• Tidak ada hasil yang ditemukan

POTENSI PROTOPORFIRIN DARI LIMBAH DARAH HASIL PEMOTONGAN AYAM SEBAGAI INHIBITOR KOROSI BAJA KARBON DALAM MEDIUM HCl 0,5 M.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "POTENSI PROTOPORFIRIN DARI LIMBAH DARAH HASIL PEMOTONGAN AYAM SEBAGAI INHIBITOR KOROSI BAJA KARBON DALAM MEDIUM HCl 0,5 M."

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

POTENSI PROTOPORFIRIN DARI LIMBAH DARAH HASIL PEMOTONGAN AYAM SEBAGAI INHIBITOR KOROSI BAJA KARBON

DALAM MEDIUM HCl 0,5 M

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Sains Program Studi Kimia

Oleh : HANDI RISA

1106166

PROGRAM STUDI KIMIA DEPARTEMEN PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

POTENSI PROTOPORFIRIN DARI LIMBAH DARAH HASIL PEMOTONGAN AYAM SEBAGAI INHIBITOR KOROSI BAJA KARBON

DALAM MEDIUM HCl 0,5 M

Oleh

Handi Risa

1106166

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana Sains pada Program Studi Kimia Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam

© Handi Risa 2015

Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,

(3)

HANDI RISA

POTENSI PROTOPORFIRIN DARI LIMBAH DARAH HASIL PEMOTONGAN AYAM SEBAGAI INHIBITOR KOROSI BAJA KARBON

DALAM MEDIUM HCl 0,5 M

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH:

Pembimbing I

Dr. Yayan Sunarya, M.Si. NIP. 196102081990031004

Pembimbing II

Heli Siti Halimatul M., M.Si, Ph.D. NIP. 197907302001122002

Mengetahui,

Ketua Departemen Pendidikan Kimia FPMIPA UPI

(4)

ABSTRAK

Korosi merupakan permasalahan utama dalam proses pencucian logam menggunakan asam (proses pickling). Agar logam tidak terkena korosi selama proses pickling berlangsung, maka perlu dilakukan langkah pengendalian korosi yang mudah, murah dan aman dilakukan, salah satunya dengan penambahan inhibitor korosi yang berasal dari bahan alam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi senyawa protoporfirin yang berasal dari limbah darah hasil pemotongan ayam sebagai inhibitor korosi baja karbon dalam lingkungan asam klorida. Untuk mencapai tujuan tersebut, penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap. Tahap pertama yaitu ekstraksi hemin dari darah ayam dan konversinya menjadi protoporfirin mengacu pada metode baku yang dikembangkan oleh Hans Fischer. Tahap kedua yaitu karakterisasi senyawa menggunakan FTIR, AAS dan uji kualitatif protein dengan metode biuret. Tahap ketiga yaitu pengujian potensi protoporfirin sebagai inhibitor korosi menggunakan metode spektroskopi impedansi elektrokimia (EIS) dan polarisasi potensiodinamik (Tafel). Berdasarkan hasil ekstraksi, untuk setiap 100 mL darah ayam yang digunakan, rata-rata dihasilkan randemen hemin sebanyak 0,1 gram. Pada proses konversi, dari 1 gram hemin diperoleh protoporfirin dengan randemen sebanyak 0,6285 gram. Uji biuret menunjukkan bahwa sampel darah positif mengandung protein, sedangkan serbuk hemin menunjukkan hasil yang negatif. Hasil AAS menunjukkan kadar Fe dalam hemin dan protoporfirin berturut-turut sebesar 49,5 ppm dan 10,1 ppm, yang mengindikasikan lepasnya atom pusat Fe dari hemin setelah proses konversi. Hasil karakterisasi FTIR mengindikasikan serapan gugus fungsi senyawa organik hemin dan protoporfirin. Hasil spektroskopi impedansi elektrokimia (EIS) menunjukkan efisiensi inhibisi maksimal hanya mencapai 11,68 % dengan penambahan 80 ppm protoporfirin pada suhu 298 K. Hasil Tafel menunjukkan bahwa pada suhu 298 K protoporfirin dapat menekan terjadinya proses katodik, meskipun perubahan yang dihasilkan tidak signifikan. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa protoporfirin tidak berpotensi sebagai inhibitor korosi.

