interpersonal dengan item soal nomor 18, 19, dan 20, variabel stabilitas keanggotaan dengan item soal nomor 21 dan 22, dan variabel bentuk struktur dengan item soal 23 dan 24. Nilai r hitung dari masing-masing variabel pada variabel exogenous lebih dari nilai nilai r tabel 0,244 sehingga instrumen pada variabel tersebut dikatakan valid.
Tabel 3. 4 Uji Validitas Instrumen Pada Variabel Kohesivitas Kelompok
Item Soal r hitung r tabel Keterangan
1 0,642 0,244 Valid
2 0,630 0,244 Valid
3 0,655 0,244 Valid
4 0,595 0,244 Valid
5 0,617 0,244 Valid
6 0,607 0,244 Valid
7 0,780 0,244 Valid
8 0,716 0,244 Valid
9 0,793 0,244 Valid
10 0,698 0,244 Valid
11 0,756 0,244 Valid
12 0,594 0,244 Valid
13 0,581 0,244 Valid
14 0,697 0,244 Valid
15 0,272 0,244 Valid
16 0,528 0,244 Valid
17 0,723 0,244 Valid
Sumber: Analisis Data Primer (2021)
Variabel kohesivitas kelompok merupakan variabel intervening dalam penelitian ini. Berdasarkan uji validitas instrumen pada variabel
kohesivitas kelompok dapat diketahui bahwa instrumen tersebut valid.
Terdapat 17 item soal dengan nomor 1 - 17. Masing-masing memiliki nilai r hitung lebih dari r tabel (0,244) sehingga instrumen dikatakan valid.
Tabel 3. 5 Uji Validitas Instrumen Pada Variabel Produktivitas Kelompok
Item Soal r hitung r tabel Keterangan
25 0,404 0,244 Valid
26 0,396 0,244 Valid
27 0,592 0,244 Valid
28 0,417 0,244 Valid
29 0,568 0,244 Valid
30 0,419 0,244 Valid
31 0,512 0,244 Valid
32 0,525 0,244 Valid
33 0,520 0,244 Valid
34 0,485 0,244 Valid
35 0,583 0,244 Valid
36 0,396 0,244 Valid
37 0,393 0,244 Valid
38 0,393 0,244 Valid
39 0,440 0,244 Valid
Sumber: Analisis Data Primer (2021)
Berdasarkan hasil uji validitas pada variabel produktivitas kelompok dapat diketahui bahwa instrumen sudah valid. Terdapat 15 item soal dengan nomor dengan 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, dan 39. Masing-masing nilai r hitung pada item soal tersebut lebih dari nilai r tabel (0,244) sehingga dapat dikatakan bahwa instrumen sudah valid. Secara keseluruhan, instrumen dalam penelitian ini dari variabel exogenous, variabel intervening, dan variabel endogenous adalah valid.
b. Uji Reliabilitas
Uji Reliabilitas alat ukur adalah ketetapan atau keajekan alat tersebut dalam mengukur. Reliabel mengandung arti bahwa setiap saat alat ukur tersebut digunakan akan memberikan hasil ukur yang sama. Menurut Riyanto & Hatmawan (2020), instrumen kuesioner dalam penelitian sering kali memberikan hasil yang berbeda saat digunakan pada kurun waktu dan tempat yang berbeda. Uji reliabilitas perlu dilakukan untuk menguji instrumen kuesioner, sehingga hasil penelitian lebih berkualitas. Metode
ini dapat dilakukan dengan uji statistik yang mengacu pada nilai Cronbach’s Alpha (α) dengan bantuan aplikasi IBM SPSS versi 16.0 for windows. Kriteria interpretasi dalam uji reliabilitas ini mengacu pada kaidah Guilford (1956) yang dijabarkan dalam Tabel 3.4 dan hasil dari uji reliabilitas dapat dilihat pada Tabel 3.5 berikut.