(5)

ABSTRACT

Corrosion is a major problem in the pickling process. In order for the metal not exposed to corrosion during pickling process, it needs technique to control the corrosion easily, cheaply and safely to do. One of the technique is addition of corrosion inhibitors from natural materials. The aim of this research is to know the potential of protoporphyrin compounds are sourced from waste chicken’s blood as carbon steel corrosion inhibitor in hydrochloric acid. There are three steps to achieve these aim. The first step is the extraction hemin from chicken’s blood and it’s conversion into protoporphyrin refers to a standard method developed by Hans Fischer. The second step is the characterization of compounds using FTIR, AAS and qualitative test protein with biuret method. The last step is testing the potential of protoporphyrin as a corrosion inhibitor using electrochemical impedance spectroscopy (EIS) and potentiodynamic polarization (Tafel). Based on the results of extraction, for every 100 mL of chicken’s blood, obtained an average yield of hemin as much as 0.1 grams. In the conversion process, is obtained protoporphyrin yield as much as 0.6285 gram from 1 gram of hemin used. Biuret test showed that blood samples positive for protein, while the hemin powder showed negative results. AAS results showed Fe levels of hemin and protoporphyrin are 49.5 ppm and 10.1 ppm, which indicates the release of the central atom Fe of the hemin after the conversion process. FTIR characterization results indicated absorptivity of functional groups of organic compounds hemin and protoporphyrin. The results of electrochemical impedance spectroscopy (EIS) showed the maximum inhibition efficiency is only reached 11.68% with the addition of 80 ppm protoporphyrin at 298 K. Tafel results showed that protoporphyrin can reduce the cathodic process at 298 K, although it showed insignificant change. Based on these results, it can be concluded that protoporphyrin isn’t potential as a corrosion inhibitor.

(6)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah . ... 3

1.3 Batasan Masalah Penelitian ... 3

1.4 Tujuan Penelitian ... 3

1.5 Manfaat Penelitian ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1 Definisi Korosi ... 4

2.2 Jenis-jenis Korosi ... 5

2.3 Faktor yang Mempengaruhi Laju Korosi ... 7

2.4 Korosi dalam Medium HCl ... 8

2.5 Pengendalian Korosi ... 9

2.6 Inhibitor Korosi ... 10

2.7 Mekanisme Kerja Inhibitor Korosi ... 11

2.8 Metode Pengujian Inhibitor Korosi ... 12

2.9 Hemin ... 16

2.10 Porfirin ... 17

BAB III METODE PENELITIAN ... 18

3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian ... 18

3.2 Desain Penelitian ... 18

(7)

3.4 Ekstraksi Hemin dari Limbah Darah Ayam ... 20

3.5 Konversi Hemin menjadi Protoporfirin ... 20

3.6 Karakterisasi Hemin dan Protoporfirin Hasil Percobaan ... 21

3.7 Penentuan Laju Korosi dan Efisiensi Inhibisi .. ... 21

3.7.1 Preparasi Larutan Uji dan Larutan Induk ... 21

3.7.2 Preparasi Spesimen Uji dan Sel Elektrokimia ... 22

3.7.3 Prosedur Pengujian ... 22

3.7.3.1 Open Circuit Potential (OCP) ... 23

3.7.3.2 Uji Impedansi dengan Metode EIS ... 23

3.7.3.3 Uji Polarisasi dengan Metode Tafel ... 23

3.7.3.4 Pengujian Inhibisi Protoporfirin ... 23

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 24

4.1 Ekstraksi Hemin dari Darah Ayam ... 24

4.2 Konversi Hemin menjadi Protoporfirin ... 25

4.3 Pengujian Inhibisi Senyawa Protoporfirin ... 28

4.3.1 Metode Spektroskopi Impedansi Elektrokimia (EIS) ... 29

4.3.2 Metode Polarisasi Potensiodinamik (Tafel) ... 34

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 38

5.1 Kesimpulan ... 38

5.2 Saran ... 38

DAFTAR PUSTAKA ... 39

(8)

1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Baja karbon merupakan salah satu material yang banyak diaplikasikan

dalam bidang industri karena sifat mekanik yang dimilikinya cukup baik,

harganya yang relatif murah dan mudah dalam proses fabrikasinya (Firmansyah,

2011). Akan tetapi dalam jangka waktu tertentu, material berbahan dasar baja

karbon rentan mengalami penurunan kualitas akibat pengotor yang berada pada

permukaannya (Diponegoro et al., 2001). Pengotor tersebut dapat berupa karat

ataupun oksida-oksida besi yang terbentuk karena faktor lingkungan sekitar. Pada

umumnya, cara efektif yang digunakan untuk merevitalisasi kualitas material

berbahan dasar logam, dalam hal ini baja karbon yaitu dengan proses pencucian

logam menggunakan asam (proses pickling) (Diponegoro et al., 2001).

Namun demikian, meskipun proses pickling dinilai mampu secara efektif

membersihkan pengotor dari permukaan baja karbon, penggunaan asam dalam

proses ini dapat menimbulkan masalah baru karena pada dasarnya hampir semua

asam dapat mengkorosi permukaan logam (Umoren et al., 2014). Oleh karena itu,

diperlukan suatu inhibitor korosi yang dapat melindungi permukaan logam

selama proses pickling berlangsung, sehingga ketika proses pickling dilakukan,

pengotor dapat dibersihkan oleh asam, sementara permukaan logam dilindungi

oleh inhibitor korosi.

Inhibitor korosi dapat berasal dari senyawa anorganik maupun senyawa

organik yang tersusun dari gugus-gugus fungsi yang memiliki pasangan elektron

bebas, seperti fosfat, kromat nitrit, imidazolin, fenilalanin, dan senyawa-senyawa

amina lain (Haryono et al., 2010). Akan tetapi, senyawa-senyawa tersebut

merupakan senyawa sintetis yang berbahaya, tidak ramah lingkungan, dan

harganya pun cukup mahal (Gusti et al., 2013). Oleh karena itu, inhibitor korosi

yang berasal dari bahan alam dapat dijadikan sebagai alternatif karena pada

dasarnya senyawa bahan alam termasuk ke dalam senyawa yang aman untuk

(9)

2

(biodegradable), ramah lingkungan serta bahan bakunya tersedia melimpah di

alam (Ostovari et al., 2009).

Senyawa yang berasal dari bahan alam, khususnya senyawa-senyawa yang

mengandung atom N, O, P, S, dan ikatan rangkap dapat dijadikan sebagai

inhibitor korosi alternatif karena kemampuannya yang dapat terlibat dalam proses

inhibisi senyawa pada permukaan logam (Gusti et al., 2013).

Sampai saat ini, sebagian besar bahan alam yang sudah diteliti sebagai

inhibitor korosi berasal dari senyawa-senyawa yang terkandung dalam ekstrak

tumbuhan. Dari berbagai ekstrak yang pernah diteliti menunjukkan hasil yang

beragam, diantaranya ekstrak tanaman brotowali dengan persen inhibisi

mencapai 70 hingga 80 % (Hussin et al., 2011), ekstrak gambir dengan persen

efisiensi inhibisi mencapai 95 % (Hussin dan Kassim, 2011) dan ekstrak kayu

manis yang menghasilkan persen inhibisi sebesar 80 hingga 90 % (Shivakumar

dan Mohana, 2013). Namun, dari beberapa bahan alam yang telah diteliti sebagai

inhibitor korosi, belum pernah ada yang melakukan penelitian terkait dengan

potensi senyawa protoporfirin yang terkandung dalam sel darah merah.

Protoporfirin merupakan senyawa bahan alam turunan porfirin yang dikenal

sebagai pigmen dalam sel darah merah. Protoporfirin lebih banyak dipelajari

dalam bidang farmakologi, dalam hal ini protoporfirin dimodifikasi dengan suatu

logam sehingga dihasilkan kompleks logam-protoporfirin (MPP) yang kemudian

digunakan sebagai fotosentisizer untuk pengobatan tumor dan kanker. Beberapa

MPP yang pernah diteliti diantaranya SnPP, CuPP dan ZnPP (Rattan dan

Chakder dalam Wang et al, 2013). Dari beberapa MPP yang pernah diteliti,

sampai saat ini ZnPP lebih banyak dikembangkan karena dinilai lebih efektif

dalam menghambat aktivitas pertumbuhan sel tumor (Wang et al, 2013). Aspek

yang dikembangkan pada ZnPP salah satunya yaitu pemilihan pembawa

(carrier), aspek ini didasarkan karena ZnPP yang bersifat tidak larut dalam air

(Nakamura et al., 2011; Fang et al., 2012).

Dari beberapa penelitian yang telah ada sebelumnya, ternyata penelitian

yang terkait dengan protoporfirin masih terbatas dalam bidang farmakologi.

Padahal bila dilihat dari strukturnya protoporfirin memiliki potensi untuk

(10)

3

buah atom N yang tersusun pada struktur protoporfirin. Keempat atom N ini

diharapkan mampu terlibat dalam proses inhibisi senyawa protoporfirin pada

permukaan logam, karena seperti yang telah diketahui bahwa atom N merupakan

salah satu atom yang menjadi syarat suatu senyawa dapat digunakan sebagai

inhibitor korosi (Gusti et al., 2013).

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dalam penelitian ini dilakukan

pengujian inhibisi senyawa protoporfirin untuk mengetahui potensinya sebagai

inhibitor korosi baja karbon dalam lingkungan asam.

1.2 Rumusan Masalah

a. Bagaimana mengekstrak hemin dari darah ayam?

b. Bagaimana mengkonversi hemin menjadi protoporfirin?

c. Bagaimana potensi protoporfirin sebagai inhibitor korosi baja karbon dalam

medium asam klorida 0,5 M?

1.3 Batasan Masalah Penelitian

Agar penelitian lebih terarah dan mencapai sasaran yang diharapkan maka

perlu dilakukan pembatasan masalah penelitian, yaitu sebagai berikut:

a. Logam yang digunakan dalam pengujian adalah baja karbon jenis API 5L

X65.

b. Medium uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah larutan HCl 0,5 M.

c. Konsentrasi senyawa porfirin yang digunakan mulai dari 40, 80, 120, 160

dan 200 ppm dan diuji pada suhu 298, 308 dan 318 K.

1.4 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui potensi senyawa protoporfirin hasil ekstraksi dan

konversi hemin yang berasal dari darah ayam sebagai inhibitor korosi baja

karbon dalam medium asam klorida.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini yaitu adanya wawasan baru

terkait potensi protoporfirin sebagai material alternatif inhibitor korosi baja

(11)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan sejak bulan Februari hingga Agustus 2015.