Tabel 3. 6 Kriteria Interpretasi Uji Reliabilitas
Cronbach’s Alpha Kriteria
> 0,9 Sangat Reliabel
0,7 - 0,9 Reliabel
0,4 – 0,69 Cukup Reliabel
0,2 – 0,39 Kurang Reliabel
< 0,2 Tidak Reliabel
Sumber: Data Sekunder (Guilford, 1956) Tabel 3. 7 Uji Reliabilitas Instrumen
Variabel Nilai Cronbach’s
Alpha Keterangan Daya Tarik Interpersonal (X1) 0,771 Reliabel Stabilitas Keanggotaan (X2) 0,651 Cukup Reliabel
Bentuk Struktur (X3) 0,693 Cukup Reliabel
Kohesivitas Kelompok (Y1) 0,911 Sangat Reliabel Produktivitas Kelompok (Y2) 0,734 Reliabel Sumber: Analisis Data Primer (2021)
Berdasarkan hasil uji reliabilitas instrumen dapat diketahui bahwa instrumen sudah reliabel karena nilai Cronbach’s Alpha lebih dari sama dengan 0,4. Variabel daya tarik interpersonal memiliki nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0,771 yang tergolong reliabel. Variabel stabilitas keanggotaan memiliki nilai Cronbach’s Alpha 0,651 yang tergolong cukup reliabel. Variabel bentuk struktur memiliki nilai 0,693 yang tergolong cukup reliabel. Variabel kohesivitas kelompok memiliki nilai 0,911 yang tergolong sangat reliabel. Variabel produktivitas kelompok memiliki nilai 0,734 yang tergolong reliabel.
2. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif merupakan analisis yang digunakan untuk menganalisa dengan cara mendeskripsikan data yang telah terkumpul dengan tanpa bermaksud untuk membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau
generalisasi. Menurut Sugiyono (2018), penyajian data melalui tabel, grafik, diagram lingkaran, pictogram, perhitungan modus, median, mean, perhitungan desil, persentil, perhitungan penyebaran data melalui perhitungan rata-rata dan standar deviasi, serta perhitungan persentase termasuk dalam statistik deskriptif. Penelitian ini menggunakan kuesioner dengan skala likert sebagai instrumennya. Skala likert yang digunakan memiliki lima skor dengan rincian pada Tabel 3.6 berikut.
Tabel 3. 8 Skala Likert Empat Skor
Skor Kategori
4 Sangat Setuju
3 Setuju
2 Kurang Setuju
1 Tidak Setuju
Sumber: Data Sekunder (2021)
Data yang telah terkumpul dari lapang kemudian ditabulasi dan dijumlah secara keseluruhan di masing-masing indikator pertanyaan dengan masing-masing skor skala likert. Hasil tersebut disajikan secara apa adanya pada tabel dan dideskripsikan dengan melihat nilai yang sering muncul (modus) atau skor skala likert yang paling banyak pilih oleh responden.
Analisis deskriptif dengan melihat modus dilakukan pada variabel kohesivitas kelompok, daya tarik interpersonal, stabilitas keanggotaan, bentuk struktur, dan produktivitas kelompok.
Data yang berupa interval seperti umur, lama usahatani, luas lahan garapan, lama bergabung dalam kelompok, dan ukuran kelompok dideskripsikan dengan menggunakan rumus lebar interval. Seluruh data responder per indikator ditentukan nilai tertinggi dan nilai terendah untuk mencari lebar interval kelas. Penelitian ini menggunakan 4 (empat) kriteria yaitu sangat rendah, rendah, tinggi, dan sangat tinggi. Penentuan lebar interval kelas dilakukan dengan rumus sebagai berikut:
𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑣𝑎𝑙 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠 = 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 − 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑡𝑒𝑟𝑒𝑛𝑑𝑎ℎ 4
3. Transformasi Data Ordinal Menjadi Interval
Pengukuran variabel korelasi faktor-faktor yang mempengaruhi kohesivitas kelompok menggunakan uji korelasi product moment yang termasuk dalam uji statistik parametrik. Uji ini memberikan syarat dengan satu diantaranya adalah data berupa interval atau rasio, sedangkan pada instrumen kuesioner dengan skala likert menghasilkan data berupa ordinal, sehingga transformasi data diperlukan untuk mengubah data ordinal menjadi data interval. Cara yang digunakan untuk mentransformasikan data tersebut adalah dengan Method of Successive Interval (MSI) dengan bantuan aplikasi Ms. Excel.
4. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Kelayakan Model Regresi
Uji kelayakan model regresi digunakan untuk mengetahui model regresi yang telah dibuat sudah benar. Pengujian pada penelitian ini dilakukan dengan dua cara, yaitu menggunakan nilai F hitung dengan dibandingkan dengan F tabel dan atau nilai probabilitas dengan dibandingkan dengan nilai taraf signifikasi pada tabel keluaran ANOVA.
Menurut Sarwono (2012), model regresi dikatakan layak apabila nilai F hitung > F tabel dan atau nilai sig. < nilai taraf signifikasi (0,05). Variabel yang akan diuji adalah variabel exogenous daya tarik interpersonal, stabilitas keanggotaan, dan bentuk struktur terhadap variabel endogenous kohesivitas kelompok dengan menggunakan bantuan aplikasi IBM SPSS versi 16.0 for windows. Hasil dari uji kelayakan regresi dapat dilihat pada Tabel 3.9 berikut.
Tabel 3. 9 Hasil Uji Kelayakan Regresi
Model Uji Nilai Model
Regresi Keterangan
1 F hitung 19,083
Layak
F tabel 2,53
Nilai sig 0,000
Nilai taraf sig. 0,05
2 F hitung 12,924
Layak
F tabel 2,37
Nilai sig 0,000
Nilai taraf sig. 0,05 Sumber: Analisis Data Primer (2021)
Berdasarkan hasil uji kelayakan regresi pada tabel tersebut dapat diketahui bahwa kedua model regresi dalam penelitian ini sudah layak.
Nilai F tabel dalam penelitian ini didapatkan dari nilai df1 (degree of freedom) yaitu sebesar 4 (jumlah variabel exogenous/variabel bebas) dan df2 (degree of freedom) yaitu sebesar 59 (jumlah responden 64 – df1 – 1) untuk model pertama dan pada model kedua memiliki df1 sebesar 5 serta df2 sebesar 58. F hitung pada model pertama yaitu sebesar 19,083 > F tabel 2,53 atau nilai sig. sebesar 0,000 < 0,05 (nilai taraf signifikasi) yang artinya model sudah layak. F hitung pada model kedua yaitu sebesar 12,924 > F tabel 2,37 atau nilai sig. 0,000 < 0,05 (nilai taraf signifikasi) yang artinya sudah layak.
b. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi digunakan untuk menguji apakah terdapat autokorelasi atau tidak dalam model regresi yang telah ditetapkan.
Menurut Narimawati, et al. (2020), autokorelasi terjadi apabila terdapat korelasi dalam variabel exogenous yang mengganggu hubungan variabel exogenous tersebut dengan variabel endogenous. Ketentuan dalam uji ini adalah terjadi autokorelasi apabila nilai Durbin and Watson = 1 < DW > 3 (Sarwono, 2012). Model regresi yang baik adalah yang tidak terjadi autokorelasi. Hasil dari uji autokorelasi pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.10 berikut.
Tabel 3. 10 Hasil Uji Autokorelasi
Uji Durbin-Watson Nilai DW Keterangan
Sub-Struktur 1 1,566 Tidak Terjadi Autokorelasi Sub-Struktur 2 1,184 Tidak Terjadi Autokorelasi Sumber: Analisis Data Primer (2021)
Berdasarkan hasil dari uji autokorelasi dengan uji Durbin-Watson dapat diketahui bahwa tidak terjadi autokorelasi pada data. Nilai Durbin- Watson menunjukkan angka 1,566 pada model 1 dan 1,184 pada model 2 atau lebih dari nilai 1 dan kurang dari 3, maka nilai tersebut berada di luar nilai Durbin-Watson. Tidak terjadi autokorelasi memiliki arti bahwa tidak adanya korelasi pada variabel exogenous yang mengganggu korelasinya dengan variabel endogenous.
c. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas merupakan uji yang digunakan untuk menguji apakah terjadi korelasi yang sangat tinggi diantara variabel exogenous.