Ekstraksi hemin dan konversinya menjadi protoporfirin dilakukan di

Laboratorium Kimia Material UPI. Analisis Fourier Transform Infrared (FTIR)

dan Atomic Absorption Spectroscopy (AAS) dilakukan di Laboratorium

Penelitian Kimia Analitik Program Studi Kimia ITB. Analisis kualitatif protein

menggunakan metode biuret terhadap sampel darah ayam dan hemin hasil

ekstraksi dilakukan di Laboratorium Kimia Material UPI. Pengujian potensi

inhibisi protoporfirin menggunakan metode spektroskopi impedansi elektrokimia

(EIS) dan polarisasi potensiodinamik (Tafel) dilakukan di Laboratorium

Pengujian Inhibitor Korosi ITB.

3.2 Desain Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk menguji potensi protoporfirin pada proses

inhibisi korosi baja karbon dalam larutan HCl 0,5 M. Secara umum, penelitian ini

terdiri dari tiga tahapan. Tahap pertama yaitu ekstraksi hemin dari darah ayam

dan konversinya menjadi protoporfirin mengacu pada metode baku yang

dikembangkan oleh Hans Fischer. Tahap kedua yaitu karakterisasi senyawa

produk ekstraksi dan konversi. Tahap ketiga yaitu pengujian potensi protoporfirin

sebagai inhibitor korosi baja karbon dalam medium HCl 0,5 M menggunakan

metode spektroskopi impedansi elektrokimia (EIS) dan polarisasi

potensiodinamik (Tafel). Oleh karena itu, prosedur yang dilakukan dalam

penelitian ini diantaranya;

1. Preparasi alat dan bahan,

2. Ekstraksi hemin dari limbah darah ayam,

3. Konversi hemin menjadi protoporfirin,

4. Karakterisasi senyawa hasil ekstraksi dan konversi,

5. Pembuatan larutan induk untuk pengujian inhibitor,

6. Pengujian potensi produk hasil modifikasi sebagai inhibitor korosi baja

(12)

19

Secara sederhana, tahapan prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini

[image:12.595.117.491.136.412.2]

disajikan dalam bentuk diagram alir sebagai berikut:

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian

3.3 Alat dan Bahan 3.3.1 Alat

Peralatan yang digunakan pada proses ekstraksi hemin dan proses

konversinya menjadi protoporfirin antara lain: alat-alat gelas, spatula, termometer

100 oC, batang pengaduk magnet, hotplate, kertas saring dan 1 set alat refluks.

Peralatan yang digunakan untuk karakterisasi produk yang dihasilkan dalam

penelitian ini antara lain: instrumen Fourier Transform Infrared (FTIR) Prestige

21 Shimadzu dan Atomic Absorption Spectroscopy (AAS) yang masing masing

digunakan untuk mengetahui gugus fungsi dan kadar besi yang terkandung dalam

hemin maupun protoporfirin. Beberapa peralatan gelas, seperti gelas kimia,

tabung reaksi dan pipet tetes digunakan untuk uji kualitatif protein menggunakan

metode biuret. Gamry Instrument Reference 300 digunakan untuk pengujian

(13)

20

3.3.2 Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: darah ayam,

asam asetat glasial 98 % produksi Bratachem, NaCl teknis produksi Bratachem,

natrium sitrat, amonium asetat p.a., HCl p.a. produksi Merck, asam format 98%

produksi Bratachem, serbuk Fe, pereaksi biuret. Bahan elektroda kerja dibuat dari

baja karbon jenis American Petroleum Institute (API) 5L grade X65 dengan

komposisi sebagai berikut (dalam persen):

C Mn Si P S Cr Cu Ni Mo Al Fe

0,065 1,54 0,25 0,013 0,001 0,05 0,04 0,04 0,007 0,041 97,953

(Sumber: Farelas et al., 2012)

3.4 Ekstraksi Hemin dari Limbah Darah Ayam

300 mL asam asetat dimasukkan ke dalam gelas kimia, kemudian

ditambahkan 15 mL aquades dan 0,05 gram NaCl. Selanjutnya campuran

dipanaskan hingga suhu mencapai 90 oC. Setelah suhu mencapai 90 oC,

pemanasan dihentikan kemudian 100 mL darah ayam yang sebelumnya telah

diberi zat antikoagulan ditambahkan sedikit demi sedikit melalui pipet tetes.

Selama penambahan darah ayam, pengadukan terus dilakukan secara kontinu.

Setelah semua darah ditambahkan, campuran dipanaskan kembali pada suhu 90

o

C selama 15 menit. Serbuk hemin akan terbentuk dan mengendap setelah larutan

produk dibiarkan semalaman. Keesokan harinya, endapan dipisahkan dari

supernatan melalui proses dekantasi. Selanjutnya, endapan yang masih

bercampur dengan asam asetat glasial dicuci dengan aquades dan dibiarkan

kembali semalaman. Serbuk yang sudah dicuci disaring dan dikeringkan pada

temperatur ruangan.

3.5 Konversi Hemin menjadi Protoporfirin

Ke dalam labu dasar bulat leher tiga yang telah dipasangkan dengan

kondensor refluks dan magnetik stirer, ditambahkan serbuk hemin sebanyak 1

gram dan 70 mL asam format 98 %. Campuran kemudian dipanaskan sambil

dilakukan pengadukan hingga mendidih. Setelah mendidih, 2,3 gram serbuk besi

dibagi menjadi beberapa bagian dan ditambahkan ke dalam campuran selama

(14)

21

direfluks selama 15 menit. Setelah itu, larutan didinginkan dan disaring. Filtrat

yang dihasilkan kemudian ditambahkan dengan amonium asetat encer. Endapan

yang terbentuk kemudian disaring menggunakan kertas saring dan dikeringkan

pada temperatur ruangan.

3.6 Karakterisasi Hemin dan Protoporfirin Hasil Percobaan

Analisis gugus fungsi hemin dan protoporfirin dilakukan menggunakan

instrumen Fourier Transform Infrared (FTIR) (Prestige 21 Shimadzu).

Penentuan kadar besi yang terkandung dalam hemin dan protoporfirin dilakukan

dengan menggunakan instrumen Atomic Absorption Spectroscopy (AAS).

Identifikasi keberadaan protein dalam hemin hasil ekstraksi dilakukan

menggunakan analisis kualitatif protein dengan metode biuret.

3.7 Penentuan Laju Korosi dan Efisiensi Inhibisi

Penentuan laju korosi dan efisiensi inhibisi dilakukan untuk mengetahui

potensi protoporfirin yang dihasilkan dari penelitian ini dalam menghambat

korosi baja karbon dalam medium HCl 0,5 M. Sebelum pengujian dilakukan,

beberapa tahapan preparasi yang dilakukan yaitu sebagai berikut :

3.7.1 Preparasi Larutan Uji dan Larutan Induk

Larutan uji dibuat dengan mengencerkan HCl 12 M menjadi larutan HCl

HCl 0,5 M menggunakan pelarut aquades. Sementara itu, larutan induk inhibitor

dibuat dalam konsentrasi 20.000 ppm dengan melarutkan 0,2 gram serbuk

protoporfirin dalam 10 mL asam format 98 %.

[image:14.595.172.448.548.681.2]

(a) (b)

(15)

22

3.7.2 Preparasi Spesimen Uji dan Sel Elektrokimia

Pada pengujian dengan sistem sel elektrokimia, wadah yang digunakan

terdiri dari dua buah gelas kimia yang saling terhubung satu sama lain. Bagian

luar gelas kimia berukuran besar, sementara bagian dalam wadah terdapat gelas

kimia berukuran kecil yang digunakan sebagai wadah larutan uji. Sedangkan

diantara kedua buah gelas kimia tersebut terdapat ruang kosong yang digunakan

untuk sirkulasi air sehingga berfungsi sebagai termostat. Selain itu, penutup

wadah sel elektrokimia terbuat dari karet dengan empat buat lubang yang

berfungsi untuk memasukkan elektroda kerja (baja karbon), elektroda acuan

(elektroda kalomel jenuh, SCE), elektroda bantu (platina) dan termometer ke

dalam larutan uji. Elektroda kerja dibuat dengan memotong baja karbon, dibubut

hingga diameter ± 1 cm kemudian direkatkan dengan resin epoksi. Sebelum

pengukuran secara elektrokimia dilakukan, permukaan elektroda kerja dihaluskan

menggunakan kertas ampelas SiC (grade 600, 800, 1000 dan 1200), dibilas

dengan aquades dan aseton untuk menghilangkan lemak, produk korosi atau

senyawa inhibitor yang menempel. Setelah proses pencucian, elektroda

dikeringkan pada temperatur ruang.

[image:15.595.179.447.435.538.2]

(a) (b)

Gambar 3.3 (a) Elektroda Kerja dan (b) Sel elektrokimia

3.7.3 Prosedur Pengujian

Ke dalam wadah sel elektrokimia yang sebelumnya sudah dilengkapi

dengan batang pengaduk magnet, dimasukkan medium uji berupa larutan HCl 0,5

M. Elektroda yang digunakan terdiri dari elektroda kerja, elektroda acuan dan

elektroda bantu. Semua elektroda dan termometer dicelupkan kedalam media uji

disertai dengan pengadukan. Ketiga elektroda dihubungkan dengan Gamry

Instrument Reference 300. Ketika proses pengujian berlangsung, pasangan

elektroda kerja dan elektroda rujukan akan mengukur potensial sel, sementara itu

(16)

23

pengukuran akan diproses oleh komputer menggunakan program Gamry Echem

Analyst.