Apabila terjadi korelasi yang sangat tinggi atau mendekati 1 maka terjadi multikolinieritas. Variabel exogenous yang diuji adalah variabel daya tarik interpersonal dengan stabilitas keanggotaan, variabel daya tarik interpersonal dengan bentuk struktur, variabel daya tarik interpersonal dengan kohesivitas kelompok, variabel stabilitas keanggotaan dengan bentuk struktur, variabel stabilitas keanggotaan dengan kohesivitas kelompok, dan variabel bentuk struktur dengan kohesivitas kelompok.
Pengujian dilakukan dengan bantuan aplikasi IBM SPSS versi 16.0 for windows dan melihat dari tabel correlation pada keluaran output. Hasil dari uji multikolinieritas dapat dilihat pada Tabel 3.9 berikut.
Tabel 3. 11 Hasil Uji Multikolinieritas
Variabel Tolerance VIF
Daya Tarik Interpersonal (X1) 0,391 2,557
Stabilitas Keanggotaan (X2) 0,305 3,282
Bentuk Struktur (X3) 0,521 1,919
Ukuran Kelompok (X4) 0,371 2,699
Kohesivitas Kelompok (Y1) 0,436 2,294
Sumber: Analisis Data Primer (2021)
Berdasarkan hasil dari uji multikolinieritas tersebut dapat diketahui bahwa tidak terjadi multikolinieritas diantara variabel exogenous. Nilai VIF pada uji ini kurang dari 10 dan nilai tolerance lebih dari 0,01. Dampak jika terjadi multikolinieritas adalah koefisien parsial regresi tidak terukur secara persisi sehingga nilai standar errornya besar.
d. Uji Linieritas
Uji linieritas merupakan pengujian untuk mengetahui hubungan linier antara variabel exogenous dengan variabel endogenous membentuk garis lurus. Menurut Narimawati et al., (2020), tidak semua hubungan selalu membentuk garis lurus karena ada hubungan yang membentuk garis lengkung. Artinya, garis kecocokan yang terbaik bukan dalam bentuk garis lurus tetapi membentuk kurva seperti huruf U. sebagaimana dalam hubungan linier yang membentuk garis lurus, maka kedekatan titi-titik kearah garis lurus ataupun kurva U merupakan faktor penting dalam menentukan ukuran (kekuatan) hubungan. Apabila bentuknya menyebar, maka kekuatan hubungan semakin melemah. Pengujian linieritas dilakukan dengan bantuan aplikasi IBM SPSS versi 16.0 for windows.
Hasil dari uji linieritas dapat dilihat pada Gambar 3.1 dan Gambar 3.2 berikut.
Gambar 3. 1 Hasil Uji Linieritas Model 1 Sumber: Analisis Data Primer (2021)
Gambar 3. 2 Hasil Uji Linieritas Model 2 Sumber: Analisis Data Primer (2021)
Berdasarkan gambar hasil dari uji linieritas dapat diketahui bahwa data pada penelitian ini sudah membentuk garis lurus dari sisi kiri bawah menuju sisi kanan atas. Data penelitian yang membentuk garis lurus tersebut memiliki arti bahwa terdapat hubungan yang kuat. Semakin dekat data pada garis lurus maka semakin kuat hubungan yang terjadi.
e. Uji Normalitas Data
Tujuan diadakannya uji normalitas data adalah untuk mengetahui distribusi sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi normal, yakni distribusi data dengan bentuk lonceng (bell shaped). Data yang ‘baik’
adalah data yang mempunyai pola seperti distribusi normal, yakni pola distribusi data tersebut tidak menceng ke kiri atau ke kanan (Santoso, 2010). Pengujian normalitas data pada penelitian ini dilakukan dengan bantuan aplikasi IBM SPSS versi 16.0 for windows. Asumsi normalitas adalah apabila nilai Z skewness dan Z kurtosis di luar dari ring -1,96 ≤ Z
≥ 1,96 atau bila dilonggarkan menjadi -2,58 ≤ Z ≥ 2,58 dapat dikategorikan bahwa distribusi data tidak normal (Waluyo, 2016).