3.7.3.1 Open Circuit Potential (OCP)

Sebelum dilakukan pengukuran, sel elektrokimia berisi media uji yang

telah ditambahkan inhibitor dibiarkan selama 25 menit agar antaraksi antarmuka

baja karbon dengan larutan mencapai keadaaan mantap (steady state).

Tercapainya keadaan ini ditunjukkan oleh nilai Open Circuit Potentaial (OCP)

yang relatif stabil. Jika nilai OCP sudah menunjukkan harga konstan < 0,1

mV/menit, pengukuran dengan metode EIS maupun dengan metode tafel dapat

dilakukan.

3.7.3.2 Uji Impedansi dengan Metode EIS

Sebelum pengujian dilakukan, terlebih dahulu mengisi beberapa

pengaturan pada alat potensiostat yang diperlukan selama proses pengujian,

diantaranya rentang frekuensi yang diterapkan mulai dari 50 kHz hingga 50 mHz,

waktu OCP selama 4 menit dan luas area elektroda kerja yang digunakan sebesar

1,038 cm2. Pengukuran dilakukan setelah keadaan mantap (steady state) tercapai.

3.7.3.3 Uji Polarisasi dengan Metode Tafel

Sebelum pengujian dilakukan, terlebih dahulu mengisi beberapa

pengaturan pada alat potensiostat yang diperlukan selama proses pengujian,

diantaranya potensial DC yang diterapkan sebesar ± 75 mV relatif terhadap nilai

potensial korosi. Kurva polarisasi potensiodinamik dipindai dengan laju sapuan

konstan pada 0,5 mV.s-1 (ASTM G5 dalam Sunarya, 2008).

3.7.3.4 Pengujian Inhibisi Protoporfirin

Pengukuran dilakukan secara kontinu, yakni pengukuran blanko,

kemudian dilanjutkan pengukuran dengan adanya penambahan variasi

konsentrasi inhibitor mulai dari 40, 80, 120, 160 hingga 200 ppm pada satu suhu.

Suhu yang digunakan dalam penelitian ini yaitu 298, 308 dan 318 K. Setiap akan

memulai pengukuran pada temperatur yang berbeda diawali dengan pengukuran

blanko. Setelah pengukuran semua variasi konsentrasi telah selesai pada satu

suhu, sel dibersihkan dan diatur ulang untuk temperatur berikutnya sampai semua

(17)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1Kesimpulan

1. Hemin dapat diekstrak dari limbah darah hasil pemotongan ayam

menggunakan metode Hans Fischer, dengan menambahkan darah ayam

ke dalam campuran asam asetat glasial dan NaCl pada suhu 90 oC.

2. Hemin dapat diubah menjadi protoporfirin menggunakan metode Hans

Fischer melalui proses refluks campuran hemin, serbuk Fe dan asam

format.

3. Protoporfirin tidak efektif untuk dijadikan sebagai inhibitor korosi dalam

medium asam klorida, hal ini didasarkan oleh efisiensi inhibisi yang

sangat kecil dengan adanya penambahan senyawa tersebut.

5.2Saran

1. Perlu adanya karakterisasi lebih lanjut untuk lebih memastikan struktur

protoporfirin yang dihasilkan dari percobaan.

2. Perlu adanya proses lebih lanjut untuk memecah senyawa protoporfirin

menjadi senyawa-senyawa yang lebih sederhana, sehingga dapat

dimodifikasi menjadi senyawa yang mampu berperan aktif dalam proses

inhibisi.

3. Perlu dilakukan pengujian variasi konsentrasi asam untuk mengetahui

konsentrasi asam yang optimum agar dihasilkan efisiensi inhibisi

(18)

DAFTAR PUSTAKA

Ashassi-Sorkhabi, H., Majidi, M. R., & Seyyedi, K. (2004). Investigation of

inhibition effect of some amino acids against steel corrosion in HCl

solution. Applied surface science, 225(1), 176-185.

Bentiss, F., Lebrini, M., & Lagrenée, M. (2005). Thermodynamic characterization

of metal dissolution and inhibitor adsorption processes in mild steel/2, 5-bis

(n-thienyl)-1, 3, 4-thiadiazoles/hydrochloric acid system. Corrosion

Science, 47(12), 2915-2931.

Board Of Consultants and Engineers, N. I. I. R. (2005). The Complete

Technology Book on Dyes & Pigments Asia Pacific Business Press Inc,

267.

Colowick, S. P., & Kaplan, N. O. (1957). Special techniques for the enzymologist.

Elsevier.

Dalimunthe, I. S. (2004). Kimia dari Inhibitor Korosi. e-USU Repository.

Diponegoro, I., Iwan, Ahmad, H., Bindar, Y. (2001). Optimasi Parameter

Penghilangan Scale pada Baja Lembaran Panas. Seminar Nasional

Rekayasa Kimia dan Proses 2001: Prosiding, Semarang.

Dolphin, D. (Ed.). (1978). The Porphyrins: Structure and Synthesis. Part A.

Academic press.

Eicher, T., Hauptmann, S., & Speicher, A. (2013). The Chemistry of Heterocycles:

Structures, Reactions, Synthesis, and Applications 3rd. John Wiley & Sons.

Fahrurrozie, A., Sunarya, Y., & Mudzakir, A. (2009). Efisiensi Inhibisi Cairan

Ionik Turunan Imidazolin sebagai Inhibitor Korosi Baja Karbon dalam

Larutan Elektrolit Jenuh Karbon Dioksida. Jurnal Sains dan Teknologi

Kimia, 1(2).

Fang, J., Greish, K., Qin, H., Liao, L., Nakamura, H., Takeya, M., & Maeda, H.

(2012). HSP32 (HO-1) inhibitor, copoly (styrene-maleic acid)-zinc

protoporphyrin IX, a water-soluble micelle as anticancer agent: in vitro and

in vivo anticancer effect. European Journal of Pharmaceutics and

(19)

40

Farelas, F., Choi, Y. S., & Nešic, S. (2012). Corrosion behavior of API 5L X65

carbon steel under supercritical and liquid carbon dioxide phases in the

presence of water and sulfur dioxide. Corrosion, 69(3), 243-250.

Fessenden, R.J. dan Fessenden J.S. (1986). Kimia Organik Edisi Ketiga (Jilid 2).

Jakarta: Penerbit Erlangga.

Firmansyah, D. (2011). Studi Inhibisi Korosi Baja Karbon dalam Larutan Asam 1

M HCl oleh Ekstrak Daun Sirsak (Annona Muricata). Tesis. Universitas

Indonesia.

Florkin, M., & Stotz, E. H. (Eds.). (2014). Pyrrole Pigments, Isoprenoid

Compounds and Phenolic Plant Constituents: Comprehensive Biochemistry

(Vol. 9). Elsevier.

Grinstein, M. (1947). Studies of protoporphyrin VII. A simple and improved

method for the preparation of pure protoporphyrin from hemoglobin.

Journal of Biological Chemistry, 167(2), 515-519.

Gusti, D. R., Farid, F., & Lestari, I. (2013). Ekstrak Kulit Kayu Akasia Sebagai

Inhibitor pada Laju Korosi Baja Lunak dalam Media Asam Sulfat.

Prosiding SEMIRATA 2013, 1(1).

Hakim, A. A. (2011). Pengaruh Inhibitor Korosi Berbasiskan Senyawa Fenolik

untuk Proteksi Pipa Baja Karbon pada Lingkungan 0.5, 1.5, 2.5, 3.5 %

NaCl yang Mengandung Gas CO2. Skripsi, Departemen Material dan

Metalurgi UI.

Halimatuddahliana. (2013). “Pencegahan Korosi dan Scale pada Proses Produksi

Minyak Bumi.” USU digital library.

Haryono, G., Sugiarto, B., Farid, H., & Tanoto, Y. (2010). Ekstrak Bahan Alam

Sebagai Inhibitor Korosi. In Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia

“Kejuangan.

Helen, L. Y. S., Rahim, A. A., Saad, B., Saleh, M. I., Raja, P. B. (2014). Aquilaria

Crassna Leaves Extracts – a Green Corrosion Inhibitor for Mild Steel in 1 M

HCl Medium. Int. J. Electrochem. Sci. 9, 830 – 846

Hussin, M. H., Kassim, M. J., Razali, N. N., Dahon, N. H., & Nasshorudin, D.

(2011). The effect of tinospora crispa extracts as a natural mild steel

(20)

41

Hussin, M. H., & Kassim, M. J. (2011). The corrosion inhibition and adsorption

behavior of Uncaria gambir extract on mild steel in 1M HCl. Materials

Chemistry and Physics, 125(3), 461-468.

Ikan, R. (2013). Natural products: a laboratory guide. Elsevier.

Kruk, M. M. & Starukhin, A. S. (2009). Excitation Energy Deactivation

in Monodeprotonated Porphyrin. Macroheterocycles, 2(3-4), 251-254.

Marcelli, A., Badovinac, I. J., Orlic, N., Salvi, P. R., & Gellini, C. (2013).

Excited-state absorption and ultrafast relaxation dynamics of protoporphyrin

IX and hemin. Photochemical & Photobiological Sciences, 12(2), 348-355.

Mardiyani, T.H. (2004). “Metabolisme Heme”. USU digital library.

Marsela, I. (2011). Uji Aktivitas Sistin, Simetidin dan Produk Modifikasi Sisitin

Oleh Simetidin Sebagai Inhibitor Korosi Baja Karbon dalam HCl 0,5 M.

Skripsi. Universitas Pendidikan Indonesia

Nakamura, H., Fang, J., Gahininath, B., Tsukigawa, K., & Maeda, H. (2011).

Intracellular uptake and behavior of two types zinc protoporphyrin (ZnPP)

micelles, SMA-ZnPP and PEG-ZnPP as anticancer agents; unique

intracellular disintegration of SMA micelles. Journal of Controlled Release,

155(3), 367-375.