Menurut Johnston dalam Narimawati et al., (2020), nilai yang paling sering muncul dalam distribusi normal ialah rata-rata (average), dengan setengahnya berada dibawah rata-rata dan setengah lainnya berada
di atas rata-rata. Kurva normal sering juga disebut sebagai kurva bel, berbentuk simetris sempurna. Dua bagian sisi dari tengah-tengah benar- benar simetris, maka frekuensi nilai-nilai di atas rata-rata (mean) akan benar-benar cocok dengan frekuensi nilai-nilai di bawah rata-rata.
Frekuensi total semua nilai dalam populasi akan berada dalam area dibawah kurva. Area total dibawah kurva mewakili kemungkinan munculnya karakteristik tersebut. Kurva normal dapat mempunyai bentuk yang berbeda-beda. Penentuan bentuk-bentuk tersebut adalah nilai rata- rata dan simpangan baku (standard deviation) populasi. Hasil dari uji normalitas data dengan aplikasi IBM SPSS versi 16 for windows dapat dilihat pada Tabel 3.12 berikut.
Tabel 3. 12 Hasil Uji Normalitas Data
Variabel Skewness SE Zskew Kurtosis SE Zkurt Y1 0,218 0,299 0,729 -0,756 0,590 -1,281 Y2 0,341 0,299 1,140 -0,201 0,590 -0,340 X1 -0,155 0,299 -0,518 -0,964 0,590 -1,633 X2 -0,389 0,299 -1,301 -0,839 0,590 -1,422 X3 -0,588 0,299 -1,960 -0,792 0,590 -1,342 X4 -0,769 0,299 -2,571 -0,801 0,590 -1,357 Sumber: Analisis Data Primer (2021)
Berdasarkan hasil uji normalitas data tersebut diketahui bahwa data bersifat normal. Nilai Z dari skewness dan kurtosis dikatakan normal apabila nilai Z skewness berada dalam ring -1,96 ≤ c.r ≥ 1,96. Tabel 3.12 menunjukkan nilai pada Z skewness pada variabel Y1, Y2, X1, X2, dan X3 berada dalam ring -1,96 ≤ c.r ≥ 1,96 sehingga data berdistribusi normal.
Nilai Z kurtosis pada seluruh variabel juga menunjukkan angka di dalam ring -1,96 ≤ Z ≥ 1,96 sehingga data bersifat normal.
5. Analisis Jalur (Path Analysis)
Analisis jalur (path analysis) merupakan bentuk terapan dari analisis multivariate yang mampu memudahkan pengujian hipotesis dari hubungan antar variabel yang rumit. Menurut Riduwan & Kuncoro (2017) model path analysis digunakan untuk menganalisis pola hubungan antar variabel dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh langsung maupun tidak langsung seperangkat variabel exogenous terhadap variabel endogenous. Syarat yang
harus dipenuhi dalam menggunakan analisis jalur (path analysis) menurut Sarwono (2012) adalah:
a. Data berupa interval b. Model regresi harus layak
c. Hubungan antar variabel bersifat linier d. Tidak boleh terjadi multikolinieritas e. Tidak terjadi autokorelasi
f. Data berdistribusi normal
Persamaan regresi dalam penelitian ini dibagi menjadi dua macam yakni persamaan regresi pada sub-struktural 1 dan sub-struktural 2 sebagai berikut:
Sub-struktural 1: Y1 = PY1X1 + PY1X2 + PY1X3 + PY1X4 + e1
Sub-struktural 2: Y2 = PY2X1 + PY2Y1 + PY2X3 + PY2X4 + e2
Keterangan:
Y1 = Kohesivitas kelompok Y2 = Produktivitas kelompok X1 = Daya tarik interpersonal X2 = Stabilitas keanggotaan X3 = Bentuk struktur X4 = Ukuran kelompok e1 = Standard error 1 e2 = Standard error 2
G. Kendala-Kendala dalam Pelaksanaan Penelitian
Koordinasi dengan ketua kelompok tani beberapa terkendala dikarenakan kontak personal yang didapatkan dari data BPP Kecamatan Mijen sudah berganti atau tidak aktif. Terdapat kelompok tani dengan posisi ketua kelompok dalam kondisi kosong. Masuknya data baru yang merubah metode penentuan sampel.