Ostovari, A., Hoseinieh, S. M., Peikari, M., Shadizadeh, S. R., & Hashemi, S. J.

(2009). Corrosion inhibition of mild steel in 1M HCl solution by henna

extract: A comparative study of the inhibition by henna and its constituents

(Lawsone, Gallic acid, α-d-Glucose and Tannic acid). Corrosion Science, 51(9), 1935-1949.

Ramakrishnan, S. (2004). Textbook of medical biochemistry. Orient Blackswan.

Rizkia, N. (2014). Sintesis dan Karakterisasi Tetra(p-dimetilaminofenil)porfirin

Menggunakan Metode Konvensional dan Microwave-Assisted Organic

Synthesis (MAOS).

Rohayati, A. A. (2011). Ekstraksi Sisitin dari Limbah Bulu Ayam dan Uji

Aktivitas Inhibisi Produk Modifikasi Sisitin oleh Tiourea pada Proses

Korosi Kuningan dalam Larutan HCl 0,5 M. Skripsi. Universitas

(21)

42

Shivakumar, S. S., & Mohana, K. N. (2013). Studies on the inhibitive

performance of Cinnamomum zeylanicum extracts on the corrosion of mild

steel in hydrochloric acid and sulphuric acid media. Journal of Materials

and Environmental Science, 4(3, Cop), 448-459.

Sunarya, Y. (2008). Mekanisme dan Efisiensi Inhibisi Sistein pada Korosi Baja

Karbon dalam Larutan Elektrolit Jenuh Karbon Dioksida. Disertasi,

Departemen Kimia ITB.

Umoren, S. A., Obot, I. B., Israel, A. U., Asuquo, P. O., Solomon, M. M., Eduok,

U. M., & Udoh, A. P. (2014). Inhibition of mild steel corrosion in acidic

medium using coconut coir dust extracted from water and methanol as

solvents. Journal of Industrial and Engineering Chemistry, 20(5),

3612-3622.

Wahyuni, HS. (2011). BAB II Tinjauan Pustaka. [Online]. Tersedia :

http://www.repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29289/3/Chapter%20I

I.pdf

Wang, S., Avery, J. E., Hannafon, B. N., Lind, S. E., & Ding, W. Q. (2013). Zinc

protoporphyrin suppresses cancer cell viability through a heme

oxygenase-1-independent mechanism: The involvement of the Wnt/β-catenin signaling

pathway. Biochemical pharmacology, 85(11), 1611-1618.

Winarto, D. (2013). Korosi. [Online]. Tersedia : http://www.ilmukimia.org/

2013/01/korosi.html.

Yuli, R. (2011). Antikoagulan untuk Pemeriksaan Hematologi. [Online]. Tersedia:

http://analiskesehatan-indonesia.blogspot.co.id/2011/10/antikoagulan-untuk-pemeriksaan.html

Zhang, X., Xiao, G. Y., Liu, B., Jiang, C. C., & Lu, Y. P. (2015). Influence of

time interval on the phase, microstructure and electrochemical properties of

hopeite coating on stainless steel by chemical conversion method. New

Gambar

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian
Gambar 3.2 (a) Larutan induk dan (b) Medium uji (larutan HCl 0,5 M)
Gambar 3.3 (a) Elektroda Kerja dan (b) Sel elektrokimia

Referensi

Dokumen terkait

Pada Penulisan Ilmiah ini penulis mencoba untuk membahas tentang pembuatan aplikasi yang berhubungan dengan kegiatan operasional suatu tempat hiburan berupa billiard yang

CHAPTER III : AN ANALYSIS ON OLGA’S NEED OF LOVE IN ANTON CHEKHOV’S THE DARLING 3.1 Olga’s Needs according to Maslow’s Hierarchy of Human Needs Theory

Internal supply for logic inputs 24 V DC , voltage limits 20.4...27.6 V 100 mA for overload and short-circuit protection. Internal supply for reference potentiometer 5 V DC ,

Dilakukan oleh Guru dan Satuan Pendidikan di Sekolah Dasar X…... Deskripsi Data Modifikasi Penilaian Hasil Belajar PDBK yang. Menggunakan Kurikulum di Bawah Standar Pendidikan

Modifikasi ketentuan ujian sekolah, 2) Modifikasi penetapan kelulusan PDBK, 3) Modifikasi penetapan kenaikan kelas dan pelaporannya. Teknik pengumpulan data lainnya adalah

Jaminan Persalinan yang dikenal dengan nama Jampersal adalah merupakan jaminan kepada seluruh ibu hamil yang akan melahirkan yang tidak mempunyai jaminan kesehatan dengan syarat

Sub kelompok kesehatan terdiri dari dua variabel penilaian, yaitu ketersediaan sarana  kesehatan  dan  ketersediaan  tenaga medis, dengan  rincian

Dalam 50 Tahun Kiprah Mencerdaskan Bangsa, Pemikiran-pemikiran dari Bumi Siliwangi (S. Hamid Hasan, ed.).. Bandung: